6.9.15

[ROUND 3] CAITLIN ALSACE - CAT & DRAGON

CAITLIN ALSACE - CAT & DRAGON
==
Written by Zoelkarnaen



Pandanganku sedikit mengalami distorsi, dan sensasi dingin terasa di sekujur tubuhku. Sebuah dinding tak kasat mata juga menghalangiku saat aku mencoba untuk bergerak.

Bukan, bukan dinding, tapi kaca. Saat ini aku sedang berada di air dalam sebuah tabung kaca.

Kuraba wajahku dan kurasakan sebuah masker menempel, terikat seutas tali yang melingkar sampai ke bagian belakang kepalaku. Masker inilah yang memungkinkanku untuk tetap bernapas, meski aku berada di dalam tabung kaca yang dipenuhi air.


"Lihat, dia sudah bangun," ucap seorang pria yang sedang berdiri di hadapanku.

Wajahnya yang kurus dan terlihat seperti seorang pesakitan, rambut peraknya yang sepanjang pinggang, juga bola matanya yang hijau membuat amarahku meluap.

"Vincent Gunnhildr!"

"Sepertinya dia juga mengenaliku," gumamnya kepada seorang wanita bertubuh kekar yang berdiri di sisinya, sebelum ia menggandengnya pergi dari keluar dari ruangan. "Ikut aku, Ivy."

Tunggu! Keparat, kau, tunggu!

Batinku terus berteriak, sambil berulang-ulang kupukul tabung kaca yang mengurungku. Meskipun air membuat gerakanku menjadi lambat, meski pukulanku menjadi tak bertenaga, aku harus keluar dari tempat ini!

Sampai akhirnya kaca yang memenjarakanku retak, terus retak dan kemudian pecah.

"Bangunlah, wahai anak manusia!"

***

Sebelum aku tertidur aku selalu berharap untuk mendapatkan mimpi indah, atau lebih baik tidak bermimpi sama sekali. Tapi ada yang lebih buruk daripada mimpi paling buruk sekalipun, yaitu mimpi buruk yang terbawa menjadi nyata saat bangun.

Apa yang akan kau lakukan ketika melihat wajah reptil raksasa saat kau baru saja bangun tidur?

Pertama, mencoba memukulnya dan memastikan kalau itu asli. Meskipun kecil kemungkinannya kalau hal tersebut adalah fatamorgana, lakukan saja, pukul dia.

Kedua, cari telepon lalu hubungi dokter, katakan padanya apa yang baru saja kau lihat. Kalau memang perlu, gunakan video call siapa tahu si dokter pun dapat melihatnya.

Ketiga, tidur lagi dan selesaikan mimpimu. Siapa tahu setelah kau bangun lagi nantinya, makhluk itu sudah hilang dari hadapanmu.

Aku mengambil pilihan pertama, dan kini separuh tubuhku berada di dalam mulutnya. Makhluk ini asli…

"Manusia rendah, beraninya kau memukulku setelah memanggilku ke tempat asing ini!" gerutu si kadal bongsor sebelum melemparku keluar dari mulutnya. "Sesali kesalahanmu di dunia sana!"

Belum sempat aku bangkit, si kadal bongsor mengayunkan tangannya untuk melumatku. Tetapi ayunan cakarnya tiba-tiba berhenti tepat sebelum menyentuh wajahku.

"Mohon tunggu sebentar, Tuanku Fafnir!" potong Grey yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Lady Netori penguasa realm ini telah memberimu kesempatan untuk kembali hidup, akan sayang kalau kau sia-siakan begitu saja."

"Kau ada benarnya, manusia," jawab si kadal bongsor tanpa menoleh ke arah Grey.

Meskipun ia setuju dengan apa yang dikatakan Grey, tapi sepertinya kadal ini masih tidak terima dengan perlakuanku sebelumnya. Karena saat ini cakarnya yang gemetar masih tertahan di depan wajahku, sepertinya ia masih berusaha melumatku.

Saat aku mau merangkak menjauhi cakar besar di depanku, Fafnir menoleh dan menggerakkan tangannya yang satu lagi. Sepertinya memang tiada maaf bagiku…

"Tuanku Fafnir, sebaiknya Anda hentikan apapun niat Anda sekarang!"

"Kau berani memerintahku, manusia!" raung si kadal bongsor yang kini menoleh ke arah Grey.

Si kadal bongsor memutar tubuhnya, kemudian dengan satu gerakan ia mencambuk Grey dengan ekornya. Bagi manusia biasa, gerakan Fafnir barusan sudah cukup untuk menimbulkan rasa putus asa dan pasrah akan keadaan. Tetapi tidak untuk Grey, makhluk abadi itu tetap tenang dan berdiri seolah tak ada apapun yang terjadi.

