[Round 3] Frost - Cara Membekukan Dewa Pasta
By: Blackz
Frost menutup buku itu. Momo
membawakan kepadanya sebuah buku mengenai Legenda Asterian Utara dan pada Dewa
Yang mereka.
Hel, Fenrir, Thor, Loki dan tentu saja Odin sang Segala Bapa.
Setidaknya ia sudah mendapatkan berbagai pengetahuan dasar mengenai para Dewa
Yang Asterian Utara, tetapi yang ingin ia ketahui adalah siapakah dewa waktu
yang berhubungan dengan Hel? Siapakah dibalik kekuatan mata pedang kedua yang
ia miliki?
Ia tidak sempat berpikir panjang,
karena istana Alforea sepertinya diserang, suara proyektil yang meluncur di
udara, lalu sebuah ledakan yang merenggut pendengaran Frost. Di depan matanya
kulitnya mulai mengelupas dan terbakar, ia mencium sendiri bagaimana wangi
daginnya sendiri.
Jeritan-jeritan kosong terlihat dari
berbagai pengunjung perpustakaan. Selanjutnya, Alforea menghilang dari peta
dunia.
***
Frost mendapati dirinya berdiri di
sebuah hutan dengan jalan setapak yang dilalui berbagai orang.
Ia tidak sendiri, para peserta yang
tidak asing juga berada di tempat yang sama dan kini seperti dirinya juga
setiap peserta memiliki gadis pelayang yang selalu mengikuti mereka.
“Kenapa diam kak Frost?” Momo menggoyangkan
telapak tangannya di depan wajah Frost.
“Kenapa kita bisa di sini?”
“Lah, kita lagi jalan ke lokasi
putaran ketiga, sesuai yang diperintahkan oleh Tuan Hewanurma”
Frost menggoyangkan kepalanya, ia
mengingat Anastasia yang menyampaikan pesan tersebut, tetapi ia juga tidak bisa
membuang sebuah pemandangan mengerikan yang tersimpan di ingatannya.
Frost meraih pundak Momo dan
mendekatkan wajah gadis itu ke hadapannya.
“Jangan main-main, aku telah mati
bukan, terbakar di antara puing-puing istana Alforea?”
“A—aaku akan menjelaskan mengenai
itu nona Frost, tapi biarkan para peserta yang tidak mengetahui hal ini jalan
lebih dulu, marilah kita beristirahat sebentar di bukaan itu.”
Momo menunjuk ke salah satu sisi
bukaan hutan yang tidak jauh dari jalan setapak, bukan hanya Frost beberapa
peserta walau tidak semua juga datang ke tempat yang sama masing-masing dari
mereka dengan pelayan pribadinya.
“Maaf jika kami harus berbohong
kepada kalian”
Di penglihatan tambahan Frost sosok
Anastasia terbentuk di tengah area bukaan itu.
“Kalian yang berada di sini adalah
peserta yang entah mengapa tidak bisa mempertahankan memori palsu yang kubuat,
jadi aku akan mencoba jujur. Kalian semua telah mati!”
Suara riuh rendah dan sedikit
kepanikan melanda para peserta, tetapi mereka tetap tidak bergerak dari tempat
mereka.
“Seperti yang terjadi di putaran
kedua, saat ini Battle of Realms sepertinya tengah menjadi target utama
sabotase oleh pihak yang tidak diketahui tuan Hewanurma.”
Frost masih mengingat dengan apa
yang terjadi di putaran kedua, bahkan serangan yang menghancurkan tubuh fisik
para peserta dikenal dengan pixel breakdown. Tetapi para peserta akhirnya
terselematkan oleh pihak panitia turnamen.
“Sebenarnya pelayan pribadi yang
menemani kalian adalah cara kami menjaga nyawa kalian, dari pihak pensabotase,
tiap menit bersama mereka data ingatan dan juga diri kalian akan terus
tersimpan di server kami. “
Frost melirik ke arah Momo, alasan
mengapa Momo menemaninya ke perpustakaan dan juga selalu berada di sampingnya
telah dijelaskan Anastasia.
“Nah, peserta yang berada di tempat
ini adalah peserta yang kurang beruntung karena pembaharuan data kalian terjadi
bersamaan dengan ledakan sehingga kalian tetap mengingat kejadian buruk
hancurnya Alforea.”
“Saya Anastasia, mewakili tuan
Hewanurma dan juga Mahadewi Tamon meminta maaf atas ketidak nyamanan ini.”
Walaupun berbentuk bayangan statis
di tengah-tengah bukaan itu, Anastasia berlutut dan menaruh keningnya ke tanah.
Frost tidak bisa berkata apa-apa,
permintaan maaf itu terdengar sangat tulus. Mereka yang hanya ingin menggelar
turnamen untuk bersenang-senang harus diganggu sama pihak misterius
pensabotase. Hal ini tentu saja mengganggu niat Frost yang hanya ingin
mendapatkan petualangan baru dan mendalami kemampuannya.
“Sial salah satu kelemahanku adalah
air mata wanita cantik!” salah seorang peserta yang berada di tempat itu
mencoba memaafkan Anastasia, namun kalimat murahannya itu membuat suasana
tempat itu menjadi kembali ringan.
