6.9.15

[ROUND 3] FROST - CARA MEMBEKUKAN DEWA PASTA

[Round 3] Frost - Cara Membekukan Dewa Pasta
By: Blackz

Frost menutup buku itu. Momo membawakan kepadanya sebuah buku mengenai Legenda Asterian Utara dan pada Dewa Yang mereka.

Hel, Fenrir, Thor,  Loki dan tentu saja Odin sang Segala Bapa. Setidaknya ia sudah mendapatkan berbagai pengetahuan dasar mengenai para Dewa Yang Asterian Utara, tetapi yang ingin ia ketahui adalah siapakah dewa waktu yang berhubungan dengan Hel? Siapakah dibalik kekuatan mata pedang kedua yang ia miliki?

Ia tidak sempat berpikir panjang, karena istana Alforea sepertinya diserang, suara proyektil yang meluncur di udara, lalu sebuah ledakan yang merenggut pendengaran Frost. Di depan matanya kulitnya mulai mengelupas dan terbakar, ia mencium sendiri bagaimana wangi daginnya sendiri.

Jeritan-jeritan kosong terlihat dari berbagai pengunjung perpustakaan. Selanjutnya, Alforea menghilang dari peta dunia.

***
Frost mendapati dirinya berdiri di sebuah hutan dengan jalan setapak yang dilalui berbagai orang.

Ia tidak sendiri, para peserta yang tidak asing juga berada di tempat yang sama dan kini seperti dirinya juga setiap peserta memiliki gadis pelayang yang selalu mengikuti mereka.

“Kenapa diam kak Frost?” Momo menggoyangkan telapak tangannya di depan wajah Frost.

“Kenapa kita bisa di sini?”

“Lah, kita lagi jalan ke lokasi putaran ketiga, sesuai yang diperintahkan oleh Tuan Hewanurma”

Frost menggoyangkan kepalanya, ia mengingat Anastasia yang menyampaikan pesan tersebut, tetapi ia juga tidak bisa membuang sebuah pemandangan mengerikan yang tersimpan di ingatannya.

Frost meraih pundak Momo dan mendekatkan wajah gadis itu ke hadapannya.

“Jangan main-main, aku telah mati bukan, terbakar di antara puing-puing istana Alforea?”

“A—aaku akan menjelaskan mengenai itu nona Frost, tapi biarkan para peserta yang tidak mengetahui hal ini jalan lebih dulu, marilah kita beristirahat sebentar di bukaan itu.”

Momo menunjuk ke salah satu sisi bukaan hutan yang tidak jauh dari jalan setapak, bukan hanya Frost beberapa peserta walau tidak semua juga datang ke tempat yang sama masing-masing dari mereka dengan pelayan pribadinya.

“Maaf jika kami harus berbohong kepada kalian”

Di penglihatan tambahan Frost sosok Anastasia terbentuk di tengah area bukaan itu.

“Kalian yang berada di sini adalah peserta yang entah mengapa tidak bisa mempertahankan memori palsu yang kubuat, jadi aku akan mencoba jujur. Kalian semua telah mati!”

Suara riuh rendah dan sedikit kepanikan melanda para peserta, tetapi mereka tetap tidak bergerak dari tempat mereka.

“Seperti yang terjadi di putaran kedua, saat ini Battle of Realms sepertinya tengah menjadi target utama sabotase oleh pihak yang tidak diketahui tuan Hewanurma.”

Frost masih mengingat dengan apa yang terjadi di putaran kedua, bahkan serangan yang menghancurkan tubuh fisik para peserta dikenal dengan pixel breakdown. Tetapi para peserta akhirnya terselematkan oleh pihak panitia turnamen.

“Sebenarnya pelayan pribadi yang menemani kalian adalah cara kami menjaga nyawa kalian, dari pihak pensabotase, tiap menit bersama mereka data ingatan dan juga diri kalian akan terus tersimpan di server kami. “

Frost melirik ke arah Momo, alasan mengapa Momo menemaninya ke perpustakaan dan juga selalu berada di sampingnya telah dijelaskan Anastasia.

“Nah, peserta yang berada di tempat ini adalah peserta yang kurang beruntung karena pembaharuan data kalian terjadi bersamaan dengan ledakan sehingga kalian tetap mengingat kejadian buruk hancurnya Alforea.”

“Saya Anastasia, mewakili tuan Hewanurma dan juga Mahadewi Tamon meminta maaf atas ketidak nyamanan ini.”

Walaupun berbentuk bayangan statis di tengah-tengah bukaan itu, Anastasia berlutut dan menaruh keningnya ke tanah.

Frost tidak bisa berkata apa-apa, permintaan maaf itu terdengar sangat tulus. Mereka yang hanya ingin menggelar turnamen untuk bersenang-senang harus diganggu sama pihak misterius pensabotase. Hal ini tentu saja mengganggu niat Frost yang hanya ingin mendapatkan petualangan baru dan mendalami kemampuannya.

“Sial salah satu kelemahanku adalah air mata wanita cantik!” salah seorang peserta yang berada di tempat itu mencoba memaafkan Anastasia, namun kalimat murahannya itu membuat suasana tempat itu menjadi kembali ringan.