Ekor Fafnir yang melengkung tertahan di udara, namun si kadal bongsor tak berniat berhenti sampai di situ saja. Ia kembali bergerak untuk mencaplok Grey.

"Sudah kubilang hentikan!" raung Grey yang diikuti suara berdebum keras. Ia merentangkan satu lengannya ke arah Fafnir, dan wajahnya terlihat benar-benar kesal.

Kini Fafnir tertelungkup dan sebuah kawah tercipta di lantai ruangan tepat di bawah tubuhnya, seolah sesuatu yang berat baru saja menimpa tubuh kadal bongsor tersebut.

"Manusia, siapa kau? Kenapa kau memiliki kekuatan yang setara dengan para penghuni Asgard?" tanya Fafnir dengan suara lirih. Meskipun ia terlihat meronta, mengangkat kepalanya pun ia tak sanggup.

"Setara?" ulang Grey seraya tertawa kecil, nadanya jelas-jelas mengejek pertanyaan Fafnir barusan. "Thor tak akan pernah bisa mengalahkan Jörmungandr kalau aku tak mengekang ular sialan itu, jadi jangan pernah samakan derajatku dengan para makhluk yang merasa dirinya dewa itu!"

"Kalau kau memang lebih kuat dari para Asgardian itu, lalu kenapa kau menyapaku dengan hormat sebelumnya, Manusia?"

"Karena di dunia asalku kalian ini makhluk mitologi, lalu siapa yang mengira kalau siapapun yang menulis Volsunga Saga dan Prosa Edda ternyata adalah seorang cenayang yang menuliskan kisah masa depan dari planet lain?" tutur Grey mengedikkan kedua bahunya.

"Sekarang katakan apa maumu, Manusia?"

***

Fafnir berjalan di sisi Caitlin menuju arena pertarungan, di benaknya masih berseliweran semua hal yang sebelumnya dijelaskan oleh Grey. Mengenai dunia virtual ini, mengenai kemungkinan bahwa Caitlin bukanlah manusia, juga informasi mengenai dunianya, Svartalfheim.

Tidak banyak yang berubah dari dunianya, juga tidak banyak yang tersisa untuknya di sana. Jadi kalaupun penguasa dunia virtual ini memutuskan untuk memberinya kehidupan kedua setelah bertarung di sini, tidak akan ada gunanya bagi Fafnir untuk kembali ke Svartalfheim.

Tapi bukan berarti ia akan menyerah begitu saja, karena bagi Fafnir menghabiskan hidup keduanya di tempat ini juga tidak buruk. Apalagi kalau mereka dapat menghilangkan kutukan yang menimpa dan mengembalikan wujud aslinya.

Berbeda dengan dirinya, sepertinya Caitlin masih belum bisa menerima keadaanya. Tentu saja, bagaimana mungkin gadis itu dapat menerimanya, tidak mungkin seseorang dapat dengan santai hanya berkata "Oh" saat orang bilang kalau dirimu tidaklah nyata.

Saat dibangkitkan, Fafnir langsung terikat kontrak dengan Caitlin, dan ia bangkit dengan persyaratan mengkonsumsi ingatan Caitlin selama beberapa hari terakhir. Itulah mengapa gadis itu terlihat agak linglung saat Fafnir baru dibangkitkan, ia tidak ingat apapun dari beberapa hari sebelumnya.

Tetapi memakan ingatan Caitlin memiliki konsekuensi lain, Fafnir tanpa sengaja membangkitkan sebagian ingatan terpendam milik gadis itu. Mungkin saat ini Cat belum mengingat seluruhnya, tapi Fafnir telah mengintip seluruhnya.

Dugaan Grey benar, meskipun Fafnir tak mengatakan apapun soal ingatan Cat yang terbaca olehnya, Caitlin Alsace telah lama tewas. Saat ini yang sedang berjalan di sisi Fafnir adalah makhluk buatan yang memiliki ingatan dan kepribadian Caitlin Alsace, dan pria yang menciptakannya adalah Vincent Gunnhildr.

"Kau masih memikirkan kemungkinan yang disebutkan oleh Grey, manusia?" Fafnir bertanya dengan suara beratnya.

"Oh, apa kau mengkhawatirkanku?"

Fafnir mendengus keras. "Jangan bercanda denganku, manusia!"

"Aku adalah Caitlin Alsace, kecuali ada bukti yang berkata sebaliknya, sebaiknya kau tutup mulutmu, kadal!"

