24.11.15

[ROUND 5] FATANIR - TERIMA KASIH MANTAP



1
Ingatan yang Tak Utuh

---

Si Kribo menepuk-nepuk dan mengancingkan ujung pergelangan kemeja putihnya. Dia telah meninggalkan laboratorium, di mana dia baru saja selesai bertarung dengan lawan sebelumnya. Kemudian, sebuah portal dimensi milik teknologi Sol Shefra muncul dari udara.

Pemuda itu memusatkan kemampuan unik miliknya pada portal. Sebelumnya Fata pernah mencoba memahami struktur fisika portal dimensi di Sol Shefra menggunakan pemahaman ajaibnya akan mesin, tapi dia seperti tertelan oleh gelombang data akibat kecanggihan teknologi di Sol Shefra.

Tapi kini, arus simbol itu bermain dengan jinak saat memasuki otaknya. Ternyata konsepnya sederhana sekali, pikir Fata. Sepertinya dengan komponen yang tepat, tak terlalu sulit lagi baginya untuk memproduksi alat teleportasi seperti ini.


Tentu saja, pemahaman teknologi yang jauh meningkat ini, adalah karena Si Kribo yang sekarang bukan lagi manusia biasa.

Ini semua jadi gampang karena gara-gara aku udah nyatu sama kamu kan, Ashura?

Pada saat masa kecil dulu, potensi kecerdasan teknologi Fata telah ditingkatkan secara drastis oleh seorang wanita. Akibatnya, Si Kribo Kecil mendapat kemampuan untuk membuat sebuah mesin super mutakhir bernama Ashura, yang sanggup mematerialisasikan perangkat yang dibutuhkannya tanpa membutuhkan suku cadang sama sekali.

[Betul, Fatanir.]

Kemudian dari titik itu, kecerdasan Fata menyusut. Bila ledakan potensi Teknopathia Si Kribo Kecil saat membuat Ashura adalah serupa air yang membentuk gelombang pasang, maka kemudian otak Fata adalah mangkuk kecil yang tentunya tak mampu menanggung semua kecerdasan itu di dalamnya.

Maka luberlah potensi itu sehingga tak lagi ada di dalam dirinya. Walaupun selayaknya mangkuk pula, otak Fata masih mampu menampung sejumlah kecil kecerdasan teknologi yang tersisa, berupa konsep-konsep ide, metode manufaktur dan energetika yang masih dapat dimengerti oleh manusia.

Namun ternyata, gerigi emas neo-sibernetik bernama Ashura tersebut, berpindah tangan beberapa kali. Fata Kecil tak menginginkannya. Dia memberikannya kepada Kana. Kana, tak dapat menggunakan benda itu, menitipkannya secara asal di dalam cangkang telur yang membungkus seorang bayi perempuan spesial bernama Relima.

Sementara entah kenapa, Fata kehilangan ingatan tentang Ashura dan Kana.


Kenapa bisa demikian?

2
Hambatan


Si Kribo mendapati dirinya berada di sebuah dataran penuh puing.

"Selamat datang! Ini adalah pembukaan untuk babak berikutnya!" ujar sesosok makhluk bertanduk dan bertubuh merah darah. Si merah itu berceloteh panjang lebar namun pemuda kribo itu tak mendengarkan.

Karena dia tengah menyelami memori baru tentang Relima yang didapatnya dari Ashura. Wajahnya menekuk suram. Ternyata, Kana mengirim Relima dan Ashura ke sebuah planet yang jauh, dengan harapan bahwa dia tak harus lagi berurusan dengan objek tersebut.

Namun ternyata, dimulailah turnamen antar planet ini. Untuk sebab tertentu, Fata dan Relima malah bertemu. Sehingga Si Kribo memaksa Ashura untuk menyatu dengan tubuhnya, mengubah tubuh Fata menjadi sirkuit neo-sibernetik hidup bernama Fatashura.

Tak lama setelah sosok merah itu berbicara, sebuah portal dimensi kembali menelan Fata yang masih asyik menduga-duga tentang Kana, dan apa yang telah dilakukan perempuan itu terhadap hidupnya.

Makhluk apakah Kana itu, sehingga dapat membuka sebuah potensi kecerdasan khusus di tubuh manusia? Dan manipulasi memori pula, mungkin? Sehingga Fata tak ingat beberapa kejadian aneh di masa kecilnya sendiri? Apakah Kana itu sejenis dewa atau semacamnya?

Si Kribo hendak lanjut berpikir, namun--

"Ha? Eh eh kita udah di mana lagi seh?" Fata baru sadar bahwa dia telah berdiri di tempat lain lagi.

Sebuah koridor panjang. Sebuah jalan bercabang di depan dengan pencahayaan seadanya. Plafon di atas kepalanya hanya dua meter lebih sedikit, lebih rendah dari rumah konvensional.

Lantai yang Fata pijak, bukan lantai keramik. Lantai itu, seluruhnya dari logam. Pipa-pipa berjajar paralel dan tersambung dengan dinding serta silinder besi dengan desain efisien, kokoh, namun tetap canggih. Puluhan laras senjata tertanam di dinding, seolah diatur secara komputerisasi untuk menembak bila diaktifkan.

Oke. Militeristik. Ini fasilitas militer.

Demikian Fata menyimpulkan untuk sementara. Lalu getaran-getaran konstan terus melanda, sekilas dikiranya sebagai gempa namun nyatanya bukan. Lantai itu tersentak berat. Lalu tersentak lagi, dalam interval yang berurutan.

Dum. Si Kribo terdiam melihat ke sebuah jendela. Terlihat pemandangan di luar, sepertinya itu adalah pinggir bangunan yang sedang dipijaknya sekarang. Tampak perisai-perisai polimer persegi berjajar dan menyatu dengan pinggiran balkon kemudian lebih jauh dari itu adalah daratan tanah yang gersang, membuat Fata menebak bahwa tempat ini adalah sejenis benteng.

Dum. Fokus Si Kribo kembali ke koridor itu. Apakah dia harus mencari jalan keluar? Ke  tempat yang dilihatnya di luar jendela? Atau haruskah dia berusaha mencapai pusat benteng ini?

Halo? Halo, colokan listrik? Dinamo? Transformator?

Fata bertanya, berusaha berkomunikasi dengan komponen elektronik yang mungkin saja terdapat dalam benteng besar itu, untuk mendapat informasi. Satu-dua menit dihabiskannya untuk mencoba memperluas daya jangkau teriakan Teknopathia dari otaknya.

"Prosesor! Prosesor apa aja! Unit pendingin mesin! Atau pendingin ruangan!" Si Kribo berlari menyusuri koridor sambil memanggil semua perangkat di sekitarnya, berharap bahwa setidaknya ada mesin yang dapat membantunya lolos dari tempat ini.

Percabangan lagi. Koridornya meluas. Belok kiri. Koridornya meluas. Belok kanan. Koridornya menyempit--

Fata segera berbalik. Percabangan jalan yang mengecil sama saja seperti gang di pelosok kota. Untuk sampai ke pusat kota, harus cari jalan protokol yang paling besar. Maka tahu bahwa dia harus mencari koridor yang paling luas agar sampai pada pusat benteng ini.

Tunggu.

Sebuah getaran melabilkan posisi berdiri Fata, dan--

Dia tersentak kaget. Ada sesuatu yang salah.

Dengan mata fisiknya, Fata melihat jalur-jalur kabel listrik yang tersembung ke puluhan lampu dan juga sejumlah tiang yang senapan-senapan otomatis bertengger sepanjang rak dinding. Sangat banyak benda yang seharusnya dapat diajaknya bicara.

Fata berteriak sambil berlari mendatangi sebuah senapan yang terpasang pada tiang. Si Kribo memukul senjata itu dengan kasar,"Program senapan otomatis! Hei!"

Tapi perangkat militer itu...tak menjawab.

Dada Fata terasa dihimpit sesuatu. Dia berpindah ke senapan lainnya dan menanyakan hal yang sama. Satu lagi. Satu lagi. Dia bertanya pada panel sentuh di sebuah kabin di utara, pada tabung penyimpan gas yang tertanam pada pipa-pipa di basemen.

Hingga jari-jarinya bergetar penuh kegugupan, saat hal itu dia pastikan.

"Di mana ruangan komando sentral buat aktivasi kamu!? Kasih aku denah benteng militer ini Nyet!"

Bahwa tak ada satu pun mesin di tempat itu yang menjawab pertanyaannya, teriakannya.

Selama ini, Fata memahami struktur dan fungsi teknologi apa pun secara alami dengan komprehensi Teknopathia. Ketika dia memperhatikan suatu mesin, maka mesin itu akan menyajikan rincian anatominya dalam bentuk cetak biru audiovisual pada otak pemuda kribo tersebut.

Penyajian gambaran itu terjadi secara sukarela, santai, tak beda dari bernapas. Kemampuan itu sama pentingnya bagi Si Kribo seperti kemampuan untuk berbicara atau melihat. Hasil peradaban bernama teknologi, membuka diri dan data mereka, menyuguhkan itu semua kepada Fata dengan sukarela.

Teknopathia telah menjadi bagian diri Fata. Anggota tubuhnya. Namun--

Kenapa...kenapa komprehensi gue mandeg gini--

Hal itu tak berlaku saat ini. Saat itu, suatu sensasi merinding menjalari tengkuk Fata. Karena semua komponen teknologi di tempat ini...menolaknya.

Fata menelan ludah saat rasa panik itu menyergapnya habis-habisan. Tubuhnya menggigil, mengkerut seperti bintang laut tanpa air. Sebuah ketidakpastian, di mana dia hanya seorang diri. Dan semua di sekitarnya sedang berlarian di luar kendalinya.

"Aaaaaarrgghhhh!!"


--


Sebuah engsel tersentak. Fata tahu betul itu, suara kokangan senjata yang sudah pernah didengarnya ribuan kali.

[Kontak visual: target.]

Itu adalah sebuah robot berbentuk anjing herder yang berbicara lewat speaker dari mulutnya. Di punggung robot anjing itu, ada sebuah senapan. Di belakang robot satwa itu, tiga robot anjing mengarahkan kamera di daerah matanya memperhatikan Si Kribo.

Fata pun membelalak kaget ketika moncong-moncong senapan di punggung para robot anjing itu mulai mengikuti gerakannya, "Jing... Damai, Jing..."

[Memanggil semua unit K-9--]

Tiga lagi robot anjing muncul dari lorong di belakang tubuh Fata. Lalu tiga lagi...

[--Eliminasi target: Fatanir!]

"Lemper keinjek!" maki Fata saat mendengar suara anjing robotik itu. Refleks dia menendang salah satu kamera di wajah robot anjing, membuatnya terkaing-kaing karena kehilangan mata buatannya.  

Fata menunduk sambil mencari posisi yang paling tertutup di belakang punggung robot anjing pertama.

[Eliminasi!]

Berondongan peluru mulai dimuntahkan berentetan oleh senapan punggung kawanan mesin yang ganas itu. Dua anjing membuka rahangnya, melompat lalu mencaplok bahu Fata dengan deretan taring besi.

"Urrrghh!" Darah segar bercipratan dan sebagian daging bahu Si Kribo terkoyak lebar. Fata menahan nyeri dan melompat-lompat seperti cacing kepanasan, ngos-ngosan menghindari ancaman taring-taring kawanan anjing besi tersebut. Wajahnya panik luar biasa. Mestinya dia mampu mengalahkan robot-robot ini tanpa kesulitan.

Tapi Teknopathianya tak bekerja. Kenapa bisa tak bekerja?

Mencopot senapan dari salah satu anjing besi yang dibuatnya buta tadi, Fata mulai balas menembak dengan pelototan mata dan emosi berlebihan, "Jontor lu jontoooor!"

Pelurunya habis.  

"Aaaapppah!?" Fata protes pada pengarang namun hanya setengah detik saja, karena kemudian dia menggunakan senapan itu seperti pemukul kasti untuk memecahkan kamera para anjing besi satu-persatu, kemudian berlindung di belakang mereka yang telah buta.

Akibatnya bisa ditebak, semua satwa mekanik itu mulai menembak sembarangan. Beberapa tembakan masih menyerempet Si Kribo, namun hanya butuh sekitar lima menit bagi Fata untuk menemukan celah di dinding yang aman,  "Nyoohohoho!" lalu tinggal menonton anjing-anjing besi itu saling menembak satu sama lain sampai semuanya mati.

"Makasih buat Encang Encing semuanye yang udah madekipe!" Si Fata cekakakan saat dia keluar dari tempat sembunyi. Melihat dulu ke kanan-kiri, dan langsung mempreteli sisa-sisa pasukan anjing robot seolah sedang mengambil suku cadang di bengkel alat elektronik, "Sparepartnya oke boljug ni--"

Tapi kemudian belasan robot anjing herder lainnya muncul, memanjat dan menggonggong buas dari koridor tak seberapa jauh di depan sana.

"Jiah belanjanya udah beres, waktunya Emak pulang!" Fata kelimpungan mengambil langkah seribu ketika sedetik kemudian tempat itu sudah kembali bising oleh letusan peluru. Sebagian robot anjing menghentikan tembakan dan fokus mengejar sekuat tenaga.

[Terminasi target: Fatanir!]

Peti-peti kemas berledakan akibat tembakan dari belasan moncong senapan di punggung satwa robot. "Ooooouuh! Hoh-hoh-hoh!" Napas Si Kribo pun mengempos-ngempos seperti ibu sedang melahirkan, mulutnya terasa kering akibat harus meloloskan diri dari kejaran sekawanan robot yang berlari amat gesitnya.

Untungnya dia sudah membawa sejumlah komponen robot anjing tadi untuk dirakit. Tapi ada sesuatu yang tak wajar. Fata kini adalah Fatashura. Mestinya dia dapat merakit senjata apa pun dengan mudah bahkan tanpa bahan sekalipun, karena dia telah memiliki kemampuan materialisasi teknologi super bernama Tekno-Kreasi.

Tapi--

Teknopathia gue beneran nggak aktip di sini!

Keringat di leher Fata mendadak terasa dingin, namun pikiran itu segera buyar. Dua peluru menyerempet betisnya. Rasa nyeri menyayat tungkainya seperti air mendidih. Hanya dua peluru, tapi lebih dari cukup untuk menjatuhkan pemuda itu bergulingan sambil mengerang cengeng, "Aaaakkk!"

Para anjing robot itu tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Semua laras senapan di punggung-punggung besi mereka terkokang dengan sendirinya.

[Terminasi target: Fatanir!]

"Wuaaaaaa!!"

Dalam situasi ini, kelengahan sesaat saja bisa menghilangkan nyawa. Namun rupanya kesempatan itu belum sepenuhnya hilang, karena tiba-tiba saja sebuah dinding cahaya kuning lemon terbentuk melintang di depan tubuh Si Kribo, mementalkan semua peluru yang ditembakkan kawanan anjing besi.

Para satwa robot masih berusaha merangsek. Mereka menghantamkan badan mereka ke dinding cahaya itu serta melancarkan tembakan lanjutan. Namun dinding cahaya itu tak juga tertembus. Rupa-rupanya, dinding sihir itu berasal dari kemampuan seorang pemuda kurus berambut hijau di ujung koridor.

Si rambut hijau melambai-lambaikan tangan pelan saja, mengisyaratkan agar Si Kribo mendekatinya. Niatnya sih membantu. Namun naas baginya, karena sesaat kemudian Fata telah meloncat dan menendang muka pemuda itu sekuat tenaga, "Jangan lambai-lambai gemulai gitu! Emang lu banci?!"

Pemuda rambut hijau itu nyungsep di tanah dengan sukses. Fata yang mendapat kesempatan segera lari sejauh-jauhnya, sampai dia menemukan pintu yang memiliki slot besar di bagian luarnya. Fata segera menjeblak masuk dan mengunci slot pintu tersebut.

Di realm yang isinya penuh orang beberanteman kayak gini, ngapain amat percaya sama orang yang tau-tau nongol gitu aja.

Jambul kribonya lembab oleh keringat yang menempel di dahi. Tarikan napasnya terasa sakit. Komprehensi Teknopathia  biasanya bagaikan radar yang mampu mendeteksi semua bentuk teknologi, namun kini dia bahkan tak dapat mengetahui lokasi robot-robot berbentuk anjing di balik pintu.

Fata berpikir. Selama ini, semua manusia yang ditemuinya adalah lawan. Meski mereka punya variasi dan keanehan masing-masing, baik itu kekuatan super dari keturunan naga, wujud asli berupa virus digital, atau kepribadian ganda, namun semua yang berbentuk manusia, adalah lawan dalam turnamen aneh ini.

Jadi, pemuda rambut hijau itu kemungkinan besar adalah lawan Fata juga.

Etapi...


---

3
Anak Myrd Berbakat


Eophi Rasaya memegangi pipinya yang bengkak benjol sambil menggerutu pelan. Sebuah teriakan kencang telah memaksanya bangun, padahal dia tengah asyik menikmati tidur malamnya setelah tiba di tempat ini. Usut punya usut, teriakan itu berasal dari seorang pemuda kribo yang sedang kabur dari kawanan robot berbentuk anjing ganas.

Jadi, mestinya jadi hal yang wajar bagi Eophi untuk mencoba membantu pemuda itu. Dia menyalurkan sihir Myrdial elemen cahaya dalam gulingnya yang tercipta juga dari sihir - iya, guling yang dipakai untuk tidur, aneh memang - lalu menjajarkan energi sihir itu seperti pagar di depan tubuh Si Kribo.

Seperti biasanya, perisai sihir Myrdial dari Eophi memiliki kapasitas pertahanan luar biasa. Pemuda itu selamat, membuat Eophi lega karena dia akan bisa tidur kembali tanpa harus terganggu teriakan atau tembakan yang sama-sama berisik. Tapi,

"Jangan lambai-lambai gemulai gitu! Emang lu banci?!"

Kenapa wajahnya ditendang? Apa salahnya? Alih-alih dapat meneruskan tidur, kini rasa kantuknya malah berganti dengan rasa sakit dan muka bonyok. Dia terduduk di tanah dengan ekspresi kuyu. Anjing-anjing robot itu melangkah ke arahnya, sementara perisai sihirnya sudah hilang. Mengerahkan sihir Myrdial itu sangat menguras tenaga, tahu?

Kalau saja ada cara yang lebih mudah dan praktis untuk menyelesaikan tugas menyebalkan ini...

[Peserta: Eophi Rasaya.]

Suara speaker itu terdengar statik, membuat Eophi kaget karena ternyata robot-robot tersebut dapat berbicara. Sejumlah kamera unit anjing besi menyorot si rambut hijau.

[Bukan target. Tak ada perintah untuk terminasi.]

Eophi diabaikan? Anjing-anjing itu tidak menyerangnya seperti yang mereka lakukan terhadap si Kribo? Mengapa?

Tidak apa-apalah, pikir Eophi. Setidaknya berarti dia aman dan tidak repot.

[Memulai kontak verbal. Menyambung komunikasi dengan Operator.]

