5.10.15

[ROUND 4] EOPHI RASAYA - PETUALANGAN KELIMA




Prolog





Monster Colosseum
Apa yang Warnanya Hitam dan Gemar Menghancurkan?

 

Satu lagi anggota tim medis tewas tertimpa atap yang runtuh. Menambah jumlah pemandangan tangan, kaki, atau wajah-wajah remuk yang mengintip di antara puing dan cipratan darah, di ruang pengobatan Monster Colosseum ini. Ketakutan semakin kuat membekap mereka yang masih hidup. Tiga perawat saja yang tersisa. Kebanyakan dari mereka sudah melarikan diri bahkan sejak guncangan dahsyat pertama terasa. Berbaur dengan keramaian lain yang bergerak panik di setiap koridor. Memperebutkan pintu keluar. Untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah, Monster Colosseum mengalami kerusakan separah ini.


"Apa kau mendengarnya?" jerit perawat berwajah musang, agar suaranya tetap terdengar di antara rentetan ledakan dan gemuruh.

"Apa?!" perawat berwajah panda merespons sama kerasnya.

Mereka berdua sedang meringkuk di pojok ruangan. Ditugasi menjaga seekor naga kecil berwarna merah dan peralatan tidur aneh milik Eophi Rasaya.

Eophi sendiri masih pingsan. Terbaring tak berdaya setelah bertarung melawan Tan Ying Go. Seorang perawat berambut merah sedang merawatnya sekarang.

"Bantal anak ini tadi berbicara—" sambung perawat berwajah musang tapi terpotong. Kalimatnya tidak selesai. Sebongkah batu besar berapi melesat dari samping, menghancurkan setengah ruang pengobatan sekali hantam. Kedua perawat itu tidak selamat, terlindas. Mereka hanya sempat melempar naga merah dan peralatan tidur Eophi ke depan.

Di saat yang sama, Eophi membuka matanya.

"... apa yang terjadi?" tanyanya, bangkit untuk duduk. Kemudian pemuda berambut hijau dengan wajah mengantuk permanen ini menoleh ke samping. Ke satu perawat yang tersisa. "Siapa ... kau?"

Perawat berambut merah melepas topeng kucing yang ia kenakan. Paras manis di baliknya sedang memamerkan senyum.

"Namaku Minerva, wahai Tuan Sok-Lupa-Ingatan. Kapten divisi dua Organisasi Tifareth," katanya dengan nada mengejek. "Kau adalah anak buahku. Sekarang kita berada di server Amatsu, di salah satu kotanya: Amatsu Kecil. Kota di mana hibrida dan manusia hidup berdampingan. Tadi kau pingsan—koma, sebenarnya. Aku yang menyuntikkan serum adrenalin khusus langsung ke jantungmu. Dan apa yang terjadi di sini katamu? Hm, apa ya? Singkatnya, Monster Colosseum sebentar lagi akan hancur."

Terlalu banyak informasi dalam satu dialog. Jadi Eophi mengucek matanya kemudian memperhatikan sekitar. Mencari tahu sendiri. Ruangan ini berantakan dan berdarah-darah. Di satu sudut, terdapat batu besar berapi dan lubang menganga yang memperlihatkan sebagian wilayah arena. Sebagian besar suara ledakan dan jeritan berasal dari sana.

"... siapa yang melakukan semua ini? Apa masih ada peserta yang bertarung?"

"Mereka memang sedang bertarung," kata Minerva, nada suaranya gelap. "Semuanya. Melawan satu."

Tidak ada yang masuk akal dari pembicaraan ini. Jadi Eophi berterima kasih pada Minerva karena sudah mau menyembuhkannya, kemudian buru-buru menghampiri peralatan tidur dan naga merahnya yang tergeletak di lantai rusak. Eophi bernapas lega ketika memastikan mereka baik-baik saja.

"Dua perawat melindungi kami dari hantaman meteor, shushu," kata Milk, bantal Eophi. "Mereka sangat baik, shushu."

Selama sedetik semuanya merenung.

"Baiklah. Kita harus keluar sekarang. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi." Eophi naik ke atas kasur yang segera melayang beberapa senti di atas permukaan. "Ayo."

"Tunggu," kata Minerva.

"... kenapa lagi, Kapten?"

Ledakan besar kembali terdengar di luar sana. Disusul guncangan yang meruntuhkan sebagian dinding dan langit-langit.

"Sekarang kau adalah bagian dari Organisasi Tifareth," Minerva berujar tegas. "Semua aktivitasmu dipantau. Jadi jangan macam-macam."

Eophi mengangguk.

"Ng, ada misi pertama untukku?"

"Cobalah menggali fakta-fakta tersembunyi dari Battle of Realms."

Misi diterima.

Kasur terbang Eophi kembali bergerak. Melewati lubang besar langsung ke wilayah arena. Beberapa ledakan menyambutnya, bersahutan. Pergerakan-pergerakan cepat dari peserta yang bertarung melempar debu ke udara, mengganggu jarak pandang. Terdengar juga jeritan penonton yang terjebak di antara semua kekacauan ini. Lalu terdengar ledakan yang lain. Seruan. Tangis. Asap pertempuran yang terbelah, dan makhluk hitam yang melesat ke udara sambil terus melempar berbagai serangan. Eophi memperhatikannya. Makhluk itu melayang bebas di langit. Seolah menertawakan semua pembantaian ini.

Siluet itulah yang memorak-porandakan Monster Colosseum.




1





Monster Colosseum – Bio Laboratory Second Floor
Reuni

 

Serangan itu turun dari langit seperti sungai yang dialiri arus kegelapan. Tepat ke bagian tribune yang masih dipadati penonton. Tapi serangan itu tidak pernah menghantam sasaran. Ribuan bunga sakura tersebar. Beterbangan dan berpendar, menciptakan rangkaian perisai yang menahan dan melindungi semuanya. Para penonton yang terselamatkan segera menyerukan satu nama. Netori. Sang penguasa server Amatsu. Wanita itu melayang-layang bagai dewi di depan ratusan penduduknya yang tersisa dan kini terjebak. Rambutnya yang panjang berwarna hitam bergerak-gerak dengan sangat anggun di antara lautan bunga. Kemarahan jelas terpancar dari sorot matanya.

Makhluk hitam kembali melepaskan serangan. Arus kegelapan yang sama. Tapi dari sembilan arah sekaligus. Beberapa peserta Battle of Realms ikut membantu Netori menciptakan pertahanan.

Eophi juga menggerakkan kasur terbangnya, secepatnya, ke tengah arena. Melindungi apa saja yang bisa dilindungi. 

Tapi mereka semua gagal. Makhluk hitam itu terlalu kuat. Ia bisa menghindari semua serangan yang ditujukan padanya sambil tetap menurunkan arus-arus kegelapan dalam jumlah yang tak lagi bisa dibendung.

Monster Colosseum berguncang.

Sebagian wilayah tribune hancur termakan ledakan besar. Para peserta Battle of Realms terpental ke berbagai arah. Netori menjerit, melesat ke langit sendirian. Berhadapan satu lawan satu dengan makhluk itu. Eophi kembali terseret angin dari satu lagi ledakan besar yang meletus setelahnya.

Semua mendongak dengan cemas. Berharap. Tapi Netori tidak ada di mana-mana. Makhluk hitam itu sendirian di langit.

Hening membungkam segalanya selama beberapa saat. Sampai sebagian penonton yang masih bernapas hingga titik ini, melolong seperti binatang yang terluka. Menangis. Berduka. Putus asa. Kemudian arus kegelapan lain menghantam. Nyaris melenyapkan semua yang ada.

Sebagian peserta Battle of Realms masih bisa berdiri bahkan setelah semua serangan itu. Tapi tidak Eophi. Telinganya berdengung, penglihatannya mengabur, dan ia merasa sangat kelelahan. Ia belum pulih seutuhnya.

Terdengar meski samar kemudian, perbincangan antara peserta yang tersisa dengan makhluk hitam itu. Lalu, semuanya meluruh. Gempa tanpa ledakan. Tanah arena terbelah seperti mulut raksasa yang menganga. Menelan apa saja yang berada di atasnya.


* * *


Hey, Eophi. Kita semua tahu menunggu itu membosankan. Jadi kenapa kau memilih untuk menjadi Myrd Atate?

Ng ... kenapa, ya? Mungkin karena menjadi Myrd Atate, atau 'Peri pelindung yang menunggu', terdengar keren? Dan karena menunggu selalu memberikan kita waktu. Jadi ... sebelum aku menemukan seseorang yang tepat, yang memang dilahirkan untuk menggunakan diriku sebagai permintaan terbesarnya, aku bisa bebas. Berpetualang sampai puas.

Hey, itu alasan yang bodoh!

Benarkah?

Ya. Tapi sudahlah—

Eophi membuka matanya.

—selama kau merasa yakin tidak akan menyesalinya suatu hari nanti, dan mampu menunjukkannya padaku. Hidup menggunakan alasan yang bodoh tampaknya tidak terlalu buruk.


* * *


"Bermimpi?" tanya White, kasur terbang Eophi.

"... ya. Tentang percakapan lama, dengan seorang teman lama." Eophi bangun, menguap lebar. Sekujur tubuhnya terasa nyeri sekali dan itu—mungkin—karena ia sedari tadi terbaring di atas patahan tembok. "Ini di mana?"

Tidak ada yang menjawab. Tampaknya semua juga baru bangun.

Mereka berdiri di tempat kecil berpenerangan buruk. Lembap. Dingin. Rusak. Ada gambar Hello Kitty jelek di salah satu sisi dindingnya. Udaranya dipenuhi aroma karat dan pengawet. Rasanya seperti berada di dalam kamar mayat yang disatukan dengan bengkel canggih.

"M-makhluk hitam itu tadi membelah t-tanah. Semua p-peserta jatuh ke d-dalamnya," kata Cloud, selimut Eophi. "I-itu saja yang kuingat."

"Hm ... begitu. Lagi-lagi kita dipindahkan ke tempat yang random, ya? Apa nggak ada yang sadar selama kita terjatuh tadi?"

Peralatan tidur dan naga merah Eophi menggeleng serempak.

"Ada yang melihat siapa yang membawa kita ke sini?"

Semuanya kembali menggeleng.

"Baiklah." Eophi mengangkat bahu. "Kita semua nggak tahu apa-apa tentang tempat ini. Sekarang ... kita tidur dulu sebentar, terus—"

"Pintunya bergerak, shushu!" bantal Eophi menjerit.

Semuanya menoleh ke arah yang sama. Memasang posisi siaga. Panel besi di depan mereka berderit, terbuka ke atas. Tiga sosok tampak berdiri di ambang pintu. Cahaya pucat yang berasal dari luar, membanjir ke dalam, membentur dan menciptakan garis tubuh ketiga siluet itu.

Dua ekor kucing, dan seorang gadis.

Eophi menelan ludah. Ia kenal mereka.

"... Puppet? Yu Ching? Apa yang kalian lakukan di sini?"


* * *


"Eophi! Apa yang kaulakukan di kamarku? Cepat keluar! Aku benci anak kecil!" pekik Puppet. Teman satu tim Eophi di babak penyisihan. Rambut hitam panjangnya bergerak kaku ketika ia berjalan ke depan. Mata merahnya melotot jenaka.

Mata.

Eophi terkesiap. Ketika ia melihat langsung ke mata merah Puppet, sebentuk arus ingatan membanjiri kepalanya. Eophi melihat sebuah ruangan, lalu Puppet yang terbaring di meja operasi, ada juga makhluk translusens aneh, beberapa dokter, peralatan bedah, dan lampu tembak yang sangat terang ...

"Umurku sudah empat ratus tahun, kok," kata Eophi setelah jeda. Napasnya memburu. "Um, Puppet, pertanyaanku tadi belum dijawa—"

"Hah? Masa? Empat ratus tahun?!"

Eophi mengangguk, sambil berpikir. Selain pemandangan tadi, memang ada yang aneh dengan Puppet. Sikapnya berbeda. Dan jika diperhatikan, memang banyak sekali perubahan-perubahan lainnya. Seperti pakaian. Puppet tidak mengenakan baju hitam antiknya, tapi baju bergaris putih abu yang tampak usang. Lalu tato. Puppet seharusnya tidak memiliki tato di punggung tangan kirinya, tapi sekarang ada. Tato angka dan huruf: BR44.

Yu Ching, kucing penyembuh yang bisa bicara, satu grup dengan Eophi di R1, juga memperlihatkan keanehan sejenis. Yu Ching memakai baju bergaris putih abu, memiliki tato, dan sangat pemalu. Sangat berbeda dengan Yu Ching yang Eophi kenal, yang berisik dan tidak bisa diam.

"Hey, Yu Ch—" Eophi berhenti.

Hal itu terulang. Ketika pandangan mata Yu Ching bertemu dengan pandangan mengantuk Eophi, sebentuk arus ingatan membanjir begitu saja. Eophi kembali melihat ruang operasi, dokter bermasker, makhluk aneh seperti alien, Yu Ching ...

"Eophi, apa Tamon Rah berhasil ditahan?" tanya Puppet tiba-tiba. Tidak ada ekspresi sama sekali di wajahnya. "Ayo, kita hancurkan dua menara di kastel."

"... hah? Tapi Puppet, kita sudah melalui semua itu. Tamon Rah dan dua menara. Di babak penyisihan," jelas Eophi.

Puppet mengabaikannya. Gadis itu malah berjalan ke sudut ruangan, meringkuk, memeluk boneka pandanya erat-erat. Mencengkeram genangan air dengan jari-jari kakinya.

Kucing hitam Puppet, Eve, menyusul. Yu Ching juga. Mereka semua merapat di sudut. Menjadi diam dan kosong. Seolah sesuatu yang penting, yang menghubungkan mereka dengan kenyataan, diputus begitu saja.

"Kenapa—"

Seseolang mendekat, Phi! Hel, naga merah Eophi, mengirim pesan langsung ke dalam pikiran. Seseolang yang kuat dan belbahaya! Belsiaplah!

Eophi mengangguk, bersiaga, tersenyum sebentar mengetahui kekuatan Hel untuk mendeteksi sesuatu sudah pulih. Lalu ia kembali cemas, berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Puppet dan Yu Ching? Lalu apa yang terjadi dengan pandangan matanya sendiri?

Kecemasan itu terpotong oleh suara tajam. Tepat di balik dinding ruangan ini, seseorang tertawa terbahak-bahak seperti setan yang baru saja merebus manusia. Suara itu kian mendekat. Diiringi bunyi air yang terbelah oleh langkah-langkah kaki. Semakin dekat. Semakin jelas.

Sunyi.

"Halo, keparat-keparat tak berguna! Kita bertemu lagi! Pertemuan kedua sekaligus terakhir!"

Satu siluet dari seorang pemuda berkuncir berdiri di ambang pintu. Dan tanpa berkata apa-apa lagi, ia maju menyerang Eophi.


* * *


Cepat. Serangan tiba-tiba itu terlalu cepat untuk ditahan. Eophi terpental ke belakang, terpisah dari peralatan tidur dan naga merahnya. Ia sampai menjebol dinding, terseret, dan baru berhenti ketika menghantam puing-puing di ruangan yang lain.

"Bertahanlah, shushu!"

Buru-buru peralatan tidur dan naga merahnya terbang menghampiri. Berbaris menjaga. Eophi bangun perlahan. "Tenang, aku nggak apa-apa," katanya, tapi kemudian terbatuk sampai mengeluarkan darah. "Oke ... itu bohong. Pukulan tadi sakit banget."

"Bagaimana rasanya, hah?" jerit pemuda berkuncir yang kini berdiri di tempat Eophi berdiri tadi. Cahaya pucat di ruangan itu memperjelas keseluruhan tampilannya. Rambutnya berwarna hijau, dan ia setengah telanjang, hanya mengenakan celana putih pendek. "Itulah kombinasi antara jurus Langkah Petir Wisanggeni dan Tinju Petir Brajamusti! Atau singkatnya ... jurus Lapewitipebra! Jurus khusus para jenius, apalagi di medan berair seperti ini! Kuncinya ada di pengaturan skala prana yang digunakan agar tidak terlalu banyak merusak tubuhku sendiri. Dan tetap terfokus! Fokus adalah jawaban dari semua ... blablabla—"

Eophi, peralatan tidur, dan naga merahnya, tercengang.

"IDIOT itu terlalu banyak bicara!" guling Eophi, Light, mendesis kesal.

"Dia salah satu peserta," kata White si kasur. Semua menoleh ke arahnya menggunakan tatapan tidak percaya. "Kalian tidak tahu? Dia sangat terkenal. Raditya Damian, atau Vajra sang Dalang."

"Um. Jadi n-namanya Raditya Damian a-atau Vajra sang Dalang?" tanya Cloud si selimut.

"... kita bahas kapan-kapan," bisik Eophi sambil mengisyaratkan pada peralatan tidurnya untuk bersiap-siap.