Kalau saja Grey tidak melindungi gadis angkuh ini, Fafnir pasti sudah mengoyak tubuhnya sejak tadi.

Setelah beberapa menit mereka berjalan dalam diam, akhirnya mereka tiba di sebuah gerbang besar yang menuju ke arena. Cat memakai helm miliknya saat pintunya mulai berderit keras dan terbuka, cahaya yang sangat terang pun memancar masuk ke lorong hingga membuat Fafnir memicingkan matanya.

Sorak sorai penonton menyambut Fafnir dan Caitlin saat mereka melangkah memasuki arena yang luas dan dikelilingi dinding tinggi. Di bagian atasnya terdapat kubah kaca dengan rangka logam, sementara tanah berpasir terhampar dan menjadi landasan arena. Dalam kubah arena inilah mereka akan bertarung dengan lawan sampai mati.

"Jadi aku kembali hidup hanya sekedar menjadi bahan hiburan pada sirkus ini?"

"Jangan khawatir, kau tak harus melompati cincin api, dan trik yang harus kau lakukan cukup mudah kok," timpal Caitlin tanpa memedulikan tatapan Fafnir yang semakin ingin mencaploknya.

Sementara itu di seberang arena sudah muncul duet yang akan menjadi lawan mereka, seorang pemuda dan burungnya.

"Itu… burung kan?"

"Dia memiliki tubuh dan lengan manusia, tapi kaki dan kepalanya menyerupai burung. Dia juga memiliki sepasang sayap burung di punggungnya."

"Jadi, makhluk apa dia?" tanya Cat lagi.

"Entahlah, tapi yang pasti salah satu dari orangtuanya memiliki penyimpangan seksual," jawab Fafnir sekenanya.

"Jadi… dia dilahirkan atau ditetaskan dari telur?"

"Kau mau melawan mereka tidak?" hardik Fafnir yang mulai kesal akan pertanyaan-pertanyaan aneh  dari Cat. Kini ia mulai berjalan menuju ke tengah arena dan mendekati kedua lawannya, Cat pun mengekor di belakangnya.

"Apa kau tak apa-apa melawannya? Maksudku, bukankah reptil itu salah satu mangsa dari burung predator?"

"Demi Loki, aku akan memakanmu kalau kau bicara lagi! Aku bahkan tak peduli bila Grey membunuhku sekarang juga!"

Setelah Fafnir, Cat, dan kedua lawannya saling berhadapan di tengah arena, mereka berempat terdiam tanpa keluar sepatahkata pun. Keempatnya juga cukup lama tak bergerak dan mangamati, menunggu sampai ada salah satu dari mereka yang menyerang lebih dahulu.

"Hei, sebenarnya kalian mau bertarung atau tidak?" tanya pemuda yang menjadi lawan mereka.

"Oh, jangan hiraukan kami berdua," jawab Cat dengan santainya. "Kami di sini akan menunggumu mati bosan. Oh iya, ngomong-ngomong kau Vaj—"

Ucapan Cat sontak terhenti saat tangan besar Fafnir mencengkeram seluruh tubuhnya, untuk kemudian melemparkannya ke arah Radith.

"Kau terlalu banyak bicara dan menyebalkan, Manusia!"

"Guru Arjuna!"

"Menghindar, Radith!"

Beruntung sang pemuda dan burungnya terhindar dari lemparan Fafnir tepat pada waktunya. Radith melompat dan berguling ke kiri, sementara burungnya yang dipanggil Arjuna terbang tinggi. Namun naas bagi Cat, karena ia hanya bisa pasrah saat terlempar kemudian berguling di tanah.

"Kadal sialan!" gerutu Cat yang baru bangkit, ia kemudian membuka helm dan mengetuk-ngetukkan benda itu untuk mengeluarkan pasir yang masuk.

"Serang sekarang, Radith!"

Mengikuti anjuran dari sang guru, Radith tak menyia-nyiakan kesempatan saat Caitlin masih terlihat lengah. Radith mengarahkan telunjuknya yang berpendar kepada Caitlin, namun yang terjadi berikutnya tidak sesuai dengan yang diharapkan sang pemuda. Hanya asap tipis dan suara berdesis yang keluar dari sana.

"Hei, bukankah tidak sopan kalau kau menunjuk-nunjuk orang yang baru saja kau kenal?" ejek Cat seraya kembali memakai helmnya, kemudian ia mulai berlari ke arah Radith. "Entah apa yang kau rencanakan dengan tidak menggunakan zirahmu, tapi sekarang giliranku!"

