7.9.15

[Round 3] ALSHAIN KAIROS - NEXUS

ALSHAIN KAIROS - NEXUS


Bab 0. Zhaahir

Ada saatnya sebuah cerita berakhir dengan bahagia. Saat dimana perjuangan dan semua penderitaan kita membuahkan hasilnya.

"Jika kau ingin menghabisiku, mari sekalian kita buat pesta kematian termegah di gurun ini, Rah!"

Sebuah titik balik. Sebuah aksi heroik di puncak peperangan, yang kemudian memenangkan segalanya.

Namun sayangnya, hal seperti itu tidak bisa terjadi di setiap pertarungan. Dan sama dengan pertarungan-pertarungan lainnya...

"Oh Tuhan, Rah menyerap esensi fantasma muliaku!"


...kali ini, Sang Pahlawan kembali tidak berdaya menghadapi monster mengerikan yang melayang angkuh di hadapannya.

Semua jurus Ia keluarkan. Semua energi Ia kerahkan.

Namun hasilnya, sia-sia.

Nama pahlawan itu adalah Zhaahir. Ia pergi meninggalkan tambatan hatinya untuk memenuhi panggilan Alforea dalam mengikuti pertarungan pembukaan turnamen antar semesta
Battle of Realms. Di sana, Ia dihadapkan pada situasi perang yang berat sebelah.

Awalnya, Zhaahir percaya bahwa Ia bisa membalikkan keadaan. Ia percaya Ia bisa mengalahkan musuh dan kembali ke pangkuan kekasihnya. Karena di dalam dirinya
terdapatkan Fantasma Mulia. Dand ari situlah semua kepercayaan dirinya berasal. Sebuah sumber kekuatan mental yang bila diolah, sanggup merusak hukum fisika dengan
mematerialisasi sebuah wujud fisik dari udara kosong. Dan tidak hanya sekedar benda atau senjata biasa, dengan kekuatan itu, Zhaahir sanggup memanggil seekor kuda
untuk Ia tunggangi atau bahkan sebuah realitas baru beserta isinya sekalipun.

Tapi semua itu tidak berguna dihadapan monster kuda mitologi, Tamon Rah. Sang kuda raksasa bersayap api itu dengan mudahnya melumat Realita Hisaria ciptaan Zhaahir.

Sang Pahlawan pun terkulai di tengah padang pasir, medan pertempuran mereka, yang kini terbakar oleh amukan api Tamon Rah. Tubuhnya lemas dan nyawanya terancam jika Ia
tidak segera pergi meninggalkan tempat itu.

Namun pergi ke mana? Tubuhnya sudah menyerah.

Sebesar apapun keinginannya untuk berlari...

Sebesar apapun keinginannya untuk kembali ke dalam dekapan pujaan hatinya...

Ia tetap tidak bisa berbuat apa-apa.

Kilasan masa lalu dan kenangan-kenangan berharga yang Ia dapat disepanjang hidupnya terpampang di balik kelopak matanya yang terpejam.

Inilah akhir dari segalanya.

Inilah akhir dari kehidupan.

Di akhir kilasan kenanganannya, wajah Sang Kekasih terbayang. Perempuan penuh cinta itu tersenyum manja... lalu menangis meronta.

"Ah, Eriku... Cintaku..."

Dan dengan itu, kesadaran Sang Pahlawan pun hilang.

(***)


"Kau pikir, kau boleh mati begitu saja, Zhaahir!?"

Sesosok makhluk muncul dari balik tirai dimensi yang tersibak di tengah partikel api. Tidak ada yang sadar akan keberadaanya. Meski bila ada sekalipun, tidak akan ada
yang sanggup memahami wujud fisiknya.

Ia menyala lebih terang dari api yang mengelilingi tubuhnya. Tubuhnya seolah bergema, lebih kencang dari suara peperangan di sekitar gurun gersang yang bersahutan. Ia
berjalan di atas angin dan menembus bumi di saat yang sama. Pelangi dan kegelapan terpancar dari setiap pijakannya. Dan pijakannya ada seribu dalam satu kedipan mata.

Satu juta langkah Ia habiskan untuk mendekati Zhaahir yang terkapar di hadapannya. Lalu dalam satu kedipan mata, Ia melempar tubuh Zhaahir menembus batas jarak ke
tempat yang jauh dari lumatan lautan api yang mengancam nyawanya.

Makhluk itu berseru. Berseru dengan suara yang menjalar ke seisi Dimensi Data pada gelombang yang berada di atas batas pendengaran manusia.

"Lihat aku! Fantasma Mulia akan jadi milikku! Tunggu kehancuranmu, Takdir!"

Dan dengan itu, makhluk itu meninggalkan dunia, terhela kembali ke dalam tirai dimensi.

(***)


Bab 1. Meredith

Tempat pertarungan antara Kai dan Lady Steele hanyalah level pertama dari database inti pembentuk semesta Alforea. Seramgan superstructure hypervirus di akhir babak pertama memaksa para penguasa Alforea melakukan manuver darurat dengan menarik semua peserta ke dalam database inti demi menyelamatkan mereka semua dari amukan hypervirus yang masih belum diketahui dari mana asalnya.