Kemudian, suara program yang statik itu hilang. Yang menggantikannya adalah sebuah suara yang dinamis dan jelas berasal dari makhluk hidup.

[Selamat malam, Eophi Rasaya, anak Myrd berbakat. Aku dapat memerintahkan pasukan K-9 untuk membunuhmu sekarang juga.]

Eophi jadi gusar mendengarnya. Setelah pemuda kribo, kini ada malah ada yang mau mengancamnya lewat pasukan anjing besi ini. Maka Eophi menjawab dengan percaya diri, "Aku tidak takut. Umurku lebih dari 400 tahun, sihir Myrdial tak dapat dianggap sebelah mata."

[Oh ya?] Suara dari seberang sana malah seperti terhibur dengan jawaban barusan. Kemudian speaker di moncong anjing robot itu kembali bersuara.

[Aku juga sanggup membuatmu memenangkan babak ini tanpa perlu bertarung.]

"Huh?"

Berubahlah ekspresi Eophi mendengar pernyataan itu. Tak perlu bertarung? Tak perlu berdarah atau luka?

Tak perlu...susah payah?

"Kenapa kau menawarkan ini padaku? Kenapa bukan orang lain?" pemuda rambut hijau itu masih menukas, "Dalam hidup ini, aku tak punya ambisi muluk-muluk. Kenapa bukan petarung yang lebih kuat?"

[Karena hanya sihir cahaya yang sanggup mengendalikan inti benteng ini. Semakin kuat sihir cahayanya, akan semakin hebatlah Proto Merkavah.]

"Proto Mer...?"

[Proto Merkavah. Itu nama yang kuberikan untuk benteng ini.]

Suara itu milik seorang wanita, halus merdu namun juga berkesan penuh kekuatan.

[Dan siapa yang lebih handal dalam sihir cahaya, selain bangsa Myrd?]

Eophi terdiam sejenak lalu bergumam, "Mengendalikan...benteng?"


---

Kemudian, suara tersebut memberi instruksi agar si pemuda Myrd menempuh sejumlah belokan tertentu dengan penanda-penanda spesifik tentang ruangan macam apa yang harus dia temukan.

[Kau sudah hafalkan jalannya?]

"Ya, ya..." sahut Eophi bosan.

[Di sana, kau akan menjumpai orang yang menjaga ruangan kristal. Dia telah dilengkapi dengan data serta foto dirimu, dan dia hanya akan menyerahkan kristal tersebut padamu.]

"Memangnya kapan kau sempat memfoto diriku?" tanya Eophi dengan polosnya.

[Setiap kau memasuki portal dimensi untuk berpindah ruangan, portal tersebut memindai tubuhmu dan mengirimkan gambaran tiga dimensi pada databaseku. Gambaran tiga dimensi itulah yang direkayasa menjadi foto.]

"Kedengarannya repot sekali..." Eophi langsung menyesal mendengarnya. Karena keterangan itu, kini dia mengantuk lebih dari yang sudah-sudah.

[Komunikasi ini akan ditutup sementara. Saat kau sudah menemui penjaga ruang kristal, pasukan K-9 akan kembali melakukan kontak denganmu untuk--]

Transmisi suara terputus. Unit anjing robot yang menyambungkan komunikasi itu, mendadak terpental dengan tubuh berlubang akibat berondongan peluru yang menimbulkan percikan api.

Terkejut, Eophi menoleh ke arah asal tembakan. Wajahnya spontan berubah kesal melihat identitas penembak tersebut, "Kau lagi, Pemuda Kribo..."

"Yoi."

Ternyata Fata telah memakai waktu sempit di luar pintu koridor untuk memodifikasi senapan punggung yang dirampasnya dari unit anjing besi K-9, juga membuat sejumlah peluru khusus. Lantas dia mendengarkan percakapan Eophi dengan wanita misterius yang menggunakan transmisi dari robot anjing sebagai telepon.

Pemuda berambut hijau itu tak terima, "Kenapa kau menembak robot itu sampai hancur? Tidakkah kau lihat, aku sedang bicara dengan seseorang melalui robot anjing itu?"

Si Kribo melongo sesaat, "Kamu marah ya gara-gara aku gangguin kamu pacaran lewat tilpun?"

" . . . " Eophi mengetatkan rahangnya. Tidak biasanya ada orang yang begitu menyebalkan dan menganggap semua yang dia katakan atau rasakan sebagai lelucon. Tapi kemudian pemuda berjambul kribo itu mengatakan sesuatu dengan nada yang lebih serius.

"Kamu bangsa Myrd? Kamu punya sihir cahaya?"

Yang ditanya diam saja. Pemuda kribo itu hanya ingin memastikan informasi yang didapatnya dari menguping pembicaraan Eophi. Pertanyaan retoris seperti itu tak perlu dijawab. Si Kribo melanjutkan dengan wajah usil, "Berapa orang yang langsung tau spesies dan kemampuan kamu pas baru pertama kali ketemu?"

Eophi mengernyitkan dahi. Dia mencoba mengingat, dan hasilnya...

"Nggak ada, kan?"

Sorot mata pemuda rambut hijau itu melemah setelah mendengar tebakan Fata. Si Kribo mulai merasakan sesuatu yang mengganggunya, "Muka kamu percis manusia. Bawa-bawa guling pulak. Apa hubungannya guling sama sihir cahaya, coba?"

Janggal. Banyak sekali hal yang di luar perhitungannya.

"Tapi, cewek yang komunikasi sama kamu via anjing besi itu, yang belum pernah kamu kenal sebelumnya, bisa langsung tau spesies kamu itu Myrd. Bisa langsung tau kalo kapasitas kamu tu sihir cahaya."

"Dari mana kau tahu bahwa aku belum pernah mengenal perempuan itu sebelumnya?" Eophi tak pernah merasa menyebutkan hal itu baik kepada sang wanita misterius ataupun ke Fata sebelumnya.

Si Kribo malah menyeringai sok keren, "Nah ntu bener kan, kamu blum pernah kenal sama dia."

Myrd berambut hijau itu tak menduganya. Jadi itu hanya tebakan saja? Fata menanggapi hal ini, "Berarti kenapa orang yang nggak kamu kenal ini...bisa tau banyak hal tentang kamu?"

Pemuda berambut hijau itu berpikir keras. Tapi jawabannya cukup sederhana, sepertinya.

"Mungkin karena dia adalah...penyelenggara turnamen ini." sahut Eophi pada akhirnya. Tak tampak lagi ekspresi mengantuk pada wajahnya, karena kata-kata pancingan Fata telah sukses membuatnya penasaran. Namun jika dipikir lagi, siapa lagi yang memiliki data peserta turnamen selain panitia?

Si Kribo mengangguk-angguk pelan sambil menyangga dagunya seartistik mungkin, "Mmm, bethul, bethul. Tapi kalo gitu, ngapain nunggu sampe skarang ya? Dari jaman jebot juga semua yang dimasukin ke turnamen ini pasti tarung abis-abisan tuh. Kenapa nggak dari jauh-jauh hari aja si cewek itu nawarin bantuan ke kamu?"

"Mungkin karena...dia tidak bisa menghubungi aku sebelum saat ini?"

"Mindahin orang-orang lewat portal dimensi aja bisa, tapi ngehubungin via telepon gak bisa? gak logis lha," tukas Si Kribo. Eophi mencoba lagi, "Menunggu saat yang tepat untuk menghubungiku?"

"Dengan ngambil resiko kamu gugur di awal, tapi ngediemin gitu aja? Terus tau-tau sekarang jadi momen yang pas bagi panitia buat ngontak kamu, gitu?" Fata terkekeh mengejek, "Percaya, percaya."

"Memangnya...ada kemungkinan lain...?" Pemuda rambut hijau itu bertanya-tanya.

"Kamu bikin dugaan cuma liat satu sisi doang. Emangnya di turnamen saling bantai begini, panitia punya kepentingan untuk ngebantu salah satu peserta? Kalo kayak gitu mah, bukan turnamen namanya."

"Ah..." Eophi bergumam "Satu sisi?"

Fata berdehem, "Di sisi lainnya, misalkan aja si cewek itu niat jelek ke kamu. Kamu dipancing ke lokasi tertentu pake iming-iming. Taunya di lokasi itu, kamu malah disergap terus dibunuh ama dia. Berarti, siapa dia? Siapa pihak yang bakal dapet untung paling banyak di babak ini, kalo berhasil manfaatin kamu?"

"Yang paling untung...tentunya adalah..." Eophi baru menyadari, alis hijaunya bertaut dan matanya memicing marah,

"Sesama peserta...!!"

"Yoi." Si Kribo tersenyum simpul. Mestinya, ini bisa membuat Eophi mengerti kejadian sebenarnya. Tapi baru saja dia ingin memperjelas pernyataannya lebih jauh,

"HeL !!" Eophi berteriak kencang, memanggil sesuatu dengan gusar. Mendadak sebuah bola api melesat ke arah Fata dengan kecepatan tinggi. Si Kribo yang kaget lekas melompat ke sisi koridor sampai punggung kemejanya melekat pada dinding. Bola api pun meleset jauh lalu meledak saat membentur dinding di ujung barat, membentuk lubang terbakar bervolume satu meter pada dinding tersebut.

"Jiah, malah ngajak berantem!"  Si Kribo melangkah kecil-kecil ke arah samping, kemudian berlari maju sambil mengokang senjata hasil modifikasinya atas senapan punggung unit anjing besi yang dia rampas.

Kini senjata itu mirip pistol magnum yang dipegang oleh satu tangan namun ukuran larasnya nyaris dua kali lipat pergelangan tangan orang dewasa, menandakan ukuran pelurunya yang juga tak main-main. Si Kribo pun lekas mengarahkan senapan itu pada tubuh Eophi, namun si rambut hijau segera berseru.

"HeL !" kembali Eophi memanggil sesuatu, dan mendadak udara di belakang punggung Fata mengembang akibat hawa panas luar biasa. Mata Si Kribo melotot kaget saat dia menyadari bahwa bola api yang sudah amblas ke dinding belakangnya barusan, malah keluar lagi dari dinding itu dan menderu ke arah punggungnya.

"Bajingan!" Fata segera bergulingan di lantai koridor, bola api itu lewat tipis di atas punggungnya namun kemudian berbelok tajam ke atas dan meledakkan plafon besi koridor dengan ganas. Hempasan api berkobar-kobar membuat mata Si Kribo perih.

Bola api apaan tuh bisa belok-belok kayak pake remot! Cuma sebiji tapi nyala terus padahal udah ngancurin permukaan solid terus-terusan!

Namun ledakan berikutnya kembali terjadi, berasal dari langit-langit yang telah jebol barusan. Dengan panas meledak memggumpal-gumpal, bola api itu kembali menukik tajam tepat ke wajah Fata.

Mendadak si pemuda Teknopath merasa magnum yang digenggamnya sangat nyaman. Familiar. Ketika itulah tubuh Si Kribo bagaikan bergerak sendiri.

Ha?

Magnum termodifikasi itu  bergulir luwes delapan puluh derajat pada gagangnya dalam kendali kontur telapak tangan Fata. Tubuh Si Teknopath berotasi dua setengah putaran hanya bertumpu pada satu kaki, menghindari lesatan bola api, sedangkan kaki satunya melayang bebas seolah sedang bermain. Secara alami, telunjuk dan ibu jari Si Kribo menemukan pelatuk dan memindah titik berat senjata api tersebut.

Eh bentar, ini...

Mulut Fata membentuk senyum simpul sementara lengannya menyilang cepat ke atas bahu sisi tubuh yang berlawanan, saat dia membidik secara diagonal tanpa menoleh. Letusan dari mulut magnum yang dipegangnya menggema di udara, menghantarkan peluru hingga bergesekan kuat dengan bola api yang masih terbawa momentum.

Tak disangka, gesekan panas antara permukaan bola api dan peluru magnum itu tak menghancurkan keduanya, namun...

"Heh." Fata menyeringai. Gesekan itu justru membelokkan arah dua proyektil tersebut, mendesing tepat menuju wajah serta ulu hati Eophi Rasaya.

"Apa!?" Eophi masih sempat mengerahkan energi sihirnya membentuk perisai pelindung Myrdial. Peluru magnum milik Fata kontan remuk ketika tertahan oleh benteng sihir cahaya itu,

Namun justru malang menimpa Eophi ketika bola api miliknya sendiri meledak hebat di perutnya lebih dulu, tanpa sempat dia hentikan. Eophi berteriak kesakitan sekaligus tak percaya, "Aaaakkhh!"

Pemuda rambut hijau itu terlempar ke dinding koridor akibat tingginya daya rusak ledakan api miliknya sendiri. Tak diragukan lagi bahwa organ dalamnya mengalami robekan hebat.

"Hegh!" sementara bahu kiri Fata yang dia gunakan saat menembak cepat tadi, kini hampir mati rasa. Karena bahu itulah yang beberapa saat lalu tercaplok oleh unit-unit anjing besi hingga ke ototnya.

Tapi setidaknya, perhitungannya membuahkan hasil. Dia sukses memanfaatkan selubung panas bola api itu dengan tembakan pelurunya yang mengincar sudut kritis, memaksimalkan pembelokan dan percepatan laju proyektil ke arah lawan.

Hanya saja ada sesuatu yang aneh. Genggamannya pada magnum modifikasinya tadi terlalu nyaman, refleksnya saat membidik bola api itu terlalu alami.

Gue masih bisa ngerti fungsi mesin-mesin yang gue modif sendiri? Dan kemampuan menembak gue...ini...kemampuan Tekno-Eksekusi sejak gue jadi Fatashura?

Bagaimanapun, lawannya adalah ahli sihir cahaya. Fata punya pengalaman tak enak dengan ahli sihir bernama Strata, sehingga dia tak boleh lengah karena terlalu banyak memikirkan Teknopathianya yang menumpul.

Jadi...gue masih bisa pake skill Teknopathia? Tapi nggak, gue nggak bisa dapetin info apa-apa dari mesin-mesin di sini.

Info lokasi komando sentral, info identitas pemilik tempat ini---nggak ada yang mau jawab pertanyaan gue. Kenapa?

Matanya kelilipan sampai nyeri, jadi segera dia menyingkirkan jambulnya sendiri yang awut-awutan menghalangi mata sambil berteriak asal, "Heh rambut ijo bladus enceng gondok! Kalo emang pengen berantem sampe mati mah hayu aja sini!"

Dari kobaran api dan asap, berdirilah sesosok pemuda berambut hijau bernama Eophi Rasaya. Awalnya Fata bingung melihat wajah pemuda itu, wajah itu penuh kemarahan yang ditujukan pada Si Kribo. Tapi kemudian dia menyaksikan sendiri sebabnya.

Eophi menggendong sesuatu di tangannya. Sebuah bola api yang nyalanya semakin redup, pelan-pelan membakar tangannya sendiri namun seakan tak dia pedulikan.

Ternyata wujud asli bola api itu adalah seekor naga kecil berwarna merah. Sisiknya memercikkan api yang menyelubungi seluruh tubuh reptil fantasi itu, bahkan dapat meledak saat membentur permukaan padat.

Binatang itu terbaring pingsan, akibat terlalu lama menggunakan energi panasnya dan juga akibat terkena daya friksi peluru Fata. Nama naga kecil itu adalah HeL, sahabat Eophi sejak berada di planet Myrdial.


---


4
Tangan Jibriel


Si Kribo melongok, "Oh, jadi bola api itu sebenernya naga, yak. Pantes aja bisa belok-belok pas kamu teriak."

Awalnya Hel adalah bayi naga liar yang tak bisa dikendalikan siapa-siapa. Karena puluhan tahun lalu, bangsa Myrd ingin meningkatkan daya sihir mereka dengan darah naga, berujung pada perburuan naga.

Seluruh naga di Myrdial punah, namun Myrd bernama Eophi menyelamatkannya serta memungutnya diam-diam. Karena itulah HeL memiliki hutang budi yang sangat besar pada Eophi, sehingga kini dia menurut padanya, juga mengikuti Eophi ke manapun pemuda itu pergi.

Bagi Eophi pun, HeL sudah menjadi teman yang tak perlu diragukan lagi kesetiaannya. Sehingga saat ini, kemarahan Eophi pada Fata mencapai satu tingkat lebih tinggi.

Si Kribo melihat gelagat ini dan malah nyengir jahil. Lalu kata-katanya meluncur, seperti minyak disiramkan ke dalam api, "Kamu marah gara-gara naga kamu itu ketembak sampe semaput kan? Tapi kalo dari awal kamu gak nyuruh dia buat nyerang, ya gak bakal gini juga hasilnya."

"Jadi...ini semua...kesalahanku...?" Eophi menggeram, ketenangan nyaris hilang seluruhnya dari dirinya, "Kau...yang telah memanipulasi pasukan anjing besi itu untuk memanfaatkanku lewat sambungan komunikasi....mengatakan bahwa akulah yang salah karena ingin mengenyahkanmu?!"

Fata mengernyit, lalu terbahak-bahak saat dia menangkap maksud kata-kata si rambut hijau.

"Lah, jadi kamu nyerang gara-gara nyangka kalo aku yang pengen manfaatin kamu lewat anjing robot? Aku bukan cewek. Suara di transmisi tadi suara cewek. Lalu, mana mungkin aku yang bicara sama kamu via anjing besi, lha wong aku yang dikejar-kejar sama kawanan anjing besi dari tadi. Dan kalo--"

"Kau terlalu banyak bicara berputar-putar!" Pemuda Myrd tak peduli.

Kini giliran Fata yang tercengang atas kebebalan orang berambut hijau tersebut. Akibatnya, pemuda kribi itu ikut berteriak penuh emosi, " Woi, mikir dikit! Kalo gue yang pengen manfaatin lu, ngapain juga gue ngasih info panjang lebar kayak tadi ke lu?!"

Namun sepertinya mau mendebat pun tak berguna, kalau lawan bicaranya tak mau diajak berbicara. Argumentasi Fata justru terlanjur membuahkan anggapan dari Eophi, bahwa semua komunikasi via unit robot anjing tersebut adalah rekayasa Fata untuk menipu dirinya.Maka Eophi mengerahkan energi sihirnya setingkat lebih jauh.

"Jibriel!"

Sekonyong-konyong dari kedua bahunya tumbuhlah dua buah lengan raksasa terbuat dari cahaya, masing-masing menggenggam pedang sihir sepanjang sepuluh kali tinggi pria dewasa. Jantung Si Kribo meloncat. Sang Myrd tak main-main lagi, "Kau akan segera bungkam, Pemuda Licik!"

Tangan dari makhluk berkilat bernama Jibriel mengayunkan pedang sihir raksasa yang digenggamnya.

"Anjjiii-"

Sebentuk hawa energi membentuk gelombang menggulung tubuh Fata tanpa ampun hingga menghancurkan tiga-empat lapisan dinding besi. Pandangan Fata gelap seketika. Ketika otaknya terguncang oleh gelombang energi dahsyat itu, kesadarannya hilang. Dia tergeletak pingsan, kedua tungkainya remuk tertimpa runtuhan dinding besi.