Melihat Radith yang berlari menjauh, Arjuna segera mengepakkan kedua sayapnya dan menukik turun. Sayangnya Fafnir tak ingin membiarkan itu terjadi, sang naga langsung memutar tubuhnya dan mencambukkan ekornya saat Arjuna sudah masuk jangkauan serangnya.

Arjuna terpaksa berbelok di udara demi menghindari serangan dari sang naga, untung saja gerakannya masih lebih cepat dari Fafnir. Ia kembali melayang tinggi sebelum berbalik dan ganti menyerang balik, beberapa panah angin ia luncurkan ke arah Fafnir. Sayangnya tak satupun dari serangannya yang mampu menggores sisik sang naga.

Sementara itu di sisi arena dekat dinding, Radith masih berlari menghindari kejaran Caitlin. Entah apa yang sedang pemuda itu pikirkan, karena sejak tadi yang terlihat oleh Caitlin hanyalah sosok Radith terus-terusan menunjuknya.

Sampai akhirnya pemuda itu berhenti dan berbalik arah, kini ia berlari mendekati Caitlin. Namun saat Cat mengayunkan pukulan terkuatnya, Radith merunduk lalu berkelit ke belakangnya. Melihat tangan Radith yang kembali berpendar, Cat secara reflek menjatuhkan diri dan berguling demi menghindari arah tunjukan jarinya.

Benar saja, sebuah panah petir meluncur dari ujung jari pemuda itu dan menghantam tanah tempat Cat berdiri sebelumnya.

"Vajra bukanlah diriku yang sebenarnya, Vajra hanyalah sebuah zirah, tapi aku adalah Vajra!"

Melihat bahwa Radith berhasil mengeluarkan jurus serangannya, Arjuna yang masih terbang tinggi pun mengacungkan kedua jempolnya dengan bangga. Tentu saja sang pemuda tak tinggal diam, ia juga membalas gurunya dengan dua jempol yang sama bangganya. Terdengar pula riuh suara penonton yang tak kuasa menahan haru, terutama saat melihat Radith berhasil melancarkan serangan balik terhadap lawannya.

"Yap, selamat untukmu," celetuk Cat ikut memberikan dua jempol kepada Radith, yang kemudian segera mengalihkan perhatiannya kepada Fafnir. "Kau tidak ikutan memberi selamat?"

"Ha! Harga diriku akan sangat terluka kalau kulakukan itu," ejek Fafnir tanpa melepaskan tatapannya dari Arjuna. "Turun sini kau unggas terkutuk, biar kuajari kau rasa takut yang sebenarnya!" raungnya yang kali ini ditujukan kepada rekan Radith.

Tetapi sepertinya Arjuna tak terpancing oleh tantangan dari Fafnir barusan, karena ia masih saja terbang berputar-putar di udara. Sementara itu Radith—yang barusan merasa sedikit senang karena bisa mengeluarkan jurusnya lagi—kini mulai memasang kuda-kuda bertarungnya, ia tak akan lari lagi dari Caitlin.

Merepotkan, pikir Caitlin soal lawannya, karena ia mampu mengeluarkan serangan listrik. Kalau saja Radith merupakan petarung yang hanya memiliki sihir api, ia mungkin tidak akan sewaspada ini. Zirah purwarupa yang dikenakannya sama sekali tak memiliki perlindungan dari EMP dan kelebihan muatan akibat aliran listrik, itulah mengapa ia sedikit bersyukur tidak terkena serangan pemuda itu barusan.

Fafnir yang mengerti situasi Caitlin mulai bergerak mendekat, dan dengan begitu Caitlin bisa menggunakan tubuhnya sebagai perisai dari serangan Radith. Sayangnya jarak di antara mereka cukup jauh, dan Fafnir bukanlah tipe yang dapat berjalan atau berlari dengan cepat.

Lalu seolah mengerti rencana dari sang naga, Arjuna dan Radith mulai bergerak mengepung Caitlin. Mereka tak akan membiarkan Fafnir bertarung bersama Cat dan bertindak sebagai tim, akan sangat merepotkan kalau sampai dua lawan dengan pertahanan tinggi sampai bekerja sama. Apalagi Radith dan Arjuna belum mengetahui kelemahan Fafnir, satu yang mereka tahu, naga itu memiliki kulit lebih keras dari tank.

"Burung pengecut, kembali ke sini kau!" raung Fafnir dari kejauhan, sementara Arjuna sudah melayang di dekat Caitlin.

"Jadi begitu," gumam Cat saat melihat Radith mulai merangsek maju, ia pun mulai bergerak mundur seraya mengamati pergerakan tangan pemuda itu.