Tantangan babak kedua pun terpaksa dilakukan secara mendadak di dalam database dengan cara memasang-masangkan para peserta secara acak dalam sebuah simulasi realita yang unik. Kai mendapatkan lawan seorang pegulat wanita profesional, Lady Steele. Dan Ia berhasil memenangkan pertarungan itu dengan bersusah payah.

Namun, tanpa sepengetahuan Kai atau peserta lainnya, terdapat sebuah pertandingan khusus yang terdiri bukan dari dua orang peserta, melainkan tiga.

Sebuah battle royale.

Pertandingan itu dilaksakan di dalam core level database Alforea, yang merupakan titik terdalam dimana terdapat berbagai fungsi kontrol dari tata olah keberadaan Alforea itu sendiri.

Tidak jelas mengapa mereka bertiga bisa bertarung di tempat sepenting itu. Bisa saja terjadi karena mereka terdampar tanpa sengaja, atau mungkin ada tangan-tangan di balik layar yang membuka akses ke tempat itu secara diam-diam.

Tidak jelas juga siapa pemenang dari pertarungan tiga arah itu. Tapi satu hal yang pasti, setelah badai pertarungan berselang, seorang bocah gembul berbadan pendek, sangat amat pendek, terlihat sedang duduk bersandar pada sebuah pintu.

Perut bocah itu berbunyi keras dan mulutnya berkomat-kamit, "Lapaar... Makan, buuun~"

Berulang kali Ia memeriksa rantang dan botol kosong yang Ia tenteng sedari tadi. Matanya dengan polos mengharapkan tempat makan dan minum yang sudah kosong itu terisi kembali secara ajaib setiap kali Ia hendak menengoknya. Dan setiap kali Ia menengoknya, terpancar dengan jelas kekecewaan yang menyanyat hati.

"Aku ingin makan, bun! Aku lapar! Lapar! Lapar!" teriaknya frustasi.

Ia beranjak dari tempat duduknya lalu membalikkan badan dan menendang pintu sekuat tenaga.

Tidak ada bunyi apapun yang tercipta. Pintu itu masih kokoh bergeming.

Mata bocah itupun berkaca-kaca, "Tubuhku sudah normal lagi! Tapi kenapa aku tidak bisa keluar dari tempat ini, bun!?"

Dari pertanyaan yang Sang Bocah  tanyakan untuk dirinya sendiri itu, muncul sebuah jawaban yang tidak terduga dari salah satu sudut ruangan.

"Karena aku membutuhkanmu, Baldwin Ulrich Ragnavald Nikolai Ol'Dweller Keempat."

Bocah Cebol itu terkesiap mendengar jawaban yang muncul tiba-tiba. Apalagi namanya juga disebut oleh sesosok misterius yang datang entah dari mana itu.

"Si… Siapa kau, bun!?"

Bocah Cebol itu mengamati sosok misterius yang muncul di hadapannya. Wajahnya nampak keheranan. Ia yakin sosok di hadapannya bukan manusia, atau makhluk hidup lain yang pernah Ia temui. Wujud sosok misterius itu nampak... abstrak.

"K... Kenapa wujudmu aneh sekali, bun!? Kau membuatku takut!"

Makhluk abstrak itu terkekeh.

"Oh, justru karena itulah aku membutuhkan bantuanmu, Baldwin Ulrich Ragnavald Nikolai Ol'Dweller Keempat."

"Kau ingin aku memperbaiki wujudmu? Begitu, bun?"

"Ya, kurang lebih begitu, Baldwin Ulrich Ragnavald Nikolai Ol'Dweller Keempat."

"Aku tak mengerti apa maksudmu, bun! Aku kan seorang artifice bukan dokter kecantikan! Dan panggil aku Bun saja daripada kepanjangan, bun."

"Oke, Bun. Kau tak perlu khawatir, aku hanya perlu menyentuhmu sedikit saja."

"Maksudmu, bun?"

Sosok Abstrak itu berhenti sejenak, memikirkan cara paling simple dan paling cepat untuk bisa membohongi anak kecil itu.

"Begini," sosok itu menjulurkan lengannya yang tak beraturan. "Perkenalkan, namaku Thanatos, siapa namamu?"

"Oh iya, kita belum kenalan ya, bun?" Bun menyambut dengan kedua tangan mungilnya untuk bersalaman. "Namaku B –"

Belum sempat pria kerdil itu merampungkan kalimatnya, seorang gadis kerdil berteriak dan muncul entah dari mana.

"NEXUS!"

"M... Meredith!?? Apa yang k –"

"Buuuuun! Aku datang lagiiii!" gadis cilik itu tertawa riang tanpa mempedulikan apa yang terjadi di sekitar Bun. "Kianun! Ayo pergi dari tempat membosankan ini, mom~"

(***)


"Meredith! Aku sedang berkenalan dengan seseorang tadi, dan dia butuh bantuanku! Dia pasti mengira aku gnome yang tak punya sopan santun, bun!" marah Bun.

"Ya, kan bukan salahku, mom!" gadis kerdil bernama Meredith itu juga tak mau kalah.