---


Eophi melenyapkan sihir cahaya dahsyat itu. Tubuhnya terasa lemas sampai ke tulang akibat pengerahan energi Myrdial berlebihan. Dan dia berjalan gontai di tengah puing-puing koridor yang sudah tak jelas mana lantai, mana dinding dan mana plafon.

Si rambut hijau berpikir. Meski usia dan peradaban Myrd jauh lebih panjang dibanding manusia, tapi ternyata seorang manusia kribo mampu memanipulasi pikirannya dengan pancingan dan hasutan berbelit-belit seperti tadi.

Tapi, untunglah gangguan itu telah dienyahkannya. Kini Eophi memanggil kasur terbangnya yang digerakkan oleh sihir Myrd, lalu melompat dan duduk santai di atas kasur tersebut.

Si kribo tak menyebut-nyebut tentang kristal, tak seperti suara wanita pada transmisi komunikasi tersebut. Si kribo juga tampaknya tak familiar dengan sejarah Eophi dan hanya mengetahui info tentang Eophi karena dia menguping. Sementara suara wanita itu seolah sejak awal telah mengetahui sejarah bangsa Myrd serta dirinya.

Apakah Eophi telah salah sangka? Bila pemuda kribo itu punya kemampuan mengubah suara menjadi suara wanita, maka mungkin saja--

Tunggu. Tapi apa jaminan bahwa dugaan Eophi ini muncul karena fakta yang ada, bukan karena Eophi secara tak sadar memang sengaja telah menginginkan Si Kribo sebagai pelakunya?

Eophi berdebar. Kenapa dia malah memikirkan macam-macam dan berbagai kemungkinan? Dia tak pernah seperti itu sebelumnya

Apakah pertemuan singkatnya dengan pemuda kribo tersebut telah membuatnya ingin mengadopsi cara berpikir rumit seperti itu? Bila iya, maka sungguh memusingkan.

Ataukah dia mulai mencoba melihat kemungkinan baru, karena sebagian dirinya merasa bersalah karena telah menumbangkan pemuda kribo tersebut...yang belum tentu bersalah?

Eophi menghela napas, berpikir tentang probabilitas dan skenario telah membuat kepalanya penuh sesak dan mual. Sepertinya menjalankan tugas dari suara wanita itu, lebih nyaman. Dia tak perlu berpikir panjang, cukup mencari kristal saja.

Ya. Begitu. Lebih mudah bagi Eophi untuk mencari kristal. Masalah dia akan dibantu atau ditipu, itu urusan belakangan. Yang penting tidak repot. Itu saja.


---


Dengan satu perintah, "Ayo White, kita terbang mencari kristal !"" maka sebuah kasur (dinamai White) muncul entah dari mana lalu membawa terbang Eophi. Objek itu terus melaju dengan energi sihir Eophi sebagai pendorong. Kasur tersebut terbang bebas bagai diatur dengan remot kontrol. Ukurannya yang cukup untuk dua orang dewasa, tak menghalangi ranjang itu untuk menyelinap di antara celah-celah sempit dan berbelok dengan pantulan yang jenaka.

Selain tidur, tentunya yang paling Eophi sukai adalah terbang bebas. Sayang koridor-koridor ini terlalu sempit. Bila saja dia dapat segera keluar dari tempat ini, menghirup udara malam yang sejuk sambil bersantai di atas kasurnya tentu merupakan kenikmatan hidup yang luar biasa.

"Tapi harus selesaikan tugas dulu ya. Menemukan kristal,  mengendalikan benteng," gumamnya pelan bahkan sendu, "Setelah ini...aku bisa tidur, istirahat...dan...aku bisa bersama dengan Minerva..."

Konon, hanya insan berhati murni yang dapat menaiki kasur terbang milik si rambut hijau. Walaupun banyak juga kalangan Myrd yang beranggapan, bahwa pernyataan itu hanya propaganda semata dari Eophi untuk memikat janda-janda kembang. Salah satunya mungkin bernama Minerva, entahlah.

Dan berbicara tentang janda...


---


Eophi menaiki kasur terbangnya melewati empat kabin panjamg berurutan, sampai akhirnya tiba di sebuah aula besar yang nampaknya merupakan balai untuk pelatihan formasi militer.

Namun di sana, dia melihat belasan robot berbentuk ular sedang menyerbu seseorang. Ular-ular mekanik itu membelit lengan dan kaki orang tersebut dengan ganasnya, padahal lilitan besi itu bisa saja meremukkan tulang.  

Sementara sosok tubuh itu memakai baju longgar dan penutup kepala. Bukan sekedar penutup kepala. Itu adalah kerudung, kain yang dipakai oleh kaum wanita tertentu untuk menjaga rambut serta lekuk tubuhnya agar tak sembarang terlihat oleh orang lain.

"Seorang biarawati..?" Eophi penasaran dibuatnya, karena perempuan berkerudung itu memiliki satu hal yang tak biasa. Sebelah lengannya adalah lengan bionik.

"Lengan robot..." Eophi terdiam saat perempuan itu melancarkan sederetan tinju dengan kecepatan mencengangkan dan sukses mementalkan ular-ular besi dari tubuhnya hingga menjauh. Eophi mencoba memanggil, "Hei..."

"Ya?"

Perempuan itu menoleh pada sang Myrd, dan Eophi mengira dirinya sedang ditatap oleh sekuntum bunga. Wajah wanita itu tirus sempurna, bulu matanya lentik, senyumnya merekah segar seperti buah ceri.

Bagaikan bunga semerbak. Ya, Eophi sedang berhadapan dengan sekuntum Mawar.


---


5
Curhat


"Jadi, Bu Mawar sedang mencari murid-murid Ibu?"

Wanita itu adalah Kusumawardani, seorang guru dari Desa Sukatarung. Dia ke sini untuk mencari murid-muridnya yang hilang. Pencariannya berujung pada keberadaan sebuah turnamen yang menyediakan hadiah berupa terkabulnya keinginan sang pemenang. Sebuah turnamen di dunia asing bernama Sol Shefra.

"Iya. Tadinya demikian, Dik Eophi," sahut Bu Mawar dengan nada suara keibuan, "Namun ternyata, harapan Ibu hanya tinggal harapan."

Eophi yang  diam-diam menikmati dipanggil "Dik" kendati sudah berusia empat abad itu, segera menyahut, "Apa maksud Ibu?"

Wanita berparas ayu itu terdiam sejenak, kemudian menarik napas.

"Semua murid Ibu meninggal di sini, Dik Eophi. Mereka dijadikan bahan eksperimen yang sadis. Organ mereka dibedah dan disatukan dengan robot petarung bernama Renggo, untuk memproduksi massal unit-unit klon robot pembunuh ..sampai mereka menemui ajal."

Jantung pemuda Myrd tersebut seakan berhenti. Wanita ini kehilangan murid-muridnya karena sebuah insiden mengerikan di Sol Shefra. Eophi melihat bahu perempuan tersebut bergetar di balik kerudungnya, tanda tangis yang tertahan. Namun dia tak berani menatap wajah Bu Mawar.

"Saya tak lagi memiliki arah tujuan di dunia ini...saya tersesat dan tak tahu cara untuk pulang. Namun jika pulang sekalipun, apa yang menunggu saya? Murid-murid berikutnya?"

Ada sebuah kharisma pada wajah guru itu, namun juga kerapuhan seorang wanita yang ditinggalkan.

Bu Mawar mendesah sendu, "Saya tak dapat melepaskan kenangan atas murid-murid saya yang telah dibunuh tanpa perikemanusiaan. Namun kemudian, di tempat ini...saya menemukan tujuan baru."

"...Apa itu?"

Bu Mawar mengeluarkan sesuatu. Sebuah kristal kusam berbentuk prisma, "Kristal ajaib ini."

"Kristal itu...dapat mengendalikan benteng..?" Eophi mulai menyadari  bahwa perempuan ini adalah sosok yang dimaksudkan dalam instruksi wanita misterius yang mengendalikan kawanan anjing robot, "Kau adalah...sang penjaga kristal di tempat ini?"

Bu Mawar mengangguk cepat, "Tadinya aku  merupakan peserta turnamen ini. Namun sejak murid-muridku diubah menjadi klon cyborg tak berakal...aku tak ingin bertarung lagi."

Bu Mawar menatap kristal itu.

"Tapi kemudian, penguasa Sol Shefra mengatakan padaku tentang sebuah benteng perang super bernama Proto Merkavah, benteng bergerak yang hanya dapat ditundukkan oleh sihir cahaya.Aku mendapat tugas ini darinya, untuk menjaga kristal pengendali benteng ini sampai saatnya tiba."

Eophi menebak lanjutannya, "Sampai nanti, akan datang orang yang sanggup menyalakannya...?"

"Benar," ibu guru itu mengiyakan seraya menatap Eophi dalam-dalam, "Seorang Myrd berambut hijau yang memiliki medium sihir cahaya berupa peralatan tidur, dia adalah Myrd dengan bakat sihir cahaya paling tinggi yang pernah ada. Bila orang dalam cerita itu tiba, dia pasti akan membantuku dengan benteng perangnya."

Eophi pun maklum, bahwa Bu Mawar pasti mengetahui identitas orang di hadapannya, yang memiliki semua ciri yang baru saja disebutkan. Namun Bu Mawar enggan meminta bantuannya secara langsung, entah kenapa.

 Mungkin karena...ini akan menjadi tugas yang sama sekali tidak mudah. Bahkan dapat mengancam nyawa.

Maka Eophi takut menjawab. Dia takut jatuh dalam belas kasihan - atau bahkan cinta -  bila wajah merona itu  sering-sering tertangkap oleh matanya.

"Ibu ingin mengendalikan benteng ini...untuk apa?" tanya Eophi pada akhirnya. Bu Mawar menunjukkan lengan bioniknya yang kontras dengan posturnya yang feminin, " Renggo telah membuat pabrik klon dengan menggunakan jasad murid-murid saya. Saya telah mengalahkan Renggo dalam pertarungan dan mengambil sebelah tangannya,  untuk menggantikan tangan saya yang putus.."

Eophi tertegun. Apakah guru ini memiliki ilmu bela diri, sehingga dapat mengalahkan sebuah robot petarung?

"Sayangnya, semua perbuatan kejam Renggo itu hanya perintah."

Eophi menyimpulkan, "Jadi, Ibu ingin bantuanku dan benteng perang ini...untuk mengalahkan seseorang yang memerintahkan Renggo melakukan semua kejahatan biadab itu?"

"Ya," pungkas Bu Mawar dengan sorot mata yang berubah saat menyebutkan identitas orang itu. Sorot mata perempuan tersebut penuh kilatan rasa benci,

"Seorang pemuda berambut keriting. Seorang ahli teknologi bernama Fatanir."

---


Tangan Eophi mengepal kuat. Pemuda kribo? Ahli teknologi? Bukankah itu secara kebetulan, sangat mirip dengan pemuda kribo ahli menembak yang beberapa saat lalu dia temui? Jika benar pemuda itu yang melakukan kejahatan bahkan membunuh semua murid Bu Mawar,

Eophi telah melakukan kesalahan karena hanya telah membuatnya pingsan dan cacat. Mestinya dia tak ragu untuk membunuh Si Kribo itu menggunakan Jibriel.

"Apa yang Dik Eophi pikirkan?" suara lembut Bu Mawar membuyarkan lamunan Eophi. Pemuda Myrd itu menggeleng, "Ngg--tidak apa-apa, Bu. Aku sudah memutuskan, bahwa aku akan memberikan kendali benteng ini untuk Bu Mawar."

"Memberi...?" wajah Bu Mawar seperti terperangah dan tersipu, "Itu...tidak mungkin. Benteng hanya akan tunduk pada penguasa sihir cahaya. Bagaimana caranya?"

Eophi tersenyum perlahan, "Sihir cahaya tertinggi ada dua. Yang pertama adalah Jibriel, cahaya yang berfungsi sebagai pelindung dan pemusnah." kemudian dia menyentuh kristal di tangan Bu Mawar, memusatkan konsentrasi dan energinya. Perlahan, sihir cahaya berpijar lembut dari telapak tangannya dan seperti melingkupi kristal tersebut.

"Yang kedua adalah... Mikhael!"

Kristal itu kini menyala hijau terang. Bu Mawar merasakan sesuatu sensasi kesemutan mengalir dari kristal itu ke dalam dirinya. Sementara tubuh Eophi berkeringat dingin, dan napasnya memburu cepat seperti baru saja berlari.

"Mikhael...dapat merasuki suatu benda, lalu...memindahkan kekuasaan atau kepemilikan atas benda itu...pada orang lain..."

Perempuan di hadapan Eophi melangkah mendekat. Eophi melihatnya menunduk dan menggigit bibirnya sendiri, "Maafkan aku...Dik Eophi tak harus melakukan itu..."

"Jika aku dapat mengurangi kesedihan Ibu...meski hanya sedikit..." si rambut hijau tersenyum salah tingkah, "Aku akan melakukan apa yang aku bisa--oohhhkk!!"

Sebuah belati menembus dada Eophi.

Pemuda Myrd itu membelalak. Karena belati itu ada dalam genggaman lengan bionik Bu Mawar.


---


6
Kembaran Sihir


Perempuan itu mengangkat wajahnya. Kedua matanya basah dan suaranya bergetar, "Saya...berterimakasih, Dik Eophi..."

Bu Mawar, mengkhianatinya?

Ya. Bu Mawar memanfaatkan Eophi untuk mendapatkan kepemilikan atas kristal pengendali Proto Merkavah. Tubuh Eophi pun bergetar.

Bukan bergetar karena emosi atau sejenisnya. Namun Bu Mawar melihat tubuh Eophi bergetar. Seperti beriak, seperti air.

Kemudian Bu Mawar baru menyadari. Belati yang dipegangnya, yang mestinya tengah tertanam di jantung Eophi, terasa hanya menggantung di udara.

"Ternyata..." Eophi masih membelalak,

"Fata mengatakan hal yang benar..."

Kemudian tubuh Myrd itu, memudar menjadi keping-keping cahaya.

Mawar tersentak kaget dan mencari-cari, "Apa itu!? Kenapa tubuh Eophi--"

"Saya di sini, Bu Mawar." Seorang pemuda berambut hijau muncul dari pintu timur. Wajahnya kelelahan, sama seperti wajah "Eophi" yang ditikamnya tadi.

"Parah lah si Yopi mah," seorang pemuda kribo muncul di samping Eophi, "Kamu beneran pake Mikhael buat ngasih hak milik ke Mbak Mawar, kan?"

"Betul, Fata. Untuk memastikan rasa percaya Bu Mawar terhadapku, seperti yang kau sarankan," Eophi menepuk bahu Fata, "Memang memiliki resiko besar, karena kini Bu Mawar adalah pemilik permanen benteng bergerak ini. Tapi...kau bilang bahwa kau bisa menanganinya, bukan?"

Fata menjawabnya dengan nyengir kuda,"Insya Alloh ada jalan."

Bu Mawar tersentak melihat pemandangan itu, "Kau...Fatanir..."

"Hai, Mbak," sahut Fata sambil menghela napas, "Rupanya beneran kamu ya."


---


Perlahan, Fata membuka matanya. Kedua tungkainya remuk dari paha ke bawah, rasa sakit yang tak terkatakan itu nyaris membuatnya kembali pingsan.

Seluruh tubuhnya terasa bagai hewan ternak yang sekarat. Dia menjerit-jerit seperti ayam diinjak berkali-kali, "Aaaaahh! Aaaaaaah!"

Di sana ada Eophi. Spesies Myrd itu menatapnya dengan sorot mata yang dia kenal. Yaitu kebimbangan. Namun pemuda kribo yang ada di ambang kematian itu, tak peduli. Dia hanya ingat bahwa Teknopathia miliknya tak bekerja saat dia mencoba berkomunikasi dengan sejumlah senjata dan mesin dalam benteng ini.

Namun dia juga ingat koordinasi gerakan tubuhnya sendiri yang penuh presisi, bahkan sampai sanggup membelokkan arah bola api HeL menggunakan peluru miliknya.

Itu adalah kemampuan Tekno-Eksekusi, bagian dari Teknopathia yang membuat setiap sel tubuhnya mampu mengoperasikan mesin apa pun dengan tingkat kemahiran maksimal.

Maka kesimpulannya dia bukannya kehilangan seluruh Teknopathia. Karena Tekno-Eksekusi bermula sejak penyatuan jasadnya dengan sebuah sirkuit neo-sibernetik.

"Ashura!"

[Menunggu perintah, Fatanir.]

"Analisis kerusakan tubuhku, lalu perbaiki mulai dari sistem saraf pusat!"

[Perintah diterima.]

Eophi melihat seluruh prosesnya tanpa berkomentar. Gerigi emas di ulu hati Fata mulai berputar secara mekanik, menyusun tabung-tabung lab yang mengkloning jaringan tulang serta otot yang baru dari sisa-sisa tungkai Si Kribo yang berantakan. Kemudian, lengan-lengan robotik berujung mata bor serta pisau bedah terbentuk dari gir emas tersebut.

"Inisiasi!"

[Perintah diterima.]

Fata memulai prosedur bedah pada dirinya sendiri. Dia memindai bagian tungkainya yang rusak, memilahnya menjadi sejumlah kategori, memetakan arahan bagi Ashura untuk melakukan langkah rekonstruksi operatif.

"Ashura! Kenapa sekarang kamu nggak ngebenerin badanku otomatis kayak pas ngegantiin jantung aku tempo hari?" Si Kribo bertanya penasaran.

[Saat jantungmu pecah terkena serangan musuh bernama Strata Munchilla, aku otomatis melakukan penggantian jantung dengan menyatukan diriku dengan struktur tubuhmu. Karena kau sejak dulu telah memprogramku untuk melindungimu.]

Pembedahan saja tidak cukup. Tabung-tabung lab di sejumlah lengan robotik miliknya, mulai membiakkan stem cell dan memasukkannya ke masing-masing organ penyokong yang rusak. Stem cell itu berganda dengan cepat dalam tubuh Fata, menyusun tempurung lutut serta daging paha yang baru.

"Terus? Apa bedanya sama sekarang? Kenapa sekarang kamu mesti nunggu perintah langsung dariku dulu supaya kamu bisa ngejawab? Supaya kamu bisa ngapa-ngapain?!"

[Karena sebelumnya, aku adalah kecerdasan buatan yang dapat bertindak mandiri karena program darimu. Namun saat aku menyatu denganmu, kemampuan programku dalam membuat keputusan, telah diambil alih langsung oleh kendali neural otakmu sendiri.]

"Ah. Jadi kamu itu skarang mah itungannya udah beneran jadi anggota badanku gitu yak." Fata berceloteh saat dia mulai paham, "Ini mah jadinya ada minusnya juga dung, kalo sebelumnya kamu bisa mikir juga bantuin aku, sekarang aku yang mesti mikirin semua manuver sama komputasi sekaligus."