“Sekarang kami mohon agar para
peserta mau berjalan ke lokasi putaran ketiga yang dipandu oleh panitia tamu,
sementara kami memperbaiki Alforea.”
“Mari, kak Frost.” Momo sekali lagi
mencoba menuntun Frost kembali ke jalan setapak di dalam hutan tersebut.
Sepanjang perjalanan Frost mencoba
memutar memori palsu yang ditanam Anastasia mengenai Putaran ketiga.
***
“Kali ini kalian semua akan
bertarung di tempat yang sama, satu lawan satu dengan menggunakan bantuan
khusus.”
Seperti biasa Anastasia dan RNG-Sama
memulai pemberitaan informasi mereka di tengah-tengah Bar.
“RNG-Sama telah menentukan siapa
yang akan menjadi lawan kalian, dan kalian akan bertarung di koloseum tetangga
kita yang dipandu oleh panitia tamu. Kami akan segera menteleportasi kalian ke
tempat tujuan, kalau misalnya meleset sedikit jangan salahkan yah, tee-hee.”
Seketika itu juga Frost menghilang
dari tengah-tengah bar.
***
“Silakan dipilih, setiap monster
yang ada disini sudah diklasifikasi dan diambil dari tanah Asterian langsung.”
Momo telah memandu Frost hingga ke
bawah tanah kolloseum, setelah Dyna Might dan Lady Steele, nomor urut ketiga
yang berkesempatan untuk memilih monster pendamping adalah Frost.
Di hadapannya ratusan kandang di
kanan dan kiri membentuk sebuah gang panjang. Setiap monster berada di dalam
kandang yang bertembokkan kaca ajaib.
“Dan mereka akan menuruti
kata-kataku sepanjang pertarungan?”
“Tentu saja, dengan bantuan ikat
leher ini, setiap monster akan menuruti perintah tuannya, tetapi ikat leher ini
akan membuat sang monster kehilangan insting dan juga kehendak bebas mereka.”
“Arti kata, mereka hanyalah sebuah
wayang di atas arena?”
“Begitulah…”
“Hahahah, kau tidak akan pernah bisa
mengalungkan benda terkutuk itu kepadaku!”
“Momo, Tuan, kau mendengar tawa
itu?”
“Tawa?
“Kak Frost, terlalu banyak suara
monster di tempat ini tapi aku sangat yakin tidak ada yang tertawa!”
Frost mengarahkan pandangan ke asal
suara yang berbicara dengan bahasa manusia.
“Apa lihat-lihat?”
“Eh? Kau bisa bicara?” Frost
mendapati sebuah kandang berisikan serigala putih mengisinya. Tinggi serigala
yang berdiri dengan empat kaki itu sedikit melebihi Frost, rambut-rambut yang
berada di seluruh tubuhnya seakan menjadi penghasil salju, setiap gerakan
tubuhnya menjatuhkan butiran salju ke tanah.
“Percuma nona Frost, winter wolf yang satu ini tidak bisa
dikalungkan ikat leher ini, ia tetap memberontak kepada perintah.”
“Kurang ajar, dimana rasa hormatmu
dia bukanlah serigala biasa, ia adalah sedarah Fenris!”
“Kau mengenalku?” Serigala itu
seakan menyetujui pernyataan yang dikeluarkan oleh Frost segera maju hingga ke
tembok kaca mendekatkan dirinya dengan Frost saling menatap.
“Tidak, itu kesimpulanku. Seekor
serigala putih, berasal dari duniaku dan anehnya mampu berbicara hanya
denganku, kau pastilah sepupu jauhku!”
“Sepupu?” Serigala itu menggeram
tetapi yang didengar Frost adalah pertanyaan yang penuh dengan rasa tidak
percaya itu.
“Nama asliku adalah Hesinne, putri
dari Hesalia, Garis keturunan setengah dewi dari Hel, Anak dari Loki. Sudikah
engkau Sedarah Fenris anak-anak Skoll menjadi pendampingku dalam pertarungan
mendatang?”
“Aku akan membantumu hanya karena
kau juga seorang Demigod, huh kau kira hidup semudah itu?”
Serigala itu mundur lagi menjauh dan
memojok, suaranya terdengar lantang begitu juga salakan yang didengar Momo dan
penjaga bawah tanah Koloseum.
Tetapi serigala itu tidak
menyembunyikan fakta bahwa ia tengah gemetar dan ekornya juga terlipat di balik
kaki belakangnya, ia takut.
“Tuan, bisakah aku masuk ke dalam kandang
ini?”
Penjaga itu memberi pandangan kaget
kepada Frost, tetapi ia tidak memberikan sanggahan atas kehendak Frost. Dengan
menempelkan telapak tangannya ke arah kaca ajaib itu, sang penjaga membuat kaca
tersebut bergetar.
“Silahkan nona, saat ini nona bisa
berjalan melewati kaca tersebut.”
Tanpa ragu-ragu Frost segera
berjalan menembus kaca tersebut dan memasuki ruangan besar dimana Sedarah
Fenris itu memojokkan diri.
Suara mengendus terdengar kencang
dari arah Sedarah Fenris, Frost menjulurkan lengannya ke arah serigala
tersebut.