"Salahmu, bun! Ini semua salahmu! Kamu tiba-tiba muncul dan memanggil Kianun lalu main pindah tempat saja, bun!"

"Aku kan nggak suka tempat tadi, mom! Aku sukanya sama hutan, mom!"

"Heh? Ini di mana, bun? Kok sepertinya, tempatnya beda dari Alforea?"

"Kata Kianun sih, ini bukan Alforea, mom?"

"Bohong, bun! Sejak kapan Kianun tahu tentang Alforea, bun?"

"Kianun tahu semua tempat di dunia, mom! Jangan remehkan Kianun! Kamu pikir bagaimana caranya Kianun bisa memindahkan kita ke tempat lain kalau dia tidak tahu tempat yang akan dia tuju, mom!"

"Jadi kita tidak di Alforea lagi, bun?"

"Kita tidak di Alforea karena aku mau ke hutan, mom!"

"Sebentar," Bun melihat ke sekelilingnya dan baru menyadari sesuatu. "Aku sudah bisa keluar dari core database, bun!"

"Kamu harus berterima kasih padaku dan Kianun, mom," Meredith memanyunkan bibirnya. "Kianun berhasil memindahkan kita dan kita berpindah tempat karena aku ingin pergi ke hutan, mom."

"Waaaah! Merediiiith! Makasiiiiih, bun!"

"Geli, mom!"

"Tapi, kalau ini bukan Alforea, tempat apa ini, bun? Di mana peserta lainnya?"

"Wah, kijang, mom! Bun, aku lihat kijang, mom! Kianun, ayo kita kejar kijangnya ayo kita kejar kejar, mom!"

"Hei! Tunggu aku Meredith! Tunggu, bun!"

Bun berusaha mengejar Meredith, namun usahanya sia-sianya. Bun malah menabrak seseorang tanpa sengaja.

"Hai, Anda pasti Tuan Baldwin Ulrich Ragnavald Nikolai Ol'Dweller Keempat!" seru seorang perempuan berbaju adat.

"Ummm... Iya, bun... Kenapa, bun?"

"Anda sudah ditunggu untuk mendaftar dan mengikuti festival turnamen!"

"Turnamen apa, bun?"

Perempuan itu tersenyum, "Turnamen babak ketiga, Tuan Baldwin Ulrich Ragnavald Nikolai Ol'Dweller Keempat!"

"Jadi peserta lain juga ada di sini, bun?"

"Ya," perempuan itu menjuk ke arah utara. "Mereka semua sedang bersiap-siap di dalam."

"Syukurlah! Kukira aku tersesat, bun!"

Bun segera berlari ke arah utara, namun perempuan itu segera menghentikannya.

"Tunggu dulu, Tuan Baldwin Ulrich Ragnavald Nikolai Ol'Dweller Keempat! Anda belum mendaftarkan partner monster yang akan menemani Anda bertarung. Anda harus mendaftarkannya terlebih dahulu agar bisa mengikuti turnamen, atau Anda akan dinyatakan gugur."

Bun berhenti dan berpikir sejenak.

"Kalau monster aku tidak punya, bun. Tapi kalau partner ada, namanya Meredith, bun. Dan Meredith juga seperti monster jadi sepertinya sama saja sih, bun. Oh iya, panggil aku Bun saja cukup kok, bun."

"Oke, Tuan Bun dan Meredith, selamat datang di Amatsu," sambut perempuan itu.

(***)


Bab 2. Dark Meredith

Semua peserta Battle of Realm memasuki gerbang Amatsu satu persatu dan segera disambut oleh gegap gempita para rakyat yang berdansa di jalanan.

Amatsu dikenal sebagai sebuah negeri yang indah dengan budaya lokal yang kental. Di negeri ini, semua makhluk hidup dengan damai dan tentram, baik itu manusia, hewan maupun monster. Tidak ada satupun penghuni negeri ini yang tidak mencintai pesta. Karena hal itu, hampir setiap harinya, selalu ada saja alasan bagi mereka untuk mengadakan festival.

Hari ini pun mereka turun ke jalan, memainkan musik dan bernyanyi sesuka hati. Tapi berbeda dari hari-hari biasanya, kali ini mereka memainkan musik dengan lebih keras dan bernyanyi dengan lebih lantang. Karena babak ketiga dari turnamen Battle of Realms akan diselenggarakan di Amatsu.

Sayangnya, semua hal itu sama sekali tidak menarik perhatian Kai. Ada hal lain yang membuat Kai penasaran. Sesuatu yang menjadi jelas begitu dia keluar dari Alforea, yaitu struktur realita dari tempat diadakannya turnamen Battle of Realms itu sendiri.

Setelah memasuki gerbang Amatsu, Kai segera berlari mencari tempat yang agak sepi untuk meneliti apa yang sebenarnya sedang terjadi di dunia ini.

Namun saat sedang sibuk berkonsentrasi, Kai dikejutkan oleh seseorang.

"Hai, Kai. Apa yang kau lakukan di tempat ini, mom? Kita harus segera kembali ke dalam untuk mengikuti babak selanjutnya, mom. Kau dan aku."