[Tepat.]

Sepanjang proses perbaikan, wajah Fata penuh keringat dingin. Bagaimana tidak, ini sama saja dengan kedua tungkainya sedang dicacah, digergaji, dibakar dan dilumatkan, semua tanpa obat bius.

Bahkan tidak menjadi gila pun, sudah merupakan keajaiban baginya. Tapi tidak. Pemuda itu takkan menjadi gila, karena dia harus bertahan. Karena dia harus mengkoordinasikan sirkuit Ashura untuk memulihkan dirinya.

[Melakukan pelelehan neuron disfungsional serta aktivasi koordinat pematangan stem cell.]

Darah bersemburan di mana-mana, mengalir di pori-pori Fata bagai air terjun merah, seiring putaran mesin bedah yang berfrekuensi tinggi dan menyakitkan telinga. Tapi meski berulang kali urat nadinya dipotong serta disambung, meski urat sarafnya berteriak ketika dicairkan serta dikoyak paksa oleh pisau-pisau robotik guna disambungkan dengan organ baru,

Eophi menyaksikan itu. Bahwa sejak dimulainya operasi dan penggantian organ ini, tak ada sedikit pun erangan sakit keluar dari mulut Si Kribo. Dia hanya menatap Eophi lekat-lekat, sangat jelas menahan sakit, namun juga merendahkan.

"Kau..." tak disadari oleh Eophi, bahwa airmatanya sendiri telah mengalir tanpa henti, bertetesan memenuhi wajahnya, "Apakah tidak...sakit...?"

"Bukan urusanlu, Eceng Gondok. Kalo lu bukan banci...bagusnya lu abisin gue sekarang mumpung gue masih proses pemulihan gini. Asik kan?" tatapan itu berubah liar. Fata menantang Eophi untuk membunuhnya sekarang juga.

Tapi sang Myrd tidak berani.

Tentu saja tidak berani. Menyakiti atau membunuh makhluk lain tanpa alasan yang kuat, merupakan perbuatan tak terampuni bagi bangsa Myrd. Dan Eophi membuat Fata jatuh dalam kondisi cacat tadi semata-mata karena emosi, bahkan tanpa menimbang apakah Fata memang merupakan pihak yang bersalah atau bukan.

"Maafkan...aku..."

Dan keraguan ini, tampak jelas oleh Fata. Si Kribo itu berkata pada akhirnya, "Apa yang gue coba bilang dari tadi, mulai kerasa logis di pikiran lu, kan?"

Eophi memejamkan mata oleh rasa bersalah. Dia tak sanggup menatap pemuda kribo itu, yang nyaris saja dibunuhnya.

"Ya.. " Eophi mengangguk pelan tanpa berani menatap wajah Fata, "Aku...bersalah padamu..."

Setelah beberapa lama, kedua tungkai Si Kribo kembali pulih. Semua perangkat operasi robotiknya terurai ke dalam roda gigi emas Ashura.

"Yaudah, gapapa. Mau bantu gue ngehadapin si cewek itu nggak?"


---


Fata menjelaskan. Siapapun pemilik suara itu, dia tahu apa hal yang paling diprioritaskan Eophi. Yaitu kenyamanan, kemudahan. Sehingga dia menggunakan janji bahwa pemuda itu tak perlu bertarung. Berarti memang masih ada kemungkinan bahwa pemilik suara itu adalah penyelenggara turnamen.

Tambahan lagi, pemilik suara itu mengetahui cara memanfaatkan Eophi. Maka Si Kribo menebak bahwa "wanita itu" akan memerintahkan seseorang untuk berperan sebagai penjaga kristal. Untuk menyesuaikan alur dengan informasi yang telah diberikannya pada Eophi.

Kemungkinan, orang itu akan menceritakan sejenis kisah masa lalu yang pahit untuk menarik simpati sang Myrd berambut hijau, lalu menutupnya dengan penawaran sekaligus permintaan tolong kepada Eophi, untuk menyalurkan sihir cahaya Myrd pada kristal itu.

Sebuah umpan yang tak dapat Eophi tolak.

Namun Fata sanggup mendeteksinya, menjaga kemampuan analisisnya tetap jernih. Maka dia berhasil menebak sekian langkah ke depan, lalu menyusun taktik balasan. Bila memang ada aktor untuk memerankan orang yang butuh pertolongan, Fata menyarankan Eophi untuk menuruti saja apa maunya.

Termasuk menyalakan kristal itu. Bahkan Fata bertanya, apakah Eophi memiliki kemampuan untuk memberikan kendali benteng itu pada orang lain. Eophi menjawab bahwa dia memang memilikinya, yaitu Mikhael.

Maka Fata meminta Eophi menyerahkan kendali benteng pada sang aktor yang kemungkinan akan mereka temui. Eophi tak setuju, tapi Si Kribo memaksa. Karena meski beresiko tinggi, meski tindakan ini akan membuat lawan menjadi jauh lebih kuat, namun ini juga akan memicu lawan untuk lengah.

Dan Si Kribo jeli dalam mengeksploitasi kelengahan.

Kemudian, Eophi pun memberi saran pada Fata. Sang Myrd mampu mengerahkan sihir cahaya untuk membuat duplikat dirinya. Karena duplikat ini adalah terbuat dari cahaya sihir, Eophi dapat mentransfer sihir Mikhael ke dalam duplikat tersebut.

Memang menguras tenaga, namun mengirim duplikat cahaya merupakan jalan yang lebih aman. Karena Eophi dam Si Kribo belum tahu apakah si pemilik suara wanita, akan membunuh Eophi atau tidak.

Namun bila memang tebakan Fata tentang semua kemungkinan ini menjadi kenyataan, berarti telah terjadi sesuatu di babak ini yang menyebabkan penyelenggara turut campur tentang siapa yang dirancang untuk menang.

Dan yang disudutkan, jelas adalah Si Kribo.

Karena kemungkinan besar pula, hanya penyelenggara turnamenlah yang sampai memiliki kuasa untuk membatasi kemampuan peserta, dalam hal ini membatasi pemahaman Teknopathia Fata atas teknologi benteng bergerak ini.

Hingga berdasarkan data sejauh ini bahwa dirinya adalah satu-satunya pihak yang dirugikan serta dibatasi secara aplikasi kemampuan, Fata sampai pada dua kesimpulan.

Bahwa penyelenggara turnamen, tak menginginkan keberadaannya di Sol Shefra.

Bahwa penyelenggara turnamen, atau pemilik suara wanita itu, atau "aktor" yang diperintahnya untuk berperan sebagai penjaga kristal, atau kesemuanya--

--Adalah sosok yang Fata kenal.


---

7
Serangan Awal Proto Merkavah


"Jadi, cerita Bu Mawar, bahwa kau adalah dalang yang memerintah Renggo membuat klon-klon dengan membunuh murid Bu Mawar itu..."

"Pepesan kosong aje, lha," cengir Fata, "Ngapain bunuh anak kecil buat bikin klon. Bikin klon fisik tu gampang, dari satu sel juga bisa, gak perlu bunuh anak kecil segala. Ngibul ah."

Bu Mawar pun sulit berkata-kata, cerita bohongnya dibongkar dengan sangat mudah oleh anak muda ini.

"Aku sempet nggak percaya si, bakal ketemu Mbak Mawar di tempat ini," Si Kribo garuk-garuk kepala melihat perempuan berkerudung  hadapannya itu. Kemudian Fata menatap Bu Mawar lekat-lekat, sorot matanya berubah miris.

Seolah pemuda itu sedang menyesali sesuatu.

"Fata...nir...!!" melihat anak muda itu, raut wajah Bu Mawar berubah, seperti menjadi tanpa ekspresi. Kemudian berubah lagi. Rahang perempuan itu mengeras, wajah ayunya seperti memucat kehilangan darah. Mungkin tak benar-benar menjadi pucat, namun sorot matanyalah yang membuatnya demikian.

Sorot mata itu benar-benar berbeda dari yang sebelumnya disaksikan oleh Eophi. Tatapan wanita itu, kini serupa dengan ular betina siap melahap mangsa. Dia berdesis, "Kamu sengaja mengumpankan Dik Eophi untuk memberikan sihir cahayanya? Untuk memberikan hak milik kristal ini pada saya?"

"Berarti," Fata sengaja tak mempedulikan Bu Mawar dan malah mengangguk pada Eophi, "Mbak Mawar ini aktornya. Kita kalahin dia, baru kita bisa tau siapa cewek yang ngendaliin robot-robot anjing itu. Lu masi kuat ngeluarin Jibriel nggak?"

Si rambut hijau mengiyakan,"Sulit, tapi akan kucoba. Tapi...kenapa kau tiba-tiba menanyakan tentang Jibriel, Fata?"

"Tuh liat ae tuh," Si Kribo mengedikkan kepala ke seberang ruangan.

Di sana, Bu Mawar menggenggam kristal pengendali benteng erat-erat seraya memberi perintah, "Proto Merkavah! Jika saya memiliki hak atas dirimu, maka musnahkanlah dua manusia penyusup ini tanpa sisa, dengan segala kekuatan yang kau miliki!"

Kristal di genggaman sang guru pun menyala terang, kemudian seperti beresonansi dengan seluruh interior benteng besi.

[Komando dari Kusumawardani, S.Pd., dilaksanakan.]

[Memulai seluruh mekanisme militeristik. Target terminasi: Eophi Rasaya, Fatanir.]

Dan Eophi menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, bahwa semua laras senjata canggih sepanjang dinding aula, terkokang otomatis lalu mengarah ke mereka berdua. Peluncur rudal, senapan mesin, turret bercabang tiga, sampai meriam sonik.

"Haa...merepotkan sekali," Eophi menggeleng-geleng lesu, namun kemudian mengerahkan sihir cahayanya membentuk pagar sihir pertahanan, "Pillow Fight!"


---


Karena suatu sebab yang belum diketahui, Fata tak dapat membaca informasi dari mesin-mesin di tempat ini. Namun ketika Si Kribo merampas senapan punggung salah satu unit anjing robot K-9 lalu memodifikasinya secara manual, ternyata sistem senjata itu sangat mudah dipahami dan dapat Fata utak-atik seenaknya.

Yang berarti, teknologi di tempat ini tidaklah sulit untuk Fata pahami secara ilmu pengetahuan. Hanya saja pemuda kribo itu tak bisa berkomunikasi dengan kesadaran terdalam mereka, seperti yang biasa dia lakukan.

Maka, Fata mengatakan pada Eophi,

"Lu yang hadapin unit-unit senjata Proto Merkavah ya."

Eophi berseru tertahan, "Menghadapi?! Aku harus menghadapi senjata dan robot pembunuh yang aktif secara otomatis? Sendirian!? "

"Lu kan punya Jibriel."

"Kau juga memiliki Ashura!"

"Justru karena itu gue mau ngambil alih sistem Proto Merkavah ini. Gue mesti bikin kode tiga dimensi buat ngelepas hierarki komando kristal itu, dan mindahin kepemilikan Proto Merkavah ke gue sendiri. Rada mayan susah juga."

Eophi perlahan sadar, "Kau ingin aku...mengulur waktu...sampai kau berhasil mengambil alih kepemilikan Proto Merkavah...?"

Fata tahu, pertanyaan konfirmasi itu adalah tanda halus bahwa sang Myrd sudah pasrah dan akan melakukan instruksi Si Kribo itu. Spesies Myrd memang aneh, pikir Fata. Atas dasar rasa bersalahnya tadi karena nyaris membunuh Fata, Eophi seakan rela disuruh apa saja olehnya. Sehalus itukah perasaan seluruh bangsa Myrd? Seterhormat itukah?

Senaif itukah?

Fata menghela napas dengan berat, melihat seseorang siap mengorbankan diri untuk kepentingannya.

"Ati-ati."


---


Si Kribo mengamati sekelilingnya dan memutuskan,"Ashura. Observasi!"

Meski tak terlihat karena tertutup kemejanya, sebuah roda gigi keemasan di dalam mulai berputar dengan derakan logam namun juga canggih.

Dum. bergetar halus. Dum. Ritme yang bergema ini seperti suara jantung.  Atau--

"Suara...langkah kaki?" Fata melongo saat menerima hasil pemindaian audiovisual dari Ashura. Itu memang suara langkah kaki, namun makhluk apa yang langkah kakinya dapat terdengar dari jarak puluhan mil begini?

Mendadak dinding aula bergeser ke atas dengan dengungan berat. Angin malam segera berhembus dingin pada kulit, menandakan bahwa ruangan besar tersebut kini telah langsung berhubungan dengan dunia luar.

Fata melihat sebuah lapangan luas di depannya, dan segera berlari ke tepian lapangan itu. Jauh di bawah kakinya, serangkaian batang besi saling menimpa, melengkapi pergerakan satu sama lain. Sangat besar ukuran batang-batang besi itu, menimbulkan gesekan antar logam yang menyakitkan telinga. Saat diperhatikan, semua batang besi itu tersusun rapi dan bercabang di bagian paling bawahnya seperti tiang fondasi bersendi.

Tapi Si Kribo menyadari saat melihat sebuah lagi konstruksi besar serupa jauh di ujung barat, mendebam ke bumi. Bergantian debamnya dengan struktur yang sebuah lagi, namun juga berpangkal dari dataran logam yang sedang dipijak olehnya.

Sepasang gedung yang terus bergerak bergantian, untuk menyangga sebuah istana besi di tengah-tengahnya...

[Memuat hasil observasi pemindaian terrain ke area memori fungsional otak besar Fatanir.]

Bersamaan dengan timbulnya gambaran sketsa tiga dimensi di dalam benaknya sendiri, tubuh Si Kribo terpelanting ke lantai oleh guncangan kesekian dari dataran itu. Namun ketika berusaha bangun, matanya membelalak penuh rasa panik namun juga takjub atas hasil pemindaian.

Benteng ini bukan sekedar bergerak. Istilah itu tidak tepat. Benteng ini sedang melangkah.

Berarti, mengendalikan benteng ini, bukan hanya mengendalikan sederetan senapan otomatis canggih sepanjang dinding setiap koridornya. Tapi jauh melebihi itu.

"Etdah etdah! Yang bener nih yang bener!" maki si Kribo panik saat dataran yang dipijaknya mendadak miring dan terbagi-bagi menjadi puluhan panel reaktor daya nitrogen, memaksanya berlari sambil berpegangan ke sejumlah undakan besi agar tetap bisa mencari jalan keluar,

"Benteng ini...aslinya adalah...unit robotik automaton raksasa!?"


---

8
Masa Kecil Fatanir


Pada saat masa kecil dulu, potensi kecerdasan teknologi Fata telah ditingkatkan secara drastis oleh seorang wanita. Akibatnya, Si Kribo Kecil mendapat kemampuan untuk membuat sebuah mesin super mutakhir bernama Ashura, yang sanggup mematerialisasikan perangkat yang dibutuhkannya tanpa membutuhkan suku cadang sama sekali

Kemudian dari titik itu, kecerdasan Fata menyusut. Bila ledakan potensi Teknopathia Si Kribo Kecil saat membuat Ashura adalah serupa air yang membentuk gelombang pasang, maka kemudian otak Fata adalah mangkuk kecil yang tentunya tak mampu menanggung semua kecerdasan itu di dalamnya.

Maka luberlah potensi itu sehingga tak lagi ada di dalam dirinya. Walaupun selayaknya mangkuk pula, otak Fata masih mampu menampung sejumlah kecil kecerdasan teknologi yang tersisa, berupa konsep-konsep ide, metode manufaktur dan energetika yang masih dapat dimengerti oleh manusia.

Maka sejak saat itu, Fata Kecil mulai berbicara dengan mesin-mesin. Tak berapa lama setelah itu, dia dipungut dan dimasukkan dalam panti asuhan. Namun dalam kesehariannya, dia bermain badminton dengan sebuah kompor. Dia mengajak sebuah kipas angin berjalan-jalan dan bercakap-cakap dengan kipas itu seolah berteman dengannya.

Dan akibatnya, dia dikucilkan oleh teman-teman panti asuhannya.

"Sepertinya kau ini lahir bukan dari perut ibumu ya, tapi dari toko besi."

"Hahahaha!"

"Pantas saja yang dia bicarakan tak jauh dari mesin dan robot. Soalnya, dia emang sederajat sama kaleng bekas!"

"Kenapa kamu tidak keluar saja dari panti ini, Fata? Kamu kan bukan manusia, tapi rongsokan."

"Hahahaha!"

Semakin lama, kata-kata mereka semakin tajam. Tak ada yang menduga bahwa sejumlah anak-anak dengan kisaran usia delapan sampai tiga belas tahun akan tega berkata seperti itu. Namun itulah manusia, yang kata-katanya berbisa bahkan tanpa mereka sadari.

Bocah kribo itu terdiam. Semakin diam. Hanya mesin-mesin di sekitarnya yang diam-diam berusaha menghiburnya, namun kata-kata hiburan itu ditelan oleh bunyi tertawa terbahak-bahak yang semakin melengking dari manusia-manusia di sekitarnya.

Karena Fata Kecil hanya diam, hinaan dari anak-anak panti lainnya semakin beringas.


---


Ini mengubah segalanya. Sebelumnya, Si Kribo mengira bahwa dia akan hanya menghadapi sederet senjata di aula besar serta koridor, robot-robot anjing, dan lainnya. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Skala kekuatan yang mengancam Fata, benar-benar di luar perkiraan.

Fata dan Eophi, nyatanya betul-betul harus menghadapi benteng itu sendiri. Dan satu lagi, Si Kribo baru menyadari.

Tentu saja Teknopathianya tak dapat mengakses komponen benteng ini. Jelas-jelas benteng ini dikunci aksesnya oleh Mikhael dan hanya akan mematuhi Mawar!

Maka, apa yang harus dilakukannya agar mampu lolos dari pertarungan ini?

Eophi telah mengatakan bahwa Mikhael memberi kendali permanen pada Mawar. Tentu saja, itu berarti dia harus melakukan hacking atau peretasan untuk merebut kendali software benteng.

Okie Dokie!

Dinding seluas seribu meter persegi yang barusan terangkat, mulai bertumpuk satu sama lain secara mekanik, menyusun sebuah cakar robotik seukuran rumah besar lengkap dengan jajaran peluru kendali sepanjang penampangnya.

[Target bombardir: Fatanir, Eophi Rasaya. Terminasi!]

Puluhan misil meluncur dari cakar robotik raksasa itu. Pijaran api yang tercipta dari ekor masing-masing misil menyala bagaikan hujan meteor. Dari kecepatan serta reaksi panas di udara yang ditimbulkan, Si Kribo bergidik ketika menyadari bahwa deretan misil itu memiliki daya ledak yang mampu meratakan sebuah kota dengan tanah!

Namun tak akan semudah itu membunuh Fata sekarang, terlebih kini ada seorang penyihir Myrd yang siap membantunya. Eophi segera merapal mantra khusus, menyusun dinding cahaya nyaris sepanjang diameter ruangan.