Bantal segera melayang ke tangan kiri, menjadi perisai. Guling mendarat di tangan kanan, seperti pedang. Selimut menempel di punggung sebagai jubah. Terakhir, Eophi melompat naik ke atas kasur. Dan Hel si naga merah menari di sampingnya. Mengaktifkan Corona Borealis. Skill penyembuh.

"Sekarang kita siap."

"—jadi begitulah proses terjadinya jurus Lapewitipebra. Salah satu kombinasi maha dahsyat yang kumiliki! Ayo, lawan aku, Kesatria Bantal! Prajurit Iler! Maju! Mendekatlah dan cium bogem petirku!" Pemuda berkuncir itu tersenyum mengejek, bergerak-gerak seperti petinju kepanasan. Tapi kemudian, seolah mendapatkan ide yang lebih baik, ia berhenti dan mengatakan, "Hm. Tunggu. Bagaimana kalau sekarang kita pakai ... dia!"

Sangat cepat, ia bergerak ke sudut ruangan untuk menarik Puppet, kemudian kembali ke tempatnya semula. Eophi mengumpat pelan karena tidak bisa mengikuti pergerakan itu.

"Sandera!" serunya. "Kita gunakan pacarmu ini sebagai sandera."

"Puppet teman, bukan pacar," kata Eophi setelah tiga detik jeda.

"Masa bodoh! Dia tetap menjadi sandera! Cobalah untuk menyelamatkan temanmu ini, bocah ha-ha! Selamatkan dia dari siksaan Panah Petir Pasopati!"

Pemuda berkuncir melempar Puppet ke depan, kemudian menembakkan panah petir dari telunjuknya. Serangan itu bergerak perlahan, seolah dikendalikan, mengarah langsung ke bagian belakang kepala Puppet—yang sama sekali tidak melakukan apa-apa. Hanya diam, memeluk boneka panda.

Eophi menggerakkan kasur terbangnya. Maju.

"Cepat!"

"Ya. Ya! Begitu! Bagus! Majulah! Dan rasakan ini, keparat!" Panah petir ditembakkan ke arah Eophi. Kali ini lebih dari satu, dan jauh lebih cepat. "Tersiksalah semua yang mencoba hidup sebagai pahlawan!"

Eophi bertahan. Sambil berusaha untuk tetap maju. Panah-panah petir berbenturan dengan bantal dan guling. Sebagian meleset, atau hanya menggores. Menciptakan sengat dan mati rasa selama sepersekian detik. Tidak ada ampun. Lebih banyak lagi panah yang ditembakkan. Kasur Eophi nyaris tidak bergerak sekarang. Sementara panah yang ditembakkan ke belakang kepala Puppet semakin dekat.

"Kita tidak akan sempat, shushu!" Milk si bantal menjerit.

Menyadari kebenaran dari kata-kata Milk tadi, Eophi memutuskan untuk melakukan tindakan nekat terakhir. Ia melempar Milk si bantal ke depan, tepat di antara panah petir dan bagian belakang kepala Puppet. Gadis berambut hitam itu berhasil dilindungi. Eophi menghembuskan napas lega. Tapi.

Peltahanan di sebelah kili kita jebol, Phi! Hel menjerit. Eophi tahu. Konsekuensi dari kehilangan perisai bantalnya adalah ...

Kejutan besar. Beberapa panah petir yang melesat ke bagian kiri tubuhnya tidak bisa ditahan. Semua tertancap bergantian. Eophi tersengat. Mengejang sebelum terlempar sendirian dan mendarat dengan keras di genangan air.

Pemuda berkuncir tertawa terbahak-bahak.

"Lihat itu! Lihat! Akhir menyedihkan dari keberadaan lemah yang bermimpi untuk menjadi pelindung! Matilah, keparat! Terjatuhlah di hadapan kekuatanku yang maha agung! Kekuatan Vajra! Akulah Vajra!"

Berondongan panah petir ditembakkan. Eophi yang tidak bisa bergerak, melihat semuanya dalam keadaan lambat. Ketika peralatan tidur dan naga merahnya berteriak, mencoba bergerak secepat mungkin untuk menghampirinya. Eophi tahu mereka tidak akan sempat. Jadi ia hanya tersenyum, kemudian menutup mata.

Semuanya terjadi begitu saja. Dinding di sebelah kirinya meledak, menghamburkan puing. Memperlihatkan naga petir yang meraung. Makhluk itu melesat lurus, menyapu semua panah petir.

Eophi selamat. Ia membuka matanya, menoleh ke samping. Dari arah naga petir itu berasal, berdiri sambil bermandikan cahaya terang, satu lagi pemuda berkuncir dalam keadaan setengah telanjang.

Pemuda itu mengangguk kemudian berjalan ke samping Eophi.

Belum sempat mengatakan apa-apa, kebingungan Eophi digenapi dengan kehadiran pemuda berambut hijau yang masuk melalui pintu di ruangan Puppet.

Pemuda itu duduk di atas kasur. Ditemani peralatan tidur lain dan naga merah kecil.

Eophi menelan ludah. Pemuda itu adalah dirinya.




2





Bio Laboratory Second Floor
Mereka yang Hilang

 

"Hey, Kuncir Kuda! Kenapa kau malah menyerang? Seharusnya kau bersahabat dengannya!" gerutu pemuda yang sangat mirip dengan Eophi. "Kau mengacaukan semua rencana kita!"

"Argh! Diam, Lumut Banci! Bocah Insomnia! Rencana payahmu menempatkan diriku di posisi yang sulit! Mana bisa aku berpura-pura menjadi pemuda baik yang selalu bersikap pasif?!"

"Dasar bodoh! Itu memang peranmu! Seharusnya kau menolak dari awal jika keberatan dengan rencananya!"

Sementara keduanya berdebat, Eophi yang asli bangun pelan-pelan.

"Kau tidak apa-apa?" pemuda berkuncir yang berdiri di sampingnya bertanya tanpa menoleh.

"... ya," kata Eophi setelah jeda. "Namaku Eophi Rasaya. Dan aku punya banyak sekali pertanyaan."

"Raditya Damian. Panggil aku Radith."

Eophi memperhatikannya, pemuda bernama Radith ini. Kemudian Eophi memperhatikan pemuda berkuncir satunya yang masih berdebat kasar di ruangan Puppet. Mereka memang mirip secara fisik.

"Untuk saat ini," kata Radith, pandangannya yang bersih tetap terfokus ke depan, "yang harus kau ketahui adalah betapa berbahayanya kloning kita."

Kloning. Eophi tahu arti kata itu. Ia juga pernah beberapa kali menonton film di bumi yang membahas hal sejenis. The 6th Day dan Naruto misalnya. Teori kloning menjawab banyak sekali pertanyaan.

"Baiklah! Hey, dengarkan aku! Ya, kalian. Kalian berdua beruntung karena aku kehabisan prana. Jadi kita akan melanjutkan lagi pertarungan berat sebelah ini, nanti. Setelah aku bertapa," jelas kloning Radith, kemudian balik badan dan berjalan keluar ruangan dengan santai.

Sambil menggerakkan kasurnya mengikuti kloning Radith, kloning Eophi mengacungkan jari tengah. Menggumam terus seperti orang tua yang mengidap darah tinggi akut.

"... ng, oke. Mereka benar-benar aneh."


* * *


Ada beberapa alasan kenapa Radith yang asli membiarkan dua kloning itu pergi begitu saja. Pertama, karena stok prana-nya tidak memadai untuk melanjutkan pengejaran atau menghadapi pertarungan besar. Kedua, karena menurut pengamatannya, dua kloning itu hanya ingin membuat kekacauan tanpa alasan yang jelas. Dan ketiga, karena dengan sangat terpaksa, Radith harus menjawab pertanyaan-pertanyaan Eophi.

"Tentang lokasi. Kemungkinan besar, kita berada di bawah tanah. Di sebuah laboratorium yang telah lama ditinggalkan," jelas Radith. Ia bersandar di dinding bergambar Hello Kitty. Melakukan tapa brata untuk mengisi prana. "Aku melewati beberapa ruangan berisi mesin-mesin canggih ketika mengejar kloningmu."

Saat ini Eophi sedang tiduran di atas kasur. Diapit oleh Puppet yang masih terus membahas Tamon Rah, dan Yu Ching yang masih malu-malu untuk berbicara.

"Kenapa mengejar kloningku?" tanya Eophi.

Radith menceritakan semuanya dari awal.

Setelah menerima serangan terakhir dari makhluk hitam di arena Monster Colosseum, dan kehilangan kesadaran, Radith terbangun di sebuah ruangan kecil. Dalam keadaan setengah telanjang, karena pakaian dan semua benda pusakanya dicuri oleh kloning Eophi.

"Kloningmu menungguku sampai membuka mata. Sengaja, supaya aku tahu," kata Radith. "Dia memasukkan semua milikku ke dalam bantal. Setelah itu, kloningku datang. Membantunya melarikan diri. Mereka berpencar, dan aku memutuskan untuk mengejar kloningmu. Sampai, semuanya berakhir di sini. Itu saja. Semoga cukup membantu."

Pandangan mereka bertemu untuk pertama kalinya. Eophi kembali terkesiap ketika menerima sebentuk arus ingatan. Kali ini Eophi melihat, dan merasakan, sesuatu yang sangat indah. Keluarga. Radith sedang makan di suatu tempat, di sampingnya ada bocah tembam, gadis bertudung ungu, dan pemuda berambut gondrong acak-acakan. Mereka tampak sangat bahagia ...

"... sangat." Eophi mengangguk. "Tanpa naga petirmu, aku pasti sudah mati. Terima kasih."

Radith tersenyum, mengangguk pelan. Ia melanjutkan tapa brata dalam diam. Mata terpejam.

Eophi sendiri, merasa jauh lebih tenang sekarang setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Meski, ada satu pertanyaan kecil yang masih mengganjal di kepalanya.

Dari mana Radith tahu kalau yang mencuri semua benda miliknya adalah sebuah kloning? Eophi mencoba menjawab sendiri pertanyaannya dengan berbagai kemungkinan. Karena menurutnya, tidak penting mempertanyakan hal yang tidak perlu dipikirkan. Tidak di situasi seaneh ini.


* * *


Waktu istirahat benar-benar dimanfaatkan sebaik mungkin. Skill penyembuh Hel, Corona Borealis, berhasil memulihkan sebagian besar luka Eophi. Radith juga sudah menghimpun cukup banyak prana. Mereka siap untuk kembali bergerak sekarang.

"Kita tidak tahu apa semua ini masih berhubungan dengan Battle of Realms, atau sekadar buah kekacauan dari makhluk hitam di Monster Colosseum," kata Radith.

Eophi mengangguk pelan.

"Kita juga nggak tahu ... jenis bahaya apa saja yang ada di tempat ini," Eophi melanjutkan. "Kalau Puppet dan Yu Ching juga hasil kloningan, mungkin ada lebih banyak lagi kloningan di luar sana. Oh iya, kita juga nggak tahu ada berapa peserta asli di tempat ini."

"Ya. Jadi, hal terbaik yang bisa dilakukan sekarang adalah mencari tahu sebanyak mungkin fakta mengenai tempat ini. Dan khusus untukku, mencari kloningmu untuk mengambil apa yang menjadi milikku."

Lagi, Eophi mengangguk.

"... waktunya menjelajah."

Mereka berdua meninggalkan ruangan setelah Eophi berjanji pada Puppet dan Yu Ching untuk kembali.

Radith ikut duduk di kasur terbang agar tidak basah. Dalam diam, penjelajahan dimulai. Bergerak di koridor panjang yang digenangi air. Melewati ruangan-ruangan gelap, atau ruangan berpenerangan cukup berisi puing dan mesin rusak. Lalu ruangan Radith pertama kali membuka mata. Sampai, kasur terbang Eophi tiba di ujung jalan. Di tempat yang tidak dilalui Radith tadi. Tempat yang belum diketahui.

Eophi mendorong pintu besinya kemudian mengerjap. Ruangan baru itu benar-benar terang. Hel si naga merah langsung memberi peringatan tentang banyaknya hawa keberadaan di sekitar sini.

Sebuah peringatan yang tepat.

Terlihat, agak jauh di tengah ruangan putih berisi tabung-tabung besar dan layar kaca ini, empat sosok berpakaian sama. Keempatnya duduk bersebelahan di depan puluhan layar yang berkedip.

Eophi mengenal, dan memanggil mereka.

"Aushakii! Maida! Avius! Apis!"

Bersamaan, keempatnya mendongak dalam satu gerakan kaku.


* * *


"Mungkin seharusnya tadi jangan dipanggil," gumam Radith. "Mereka pasti hanya kloning."

"Ya ... maaf."

Keempat sosok di tengah ruangan bangkit dari duduknya. Berlari bersebelahan menuju pintu besi, mengacaukan genangan air. Gerakan mereka, mulai dari kaki sampai tangan yang terayun, benar-benar selaras. Eophi menyiapkan peralatan tidur untuk bertahan, Radith memasang kuda-kuda.

Dalam sepersekian detik sebelum semuanya berbenturan, Eophi memperhatikan baik-baik keempat sosok di depannya. Eophi cukup mengenal mereka, mulai dari fisik, sampai gaya bertarung.

Pertama. Aushakii, bocah berkulit gelap yang memiliki tato tribal nyaris di sekujur tubuh, memiliki insting yang bagus ketika harus memburu sesuatu. Aushakii dan Eophi pernah bertarung bersama di babak penyisihan.

Saat ini Aushakii sedang menarik satu anak panah, memasangnya di busur. Mengarahkannya ke depan.

Kedua. Avius, pemuda berambut cokelat yang keberadaannya diberkati oleh aura kebaikan, memiliki kekuatan sihir penyembuh dan pelindung. Avius dan Eophi pernah bertarung bersama di R1.

Saat ini Avius sedang merapal mantra, menyiapkan sesuatu.

Terakhir. Maida dan Apis, dua sosok cantik berambut panjang yang selalu bersikap manis dan sopan. Maida menguasai sihir berelemen air dan es. Sementara Apis memiliki kecepatan tinggi dan ilusi tarian. Mereka berlari di dua sisi terjauh, tampak siaga.

Sekarang semuanya berbenturan. Eophi mengangkat bantal dan guling menciptakan pertahanan, Radith bersiap melayangkan satu tinju petir. Aushakii melepaskan anak panah pertama. Serangan yang akhirnya menegaskan siapa musuh sebenarnya di tempat ini.

Anak panah bocah berkulit gelap itu melesat melewati pipi kiri Eophi dan kuncir panjang Radith, terus ke belakang. Sampai, terdengar suara air yang terpecah dan raungan kesakitan dari binatang terbuas. Eophi dan Radith menoleh. Di sepanjang koridor yang mereka lewati tadi, berbaris puluhan makhluk translusens. Wujud makhluk-makhluk itu sangat absurd, seperti lelehan dari sesuatu yang sangat kental, dan tampak selalu berubah dengan cepat. Panah Aushakii berhasil memecahkan salah satunya.

Keempat sosok meneruskan pergerakan, berlari melewati Eophi dan Radith, memulai pertarungan dengan puluhan makhluk translusens di luar pintu besi.

"... bukan kita yang mereka incar, tapi monster-monster aneh yang tiba-tiba muncul itu," kata Eophi sambil balik badan, menggerakkan kasur terbangnya menuju pertempuran. "Aku akan membantu mereka."

Radith segera menembakkan panah petirnya.


* * *


Enam peserta Battle of Realms—dua asli, dan empat sisanya hasil kloning—melawan puluhan monster translusens yang bisa berubah menjadi apa saja.

Mulanya, pertempuran hanya berlangsung di depan pintu besi. Kombinasi panah-panah Aushakii dan Radith melesat akurat memecahkan target. Mereka berdua adalah penyerang utama di kelompok kecil ini. Lalu ada Eophi dan Avius yang berdiri di samping dua penyerang itu. Tugas mereka adalah mementahkan semua jenis serangan lawan. Sementara Maida, ia berdiri di tengah formasi, memainkan peran penyerang dan penahan sekaligus. Dan Apis, ia berada di posisi teraman untuk memberikan tarian suportif tanpa henti.

Sekejap saja, monster-monster bening yang berada di barisan terdepan hancur tak tersisa. Terpecah kemudian menyatu dengan genangan air di lantai.

Pertempuran berlanjut di sepanjang koridor, di mana makhluk-makhluk itu tampak semakin agresif. Serangan-serangan menusuk, datang silih berganti ketika mereka berubah menjadi semacam pedang, tombak, dan cambuk. Atau ketika mereka bersatu dan menyerang sebagai gelombang besar yang menyengat. Menjadi meriam-meriam air, dan hantaman dahsyat lain yang berasal dari gabungan bentuk-bentuk aneh seperti tangan atau kaki raksasa.

Para peserta Battle of Realms tetap bertahan.