Dari balik dedaunan hijau yang bergerombol, Kai melihat sesosok kurcaci mungil bersandar pada sebuah pohon kecil.

"Kau… peserta Battle of Realms juga?" tanya Kai. "Sepertinya aku ingat ada bocah kerdil diantara para peserta."

"Oh, itu Bun, mom,"  jawab sosok kerdil itu sambil tersenyum. "Aku Meredith, mom."

"Sebentar," Kai menghentikan kegiatannya untuk sementara. "Darimana kau tahu namaku?"

"Itu bukan masalah, mom. Yang jadi masalah adalah..." gadis kerdil itu memotong kata-katanya sendiri demi mengamati Kai sejenak.

"...kau tahu kita sudah tidak lagi berada di Alforea, kan mom?" lanjutnya.

"Ya," jawab Kai lirih. "Aku tak menyangka kalau mereka sanggup menciptakan kantong-kantong realita di dalam sebuah realita induk. Setiap kantong realita tersebut terpisah menjadi sebuah sistem independen sehingga kerusakan apapun yang diderita oleh sebuah sistem tak akan bisa melukai sistem lain maupun realita induknya."

Kai berkata demikian tanpa berpikir panjang. Hanya sebuah luapan dari keterkejutan serta kekagumannya akan desain realita yang ada di hadapannya. Ia tidak berharap gadis kecil di hadapannya untuk mengerti apa yang Ia katakan. Tapi apa yang dikatakan oleh Sang Gadis setelahnya sukses membuat Kai tertegun.

"Realita induk yang kau maksud tadi namanya Sol Shefra, mom. Dan kita sekarang sedang berada di dalam kantong realita kedua, mom, Amatasu."

Gadis itu jelas tahu apa yang Kai bicarakan. Dan hanya ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal itu. Pertama, gadis itu sanggup mengendus struktur realita, sama seperti Kai. Tapi hal itu hampir tidak mungkin mengingat hanya makhluk yang berasal dari paling tidak satu tingkat di atas dimensi yang sedang Ia tempati yang sanggup memahami struktur dimensi yang sedang Ia tempati saat ini secara insting.

"Siapa kau sebenarnya, Meredith?"

Mungkinkah gadis ini, sama seperti Kai, berasal dari dimensi keempat atau dimensi yang lebih tinggi? Atau bisa jadi, kemungkinan kedua...

"Kaukah orang di balik permainan ini?"

Meredith tertawa terbahak-bahak.

"Aku, mom? Kau pikir aku administrator Sol Shefra, mom? Hahaha! Kau salah, mom."

Gadis kerdil itu melirik tajam ke arah Kai.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, mom. Aku adalah opsi pertama dari dua kemungkinan yang ada di kepalamu, Alshain Kairos..." Sebuah senyuman sinis seketika tersungging di bibirnya, "...mom."

(***)


"Jumpa lagi dengan saya, Tarou!!"

Seluruh penonton di sekeliling arena bersorak mendengar suara yang keluar dari sepuluh speaker besar yang tersebar di segala penjuru itu.

Di samping setiap speaker terdapat sebuah layar hologram yang menyorot seseorang di teras komentator, tepat di depan arena pertarungan.

"Apa kalian sudah tidak sabar menunggu pertarungan selanjutnya?!" tanya pria di teras komentator untuk mengangkat antusiasme para penonton.

Para penonton menjawabnya dengan teriakan yang lebih keras lagi.

"IYAA!!"

Sang Pria segera membenarkan kerah bajunya dan tersenyum puas. Dia mendekatkan mikrofon ke mulutnya dan berkata dengan nada berat untuk memberikan efek dramatis dari kalimat yang akan dia ucapkan.

"Saya akan menemani Anda sekali lagi dalam pertarungan babak ketiga selanjutnya. Kali ini... dua peserta yang akan bertarung adalah dua orang dari ras yang berbeda. Dengan kekuatan sangat unik, saya yakin Anda semua belum pernah menemui jenis kekuatan ini sebelumnya," Tarou memberikan jeda pada kalimatnya, lalu melanjutkannya lagi dengan sedikit berteriak, "Siapakah mereka!?"

"Di sisi kanan! Pejuang dari Gnomeria. Seorang Artifice yang mampu mengendus sejarah dan memanfaatkan kekuatan tersembunyi dari segala macam benda di seluruh alam semesta! Dialah, BUN THE BUBBLE!!!"

Bun memasuki arena dengan ketakutan, diiringi oleh sorak-sorai penonton yang berdengung di seantero penjuru.

"Di sisi kiri! Pejuang dari Aquilla. Seorang Mapmaker yang mampu mengendus lini waktu dan memanfaatkan kekuatan ruang dan gravitasi dari alam semesta itu sendiri! Dialah, SETAN PUTIH, ALSHAIN KAIROS!!!"

Kai ikut memasuki arena dari sisi lain, diiringi oleh sorak-sorai penonton yang semakin membabi-buta.

Bun nampak sedikit grogi memandangi para penonton di sekelilingnya. Ia berjalan mundur menuju tengah arena. Namun segera saat Ia melihat kedatangan Kai, Bun melompat terkejut. Ia melihat Meredith duduk di pundak Kai.