“Sekarang kami mohon agar para peserta mau berjalan ke lokasi putaran ketiga yang dipandu oleh panitia tamu, sementara kami memperbaiki Alforea.”

“Mari, kak Frost.” Momo sekali lagi mencoba menuntun Frost kembali ke jalan setapak di dalam hutan tersebut.

Sepanjang perjalanan Frost mencoba memutar memori palsu yang ditanam Anastasia mengenai Putaran ketiga.
***

“Kali ini kalian semua akan bertarung di tempat yang sama, satu lawan satu dengan menggunakan bantuan khusus.”

Seperti biasa Anastasia dan RNG-Sama memulai pemberitaan informasi mereka di tengah-tengah Bar.

“RNG-Sama telah menentukan siapa yang akan menjadi lawan kalian, dan kalian akan bertarung di koloseum tetangga kita yang dipandu oleh panitia tamu. Kami akan segera menteleportasi kalian ke tempat tujuan, kalau misalnya meleset sedikit jangan salahkan yah, tee-hee.”

Seketika itu juga Frost menghilang dari tengah-tengah bar.

***

“Silakan dipilih, setiap monster yang ada disini sudah diklasifikasi dan diambil dari tanah Asterian langsung.”

Momo telah memandu Frost hingga ke bawah tanah kolloseum, setelah Dyna Might dan Lady Steele, nomor urut ketiga yang berkesempatan untuk memilih monster pendamping adalah Frost.

Di hadapannya ratusan kandang di kanan dan kiri membentuk sebuah gang panjang. Setiap monster berada di dalam kandang yang bertembokkan kaca ajaib.

“Dan mereka akan menuruti kata-kataku sepanjang pertarungan?”

“Tentu saja, dengan bantuan ikat leher ini, setiap monster akan menuruti perintah tuannya, tetapi ikat leher ini akan membuat sang monster kehilangan insting dan juga kehendak bebas mereka.”

“Arti kata, mereka hanyalah sebuah wayang di atas arena?”

“Begitulah…”
“Hahahah, kau tidak akan pernah bisa mengalungkan benda terkutuk itu kepadaku!”

“Momo, Tuan, kau mendengar tawa itu?”

“Tawa?
“Kak Frost, terlalu banyak suara monster di tempat ini tapi aku sangat yakin tidak ada yang tertawa!”

Frost mengarahkan pandangan ke asal suara yang berbicara dengan bahasa manusia.

“Apa lihat-lihat?”

“Eh? Kau bisa bicara?” Frost mendapati sebuah kandang berisikan serigala putih mengisinya. Tinggi serigala yang berdiri dengan empat kaki itu sedikit melebihi Frost, rambut-rambut yang berada di seluruh tubuhnya seakan menjadi penghasil salju, setiap gerakan tubuhnya menjatuhkan butiran salju ke tanah.

“Percuma nona Frost, winter wolf yang satu ini tidak bisa dikalungkan ikat leher ini, ia tetap memberontak kepada perintah.”

“Kurang ajar, dimana rasa hormatmu dia bukanlah serigala biasa, ia adalah sedarah Fenris!”

“Kau mengenalku?” Serigala itu seakan menyetujui pernyataan yang dikeluarkan oleh Frost segera maju hingga ke tembok kaca mendekatkan dirinya dengan Frost saling menatap.

“Tidak, itu kesimpulanku. Seekor serigala putih, berasal dari duniaku dan anehnya mampu berbicara hanya denganku, kau pastilah sepupu jauhku!”

“Sepupu?” Serigala itu menggeram tetapi yang didengar Frost adalah pertanyaan yang penuh dengan rasa tidak percaya itu.

“Nama asliku adalah Hesinne, putri dari Hesalia, Garis keturunan setengah dewi dari Hel, Anak dari Loki. Sudikah engkau Sedarah Fenris anak-anak Skoll menjadi pendampingku dalam pertarungan mendatang?”

“Aku akan membantumu hanya karena kau juga seorang Demigod, huh kau kira hidup semudah itu?”

Serigala itu mundur lagi menjauh dan memojok, suaranya terdengar lantang begitu juga salakan yang didengar Momo dan penjaga bawah tanah Koloseum.

Tetapi serigala itu tidak menyembunyikan fakta bahwa ia tengah gemetar dan ekornya juga terlipat di balik kaki belakangnya, ia takut.

“Tuan, bisakah aku masuk ke dalam kandang ini?”

Penjaga itu memberi pandangan kaget kepada Frost, tetapi ia tidak memberikan sanggahan atas kehendak Frost. Dengan menempelkan telapak tangannya ke arah kaca ajaib itu, sang penjaga membuat kaca tersebut bergetar.

“Silahkan nona, saat ini nona bisa berjalan melewati kaca tersebut.”

Tanpa ragu-ragu Frost segera berjalan menembus kaca tersebut dan memasuki ruangan besar dimana Sedarah Fenris itu memojokkan diri.

Suara mengendus terdengar kencang dari arah Sedarah Fenris, Frost menjulurkan lengannya ke arah serigala tersebut.