Aushakii yang kehabisan anak panah, maju menyerang menggunakan belati. Radith juga turun dari kasur terbang, menghadapi lawan dengan tangan kosong untuk menghemat prana. Eophi dan Maida terus menahan. Avius menyembuhkan luka-luka. Apis berusaha sekuat tenaga untuk mempercepat dan memfokuskan kekuatan kelompok.

Mereka maju dan terus maju.

Hukum jumlah benar-benar tak berlaku pada pertarungan ini.

Eophi tersenyum ketika melihat Puppet dan Yu Ching di depan sana, keluar dari ruangan mereka, ikut bertarung melawan makhluk-makhluk translusens. Puppet mengerahkan kekuatan sihir dan obat, sementara Yu Ching bergerak dengan sangat lincah untuk mencabik target.

Apa pun yang mendasari pertarungan ini, telah berhasil menciptakan kerja sama yang menakjubkan antara para peserta Battle of Realms.

Mereka memenangkan koridor.

Tersisa satu monster terakhir, terpojok di tumpukan puing yang menjulang seperti dinding buatan. Radith maju untuk menghabisinya dengan kombinasi pukulan. Tapi ...

"Demi sang Ratu!"

Monster itu berbicara.

Wujudnya yang cair dan kental, bergolak, lalu membesar. Radith berhenti, mundur. Eophi, Avius, dan Maida menggabungkan masing-masing perisai untuk melindungi kelompok. Gumpalan terakhir itu meledakkan diri sedetik kemudian. Menghancurkan dinding puing, memperlihatkan sebuah pintu besi baru di baliknya.




3





Bio Laboratory Second Floor
Fakta dan Rahasia Radith

 

Tidak ada yang terluka di kubu Battle of Realms. Mereka menang telak, sekaligus basah kuyup. Tidak ada senyum atau jenis perayaan lain juga setelahnya. Aushakii, Avius, Apis, dan Maida berjalan begitu saja ke ujung koridor. Tanpa mengatakan apa-apa. Begitu pun Puppet dan Yu Ching, kembali ke dalam ruangan pucat.

Entah kenapa Eophi merasakan kesedihan yang konyol saat ini. Benar-benar tidak masuk akal. Semenit lalu mereka mampu bertarung bersama dengan sangat kompak, tapi kini semuanya seolah kembali sibuk pada dunia masing-masing. Eophi memejamkan kedua matanya.

Mereka hanya kloning, pikir Eophi. Kloning yang tidak sempurna. 

"Ayo kita kembali ke ruangan terang untuk mencari informasi," kata Radith, menunjuk jauh ke belakang. Ke ruangan yang dipenuhi tabung dan layar.

Eophi membuka kedua matanya, menunjuk ke depan. Ke pintu besi yang selama ini terhalang dinding puing buatan.

"... bagaimana dengan pintu itu? Kita buka sekarang?"

"Jangan." Radith menelan ludah. Kemudian buru-buru melanjutkan, "Ada kemungkinan monster-monster aneh tadi muncul karena kita membuka pintu besi di ujung koridor. Jadi, tidak perlu mengambil risiko. Kita cari dulu informasi di pintu yang sudah terbuka. Setelah itu kembali ke sini."

Ada yang aneh pada ekspresi dan nada suara Radith. Sikap canggung yang biasa diperlihatkan pembohong. Tapi sekali lagi Eophi tidak mau memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan. Jadi ia mengangguk. Mungkin Radith hanya lelah.

Mereka kembali bergerak ke ruangan terang di ujung koridor.


* * *


Sesampainya di sana, Eophi melihat keempat sosok temannya sudah kembali duduk di tempat yang sama, di depan puluhan layar yang berkedip. Jadi sementara Radith mengecek keseluruhan ruangan, Eophi menghampiri Aushakii.

"Hey," sapanya.

Bocah berkulit gelap mendongak perlahan. Ekspresinya kosong.

"Hey?" ia balik menyapa. "Eophi, ya?"

Eophi mengangguk.

"Aku mulai merindukan Lembah Besar, kampung halamanku," kata Aushakii. "Aku ingin pulang."

"... kalau begitu pulanglah." Eophi menepuk pundak bocah itu. "Apa yang menahanmu di tempat seperti ini?"

Aushakii tidak memberi respons apa-apa lagi. Eophi beralih ke Avius yang duduk di sampingnya.

"Avius?"

Sama seperti Aushakii, Avius mendongak perlahan. Tapi pemuda berambut cokelat ini tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengulurkan satu tangannya ke arah pintu besi. Tersenyum, kemudian kembali pasif.

Eophi lanjut menggerakkan kasur terbangnya ke depan Maida dan Apis. Menyapa mereka dan mendapatkan respons awal yang sama.

"Aku harus terus bertahan, Eophi," Apis berbisik. "Aku tidak akan pernah membiarkan diriku jatuh ke dalam kegelapan itu."

"Eophi," kata Maida, "jangan tinggalkan mereka di sini."

Sebelum Eophi bisa merespons, keduanya sudah kembali pasif.

"... mata mereka bercerita lebih banyak," Eophi menggumam.

"Apa maksudmu?" tanya White, kasur terbangnya.

"Sepertinya aku mendapatkan semacam kekuatan baru," kata Eophi pelan. "Setiap kali aku menatap langsung mata lawan bicaraku, aku bisa melihat kepingan memori mereka. Tergambar jelas di dalam pikiran."

"Seperti kemampuan peri ingatan, shushu," bantal Eophi menimpali. "Ini pasti warisan dari Lol, shushu. Ketika di arena, dia tidak hanya memberikan jiwanya untuk menyelamatkanmu, tapi kekuatannya juga, shushu."

Lol adalah partner Eophi di Monster Colosseum.

Apa yang akan kaulakukan dengan kekuatan balu ini, Phi? tanya Hel si naga merah.

Eophi hanya melamun di hadapan keempat kloning temannya sampai Radith memanggil.


* * *


Radith menemukan sesuatu. Informasi vital mengenai tempat ini. Ia berdiri di hadapan tiga layar besar yang masih aktif, dan beberapa tabung berisi gadis telanjang yang tampak familier. Eophi menghampirinya.

Salah satu dari gadis itu adalah Kathrine. Maid di Alforea.

"Ini semua," kata Radith, menggunakan ekspresi sedih dan marah, "adalah inti kegilaan yang kita cari."

Eophi memperhatikan layar besar pertama yang mempertontonkan potongan adegan-adegan kekacauan berdurasi singkat dan terus diulang. Sebuah kecelakaan yang terjadi di masa lalu, tepat di ruangan ini.

Di satu adegan, tampak para ilmuwan tewas dibantai makhluk-makhluk translusens. Makhluk-makhluk itu menghambur lewat pintu besi.

Sebelum tewas dengan sangat mengenaskan, ada beberapa ilmuwan yang sempat mengoperasikan sesuatu pada tabung-tabung berisi kloningan para peserta Battle of Realms. Tabung itu membuka dari atas, membebaskan kloningan di dalamnya, kemudian terjadilah pertarungan yang sama seperti tadi. Para peserta mengusir monster-monster sampai keluar ruangan.

"Ini menjelaskan tentang sikap mereka yang aneh," gumam Radith. "Kebanyakan kloning dikeluarkan sebelum mereka benar-benar sempurna."

Eophi masih fokus memperhatikan adegan pembantaian. Beberapa kloning peserta gugur di penyerangan itu.

Lalu ke layar yang lain. Terdapat berbagai teks keterangan tentang laboratorium ini. Salah satunya, iDroid Project. Tertulis di bawahnya:

Seribu kali mereka menerapkan berbagai cara untuk menyempurnakan hasil kloning, seribu kali juga mereka gagal.

Para ilmuwan tolol itu merasakan keputusasaan, sampai akhirnya mereka menemukan sebuah planet yang dihuni oleh koloni besar bangsa Droid. Spesies unik yang memiliki kemampuan spesial untuk beradaptasi dan bertransformasi.

Mereka segera menginvasi planet itu, kemudian memanen semua penduduknya untuk dijadikan materi penyempurna.

Dimulailah iDroid Project. Atau mungkin, dimulailah masa-masa kebodohan yang nantinya justru menciptakan bencana terbesar untuk mereka.

"Siapa yang menulis semua itu?" tanya Eophi.

"Anonymus," jawab Radith. "Mungkin dia lupa login ketika berkomentar. Ah, seandainya kita bisa retas akunnya, kemudian berterima kasih atas informasi ini, dan menulis kebohongan yang memalukan seperti hacker-hacker oportunis kebanyakan."

"Tulis saja: cita-cita saya adalah menjadi kolektor dildo," usul Eophi.

Radith tergelak, kemudian gantian mengusulkan komentar-komentar random. Mereka akhirnya malah keluar dari topik semula.

Bagi Eophi, melegakan sekali bisa merasa bahagia di antara banyaknya hal-hal membingungkan, gelap, dan kelam. Lalu, meski terlambat menyadarinya, memiliki seseorang yang kuat dan pintar seperti Radith sebagai teman di situasi ini benar-benar sangat menyenangkan.


* * *


Semua keping puzzle seputar laboratorium rusak ini akhirnya nyaris lengkap ketika Eophi dan Radith menyimak apa yang ada di layar terakhir.

Sebuah video, yang menampilkan sebuah panggung. Gambarnya hampir gelap total karena cahaya hanya terfokus ke tengah, ke satu sosok berjubah yang duduk di kursi kayu. Video ini juga direkam dari jarak yang cukup jauh, sehingga sulit untuk melihat wajah di bawah tudung sosok itu.

"Cari tombol zoom?" usul Eophi.

Radith mengangkat bahu, tersenyum.

Mereka lanjut menonton.

Untuk pembukaan, sosok berjubah itu bercerita tentang perang, penjelajahan, konspirasi, pergantian era, tragedi, dan kebebasan di suatu tempat tanpa nama. Kemudian ia menceritakan tentang sejarah singkat Battle of Realms dan ideologi. Tentang pembentukan kekuatan tanpa tandingan yang dimulai, salah satunya, dengan melancarkan iDroid Project.

"Kecelakaan besar yang menewaskan para ilmuwan terpilih di Bio Lab, mewajibkan kita untuk semakin berhati-hati dalam menangani para Droid ini. Mereka adalah aset yang penting, dan pemberontakan mereka kala itu adalah pelajaran besar yang sangat mahal. Kita harus kehilangan banyak bahan dan fasilitas! Kita bahkan harus mengosongkan dan mengasingkan keseluruhan laboratorium!" kata sosok berjubah. Dramatis dan berwibawa. "Tapi pada akhirnya, kemenangan tetap ada di pihak kita. Karena kita berhasil menyelamatkan data-data penting dan sang Ratu. Jadi dengan ini saya nyatakan ... iDroid Project tetap berjalan."

Video berakhir, dan layar menjadi hitam seluruhnya. Lalu terdengar satu suara baru. Jenis suara buatan yang biasanya digunakan untuk memperolok. Suara itu mengatakan:

Begitulah isi pidato panjang dari para pecundang. Hoam, cukup bagus jika didengarkan oleh mereka yang ingin menyembuhkan insomnia! Jadi, ya, rencana bangsat mereka tetap berjalan. Untuk menciptakan kekuatan tanpa tandingan dan blablabla.

Ingatlah, bagi siapa pun yang cukup beruntung untuk berkunjung ke sini dan menonton video ini, bahwa kami ada. Kami berhasil menghancurkan proyek mereka satu kali, dan kami tidak akan berhenti! Kami akan menghancurkan pemerintahan mereka tanpa sisa!

Layar memperlihatkan pemandangan kehancuran. Ledakan besar, gedung-gedung yang runtuh, bencana alam. Sampai semuanya kembali terulang. Video berjalan dari awal.

Eophi dan Radith bertukar pandang, menarik napas dalam-dalam.


* * *


"Tadi itu penjelasan yang sangat penting," kata Radith, sambil berjalan ke arah loker yang berada di sisi kanan layar. Ia mengambil jubah lab putih kemudian mengenakannya. Eophi benar-benar salut pada pertahanan tubuh pemuda berkuncir ini terhadap hawa dingin. Dari tadi Radith setengah telanjang. "Walaupun semua itu masih belum menjelaskan kenapa kita bisa sampai dikirim ke sini," lanjut Radith. "Dan tentang pola aneh yang terus terulang."

"... pola yang terulang?" tanya Eophi setelah jeda.

"Ya. Perhatikan pintu besinya." 

Eophi terkesiap ketika melihat puluhan makhluk translusens sudah kembali bersiap memasuki ruangan. Di satu sisi, keempat sosok—Aushakii, Avius, Maida, dan Apis—juga kembali bergerak. Beberapa saat setelahnya, terjadilah pertarungan yang sama.

"Kita harus membantu mereka lagi!" tegas Eophi.

"Kita punya masalah yang lain, Eophi." Pandangan Radith lurus ke arah tumpukan puing yang beterbangan di sudut ruangan. Dari dalam celah pada dinding rusak di belakangnya, berjalan keluar dua sosok familier. Kloning Radith dalam balutan Vajra, dan kloning Eophi. "Mereka berempat bisa menahan semua serangan yang terulang selama ini. Kita tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Jadi fokuslah pada dua kloning kita."

Eophi merasakan desakan yang kuat untuk panik, meski ekspresi wajahnya seolah berkhianat karena tetap terlihat mengantuk dan biasa saja.

"Jangan panik IDIOT!" jerit gulingnya.

"... aku tahu."

"Oooh, halo, keparat-keparat! Kita bertemu lagi! Pertemuan ketiga sekaligus terakhir!" kloning Radith berteriak dari tempatnya berdiri. "Hey, bocah berkantung mata, ayo kita sapa mereka dengan sedikit lebih meriah!"

"Berhenti memanggilku bocah berkantung mata, Homo Kuadratus!" bentak kloning Eophi. "Ayo!"

Dua kloning itu mengambil ancang-ancang, kemudian ...

"NAGA KEMBAR PANCANAKA!"

Naga petir, dua ekor, meraung. Melesat ke arah Eophi dan Radith yang asli.

Ruangan terang ini berubah ramai seketika.

Pertarungan besar terjadi di depan pintu besi, antara empat kloning peserta Battle of Realms melawan puluhan makhluk translusens. Sementara di tengah ruangan, Eophi dan Radith baru saja menghindari serangan dua naga petir.

Naga kembar itu menghantam tiga layar besar yang kemudian meledak dan hancur.


* * *


"Informasi-informasinya!" kata Eophi.

"Tidak apa-apa, Eophi! Kita sudah mengetahui apa yang harus kita ketahui dari tiga layar itu," desis Radith kemudian mulai menembakkan panah-panah petir ke arah dua kloning. "Ikuti aku! Ada sesuatu yang lebih penting, yang harus kau ketahui!"

Mereka berdua bergerak ke arah pintu besi.

"Mereka melarikan diri!" seru kloning Eophi.

"Jangan jadi dungu, Bocah Pemimpi! Tidak akan ada yang bisa melarikan diri dari jangkauan kekuatan penuhku! Kekuatan Vajra! Terimalah ini, keparat-keparat! Badai Panah Pasopati!"

Kloning Radith menembak tanpa jeda. Tertawa terbahak-bahak.

"Diriku yang lain benar-benar menyebalkan!" geram Radith.

Ia menghentikan lajunya, mengarahkan dua telapak tangannya yang disatukan ke atas, ke arah ratusan layar kecil yang tersebar di langit-langit. Seekor naga petir melesat sedetik kemudian. Menghantam layar-layar yang langsung berjatuhan bagai hujan. Pecah, riuh, ke dalam genangan air.

"Itu cukup untuk menahan mereka sementara waktu. Ayo, Eophi!"

Eophi dan Radith lanjut bergerak, ke arah pintu besi. Sementara kloning mereka mengumpat kasar, tertahan runtuhan layar-layar.

"Kenapa kloning kita bersikap seperti itu?" tanya Eophi sambil tetap menggerakkan kasur terbangnya mengikuti Radith. "Apa mereka juga tidak sempurna?"

Tanpa menoleh ke belakang, Radith menjawab, "Tidak. Atau entahlah. Yang jelas dua kloning kita berbeda. Di samping kepribadian mereka yang jauh dari aslinya, mereka memiliki pemikiran tersendiri dan seolah diprogram khusus untuk mengganggu kita."

"... mungkin sengaja dibuat begitu?" kata Eophi. "Kepribadian mereka. Maksudku, bertolak belakang dengan aslinya, atau bisa juga itu adalah kepribadian kita yang terpendam. Lalu yang terpenting, apakah kita bisa menang melawan diri kita sendiri?"

"Entahlah." Radith tiba di depan pintu besi, menunduk menghindari serangan-serangan pertama dari makhluk translusens. "Tapi jika memang benar mereka sengaja diciptakan bertolak belakang, itu artinya kita ini adalah makhluk-makhluk yang baik. Tidak, bukan hanya kita. Semua bentuk orisinalitas adalah kebaikan. Kita tidak pernah terlahir buruk, bahkan iblis sekalipun adalah malaikat pada awalnya. Maka sudah menjadi tugas kita, Eophi Rasaya, untuk mempertahankan keaslian itu. Jangan pernah menyerah pada sisi jahat."