"Meredith?? Apa yang kamu lakukan di situ, bun? Itu kan musuh kita, bun??"

Melihat hal itu, Tarou segera memberikan komentarnya kepada para penonton, "Ooh! Bun nampak terkejut saudara-saudara! Tapi bukan hanya Bun saja yang terkejut, saya pun demikian!"

Layar hologram yang sebelumnya menyorot Tarou dan Bun bergantian kini menampilkan sebuah tulisan berupa aturan pertarungan.

"Turnamen kali ini mengharuskan setiap peserta untuk memilih seorang partner! Tapi dari aturan pertarungan yang Anda lihat saat ini, tidak ada aturan yang melarang dua orang peserta memilih partner yang sama!!"

Teriakan penonton terdiam untuk sesaat, diganti dengan bisikan-bisikan samar yang menandakan kebingungan.

Tarou kembali mengangkat micnya. Layar hologram kembali menampilkan dirinya.

"Penonton sekalian! Menurut data registrasi yang saya dapatkan, kedua peserta ternyata memilih partner yang sama, seorang gnome bernama Meredith! Namun gnome yang harusnya datang dari tempat yang sama dengan Bun itu kini berada di kubu Kairos! Ooooh!! Apa yang terjadi saudara-saudara sekalian?!!"

Begitu mengetahui potensi konflik yang akan terjadi di atas arena, sorakan penonton pun semakin menjadi-jadi.

Bun yang sebelumnya terlihat bingung dan grogi, kini menjadi panik dan ketakutan. Tapi pola pikirnya yang polos segera menyimpulkan sesuatu, "Kau pasti sedang berada di bawah pengaruh Kairos, bun! Meredith! Kau sedang kena hipnotis, bun!"

"Kau bodoh ya, mom?" sahut Meredith. "Ah sudahlah, aku malas basa-basi, mom. Kai, hajar bocah kerdil itu, mom!"

"Kau juga kerdil, Bodoh," celetuk  Kai kesal. "Dan tolong, turun dari pundakku. Kenapa badanmu berat sekali?"

"Cih, mom!" Meredith melompat turun dari pundak Kai dengan gusar.

"Ke... Kenapa Meredith bicaranya kasar, bun?" keluh Bun sedih. "Baiklah kalau begitu. Meredith, kau tak perlu khawatir, bun! Aku akan menyelamatmu, bun!"

Bun mengambil kuda-kuda bertarung, lalu berteriak lantang, "TRIPLE NEXUS, BUN!!!"

(***)


Bab 3. Bun

Ooooh!! Ada tiga orang gnome muncul dihadapan Bun, pemirsa! Siapakah mereka!?

"Mereka adalah Merrygold, Brim dan Brion, bun! Kau tak akan sanggup mengalahkan mereka bertiga, bun!"

Bun sudah memperkenalkan ketiga gnome yang telah Ia panggil melalui teknik Nexus, Pemirsa! Mereka adalah Merrygold, seorang gnome dengan baju layaknya seorang shaman, lalu Brim, seorang gnome bersenjatakan hammer dan yang terakhir adalah Brion dengan perisai raksasanya! Raksasa untuk ukuran seorang gnome tentu saja, Permirsa! Hahaha!!

Tapi lihatlah, Penonton Sekalian! Sama sekali tidak terlihat kekhawatiran di raut muka Kairos dan Meredith! Padahal kalau melihat dari database kemampuan peserta yang saya dapatkan, Nexus ini adalah teknik tertinggi yang dimiliki Bun saat ini! Lihatlah! Kekuatan Nexus sudah berhasil memanggil tiga gnome baru ke arena pertarungan!

Ketiga gnome nampak memiliki kemampuan yang saling melengkapi – Oh! Lihat, Pemirsa! Brim berlari ke depan tanpa ada peringatan sama sekali! Dia melakukan serangan langsung kepada Alshain Kairos!

Satu hantaman! Dua hantaman! Tiga hantaman! Kairos menghindari tiga hantaman hammer Brim yang sanggup menghancurkan lantai arena dengan mudahnya!

Kairos memang memiliki kemampuan yang sangat merepotkan, Saudara-Saudara! Kemampuan untuk melihat arah dari segala hal yang ada di sekitarnya! Dia bisa melihat ke mana hammer Brim akan bergerak, jadi dia bisa menghindari setiap serangan secara efisien. Sungguh kemampuan yang menyusahkan bagi semua lawannya.

Oh, Kairos mengeluarkan pistolnya! Dia mengeluarkan kedua pistolnya, Pemirsa! Kairos mengambil jarak dari gempuran Brim dan lihat, dia mengarahkan pistolnya! Tapi dia tidak mengarahkannya kepada Brim! Kairos mengarahkannya kepada Merrygold!

"Bocah kerdil sialan!"

Oh! Kairos melompat! Rupanya Brion menyerang dari sudut mati Kairos! Tapi lihatlah, Pemirsa! Hahaha!! Ini adalah sebuah serangan yang sungguh brutal sekali! Brion membawa perisai raksasanya berlari dan mencoba menghantamkannya langsung ke arah kepala Kairos! Untungnya, Kairos sepertinya sudah melihat serangan itu dan berhasil menghindar!