“Kurasa kau sudah bisa mengetahui
bahwa aku tidak berbohong mengenai garis keturunanku.”
“Kau tidak memiliki bau seperti
seorang penduduk Asterian utara, tetapi tidak salah darahmu sama seperti kami
memiliki wangi salju di dalamnya.”
“Dengarkan aku, wahai sedarah
Fenris…”
“Riesling, namaku adalah Riesling.”
“… Riesling, aku tidak akan mampu
bertarung di atas sana nanti dengan musuhku sendirian. Aku tidak akan memilih
hewan-hewan tak berakal lain di luar sana. Aku memilihmu Riesling bukan karena
kita sepupu, bukan karena aku bisa berbicara denganmu. Aku memilihmu karena aku
tahu kau memiliki kehormatan dan keberanian seperti kakekmu yang ditakdirkan
untuk menancapkan taring kepada Odin Segala Bapa.”
Serigala itu berdiri dari duduknya
menatap menunduk kepada Frost langsung mendengarkan kata-kata Frost. Ekornya
yang bergoyang di belakang menunjukkan bahwa rayuan Frost berhasil mencapai
rasa percaya dirinya.
“Aku juga menjanjikan bahwa pedangku
ini, dan juga seluruh kemampuan dari Hel yang berada di darahku akan kugunakan
untuk melindungimu. Seperti juga kekuatanmu yang akan memanduku dalam
pertarungan nanti.”
“Janjimu sungguh menarik Hesinne,
baiklah aku akan bertarung bersamamu dalam pertandingan selanjutnya!”
Riesling melangkah maju menempelkan
keningnya ke kening Frost, Frost menanggapinya dengan mengangkat tangan
kanannya dan juga membelai leher dan tengkuk dari Riesling.
“Kita akan bertemu di pertarungan
nanti!”
***
“Maaf sebelumnya, kak Frost. Kita
perlu menghemat database, sehingga siapapun yang kalah di pertandingan satu
lawan satu ini harus pulang. Secara efektif kami harus mengurangi peserta
menjadi setengahnya.”
Pertarungan Steele dan Dyna baru
saja berakhir, Kini giliran dirinya dan seorang koki bernama Pitta N. Junior.
“Kau tidak perlu meminta maaf Momo,
aku mengerti permasalahan yang dialami panitia dari penjelasan Anastasia tadi,
setidaknya aku hanya ingin petualanganku tidak berhenti di sini. Tetapi kalau
memang koki itu lebih hebat dariku ini adalah perpisahan kita.”
Dari sudut utara, kita bawakan Frost
Imbuer dari Gereja Hephaestus dan juga sahabat barunya Winter Wolf…
“Sedarah Fenrir”
Frost bisa mendengar geraman
Riesling dari dinding di sebelahnya.
“… Riesling!”
Gerbang besi yang berada antara
Frost dan juga lapangan kolloseum terangkat, dan tepat di koridor sebelahnya
terdapat koridor dimana Riesling merangkak keluar.
“Dan di sudut selatan kita panggilkan
Master Pizza, Pitta N Junior atau the Fapi Boy, bersama dengan Sahabat barunya
Flying Spaghetti Monster… Pastafarian!”
Pria bernama Pitta itu melangkah
keluar dari koridor di seberang Frost, tangannya tak berhenti menggulung tetapi
koridor sebelahnya kosong, tidak ada monster yang seharusnya keluar dari tempat
itu.
Frost berpikir terlalu cepat,
nyatanya kolosseum mendadak menjadi gelap, Saat ia menengadahkan kepalanya ke
atas ia menyadarinya. Sebuah lautan mi yang dipenuhi oleh bola-bola daging
bergerak bebas di lautan itu.
“Aku adalah Tuhan, dan kalian
manusia menyerahlah sebelum kuberikan hantaman surgawi untuk kalian!”
Sejulur pasta turun dari lautan mi
tersebut mengangkut Pitta ke dalamnya.
“Ini akan susah Riesling”
“Tidak masalah, aku malah membenci
matahari!” jawab sedarah fenrir itu.
“Pertarungan dimulai!” tepat setelah
meneriakkan pengumuman itu Tarou sekali lagi menghilang dari area pertarungan,
persis yang terjadi dalam pertarungan sebelumnya.
Tanpa peringatan jelas, puluhan
juluran mi jatuh menusuk ke tanah. Frost berlari menghindar, begitu juga dengan
Riesling tetapi karena mereka tidak saling berkoordinasi keduanya berakhir
terpisah jauh.
“Seharusnya kau ke sini Riesling,
bagaimana aku bisa menjagamu kalau kau begitu jauh?”
“Aku harus menjaga diriku tanpa
membicarakanya denganmu kan?” Riesling menggeram kesal.
Pilar-pilar pasta terus berjatuhan,
sekali lagi baik Frost dan Riesling
menghindari pilar tersebut tanpa bersinkronisasi.
“Kau bisa melompat ke arah benda
itu?”
“Terlalu tinggi, aku hanya bisa
mencapai setenngahnya.”
“Baiklah aku akan mempersiapkan
semuanya, kau bisa bertahan selama beberapa menit bukan?”