Eophi tersenyum. Sekali lagi ia merasa beruntung bisa bersama seseorang seperti Radith di situasi segila ini.

Mereka melewati keempat kloning peserta Battle of Realms yang masih menahan makhluk translusens di depan pintu, kemudian mereka menghindari serangan-serangan di koridor dan di depan ruangan Puppet, terus bergerak. Langsung menuju pintu besi yang baru.

"... aku berjanji akan kembali untuk membantu kalian," bisik Eophi, sambil menoleh jauh ke arah Aushakii dan yang lainnya.


* * *


Pintu besi tertutup.

Suara pertempuran di koridor teredam total. Eophi langsung memperhatikan sekeliling. Ruangan baru ini benar-benar sesunyi, seluas, seterang, dan sedingin mimpi. Layar-layar yang berkedip terpasang di sepanjang dinding dan langit-langit. Ratusan tabung kosong tersebar acak, tapi semuanya saling dihubungkan kabel metalik ke satu komputer besar di sudut jauh. Genangan air tampak memutari sebuah area oval berpendar yang dibangun lebih tinggi dari lantai, terletak persis di tengah ruangan.

Sesuatu yang cukup besar dan menjijikan berdiri di area itu. Sesuatu itu juga dijaga oleh tiga sosok yang lagi-lagi tampak familier.

Ketiganya segera berjalan turun, bersebelahan dan selaras, menghampiri Eophi dan Radith yang masih mengatur napas di depan pintu.

"Adhy, Kii, Tan Ying Go ...."

Pemuda berkacamata mengangguk.

"Ya. Aku Adhy," katanya. Dengan nada yang hanya digunakan orang-orang penting. "Kau?"

Eophi memiringkan kepala, berselimut, memeluk bantal dan guling, menolak godaan untuk tidur atau menampar Adhy, baru merespons, "Aku Eophi ... Eophi Rasaya."

"Tidak kenal," kata Adhy datar. "Apa aku pernah membeli sesuatu darimu? Aku memang suka membeli barang-barang dari pedagang random."

"Bukan ... kita pernah bertarung bersama di babak penyisihan. Bersama Puppet dan Aushakii. Ng, bagaimana?"

"Tetap tidak kenal." Adhy beralih ke Radith sementara Eophi mendesah lelah kemudian merebahkan tubuhnya di kasur. "Radith," Adhy berujar dengan nada gelap sekarang. "Tubuh kalian sudah hampir mencapai batas. Apa kau menemukan cara yang lain?"

Perkataan itu cukup untuk membuat Eophi terbangun. Kenapa Adhy bisa mengenal Radith, tapi tidak mengenal dirinya? Satu pertanyaan itu segera membangkitkan pertanyaan-pertanyaan lain, bermunculan begitu saja di bawah rambut semaknya, seperti mayat-mayat yang keluar dari tanah kubur untuk menjalani hari pertama sebagai zombie.

Apa ini ada hubungannya dengan pengetahuan Radith tentang kloning? Apa ini ada hubungannya dengan sikap aneh Radith ketika Eophi menyarankan untuk memasuki ruangan ini sebelumnya?

Eophi akan mengetahuinya sebentar lagi.

"Dengarkan aku baik-baik," kata Radith, pelan dan cemas. "Eophi. Kau—kita. Kita ... sebenarnya sudah mati."


* * *


Kematian memang suatu keharusan bagi mereka yang pernah benar-benar hidup. Tapi, bagaimana jika berita kematian dari suatu individu didengar oleh individu itu sendiri? Sehingga ia tahu kalau ia sebenarnya sudah mati, sekaligus cukup hidup untuk menerima beritanya secara langsung.

Detik ini juga, nausea menyerang kepala kecil Eophi seperti serpihan es tajam yang terselip di sela-sela kuku.

Radith menjelaskan semua rahasia dan kebohongan kecilnya. 

Pertama kali ia membuka mata di laboratorium hancur ini, sebenarnya, semuanya masih lengkap. Ia masih memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi Vajra. Tidak seperti cerita yang ia katakan pada Eophi; tentang dicurinya semua benda pusaka yang ia miliki, hingga kemudian insiden itu berakhir pada sebuah pengejaran kloning dan adegan penyelamatan. Tidak. Itu semua kebohongan belaka. Itu semua terjadi setelahnya. Setelah Radith menjelajahi laboratorium sendirian. Dan menemukan ruangan ini.

Ruang teleporter: Enhancement Room. Destinasi terakhir.

Di sini, Radith mendapat banyak informasi seputar penciptaan kloning-kloning peserta Battle of Realms dari Adhy, Kii, dan Tan Ying Go. Mereka bertiga bercerita, bahwa sejak kecelakaan besar di masa lalu, tempat rusak ini adalah rumah bagi para kloning yang terbuang dan terasing.

Di sini juga, Radith pertama kali berbincang dengan makhluk menjijikan yang berdiri di tengah area oval, yang ternyata merupakan teleporter itu sendiri. Makhluk itu mengatakan, jika ingin keluar dari tempat ini, Radith harus mengaktifkannya. Dengan cara, berjalan masuk ke dalam tubuhnya, sambil membawa mayat Eophi Rasaya. Syarat mutlak ini berlaku untuk kedua peserta asli.

"Setelah cukup lama berpikir, akhirnya aku memutuskan keluar dari ruangan ini untuk mencarimu. Tidak masuk akal, menurutku, kalau kita harus saling bunuh demi sebuah jalan keluar yang absurd. Jadi aku mencarimu, agar kita berdua bisa membicarakan ini, kemudian mencari jalan keluar yang lain." Radith memandang kosong ke satu layar di langit-langit. "Tapi sesampainya di koridor ... aku mendengar tawa itu."

Tawa dari kloningnya sendiri, dan tawa dari kloning Eophi—yang ia ketahui kemudian. Radith mengikuti suara mengerikan itu sampai akhirnya tiba di satu ruangan temaram. Di sanalah Radith menemukan Eophi yang asli, sekarat, berdarah-darah, dan tidak sadarkan diri.

Eophi baru saja disiksa habis-habisan.

Radith menyiapkan seluruh kekuatannya untuk melakukan penyelamatan, tapi dua kloning biadab itu lebih dulu melemparkan ancaman. Jika Radith bergerak, mereka akan membunuh Eophi seketika.

"Dan aku berhenti," kata Radith datar, masih memperhatikan layar-layar. "Aku berhenti untuk mendengarkan syarat yang diberikan. Mereka berjanji akan melepaskanmu dan meninggalkan kita, jika aku mau memberikan ..."

Dua kloning itu menginginkan semua benda pusaka Radith. Hal yang nantinya menjelaskan tentang kondisi setengah telanjang.

"Hebat, huh?" Radith tersenyum, kali ini ia tatap Eophi yang seolah membisu langsung di mata. "Setelah mendengar syarat itu, aku langsung terlibat dalam satu perdebatan hebat dengan ketiga guruku. Mungkin itu pertama kalinya aku memenangkan perdebatan dengan mereka."

"... jadi kau memberikan semuanya?" tanya Eophi parau.

Masih tersenyum, Radith mengangguk.

Syarat memang diterima. Radith memberikan benda pusakanya pada dua kloning yang segera tertawa terbahak-bahak, melepaskan Eophi, kemudian berjalan menjauh ke dalam bayang-bayang.

Meninggalkan Radith dalam keadaan setengah telanjang ... dan Eophi yang sekarat.

Tapi pada momen itulah, ide gila Radith dimulai.

Radith memapah Eophi, kembali ke ruang teleporter.

Di sana, dibantu Adhy, Kii, dan Tan Ying Go, Radith menciptakan Body Clone dirinya dan Eophi. Mereka juga menyetel waktu yang tepat untuk mentransfer Kesadaran masing-masing ke tubuh temporer itu.

"Jika si teleporter menjijikan hanya bisa aktif ketika ada mayat bersemayam di dalam tubuhnya, maka aku akan memberikan padanya dua mayat sekaligus," ujar Radith tegas.

Eophi tercekat. Ia mulai mengerti semuanya ....

Jadi, setelah Body Clone selesai, Radith kembali memapah Eophi, masuk bersamaan ke dalam teleporter. Adhy sudah bersiap di depan komputer besar untuk mentransfer Kesadaran, sementara Kii dan Tan Ying Go menyiapkan senjata masing-masing untuk melakukan eksekusi.

Semua menjalankan tugasnya dengan baik. Adhy melakukan transfer Kesadaran di detik yang sama ketika Kii menusuk jantung Radith, dan Tan Ying Go menembak dahi Eophi. Dua tubuh di dalam teleporter itu seketika mati. Hanya tubuh. Karena pada saat itu kesadaran mereka sudah sukses berpindah ke tubuh temporer.

"Itulah rencana gilaku." Radith menutup penjelasannya dengan tertawa pelan, sarat ironi. "Mati bersama. Dan berharap, keduanya akan dipindahkan ke tempat yang aman. Ditemukan, kemudian dipulihkan. Aku sengaja memisahkan kesadaran kita untuk berjaga-jaga kalau rencana konyol ini gagal."

"Lalu ... apa rencana itu berhasil?" tanya Eophi bodoh.

Radith mengalihkan pandangannya ke makhluk menjijikan di area oval.

"Tidak, Eophi. Maaf. Sampai sekarang kesadaran kita masih terjebak di tubuh temporer ini, itu artinya belum ada yang bisa melacak, dan memulihkan keberadaan kita. Itu artinya ... rencana tidak berhasil. Kita tetap mati, dan tidak ke mana-mana."




4





Bio Laboratory Second Floor
Menangkap Memori

 

Eophi membungkus dirinya di dalam selimut, sementara Radith berjalan ke area oval untuk mengecek keadaan si makhluk menjijikan—atau sang teleporter.

Apa yang sebenalnya teljadi di sini, Phi? tanya Hel. Naga kecil itu menggosok lembut pipi Eophi menggunakan hidungnya.

Terlalu banyak yang terjadi di sini, Hel, respons Eophi. 

"Hey. Coba bangun."

Selimut Eophi disibak paksa oleh seorang pemuda berkacamata. Adhy.

"... ada apa?"

"Semua penjelasan tadi," kata Adhy, "apa kau mengerti?"

"Ya." Eophi mengangguk, kemudian menguap. "Bahkan aku memiliki pelengkap untuk beberapa bagian. Misalnya ... ketika Radith menemukanku dalam keadaan tersiksa. Aku tahu, kenapa aku sampai bisa tersiksa."

"Kenapa? Karena kau penganut masokhisme?"

Jeda dua detik.

"Bukan. Tapi karena ketiduran. Atau pingsan. Intinya ... kondisiku memang sangat lemah ketika dipindahkan ke tempat ini. Jadi, dua kloning yang menyiksaku tadi, pasti menemukanku ketika aku benar-benar tidak sadarkan diri."

Adhy mendengus.

"Apa bedanya kalau mereka menemukanmu dalam keadaan sadar?"

"... jangan meremehkanku," gumam Eophi datar.

"Baiklah, baiklah. Aku senang kau memperhatikan penjelasan tadi. Karena pengorbanan pemuda berkuncir itu bukan pengorbanan biasa."

"Ya ... aku tahu. Aku juga berterima kasih padamu, Kii, dan Tan Ying Go karena mau membantu."

"Nah. Soal itu. Boleh aku duduk di kasur terbangmu?" Adhy langsung duduk tanpa menunggu izin. "Kita memang saling membantu dalam kasus ini. Coba perhatikan, makhluk besar dan aneh yang berdiri di area oval. Itu, sebenarnya hanya sisa cangkang dari sang Ratu Droid. Objek yang sudah lama menjadi target Kloning Kavaleri. Sulit sekali untuk dihancurkan. Tapi kemudian seseorang mengubahnya menjadi sesuatu yang rapuh, menjadi apa yang kalian sebut teleporter."

"Whoa-whoa," gerutu Eophi. "Pelan-pelan. Jadi ... makhluk menjijikan itu hanya sebuah cangkang yang disulap menjadi teleporter? Oleh siapa? Lalu apa itu Kloning Kavaleri?"

Adhy mendengus lagi.

"Siapa yang bawel sekarang? Dengar. Sehari sebelum kalian—maksudku para peserta asli—tiba di sini, ada satu makhluk bertubuh hitam yang datang berkunjung. Makhluk hitam itulah yang mengubah cangkang sang ratu menjadi teleporter. Tidak hanya itu, dia juga membawa beberapa kloning tambahan. Bukan kloning ciptaan Bio Lab. Salah satunya adalah kloningmu, dan kloning Radith."

"Ng, makhluk bertubuh hitam? Jadi ... ini semua memang sudah dirancang olehnya, ya?" Eophi menggaruk rambutnya. "Lalu, Adhy, soal cangkang itu. Kenapa kalian ingin menghancurkannya?"

"Meski hanya cangkang, makhluk itu masih terus mentransmisikan energi kehidupan. Dan genangan air di lantai dua ini, adalah sisa-sisa dari jasad Droid yang memberontak, yang mengawali kecelakaan besar di masa lalu. Jadi, selama cangkang sang ratu masih ada, energi kehidupan akan terus tersalur ke dalam genangan. Menghidupkan sebagian Droid yang membawa kebencian dan selalu menuntut dendam." Adhy tersenyum. "Kami harus menghancurkan cangkang itu demi memutus pola yang sama. Mengakhiri ini semua. Karena bagaimana pun, kita semua, yang hidup di tempat rusak ini, hanyalah korban yang terpaksa memikul tanggung jawab para penjahat. Mengerti sekarang? Kita semua saling membantu dalam kasus ini."

Sambil memeluk bantal dan guling, Eophi mengangguk.

Adhy turun dari kasur terbang. Bersamaan dengan itu, Eophi melihat Tan Ying Go berlari di udara. Mengejar sesuatu yang bersembunyi di langit-langit, di antara layar.

"Apa itu?" Eophi berdiri.

"Tenang saja. Tan Ying Go akan membereskannya. Sebentar lagi pasti waktu penyerangan. Rutinitas," kata Adhy. "Oh ya, Eophi? Ada satu hal lagi yang harus kau ketahui."

"... waw. Ternyata kau mengenalku? Ng, tahu namaku?"

"Ya ampun tentu saja. Pura-pura tidak kenal saat berkenalan tadi adalah salah satu lelucon kloning." Adhy tertawa.

"Oh ... begitu. Baiklah, apa satu hal terakhir yang harus kuketahui?"

Adhy membetulkan letak kacamatanya, kemudian berujar dengan nada gelap, "Body Clone adalah salah satu metode tertua untuk menciptakan tiruan tubuh yang sempurna. Body Clone juga tidak membutuhkan tubuh lain sebagai wadah. Cukup memodifikasi satu atau dua Droid, selesai. Karena kemudahan itulah, Body Clone tidak memiliki Kesadaran dan sifatnya sementara. Body Clone hanya bertahan selama satu jam, maksimal."

Dalam hati, Eophi mengulang-ulang perkataan Adhy. Sampai kesimpulan itu tiba.

"Tubuhku ... dan tubuh Radith sekarang merupakan hasil dari Body Clone." Eophi menelan ludah. "Apa yang akan terjadi dengan kesadaran kita jika tubuh temporer ini hancur?"

"Selalu ada kemalasan dan pertanyaan yang bagus di dalam retorika," gumam Adhy kemudian balik badan. Berjalan ke area oval menghampiri Radith dan Kii. Juga Tan Ying Go yang baru mendarat. "Bayangkan saja skenario terburuknya, Eophi. Karena itulah yang akan terjadi."


* * *


Air yang menggenangi ruang teleporter, bergolak tiba-tiba. Puluhan makhluk translusens tercipta kemudian. Bertonjolan tanpa bentuk di permukaan, menyuarakan jeritan-jeritan binatang terbuas.

Eophi menggerakkan kasur terbang, bergabung dengan yang lainnya di area oval.

"Ini dia sang rutinitas," jelas Adhy pada Eophi dan Radith. "Kalian berdua tetaplah di sini. Area oval memiliki program medan pelindung absolut. Tempat teraman. Pikirkan cara lain untuk keluar. Biarkan kami yang bertarung."

Kii dan Tan Ying Go sudah melompat lebih dulu, langsung ke tengah-tengah kerumunan monster yang mulai membentuk wujudnya menjadi bermacam-macam serangan.

"... mereka banyak," kata Eophi. "Kita bisa membantu."

Adhy melambaikan sebelah tangannya sambil melompat turun. Satu serangan menusuk segera menyambutnya.