"Ayolah, Meredith! Kalau kau ingin menang, bantu aku!"

"Aku tak mau membuang tenagaku menghadapi gnome-gnome merepotkan itu, mom. Itu tugasmu, Kai."

"Lalu apa tugasmu, Bodoh? Untuk apa kau menawarkan diri membantuku memenangi babak ini kalau kau hanya diam di situ?"

"Jangan ngobrol sendiri, bom!"

Oooh! Brim menyela percakapan Kairos dan Meredith dengan melemparkan hammernya ke muka Kairos!

Kairos berhasil menghindar – oh! Tapi lihat, Pemirsa! Hammer raksasa yang dilemparkan oleh Brim berbelok arah di udara dan kembali ke arah Brim!

"Apaaa? Kenapa hammerku jadi bumerang gini, bom??"

Brim panik dan berlari, Saudara-Saudara! Tapi hammernya terus mengeras! Hahaha!! Inilah kenapa Kairos begitu merepotkan! Selain bisa melihat arah kejadian, Ia juga mampu membelokkan arah dari benda yang bergerak! Selama sebuah benda bergerak, Kairos bisa memanipulasi arah dari benda itu dan membuatnya melaju ke arah mana pun yang Ia mau.

"Menunduk, Brim, mon!"

Merrygold datang membantu! Apa yang akan dia lakukan, Pemirsa? Oh! Dia mengeluarkan pilar kayu yang entah berasal dari mana! Sebuah totem, Pemirsa! Kita akan segera melihat seperti apa kemampuan seorang Merrygold!

Kini Merrygold terlihat menancapkan totemnya ke tengah arena!

"Green Totem, Law Alteration Area : Original Course, mon!"

Apa yang akan terjadi?

Oh, Pemirsa! Lihat! Hammer Brim kembali berbalik arah! Hammer itu kembali menyerang Kairos!

Luar biasa, Pemirsa! Selain hammer yang terlempar kembali ke arah aslinya, kalau Anda lihat di layar monitor, dedaunan yang jatuh ke sisi arena yang seharusnya terkena hempasan angin sama sekali tidak goyah dan jatuh lurus ke bawah! Nampaknya, keberadaan totem itu membuat semua benda yang bergerak tidak lagi bisa berubah arah geraknya. Dengan ini, Kairos tidak akan bisa menggunakan kekuatan Path-bendingnya lagi!

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh Kairos selanjutnya? Tunggu, di mana Kairos sekarang, Pemirsa? Dia menghilang dari tempatnya berada!

Oh, lihat! Kairos sudah berada tepat di depan Merrygold! Apa yang baru saja terjadi? Saya yakin, ini pasti kemampuan Kairos lainnya! Teleportasi, Permirsa! Kairos baru saja menggunakan Teleportasi!

"Merry, bom!"

"Hati-hati, bon!"

"Merry! Kau apa yang terjadi, bun?!"

Nampaknya, Merrygold mengalami luka di perutnya. Darah bercucuran deras, Pemirsa!

Lihat tangan Kairos! Tangan Kairos juga berlumuran darah! Sepertinya, Kairos berteleportasi sedemikian rupa sampai tangannya berpindah ke dalam perut Merrygold dan melukainya secara langsung! Sungguh teknik yang brutal, Pemirsa!

"Aku baik-baik saja, mon! Bun! Perkuat totemku, mon! Sepertinya aku sudah tidak bisa melanjutkan pertarungan lagi, mon!"

Tubuh Merrygold bersinar, Saudara-Saudara! Nampaknya, Merrygold terluka cukup parah dan harus masuk ke dalam Nexus dan kembali ke tempat asalnya!

Sementara itu, Bun nampak berlari menuju totem di tengah arena!

"Art of Artifice : Complete Reading, bun!"

Bun meloncat dan menyentuh totem sambil memejamkan matanya sebentar!

"Art of Artifice, Inner Augmentation, Law Alteration Area : Original Place, bun!"

Kairos menghilang, Pemirsa! Dia kembali bertele – tunggu! Kairos tidak jadi menghilang! Dia kembali ke tempat asalnya!

"Apa yang kau lakukan, Cebol?!"

Sepertinya Kairos sekarang juga tidak bisa menggunakan teknik teleportasinya lagi, Pemirsa! Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh Kairos tanpa kemampuan path-bending dan teleportasi? Perlu diketahui, walau kemampuan Kairos nampak sangat menakutkan, tapi ketahanan fisiknya sangat jauh di bawah orang biasa. Jika dia kehilangan kemampuannya, walau musuhnya seorang gnome sekalipun, Kairos adalah sasaran empuk, Pemirsa!

Tapi sepertinya, Sang Setan Putih tidak mau menyerah begitu saja! Dia memasag kuda-kuda untuk menendang totem di hadapannya! Tapi Bun terlihat masih berdiri dan menyentuh totem itu! Apa yang akan terjadi, Pemirsa?!

"Art of Artifice, Outer Augmentation, Physical Alteration : Indestructable, bun!"