“Kurasa kau sudah bisa mengetahui bahwa aku tidak berbohong mengenai garis keturunanku.”

“Kau tidak memiliki bau seperti seorang penduduk Asterian utara, tetapi tidak salah darahmu sama seperti kami memiliki wangi salju di dalamnya.”

“Dengarkan aku, wahai sedarah Fenris…”

“Riesling, namaku adalah Riesling.”

“… Riesling, aku tidak akan mampu bertarung di atas sana nanti dengan musuhku sendirian. Aku tidak akan memilih hewan-hewan tak berakal lain di luar sana. Aku memilihmu Riesling bukan karena kita sepupu, bukan karena aku bisa berbicara denganmu. Aku memilihmu karena aku tahu kau memiliki kehormatan dan keberanian seperti kakekmu yang ditakdirkan untuk menancapkan taring kepada Odin Segala Bapa.”

Serigala itu berdiri dari duduknya menatap menunduk kepada Frost langsung mendengarkan kata-kata Frost. Ekornya yang bergoyang di belakang menunjukkan bahwa rayuan Frost berhasil mencapai rasa percaya dirinya.

“Aku juga menjanjikan bahwa pedangku ini, dan juga seluruh kemampuan dari Hel yang berada di darahku akan kugunakan untuk melindungimu. Seperti juga kekuatanmu yang akan memanduku dalam pertarungan nanti.”

“Janjimu sungguh menarik Hesinne, baiklah aku akan bertarung bersamamu dalam pertandingan selanjutnya!”

Riesling melangkah maju menempelkan keningnya ke kening Frost, Frost menanggapinya dengan mengangkat tangan kanannya dan juga membelai leher dan tengkuk dari Riesling.

“Kita akan bertemu di pertarungan nanti!”

***
“Maaf sebelumnya, kak Frost. Kita perlu menghemat database, sehingga siapapun yang kalah di pertandingan satu lawan satu ini harus pulang. Secara efektif kami harus mengurangi peserta menjadi setengahnya.”

Pertarungan Steele dan Dyna baru saja berakhir, Kini giliran dirinya dan seorang koki bernama Pitta N. Junior.

“Kau tidak perlu meminta maaf Momo, aku mengerti permasalahan yang dialami panitia dari penjelasan Anastasia tadi, setidaknya aku hanya ingin petualanganku tidak berhenti di sini. Tetapi kalau memang koki itu lebih hebat dariku ini adalah perpisahan kita.”

Dari sudut utara, kita bawakan Frost Imbuer dari Gereja Hephaestus dan juga sahabat barunya Winter Wolf…

“Sedarah Fenrir”
Frost bisa mendengar geraman Riesling  dari dinding di sebelahnya.

“… Riesling!”

Gerbang besi yang berada antara Frost dan juga lapangan kolloseum terangkat, dan tepat di koridor sebelahnya terdapat koridor dimana Riesling merangkak keluar.

“Dan di sudut selatan kita panggilkan Master Pizza, Pitta N Junior atau the Fapi Boy, bersama dengan Sahabat barunya Flying Spaghetti Monster… Pastafarian!”

Pria bernama Pitta itu melangkah keluar dari koridor di seberang Frost, tangannya tak berhenti menggulung tetapi koridor sebelahnya kosong, tidak ada monster yang seharusnya keluar dari tempat itu.

Frost berpikir terlalu cepat, nyatanya kolosseum mendadak menjadi gelap, Saat ia menengadahkan kepalanya ke atas ia menyadarinya. Sebuah lautan mi yang dipenuhi oleh bola-bola daging bergerak bebas di lautan itu.

“Aku adalah Tuhan, dan kalian manusia menyerahlah sebelum kuberikan hantaman surgawi untuk kalian!”

Sejulur pasta turun dari lautan mi tersebut mengangkut Pitta ke dalamnya.

“Ini akan susah Riesling”
“Tidak masalah, aku malah membenci matahari!” jawab sedarah fenrir itu.

“Pertarungan dimulai!” tepat setelah meneriakkan pengumuman itu Tarou sekali lagi menghilang dari area pertarungan, persis yang terjadi dalam pertarungan sebelumnya.

Tanpa peringatan jelas, puluhan juluran mi jatuh menusuk ke tanah. Frost berlari menghindar, begitu juga dengan Riesling tetapi karena mereka tidak saling berkoordinasi keduanya berakhir terpisah jauh.

“Seharusnya kau ke sini Riesling, bagaimana aku bisa menjagamu kalau kau begitu jauh?”

“Aku harus menjaga diriku tanpa membicarakanya denganmu kan?” Riesling menggeram kesal.

Pilar-pilar pasta terus berjatuhan, sekali lagi baik Frost  dan Riesling menghindari pilar tersebut tanpa bersinkronisasi.

“Kau bisa melompat ke arah benda itu?”

“Terlalu tinggi, aku hanya bisa mencapai setenngahnya.”

“Baiklah aku akan mempersiapkan semuanya, kau bisa bertahan selama beberapa menit bukan?”