"Tidak perlu!" seru Adhy, menunduk menghindari tusukan kemudian berlari mendekati Kii dan Tan Ying Go. "Para Droid ini hanya seperti sekelompok nyamuk. Mudah dihancurkan, tapi mematikan jika terus dibiarkan. Semuanya akan selesai dalam waktu kurang dari lima menit. Tetaplah berdiri di area oval dan pikirkan diri kalian sendiri!"

Eophi dan Radith menurut. Sementara Kii memotong, Tan Ying Go menghantam, lalu Adhy memberikan instruksi-instruksi taktis, kedua peserta asli yang masih berdiri di area oval ini bertukar pandang.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku di awal yang sebenarnya, Radith. Aku belum sempat mengatakan ini tadi." Eophi sedikit menunduk. "Karena penyelamatan itu ... kau kehilangan semua benda pusaka. Aku berjanji akan membantumu untuk mendapatkannya kembali."

"Terima kasih juga kalau begitu, Eophi Rasaya." Radith tersenyum, kemudian kembali muram. "Rencanaku melibatkan banyak keegoisan. Karena apa pun alasannya, akulah yang membuatmu benar-benar mati pada awalnya."

"... aku memaafkanmu, kok," kata Eophi setelah jeda. "Rencanamu memang gila. Karena setelah menyelamatkanku, kau malah membunuhku. Tapi, hey, yang namanya rencana gila memang layak dicoba."

Keduanya tersenyum. Di hadapan mereka, tampak Tan Ying Go melempar guan dao beraliran listrik ke sekumpulan makhluk translusens, dan Kii yang menebas gelombang besar menjadi tiga.

"Sementara aku memperhatikan makhluk menjijikan ini tadi, makhluk yang memenjarakan tubuh asli kita. Adhy pasti sudah menjelaskan tentang kemampuan cangkang sang ratu padamu. Dan limit bagi tubuh temporer kita." Radith menepak permukaan teleporter di belakangnya. Cangkang itu mengilap seperti berlian tapi lunak seperti daging mentah.

"... ya. Dia sudah menjelaskan semua."

"Bagus. Karena aku punya rencana gila yang lain untuk keluar dari sini."

"Baiklah. Apa—"

BAHAYA, PHI! Hel menjerit, seketika mengalihkan perhatian Eophi. Di balik pintu besi! Di sepanjang kolidol! Banyak sekali makhluk-makhluk belbahaya!

"—hey, Radith. Apa pun rencanamu, aku ikut. Tapi sekarang ... kayaknya kita bakal kedatangan banyak tamu tambahan. Aku benar-benar melupakan keberadaan dua kloning kita di luar sana."

"Ya." Radith ternyata merasakan hal yang sama. Ia segera memasang kuda-kuda, pandangannya terfokus ke pintu besi. "Dua kloning kita tidak langsung melanjutkan pengejaran tadi. Mereka pasti merencanakan sesuatu."

Meleka datang!

"... baik, semuanya. Ini dia. Bersiaplah!"

Sebuah ledakan besar menghancurkan pintu besi dan dinding di sekitarnya. Puing-puing beterbangan ke segala arah. Selama sesaat, pertempuran di ruang teleporter ini berhenti. Semua menoleh ke arah yang sama.

Di depan lubang besar yang dihasilkan ledakan tadi, berdirilah kloning Radith dan kloning Eophi. Mereka tertawa terbahak-bahak seperti biasa. Sementara di belakang mereka, berbaris makhluk-makhluk translusens yang meraung-raung. Buas dan marah.

"Maaf membuat kalian menunggu, keparat-keparat!" kloning Radith menjerit. "Ini adalah pertemuan kita yang keempat sekaligus terakhir! Kalian akan mati di sini! AYO, MAJU SEMUANYA! BUAT KEKACAUAN!"

Eophi menahan napasnya ketika melihat beberapa tubuh tambahan yang terbaring di antara puing. Keberadaan yang pasti ikut terpental ke dalam ruangan ketika ledakan selesai.

Mereka adalah kloning para peserta Battle of Realms. Puppet, Yu Ching, Aushakii, Avius, Apis, dan Maida.

Ruang teleporter kembali pada kebisingan. Pertempuran dilanjutkan.

"Ayo, Eophi!" Radith melesat bagai kilat, membelah keramaian langsung menuju kloningnya sendiri.

"Ya ... ayo."

Pemuda berambut hijau itu turun ke medan pertempuran bersama peralatan tidur dan naga merahnya.


* * *


"Adhy!"

Dua makhluk translusens mengubah dirinya menjadi bilah pedang besar yang terayun cepat ke arah si pemuda berkacamata. Eophi melompat ke jalur serangan, menahan ayunan pedang besar itu dengan bantal dan guling.

"Adhy!" Eophi mengulang. "Aku punya rencana." 

"Jangan bercanda," kata Adhy, sedikit terkejut melihat Eophi. "Dan jangan berpikir! Rencanamu selalu payah."

Eophi menganggap kata-kata Adhy tadi sekadar lelucon, kemudian dengan sigap menggunakan kasur terbangnya untuk membantu menahan gelombang serangan yang menyerang Kii dan Tan Ying Go.

"... aku serius!" tegas Eophi di antara percikan air. "Percayalah. Um, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menciptakan Body Clone? Dan ... berapa banyak yang bisa kauciptakan?"

Adhy menatap Eophi dengan serius sekarang.

"Apa rencanamu?"

Eophi tersenyum, menjelaskan rencananya.

Sementara agak jauh di depan pintu besi yang hancur, pada saat yang sama, Radith dan kloningnya saling bertukar pukulan. Melompat dari layar ke layar di langit-langit. Tumbukan demi tumbukan kekuatan petir mereka menggelegar dan menerangi area itu.

"Baiklah!" seru Adhy setelah Eophi selesai menjelaskan rencananya. "Kii, Tan Ying Go, tangkaplah Droid sebanyak mungkin! Kita punya rencana gila!" Kemudian Adhy beralih ke Eophi. "Ikuti aku. Kau harus melindungiku selama aku mengoperasikan komputer utama."

Eophi mengangguk. Mereka berdua langsung bergerak ke sudut jauh ruangan tempat komputer besar berada. Beberapa makhluk translusens di wilayah itu menyerang serempak. Berubah menjadi puluhan anak panah, cambuk-cambuk, dan meriam air.

Hel, tembakkan Supernova! Buka jalannya! perintah Eophi pada naga merahnya.

Siap, Phi!

Cahaya kemerahan membungkus tubuh naga itu, membakarnya menjadi meteor kecil.

SUPELNOVA!

Meteor kecil melesat, kemudian meledak di antara serangan-serangan makhluk translusens. Menghancurkan semuanya. Jalur menuju komputer besar sekarang terbuka. Adhy berlari semakin cepat, kesepuluh jemarinya langsung menempel di keyboard hologram begitu ia sampai. Pemuda berkacamata itu mengoperasikan perintah-perintah dengan sangat cekatan. Layar besar berkedip, memproses.

Gelombang serangan berikutnya datang. Eophi berdiri memunggungi Adhy, memberikan pertahanan maksimal. Tombak-tombak bening dari lawan bertabrakan dengan perisai bantal. Kekuatan tinju raksasa dibelokkan oleh halauan kasur terbang dan guling. Serangan-serangan udara tertahan oleh selimut. Eophi dan peralatan tidurnya sukses, sekaligus basah kuyup.

Tidak jauh di depan sana, tampak Kii dan Tan Ying Go yang juga melakukan tugasnya dengan brilian. Mereka menyerang tanpa membunuh. Memasukkan makhluk-makhluk translusens yang berhasil dilumpuhkan ke dalam tabung-tabung kosong.

"Dua puluh Droid sudah masuk ke dalam tabung!" seru Adhy tanpa menoleh. "Eophi, ke sini! Pakai transmiter ini!"

"Tetaplah bertahan!" kata Eophi pada peralatan tidurnya, kemudian ia melompat dari kasur terbang, menghampiri Adhy di depan layar.

"Durasi tubuh tiruan tergantung dari proses pembuatan. Minimal sepuluh menit, maksimal satu jam. Sebenarnya aku bisa saja menciptakan ratusan Body Clone," ujar Adhy cepat. "Tapi seperti yang kau ketahui, Body Clone membutuhkan Kesadaran untuk bisa hidup—"

"Semuanya akan baik-baik saja," Eophi memotong. "Membagi kesadaran selama sepuluh menit ke dua puluh tubuh tiruan tidak akan membunuhku. Dengan ini, kita bisa sedikit mengimbangi jumlah lawan."

"Terserah." Adhy tersenyum, menempelkan benda pipih berwarna perak di dahi Eophi. "Transmiter terpasang. Soal jumlah, aku juga tadi sudah sekalian memberi perintah baru pada semua anggota Kloning Kavaleri. Mereka akan bergerak setelah pulih. Jadi tenang saja, dan nikmati rencanamu. Kita mulai!"

Pada saat yang sama, Hel meneriakkan peringatan adanya bahaya. Tepat ketika Adhy hendak menekan perintah terakhir pada keyboard, seekor naga petir menyerang dari langit-langit.

Eophi terlambat merespons, peralatan tidurnya juga masih disibukkan oleh serangan-serangan makhluk translusens. Dalam sepersekian detik sebelum naga petir itu menghantam, Eophi melihat Adhy tersenyum, kemudian mendorongnya menjauh. Keluar dari jangkauan serang.


* * *


Ledakan petir merambat di genangan air. Menyengat apa saja yang berada di sekitar wilayah komputer besar. Kasur terbang menghampiri Eophi di saat yang tepat, mereka segera melayang menjauh.

Eophi melihat kemudian, kloningnya sendiri berdiri di depan komputer. Meracau kasar sambil menunjuk-nunjuk ke udara. Di sebelahnya, ada Adhy yang terbaring tak bergerak. Wajah pemuda berkacamata itu terbenam di genangan air.

"... Adhy belum sempat menekan tombol terakhir," gumam Eophi, rahangnya mengejang. "Kita turun. Sekarang!" 

Kasur terbang menukik ke permukaan secepatnya. Kii dan Tan Ying Go yang juga melihat kejadian tadi, ikut berlari di samping Eophi. Ketiganya maju dalam diam. Menyerang makhluk-makhluk translusens yang membentengi kloning Eophi.

Kloningmu bisa menggunakan kekuatan Ladith, Phi, kata Hel. Dia pasti menggunakan Sputnik.

Ya ... dan Sputnik miliknya memiliki durasi yang lebih lama.

Eophi menahan sebanyak mungkin serangan agar Kii dan Tan Ying Go mampu bergerak bebas, memfokuskan kekuatan untuk melakukan hantaman final ke target utama. Namun mereka tidak pernah sampai. Mereka bertiga tidak pernah mendapatkan kesempatan mendekati kloning Eophi. Ketika tebasan dari pedang Kii tertahan oleh dinding besar yang diciptakan makhluk translusens, Tan Ying Go terkepung dan tertembak oleh meriam air di lutut, lalu Eophi terlempar dari kasur terbangnya setelah diterjang puluhan cambuk, kloning Eophi menembakkan panah petir tanpa jeda.

Tangan kanan Kii tercabik sampai putus, Tan Ying Go terlempar membentur tabung kemudian tidak bergerak lagi, Eophi tersengat berkali-kali. Jatuh bersimpuh. Mendongak. Tak bisa bergerak selain mengejang. Gelombang serangan yang lain tercipta tepat di depan matanya. Puluhan tombak-tombak bening, bergerak menusuk.

PHI!

Eophi melihat beberapa bayangan melintas cepat. Menutup cahaya di langit-langit. Kemudian terdengar suara air yang terpecah. Raungan murka. Seruan familier. Tombak-tombak makhluk translusens hancur, tersapu oleh badai angin yang dikeluarkan oleh seorang bocah berkulit gelap.

"... Aushakii?" Eophi tercekat. "Dan kalian?"

Keenam kloning peserta Battle of Realms yang semenit lalu masih terbaring di antara puing dinding dan pintu besi, sekarang berdiri di depan Eophi.

Apis melakukan gerakan mengentak yang berbunyi nyaring, membekukan pergerakan lawan. Maida dan Yu Ching melakukan tugas penghabisan. Menghancurkan makhluk-makhluk translusens terdekat. Avius bersama Puppet memulihkan Kii dan Tan Ying Go di belakang formasi. Aushakii terus menari, mengamuk menggunakan badai anginnya. Lingkaran lawan yang mengepung mereka semakin merenggang.

Inilah Kloning Kavaleli, Phi, Hel berbisik takjub sambil memulihkan Eophi dengan tarian Corona Borealis.

"Kloning Kavaleri," Eophi mengulang, berdiri. Pandangannya tertuju ke depan. "Tapi, formasi ini juga cepat atau lambat akan segera hancur oleh jumlah lawan. Aku harus menekan tombol terakhir untuk mengaktifkan Body Clone ... dan mengambil pusaka Radith dari makhluk itu."

Kasur terbang kembali mengudara. Eophi memanfaatkan momentum dorongan angin dari Aushakii untuk menambah kecepatan. Melewati semua makhluk translusens, langsung ke hadapan kloningnya sendiri.

"PECUNDANG TAK BERGUNA!" bentak kloning Eophi.

"Pillow Fight," desis Eophi.

Masih di udara, bantal Eophi bersinar. Meledak menjadi benteng cahaya. Kloning Eophi yang ikut terjebak di dalamnya langsung meracau sambil menembakkan panah-panah petir. Eophi tidak menghindar, ia melompat ke kasur terbang kloningnya. Ia tahan dengan guling semua panah yang bisa ditahan, ia terima sisanya dengan badan.

"MENYINGKIRLAH DARI KASUR TERBANGKU, KUSKUS PENGIGAU!" Kloning Eophi melayangkan tinju petir.

Eophi menepisnya menggunakan guling, kemudian mengayun balik untuk menghantam kloningnya tepat di wajah sampai terjungkal dari kasur terbang tiruan. Eophi mengambil bantal kloningnya yang mungkin menyimpan pusaka Radith, lalu melompat sekali lagi sampai ke ujung benteng cahaya. Mendarat tepat di depan keyboard hologram ...

Tombol Enter ditekan.

Beberapa tabung di tengah ruangan terbuka seketika, berdesis. Dua puluh kloning Eophi Rasaya lengkap dengan peralatan tidur dan naga merahnya, dimuntahkan dari sana.

"... berhasil!" Meski terengah-engah, orientasi terpotong-potong, sekujur tubuh kaku dan sakit, Eophi menyunggingkan senyum lebar.

Senyuman singkat.

Karena pada saat yang sama, ledakan besar terdengar. Berpusat di area oval. Eophi melihat Radith di antara percikan petir. Bertekuk lutut.


* * *


"Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku, Pendekar Culun! Karena akulah sang pemeran utama! Pemilik sorotan lampu, karpet merah, tepuk tangan, kejayaan! Semuanya milikku!" kloning Radith menghantam Radith yang masih bertekuk lutut, tepat di bawah dagu.

Radith memuntahkan darah dari mulut dan hidung, tubuhnya terempas di lantai area oval yang berpendar. Kloningnya tertawa seperti maniak, meludah, meneriakkan pidato tidak penting lain tentang perbedaan kekuatan dan semacamnya, kemudian menyiapkan sebuah panah petir di ujung telunjuk.

"SEKARANG MATILAH! MATILAH DENGAN MENYEDIHKAN! PANAH PASOPATI INI AKAN MELUBANGI OTAKMU!" 

Panah petir melesat.

Lalu patah, berputar, mendesis, dan menghilang setelah menghantam dinding benteng bercahaya.

"WHAT THE FUCK?!" refleks, kloning Radith meneriakkan bahasa pemrograman. Kedua matanya mendelik, memperhatikan benda asing yang muncul begitu saja dan kini melindungi Radith seutuhnya.

"Hey, Robot ... tolong gunakan bahasa universal," kata Eophi dari atas kasur terbangnya yang sudah melayang-layang di ujung batas area oval. "Fiuh, tepat waktu."

"Lemparan yang bagus, IDIOT!" guling Eophi berteriak girang.

"K-KAU! JADI KAU YANG MELEMPAR BENTENG ANEH INI? HAMA BUSUK! FIGURAN MURAH! JANGAN BERGERAK KARENA AKU AKAN KE SANA UNTUK MEMATAHKAN LEHERMU! LANGKAH PETIR WISANGGENI!" kloning Radith memukuli dadanya sendiri seperti gorila, lalu melesat.

Tentu saja, gerakan itu terlalu cepat untuk diikuti Eophi. Dalam satu detakan jantung, kloning Radith telak menendang leher pemuda berambut hijau yang bahkan belum sempat mengangkat gulingnya untuk bertahan.

"Ugh!"

Eophi terlempar dari kasur terbang, terseret di sepanjang batas area oval. Kloning Radith mengejarnya. Ketika Eophi mencoba untuk berdiri, ia merasakan sisi punggungnya melesak dan beberapa rusuknya berderak. Itu adalah hasil hantaman lain dari kloning Radith.