Maka bisa ditebak, hampir seluruh proyektil tersebut bertabrakan dengan dinding cahaya sihir, menciptakan ledakan bertalu-talu yang menggedor gendang telinga.

"Bongkrek!" getaran dahsyat membuat Si Kribo terpelanting, karena dirinya berlindung terlalu dekat di belakang dinding sihir milik Eophi. Giliran cakar robotik yang menabrak dinding itu dengan gedebum hebat.

Pertahanan mantra Myrdial memang tak diragukan lagi, namun Eophi juga merasakan tekanan sangat kuat dari cakar robotik itu. Tak ada jalan lain, sang Myrd terpaksa mengeluarkan sihir cahaya andalannya.

Sorot mata Eophi penuh konsentrasi. Dia tak mengerti mengapa seorang guru yang nampak begitu ramah dan penyayang pada semua makhluk, memiliki dendam yang begitu dalam pada pemuda keriting yang menjadi partner sementaranya.

Namun dia sadar, bahwa hidup dan mati merekalah yang dipertaruhkan di sini. Sehingga dia tak dapat main-main.

"Jibriel !!"

Sebentuk aura berkilau seperti tumbuh dari badan Eophi, membentuk sosok makhluk setinggi tak kurang dari dua puluh meter. Sayap makhluk itu terkembang, tangannya menggenggam pedang sihir yang terlihat begitu anggun sekaligus mematikan.

Napas Eophi tersengal-sengal saat dia berusaha bertahan akibat kehilangan energi sihir. Namun bagaimanapun, dia harus menyelesaikan ini.

"Majulah...Jibriel..."


---

Terdengar suara program dari arah Bu Mawar.

[ReSin RoseArm. Instalasi Copy-Paste System: Ralan, sempurna.]

Lengan bionik mengirimkan sejumlah program ke otak Bu Mawar, menduplikasi teknik dan kapasitas fisik dari salah satu petarung tangguh yang pernah dia hadapi.

"Heh..Sistem Ngupi dan Pastel? Bukannya itu--Yopi! Lindungin gue!" Fata awalnya penasaran namun langsung berteriak panik melihat ratusan panel reaktor nitrogen di sekitarnya membentuk selang raksasa yang bergerak kesana-kemari. Yang terbentuk paling akhir adalah ujung selang itu, yaitu meriam yang lubang moncongnya saja sanggup menampung beberapa ekor gajah sekaligus.

"Yopiiii!" jerit Fata dengan cakep. Tapi Eophi sedang sibuk, sangat sibuk. Myrd berambut hijau itu harus mempertahankan kestabilan spiritualnya. Karena dia sedang mengendalikan Jibriel, raksasa sihir yang sedang bertarung melawan cakar-cakar robotik seukuran rumah yang bermunculan tanpa henti.

Misil-misil meledak dan berbenturan dengan gelombang sihir dari pedang Jibriel, mengobrak-abrik lapisan lantai serta koridor benteng dengan bising memekakkan. Maka apa boleh buat, Fata harus menghadapi meriam raksasa ini sendiri.

Gurita ngangkang juga tau, gue bakal mampus kalo gini mulu!

Fata terpaksa menghentikan sejenak arus perintah terpusat di otaknya pada sirkuit neo-sibernetik, dan melakukan Tekno-Kreasi untuk menyusun sebuah prosesor mini dengan desain dan fungsi khusus.

Meriam plasma nitrogen, heh! Sok-sokan banget nih benteng.

Sesaat setelah prosesor mini itu diaktifkan, sebuah medan energi spesial lantas tercipta di sekeliling Si Kribo. Meriam berkilat itu menembakkan pilar plasma dingin raksasa. Dinding, lantai, menara pengawas dua ratus tombak di sisi Fata--semua objek yang tersapu oleh pilar plasma itu berubah menjadi tumpukan serbuk beku!

Plasma itu ngebekuin dan ngancurin ikatan antar partikel padat? Berarti benda apaan aja bakal berubah jadi serbuk dung kalo kena? Ngeri nyot!

Untunglah Si Kribo sudah mengantisipasi. Nyatanya, prosesor mini yang dirakitnya justru membuat medan energi yang mempercepat proses pemadatan plasma nitrogen. Akibatnya, pilar cahaya plasma yang berkontak dengan medan energi itu, justru berubah menjadi benda solid, yaitu pilar-pilar es raksasa yang terlontar kuat menuju Fata.

Dampaknya, memang pilar plasma itu dapat dia transformasikan menjadi es padat, sehingga tak lagi mampu memutuskan rantai partikel benda-benda yang berkontak dengannya. Namun tetap saja itu tak menghilangkan seluruh daya hancurnya. Memang dia tak lagi harus menghindari tembakan sinar plasma sebesar rumah,  tapi kini Si Kribo harus mati-matian menghindar agar tak tertimpa pilar-pilar es raksasa yang menghunjam pecah dinding serta lantai dengan kecepatan tinggi.

Emangnye ketiban batu es segede gaban gak bakal bikin mampos, ape. Tapi cuma fungsi gituan yang kebayang kalo jeda waktunya sempit gini, mo gimana lagi.

Pada suatu kesempatan, sebuah lempeng es menghantam tubuhnya dengan gedebum kencang. Si Kribo merasa setengah badannya akan tanggal akibat benturan itu. Tubuhnya pun menabrak dinding dan menggelosor tak berdaya.

Padahal saat itu dia sedang merumuskan sederet kode simbolik berbentuk prisma pada ruang imajiner dalam pusat konstruksi Ashura. Gerigi emas itu segera memprosesnya menjadi bahasa pemrograman super mutakhir, yang dirancang oleh Fata untuk menuntaskan pertarungan ini.

[Kode ini sengaja dibangun berupa prisma untuk menyerupai bangun kristal pengendali benteng itu, Fatanir?]

Kalo baru ngerti segitu doang, jangan banyak cingcong dah. Masih dua ratus layer lagi yang belum kamu rotasiin rumus integralnya.Cepet!

[Perintah diterima.]

Fata menatap Bu Mawar yang berdiri dalam posisi siap menyerang. Dan dia mendesah, tak dapat melepaskan diri dari masa lalu. Masa di mana Kusumawardani Kecil, bertemu dengan Fata Kecil.


---


Di tengah hari-hari yang penuh hinaan itu, Satu-satunya anak yang membela Fata adalah anak yang paling cantik di seluruh panti. Umurnya sebelas tahun, kulitnya paling bersih dan bulu matanya lentik. Rambutnya dikuncir kuda. Tapi dia bisa galak juga.

"Kalau kalian masih mengganggu Fata, nanti kukasih ini!" si cantik mengibas-ngibaskan sebuah tongkat rotan ke udara dengan deru kencang. Dengan itu, anak-anak lainnya pun takut.

Si cantik selalu memarahi anak-anak yang mengejek Si Kribo Kecil. Dia juga berusaha menghibur anak lelaki itu sebisanya, "Ayo Fata, kita jalan-jalan saja ke bendungan."

Fata diam-diam sangat berterima kasih pada si cantik, namun dia malu untuk berbicara padanya.

Bagaimanapun, si cantik tak menyerah. Dia terus berusaha mengajak Fata Kecil bermain. Sampai akhirnya, Fata semakin terbuka. Karena dia menemukan seorang manusia yang mau menjadi temannya.

Saat-saat favorit Fata Kecil adalah saat mereka bermain ayunan berdua, bersisian, dengan gemerisik rumput yang menyenangkan saat menyentuh telapak kaki.

"Kamu mau jadi apa kalau sudah besar nanti...Fata?"

"Aku mau jadi pesawat ulang-alik!"

" . . . "

Sementara jauh di depan sana, sebuah bendungan besar melengkung bersinar dan berbayang oleh permainan cahaya mentari sore yang sewarna jeruk matang.

"Kalo Mbak Mawar, mau jadi apa kalo udah gede?"

"Saya ingin...jadi guru..."

"Wogh! Mantep kece berarti!"

Ya, gadis yang beberapa tahun lebih tua dari Fata Kecil itu bernama Kusumawardani. Dia biasa dipanggil, Mawar.


---

Fata mencoba berjalan meski terhuyung-huyung. Dia tak rela menggunakan Ashura untuk menyembuhkan dirinya sendiri, karena semua kendali otaknya pada Ashura difokuskan untuk mengambil alih kepemilikan atas benteng sialan ini.

"Mau apa kau!" mendadak saja Bu Mawar telah berada di dekat Si Kribo. Dengan cepat dan bertenaga, perempuan berlengan bionik tu meninju perut Fata empat kali. Kekuatan setiap tinjunya lebih mirip dengan serudukan banteng dibanding pukulan seorang manusia.

Fata baru dapat mencerna bahwa kemampuan Bu Mawar untuk bertambah kuat ini, adalah karena lengan bionik yang menggandakan kemampuannya. Dan lengan itu, memakai sistem Ngupi dan Pastel yang Si Kribo ciptakan sendiri!

"Lengan ini...saya kembalikan padamu, Fatanir!"

"Uhkk!" Fata memuntahkan udara dari paru-paru dan lambungnya, dan belum lagi sempat bereaksi, dua buah tinju lagi telah bersarang di kepalanya, membuatnya tersungkur jatuh. Si Kribo segera berguling lalu mengacungkan magnum modifikasinya ke arah perut Bu Mawar.

Letusan mesiu menggema, melontarkan peluru kaliber besar dengan kecepatan suara. Namun ternyata sesaat sebelum peluru ditembakkan, sang guru sudah menghindar ke samping kemudian berputar dalam sebuah gerakan menyerang.

Bu Mawar melancarkan sebuah pukulan melengkung yang menggetarkan tengkorak Fata. Pandangan Si Kribo terguncang, objek-objek di sekelilingnya seperti berganda dan giginya patah empat. Sesaat kemudian, satu lagi kepalan tinju bionik meremukkan pinggang kanannya, tepat di daerah ginjal.

"Anjing kamu Mbak!" Fata sempat memaki meski darah mulai menggenangi rongga mulutnya sendiri. Ketika lengan bionik Bu Mawar meninju hancur ginjalnya, secara bersamaan Si Kribo menempelkan moncong pistol magnumnya tepat di daerah jantung Bu Mawar, dan menarik pelatuk tanpa ampun!

"Aaaahkk!" Bu mawar menjerit kesakitan, saat gerakannya tak cukup cepat untuk menghindar sempurna. Sebuah lubang berdiameter sepuluh sentimeter menguak jelas di daerah atas jantung wanita itu, tembus hingga punggungnya.

Gerakan sang guru langsung terhenti atas keadaan darurat mendadak ini. Darah kental mengucur deras dari pembuluh besar aorta, yang merupakan penyedia darah utama bagi seluruh tubuh Bu Mawar.

Namun pada momen itu pula, lengan bionik Bu Mawar mengeluarkan belati panjang dan menancapkannya dengan sadis di sisi leher Fata. Darah segar memercik deras ke sisa lantai, menandakan nadi karotis Si Kribo--

Bukan! Darah itu berasal dari lengan kanan Si Kribo. Pada saat yang kritis, Fata sempat melindungi lehernya dengan menghadang belati itu menggunakan lengan kanannya!

"Apa...!" Bu Mawar tak dapat mempercayainya, namun gerakannya terhambat sepersekian hitungan. Maka tanpa membuang waktu lagi, Fata berteriak sekuat tenaga,

"Kode: Nasi Gosong!"

Sekonyong-konyong lengan bionik Bu Mawar meledak dari dalam, seolah-olah ada yang menanam bom di dalam rangka lengan tersebut lalu meledakkannya saat itu juga.

"Aaaahh!! " Sang guru berkerudung memekik kesakitan ketika sambungan bahunya kembali terkoyak, terbakar ledakan api. Sebelah lengannya kini semata-mata merupakan kutungan cacat dengan bau daging meleleh.

Bu Mawar mendadak berdiri diam. Tubuh wanita itu seperti menggigil. Awalnya Si Kribo hendak melanjutkan serangan, namun dia membatalkannya, dan memilih mundur beberapa langkah ketika melihat sesuatu terjadi pada Bu Mawar.

Seluruh pakaian perempuan itu, mulai dari kerudung hingga rok panjang yang dikenakannya, berubah warna menjadi hitam. Hitam namun menyala, bagaikan api berkobar.

Si Kribo tak tahu bahwa dia telah memaksa Bu Mawar mengerahkan kekuatan terlarangnya. Kekuatan yang didapatnya di masa lalu, hanya untuk membunuh Fata.

Kekuatan Mawar Kegelapan.


---

9
Mawar Kegelapan


Suatu sore, anak-anak perempuan memanggilnya ke sebuah tanah lapang. Mawar menggenggam tangannya dan berkata, "Fata, saya mewakili anak-anak panti, minta maaf yah. Kita-kita, selama ini sudah jahat sama kamu."

Si Kribo Kecil masih diam saja. Mbak Mawar tidaklah jahat. Anak-anak lainnya itulah yang jahat.

"Kamu mau maafin kita kan?"

Tapi diam-diam, dia merasa lega. Mungkin anak-anak lainnya, akhirnya menyadari kesalahan mereka, dan meminta Mawar untuk mewakilkan permintaan maaf itu.

Ternyata anak-anak ini masih punya rasa bersalah.

"I...iya..." Fata Kecil menyahut.

Raut muka Mawar yang cantik itu langsung berubah. Sebelah alisnya terangkat dan mulutnya membentuk seringai mengejek.

"Ah? Baguslah."

Dengan sebuah tanda, anak-anak perempuan di samping si cantik, segera menyeret tubuh Fata Kecil ke tanah hingga terlentang, lalu melepas baju dan celana anak lelaki itu dengan paksa.

"Eh? Eh? Kalian mau apa?! Woi! Mffgg!" Si Kribo Kecil berontak dari posisi telentangnya di tanah, namun mendadak napasnya tersumbat. Ada apa ini? Apa Mawar sedang bercanda? Apa yang dia lakukan?

Mawar telah berdiri tegak dan menginjak wajah Fata Kecil. Kemudian dia melepas dan melempar rok panjangnya, memamerkan pahanya yang jenjang. Celana dalamnya tercetak jelas pada daerah selangkangan.

"Mb...!!"

Mawar memasukkan jari-jari kakinya secara paksa ke rongga mulut Fata,

"Manusia makannya nasi. Tapi kalau kamu itu makhluk aneh, tidak pantas makan nasi. Kamu makan tanah saja ini, di kaki saya nih." ujar Mawar sambil tertawa-tawa.

Teman-temannya membentuk pagar di sekeliling mereka, bertepuk sambil bersorak gembira, membentuk koor yang riuh dan berirama.

"Emut kaki! Emut kaki! Emut kaki!"

Ada apa ini? Apa yang Mawar lakukan? Apakah dia berbuat salah? Apakah selama ini, Mawar membencinya? Apakah selama ini, Mawar hanya berpura-pura menjadi sahabatnya?

Fata Kecil menangis. Kotoran kuku Mawar terasa begitu menjijikkan di mulutnya, jari-jari kaki anak perempuan itu menyodok-nyodok tenggorokannya dengan keras. Sementara wajah si cantik itu justru sedikit memerah saat menatap Fata Kecil, sorot matanya sayu dan napasnya terdengar bertambah cepat. Celana dalamnya kini tampak lembab dan lengket, padahal tadinya tidak.

Fata tak percaya. Anak perempuan bernama Mawar ini, anak perempuan yang dia kira merupakan sahabatnya ini, sedang mengalami kenikmatan seksual dengan memperlakukan dirinya demikian.

Sore itu adalah mimpi buruk bagi Fata. Si cantik dan teman-temannya menuangkan lumpur selokan ke sekujur badannya. Mereka memasukkan kepala Fata ke sarang semut merah, mengaitkan belasan peniti pada kulit batang kemaluannya.

"Mulai besok, kamu keluar dari panti yah, Fata." suara Mawar yang berbisa samar-samar terdengar di kupingnya, "Kalau kamu masih sama kita di sini, hanya akan membuat malu."

Mawar adalah anak yang paling berpengaruh di seluruh panti. Dia yang pertama kali menyuruh anak-anak lain untuk merendahkan kebiasaan Si Kribo Kecil berbicara dengan mesin.

Dia telah merencanakan perannya sebagai sosok penolong, agar bisa membuat Fata mengira bahwa ada orang yang mau menjadi temannya. Dengan demikian, pukulan mental yang diterima Fata menjadi sangat menyakitkan.

Karena Mawar memiliki kelainan jiwa, yaitu suka menyiksa laki-laki secara seksual. Dan dia sangat jijik dengan kebiasaan aneh Si Kribo Kecil, sehingga ingin memperbudak anak lelaki kribo itu. Hasrat yang tak masuk akal itulah satu-satunya alasan baginya memulai ini semua.

Pandangan Fata perih oleh gigitan semut-semut yang menggerogoti bola matanya. Namun juga perih oleh airmatanya sendiri.

Mereka...bukan manusia.

Bukan...mungkin, memang beginilah manusia.

Manusia-manusia ini--bukan,

Setan-setan ini.

Fata akan menghancurkan hidup mereka.


---

10
Tak lagi Berguna


"Fata..." terdengar suara ketiga. Eophi berjalan terseok-seok mendekati Fata dan Mawar yang masih berdiri kelelahan. Semua cakar robotik raksasa, komponen perang utama Proto Merkavah, telah dihancurkan oleh makhluk sihir cahaya terkuatnya, Jibriel.

Namun konsekuensinya, dia memaksakan tubuhnya melebihi batas kemampuan, hingga energinya menguap sama sekali. Jibriel terurai lenyap, dan Eophi tersungkur di dekat Fata.

"Bisakah...kupercayakan ini semua...padamu, Fata?" Eophi terbata-bata menatap Si Kribo, wajahnya membiru karena aliran darahnya berantakan.

"Ya." Sang Teknopath menempelkan laras pistol magnumnya pada pelipis bangsa Myrd tersebut.

"Apa yang--"

Fata menembak pecah kepala Eophi, tengkorak dan isi kepalanya terburai ke mana-mana.


---


Jelas-jelas tak diinginkan karena keanehannya, Fata keluar dari panti asuhan.

Namun dia tak melupakan. Dan dia hanya menunggu saat yang tepat. Karena saat itu, dia memiliki Ashura. Gir emas neo-sibernetik itu telah diprogramnya untuk memetakan sidik DNA semua anak penghuni panti.

Dan empat bulan kemudian, Fata kembali ke panti.

Dengan Ashura, dia menciptakan sebuah bom yang menampung berbagai strain virus mematikan. Si Kribo Kecil juga memasang sirkuit yang diciptakan khusus sehingga tak ada virus yang  dapat menginfeksi tubuhnya sendiri.

"Halo, anak-anak haram," ujar Fata saat menyalakan bom tersebut. Dalam tempo setengah menit, virus-virus yang tak dapat dideteksi oleh mata telanjang itu menjalar di pembuluh darah setiap anak panti.

"Aaaa! Aaaa! Aaaa!"