Kairos menendang totem, tapi – oh! Dia terjatuh dan memegangi kakinya sendiri! Totem masih berdiri kokoh, Pemirsa!

Inilah kekuatan dari seorang Artifice, Bun! Dia sanggup melihat membaca potensi dari suatu benda dan melakukan perubahan sesuai potensi yang ada! Dengan ini, Kairos praktis kehilangan kemampuannya untuk menyerang. Bun berada di atas awan, Pemirsa!

"Terima ini, bom!"

Oh tidak! Tidak!! Brim datang secara tiba-tiba dan memukul telak perut Kairos yang sedang terkapar! Kairos memuntahkan darah dari mulutnya!

Kairos berdiri tertatih-tatih, Pemirsa! Apa yang akan dia lakukan? Oh tidak! Tidak! Tidak!! Ini terlalu brutal, Pemirsa! Brion menghantam batok kepala Kairos dari belakang dengan perisai besarnya!

Pupil mata Kairos terbalik, kita hanya bisa melihat bagian putih dari kedua bola matanya, Pemirsa! Darah bercucuran dari hidung dan mulut Kairos!

Inikah akhir dari seorang Alshain Kairos!?

"Menyedihkan, mom. Tapi, kau tak perlu khawatir, Mapmaker. Hidupmu, mom... hidupmu tak akan berakhir. Hidupmu tak pernah mempunyai awal dan akhir, mom."

Meredith!! Meredith berjalan dari sisi kiri menuju ke titik pertempuran, Pemirsa Sekalian!

"Shadow Specter, mom : Sating!!"

(***)


Bab 4. Kai

Bayangan hitam berkumpul di atas kepala Meredith.

Bayangan hitam itu memadatkan diri dan membentuk sebuah siluet, seorang perempuan bertopi lancip dan menenteng tongkat. Seluruh tubuhnya hitam pekat. Inilah Sating, penyihir bayangan yang terbuat dari bayangan.

Penyihir itu mengayunkan tongkatnya dan terciptalah dua buah bayangan. Kedua buah bayangan itu memanjang seperti akar pohon namun menjalar di udara seperti ular. Lalu tanpa ada seorangpun yang siap, kedua bayangan itu menembus dada Brim dan Brion. Kedua bayangan itu membunuh dua gnome dengan seketika.

Bun menjerit ketakutan. Brim dan Brion, kedua sahabatnya, dibunuh oleh Meredith begitu saja. Bun tidak habis pikir, apa yang membuat Meredith menjadi sejahat dan semengerikan ini? Sejak kapan Meredith menguasai sihir bayangan? Apa kesalahan yang telah Bun perbuat yang membuat Meredith sampai tega membunuh kedua sahabatnya sendiri?

Saat semua pertanyaan dan kesedihan yang mendalam itu berkecamuk di dalam kepala Bun, seorang gadis menghampirinya dari bangku penonton. Gadis itu naik ke atas arena diiringi oleh keheningan yang menegangkan dari komentator dan para pentonton.

"Apa yang terjadi, mom? Bun... Bun... Kenapa aku ada di sana, mom? Kenapa aku menggunakan sihir bayangan dan membunuh Brim dan Brion, mom?"

Mata Bun terbelalak melihat gadis yang baru saja mendekatinya.

Karena gadis itu adalah Meredith.

(***)


"Kenapa ada dua Meredith, bun?!!"

"Aku Meredith, mom! Harusnya kau tahu aku hanya menguasai sihir cahaya, mom! Meredith yang itu palsu, mom!"

Bun menyeka air matanya. Ia tersenyum dengan sangat bahagia, "Syukurlah, bun! Syukurlah!"

"Jangan cengeng, mom!" Meredith menepuk pundak Bun. "Kita harus bersatu dan mengalahkan Meredith palsu itu, Dark Meredith, mom!"

"Ya! Dan membalaskan dendam Brim dan Brion, bun!"

Bun bergegas mengambil perisai Brion dan hammer Brim. Tanpa menunggu lama, artifice mungil itu menggunakan kekuatannya.

"Artifice Mind : Hungry, bun."

Bun mengambil alih senjata kedua sahabatnya dan memakan jejak pengalaman yang tersimpan di dalam kedua senjata itu. Dengan begitu, tanpa perlu belajar, kini Bun sanggup menggunakan kedua senjata itu dengan mahir.

Tidak berhenti sampai di situ, Bun juga menambahkan augmentasi pada kedua senjata itu untuk meningkatkan potensinya secara maksimal. Di titik ini, Bun sudah mencapai tahap kemahiran bersenjata yang berada jauh di atas pemilik asli senjata itu. Lengkap dengan kekuatan maisng-masing senjata yang sudah mencapai titik puncaknya, tentu saja.

"Come at me, bun!"

(***)


"Sebentar, sebentar," gerutu Kai. "Kau datang dari dimensi keempat? Tapi fisikmu tidak bisa termaterialisasi secara penuh. Lalu kau masuk ke dalam core database dan menggunakan fungsi kontrol dari tata keberadaan Alforea untuk menyalin tubuh seseorang?"