Kali ini Eophi terlempar sampai ke tengah area oval, tepat di samping benteng cahaya yang melindungi Radith. Eophi kembali mencoba untuk langsung berdiri.

"Hoo! Sampah yang keras kepala," siul kloning Radith. "Tidak heran kalau si Bocah Insomnia itu kalah olehmu."

"Siapa yang kalah, hah? Jangan bercanda. Dia hanya melemparku dari atas kasur tadi! Dan, hey, berhentilah memanggilku bocah insomnia, Muka Sebelah!" Kloning Eophi tiba di area oval. Ia duduk di kasur terbangnya, menghampiri kloning Radith. "Bangsa Myrd memang memiliki pertahanan yang kuat. Kau harus mengerahkan seluruh tenagamu jika ingin mematahkan lehernya!"

"Yeah, aku terlalu lembek tadi." Kloning Radith menyeringai.

Di tengah area oval, Eophi membalas seringai itu.

"... kalian berdua terlalu banyak bicara," katanya, kemudian menghantam benteng cahaya di sampingnya menggunakan guling, beberapa kali, sampai pecah.

"Apa yang dilakukan si dungu itu? Memukuli sendiri bentengnya?" tanya kloning Eophi. "Apa dia gila?"

Di antara serpihan cahaya benteng yang perlahan terbentuk kembali menjadi bantal, berdirilah Radith dalam posisi tapa brata. Di sampingnya, ada seekor naga merah kecil mengepakkan sayap. Hel. Ia membawakan Radith sebuah kalung berbandul bintang dan perlengkapannya yang lain—beskap dan kostum.

Misi pengiliman sukses, Phi, kata Hel.

Eophi mengangguk lemah.

Jadi sementara Eophi menjadi pengalih perhatian tadi, Hel terbang memutar untuk menghampiri Radith.

"Milikmu," kata Eophi pelan kemudian terbatuk.

Radith tersenyum, memakai semua benda yang diberikan padanya.

"Terima kasih, Eophi."


* * *


Ruang teleporter memiliki penerangan yang bagus, meski tidak seterang cahaya matahari siang di permukaan sana. Cahaya-cahaya itu berasal dari ribuan layar yang terpasang di sisi dinding, jauh ke atas di langit-langit, dan pilar besi yang menjulang. Tempat ini sangat luas. Terdapat banyak tabung-tabung kosong berserakan, kabel-kabel, satu komputer besar di sudut, dan genangan air yang membanjiri setiap petak lantai metalik kecuali satu area di tengah ruangan. Area oval. Wilayah seukuran setengah lapangan sepak bola itu dibangun lebih tinggi beberapa meter dari permukaan genangan air. Wilayah itu juga memiliki program medan pelindung khusus. Tidak akan ada serangan luar yang mampu menyentuh mereka yang berdiri di area oval. Begitu pun sebaliknya. Siapa saja yang bertarung di area berpendar itu, serangannya tidak akan pernah menembus keluar.

Saat ini, pertempuran besar sedang berlangsung di ruang teleporter. Baik itu di wilayah yang tergenang air, atau di area oval yang kering dan berpendar.

Di wilayah air, ada dua puluh Body Clone Eophi Rasaya, dibantu oleh sebagian pasukan Kloning Kavaleri yang terdiri dari delapan kloning peserta Battle of Realms, melawan tiga ratus makhluk translusens—bangsa Droid—yang tersisa.

Sementara di area oval, terdapat pertempuran utama antara keaslian dan kepalsuan. Eophi dan Radith, melawan kloning mereka masing-masing.

"Hey, Semak Bloon, bukankah itu pusaka yang tersimpan di dalam bantalmu?" tanya kloning Radith, menyeringai, menunjuk Radith asli yang bersiap untuk berubah menjadi Vajra.

"Ya. Si tukang tidur berhasil merebutnya dariku tadi," jawab kloning Eophi, juga menyeringai. "Sekarang semuanya akan menjadi semakin menarik."

Eophi merasakan sesuatu yang ganjil pada seringaian dua kloning itu. Apa lagi yang mereka rencanakan? Untuk mengalihkan pikirannya, Eophi melempar pandangannya keluar area oval. Ia melihat cipratan air, badai angin, serangan demi serangan yang berbenturan, makhluk-makhluk translusens yang terpecah. Semuanya tampak terkendali. Formasi Kloning Kavaleri semakin sempurna karena ada dua puluh Eophi Rasaya yang membantu pertahanan mereka.

"... mereka pasti menang," kata Eophi penuh harap.

"Eophi," bisik Radith yang berdiri di sampingnya. Ada kecemasan dan ketakutan pada suara serak dan berat itu. Faktor-faktor yang sukses memaksa Eophi untuk segera menoleh. "Lari ... menjauhlah dariku ...."

"Ada apa—" Belum sempat Eophi menyelesaikan pertanyaannya, Radith menendangnya di perut. Eophi jatuh bertekuk lutut, kemudian satu lagi tendangan dilayangkan. Tepat di wajah. Eophi terlempar ke belakang. Hel memekik, kemudian berbarengan mengejar ke belakang bersama kasur terbang.

Dua kloning di depan mereka tertawa terbahak-bahak, bersorak seolah sudah menantikan adegan itu sejak Radith memasang pusakanya untuk menjadi Vajra.

Ada apa ini? pikir Eophi, kepalanya berdenyut, darah mengalir deras dari hidung dan bibirnya yang pecah. Kenapa Radith menyerangku?

Radith menyuarakan jeritan kematian. Sekujur tubuhnya diselubungi cahaya hitam. Ia jatuh bersimpuh, mencengkeram wajahnya sendiri menggunakan kedua tangan. Ada sesuatu yang sangat salah dan jahat pada pusakanya.

Eophi cepat-cepat naik ke atas kasur, mencoba mendekati Radith. Belum jauh bergerak, beberapa anak panah petir menghentikannya. Di detik yang sama, kloning Radith menerjang dari atas, sangat cepat, dan langsung melayangkan pukulan. Eophi menyilangkan bantal dan guling di depan wajah. Serangan pertama ditahan. Tapi tidak serangan kedua. Kloning Radith mencengkeram leher Eophi, melucuti semua perlengkapan tidur di tubuhnya, kemudian melemparnya dari kasur.

"Sempurna! Sekarang tahan mereka!" perintah kloning Eophi pada peralatan tidur dan naga merahnya sendiri.

Beltahanlah, Phi!

Sementara Eophi dicekik sampai tidak menapak oleh kloning Radith, perlengkapan tidur dan naga merahnya ditahan oleh perlengkapan tidur dan naga merah tiruan.

Eophi tersudut sendirian.

"Baiklah," desis kloning Eophi, bergabung bersama kloning Radith. Ia jenggut rambut Eophi kuat-kuat. "Kita berikan kematian yang sangat menyakitkan pada Myrd idiot ini."


* * *


Mata mereka bertemu.

Di antara rasa sakit, Eophi melihat kepingan-kepingan memori. Kekuatan barunya untuk melihat ingatan, aktif ketika dua kloning itu menatapnya dengan sangat bengis tepat di mata.

Memori-memori yang menjelaskan semua rencana dan pergerakan mereka selama ini. Eophi melihat ruang terang penuh informasi, ketika dua kloning itu seharusnya melanjutkan pengejaran setelah melewati runtuhan layar. Ternyata mereka berhenti dulu untuk menduplikasi pusaka tiruan milik kloning Radith, kemudian menyimpannya di bantal kloning Eophi. Taktik pengecoh. Setelah itu mereka menggiring semua makhluk translusens yang ada. Mengalahkan kloning peserta Battle of Realms di koridor, menghancurkan pintu besi, hingga akhirnya tiba di ruang teleporter dan memulai pertempuran besar ini. 

Lalu lebih jauh ke belakang, Eophi melihat sebuah memori ketika dua kloning itu mengintai Radith yang tengah memapah Eophi dari ruang teleporter ke ruangan Puppet.

"Kau aman di sini," kata Radith, membaringkan Eophi di atas patahan tembok. Waktu itu, Radith sudah dalam keadaan setengah telanjang. Jadi kejadian ini pasti berlangsung setelah Radith menyelesaikan rencana gilanya. Membunuh Eophi, dan dirinya sendiri, kemudian memindahkan kesadaran keduanya ke dalam Body Clone.

Dua kloning yang memperhatikan semua itu segera menyusun rencana. Kloning Eophi bertugas mengalihkan perhatian Radith, memancingnya agar menjauh dari ruangan Puppet. Sementara kloning Radith yang sudah membuat dirinya sendiri setengah telanjang, seharusnya bertugas untuk mengelabui Eophi. Rencana itu terbukti gagal, karena tadi, kloning Radith malah langsung menyerang.

Akhirnya kepingan memori ditutup oleh sebuah gambaran buram tentang proses penciptaan mereka. Eophi mendengar satu suara asing dari memori ini. Suara yang menjelaskan tujuan dua kloning itu. Yaitu, membuat kekacauan sebanyak mungkin, dan memburu versi asli mereka ...

Eophi mengerjap. Orientasinya kembali ke masa kini. Di mana ia masih tercekik dan tersudut di area oval.

Kloning Radith dan kloningnya sendiri tampak masih sibuk berdebat. Memutuskan siapa yang lebih pantas melayangkan serangan final.

"Baiklah, baiklah, Pendekar Agung!" kloning Eophi berteriak putus asa. "Habisi dia! Toh, bangsa Myrd tidak bisa menggunakan sihirnya untuk membunuh."

Kloning Radith menggeram murka.

"LALU UNTUK APA KITA BERDEBAT DARI TADI, BOCAH INSOMNIA?"

"Sihir Myrd memang tidak bisa dipakai untuk membunuh!" Kloning Eophi juga menggeram. "Tapi kalau aku mau, aku masih bisa mencekiknya sampai mati dengan tangan kosong!"

"Ho, begitu? Tidak keren sama sekali. Baiklah." Kloning Radith mengepalkan tinjunya yang mengeluarkan percikan-percikan petir. "Berterima kasihlah, karena kau akan mati dengan lebih keren," katanya pada Eophi. "Tinju Petir Brajamusti ini akan meremukkan tengkorak kecil itu sekali hantam! Ha-ha! Apa kata-kata terakhirmu, HAMA SIALAN?"

Kata-kata terakhir ...?

Eophi bisa mendengar peralatan tidur dan naga merahnya yang masih tertahan, berteriak memanggil namanya. Eophi juga bisa mendengar suara pertempuran di luar area oval. Suara air yang terpecah, dan yang lainnya. Hanya satu suara yang menghilang dari banyaknya keributan di tempat ini. Dan itu adalah ... jeritan kematian Radith.

"... Radith," kata Eophi, tercekat. Pandangannya tertuju pada sosok yang bangkit, berdiri tepat di belakang dua kloning. "Radith! Lepaskan benda pusaka yang ada di tubuhmu! Benda-benda itu palsu! Benda-benda itu jahat!"

Masih diselubungi cahaya hitam, Radith menembakkan sebuah panah petir.

Kloning Radith mengumpat, berhasil menghindar. Eophi juga tepat waktu, ia melempar dirinya sendiri ke samping. Akhirnya panah itu hanya menusuk bahu kloning Eophi yang terlambat merespons.

"KURANG GARAM!"

Dua kloning menjerit histeris.


* * *


Radith mengamuk dalam diam. Buas dan sadis. Tubuhnya dikelilingi aura hitam yang terpancar dari Topeng Pancanaka, Gelang Gandiwa, dan Zirah Antakusuma palsu.

Dua kloning juga mengamuk. Karena buruan mereka yang sudah tidak berdaya, tepat di depan mata, harus kembali gagal dihabisi.

Ketiganya langsung saling hantam di satu pertempuran gila. Tinju petir disambut tinju petir. Kloning Eophi yang masih mempertahankan kemampuan Sputnik, sehingga mampu mengeluarkan tipe serangan petir yang sama seperti Radith, menembakkan Naga Pancanaka. Kloning Radith mengiringinya dengan kombinasi pukulan cepat. Radith hanya menyeringai. Ia melompat tinggi menghindari pukulan-pukulan kloningnya, sambil menyerap sebagian kekuatan di dalam Naga Pancanaka, kemudian menyerang balik dengan melepaskan rentetan panah petir.

Area oval menggelegar, bersinar terang.

Sementara pertarungan itu berlangsung, Eophi menyingkir. Bersandar ke teleporter di tengah area. Mengatur napas. Di sampingnya, ada Hel yang menangis sambil menarikan Corona Borealis.

Jangan mati, Phi, bisik naga merah itu.

Jangan bodoh, Hel, respons Eophi. Aku nggak apa-apa. Justru Radith yang kelihatan sekarat.

Ya ... aku bisa melasakan kekuatannya yang baik semakin menghilang dan digantikan oleh enelgi jahat dali pusaka aneh itu!

"Itu adalah hasil duplikasi pusaka milik kloning Radith. Benda itu bukan pusaka Radith yang sebenarnya. Aku sudah termakan rencana mereka!" Eophi berdiri. "Aku ... yang membuat Radith seperti ini."

"Hey, ketika kau memberikan benda-benda itu tadi, Radith menerimanya dengan senyum, shushu," kata Milk si bantal. "Jangan salahkan dirimu pada sesuatu yang salah. Dan jangan paksakan tubuhmu, shushu!"

Eophi menarik napas dalam-dalam, naik ke kasur terbang. Perkataan Milk tadi mengingatkannya tentang durasi tubuh tiruan. Tubuhnya.

"Aku harus mengakhiri ini secepatnya," gumam Eophi, sambil memperhatikan gerakan-gerakan liar dari Radith ketika menghantam dua kloning. Lalu Eophi memperhatikan pertarungan di luar area oval. Dua puluh Body Clone dirinya dan Kloning Kavaleri sudah nyaris menang. Harapan membuncah tiba-tiba. "Ya. Tapi ... aku nggak akan pernah bisa melakukannya sendirian."

Lalu apa yang akan kita lakukan, Phi?


* * *


Siku Radith mendarat di pipi kloningnya. Keras dan telak. Gerakan itu segera disambung dengan tinju petir tepat di perut. Sambil menjerit kesakitan, kloning Radith terlempar sampai keluar area oval.

Hal yang sama menimpa kloning Eophi sedetik setelahnya. Radith menunduk menghindari ayunan guling beraliran listrik, menyapu kaki kloning Eophi dengan satu tendangan, dan, sebelum kloning itu jatuh terjerembab, Radith kembali menendangnya. Tepat di wajah.

Kloning Eophi terseret sampai keluar area oval. Menyusul kemudian peralatan tidur dan naga merah tiruan. 

"... jadi itu kekuatan Vajra?" tanya beberapa suara sekaligus.

Radith menoleh.

Sepuluh Eophi Rasaya berdiri di depannya.

"Itu kekuatan yang hebat," lanjut kesepuluh sosok mengantuk itu. "Tapi itu bukan milikmu, Radith. Aku memberikan pusaka yang salah. Mereka merencanakan kecelakaan ini. Dan aku yakin, kekuatan Vajra yang sesungguhnya bahkan jauh lebih baik lagi! Jauh lebih sulit untuk dikendalikan! Jadi, lepaskan dirimu dari kekuatan palsu ini, Radith ... aku percaya kau bisa melakukannya. Jangan pernah menyerah pada sisi jahat."

Tak ada sepatah kata pun yang diucapkan Radith sebagai balasan. Ia hanya berlari, menyerang. Aura hitam di sekujur tubuhnya tertarik ke belakang seperti asap menempel di pesawat tempur yang melaju.

Kesepuluh Eophi mengatur formasi.

Mereka menyambut serangan demi serangan yang dikeluarkan.

Panah petir menusuk salah satu dada Eophi, dua Eophi yang lain segera maju ke depan untuk menggantikan.

Kombinasi tinju dan jaring petir menjatuhkan empat Eophi sekaligus, enam sisanya segera mendorong Radith menjauh.

Pertahanan yang berotasi, ditambah sokongan sepuluh naga merah yang menari dan bernyanyi untuk menyembuhkan dan mendeteksi. Radith tidak bisa mengalahkan formasi ini. Napasnya mulai memburu. Serangannya melemah. Ia mundur mengambil jarak, memosisikan kedua tangannya ke depan.

Eophi tahu apa yang selanjutnya akan keluar.

Naga petir.

Makhluk magis itu meraung, menghantam pertahanan sepuluh bantal dan sepuluh guling, kemudian terpecah sampai menghilang.

Pada titik ini, Radith, setelah cukup lama hanya mengamuk dalam diam, kembali berteriak. Jeritan kematian yang sama. Ia jatuh, bersimpuh, aura hitam bergerak gelisah memutari tubuhnya.

Enelgi jahat Ladith melemah, Phi! sepuluh naga merah memekik bersamaan.

Kesepuluh Eophi mengangguk, langsung melempar semua peralatan tidur ke depan. Radith mendongak cepat, bangkit, melompat menghindar.