“Menghindari sulur-sulur itu
bukanlah sebuah tantangan buatku!”
Frost segera membacakan berkat
pembekuan di mata pedangnya sembari menghindari jatuhnya pilar pasta,
selanjutnya ia bergerak mengelilingi kolloseum membuat beragam pijakan-pijakan
es.
“Mengapa kalian melawan begitu rupa,
aku yang menciptakan kalian aku juga yang akan menghilangkan eksistensi kalian!”
Satu sulur pasta itu merendah,
membentuk sebuah jembatan dimana di tengahnya berdiri Pitta yang tengah
memegang roti bundar berwarna coklat keemasan.
“Sebuah pizza yang menggunakan
komposisi surgawi, aku akan menamakannya Pazzta!”
Roti bundar itu terpotong menjadi
delapan segitiga sama sisi. Dengan satu gerakan menunjuk ia melemparkan sebuah
potongan pazzta itu ke arah Riesling.
Kecepatannya berbeda dengan jatuhnya
pilar, benda itu bergerak secepat anak panah yang melesat dari busur.
Frost menghantamkan pedangnya ke
tanah dan gelombang es menahan potongan pazzta tersebut mendarat di tubuh
Riesling.
Tepat di lokasi mendarat pazzta
ledakan hebat terjadi, tetapi bukanlah api yang meledak melainkan
potongan-potongan mi menyeruak. Tajam, bahkan memecahkan gelombang es yang
terbentuk.
Untunglah Riesling sudah melompat
menjauh sejak pazzta itu mulai dilemparkan. Ia kini bergerak mendekati Frost.
Sekali lagi di antara
tusukan-tusukan pilar tersebut sebuah pazzta meluncur, sudah mengerti apa yang
terjadi, Riesling menggigit kerah belakang Frost dan menariknya menjauh dalam
satu kali lompatan.
Mereka berdua mendarat jauh dari
ledakan kedua.
“Terima kasih Riesling.” Ucap Frost
sembari menggaruk moncong sedarah fenris yang besar itu.
“Aku sudah menyiapkan landasan,
seharusnya kau sudah bisa melompat dan menerkam benda itu.”
“Dimana?”
“Maksudmu?”
“Dimana aku harus menerkamnya?
Maksudku…”
Riesling segera bergerak dengan
kecepatan tinggi menaiki landasan-landasan yang tercipta oleh Frost.
Frost terus bergerak menghindari
pilar-pilar mi yang terus menusuk, sudut matanya tidak pernah lepas dari
gerakan Riesling.
Riesling melompat tinggi, dan
menerkam satu bagian tubuh mi terbang tersebut, menembusnya lalu satu gigitan
lagi saat Riesling menembus turun kembali.
Seakan tidak terjadi apa-apa lubang
itu kembali tertutupi mi lagi.
“Hahahahah, kau tidak akan bisa
melukai sang pencipta!”
“Berani-beraninya kau melukai Sang
Agung Spaghetti Terbang!”
“Pencipta kami adalah Yang Force,
bukan makhluk aneh seperti itu!”
“Auuuungggg!”
Itu bukanlah sebuah ucapan balik,
Riesling benar-benar melolong tanpa arti kepada Pitta dan juga Mi terbang itu.
“Kau mengerti kini maksudku?”
“Yah kita harus mencari kelemahan makhluk raksasa itu.”
Pitta kembali ditarik masuk ke dalam
tubuh mi terbang tersebut. Frost menyadari satu hal, makhluk tersebut memiliki
delapan buah bola daging yang terbang secara berantakan di dalam lautan mi-nya.
“Mungkin, bakso-bakso itu adalah
titik lemahnya?”
“Aku akan mencobanya!”
Sekali lagi Riesling maju
berloncatan di seluruh kolloseum di berbagai landasan es yang dibuat oleh
Frost.
Frost tidak melihat ke arah
riesling, ia melihat ke arah mi terbang itu berusaha melihat dari mana Pitta
akan melemparkan potongan pazztanya. Tiga potongan Pazzta sudah terlempar
sebelumnya dan tiga-tiganya mengarah ke Riesling, ia harus menghentikan
potongan itu dengan gelombang Es setidaknya untuk menjaga Riesling.
“Disana!”
Riesling mendapatkan posisi terbaik
untuk mulai meloncat dan menggigit sebuah bola daging. Tidak hanya satu, ia
kembali menggigit satu bola daging lainnya saat ia hendak meloncat turun.
“Arrrrgggghhhhh kantung-kantung
benihku!”
Riesling meludahkan potongan daging
tersebut dari moncongnya. Dua buah bakso daging yang tergigit itu jatuh dari
langit dan menghantam tanah kolloseum.
Keajaiban bagi Frost dan Riesling
terjadi, makhluk besar itu menyusut volumenya baik ketebalan dan juga luas
tubuhnya.
“Kalian para kafir!”
Dari lautan mi terbang tersebut
sebuah pazzta terbang melayang ke arah Riesling, Frost memotong terbangnya
pasta tersebut dengan membangun tembok gelombang es. Ledakan pazzta berhasil
dihindari, tetapi tepat setelah ledakan itu mereda ternyata sebuah pazzta
lainnya meluncur terbang.