Sayangnya Arjuna tak akan membiarkan Cat mengulur waktu sampai Fafnir mendekat, ia segera meluncurkan beberapa panah angin yang telak menghantam punggung Cat.

Walaupun serangan barusan tak mampu melukai Caitlin, namun daya hantamnya cukup untuk menghentikan pergerakannya. Radith pun berhasil memperpendek jarak dan bersiap untuk menyerang, aliran listrik dapat terlihat menjilat-jilat dari sekujur tubuh pemuda itu.

Cat meraih zirah pelindung lengan kanannya, bersiap untuk melepaskan gelombang kejut saat Radith cukup dekat dengannya. Tetapi Arjuna tak memberinya kesempatan, makhluk separuh burung itu menukik lalu menendang Caitlin dari belakang, membuatnya hilang keseimbangan dan tersungkur ke tanah.

Melihat lawannya yang terjatuh, tentu saja Radith tak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia lalu mengulurkan kedua telapak tangannya yang di satukan, sambaran petir yang berbentuk naga pun memancar dari sana.

Suara dentuman keras terdengar, kepulan asap bercampur debu pun menyebar dari tempat sambaran petir milik Radith mendarat.

Tetapi suara tersebut bukanlah berasal dari serangan Radith, itu adalah suara senjara mini railgun milik Caitlin.

"Maafkan aku, Guru," ucap Radith dengan lirih, pemuda itu menyesali kegagalan serangannya. Padahal Arjuna sudah memberinya kesempatan untuk mendaratkan serangan terhadap lawannya, tetapi Radith gagal mengambil kesempatan tersebut.

***

Dua kali…

Ini sudah kedua kalinya pasir masuk ke dalam helmku! Setelah ini sebaiknya Grey memberiku modifikasi agar pasir tidak mudah masuk ke helmku!

Kutepuk dua kali cakar Fafnir yang mencengkeram tubuhku, kadal itu pun melepaskanku. Lalu segera kulepas helmku setelah aku bangkit untuk mengeluarkan pasir yang masuk, tak lupa beberapa kali meludahkan sedikit pasir yang juga mampir ke mulutku.

"Terima kasih sudah menangkapku."

"Tak masalah," jawab Fafnir dengan tenang. "Kau bisa menyembahku nanti setelah semua ini selesai."

"Kembalikan rasa terima kasihku!"

Setelah burung keparat itu menjatuhkanku barusan, aku terpaksa membuang satu peluru railgun ke sisi kiri untuk mementalkan tubuhku sendiri dan menghindari serangan Radith. Tubuhku terseret di tanah beberapa meter akibat rekoil, untungnya Fafnir menangkapku sebelum lebih banyak pasir yang masuk ke helm.

"Lain kali akan kubiarkan serangan petir dari bocah itu menyambarmu."

"Hei, kapan kau melihatku bersujud memohon pertolonganmu?" sindirku sambil meludah kemudian kembali memakai helmku.

Si kadal bongsor yang terlihat ingin membalas sindiranku mengurungkan niatnya, karena Arjuna mulai kembali melancarkan serangannya. Meskipun serangan tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap Fafnir, namun jelas terlihat kalau kadal itu mulai kesal.

"Manusia setengah unggas ini mulai menguji kesabaranku!"

Di sisi lain Radith masih menjaga jarak dari kami, sepertinya ia menunggu si kadal bongsor terpancing sebelum kembali menyerangku. Keputusan yang tepat, karena tak sampai satu menit kemudian kadal sialan itu mulai mengejar Arjuna dan berusaha menyerangnya.

Hampir saja aku meludah di dalam helmku sendiri…

Tetapi Radith bukanlah satu-satunya orang yang menunggu kesempatan, karena aku pun sedang menunggu kesempatanku sendiri. Tak butuh waktu lama sampai kesempatanku tiba, dan aku tahu pasti kalau Arjuna akan kembali menggoda Fafnir.

Burung itu kembali menukik untuk melancarkan serangannya untuk memancing Fafnir, tapi kali ini aku akan menghentikannya. Saat ia sudah masuk dalam jangkauan perangkat gravitasiku, aku berlari dan menggunakan tubuh si kadal bongsor sebagai pijakan untuk melompat.

Perangkat gravitasi kuaktifkan, Arjuna pun menukik tajam dan terjatuh.

Sayangnya Arjuna bukan satu-satunya yang terkena efek gravitasi buatan barusan, lengan Fafnir yang sedang diayunkan untuk menyerang burung sialan itu juga ikut tertarik. Akibatnya ayunan cakar si kadal bongsor malah menimpaku.