“Menghindari sulur-sulur itu bukanlah sebuah tantangan buatku!”

Frost segera membacakan berkat pembekuan di mata pedangnya sembari menghindari jatuhnya pilar pasta, selanjutnya ia bergerak mengelilingi kolloseum membuat beragam pijakan-pijakan es.

“Mengapa kalian melawan begitu rupa, aku yang menciptakan kalian aku juga yang akan menghilangkan eksistensi kalian!”

Satu sulur pasta itu merendah, membentuk sebuah jembatan dimana di tengahnya berdiri Pitta yang tengah memegang roti bundar berwarna coklat keemasan.

“Sebuah pizza yang menggunakan komposisi surgawi, aku akan menamakannya Pazzta!”

Roti bundar itu terpotong menjadi delapan segitiga sama sisi. Dengan satu gerakan menunjuk ia melemparkan sebuah potongan pazzta itu ke arah Riesling.

Kecepatannya berbeda dengan jatuhnya pilar, benda itu bergerak secepat anak panah yang melesat dari busur.

Frost menghantamkan pedangnya ke tanah dan gelombang es menahan potongan pazzta tersebut mendarat di tubuh Riesling.

Tepat di lokasi mendarat pazzta ledakan hebat terjadi, tetapi bukanlah api yang meledak melainkan potongan-potongan mi menyeruak. Tajam, bahkan memecahkan gelombang es yang terbentuk.

Untunglah Riesling sudah melompat menjauh sejak pazzta itu mulai dilemparkan. Ia kini bergerak mendekati Frost.

Sekali lagi di antara tusukan-tusukan pilar tersebut sebuah pazzta meluncur, sudah mengerti apa yang terjadi, Riesling menggigit kerah belakang Frost dan menariknya menjauh dalam satu kali lompatan.

Mereka berdua mendarat jauh dari ledakan kedua.

“Terima kasih Riesling.” Ucap Frost sembari menggaruk moncong sedarah fenris yang besar itu.

“Aku sudah menyiapkan landasan, seharusnya kau sudah bisa melompat dan menerkam benda itu.”

“Dimana?”

“Maksudmu?”

“Dimana aku harus menerkamnya? Maksudku…”

Riesling segera bergerak dengan kecepatan tinggi menaiki landasan-landasan yang tercipta oleh Frost.

Frost terus bergerak menghindari pilar-pilar mi yang terus menusuk, sudut matanya tidak pernah lepas dari gerakan Riesling.

Riesling melompat tinggi, dan menerkam satu bagian tubuh mi terbang tersebut, menembusnya lalu satu gigitan lagi saat Riesling menembus turun kembali.

Seakan tidak terjadi apa-apa lubang itu kembali tertutupi mi lagi.

“Hahahahah, kau tidak akan bisa melukai sang pencipta!”
“Berani-beraninya kau melukai Sang Agung Spaghetti Terbang!”

“Pencipta kami adalah Yang Force, bukan makhluk aneh seperti itu!”
“Auuuungggg!”

Itu bukanlah sebuah ucapan balik, Riesling benar-benar melolong tanpa arti kepada Pitta dan juga Mi terbang itu.

“Kau mengerti kini maksudku?”

“Yah kita harus mencari  kelemahan makhluk raksasa itu.”

Pitta kembali ditarik masuk ke dalam tubuh mi terbang tersebut. Frost menyadari satu hal, makhluk tersebut memiliki delapan buah bola daging yang terbang secara berantakan di dalam lautan mi-nya.

“Mungkin, bakso-bakso itu adalah titik lemahnya?”

“Aku akan mencobanya!”

Sekali lagi Riesling maju berloncatan di seluruh kolloseum di berbagai landasan es yang dibuat oleh Frost.

Frost tidak melihat ke arah riesling, ia melihat ke arah mi terbang itu berusaha melihat dari mana Pitta akan melemparkan potongan pazztanya. Tiga potongan Pazzta sudah terlempar sebelumnya dan tiga-tiganya mengarah ke Riesling, ia harus menghentikan potongan itu dengan gelombang Es setidaknya untuk menjaga Riesling.

“Disana!”

Riesling mendapatkan posisi terbaik untuk mulai meloncat dan menggigit sebuah bola daging. Tidak hanya satu, ia kembali menggigit satu bola daging lainnya saat ia hendak meloncat turun.

“Arrrrgggghhhhh kantung-kantung benihku!”

Riesling meludahkan potongan daging tersebut dari moncongnya. Dua buah bakso daging yang tergigit itu jatuh dari langit dan menghantam tanah kolloseum.

Keajaiban bagi Frost dan Riesling terjadi, makhluk besar itu menyusut volumenya baik ketebalan dan juga luas tubuhnya.

“Kalian para kafir!”

Dari lautan mi terbang tersebut sebuah pazzta terbang melayang ke arah Riesling, Frost memotong terbangnya pasta tersebut dengan membangun tembok gelombang es. Ledakan pazzta berhasil dihindari, tetapi tepat setelah ledakan itu mereda ternyata sebuah pazzta lainnya meluncur terbang.