Serangan dua tahap, Frost tidak akan
sempat membuat gelombang es baru untuk menghentikan potongan kedua itu.
Ia segera mengayunkan pedangnya dan
menghantam pazzta dengan sisi pipih pedang tersebut.
Pazzta terpental sedikit sebelum
akhirnya meledakan potongan mi tersebut ke berbagai arah.
Lengan kiri, pinggul kiri, dan juga
pergelangan kiri bawah Frost tertusuk mi kering yang tercipta. Begitu juga
dengan kepala Riesling dan beberapa bagian tubuhnya.
“Riesling!”
Frost tidak memperdulikan rasa sakit
yang melanda dirinya ia malah menyesalkan telah mengecewakan sepupu dan sahabat
barunya ini.
“Aku tidak apa-apa”
Reruntuhan gelombang es yang
terbentuk untuk menjaga Riesling tadi bergetar hebat. Entah apa yang terjadi
berikutnya es itu menjadi serpihan salju yang tertarik dan meresap ke tubuh
Riesling, menyembuhkan lubang-lubang yang tercipta dari ledakan mi kering
tersebut.
“Aku sama seperti dewa palsu
tersebut, ini bukanlah bentuk asliku.”
“Kau membentuk dirimu dari es?”
“Salju tepatnya, tetapi entah mengapa aku baru menyadari esmu mudah diubah menjadi salju olehku, berbeda dengan es sebenarnya.”
“Salju tepatnya, tetapi entah mengapa aku baru menyadari esmu mudah diubah menjadi salju olehku, berbeda dengan es sebenarnya.”
“Kenapa kau tidak bilang
sebelumnya!”
“Aku tidak mau membongkar rahasiaku
dan juga…” Riesling mencaplok lembut bahu Frost dan menariknya ke balik
punggung, menempatkan Frost menunggangi dirinya “… kita tetap harus bergerak
menghindari serangan mereka!”
Riesling melompat-lompati landasan
es yang dibuat Frost sembari kembali menghindari lemparan Pazzta dari Pitta.
“Potongan keenam, dua potongan lagi
dan pria itu harus mengadon resep baru!”
“Dan juga mana aku tahu kalau esmu
ternyata mudah menjadi salju?”
“Kau baru melanjutkan bantahanmu
sekarang?”
Kedua saudari itu tertawa sembari
terus menghindari serangan bertubi-tubi dari mi terbang tersebut.
Frost dan Riesling juga menyadari
setelah menciut kecepatan serangan pilar-pilar itu naik drastis tetapi tetap
masih bisa dihindari.
Sebuah kesempatan terlihat di depan
mata Riesling sekali lagi melompat dan menerkam bola daging tersebut, satu saat
melompat dan satu saat terjun turun.
Diluar perkiraan, sahabat baru Frost
itu cukup penuh perhitungan dalam menyerang, ia tidak ingin menyia-nyiakan
lompatan sehingga ia menunggu waktu yang tepat agar dapat menyerang dua buah
bola daging tersebut.
Reaksi yang didapatkan kini menjadi
lebih parah lagi dari sebelumnya, Tubuh mi terbang itu menciut sangat drastis
ukurannya menjadi sekitar 20 meter dalam diameter, dan bahkan kini Pitta tidak
bisa lagi bersembunyi di dalamnya.
Makhluk itu menurunkan ketinggiannya
dan kini melayang di permukaan kolloseum.
“Betapa hinanya, makhluk yang
mengangkat dirinya sebagai dewa harus sejajar dengan manusia biasa.”
Frost tahu hinaan Riesling itu hanya
terdengar sebagai salakan serigala, dan ia sendiri tidak ingin memprovokasi
musuh, karena itu Frost tidak menterjemahkannya.
Frost menunggangi Riesling melawan
Pitta yang berdiri di atas mi terbang, mengendalikan pazzta yang melayang di
sekitarnya.
Tidak ada kata terucap dari pihak
Pitta dan juga Mi terbang tersebut, tetapi jelas kemarahan mereka terlihat
dalam ekspresi.
Baik pitta yang tangannya semakin
merah, ataupun sang mi terbang yang kini memiliki saus-saus merah di setiap mi
yang bergerak.
Tanpa peringatan sekali lagi
sulur-sulur mi meluncur keluar dari tubuh makhluk tersebut kali ini dengan
kecepatan layaknya tusukan tombak.
Beberapa serangan masuk ke tubuh
salju Riesling, tetapi Frost segera membangun tembok es untuk diserap Riesling.
Dengan ketinggian makhluk itu
sekarang, sulit bagi Frost untuk melihat dimana letak bola daging makhluk
tersebut.
“Aku tetap bisa menciumnya Frost,
bola daging itu memiliki aroma yang berbeda dengan mi.”
Entah apa yang terjadi tetapi kini
kedua saudari sepupu itu ternyata sudah bisa berkomunikasi hanya dengan gerakan
tubuh.
“Acuhkan saja, itu adalah kemampuan
dasar serigala dan anjing untuk membaca ekspresi makhluk yang sudah akrab
dengannya.”
“Tapi bahkan kau tidak melihat wajahku?” Frost ingin menjawab seperti itu, tetapi
seperti yang disuruh Riesling, acuhkan saja.