SUPELNOVA!

Sepuluh meteor kecil menanti Radith di udara, menghantamnya bergantian. Radith yang terjatuh dalam keadaan setengah hangus, langsung berdiri dan berteriak. Satu Eophi berlari ke depan, memukulnya tepat di wajah.

"... bangun, Radith, bangun!"


* * *


Akhirnya, seperti cahaya fajar yang selalu menghapus mimpi-mimpi buruk, tinju Eophi mengawali lenyapnya aura hitam di sekujur tubuh Radith. Pusaka palsu—berupa kalung berbandul bintang—hasil duplikasi kloningnya, terlepas dan hancur. Radith kembali pulih seperti sediakala.

Keberhasilan itu juga diiringi oleh kabar baik lain.

Sepuluh Body Clone Eophi dan delapan pasukan Kloning Kavaleri, berhasil mengalahkan seluruh makhluk translusens—bangsa Droid—yang tersisa di ruang teleporter ini.

Semuanya lalu naik dan berkumpul di area oval. Tentu saja, tidak ada perayaan kemenangan, atau ekspresi bergembira yang tertawa-tawa di wajah mereka. Pertama, karena bagi kebanyakan Kloning Kavaleri yang tidak sempurna, mengalahkan bangsa Droid merupakan program. Perintah. Bukan pertarungan personal penuh spirit dan ambisi yang sengaja diperjuangkan. Mereka, kebanyakan kloning baik yang ada, tidak memiliki emosi yang cukup untuk itu. Kedua, karena ini semua memang belum selesai.

Kii dan Tan Ying Go, dua kloning yang memiliki tingkat kepandaian nyaris sempurna seperti versi aslinya, mewakili Adhy yang gugur di pertempuran tadi dan semua pasukan Kloning Kavaleri yang ada, untuk berterima kasih pada Eophi dan Radith.

Mereka juga meminta maaf, karena pertempuran besar ini benar-benar menyita waktu.

"Tubuh kalian adalah tubuh tiruan, hasil Body Clone yang diciptakan Adhy melalui proses maksimal. Satu jam," jelas Kii, laki-laki beruban, yang kini hanya memiliki sebelah tangan. "Kami semua malu karena telah meminta porsi besar dari satu jam kalian untuk ikut membantu di pertempuran ini."

"... santai saja. Ini juga pertempuranku, dan pertempuran Radith," kata Eophi yang berjongkok di samping Radith. Sampai saat ini, Radith masih terbaring. "Um, karena aku dan Radith juga, kok, dua kloning kami mengamuk di sini."

"Kami semua tetap berterima kasih dan meminta maaf," tegas Kii. "Sekarang tentang kalian. Apa ada rencana lain untuk meninggalkan Bio Lab ini sebelum tubuh tiruan kalian menghilang? Ketahuilah, sudah hampir satu jam berlalu sejak tubuh kalian diciptakan."

"Kalau soal rencana ... Radith katanya tadi punya rencana gila yang lain." Eophi tersenyum.

Radith yang masih terbaring sambil menutup setengah wajahnya dengan punggung tangan, juga tersenyum.

"Rencana gilaku, Eophi, adalah menciptakan Body Clone yang baru, kemudian mentransfer Kesadaran kita ke sana. Me-reset durasi satu jam kita," jelasnya. "Satu jam baru yang akan kita gunakan untuk menjelajahi setiap lantai di Bio Lab ini. Mencari jalan keluar yang lain."

"Itu bukan ide gila," gumam Eophi. "Itu ide brilian!"

"Tidak sebrilian idemu untuk menduplikasi diri sendiri sampai sebanyak dua puluh ekor."

"... hey, aku nggak punya ekor."

"Masa?" Radith bangun, tertawa. Ia menjabat tangan Eophi. "Terima kasih, Eophi."

"Untuk apa berterima kasih?" respons Eophi setelah satu detik jeda. "Gara-gara aku yang ceroboh, memberimu pusaka palsu, kau jadi mengamuk seperti tadi."

"Aku sudah tahu kalau pusaka itu palsu," kata Radith kalem. Mulut Eophi setengah terbuka. Sebelum Myrd muda itu bertanya, Radith lebih dulu melanjutkan, "Ketiga guruku, dan seseorang yang sangat bijak yang biasa kupanggil Ayah, mengajarkanku banyak hal. Bukan hanya ajaran untuk menjadi kuat secara fisik. Tapi juga untuk menerima kejahatan yang ada dengan hati, kemudian mengalahkannya dengan cara menyadarkannya."

"Jadi ... kau sudah tahu pusaka itu hanya pusaka tiruan tapi tetap memakainya? Karena kau ingin menyadarkan kejahatan yang berada di dalamnya? Ng ... apa ini juga salah satu rencana gilamu?"

Radith hanya tersenyum.

"Sebelum kau memberiku pusaka itu, kloningku yang menyebalkan sudah lebih dulu membeberkan semua rencananya. Pusaka asli ada padanya, dikalungkan di leher. Oh, dia benar-benar bermulut besar," Radith menjelaskan. "Dan terima kasihku untukmu, Eophi, karena telah menyadarkanku bahwa kita tidak perlu sendirian melawan kejahatan itu. Bertarung dengan sepuluh dirimu tadi benar-benar menyenangkan."

"Baiklah," Kii menginterupsi. "Jadi rencana kalian berdua sekarang adalah dengan menciptakan Body Clone baru? Aku dan Tan Ying Go akan segera mengoperasikan komputer utama."

"Ya. Terima kasih."

Saat ini, semuanya benar-benar terlihat lancar, sempurna, dan baik-baik saja. Eophi mengembuskan napas lega. Merasakan kegembiraan aneh karena bisa dikelilingi oleh mereka-mereka yang pernah berjuang atau bertempur bersamanya di Battle of Realms ini—meski hanya berupa kloning, sedikit ingatan mereka sudah cukup. Hangat dan menyenangkan. Sampai ... suara tawa jahat dan familier kembali terdengar.

Semua menoleh ke ujung terjauh di area oval. Kloning Radith dan kloning Eophi berdiri di sana. Tertawa, meracau seputar kekuatan mereka yang pulih setelah tadi sempat beristirahat, serangan terakhir, dan hal-hal aneh lainnya.

Tanpa aba-aba, Eophi bersama dua puluh Body Clone dirinya, Radith, dan semua pasukan Kloning Kavaleri yang dikomandoi Kii, maju menyerang.

Kloning Radith dan kloning Eophi memaki gerakan serempak itu, kemudian masing-masing dari mereka meneriakkan satu bencana terakhir yang akan menutup kisah ini.

"BUMI BERGUNCANG, LANGIT GEMPAR!"

"JIBRIEL!"


* * *


Ketika kloning Radith melompat, udara di sekitarnya membias, dan gelombang panas seolah menekan keseluruhan area oval. Sementara kloning Eophi, tubuhnya meledak menjadi segaris cahaya yang melesat jauh ke ujung langit-langit, kemudian cahaya itu melebar menjadi sebuah lingkaran besar.

"Semuanya keluar dari area oval sekarang!" Radith berteriak. Mengetahui kengerian yang akan diciptakan oleh jurus pamungkas kloningnya sendiri.

Tapi tidak ada yang berhenti berlari selain dua puluh satu Eophi Rasaya, dan Tan Ying Go yang tampak terluka cukup parah di kedua kakinya. 

Alasan kenapa Eophi berhenti adalah, pemandangan lingkaran cahaya di langit-langit sana. Dan nama kemampuan terlarang yang baru saja diteriakkan oleh kloningnya.

Jibriel. Dewa perang Myrdial. Satu-satunya sihir Myrd yang memiliki kekuatan untuk membunuh. Kemampuan terkuat yang hanya dimiliki jenderal-jenderal terpilih.

"A-apa dia teriak Jibriel t-tadi?" selimut Eophi tergagap.

Eophi menelan ludah, mengangguk.

Sementara itu, Kloning Kavaleri berhasil mendorong kloning Radith sampai keluar area oval. Kii menebas leher kloning Radith, Apis menikamnya dengan keris, Aushakii melempar belati, Yu Ching mencakar, Maida menembakkan bola-bola air, Puppet dan Avius bersiaga di belakang, mereka semua mendarat di genangan air bersamaan. Lalu ...

Ribuan kilatan cahaya mengawali gemuruh badai petir yang menghantam setiap spasi di ruang teleporter ini. Ledakan petir menggelegar, memecahkan genangan air dan semua benda yang ada. Hanya area oval, yang memiliki program pertahanan absolut, yang terhindar dari kekuatan mengerikan Bumi Berguncang, Langit Gempar. Di luar itu ... semuanya hancur.

Radith mengepalkan tinjunya, berdiri di ujung batas area oval sambil memperhatikan tubuh-tubuh pasukan Kloning Kavaleri di antara kilatan cahaya. Mereka memang berhasil menghancurkan kloning Radith, tapi terlambat menghentikan serangannya.

Eophi tertunduk, ekspresinya kosong. Semua tampak baik-baik saja semenit lalu, sekarang ...

"Aku tahu, kloningku memiliki pertahanan tubuh yang lebih baik. Tapi ... tetap saja, mengeluarkan Jibriel akan sangat sulit. Jika berhasil, kekuatannya nggak akan maksimal. Kita bisa menghentikannya," ia menggumam. Memberi perintah pada dua puluh kesadarannya untuk melesat ke atas. Bersiap di depan lingkaran cahaya.

Sementara badai petir mereda, bencana kedua datang.

Lingkaran di langit-langit melahirkan ksatria raksasa. Ksatria bercahaya yang akan jatuh dalam posisi menebas. Gagang dari pedang besar tergenggam di kedua tangan. Jeritan dari satu suara kosong yang biasa terdengar di alam mimpi buruk mengiringi setiap gerakan.

Dua puluh Eophi Rasaya yang sudah siap di udara menciptakan pertahanan terbaik mereka. Menciptakan benteng cahaya yang berbaris.

Ksatria raksasa mulai mengayun pedangnya, dan tanpa kesulitan, menghancurkan lima benteng terdekat. Satu Eophi yang melayang di belakang formasi untuk melakukan pertahanan final, berteriak kesakitan ketika lima kesadaran itu hancur.

"Eophi!" Radith berteriak dari bawah, satu tangan terangkat tinggi. Memperlihatkan kalung berbandul bintang yang baru diambil dari leher kloningnya. Pusaka yang asli.

Radith memakai kalung itu, lalu tidak ada lagi yang terucap. Mereka mengangguk bersamaan. Sementara di atas sana, tebasan pedang Jibriel sudah menghancurkan tujuh belas benteng dan terus bergerak.

"NKIA," bisik Eophi. Kasur terbangnya meledak menjadi kura-kura raksasa. Pertahanan terakhir. Karena dua puluh benteng yang diciptakan Body Clone dirinya telah selesai dihancurkan.

Radith melompat dari area oval, mendarat di kepala kura-kura Eophi. "Aku siap," kata pemuda berkuncir itu. "Tri Mandala Vajra!"

Sekali lagi Radith melompat. Tubuhnya memancarkan aura terang, dan sebelum ia menghilang masuk ke dalam mulut Jibriel yang menganga, Eophi bisa melihat wujud Vajra yang sebenarnya.

Cahaya yang membawa banyak harapan.

Tebasan Jibriel akhirnya membentur tempurung kura-kura, tertancap, membelahnya perlahan. Tidak lama kemudian, terdengar ledakan besar dari tubuh ksatria raksasa itu. Arus-arus petir memancar keluar dari setiap retakan di sekujur tubuhnya yang kolosal.

Vajra menggunakan jurus pamungkasnya di dalam sana. Bumi Berguncang, Langit Gempar.

"... bertahanlah."

Sebuah ledakan cahaya, yang menenggelamkan ruangan ini ke dalam terang selama beberapa saat, mengakhiri semuanya.


* * *


Eophi Rasaya dan Raditya Damian jatuh ke permukaan berpendar di area oval bersama keping cahaya terakhir. Keduanya terbaring di atas kasur terbang. Karena Eophi berhasil menemukan Radith tadi, di antara terang yang meledak-ledak, kemudian membawanya.

Petualangan di tempat gelap ini akan segera berakhir. Untuk Eophi atau Radith, mereka berdua yang telah berhasil menahan semua jenis kekacauan, memenangkan berbagai pertarungan, mendapatkan pelajaran baru dan konsekuensinya.

Mereka berdua. 

Meski akhirnya, hanya satu yang kembali berdiri.

Radith, tidak pernah membuka matanya lagi setelah ledakan terakhir. Eophi mencoba membangunkannya, berteriak langsung di telinga, membekap dengan bantal. Radith tetap menutup mata.

"Oi, Radith, bangun." Meski pelan, lalu diselingi oleh batuk dan rintihan, Eophi tetap mencoba. Tubuh Eophi juga rusak parah setelah semua yang terjadi. Tapi melihat kondisi Radith sekarang, mengeluh sama sekali bukan pilihan. Dan beruntung, Eophi memiliki Hel. "Bukankah kita memiliki rencana untuk menjelajahi laboratorium rusak ini? Bangun, Jagoan."

Bintang emas pada kalung Radith yang merespons. Pusaka itu memercikan listrik, kemudian terpecah menjadi tiga wayang golek. Guru-guru Radith. Salah satu sumber pemberi kekuatan dan ilmu kebijakan hidup yang dimiliki si pemuda berkuncir.

Eophi tidak tahu kenapa ketiga wayang golek itu muncul sekarang, yang jelas, kehadiran ketiganya membawakan perasaan tenang dan harapan. Eophi merasa bisa meninggalkan Radith sekarang.

"Aku turut berduka," kata Tan Ying Go, pemuda tampan berbadan tegap. Ia berjalan terpincang-pincang menghampiri Eophi. Hanya mereka berdua, pada saat ini, yang berada di ruang teleporter. Bertahan hidup. "Tadi, setelah Radith mengambil sesuatu di luar area oval, dia segera memintaku untuk memberikan semua energi petir yang kumiliki. Ternyata itu untuk serangan terakhirnya. Sekarang ... apa yang akan kaulakukan, Eophi? Waktumu bisa habis kapan saja di menit-menit ini, dan aku tidak sanggup mengoperasikan komputer utama sendirian."

Tubuh tiruan Eophi memang mulai memudar.

"Gunakanlah teleporter itu," Tan Ying Go melanjutkan. "Tidak ada yang menyangka bahwa semuanya akan berakhir seperti ini. Tapi beginilah akhirnya. Jadi pergilah, Eophi. Tidak ada alasan bagimu untuk ikut gugur di pertempuran ini."

Tanpa usul dari Tan Ying Go pun, Eophi sudah memikirkan itu sejak tadi. Sejak mengetahui secara pasti kalau Radith benar-benar sudah tiada.

"... menggunakan teleporter. Keluar dari sini, mencari pertolongan. Kemudian kembali untuk menjemput kalian para kloning yang tersisa. Itu memang rencanaku. Sesuatu yang bisa dilakukan Radith dari awal ...."

Eophi naik ke kasur terbangnya, bergerak ditemani Tan Ying Go ke depan makhluk menjijikan—teleporter—yang berdiri di tengah area oval.

"Rencanamu tadi, rencana yang bagus," kata Tan Ying Go. "Tapi tidak perlu untuk kembali, Eophi. Aku bisa menghubungi anggota Kloning Kavaleri di lantai lain untuk membantuku memperbaiki mereka."

"Apa maksudmu?" Eophi tercekat. "Semuanya bisa diperbaiki?"

"Tentu. Tidak peduli serusak apa tubuh mereka, para kloning yang diciptakan menggunakan metode iDroid Project hanya membutuhkan sedikit Kesadaran untuk merekonstruksi ulang kepribadian. Menghidupkannya kembali. Meski kau akan pergi membawa teleporter itu nanti, dan tidak ada lagi sinyal yang bisa membangkitkan para Droid dari genangan air, Kloning Kavaleri akan mencari materi lain untuk memulihkan keadaan fisik anggota-anggotanya. Kloning Kavaleri akan bertahan. Jadi jangan khawatir, dan berharaplah masih ada sisa kesadaran di dalam kematian semuanya."

Ditutup dengan kabar baik dari Tan Ying Go tadi, Eophi masuk ke dalam teleporter. Menembus permukaannya yang lembek dan berkilau, lalu tiba di dimensi yang lain. Dimensi hitam. Setitik cahaya berkelip di kejauhan. Pasti itu tujuan selanjutnya.

Sebelum menggerakkan kasurnya, Eophi menyadari, tubuh Radith tidak lagi terbaring di sampingnya. Tidak ada di mana-mana. Sudah dicerna. Eophi mengingat peraturan teleporter sialan ini, bahwa untuk mengaktifkannya, dua peserta harus masuk bersamaan tapi salah satu dari mereka harus dalam keadaan mati. Syarat terpenuhi. "Puas?" Eophi menggumam. Sekarang hanya tersisa tiga wayang golek di samping peralatan tidur. Ketiganya menunjuk ke arah yang sama.