Melihatku yang lagi-lagi terjatuh, dan Fafnir masih sibuk berusaha membunuh Arjuna, Radith kembali mengeluarkan percikan listrik dari sekujur tubuhnya. Dengan langkah secepat kilat ia pun melesat menuju posisiku.

Namun alih- alih berusaha menolong rekannya, ia malah maju untuk menyerangku. Entah apa yang mendorong pemuda itu hingga tak mengacuhkan rekannya, mungkin ia cukup percaya diri dengan kemampuan Arjuna hingga tak dianggap perlu untuk menolongnya. Beberapa kali ayunan cakar dan cambukan ekor Fafnir berhasil dihindari Arjuna, serangan-serangan tersebut meleset dan menghantam tanah hingga mengakibatkan kepulan debu.

Tentu saja aku tak akan berdiam diri menunggu bocah itu menghajarku, kuaktifkan mode overdrive dari zirah tempurku. Suara dengung terdengar dari bagian belakang zirahku, kemudian kurasakan juga gerak tubuhku yang terasa semakin ringan.

Radith semakin memperpendek jarak di antara kami, namun tidak seperti yang ia harapkan, aku tak akan melawannya.

Aku mengelak tepat sebelum tinju bermuatan petirnya bersarang di kepalaku, lalu mulai berlari menuju Arjuna yang berusaha kembali terbang. Burung itu rupanya menyadari kedatanganku dan mulai melemparkan beberapa serangannya, tapi sayangnya dengan mudah dapat kuhindari.

"Guru!" teriak Radith yang kembali mengejarku dengan langkah kilatnya.

"Kau terlambat, Vajra," gumamku sambil melompat tepat ke belakang Arjuna, lalu kuhantamkan tinju terkuatku hingga mematahkan sayapnya.

Tubuhku pun jatuh bersamaan dengan Arjuna, dan inilah saat yang kutunggu.

Sebelum tubuhku menyentuh tanah, tidak mungkin aku bisa menghindari serangan apapun dari lawan, dan itulah yang akan dilakukan oleh Radith. Pemuda itu kembali menggunakan jurus yang sama seperti sebelumnya, sebuah sambaran petir berbentuk naga pun menghampiriku.

Serangan Radith barusan sukses membuatku terpental dan melumpuhkan zirahku. Meski dua rusukku patah sebagai gantinya, setidaknya kini efek negative dari overdrive tidak membuatku mematung. Zirahku mati, tapi aku masih bisa bergerak.

Dan hanya itu yang kuperlukan untuk yang datang berikutnya…

"Guru, kau masih bisa bergerak?"

"Aku masih bisa bergerak, tapi kau tak seharusnya ke sini. Ini perangkap!"

"Apa maksudmu, Guru? Dia sudah terluka, kita akan menang!"

Heh, burung sialan itu menyadarinya.

"Seperti yang kubilang, Vajra, kau terlambat!" teriakku sambil menahan sakit dan beringsut menjauhi mereka.

"Aku tak mengerti maksudmu, tapi sepertinya kaulah yang sudah kehabisan waktu!" balas pemuda itu yakin. "Fafnir tidak akan bisa menolongmu sekarang! Kau berada cukup jauh darinya, dan aku juga guruku berada di luar jangkauan serangnya," tambahnya lagi seraya memapah Arjuna mendekatiku.

"Di situ kau salah, kau masih berada dalam area serangnya."

Melihat Arjuna yang kini malah ambruk, akhirnya Radith mulai menyadari kabut yang ada di sekitarnya. Sebelumnya ia mungkin tidak menyadari keberadaan kabut itu karena kepulan debu akibat serangan Fafnir yang meleset, tapi sekarang sudah terlambat baginya dan Arjuna untuk bisa lolos dari kabut beracun Fafnir.

Meskipun begitu, kelihatannya pemuda itu masih belum mau menyerah, karena sekarang ia terus mendekat untuk menyerangku. Ia berjalan terhuyung beberapa langkah hanya untuk jatuh tersungkur di dekatku.

"Habisi dia!" seru Fafnir sebelum mencaplok Arjuna.

"Buat apa? Kau sudah memakan rekannya, dan kita sudah menang. Toh kalaupun dibiarkan, racunmu juga akan membunuhnya sebentar lagi."

Aku pun merebahkan diriku di tanah dan menghela napas panjang, dan berusaha semampuku untuk tak menghiraukan riuhnya suara penonton yang bersorak.

"Masih memikirkan tentang apa yang dikatakan Grey?"

Tentu saja, mana mungkin tidak. Meskipun aku bukan—whoa!

"Apa yang kau lakukan? Kenapa Kau memakannya juga?" teriakku sambil beringsut menjauhi moncong Fafnir yang sedang mengunyah Radith.