"Benar, mom," jawab Meredith. "Seluruh konstruksi hukum semesta Alforea tersimpan di dalam core databasenya, mom. Aku bisa menggunakannya untuk menyalin fisik seseorang, lalu memasukkan sebagian esensiku ke dalam jasad kosong itu sehingga aku bisa bebas bergerak di dimensi ini, mom. Tentu saja, kekuatanku akan berkurang drastis. Tapi memang itu resikonya, mom."

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Kai. "Kau menyalin tubuh gnome ini?"

Gadis gnome itu seketika murung.

"Meredith namanya. Tapi bukan ini sasaranku sebenarnya, mom. Aku ingin menyalin jasad Bun. Ia mempunyai sebuah kemampuan bernama Nexus yang sangat kuat, hampir setara dengan kemampuan menembus dimensi yang dimiliki oleh Mapmaker seperti kita, mom. Sayangnya, rencanaku gagal, mom.

"Untuk menyalin seseorang di dalam core database, aku perlu menyentuh tubuh orang itu, mom. Sialnya, saat aku akan menyentuh Bun, Meredith keluar dari dalam Nexus dan kulit kita bersinggungan, mom."

"Great job," Kai menatap sinis.

Gadis gnome itu membalas kata-kata Kai dengan sorot mata membunuh.

"Baiklah, pertanyaan utamanya," Kai membenarkan posisi duduknya. "Apa tujuanmu? Apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku hanya akan menjawab kedua pertanyaan itu dengan dua kalimat saja, mom. Aku tak akan menjelaskan maksud kalimat itu, tapi kau bisa menanyakannya saat tujuanku sudah tercapai, mom."

Kai menaikkan alisnya tanda tak mengerti.

"Apa tujuanku, mom? Aku ingin menghancurkan Turnamen Battle of Realms. Apa yang kuinginkan darimu? Aku ingin kau memenangkan babak ini, dan aku akan membantumu, mom."

(***)


Kai tak sanggup lagi membuka matanya. Kepalanya serasa pecah, atau mungkin memang sudah pecah berceceran. Ia tak mampu menggerakkan kedua tangannya untuk memeriksa keadaan batok kepalanya. Satu hal yang pasti, Ia merasakan pusing yang luar biasa. Pandangannya menebal dan kabur serta berlapis-lapis. Ia merasa dirinya berada di ambang kematian.

Samar-samar, Kai melihat kilatan cahaya dan gumpalan bayangan saling menyambar dan bergumul di udara. Tiga titik semu saling bertumbukan dan dunia bergetar.

Semua yang dirasakan oleh keenam inderanya, layaknya mimpi.

Semu namun nyata.

Memadu dan lenyap bersamaan di horizon kesadarannya.

Untuk sementara, Kai meletakkan fokusnya di horizon itu. Karena hanya dengan itu Ia bisa berpegang pada tali kehidupannya yang semakin menipis.

Sampai tiba saatnya kilatan cahaya dari dua titik semu termakan habis oleh gumpalan kegelapan.

Pada saat itulah, Kai merasakan keberadaan sebuah cerukan realitas. Sebuah cerukan yang begitu kentara sampai Ia bisa merasakannya dari bawah alam sadarnya.

Cerukan itu kokoh dan berada di pusat segalanya. Di dalamnya, Kai bisa melihat sebuah pintu fana yang terkunci oleh gembok khayalan.

Kokoh, namun rapuh di saat yang sama.

Inikah Nexus?

Jika ini Nexus. Jika ini adalah wujud sebenarnya dari Nexus. Apa yang ada di balik pintu itu?

Surgakah? Kehampaankah? Kampung halaman? Atau tempat apapun yang kau inginkan?

Kai merasakan semua jawabannya benar, lalu Kai meyakini kebenaran itu.

Maka tangan Kai mengepal tanpa Ia kepalkan, dan dari kepalan itu menyala cahaya yang tidak pernah Ia lihat sebelumnya.

Kai berdiri.

Bukan!

Bukan tubuhnya. Melainkan esensi tubuhnya.

Esensi tubuh Kai berdiri.

Dan dalam satu sapuan halus, Ia memukul Nexus di horizon kesadarannya sampai pintu yang terpagut di pusat cerukan hancur berceceran.

Kai berpindah ke dalam pintu yang sudah terbuka.

Dan di dalamnya, sebuah raksasa seribu warna menyambut esensi tubuhnya.

(end...?)

1 comment:

  1. Fatanir - Po

    Kenapa Okong nggak keluar ughaaaaa

    Btw entri ini Count Fu bgt, penuh sains fiksi dan masalah gravitasi ruang waktu dimensi keempat. Pertarungannya meski banyak lewat dialog tapi bagus. Awas hati, ada advis dari penulis kenamaan: jangan terbawa suasana. Maksudnya, jangan sampe banjir metafora ngehalangin kita dari tujuan yaitu menjelaskan plot kepada pembaca. Dan kadang utk ngejelasin progres plot yg rapi, gak selalu butuh bahasa ribet.

    Meredith sama Dark Meredithnya keren btw. Kianunnya juga keren dan jangan disalahkan wkwkw

    ReplyDelete