Serangan dua tahap, Frost tidak akan sempat membuat gelombang es baru untuk menghentikan potongan kedua itu.

Ia segera mengayunkan pedangnya dan menghantam pazzta dengan sisi pipih pedang tersebut.

Pazzta terpental sedikit sebelum akhirnya meledakan potongan mi tersebut ke berbagai arah.

Lengan kiri, pinggul kiri, dan juga pergelangan kiri bawah Frost tertusuk mi kering yang tercipta. Begitu juga dengan kepala Riesling dan beberapa bagian tubuhnya.

“Riesling!”

Frost tidak memperdulikan rasa sakit yang melanda dirinya ia malah menyesalkan telah mengecewakan sepupu dan sahabat barunya ini.

“Aku tidak apa-apa”

Reruntuhan gelombang es yang terbentuk untuk menjaga Riesling tadi bergetar hebat. Entah apa yang terjadi berikutnya es itu menjadi serpihan salju yang tertarik dan meresap ke tubuh Riesling, menyembuhkan lubang-lubang yang tercipta dari ledakan mi kering tersebut.

“Aku sama seperti dewa palsu tersebut, ini bukanlah bentuk asliku.”

“Kau membentuk dirimu dari es?”

“Salju tepatnya, tetapi entah mengapa aku baru menyadari esmu mudah diubah menjadi salju olehku, berbeda dengan es sebenarnya.”

“Kenapa kau tidak bilang sebelumnya!”

“Aku tidak mau membongkar rahasiaku dan juga…” Riesling mencaplok lembut bahu Frost dan menariknya ke balik punggung, menempatkan Frost menunggangi dirinya “… kita tetap harus bergerak menghindari serangan mereka!”

Riesling melompat-lompati landasan es yang dibuat Frost sembari kembali menghindari lemparan Pazzta dari Pitta.

“Potongan keenam, dua potongan lagi dan pria itu harus mengadon resep baru!”

“Dan juga mana aku tahu kalau esmu ternyata mudah menjadi salju?”
“Kau baru melanjutkan bantahanmu sekarang?”

Kedua saudari itu tertawa sembari terus menghindari serangan bertubi-tubi dari mi terbang tersebut.

Frost dan Riesling juga menyadari setelah menciut kecepatan serangan pilar-pilar itu naik drastis tetapi tetap masih bisa dihindari.

Sebuah kesempatan terlihat di depan mata Riesling sekali lagi melompat dan menerkam bola daging tersebut, satu saat melompat dan satu saat terjun turun.

Diluar perkiraan, sahabat baru Frost itu cukup penuh perhitungan dalam menyerang, ia tidak ingin menyia-nyiakan lompatan sehingga ia menunggu waktu yang tepat agar dapat menyerang dua buah bola daging tersebut.

Reaksi yang didapatkan kini menjadi lebih parah lagi dari sebelumnya, Tubuh mi terbang itu menciut sangat drastis ukurannya menjadi sekitar 20 meter dalam diameter, dan bahkan kini Pitta tidak bisa lagi bersembunyi di dalamnya.

Makhluk itu menurunkan ketinggiannya dan kini melayang di permukaan kolloseum.

“Betapa hinanya, makhluk yang mengangkat dirinya sebagai dewa harus sejajar dengan manusia biasa.”

Frost tahu hinaan Riesling itu hanya terdengar sebagai salakan serigala, dan ia sendiri tidak ingin memprovokasi musuh, karena itu Frost tidak menterjemahkannya.

Frost menunggangi Riesling melawan Pitta yang berdiri di atas mi terbang, mengendalikan pazzta yang melayang di sekitarnya.

Tidak ada kata terucap dari pihak Pitta dan juga Mi terbang tersebut, tetapi jelas kemarahan mereka terlihat dalam ekspresi.

Baik pitta yang tangannya semakin merah, ataupun sang mi terbang yang kini memiliki saus-saus merah di setiap mi yang bergerak.

Tanpa peringatan sekali lagi sulur-sulur mi meluncur keluar dari tubuh makhluk tersebut kali ini dengan kecepatan layaknya tusukan tombak.

Beberapa serangan masuk ke tubuh salju Riesling, tetapi Frost segera membangun tembok es untuk diserap Riesling.

Dengan ketinggian makhluk itu sekarang, sulit bagi Frost untuk melihat dimana letak bola daging makhluk tersebut.

“Aku tetap bisa menciumnya Frost, bola daging itu memiliki aroma yang berbeda dengan mi.”

Entah apa yang terjadi tetapi kini kedua saudari sepupu itu ternyata sudah bisa berkomunikasi hanya dengan gerakan tubuh.

“Acuhkan saja, itu adalah kemampuan dasar serigala dan anjing untuk membaca ekspresi makhluk yang sudah akrab dengannya.”

“Tapi bahkan kau tidak melihat wajahku?” Frost ingin menjawab seperti itu, tetapi seperti yang disuruh Riesling, acuhkan saja.

“Tapi dengan tubuhnya sekarang aku juga bisa menebas bola daging tersebut.”
“Pegangan!”