"Kenapa tidak?" jawabnya di sela-sela gemeretak suara tulang-tulang Radith yang remuk di dalam mulutnya. "Daripada mubazir…"

"Grey, jemput aku sekarang! Jemput aku sekarang!"

13 comments:

  1. Heheh, seperti dugaan saya, si Fafnir memang nyebelin.

    "Vajra bukanlah diriku yang sebenarnya, Vajra hanyalah sebuah zirah, tapi aku adalah Vajra!"
    Err, kyknya informasi itu lebih baik di-keep sama Radith sendiri deh. He's really a humble fellow, you know. Tapi rapopo lah, sedikit OOC is okay, daripada jadi terlalu "I.M.U.T" alias idiot mutlak kayak Vajra di entri R2 Dyna.

    Tapi jebakannya boleh juga, walau sebenarnya Arjuna masih sempat mengibaskan angin dari sayapnya untuk memunahkan kabut racun itu. Yah, anggap aja itu jebakan Cat-man yg cukup masuk akal. Hmm, apa saya harus telaah medannya lagi ya...

    Sebagai lawan, saya applaus buat Cat. Tinggal nanti gimana hasilnya dari pendapat para pembaca aja :p

    OC: Vajra a.k.a. Radith

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Vajra bukanlah diriku yang sebenarnya, Vajra hanyalah sebuah zirah, tapi aku adalah Vajra!"
      Ngg, saya malah kurang ngerti konsep kalimat ini. Yang saya pakai kan "Vajra adalah aku, bukan zirahku." Oh well, rapopo.

      Delete
  2. Fatanir - Po

    Ini ko Mas Zoel jadi komedi gini entrinya wkwkw. Fafnirnya alih2 berkharisma malah tukang bacot parah lah. Sebenernya ini tergolong fresh buat Mas Zoel, tapi karena aku termasuk fanboy untuk gaya tarung strategis dan genting ala Mas Zoel, aku ngerasa pas porsi battle Caitlin di sini agak awkward dan datar, nggak seperti biasanya. Mungkin karena buru2 dan ngejar deadline sih. Sepertinya lain kali Mas Zoel mesti latihan nyicil biar atmosfir militer genting as tarungnya nggak ilang.

    ReplyDelete
  3. Weh, si Kadal bongsor-nya rese, sampe setengah nelan badan si Caitlin pula, wkwkwkwk


    Anjrot, belum battle aja si Cat ngebully Piaraan Radith pake istilah penyimpangan seksual, akwakwakwakwakwak~

    Dan saya baru sadar referensi Asgardian-nya dari Marvel Cinematic Universe, gara-gara si Fafnir ngungkit-ngungkit Loki. Sue tenan, wkwkwkwk


    ==============
    Melihat bahwa Radith berhasil mengeluarkan jurus serangannya, Arjuna yang masih terbang tinggi pun mengacungkan kedua jempolnya dengan bangga. Tentu saja sang pemuda tak tinggal diam, ia juga membalas gurunya dengan dua jempol yang sama bangganya. Terdengar pula riuh suara penonton yang tak kuasa menahan haru, terutama saat melihat Radith berhasil melancarkan serangan balik ==================
    Bajeng, ini apaan!? wkwkwkwk



    ================
    "Terima kasih sudah menangkapku."

    "Tak masalah," jawab Fafnir dengan tenang. "Kau bisa menyembahku nanti setelah semua ini selesai."

    "Kembalikan rasa terima kasihku!"
    =================
    Ini si Fafnir minta ditabok ya? wkwkwkw


    dan anjrot itu endingnya... padahal sepanjang cerita ini komedi, tapi endingnya si Fafnir ngemil tubuh Radith kayak makan kudapan, wkwkwkwkwk


    OC : Sanelia Nur Fiani

    ReplyDelete
    Replies
    1. I Announce!

      Thy entry shall be under my vote,

      It shall be engraved by thy story.

      If thou wouldst obey this mind and this reason, accept my decission.

      Then I shall entrust my vote to your entry

      ===========================

      My vote goes for CAITLIN ALSACE

      **clapping hands**

      Delete
  4. wwww ini jadi sealiran ma saya awllawlwakawkkawkaw...
    anyway, di sini saya lihatnya Fafnir jadi lebih enigmatik dan mendewa alih2 di entry Vajra yg cm kayak binatang buas ga punya otak... Yang disayangkan di sini sih, performanya bang zoel menurun, sekalipun masih enak diikuti mungkin lantaran style dan engga wall of text.
    Tapi setelah ditimang2 sih, saya tetep VOTE CAITLIN WIN

    OC: Vi Talitha

    ReplyDelete
  5. Hooyah, Mas Zoel, ini pertama kali saya baca entri Caitlin. Langsung tertarik sama hubungan antar karakter dan partnernya. Geregetnya Fafnir ke Caitlin, terus respons Caitlin ke Fafnir, dan sebaliknya. Kerasa banget dari awal pas raba-raba mimpi, terus ke tengah-tengah pas dilempar di arena, sampe makan-makan di akhir. Dan masuk ke battle, sebenernya cukup, walau masih bisa banget kalo mau ditambahin sedikit konflik lagi sebelum taktik terakhir.