“Tapi dengan tubuhnya sekarang aku
juga bisa menebas bola daging tersebut.”
“Pegangan!”
Riesling melompat jauh menghindari
sepasang pazzta yang melayang ke arahnya, dua ledakan berturut-turut membuat ia
menjauh dari lawannya.
“Sebenarnya kau masih bisa bertarung
kan Frost?”
“Lengan kiriku kebas, tetapi masih
bisa digunakan, sedangkan kaki kiri. Sudah berkali-kali dalam turnamen ini aku
bergerak dalam keadaan seperti ini.”
“Lalu selain pedang es, ada
kemampuan lain yang bisa kaupakai?”
“…” Frost enggan menjawab mengenai
mata pedang perlambatan miliknya, sampai detik ini ia masih tidak mengetahui
Akses ke mana kekuatan ini berasal.
“Mengapa terdiam Frost?”
“Aku punya, tapi tidak efektif aku
belum mengetahui siapa aksesku? Tidak, bahkan tidak tertulis siapa dewa yang
menguasai akan jalannya waktu di kisah Asterian Utara.”
Frost dan Riesling terus
berkomunikasi sembari menghindari serangan mi terbang, di sisi lain Pitta masih
berdiri di atas makhluk tersebut menggulung adonan roti baru.
“Waktu?”
“Iya, kemampuanku satu lagi adalah
melambatkan segala sesuatu yang tersentuh oleh mata pedangku!”
“heheheh, kau tidak akan mengetahui
Norn dari kisah Asterian utara manapun yang kau baca?”
“Norn adalah tiga dewi yang
menguasai takdir, terdiri dari dua zaman, zaman sebelum odin berkuasa, dan
zaman dimana para dewa menjadikan turun ke Asterian adalah sebuah ketabuan.”
“Kurasa kau memiliki Akses ke Norn
yang baru, Dewi takdir yang lama adalah kelahiran, perjalanan dan kematian.
Sedangkan ketiga dewi takdir yang baru adalah Penundaan, Penerimaan dan
Penghindaran.”
“Hahahhahahaha….” Tawa Riesling
meledak begitu rupa ia bahkan hampir gagal menghindari tusukan-tusukan mi “…
tentu saja kau mewarisi Akses kepada Norn modern, karena ketiga Norn modern
adalah adalah nenek-nenekmu. Ketiga Valkyrie pertama.”
“Silmeria yang menghindari kewajibannya,
Hrist yang menerima kewajibannya dan Lenneth yang menunda kewajibannya. Cobalah
berbicara kepada mereka, dan kemungkinan kau akan mendapatkan kemampuan baru!”
Frost mendapatkan sebuah
pencerahaan. Tiga dewi, penundaan penerimaan dan penghindaran dari takdir dan
dari tiga kekuatan itu ia mendapatkan dasar penundaan karena ia seharusnya
bukanlah pemberkat dari Hephaestus, ia seharusnya seorang Valkyrie.
“Hrist, Lenneth dan Silmeria, Kalian
yang merespon kepada takdir dengan cara kalian sendiri, hamba adalah keturunan
Valkyrie yang menunda takdir. Kini mencoba untuk mendengarkan panggilan takdir
serta meminta bantuan kalian!”
[2 poin skill tersedia]
[1 poin skill diinvestasikan ke
jalur pedang Takdir]
[Bilah Perlambatan kini bisa
dilanjutkan ke Serangan Tiga Takdir]
Sebuah tulisan kembali muncul di
penglihatan tambahan Frost. Kali ini menjelaskan bahwa kemampuan ia selama ini
merupakan jalur pedang takdir.
“Kami akan menagih janjimu itu, Frost namun bukan sekarang. Sekarang
adalah waktunya untuk bertarung dan menjadi pemenang!” tiga suara menjawab doa Frost. Dan
ia bergidik bahwa dalam waktu dekat ia akan bertemu dengan para Norn.
“Aku sudah mendapatkan kemampuan
baru, serta cara aplikasinya. Sekarang dengarkan rencana ini!”
Frost membisikkan rencana serangan
mereka.
“Mari kita lihat apa ini akan
berhasil?”
Riesling menghentikan pergerakan
liarnya, kali ini ia berbelok menghadap ke arah Pitta dan mi terbang itu.
Ternyata waktu yang dipakai oleh
Frost dan Riesling berkomunikasi cukup lama, karena Pitta ternyata sudah
menyelesaikan adonan roti baru, delapan juring melayang di sekitarnya dan Frost
yakin itu bukanlah Pazzta karena memiliki taburan makanan yang berbeda.
“Hel jawablah panggilanku, berikan
aku kekuatan beku yang mampu menghancurkan semua musuh-musuhku!”
Mata pedang hephaestus yang
seharusnya merah itu mengkilat biru, mengembun lalu mengkristal berubah
sepenuhnya menjadi pilar, mata pedang yang membeku!
Riesling melompat kecil sebelum
menerjang ke arah Pitta membuat Frost melayang dan menyiapkan serangannya dari
udara.
Terjangan Riesling masuk lebih
dahulu, tetapi tubuhnya terpental saat hendak menerkam Pitta sebuah pelindung
khusus terbentuk dari roti terbang tersebut, setelah melindungi kokinya satu
dari delapan juring roti itu menghilang.