Riesling melompat jauh menghindari sepasang pazzta yang melayang ke arahnya, dua ledakan berturut-turut membuat ia menjauh dari lawannya.

“Sebenarnya kau masih bisa bertarung kan Frost?”

“Lengan kiriku kebas, tetapi masih bisa digunakan, sedangkan kaki kiri. Sudah berkali-kali dalam turnamen ini aku bergerak dalam keadaan seperti ini.”

“Lalu selain pedang es, ada kemampuan lain yang bisa kaupakai?”

“…” Frost enggan menjawab mengenai mata pedang perlambatan miliknya, sampai detik ini ia masih tidak mengetahui Akses ke mana kekuatan ini berasal.

“Mengapa terdiam Frost?”

“Aku punya, tapi tidak efektif aku belum mengetahui siapa aksesku? Tidak, bahkan tidak tertulis siapa dewa yang menguasai akan jalannya waktu di kisah Asterian Utara.”

Frost dan Riesling terus berkomunikasi sembari menghindari serangan mi terbang, di sisi lain Pitta masih berdiri di atas makhluk tersebut menggulung adonan roti baru.

“Waktu?”

“Iya, kemampuanku satu lagi adalah melambatkan segala sesuatu yang tersentuh oleh mata pedangku!”

“heheheh, kau tidak akan mengetahui Norn dari kisah Asterian utara manapun yang kau baca?”

“Norn adalah tiga dewi yang menguasai takdir, terdiri dari dua zaman, zaman sebelum odin berkuasa, dan zaman dimana para dewa menjadikan turun ke Asterian adalah sebuah ketabuan.”

“Kurasa kau memiliki Akses ke Norn yang baru, Dewi takdir yang lama adalah kelahiran, perjalanan dan kematian. Sedangkan ketiga dewi takdir yang baru adalah Penundaan, Penerimaan dan Penghindaran.”

“Hahahhahahaha….” Tawa Riesling meledak begitu rupa ia bahkan hampir gagal menghindari tusukan-tusukan mi “… tentu saja kau mewarisi Akses kepada Norn modern, karena ketiga Norn modern adalah adalah nenek-nenekmu. Ketiga Valkyrie pertama.”

“Silmeria yang menghindari kewajibannya, Hrist yang menerima kewajibannya dan Lenneth yang menunda kewajibannya. Cobalah berbicara kepada mereka, dan kemungkinan kau akan mendapatkan kemampuan baru!”

Frost mendapatkan sebuah pencerahaan. Tiga dewi, penundaan penerimaan dan penghindaran dari takdir dan dari tiga kekuatan itu ia mendapatkan dasar penundaan karena ia seharusnya bukanlah pemberkat dari Hephaestus, ia seharusnya seorang Valkyrie.

“Hrist, Lenneth dan Silmeria, Kalian yang merespon kepada takdir dengan cara kalian sendiri, hamba adalah keturunan Valkyrie yang menunda takdir. Kini mencoba untuk mendengarkan panggilan takdir serta meminta bantuan kalian!”

[2 poin skill tersedia]
[1 poin skill diinvestasikan ke jalur pedang Takdir]
[Bilah Perlambatan kini bisa dilanjutkan ke Serangan Tiga Takdir]

Sebuah tulisan kembali muncul di penglihatan tambahan Frost. Kali ini menjelaskan bahwa kemampuan ia selama ini merupakan jalur pedang takdir.

“Kami akan menagih janjimu itu, Frost namun bukan sekarang. Sekarang adalah waktunya untuk bertarung dan menjadi pemenang!” tiga suara menjawab doa Frost. Dan ia bergidik bahwa dalam waktu dekat ia akan bertemu dengan para Norn.

“Aku sudah mendapatkan kemampuan baru, serta cara aplikasinya. Sekarang dengarkan rencana ini!”

Frost membisikkan rencana serangan mereka.

“Mari kita lihat apa ini akan berhasil?”

Riesling menghentikan pergerakan liarnya, kali ini ia berbelok menghadap ke arah Pitta dan mi terbang itu.

Ternyata waktu yang dipakai oleh Frost dan Riesling berkomunikasi cukup lama, karena Pitta ternyata sudah menyelesaikan adonan roti baru, delapan juring melayang di sekitarnya dan Frost yakin itu bukanlah Pazzta karena memiliki taburan makanan yang berbeda.

“Hel jawablah panggilanku, berikan aku kekuatan beku yang mampu menghancurkan semua musuh-musuhku!”

Mata pedang hephaestus yang seharusnya merah itu mengkilat biru, mengembun lalu mengkristal berubah sepenuhnya menjadi pilar, mata pedang yang membeku!

Riesling melompat kecil sebelum menerjang ke arah Pitta membuat Frost melayang dan menyiapkan serangannya dari udara.

Terjangan Riesling masuk lebih dahulu, tetapi tubuhnya terpental saat hendak menerkam Pitta sebuah pelindung khusus terbentuk dari roti terbang tersebut, setelah melindungi kokinya satu dari delapan juring roti itu menghilang.

“Jadi butuh delapan tusukan lagi untuk membunuhmu?”