    Good luck ya Caitlin-Fafnir. Maaf belum bisa vote.

    Salam, Eophi

    ReplyDelete
  6. Halo, ini kedua kalinya baca entry Cat, dan seperti biasa, aku suka gaya bahasanya yang membidik sisi manusiawi Cat dengan segala kondisinya, hanya saja, di entry ini aku merasa itu kurang terkupas, sedikit datar, tidak terlalu kuat.... mungkin karena deskripsi yang terlalu singkat atau karena kurang dieksplorasi juga. Padahal, angst Cat sebenarnya memenuhi seleraku banget....

    Saya sempat tersesat dan bingung di awal-awal cerita tentang Grey dan Fafnir. Juga dengan karakterisasi fafnir dan Cat di ending... yeah, itu sebenarnya adegan bagus, Radith terkunyah-kunyah... tapi seharusnya bisa lebih detail, graphic, menggunakan permainan kalimat untuk memastikan itu bakalan horor... but you leave it.

    ah, harus pilih salah satu ya. saya juga suka entry ini, hiks...
    semoga yang terbaik yang lolos.

    ReplyDelete
  7. Wwww, entri Cat jadi komedi. Ini segar sekali bang Jul. Teksnya gak padet dan enak diikutin, saya juga sempat senyum-senyum baca bacotannya Fafnir.

    Anyway.. Karena saya masih jenuh sama battle intensif keshonenan, saya vote Cat. Sori ya Radith.. ; ^ ;

    OC: F̶a̶t̶h̶a̶ ̶a̶`̶ ̶L̶i̶r̶ Strata Munchilla

    ReplyDelete
  8. Radith memakai burungnya untuk melawan Caitlin ._. Sekilas kebayang sesuatu yang aneh.

    Sepertinya saya kelewat suatu informasi penting karena tidak membaca R2 Caitlin, jadinya agak bingung pas baca bagian awal entri ini. Ada sesuatu yang beda di entri ini daripada entri Bang Zoel biasanya. Biasanya sangat intens duelnya, di sini intens tapi tak terlalu intens. Lalu ada banyak lelucon terkait Vajra, serasa dia dan Arjuna seperti Guy Maito dan Rock Lee di komik Naruto. Lalu banyak adu ejekan antara Cat dan Fafnir, jadi nggak kebayang itu naga atau "naga"?

    Ini sulit untuk memberikan vote. Duel intens sesama author yang udah Om-Om. Tetapi mungkin salah satu Om lebih besar anunya, maka vote saya jatuh ke lapak sebelah ._.

    Btw, Caitlin dapat salam dari Bu Mawar~

    ReplyDelete
  9. Di lain pihak entri Cat, kanonnya kuat banget, dunia Caitlin sudah terbentuk solid. (Di BOR 4 OC saya pernah lawan Yvika, satu dunia dengan Caitlin) Jadi gak ada masalah soal latar belakang.
    Sementara aspek battle-nya sendiri malah kurang tergarap baik, bahkan satu adegan mirip adegan di entri Vajra. Saya gak tahu, apa udah janjian ato gimana.
    Setuju ma Kang Heru, intensitas duelnya (?) terasa kurang dibandingkan entri yang dulu.

    OC: Asep

    ReplyDelete
  10. heiho. numpang mampir '3')/

    Saya baru liat ternyata bahasanya asik...
    Entrynya ringan, ngingetin entri saya sendiri sama si Dimas. T//T

    Tapi, sejujurnya saya orang yang di jalur kelam dan serius, Makanya saya lebih intens sama entri sebelah

    maaf ya mas...


    OC : Kazuki Tsukishiro

    ReplyDelete
  11. Frost titip vote untuk Cat yah, selain mudah dibaca dan memang berfokus ke sisi Cat, satu keunggulan yang gak bisa disaingi adalah karena situ submitnya lambat, situ bisa exaggarrate beberapa kutipan asli Vajra yang bikin saya ketawa.

    OC: Frost
    Vote: Cat

    ReplyDelete