“Jadi butuh delapan tusukan lagi
untuk membunuhmu?”
Dari udara Frost menusukkan pedang
Es-nya ke arah Pitta, Setiap tusukan yang seharusnya mementalkan musuh justru
membuat Frost tetap berada di udara agar dapat memberikan tusukan lagi.
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam.
Enam tusukan terhalang oleh perisai ajaib, cukup membuat pertahanan Frost
terbuka lebar, dari bawah pijakan kaki Pitta bangkitlah tusukan-tusukan pasta
yang menusuk tubuh Frost.
Semuanya menembus tubuh Frost, lalu
dengan tarikan ke berbagai arah Frost terbuyar begitu saja.
Tetapi darah dan potongan daging
yang meledak itu segera menghilang, Frost kembali berada di udara dan kali ini
alih-alih menusuk ia Melemparkan pedang berbalut Es miliknya, serangan yang
melumpuhkan Mima ini dipakai lagi untuk menghancurkan perisai milik Pitta.
Frost mendarat tepat di hadapan
Pitta, satu tendangan putar dengan dua kaki cukup untuk membuat Pitta terpental
keluar dari lingkaran tubuh Mi Terbang tersebut, dan di sisi luar menunggu
Riesling yang mencaplok sekuat tenaga bahu Pitta dan melemparkannya lebih jauh!
“Siapa yang mengijinkan kaki kafirmu
untuk menginjak diriku?”
Tubuh Mi terbang itu menyeruak
membesar menusuk-nusukkan mi-minya ke tubuh Frost kaki, paha, punggung, dada,
leher, bahkan dari mulut Frost mi muncul dengan berlumuran darah.
“Kau tidak pernah belajar yah? Dewa
Palsu!”
Frost kembali muncul di udara dan
melemparkan kembali pedang berbalut es. Ke tubuh mi terbang tersebut.
Begitu es pedang tersebut mendarat
di tubuh Mi Terbang tersebut, Frost berteriak dengan sepenuh tenaga, “Esku,
meledaklah!”
Dan segala es yang berada di pedang
Frost meledak tetapi alih-alih merusak tubuh mi terbang, Es tersebut membekukan
seluruh tubuh makhluk tersebut.
Menggunakan momentummnya di udara,
Frost mendaratkan kadua kakinya ditambah dengan menekan seluruh tubuhnya ke
tanah.
Tubuh Es Mi Terbang tersebut hancur
berantakan, setiap bagian mi nya berserakan ke berbagai arah.
Yang tersisa hanyalah empat bola
daging yang melayang di udara, mengingat bahwa kemungkinan itu adalah sumber
kekuatan makhluk ini. Frost tanpa ragu menebas bola daging yang tersisa dengan
pedangnya.
Makhluk yang mengaku dewa itu sudah
musnah, dan Pitta masih tidak bergerak dari posisinya karena tengkuknya tengah
dalam gigitan Riesling.
Rasa takutnya akan kematian
membuatnya mengeluarkan air seni dari balik celana sebelum akhirnya jatuh
pingsan.
“Riesling, Kita berhasil!”
Kaulah yang menyelesaikan ini Frost.
***
Suara tepuk tangan meriah membanjiri
kolloseum, di satu sisinya seorang wanita yang pembawaannya mirip dengan Tamon
bertepuk tangan.
“Itukah yang mulia Netori? Panitia khusus ronde ini?” bisik Frost kepada Riesling.
“Iya, dia adalah penguasa benua
Amatsu ini.”
“Yang mulia Netori, Bolehkah aku
meminta kebebasan untuk sahabatku Riesling ini?”
Tidak ada jawaban, beliau tetap
bertepuk tangan sebelum akhirnya kembali ke singgasananya.
“Justru nasib sang monster
sepenuhnya bebas di tangan sang pemenang, silahkan diskusikan di ruang tunggu,
serta jangan lupa mengecek kotak surat hadiah, karena ada hadiah dari Yang
mulia Netori untuk semua pemenang putaran ini!”
Tarou tiba-tiba muncul tepat di
samping Frost dan Riesling, menjelaskan apa yang seharusnya terjadi.
“Mohon bagi pemenang meninggalkan
lokasi agar pertarungan selanjutnya bisa dilanjutkan.”
Riesling kembali merapat kepada Frost,
Frost menungganginya agar dapat meinggalkan arena kolloseum. Kedaan tubuhnya
tidak memungkinkan untuk berlari cepat.
Mereka berdua sampai di koridor
tempat Momo menunggu Frost kembali.
“Kak Frost!” Dengan satu gerakan seperti berdoa tiba-tiba
seluruh tubuh Frost menjadi segar, seluruh luka tertutup dan seluruh kerusakan
busana terjahit kembali.
“Momo, bolehkah aku membawa riesling
ke pertarungan-pertarungan selanjutnya?”
“Itu sebenarnya bukan keputusanku
dan kak Frost, Kalau Rieslingnya mau dia bisa memilih untuk dikembalikan ke
dunianya atau terus menemani kak Frost.”