Berliter-liter air mulai menguap dari kulit mereka, membuat sejumlah organ vital mereka mengering secara drastis.

"Aa-aaa-a - a -- - "

 Tubuh-tubuh kecil itu berjatuhan ke lantai seperti sekawanan ayam. Mereka mati mendadak. tanpa tahu apa yang membunuh mereka.

Fata Kecil mengambil Ashura dan memeriksa status pemetaan sidik DNA semua anak yang baru dibunuhnya. Sorot matanya kosong, tak ada rasa di sana, seolah baru saja membunuh beberapa ekor semut.

Satu anak tak ada di antara mereka.

Satu anak itu, telah pergi jauh. Pemindaian sidik DNA menunjukkan bahwa pemilik DNA tersebut ada di sebuah rumah di pinggir kota puluhan kilometer dari lokasi panti ini.

Anak itu adalah Mawar.

Dengan sistem teknologi Ashura, Si Kribo memperoleh sebaran data DNA dari semua organisme dalam radius satu kilometer di sekeliling Mawar.

Dan hasilnya, ada dua orang dengan kesamaan DNA di salam rumah yang sama dengan Mawar. DNA Mawar memperlihatkan gambaran kode genetik yang sangat mirip, bahkan merupakan hasil persilangan kode genetik dari dua orang itu.

"Oh. Taunya kamu bukan yatim piatu ya, Mbak..."

Maka Fata menyiapkan sesuatu yang sangat spesial bagi Mawar.


---


Rumah itu mungil tapi indah. Pot-pot bunga sederhana, jalan-jalan berliku dihiasi kerikil putih, kolam ikan, semuanya berkesan manis.

Ternyata, Mawar masih memiliki ibu dan ayah yang selama ini mencarinya. Pasti, rasa bahagia saat bertemu kembali dengan orangtua kandung, tak dapat digantikan oleh apa pun bagi Mawar.

Maka Si Bocah Kribo hanya perlu menunggu waktu yang tepat. Yaitu saat Mawar dan kedua orangtuanya sama-sama sedang berada di rumah.

Sabtu pagi.

Mawar dengan polos membuka pintu ketika mendengar ketukan. Fata Kecil langsung menyuntikkan obat bius yang kuat ke lengan perempuan cantik itu.

Mawar tertidur.

"Ashura! Lakukan tugasmu!"

[Perintah diterima.]


---


Fata tak berbohong saat memberitahukan bahwa Eophi dimanipulasi oleh "pemilik suara wanita" yang menggunakan Bu Mawar sebagai aktornya. Namun tak perlulah memberitahu bahwa dia, Fata, juga ikut memanfaatkan Eophi serta Jibriel untuk menanggulangi benteng bergerak ini.

Sehingga saat energi sihir Myrd miliknya sudah habis, tak ada gunanya pula bagi Fata mempertahankan Eophi, pion over-sensitif yang menuruti semua pihak hanya karena malas berpikir.

Saat itu, Bu Mawar kembali tersadar dari keadaan anehnya, kini baju yang dikenakannya seakan bergolak, lebih mirip energi hitam. Wanita itu berkata dingin, sama sekali tak terkejut atas kematian Eophi, "Proto Merkavah. Bunuh Fatanir dengan seluruh kekuatanmu."

Meriam plasma raksasa berdengung dan terangkat. Saat itu, prosesor medan gaya milik Fata menyebarkan energi kinetik yang mengubah pusaran plasma menjadi es padat yang melambat di udara.

Fata memanfaatkan momen ini untuk menghindar susah payah. Bongkah-bongkah es seukuran pondok penginapan, menghancurkan lempengan lantai aula benteng, namun--

Itu kenapa Mbak Mawar jadi hitam gitu bajunya...apa maksudnya.

Terus ini titik sudut kode prismatiknya kagak beres-beres! Aaaargh!

Ya, saat ini Si Kribo hanya dapat menghindar. Dia belum sanggup membuat senjata untuk membalas. Karena dia tak dapat memecah konsentrasinya. Pikiran Fata secara berlapis-lapis hanya terpusat untuk terus menuntun Ashura, menerjemahkan kode peretasan yang disusunnya.

Namun mendadak saja,

Sebuah ledakan aura hitam membuat bulu kuduk Fata meremang. Sebentuk kegelapan mendesing cepat bagai elang menukik. Fata hendak menghindar namun tak cukup cepat. Sebuah tendangan dari Mawar mendobrak pertahanannya sekaligus menghancurkan chip prosesor medan gaya yang sudah susah payah disembunyikannya di dalam kemeja.

"Sial!!" Si Kribo memaki saat medan energi di sekitar tubuhnya yang berfungsi mengubah plasma penghancur menjadi bongkahan es padat itu, hilang seiring hancurnya prosesor tersebut.

"Apa?!" Fata yang sebelumnya tak menduga, kini lekas menghindar ke samping dari serangan kegelapan misterius itu. Dia hanya sempat melihat sekilas wajah berkerudung Bu Mawar di hadapannya saat wanita itu menendang hancur chip prosesor medan gaya miliknya.

Maka Si Kribo refleks mengayunkan tangannya melengkung dalam gerakan membidik tangkas, kemudian meletuskan peluru dari magnum modifikasinya secara bertubi-tubi. Namun sosok Bu Mawar kembali melesat dan raib bagai terbawa angin kencang.

Itu Si Anjing Betina udah kayak siluman! Kecepatan apaan itu?!

Fata bergidik menyadari bahwa gerakan Bu Mawar sangat cepat bagai hantu. Pasalnya, tadinya pandangan Si Kribo sempat terhalang oleh sosok Bu Mawar. Namun sesaat kemudian, mendadak saja Si Kribo sudah berhadapan dengan meriam nitrogen yang langsung menembakkan plasma raksasa tanpa basa-basi.

Aaaah!

Fata lekas menunduk kemudian justru berlari melewati badan meriam. Entah dari mana, bentakan Bu Mawar kembali terdengar, "Tembak mati bocah kribo itu, Proto Merkavah!!"

Itu Si Mbak Mawar sengaja ngeposisiin meriam plasma di belakang badannya sesaat sebelum dia ngehindar?

Jadi dia emang sengaja ngancurin prosesor medan gaya gue supaya serangan plasmanya nggak bisa kusolidifikasi-aaaahh!

Maka sinar plasma biru berpijar, menerabas apa pun yang ada di hadapannya. Namun kemudian terjadi sesuatu yang di luar dugaan Bu Mawar. Sekilas, Bu Mawar seperti melihat Si Kribo mengarah balik menuju moncong meriam raksasa tersebut.

"Tembak! Tembak!" jerit Bu Mawar dengan suara bagai lolongan serigala.

Tembakan plasma raksasa dilepaskan dengan deru bagai mesin pesawat terbang yang sedang menyala.

Tubuh Fata hancur berkeping-keping menjadi serbuk kristal es.

---

11
Fatashura vs Mawar Kegelapan


Fata Kecil melakukan sesuatu hari itu. Sebuah kejadian yang membuat hidup Mawar Kecil takkan pernah sama lagi.

Akibat perbuatan Si Kribo Kecil itu, Mawar Kecil berlutut lemas. Wajahnya kosong seolah kehilangan hasrat hidup.

Setelah "kejadian itu", Si Kribo Kecil mengambil sesuatu yang sudah dirakitnya dari sisa-sisa komponen robot Renggo Sina yang tak terpakai. Dibentuknya komponen sisa itu menjadi sebuah lengan bionik yang dilengkapi program Copy & Paste yang dapat meniru kemampuan gerakan makhluk lain.

"Nih kenang-kenangan dari aku nih. Aku pengen bunuh kamu tapi kayaknya lebih asik kalo kamu idup ya. Kapan aja kamu inget aku, Mbak Mawar, inget juga hari bahagia ini ya."

Fata tak menghapus program tersebut, karena program ReSin (Renggo Sina) juga memiliki "komando khusus",  menggunakan password "Nasi Gosong" yang hanya dapat diakses dengan suara anak kribo itu.

Komando khusus apakah itu? untuk apa Fata membuatkan lengan robotik dan memasangkannya pada Mawar?

Sampai akhir "kejadian itu", Mawar Kecil tak pernah tahu. Fata melenggang pergi entah ke mana, meninggalkan Mawar yang menatap kehampaan dengan sorot mata yang kehilangan arti hidup.

Tahun demi tahun berlalu. Mawar tumbuh menjadi perempuan dewasa muda yang mempesona. Untuk menutupi lengan bioniknya, Mawar memakai kerudung panjang serta jubah lebar. Dia memasuki bangku sekolah dan kuliah dengan nilai gemilang.

Menyabet gelar Sarjana Pendidikan merupakan hal yang lumrah mengingat kecerdasannya sejak kecil. Bahkan dia menjadi guru kebanggaan dari Sekolah Dasar Sukatarung, yang dikenal dengan siswa-siswanya yang merupakan teladan prestasi dan perilaku. Semua murid menghormati kharisma serta pengetahuannya yang luas. Mawar kerapkali menolong keluarga murid-muridnya dari  jeratan hutang atau kesulitan lain.

Sehingga lambat laun, tak ada orangtua murid yang tak mengetahui Bu Mawar, Sang Guru yang luar biasa. Dengan wajah putihnya yang bagai purnama serta kerudung lebar yang melindungi kehormatannya.

Namun semua budi pekerti itu hanya topeng. Ada sesuatu yang selalu Bu Mawar sembunyikan dari semua orang yang mengenalnya. Yaitu bahwa sejak kejadian masa lalu itu, mental Mawar menjadi kacau balau.

Kadang dia tertawa lalu menangis tiba-tiba. Kadang dia tak ingat siapa dirinya sendiri. Kadang dia pingsan di tengah jalan atau menjerit selama berjam-jam. Di saat-saat lain, dia sepenuhnya mengingat satu-satunya makhluk yang ingin dimusnahkannya. Fatanir namanya.

Maka Mawar jatuh dalam jurang kenistaan. Dia mempelajari ritual sihir kegelapan dari zaman kuno, berbagai metode okultisme untuk memperoleh kekuatan terlarang.

Seorang lelaki tampan melamarnya. Mawar menerima, berlagak malu-malu untuk menyempurnakan perannya. Peran sebagai seorang wanita sholiha.


---


Tubuh Fata hancur berkeping-keping menjadi serbuk kristal es--bukan!

"Apa!?" Sang guru terhenyak, saat menyadari bahwa yang dimusnahkan oleh pilar plasma itu hanyalah kemeja putih Fata.

Sistem senjata benteng Proto Merkavah akan bertindak sesuai arahan pemegang kendalinya. Setelah sekian lama bertarung non-stop, fokus kendali pikiran Mawar pada sistem kristal benteng telah terlanjur menyamakan bahwa Fata adalah pemuda berbaju putih.

Namun Si Kribo tahu hal itu, sehingga dia dengan cepat telah membuka kemejanya dan melempar kemeja itu ke depan laras meriam, mengarahkan pikiran Mawar untuk menembak objek putih tersebut.

"Bisa ngebedain baju dari badan orang gak sih, Njing?!" ejek Fata yang ternyata telah berlari ke lokasi lain lagi dengan bertelanjang dada.

Gelap mata, Bu Mawar kembali memerintahkan tembakan plasma. Sang meriam pun mengumpulkan energi dan menembakkan pilar cahaya pemusnah.

Tapi lagi-lagi Si Kribo dapat menebak alur berpikir lawannya. Pilar plasma biru terang itu malah menyapu dan menghancurkan reaktor induk nitrogen di pangkal penggerak meriam itu sendiri!

Ternyata sedari tadi, Si Kribo berlari sambil menempel ketat pada reaktor raksasa yang merupakan penghasil bahan bakar serta pusat energi utama meriam sebesar rumah tersebut.

Fata sengaja menyuruh Eophi memberikan kendali benteng pada Bu Mawar. Selain memicu kelengahan, Fata mengerti bagaimana cara seorang amatir akan mengendalikan sebuah teknologi. Itulah manuver Si Kribo yang dipersiapkan sejak awal, sehingga bahkan ketika Bu Mawar memiliki akses sejumlah senjata canggih pun, justru itulah yang membuat Fata dapat menebak tindakannya sekian langkah ke depan.

Bu Mawar menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah. Karena dengan musnahnya senjata raksasa terakhir itu, Proto Merkavah tak lagi memiliki sistem senjata yang dapat diakses oleh kristalnya. Semua senapan otomatis serta cakar robotik sudah hancur oleh Jibriel. Meriam plasma malah dimanfaatkan oleh Si Kribo menjadi senjata makan tuan.

"Otaklu kagak dipake!" Si Kribo cekakakan puas sekali melihat sebagian tungkai kiri benteng Proto Merkavah, hancur menjadi kristal es memenuhi udara karena ledakan berantai dari tembakan plasma yang salah arah.

Efeknya, bangunan besar itu oleng. Guncangan hebat segera melanda. Si Kribo terpental ke udara dengan tubuh babak belur akibat perubahan titik berat benteng.

Kemudian Proto Merkavah mencapai batasnya. Kehancuran sebelah tungkai raksasanya itu oleh tembakan plasma nitrogen, telah memberi beban yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh keseluruhan struktur benteng.

Maka pada gilirannya, satu lagi tungkai Proto Merkavah pun patah dan, bagai pohon tumbang, membuat struktur benteng inti yang terdapat di tengah menjadi terjun bebas.

Mawar menoleh dan terkaget-kaget. Langit-langit rontok dan lantai pun amblas. Ruangan tempat mereka berada mendadak runtuh!

"Aaaah!"

Mereka terpaksa berpegangan pada dinding terdekat, yang mana itu pun mulai miring lalu menukik bersama runtuhan lainnya.

Namun dalam detik-detik kejatuhan itu, Si Kribo menyadari bahwa, hancurnya semua sistem senjata Proto Merkavah, telah membuat usahanya menyusun kode perebutan kendali software menjadi sia-sia.

Lah trus daritadi ngapain gue bikin kode prismatik bribet! Tolol tolil aseli kualitas prima!

Diapain ini kode perintah neo-sibernetik yang udah mau lengkap gini?

Gelapagan, Si Kribo membangkitkan rangkaian mekanisme neo-sibernetik dalam dirinya. Persilangan pola geometris keemasan berpendar di sekitar tubuh pemuda itu, membentuk sebuah bazooka yang meluncurkan rudal langsung pada Bu Mawar.

Anehnya, sosok yang diserang sama sekali tak terlihat menghindar. Bahkan kemudian dalam momen-momen yang seakan melambat, Fata mengamati bahwa dari kutungan bahu Bu Mawar, menyeruaklah sesuatu seperti lengan.

Namun itu bukan lengan. Itu adalah...sebentuk kegelapan berbentuk lengan. Bu Mawar membentak dengan suara yang mulai tidak mirip suara wanita.

"Kesalahanmu adalah...tak membunuh saya waktu itu, Fata!"

Ada sesuatu yang satanik dalam suara itu. Dengan hawa kegelapan sebagai pengganti sebelah lengannya yang putus, Bu Mawar memukul misil bazooka yang mengincarnya, timbulkan gedebum memampatkan udara.

Dalam mimpi pun, Si Kribo tak pernah menyangka bahwa begitu kuatnya pukulan kegelapan itu, sampai-sampai misil bazooka tersebut meledak di udara dengan hawa panas menguar. Terpaksa Fata mencari pijakan terbesar untuk menstabilkan posisinya.

Namun gravitasi terus membetot benteng yang mereka tempati. Turun dan terus turun, hingga akhirnya benteng bergerak itu runtuh total menjadi puing-puing baja. Asap membumbung tinggi disertai arus pendek dari kabel serta pipa yang berserakan.

Kini, tak ada lagi benteng bernama Proto Merkavah.


---


Hari itu...

Fata Kecil telah mengubah diri Mawar untuk selamanya.

Setelah membius Mawar, si bocah kribo menyanderanya dan menemui kedua orangtua gadis itu di ruang tengah rumah keluarga. Dia mengancam akan membunuh Mawar, kemudian memerintahkan Ashura untuk membuat borgol yang mengikat tangan dan kaki orangtua gadis itu.

Ketika Mawar tersadar, pemandangan pertama di depan matanya, adalah kedua orangtuanya yang sedang berlutut dan diborgol dengan sejenis gelang aneh berwarna keemasan. Wajah mereka ketakutan, airmata mereka bercucuran dan mereka terus memohon-mohon sambil menangis.

"Kumohon, Nak...jangan lukai Mawar...jangan Mawar..."

"Kumohon, Nak...jangan lukai Mawar...jangan Mawar..."

"Jangan Mawar...jangan Mawar..."

Suara-suara itu seperti menghilang bagi Mawar. Pemandangan selain kedua orangtuanya yang berlutut dan menangis, juga tambah kabur dan samar.

Kecuali satu hal, yaitu seorang anak kecil berambut kribo yang tengah berdiri di tengah-tengah mereka. Di tangannya tergenggam sebuah gunting. Anak kecil itu sedang tersenyum, namun kedua bola matanya membelalak hampa ke arah Mawar.

Anak kecil itu seolah asing. Ya, senyum dan tatapannya sangat asing. Karena Mawar mengetahui wajah bocah kribo itu, namun ekspresi itu...ekspresi apa itu?

"Mbak Mawar udah banguuun!" seru anak kecil kribo itu dengan nada riang dibuat-buat.

Sesaat setelahnya, bocah kribo itu menggunting putus leher sang ibunda.

Lalu menggunting putus leher sang ayah.

"AaaaaaaaaaaAAAAAAAA!!"

Mawar memekik. Ada sesuatu yang putus pada jiwanya. Napasnya seakan terhenti saat menyaksikan tubuh ayah dan ibunya sendiri jatuh tertelungkup dengan leher putus dan mandi darah.

"Asik kan, Mbak?" Fata tersenyum riang namun nada suaranya lirih menyeramkan, "Ortu kamu kayak kambing disembelih, yak?"

"AaaaaaaaaaaAAAAAAAA!!"

Seluruh tubuh Mawar gemetaran. Air kencingnya menggenang di lantai rumah tanpa disadarinya.

Fata mendekat lalu menggunting sebelah lengan Mawar yang masih menjerit-jerit histeris. Daging dan otot lengan Mawar terlalu tebal untuk digunting.  Namun menggunakan Ashura untuk menciptakan gergaji potong otomatis, Fata akhirnya berhasil memotong tulang lengan anak cantik itu.

Sebenarnya memotong lengan ini juga bentuk pembalasan dari Fata. Tapi Mawar seakan  tak peduli lengannya dipotong. Jeritannya konstan dan tak henti-hentinya.

Karena dunianya hancur. Baru saja beberapa pekan lalu, dia bertemu dan melepas kerinduan dengan orangtua kandungnya. Orangtua kandung yang disangkanya telah lama meninggal.

Mereka telah mencarinya dengan menempuh perjalanan jauh dan airmata. Mereka melacak daerah-daerah kumuh dan harus berurusan dengan berbagai pemeras yang ingin memanfaatkan mereka.