Dari udara Frost menusukkan pedang Es-nya ke arah Pitta, Setiap tusukan yang seharusnya mementalkan musuh justru membuat Frost tetap berada di udara agar dapat memberikan tusukan lagi.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Enam tusukan terhalang oleh perisai ajaib, cukup membuat pertahanan Frost terbuka lebar, dari bawah pijakan kaki Pitta bangkitlah tusukan-tusukan pasta yang menusuk tubuh Frost.

Semuanya menembus tubuh Frost, lalu dengan tarikan ke berbagai arah Frost terbuyar begitu saja.

Tetapi darah dan potongan daging yang meledak itu segera menghilang, Frost kembali berada di udara dan kali ini alih-alih menusuk ia Melemparkan pedang berbalut Es miliknya, serangan yang melumpuhkan Mima ini dipakai lagi untuk menghancurkan perisai milik Pitta.

Frost mendarat tepat di hadapan Pitta, satu tendangan putar dengan dua kaki cukup untuk membuat Pitta terpental keluar dari lingkaran tubuh Mi Terbang tersebut, dan di sisi luar menunggu Riesling yang mencaplok sekuat tenaga bahu Pitta dan melemparkannya lebih jauh!

“Siapa yang mengijinkan kaki kafirmu untuk menginjak diriku?”

Tubuh Mi terbang itu menyeruak membesar menusuk-nusukkan mi-minya ke tubuh Frost kaki, paha, punggung, dada, leher, bahkan dari mulut Frost mi muncul dengan berlumuran darah.

“Kau tidak pernah belajar yah? Dewa Palsu!”

Frost kembali muncul di udara dan melemparkan kembali pedang berbalut es. Ke tubuh mi terbang tersebut.

Begitu es pedang tersebut mendarat di tubuh Mi Terbang tersebut, Frost berteriak dengan sepenuh tenaga, “Esku, meledaklah!”

Dan segala es yang berada di pedang Frost meledak tetapi alih-alih merusak tubuh mi terbang, Es tersebut membekukan seluruh tubuh makhluk tersebut.

Menggunakan momentummnya di udara, Frost mendaratkan kadua kakinya ditambah dengan menekan seluruh tubuhnya ke tanah.

Tubuh Es Mi Terbang tersebut hancur berantakan, setiap bagian mi nya berserakan ke berbagai arah.

Yang tersisa hanyalah empat bola daging yang melayang di udara, mengingat bahwa kemungkinan itu adalah sumber kekuatan makhluk ini. Frost tanpa ragu menebas bola daging yang tersisa dengan pedangnya.

Makhluk yang mengaku dewa itu sudah musnah, dan Pitta masih tidak bergerak dari posisinya karena tengkuknya tengah dalam gigitan Riesling.

Rasa takutnya akan kematian membuatnya mengeluarkan air seni dari balik celana sebelum akhirnya jatuh pingsan.

“Riesling, Kita berhasil!”

Kaulah yang menyelesaikan ini Frost.

***

Suara tepuk tangan meriah membanjiri kolloseum, di satu sisinya seorang wanita yang pembawaannya mirip dengan Tamon bertepuk tangan.

“Itukah yang mulia Netori? Panitia khusus ronde ini?” bisik Frost kepada Riesling.

“Iya, dia adalah penguasa benua Amatsu ini.”

“Yang mulia Netori, Bolehkah aku meminta kebebasan untuk sahabatku Riesling ini?”

Tidak ada jawaban, beliau tetap bertepuk tangan sebelum akhirnya kembali ke singgasananya.

“Justru nasib sang monster sepenuhnya bebas di tangan sang pemenang, silahkan diskusikan di ruang tunggu, serta jangan lupa mengecek kotak surat hadiah, karena ada hadiah dari Yang mulia Netori untuk semua pemenang putaran ini!”

Tarou tiba-tiba muncul tepat di samping Frost dan Riesling, menjelaskan apa yang seharusnya terjadi.

“Mohon bagi pemenang meninggalkan lokasi agar pertarungan selanjutnya bisa dilanjutkan.”

Riesling kembali merapat kepada Frost, Frost menungganginya agar dapat meinggalkan arena kolloseum. Kedaan tubuhnya tidak memungkinkan untuk berlari cepat.

Mereka berdua sampai di koridor tempat Momo menunggu Frost kembali.

“Kak Frost!”  Dengan satu gerakan seperti berdoa tiba-tiba seluruh tubuh Frost menjadi segar, seluruh luka tertutup dan seluruh kerusakan busana terjahit kembali.

“Momo, bolehkah aku membawa riesling ke pertarungan-pertarungan selanjutnya?”

“Itu sebenarnya bukan keputusanku dan kak Frost, Kalau Rieslingnya mau dia bisa memilih untuk dikembalikan ke dunianya atau terus menemani kak Frost.”

Iya, Frost memohon kepada Netori maupun Momo, tapi ia tidak mempertanyakan apakah Riesling sendiri mau untuk mengikuti battle of realms ini?

“Bagaimana Riesling, kau mau mengikutiku atau kembali ke Asterian Utara?”

“Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi di tempat itu, dan melihat sumpahmu kepada Norn, aku tertarik untuk melihat bagaimana jadinya saat mereka akan menagih janjimu. Izinkanlah aku menemanimu dalam pertarungan berikut-berikutnya.”

Frost segera memeluk leher Riesling dan mengucapkan terima kasih kepada Riesling.

“Dan satu lagi yang belum kuberitahu kepadamu!”
Tubuh Riesling segera luruh meninggalkan ratusan butiran salju tumpah ruah.

“ini adalah bentuk asliku!” suara dalam dan tinggi Riesling segera berubah menjadi suara nyaring nan imut. Riesling yang kini berdiri di atas tumpukan salju itu hanyalah seukuran anak anjing kecil.\

“Namaku Riesling, umurku baru 4 bulan, entah mengapa setelah berada di tempat ini aku tidak pernah bertambah tua.”

Seakan melihat sesuatu yang langka Frost dan Momo segera berebutan memeluk anak anjing kecil nan lucu itu.
End of Round 3
***
[R3 Loot: Amatsu Spirit Crystal]

[Berbeda dengan Alforea yang berfokus kepada sains, Amatsu sampai saat ini masih menggunakan sihir berbasis roh untuk persenjataan perang mereka. Dan kristal roh yang satu ini merupakan salah satu senjata paling mutakhir.]

7 comments:

  1. Wuih, ternyata Frost adalah Valkyrie? Saya tak menduga itu.

    Seperti biasa, pengungkapan identitas serta latar belakang dari OC Ivan ini selalu wah. Lalu inspirasinya diambil dari kisah besar yang memang sudah paten, seperti Norse dan Yin-Yang, kemudian dipadu-padankan menjadi cerita lain. Secara umum, konsepnya sudah bagus dan matang.

    Tinggal pembawaannya ke dalam cerita saja yang perlu lebih diperhatikan. Terutama dalam hal-hal teknis dan sejenisnya.

    Saya suka bagian akhirnya saat Frost mendapatkan pet berupa snowy puppy. Pasti seru kalau si snowy puppy itu bertarung dalam wujud mungilnya itu.

    Secara battle, ini lebih greget daripada entri saingan. Namun dari segi lain, yaitu cerita, penyusunan plot, kekuatan narasi, kerapihan penulisan, ataupun kesegaran tema, maka entri Fapi lebih unggul.

    Vote saya untuk entri Fapi.

    Well, good luck~

    ReplyDelete
  2. Saya memang lebih menitikberatkan pada battle ketimbang unsur2 drama dan filosofi dalam cerita. Oke, entri Fapi memang lebih unik dari Frost karena pada dasarnya latar belakang OC-nya tak jauh dari kuliner.

    Tapi, kembali ke titik berat saya, walaupun Pastafara itu disebut2 seperti dewa dan karakter Fapi kurang tergali karena minim bicara dan minim "aura cinta"-nya di sini, perjuangan dan putar otak Frost cukup berkesan dan secara logis dan ilmiah cukup masuk akal.

    Jadi, saya tetapkan VOTE FROST.
    OC: Vajra

    ReplyDelete
  3. Ooookay...

    Lawannya the great Flying Spaghetti Monster... Ini entrinya rapi, battlenya juga jelas dan lumayan seru. Tapi entahlah, saya ngerasa ini agak datar. Karakterisasi dan interaksi mereka datar IMHO...

    Vote nanti, saya musti baca entri lawannya dulu.

    Zoelkarnaen
    (OC: Caitlin Alsace)

    ReplyDelete
  4. Kayaknya entri Frost beneran naik turun terus ya. Prelim menghentak, r1 nurun, r2 wah, r3 jatuh lagi

    Tapi kalo diliat perjalanan Frost dari awal sampe sekarang, saya masih ngeliat potensi di Frost sebagai karakter. Battlenya juga masih lebih berisi ketimbang entri lawan, meski semoga penulis ke depannya bisa meracik supaya masalah yang sama - tulisan berkesan datar - ini bisa dikasih satu bumbu biar lebih enak lagi

    VOTE buat Frost

    ReplyDelete
  5. Yay, saya sudah baca entry Frost. Saya mulai komentar singkat saya, ya? Frost cukup memikat saya dengan perkembangan dan racikannya. Sayangnya, interaksinya gak berasa, saya nyaris gak nemu interaksi sama Fapi pas pertama kali baca. Well, saya baca punya Fapi dulu deh sebelum vote.

    OC: F̶a̶t̶h̶a̶ ̶a̶`̶ ̶L̶i̶r̶ Strata Munchilla

    ReplyDelete
    Replies
    1. vote saya jatuh ke sini, maaf Fapi. ; ~ ;

      Delete
  6. Aaaaak
    sama-sama pendek entrinya wkwkwk
    perkembangannya asik.
    Nama aslinya sudah ke reveal, temen barunya nambah dari ras yang sama,
    Well, ga ada kritik macem-macem untuk yang satu ini.

    btw, Fapinyaaaaaa aaaaaaa
    wwkwkwkwk

    Semoga bisa lanjut (y)

    ReplyDelete