Iya, Frost memohon kepada Netori
maupun Momo, tapi ia tidak mempertanyakan apakah Riesling sendiri mau untuk
mengikuti battle of realms ini?
“Bagaimana Riesling, kau mau
mengikutiku atau kembali ke Asterian Utara?”
“Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi
di tempat itu, dan melihat sumpahmu kepada Norn, aku tertarik untuk melihat
bagaimana jadinya saat mereka akan menagih janjimu. Izinkanlah aku menemanimu
dalam pertarungan berikut-berikutnya.”
Frost segera memeluk leher Riesling
dan mengucapkan terima kasih kepada Riesling.
“Dan satu lagi yang belum kuberitahu
kepadamu!”
Tubuh Riesling segera luruh
meninggalkan ratusan butiran salju tumpah ruah.
“ini adalah bentuk asliku!” suara
dalam dan tinggi Riesling segera berubah menjadi suara nyaring nan imut.
Riesling yang kini berdiri di atas tumpukan salju itu hanyalah seukuran anak
anjing kecil.\
“Namaku Riesling, umurku baru 4
bulan, entah mengapa setelah berada di tempat ini aku tidak pernah bertambah
tua.”
Seakan melihat sesuatu yang langka
Frost dan Momo segera berebutan memeluk anak anjing kecil nan lucu itu.
End of Round 3
***
► [R3 Loot: Amatsu Spirit Crystal]
[Berbeda dengan Alforea yang berfokus kepada sains, Amatsu sampai saat ini
masih menggunakan sihir berbasis roh untuk persenjataan perang mereka. Dan kristal
roh yang satu ini merupakan salah satu senjata paling mutakhir.]
Wuih, ternyata Frost adalah Valkyrie? Saya tak menduga itu.
ReplyDeleteSeperti biasa, pengungkapan identitas serta latar belakang dari OC Ivan ini selalu wah. Lalu inspirasinya diambil dari kisah besar yang memang sudah paten, seperti Norse dan Yin-Yang, kemudian dipadu-padankan menjadi cerita lain. Secara umum, konsepnya sudah bagus dan matang.
Tinggal pembawaannya ke dalam cerita saja yang perlu lebih diperhatikan. Terutama dalam hal-hal teknis dan sejenisnya.
Saya suka bagian akhirnya saat Frost mendapatkan pet berupa snowy puppy. Pasti seru kalau si snowy puppy itu bertarung dalam wujud mungilnya itu.
Secara battle, ini lebih greget daripada entri saingan. Namun dari segi lain, yaitu cerita, penyusunan plot, kekuatan narasi, kerapihan penulisan, ataupun kesegaran tema, maka entri Fapi lebih unggul.
Vote saya untuk entri Fapi.
Well, good luck~
Saya memang lebih menitikberatkan pada battle ketimbang unsur2 drama dan filosofi dalam cerita. Oke, entri Fapi memang lebih unik dari Frost karena pada dasarnya latar belakang OC-nya tak jauh dari kuliner.
ReplyDeleteTapi, kembali ke titik berat saya, walaupun Pastafara itu disebut2 seperti dewa dan karakter Fapi kurang tergali karena minim bicara dan minim "aura cinta"-nya di sini, perjuangan dan putar otak Frost cukup berkesan dan secara logis dan ilmiah cukup masuk akal.
Jadi, saya tetapkan VOTE FROST.
OC: Vajra
Ooookay...
ReplyDeleteLawannya the great Flying Spaghetti Monster... Ini entrinya rapi, battlenya juga jelas dan lumayan seru. Tapi entahlah, saya ngerasa ini agak datar. Karakterisasi dan interaksi mereka datar IMHO...
Vote nanti, saya musti baca entri lawannya dulu.
Zoelkarnaen
(OC: Caitlin Alsace)
Kayaknya entri Frost beneran naik turun terus ya. Prelim menghentak, r1 nurun, r2 wah, r3 jatuh lagi
ReplyDeleteTapi kalo diliat perjalanan Frost dari awal sampe sekarang, saya masih ngeliat potensi di Frost sebagai karakter. Battlenya juga masih lebih berisi ketimbang entri lawan, meski semoga penulis ke depannya bisa meracik supaya masalah yang sama - tulisan berkesan datar - ini bisa dikasih satu bumbu biar lebih enak lagi
VOTE buat Frost
Yay, saya sudah baca entry Frost. Saya mulai komentar singkat saya, ya? Frost cukup memikat saya dengan perkembangan dan racikannya. Sayangnya, interaksinya gak berasa, saya nyaris gak nemu interaksi sama Fapi pas pertama kali baca. Well, saya baca punya Fapi dulu deh sebelum vote.
ReplyDeleteOC: F̶a̶t̶h̶a̶ ̶a̶`̶ ̶L̶i̶r̶ Strata Munchilla
vote saya jatuh ke sini, maaf Fapi. ; ~ ;
DeleteAaaaak
ReplyDeletesama-sama pendek entrinya wkwkwk
perkembangannya asik.
Nama aslinya sudah ke reveal, temen barunya nambah dari ras yang sama,
Well, ga ada kritik macem-macem untuk yang satu ini.
btw, Fapinyaaaaaa aaaaaaa
wwkwkwkwk
Semoga bisa lanjut (y)