Ke tubuh asli Radith yang terapung di tengah kegelapan.

"... YA AMPUN!" seru Eophi sambil mencoba meraih tubuh itu. Melompat-lompat tidak jelas di atas kasur, seperti anak kecil mengejar layang-layang. Kegembiraan meledak-ledak menjadi tawanya yang keras dan datar. "Rencana gilanya yang pertama! Radith memasukkan tubuh asliku dan tubuh aslinya ke sini. Tapi ... di mana tubuh asliku?"

[ Tubuh yang hidup dan menang, otomatis dipulihkan dari segala jenis anomali. Anda sudah berada di tubuh asli sekarang, ] kata suara cempreng yang menggema. Suara teleporter.

"Oh. Kukira dia nggak bakal bicara sama sekali. Baiklah ... putar balik dulu. Aku punya ide."

[ Anda memiliki dua menit sebelum peluncuran. ]

"... ya, ya."

Kasur terbang memutar, bergerak sampai ke depan lapisan terluar teleporter. Eophi memapah tubuh asli Radith.

"Hey ... bantu aku menurunkannya."

Tan Ying Go yang masih berdiri di area oval, tersenyum, membantu Eophi menurunkan Radith dari kasur terbang, membaringkannya perlahan di permukaan berpendar.

"... dia petarung yang hebat, dan teman yang baik. Maaf aku gagal melindunginya," kata Eophi untuk ketiga wayang golek yang melayang turun dari kasur, berputar di sekitar tubuh asli Radith.

Setelah menatap Tan Ying Go dengan tatapan bisakah-kau-memulihkannya-sekarang, dan Tan Ying Go membalas dengan tatapan aku-akan-berusaha-sekuatnya, Eophi pergi.

Kembali ke dalam teleporter, meninggalkan Bio Lab di belakang, menyimpan semua pengalaman di dalam ingatan, menuju setitik cahaya di ujung kegelapan sana.

Tanah asing untuk para petualang.




Epilog





Teleporter
Bintang yang Menunggu Jatuhnya

 

"Cilukba!"

Minerva. Gadis berambut merah yang selalu datang dan pergi secara tiba-tiba, menindih Eophi sampai pemuda berambut semak itu terbangun.

Saat ini, Eophi masih berada di kasur terbangnya, menyusuri kegelapan di dalam dimensi teleporter, menuju setitik cahaya yang tak kunjung mendekat. 

"... kenapa nggak sampai-sampai?" Eophi menguap, dan merasa tidak perlu menanyakan bagaimana caranya Minerva bisa ada di sini.

"Ah, berhentilah mengeluh!" Minerva menamparnya. "Apa ada sesuatu yang mau dilaporkan dari petualanganmu kali ini? Yang berguna untuk organisasi?"

Setelah menggerutu, Eophi menceritakan semuanya.

Tentang Radith, kloning sinting mereka, Bio Lab lantai dua, teori zona waktu yang berbeda (yang belum jelas jawabannya karena ingatan para kloning benar-benar terbatas, seperti misalnya Puppet yang hanya memiliki ingatan tentang babak penyisihan. Tapi akhirnya Eophi menyimpulkan bahwa operasi penciptaan kloning para peserta Battle of Realms sudah berjalan sejak turnamen dimulai). Tentang iDroid Project, makhluk translusens, Kloning Kavaleri ...

Minerva menyimak baik-baik.

"Jika ternyata itu semua merupakan babak lain dari turnamen ini, bukan sekadar perbuatan jahat dari makhluk hitam di Monster Colosseum untuk menyengsarakan peserta, dan jika aku atau Radith tahu bahwa kita memang harus saling bunuh untuk keluar, apa yang terjadi?" tanya Eophi tiba-tiba.

"Kau terlalu banyak mengatakan 'jika'." Minerva menyandarkan kepalanya di bahu Eophi. "Tapi, ya, kalau ternyata terdamparnya dirimu dan Radith di Bio Lab merupakan skenario normal dari turnamen Battle of Realms, dan kalian berdua mengetahui itu dari awal, semuanya akan menjadi lebih mudah. Kalian hanya perlu saling bunuh sampai mati. Yang menang mendapatkan teleporter, yang kalah dan mati akan dikembalikan ke tempat asal."

"Minerva, sebenarnya apa yang terjadi?"

"Maksudmu?"

"... apa tujuan Organisasi Tifareth? Berapa banyak pihak yang terlibat? Apa yang akan terjadi pada turnamen ini?"

"Eophi, jika aku memberitahukan semua data yang sudah dikumpulkan oleh organisasi, dan kesimpulan mereka tentang kejadian besar yang akan datang, bukankah itu akan merusak kesenanganmu untuk berpetualang?"

"Kau benar."

Kemudian mereka terdiam cukup lama. Kasur terbang masih bergerak stabil menuju setitik cahaya.

"Tahu tentang kotak Laplace?" tanya Minerva. "Siapa pun yang memenangkan turnamen ini, permintaannya akan dikabulkan. Dan kau, Eophi, memiliki kemampuan untuk mengabulkan permintaan. Ya, kan? Jadi mungkinkah ada hubungan antara kekuatanmu dengan kotak Laplace?"

"... aku sama sekali nggak tahu apa yang sedang dibahas di sini. Yang jelas, setiap Myrd Atate memiliki kemampuan untuk mengabulkan permintaan."

"Ah, itu menjelaskan kenapa planet Myrdial menjadi sasaran mereka yang berikutnya!"

Eophi tertawa pelan.

"Coba saja kalau bisa."

"Kau tidak takut, ya, bangsamu dijajah lalu dijadikan objek eksperimen?"

"... bangsaku bangsa yang kuat jadi aku nggak takut soal itu. Yang kutakuti sekarang adalah ... kalau aku nggak bisa memperjuangkan apa yang menjadi milikku."

"Persahabatan?"

Eophi menggeleng.

"Hak untuk tidur."

"Dasar bajingan!"

Eophi memejamkan matanya. Mengabaikan Minerva yang mencoba membangunkannya dengan segala cara. Eophi memikirkan tentang rumah, tentang perang, tentang nasib peserta yang lain. Semua hal sulit yang terpikirkan, yang selalu menjadi lebih sederhana setiap kali ia memikirkannya sebelum benar-benar terlelap.

10 comments:

  1. Fatanir - Po

    Entri ini panjang banget. Gambarnya bikin suasana melankolis, tapi tulisannya sendiri kadang2 berganti atmosfir tapi kyknya kurang sinkron satu sama lain. Kelebihannya adalah banyak tokoh yg berperan cukup banyak, tapi sayang suasana battlenya jadi nanggung krn fokus ya pindah2 secara kurang pas, transisi2 momennya kurang menunjang utk mendukung bahwa battlenya emang penting

    ReplyDelete
  2. Welcome, sir Po!
    Iya ini entri yang panjang, kena sekitar 14k... hhe gambarnya emang disengajain gitu suasananya. Tapi kayanya suasana di tulisannya sendiri saya gagal secara bener gambarinnya ya orz sama battle dan transisi...

    Well, thanks sir Po dan Fata udah mampir :D

    ReplyDelete
  3. Fatanir - Po

    Yap, klo mnurutku gitu sih. Misal Eophi lolos, kurasa bisa ada bbrp hal yg mudah utk dikerenin lagi sama Mas Daka:

    - coba bikin plot cerita yg mengerucut ke satu arah, yaitu tujuan Eophi dari awal sampai akhir, nggak melebar ke mana2, jadi battle maupun flesbeknya memang ke arah itu aja

    - Coba bikin karakter, perasaan, kemauan Eophi, tergambarkan dan tertata lebih baik dibandingkan karakter lainnya. Kalau di entri ini masih nggak terlalu keliatan siapa pemeran utamanya. Nanti coba dieksplor perasaan batin atau dialog dari Eophi yg lebih dalam utk suatu kejadian

    - kalau bisa, kemampuan bantal, naga, guling, jadi badut, coba disatukan dalam satu tema yg senada, sisanya dikorbankan Dalam cerita. Misal tema tidur aja, atau tema binatang aja. ini supaya skill Eophi juga fokus dan gak melebar temanya. Misal ternyata bantal gulingnya Eophi hancur, atau sebaliknya, naga sama penyu Eophi yg hancur atau berpisah dari Eophi secara permanen. Tapi yg tersisa ngalamin perkembangan misal punya kemampuan ofensif atau menyerang.

    VOTE EOPHI

    ReplyDelete
  4. Tujuan Eophi ikut BoR, awalnya, berpetualang. Sama lengkapin empat syarat, semacam tes, buat jadi Myrd sempurna. Terus kesininya saya tambahin lagi, Eophi masuk ke suatu organisasi. Eophi ditugasin cari tau apa aja yang berkaitan dengan BoR. Semua itu nanti bakal saya jadiin satu. Tapi fokus tiga faktor itu (berpetualang, lengkapin empat syarat, agen rahasia) di R4 ini jadi kacau karena saya malah munculin Kloning Kavaleri XD saran sir Po keterima banget. Arigatou, kalo Eophi lolos, saya bakal lebih fokusin lagi masalahnya. Lengkap sama penguatan karakter dia.

    Kalo soal kekuatan... semua sihir Myrd Eophi bertema perubahan. Bantal jadi benteng, guling jadi pedang cahaya (tapi gajadi dipake), selimut jadi perisai cermin (ini juga gajadi dipake), kasur jadi kura-kura raksasa, dan Eophi jadi doppelganger, sama jadi badut, sama jadi Jibriel (skill terakhir nanti, ofensif). Skill-skill itu opsional. Well, bayangin Eophi pisah dari peralatan tidurnya :’) mereka itu kan diciptain pake sebagian jiwa Eophi pasti berat... tapi ini saran yang penting. Kalo ada kesempatan, saya pasti bikin skill Eophi kokoh. Fifty-fifty, atau 80-20 hhe, pertahanan sama serangannya. Oh iya kalo naga Eophi, kemampuan dia itu deteksi sama prediksi pergerakan lawan, heal Eophi, terus satu lagi berubah jadi meteor kecil (ofensif).

    *fireworks blaring* thanks for vote sir Po, Fata! DX

    ReplyDelete
  5. Halo Eophi~

    Akhirnya, setelah kepotong beberapa kali saya bisa menyelesaikan membaca entry ini. Kebayang ya berapa jam man's hour yang digunakan dalam mengetik cerita plus membuat ilustrasinya. Salut banget buat konsistensi dari awal mengikuti BoR ini.

    Saya sempet mengerutkan alis btw, karena narasi di sini agak bertolak belakang dengan nuansa yang coba disampaikan. Gore scene di awal cerita itu misalnya, terasa amat kontras dengan karakter Eophi yang cenderung terasa seperti MC dari kisah dongeng.

    Lanjut ke alur~

    Ini autowriting ya? Saya kurang bisa menangkap alur besar yang coba di sampaikan di sini, melebar ke sana ke mari. Dimulai dari pertemuan dengan Vajra (Clone) juga sama Puppet dll. Btw, Puppet di sini unyu banget, wkwkwk.

    Wokeh segitu aja, selamat tidur lagi Eophi, Oyasumi~

    Salam
    OC : Sanelia Nur Fiani

    ReplyDelete
  6. Halooo :D *jitak Eophi, tapi dia tetep ga bangun*

    Ok, sebagian besar entri R4 ini (mungkin sama semua entri Eophi) ditulis lewat tengah malem, kalo saya lagi susah tidur. Soal ilustrasinya saya dibantu banyak sama seseorang. Jadi, yap, beruntung juga masih bisa terus lanjut kaya gini X)

    Buat narasi awal, adegan gore itu, karena suasananya lagi kacau di Monster Colosseum, jadi diselipin. Mungkin jadi kaya Eophi itu lagi di dunianya Grimm, tetep dongeng tapi agak suram hhe

    Nah, ini alur emang rada rumit. Bukan auto writing tapi, jadi, pas Eophi buka mata itu intinya dia udah pernah mati, cerita udah jalan (clue kecil sebenarnya ada di dialog klon Radith, yang baru mulai tapi bilang kalo ini pertemuan kedua mereka). Potongan kejadian lengkapnya dijelasin di depan, lewat kekuatan mata Eophi. Itu sengaja diacak buat—rencananya—plot twist hhe, failed tho... semoga nggak total dan ceritanya masih bisa dinikmati. Buat Puppet sama klon yang lain, pertemuan mereka sama Eophi itu buat perkenalan. Yes, ke depannya, kalo Eophi lolos, Eophi jadi punya koneksi sama pasukan kloning. Buat bantu-bantu kalo ada perang ^^

    Puppet kenotis lagi XD si Siegy (author Puppet) juga suka sama gambar Puppet di sini. Terus soal perannya, peran dia sama Yu Ching di awal emang cukup penting

    Well, thanks udah mampir ya Ichsan, Nely! :D

    ReplyDelete
  7. Entri Eophi panjang seperti biasa. Dan bukan sekedar panjang secara keseluruhan jumlah kata, tapi juga panjang narasi dalam satu paragraf dan plot poin di setiap part cerita

    Meski begitu, entri ini relatif rapi dan alurnya lumayan bisa diikutin. Semua yang pernah ketemu Eophi dimunculin lagi di sini, dan setting lab + kloningnya beneran dimanfaatin buat plot ya

    Yang paling menghibur terutama tingkah kloningan Vajra, entah kenapa bikin saya keinget r2 sendiri yang ngebully si jagoan di narasi. Endingnya bagus, masih bisa dikaitin sama canon Eophi di luar turnamen ini sendiri

    Atas dasar enjoyment, saya VOTE Eophi buat ke babak selanjutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin kak Sam bisa dibilang "survivor" yang tetep baca dan komentar entri Eophi sampai sekarang (kecuali R3 kemarin), walaupun di dalem setiap cerita banyak kekurangan dan jumlah katanya luber XD so thank you~

      Yep, mau ga mau Eophi harus manfaatin semua itu--setting sama tema kloning, semoga ga terlalu nge-overwritten canon panitia nantinya--karena dia pure tanker.

      Soal kloning Vajra hhe mungkin emang masih ada relevansi antara klon yang sifatnya kebalik sama virus HD X)

      Okay... Dx thanks buat Vote-nya, kak Sam! (where's Dyna btw?)

      Delete
  8. Menurut saya, entri Eophi kali ini udah epik.

    Mungkin karena saya bacanya langsung tancap gas, semua adegan jadi tertangkap dengan jelas. (Yah, nggak bener-bener jelas 100% sih, ada sejumlah narasi yang bikin saya blank juga) Terutama pada bagian plotnya. Saya suka bagian perjuangan Eophi dan Radith (yang tetep bisa keren walaupun tak berubah jadi Vajra di sini) serta uletnya kombo kloning Eophi dan kloning Radith.

    Mungkin agak kurang di bagian kematian dua kloning itu. Klonin si Radith kan cerewet banget tuh, mestinya dia dikasih sedikit 'teriakan kematian' atau apalah. Sementara di sini cuman ditulis kalau kloning Radith mati dikeroyok.

    Kerasa agak aneh juga saat kloning Adhy, KII, dan Yin Go tampak begitu baik dan penurut kepada Eophi dan Radith. Rencana Radith soal bunuh diri dan pindah tubuh juga kerasa aneh sih, tapi untung saja di bagian akhir jadi dikaitkan juga. Jadinya nggak sia-sia.

    VOTE EOPHI

    Karena ikatan Eophi - Radith di sini lebih kerasa daripada di entri Vajra, walaupun plotnya sama-sama berjuang. Di entri Vajra, dia lebih kerasa berjuang sendiri melawan klon Vajra sebagai klimaksnya.

    OC: Kusumawardani, S.Pd

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks XD

      Wew... jadi bang Heru baca ini sekali abis? Cool~ Iya soal narasi yang bolak-balik itu, saya harus perhalus lagi kalo mau pake cara yang sama di suatu cerita orz. Dan, yap, kerja sama, baik itu antara Oc asli sama kloning, jadi salah satu poin penting juga di entri ini. Bagus banget kalo bang Heru suka di bagian itu :D

      Death Rattle atau kata-kata terakhirnya kloning Radith emang lupa banget ditulis T-T saya sadar pas baca ulang pas udah kekirim...

      Kalo soal tiga kloning Adhy, KII, sama Ying Go, mereka itu jatohnya jadi aliansi sama Eophi dan Radith (tiga klon itu pengen teleporter hancur, Eophi sama Radith bisa bantu mereka. Jadi saling bantu). Tapi mungkin kegambarnya jadi kelewat baik ya? And, yes, rencana Radith itu berdasar sama "pengen nyelamatin semuanya" tapi akhirnya saya bikin jadi twist, dan... saya bakal jadiin Radith ketua Kloning Kavaleri ke depannya X) #spoiler #kalololositujuga

      :'D thanks for vote, bang Heru, bu Mawar!

      Delete