Sampai akhirnya mereka menemukan Mawar, di panti terpencil itu. Saat-saat yang tak dapat dilukiskan kebahagiaannya. Seakan Tuhan sendiri memberkahinya dengan akhir yang bahagia, setelah sekian lama mengujinya.

Namun kini---

Mata kedua orangtuanya, menatap kosong ke arahnya. Mayat.

Mayat. Mayat. Mayat.

"AaaaaaaaaaAAAAAAAAAA !!"


---

Si Kribo bangun, menyingkirkan puing-puing yang menimpanya dengan susah payah. Namun dia menyaksikan sang guru bangkit.

Mawar Kegelapan terlihat sangat menyeramkan. Kerudung dan bajunya koyak di tepian, berbungkus jilatan aura hitam yang seperti melayang di udara. Luka-luka serta otot yang robek terlihat menganga dibalik jubah serta kerudung yang koyak itu.

Namun dia seakan tak peduli. Kini lengan bionik yang putus itu malah digantikan oleh kegelapan berkobar yang mampu berfungsi layaknya lengan berkekuatan tak masuk akal.

Gue ngancurin lengannya tapi dia malah bikin lengan metafisik! Jablay pisan lah!

Sebuah ledakan aura hitam mengaburkan lapang pandang Si Kribo. Bu Mawar melesat bagaikan roket ke arah Si Kribo, luka fatal di daerah jantung perempuan itu terbuka semakin lebar tapi ekspresi wajahnya jalang dengan nafsu membunuh yang tak pernah Fata saksikan sebelumnya.

"Kamu tak bisa kabur lagi...Fata!"

"Kabur?" Si Kribo mengangkat sebelah alis, kemudian membentakkan perintah pada sirkuit neo-sibernetik, "Ashura!"

[Tekno-Kreasi: Mengkonstruksi mikrosatelit generator misil.]

Kemudian dalam hitungan detik,  udara di sekeliling Fata memendarkan bingkai-bingkai cahaya keemasan, saling berlapis membentuk bangun-bangun mikrosatelit heksagon pipih yang melayang berputar di sekeliling Sang Teknopath.

[Tekno-Kreasi: Mengkonstruksi chip holografik multi-anguler.]

"Kamu yang nggak bakal dapat kesempatan kedua untuk hidup, Sampah!" pekik Fata, kebencian berkobar si matanya.

Dan mereka berdua maju. Atas masa lalu yang gelap itu, semua penghinaan dan kesakitan yang harus mereka terima di masa kecil dari satu sama lain.


---

12
Kemuliaan Guru


Bu Mawar meninju dengan lengan hitamnya, hanya menyerempet pipi namun kepala Fata seperti dibenturkan ke tembok besi hingga rasa nyeri meledak di seluruh kepalanya. Dalam posisi kepala yang masih mendongak terpental dan darah menutupi matanya, Si Kribo membidikkan magnum ke leher Bu Mawar. Dia melepas tembakan beruntun hingga peluru-pelurunya menembus--

---Hanya menembus angin! Sang guru dengan kegesitan luar biasa sudah berpindah tempat ke belakang Si Kribo kemudian melancarkan cakaran melengkung yang teramat ganas dengan aura kegelapan.

Namun sesaat kemudian cakar kegelapan itu terpaksa berbalik mundur melindungi dirinya sendiri, karena tiga mikrosatelit Fata telah melayang sangat cepat mengitari tubuh Bu Mawar sambil menembakkan misil-misil seukuran ibu jari namun berdaya ledak super.

Sang guru terpaksa memalangkan lengan kegelapannya karena tak sempat menghindar. Dua belas ledakan api beruntun menggetarkan udara, namun sebuah tangan kegelapan muncul dari balik asap benturan. Dan tangan kegelapan itu mencekik Fata.

Bu Mawar mendesis kejam, "Akan kupatahkan lehermu---"

Cekikannya tak terasa memegang apa-apa. Sosok tubuh Fata menghilang dengan kerlip sekilas saja,  dan di saat yang sama satelit-satelit Si Kribo kembali meluncurkan formasi misil yang berseliweran dengan lintasan yang rumit, indah, juga mematikan.

"Ho-hologram...!" seru Bu Mawar geram saat mengetahui taktik lawannya. Namun Sang Mawar Kegelapan tak dapat dihentikan semudah itu. Aura hitam yang membentuk lengannya itu, menyapu peluru kendali sampai menembus rangka baja bangunan. Terjadilah rangkaian eksplosi yang membuat lantai terbelah menjadi bongkah-bongkah raksasa yang berjatuhan ke dunia luar.

Fata yang asli muncul dari selubung holografik kamuflase di samping Mawar sambil mengacungkan magnumnya, namun belumlah sempat lagi menembak maka Mawar Kegelapan meremas hancur senjata di genggaman Fata sekaligus meremukkan tulang tangan pemuda itu dengan sadisnya.

"Aaargh!" rasa nyeri itu membuat Si Kribo menanduk wajah Mawar dengan kepalanya sekuat tenaga hingga meremukkan hidung perempuan itu. Darah bermuncratan dari lubang hidung Mawar dan menyumbat napasnya. Setengah sadar, Fata mengambil kesempatan dan menghantamkan sikunya pada pipi Mawar sekuat tenaga, "Makan nih!"

Tulang pipi Mawar pun retak, pandangannya berbayang. Situasi terlihat berbalik, sementara empat mikrosatelit mengeluarkan formasi puluhan misil yang menukik tanpa ampun pada sang guru. Namun Bu Mawar menggerung parau lalu, seolah hal yang rutin saja, menelan nyaris semua misil dengan cakupan aura kegelapan di lengannya.

Aura item itu bisa menelan objek!

Fata mengumpat dalam hati saat menyaksikan misil-misil serta semua mikrosatelit miliknya bukannya meledak, namun justru terhisap raib ke dalam lengan beraura hitam dari Mawar Kegelapan.

Berarti...badan gue juga bisa ditelennya!

Fata merinding melihat betapa tak masuk akalnya kekuatan Mawar Kegelapan. Bagaimana tidak, ini berarti disentuh oleh lengan hitam itu, sama saja dengan mati.

Terpaksa Si Kribo kembali menyalakan alat selubung holografis dan mengeluarkan citra tipuan yang menggantikan posisi dirinya, sementara sosoknya menjadi tak terlihat dan berputar mengelilingi sudut mati Bu Mawar.

Gimana caranya...ngalahin makhluk ini...

Dari sana, dia hendak kembali muncul dan menembakkan bazooka baru yang dirakitnya dengan kemampuan konstruksi neo-sibernetik. Namun dada Fata mencelos, karena dia hanya mengulang taktik usang. Mawar sudah siap dan menyerang terlebih dulu dengan pukulan kegelapan bertubi-tubi yang memecahkan sebagian tengkorak kepalanya.

"Ashura! Perbaiki!"

[Perintah diterima.]

Bukan main sakitnya. Regenerasi dari Ashura terpaksa beradu cepat dengan daya hancur kegelapan. Seluruh jasad Fata sudah mencapai ambang batas ketahanan, dan Ashura pun memiliki kecepatan perbaikan tubuh yang terbatas. Bila pemuda itu berhenti menghindar sesaat saja, serangan Mawar akan membunuhnya saat itu juga.

Tapi pikirannya. Pikiran Fata terus berlari. Dia sedang berusaha mengingat sesuatu, sesuatu yang amat mendasar. Tapi apa?

Maka Fata pun kembali menyerang silih berganti. Sosoknya berkelip lenyap dalam ilusi optik, lalu muncul dari titik lain sambil menembaki organ-organ vital Mawar dengan berbagai artileri neo-sibernetik yang dirakitnya. Tak bisa menang, yang penting mengulur waktu sampai analisisnya mengena.

Sang wanita iblis pun mencoba menyergapnya, namun Si Kribo telah merakit sebuah bom melayang untuk menggantikan posisi dirinya.

Pas dulu...kenapa gue masangin lengan bionik buat Mbak Mawar...?

Bom meledak tepat di titik sentral dada Bu Mawar dengan bising yang sangat kencang. Namun sebelum ledakan itu menghancurkan tubuh Bu Mawar, ternyata wanita itu telah menelan ledakan itu dengan kekuatan kegelapan, membuat efek serangan Si Kribo menjadi sama sekali tidak maksimal.

Kenapa? Buat apa? Buat ngebom pake kode "Nasi Gosong" doang?

Sang guru pun mampu mendesak Si Kribo karena refleks serta kekuatan sataniknya yang jauh lebih tinggi dan mematikan. Si Kribo tak pernah merasa selelah ini.

Tapi metode itu nggak efektif buat ngebunuh! Ngapain juga masang bom di lengan yang ledakannya gak bakal fatal! Jadi ngapain gue pas dulu itu? Apa yang gue pikirin?

Tapi, Fata takkan ragu membunuh Mawar. Fata harus mengalahkan Mawar, tak ada jalan lain. Itulah yang membuat Fata bertahan menghadapi Mawar Kegelapan yang jauh lebih kuat darinya.

Tunggu--

Meski hampir seluruh ototnya bagai sedang menarik beban ratusan kilogram, namun kegesitan pikiran Fata tak terkekang oleh keterbatasan tubuhnya.

Gue inget!

Mendadak saja Bu Mawar berseru dengan suara yang secara aneh sangat jernih, "Berhenti!"

Kontan saja, sekujur tubuh Si Kribo mematung.

Apa ini? Kenapa tubuhnya tidak dapat digerakkan? Fata mencoba berontak, namun seluruh tubuhnya kelu dan ngilu tak terperi.Ototnya menegang dan mencoba menarik tubuhnya agar bergerak. Namun percuma. Satu kelingking pun tak dapat bergeser.

Bukan. Ini bukan sekedar akibat rasa lelah atau luka-luka yang diterimanya. Seperti ada sekat yang menghalangi..mentalnya. Dia bukan tak bisa bergerak, namun lebih tepatnya...

Fata tak berani bergerak.


---


Lamaran dilangsungkan. Tak menunggu lama, sebuah ikatan pernikahan menyatukan Mawar dan sang lelaki impian.

Pada malam setelah akad serta resepsi pernikahan, Mawar menggorok leher suaminya.

Namun semua itu tak cukup. Pada malam yang sama, dia mendatangi masing-masing rumah muridnya. Lalu membunuh semua muridnya tanpa terkecuali.

Ya, semua itu untuk merampungkan ritual okultisme yang utuh, dia menjual jiwanya pada Iblis.

Maka Iblis memberinya hal Mawar inginkan. Pertama, energi kegelapan membuat tubuhnya sangat kuat. Bahkan kegelapan dapat berfungsi menggantikan anggota badannya.

Dan yang kedua adalah, kekuatan sugesti gelap yang dapat menundukkan serta menghancurkan mental seseorang hanya dengan gestur dan kata-kata.

Bila Mawar mendesak kekuatan spirit hitamnya sampai batas tertinggi, dia dapat memerintahkan seseorang untuk bunuh diri dengan sugesti mentalnya. Bila Mawar memerintahkan seseorang untuk diam, dia takkan mampu bergerak dan berkata-kata.

Kekuatan sugesti inilah yang dinamakannya sendiri sebagai,

{{Kemuliaan Guru.}}

Tak ada lagi yang dapat menghinanya. Bu Mawar pun puas. Dan Iblis menagih satu lagi janjinya. Janji pertama adalah, membunuh semua yang dia cintai untuk mendapatkan kekuatan ini. Yaitu suami dan muridnya, yang mana kondisi ini sudah dipenuhinya.

Yang kedua adalah, Mawar harus setuju untuk memasuki sebuah dunia yang belum pernah diketahuinya selama ini. Dunia tersebut bernama Sol Shefra.

Mawar bertanya, untuk apa.

Iblis menjawab:

Untuk membunuh Teknopath bernama FataNir. Yang beberapa tahun lagi, akan terpanggil juga ke dunia itu.

Mawar terhenyak. Iblis itu memiliki tujuan yang sama dengan dirinya? Dan dia mengenal Fata?

Namun dia segera menguasai diri. Semua itu tak penting, sepanjang tujuan mereka sama. Dadanya berdebar dengan dendam namun juga hasrat seksual absurd yang berapi-api.

"Saya akan lakukan apapun."


---

13
Terima Kasih, Pak Guru


Fata kelelahan, Mawar pun kelelahan. Mengerahkan kekuatan kegelapan sangat menghabiskan tenaga fisik dan mentalnya. Kepalanya serasa ditembus oleh bor yang berputar ke dalam otaknya.

Namun dia sengaja menyimpan kekuatan sugesti ini untuk saat yang menentukan. Ketika Si Kribo sampai pada batas ketahanan tubuhnya, Mawar memutuskan untuk melepas energi spirit hitam terkuatnya,

"Berhenti!"

Maka Fata pun terkena kekuatan sugesti mental luar biasa, dia tak mampu bergerak atau berbicara. Bagaikan murid nakal yang tak siap menerima hukuman, Si Kribo merasakan intimidasi dan keputus-asaan yang sangat kuat dari daya magis perkataan Bu Mawar.

Mawar mendekat tertatih-tatih, mengelus pipi Fata dengan aura hitam yang berfungsi sebagai tangannya.

"Sayang sekali ya...Fata...kamu tidak bisa mencapai cita-citamu waktu kecil dulu..."

Fata tak mampu berkata-kata. Wajah Bu Mawar yang cantik itu diselimuti darah dan kegelapan. Sorot matanya tak lagi menampakkan emosi normal seperti manusia pada umumnya.

Yang ada di mata itu, cuma kegilaan.

Begitu Fata membatin, antara merasa benci namun juga mengasihani. Ya, Mawar mengasah kharismanya sebagai guru, namun justru menjadikan kharisma itu sebagai topeng untuk menyembunyikan kebusukan dirinya dari mata dunia. Bahkan perempuan berusaha mengelabui alam bawah sadarnya sendiri, dengan memberikan nama yang indah pada kemampuan sugesti satanik ini.

Kemuliaan Guru.

Meski kekuatan itu didapatnya dengan membuang harga dirinya sendiri sebagai manusia.

Ah. Kode prismatik gue akirnya beres. Tapi Proto Merkavah udah gak guna buat dihack, senjatanya udah ancur semua.

Tapi, akirnya kode perintah aktivasi serumit ini kepake juga.

Meskipun dia harus membunuh semua perasaan kasih sayang yang ada di dalam hatinya, menjadikan dirinya sendiri lebih rendah dari binatang.

Ashura. Pakai kode prismatik gue, buat mengaktivasi Supervirus Biomorfik Serebrum--

Meskipun dalam kekuatan itu, yang ada hanyalah kenistaan dan kehinaan.

--Yang dari dulu udah gue tanam di lengan Mawar, via instalasi lengan bionik.


---


Si Kribo tak membunuh Mawar, namun justru menghadiahkan lengan bionik pada Mawar di masa lalu, untuk beberapa alasan.

Dia ingin membuat Mawar merasakan penderitaan yang melebihi siksaan terhadap diri sendiri, yaitu penderitaan saat kehilangan orang yang dicintai.

Dia memasang lengan bionik untuk memberi Mawar perasaan kekuatan semu. Lengan itu memiliki program tarung Copy-Paste ala Renggo Sina, sehingga Mawar akan merasa dapat menundukkan siapapun juga dengan itu.

Namun secara bersamaan, Fata dapat menghancurkan lengan itu kapan saja dan menyiksa Mawar kapan saja menggunakan hadiah itu, memaksimalkan perasaan putus asa bagi Mawar jika hal itu terjadi.

Dan ketika akhirnya Si Kribo memutuskan untuk meledakkan lengan bionik tersebut dengan komando "Nasi Gosong", maka salah satu komponen dalam lengan itu akan pecah dan melepaskan sebuah supervirus yang Fata rancang melalui teknologi rekombinasi genetik Ashura.

Supervirus dahsyat tersebut mengalir dari pecahan lengan bionik, masuk ke pembuluh darah Mawar, hingga mencapai otaknya.

Dan aktivasi virus yang baru saja Si Kribo perintahkan pada Ashura, adalah lewat kendali pikiran. Bukan lewat perintah verbal.

Sehingga, bagaimanapun aura sugesti mental Mawar mengungkung kemampuan pemuda itu untuk berbicara atau bergerak, namun pikiran Fata tetaplah tak terpenjara.

Mawar mendadak mematung. Fata berkomunikasi dengan supervirus dalan otak Mawar---

Supervirus. Kunci gerakan perempuan sampah ini. Bebasin aku dari sugesti mental yang dia tanamkan.

--Karena supervirus tersebut Fata rancang untuk mampu mengendalikan sistem saraf pusat dari otak targetnya. Menerima perintah neo-sibernetik, jutaan virus itu menginvasi setiap lapisan otak Mawar dengan cepat, memanipulasi sejumlah titik fungsi yang mengatur kemampuan sugesti.

Rasa kelu pada tubuh serta mentalnya memudar perlahan, Si Kribo melemaskan otot dan melihat sekeliling.

Mereka tak lagi ada di dalam benteng. Proto Merkavah telah berubah menjadi puing-puing besar yang menjadi daratan tempat mereka berdiri. Langit malam berhiaskan rantai bintamg bercahaya yang sangat berbeda dari bumi, membuatnya tenggelam dalam rasa melankolis...

Namun keberadaan wanita beraura gelap di hadapannya, segera menarik Fata kembali ke dalam kenyataan. Kenyataan bahwa, semua yang terjadi di masa kecil mereka, akan segera berakhir.

"Mbak Mawar," Fata kembali dapat berbicara, maka dia berbicara dengan lelah, "Dari akses supervirus ke memori kamu, katanya kamu sempet kerja jadi guru ya."

Fata bertanya secara verbal, "Kalo gitu, apa pelajaran hari ini memuaskan?"

Namun secara bersamaan, komunikasi Teknopathia Fata juga memerintah supervirus dalam otak Mawar untuk mengatakan jawaban yang Si Kribo inginkan.

"Sangat memuaskan. Terima kasih, Pak Guru!" Bu Mawar menjawab dengan senyuman yang cerah sekali. Manipulasi supervirus pada sistem saraf Bu Mawar, telah menarik otot vokal wanita itu agar berseru riang penuh semangat. Sangat ironis.

Fata mencabut belati milik Mawar dari lengannya, dan melemparkannya ke wanita tersebut. Dengan sinyal perintah selanjutnya, maka Mawar menangkap pisau itu dengan lengan magis yang masih dia miliki,

Kemudian menyayat batang lehernya sendiri dengan pisau itu.

Sambil tak lupa berucap dengan senyum yang manis sekali,

"Terima kasih, Pak Guru! Terima kasih, Pak Guru!"

Fata menikmati suara pisau itu memotong daging dan tulang leher Mawar, menikmati senyuman Mawar yang menandakan kepatuhannya, dan juga menikmati saat mata Mawar dipenuhi oleh airmata kesakitan, kepedihan, rasa tidak rela...

"Terima kasih, Pak Guru! Terima kasih, Pak Guru! Terima--"

...Saat suaranya tersumbat oleh gumpalan darah yang membanjir dari lehernya. Hingga kepala Mawar putus dan menggantung-gantung pada sisa lehernya seperti kantong daging menjijikkan.

Lalu tubuh Mawar rubuh ke tanah, mati terhina.


---


14
Dua Nama


"Selamat, Kak Fata."

Si Kribo menoleh. Beberapa yard di sebelah utara, di atas tumpukan puing Proto Merkavah yang menggunung melebihi yang lain, berdiri dua sosok yang serupa manusia.

Sosok pertama adalah seorang yang bila dilihat dari bentuk tubuhnya, adalah seorang pria. Namun itu sulit dipastikan, karena dia mengenakan topeng berkilat-kilat yang berbentuk wajah ambigu antara pria atau wanita. Si topeng itu diam saja.

"Kak Fata menang juga yah."

Sosok kedua adalah seorang wanita yang barusan berucap. Suara itu tenang namun menyimpan kekuatan, suara familiar yang sebelumnya berkomunikasi pada Eophi lewat unit robot K-9. Tak diragukan lagi, dialah yang sejak awal memanipulasi Eophi dan Mawar dari balik layar.

Fata memicingkan mata. Jantungnya berdebar namun di saat bersamaan seperti ada perasaan sejuk di debaran jantung tersebut, saat melihat wanita itu. Wanita berambut putih gading itu, sorot matanya seperti lautan mendayu-dayu, dan gaun ungu panjang yang dikenakannya membuatnya terlihat bagaikan permaisuri.

"Kana."

"Iya, Kak. Aku Kana. Sekarang udah ingat, kan?"

"Ya, aku inget," Fata menjawab getir, "Pas aku pertama kali ketemu kamu, kamu nggak punya nama. Jadinya aku yang kasih kamu nama."

Suara Fata bergetar saat mengucapkan nama itu,

"KANA. KAtastrofium EterNA."

"Seratus buat Kakak," Kana menjawab dengan tenang, lalu kembali menguji ingatan Fata, "Dan planet Sol Shefra ini, sebelumnya belumlah berupa planet, namun sebuah Tatar Realita yang berasal dari konstruksi spiritual seseorang."

"Ya."

"Jadi apa nama aslinya? Apa nama kuno Tatar Realita ini, Kak?"

Fata menatap lekat-lekat sosok bertopeng yang berdiri tegak di samping Kana. Lalu pemuda kribo menjawab tegas, menandakan keyakinan.

"Hisaria."


---


[ROUND 5] Fatashura - Terima Kasih Mantap (Selesai)

13 comments:

  1. wwhhwhw seru, pertarungannya boleh juga :D

    tapi ada beberapa komen sih

    kok kayaknya si Fata ga konsisten nyebut aku-gue ya. di awal pake aku tapi di tengah jadi gahul.

    "dibuatnya buta" kayaknya bisa dipersingkat jadi "dibutakannya"

    Mendadak si pemuda Teknopath merasa magnum yang digenggamnya sangat nyaman. Familiar. Ketika itulah tubuh Si Kribo bagaikan bergerak sendiri. << deus ex machina?

    ini kenapa ga dari awal aja ngeretas sistemnya? maksudnya napa begitu dah dipegang sama Michael baru bisa diretas?

    overall gw suka ceritanya. background ceritanya menarik untuk diikuti, apalagi ada tragedi masa lalu yang, walau ketebak, ternyata jadi bumbu yang menarik :D


    nilai: 8/10
    Kii

    ReplyDelete
  2. Bongkrek.

    Sejujurnya seperti biasa saya sedikit banyak kurang mengerti mengenai teknis-teknis yang dijabarkan dalam entry ini. Karena itu saya membacanya menggunakan insting dan keyakinan, untuk menerima sensasi abstrak tanpa harus menyaringnya terlebih dahulu dengan akal sehat dan logika. Namun hal ini berujung pada banyaknya pertanyaan yang akhirnya saya lupa ketika selesai membaca. Tapi ada satu pertanyaan yang terus menyelip di benak saya seolah menolak lupa.

    Kenapa Bu Mawar harus diberi kendali Proto Merkavah? Kalau alasannya karena Bu Mawar tidak faseh menggunakan teknologi, tidakkah hal itu juga berlaku untuk Eophi?

    Ada begitu banyak istilah narasi dalam tingkatan neo-sibernetik. Namun entah karena ditandingi teknik pendeskripsian level Ashura, atau karena saya berserah sepenuhnya kepada insting dan keyakinan, sehingga saya bisa menikmatinya sampai akhir. Ibarat minum bir, bukan pahitnya yang kita rasakan, tapi mabuknya. Atau ibarat memadu kasih, bukan pengorbanannya yang kita titik beratkan, tapi perasaan bahagianya. Manusia bisa memilih, tapi bukankah pada akhirnya akan berakhir pada kesenangan itu? Yah tapi mungkin memang pendeskripsian level Ashura lah yang memainkan peran penting.

    Terlepas dari perihal narasi, ada hal krusial lain yang perlu saya garisbawahi, yaitu cocoklogi masa lalu Mawar. Sekali lagi saya tekanka, cocoklogi yang dikenakan di sini bertaraf teknopath. Masih merupakan salah satu kemungkinan yang terpikirkan manusia fana, tapi tetap saja eksekusi yang diambil amat berani. Ibarat kata sebuah bangunan bergaya Victoria yang sudah hampir rampung 90%, tapi dikondisikan ulang mulai dari fondasi untuk mengubahkan jadi bergaya rumah gadang. Begitu brutal, kejam, pembunuhan karakter, namun petualangan seperti ini yang memacu adrenalin dalam tantangan.

    Terlepas dari konsep besar cocokloginya, sebenarnya bagian itu cukup klise, namun kekliseannya diperkuat secara eksponensial menggunakan kekejian teknis yang ekstra lebay. Teknik alur maju mundur dengan penggantung jurang di tiap akhir bagian juga sukses membuat penasaran akan nasib Mawar di tiap kesempatannya. Meski agak tertebak, tapi jiwa-jiwa pemberontak ini akan terus menginginkannya tersaji secara hangat.

    Poin terakhir yang ingin saya sampaikan adalah pertarungan klimatis antara Fata dan Mawar. Biarlah Eophi tewas sebagai alat. Ia akan mendapat tempatnya sendiri dalam entrynya sendiri. Namun di sini, saya bisa melihat keklimatisan itu, dan juga kematian yang terima kasih mantap.

    Nah, sekian saja komentar yang bisa saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Untuk penilaian akan diberikan nanti setelah saya membaca tuntas semua entry Proto Merkavah.

    ReplyDelete
  3. Karena saya baca semua entri Proto Merkavah berurutan sekali jalan, rasanya lebih enak kalo komen buat 3 entri ini saya satuin aja sekalian

    Pertama dari entri Fata. Entah kenapa penulis di ronde ini mendadak gaya bahasanya berubah jadi serba teknis, yang mana buat saya nurunin kadar enjoymentnya meski garis besar plot masih bisa diikutin, tapi ada kesan kaku dan scripted, kurang luwes kayak spirit Fata biasanya. Sosok bu Mawar di sini entah kenapa jadi super angsty, dan kesannya kayak jadi forced villain, demi adanya musuh yang punya justifikasi buat dilawan. Tapi poin yang paling off buat saya jelas hubungan bu Mawar sama Fata - saya masih bisa nerima Kana, Relima, atau Renggo, tapi mindset saya selama baca susah nerima benang yang kayaknya dipaksain nyambung ini

    Lanjut ke entri bu Mawar, saya malah dapet kesan fresh dari pembukaannya. Keliatannya penulis lebih leluasa kalau ngegarap narasi yang emang ngebanyol kayak gini, sayang kadarnya jadi berkurang begitu masuk ke pertarungan sebenernya, yang mana lebih ke tiga peserta ngurusin virus KANA ganti"an. Drawbacknya di sini ketiga peserta berasa terlalu setara, kayak interchangeable tiap karakter - atau mungkin ini kesan pribadi saya aja selama baca - dan konklusinya ga berasa begitu istimewa, kayak 'udah gitu aja, terus apa?'

    Terakhir entri Eophi, yang meski paling panjang juga harus saya akui paling enak saya ikutin di antara 3 entri ini. Di sini semuanya beneran berasa fleshed out - dari Fata yang jadi kandidat Tuhan, bu Mawar yang ga sengaja bunuh Sunoto dan momen" sama Dracul, dan Eophi - yang di entrinya ini sendiri jadi keliatan lebih berkarakter ketimbang entri lain. Saya suka remark Eophi di berbagai situasi, dan gimana dia pihak yang sebenernya bisa dibilan netral dan biasa" aja dibanding bu Mawar sama Fata di sini, tapi justru itu daya tariknya. Semakin ke sini karakter Eophi bikin saya suka, dan penutupnya berhasil ngehook karena ngasih closure bagus buat dua peserta lain sekaligus juga ngasih alesan kenapa Eophi harus terus maju ke final

    Karena sistemnya nilai, saya kasih berdasarkan favorit aja ya

    Fata 7
    Bu Mawar 8
    Eophi 10

    ReplyDelete
  4. Yo... saya komen lagi di sini.

    personal comment, adalah saya baru ngeh 'entry berasa hakomari' itu ternyata yang begini. Twisted dark, beautiful dubious ending, itu bener-bener menyeramkan adegan matinya Mawar, serasa kembali mengulang kesan kuat ketika Fata mengencingin Meredy. Kalau asalah selera, karena saya penyuka angst, saya harus akui ini sesuai selera saya, I like this, hehehehe...

    baiklah, sekarang komen di entry. Banyak bahasa teknis dan diksi melangit di sini, tapi entah kenapa, aku suka aja yang teknis2 begitu, yang susah-suah gitu, ada semacam ciri khas yang dipertahankan author yang menjadikannya beda dengan dua entry lainnya. Dan kurang ajarnya sih, itu diksi langitan dipadukan sama dialog Fata yang bangke banget, sunda banget pula (kalau di entry Eophi, ada dialek jatimnya loh), seolah permainan dua diksi ini emang diatur demikian, ibarat lukisan, saya melihat warna-warna treang gelap bertabrakan tapi tetap sesuai.

    kalaupun ada yang kurang disini, saya nggak sreg dengan masa lalu Mawar yang dipaksakan berkait dengan Fata. Semacam ada justifikasi yang dipaksakan kalau pa yang dilakukan Fata adalah benar, mengingat Mawar punya masa lalu kelam dengan Fata.Seolah-olah ada semacam 'keegoisan' author dimana masa lalu OC dicaplok untuk memberikan pembelaan bagi Fata mengalahkan atau membunuh Mawar dengan indah. For that part... terasa kurang masuk akal bagiku, seolah author mengabaikan begitu saja karakterisasi OC Mawar, begitulah. Mungkin investasi penggambaran deskripsi mengapa Mawar jadi begitu, itu yang kurang, sehigga jadi kurang masuk akal. Tapi, pengambilan resiko Mawar jadi antagonis itu juga langkah yang berani, pak po, bikin entry ini terasa beda.

    aku mau merenung duluuuuu... seblum memberikan nilai. Mlipir lagi setelah ada pencerahan.

    regards,

    Rakai A
    OC Mima Shiki Reid

    ReplyDelete
  5. wow, Fata wow....

    Tipu muslihat ala Hakomari kerasa banget, dimulai dari Fata yang mencoba untuk memanipulasi Eophi, yang berakhir bawah sebenarnya usaha itu malah me'reveal Bu Mawar yang begitu twisted.

    Saya udah gak kaget ketika Om Po lagi-lagi mengobrak-abrik canon lawannya. Itu Bunda Mawar ternyata udah kenal Fata dari dulu, dan Mawar Kecil juga seorang sadist....

    lalu-lalu-lalu... Fata lebih sadis lagi karena tega nge'mind break Mawar muda...

    terus.... Bunda Mawar juga yang sudah membunuh suaminya sendiri, beserta para muridnya... semua itu demi kekuatan <>

    Sampai kapan tikungan plot ini akan berlanjut!?

    damn... twist ini menyiksaku.
    XD


    Ichsan Leonhart
    OC : Sanelia Nur Fiani

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lupa nilai
      8 + 1 (karena banyak tikungan) XD

      total 9

      Delete
  6. Fata

    Saya mau langsung mention unsur paling menarik di dalam entri Fata ini adalah kepribadian Bu Mawar yang dijadiin belok sebelok-beloknya. Tebakan saya, mungkin Bu Mawar jadi seperti itu karena di entri Fata ini author lebih eksplor ke bagaimana Bu Mawar bisa punya kemampuan kegelapan.
    Kedua, Eophi. Ya. Selain Jibriel, di sini ada Mikhael dan serius saya emang suka sama nama-nama malaikat dari berbagai sumber. Fungsinya pun mantap. Interaksi Eophi dan Fata disimpan di jalur yang pas dan peran Eophi ditutup juga dengan pas. Melihat kadar dark twisted di entri ini kental sekali menurut saya. Fata, survivor. Bu Mawar, dengan benang merah di masa lalunya. Dan Eophi, vessel yang bawa keduanya ke panggung akhir.
    Lalu, battle dan narasi dan situasi Fata yang khas banget juga, ditambah pemenggalan yang pas sebelum partikel pemisah, berhasil saya nikmati.
    Yep. Terakhir, sebagai pembaca dan author dari Eophi, saya bener-bener puas sama entri ini.

    Bu Mawar

    Pembukaannya super! Sampai seperempat bacaan saya enjoy dan fun banget bacanya. Karena setelah itu masuk bagian serius, dan itu pun dapet suspensenya. Keterangan apa itu K.A.N.A, sejarahnya, berhasil bertautan dan saya ikuti dengan nyaman berkat narasi yang ngalir.
    Masuk ke karakter, karakter Bu Mawar di sini dimulai dari situasi yang bikin saya nanya-nanya, sebenernya topeng itu punya kekuatan apa dan ternyata difungsikan untuk kemunculan pertama asal-usul kekuatan gelap sang guru. Masuk ke battle di pertengahan, sampai final memperebutkan benda kunci itu, lalu pencabutan tangan bionik, sampai menerima keberadaan gelap sebagai penyeimbang, aslinya memang konklusi yang cocok buat Bu Mawar ke depannya.
    Bangsa Myrd, wajib saya mention, berperan keren di sini dan itu juga yang jelas bikin saya seneng banget. Ezekiel… man. Eophi juga, lengkap dengan rombongannya, dijelaskan dengan baik.
    Oke. Saya mau kutip kata-kata Mas Po, kalau entri Proto Merkavah beneran bikin puas. Yap. Saya beneran puas.

    Oc: Eophi

    ReplyDelete
  7. Bu Mawar - Saya agak bingung sebenarnya dengan cerita ini karena saya mengertinya harus saling melawan antar peserta, di cerita ini malah lebih banyak porsi untuk melawan pihak lain yaitu K.A.N.A. dan kecil banget porsi battle antar pesertanya. Tapi ceritanya sangat fun dan menghibur, ringan juga sehingga saya mudah banget bacanya. Nilai 8
    Eophi - Cerita ini menurut saya paling bagus dengan ada kandidat tuhan lalu peperangan yang megah banget tapi sayangnya pertarungannya malah terasa hampa seperti tidak ada emosinya sama sekali. Nilai 7
    Fata - Mungkin saya paling suka sama cerita ini. Battlenya intens, penuh twist dan rasanya gelap banget, sadis juga. Porsi pertarungan semua karakternya juga pas walaupun karakter Eophi pada akhinya dimatiin begitu saja. Nilai 10

    ReplyDelete
  8. Plus.

    -Encounter awal dengan Eophi, Fata nyebelin banget asli. Maen asal tendang hahaha. Adegan dikejar anjing robot kek di game kura-kura ninja cukup panjang, tapi ga masalah. Penggambaran settingnya ngeri, bagus banget ini daleman Pro merkavah.
    -Kirain yang bakal dihadapi apaan, ternyata bu mawar yang berkhianat. Pengkhianatan bu mawar sangat nggak terduga. Sempet berpikir bahwa suara cewek itu adalah Ruu.
    -Pertarungan sama Eophi jadi santapan pembuka. Meski terlihat habis-habisan tapi letaknya di cerita sangat pas, dan ketebak endingnya si fata seakan mati tapi nggak jadi. Kematian Eophi yang gitu aja termaafkan. Sebagai alat buat ngegambarin manipulatifnya Fata dan pemikirannya yang selangkah lebih depan juga sih.
    -Pertarungan dengan bu mawar intens, strategi mateng saat menipu balik dengan menggunakan Eophi. Juga pas Fata lawan dia sendiri. Rangkaian flashback selang seling bikin arah pertarungan makin jelas, dan hubungan antar karakter Fata-Mawar kegali abis-abisan.
    -Apaan ini ada adegan kaki bu mawar. ya Allah.
    -Kana dan Hisaria di akhir ngasih hint gimana dunia BoR ini berhubungan dengan Fata


    Minus.

    -Bu Mawar ga muncul trait original di char sheetnya, tentu ini nggak terelakan karena masa lalunya dirombak.
    -Belum ada pembenaran dari OC panitia mengenai hint2 yang udah dibangun sama Kana dan Hisaria mengenai canon, kesannya masih sepihak.

    9/10

    ReplyDelete
  9. erm.. dari mana ya..

    Fata tetap belagu seperti biasa, tapi di beberapa bagian aku rasa dia bukan Fata .___."
    narasinya sebagian kek agak kaku karena emang menjelaskan kejadian scene per scene, bener ga yah? menurutku sih..

    bagian masa lalunya juga terasa dipaksakan demi keberlangsungan cerita di entri ini.. maksudku gini, semuanya kan seharusnya emang utk membangun plot, tapi itu kurang 'mulus' kalo pada dasarnya emang jelas-jelas 'ngebantu' banget tokoh utama di cerita ini..

    dan seperti tulisan Sir Po lainnya, selalu memberikan porsi yang hampir berimbang ke karakter lainnya.. jadi lebih adil walau tujuan tulisannya jelas buat satu OC :D

    segitu aja mungkin, plus aku suka banget interaksi Fata sama Eophi di awal, narasi dan percakapannya itu, hidup..

    SEMBILAN dari SEPULUH

    ReplyDelete
  10. aye kasih ponten TUJUH

    aye rada keder,,,eh,tapi kayak nye aye bukan rada keder lagi tapi emang beneran keder ngebaca narasi si kribo fataa,,,ngejelimet banget,,, mungkin temen aye buruh nyang di bagian mesin lebih ngarti baca soal begianian,,tapi aye kagak

    eh tapi kalo kagak gitu di pikirin penjeleasan belibetnye sih ini tulisan jadi nye asik- asik aje,,,mantap gitu,,,paling hebring pas bagian duel ngelawan iblis maawar bacok- bacokan tembak- temabakan gitu ,,,

    tapi cerita masa lalu nye bikin rada eneg gitu,,,ngggak tau deh kenape

    ReplyDelete