4.9.15

[ROUND 3] KAZUKI TSUKISHIRO - A NEW BEGINNING

[ ROUND 3 ] KAZUKI TSUKISHIRO – A NEW BEGINNING
- Dee -

"Jika tempat yang kita pijak hanyalah server, bukan tidak mungkin kita hanyalah data."



-01-
Destruction – Rebirth


Ada yang pernah mengatakan, alam hancur karena ulah manusia.

Begitu pula yang terjadi di tempatnya berada sekarang. Kazuki ingat betul bagaimana Paradise Falls hancur saat ia menusuk burung pelangi usai mengalahkan Lo Dmun. Belum habis rasa terkejutnya, ia mulai ditarik oleh sebuah kekuatan tak kasat mata yang membagi tubuhnya menjadi kumpulan angka matriks sebelum menghilang sepenuhnya dari tempat yang meledak beberapa menit kemudian.

xxx
 

"Ow! Ow! Ow!" Kazuki memegangi tempurung kepalanya ketika dirinya telah memperoleh kesadarannya kembali.

Sakura?

Kazuki terdiam sesaat sembari menelaah kondisi di sekitarnya. Ia tidak sendiri, beberapa peserta lain yang sama bingungnya masih berada disana, menandakan ia belum kembali ke dunia asalnya.

"Kita di Jepang, ya?" tanya seorang peserta yang Kazuki tidak perhatikan wajahnya.

"Ada sakura bukan berarti di Jepang, kan?" cetusnya tanpa melepaskan pandangan dari sosok berambut putih yang ia yakini telah ia BUNUH sebelum Paradise Falls meledak.

Apa artinya ini? Kenapa aku masih terus melihat orang yang sudah aku bunuh?

"Eh, denger deh, kayak ada orang nyanyi…." Seseorang berhasil mengembalikan kesadaranku dan menghentikan langkah sejenak untuk mendengarkan sebuah lagu sendu yang sepertinya berada di kejauhan.

 Bahasa Jepang, tapi aku tidak pernah mendengarkannya, bahkan di Jepun tidak ada yang pernah menyanyikannya, ah sudahlah,masih ada yang lebih penting untuk dipikirkan saat ini.

Ya, salah satunya adalah sistem turnamen yang ia sedang jalani saat ini. Bukankah seharusnya ia yang menang dan bocah berambut putih itu seharusnya tidak ada? Tapi kenapa—tidak, tidak hanya itu, Kazuki merasa tubuhnya tidak kenapa-kenapa. Tidak ada luka, tidak merasa lelah, dan semuanya terasa seperti saat pertama ia 'dipindahkan' ke depan halaman istana.

Sama seperti saat bermain game.

"Lho, sakuranya habis?"

Celoteh dari peserta lain membuat Kazuki sadar bahwa dirinya tidak lagi berada di hutan sakura, hampir berbanding 180 derajat, tempatnya berada kali ini hanya seperti hutan biasa, ditumbuhi pepohonan hijau—layaknya musim panas, jika menganggap hutan sakura tadi musim seminya.

Beberapa peserta perlahan berhenti dan memandang sosok wanita berpenampilan seperti abdi sebuah kuil yang sedang menyapu tangga batu. Wanita itu menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke arah kami.

"Selamat datang, aku sudah menunggu kedatangan kalian."

 Semua peserta saling menoleh satu sama lain.

"Apa maksudnya menunggu kami? Rasanya kami baru tiba disini. Lagipula…. Ini masih di Alforea, kan?" seorang peserta bertanya dengan serius—dan hampir tanpa jeda.

"Tidak, ini adalah server Amatsu, salah satu dari empat server utama di Sol Shefra," jelasnya.

Beberapa peserta saling berpandangan. Kazuki berdehem sejenak.

Dia bilang, kalau tempat ini server kan?

"Lalu, bisakah kau memulangkan kami ke Alforea? Kami punya urusan disana."

Tidak, Alforea mungkin juga sudah meledak—jika melihat ledakan di Paradise Falls sih.

"Sebaiknya kita bergegas ke kota sekarang. Festival akan segera dimulai." Wanita itu tidak menjawab permohonan peserta barusan. Ia justru berbalik badan dan mulai melangkah ke tempat yang disebut sebagai 'kota.'

"Hah? Festival? Festival apa?"

Wanita tersebut menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke arah peserta yang mengikutinya di belakang.

"Tentu saja festival musim panas."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx




-02-
Gladiator


Festival musim panas, atau Natsu Matsuri di tempat asal Kazuki identik dengan kios-kios penjual makanan, warga yang mengenakan yukata, permen kapas, kekasih yang bercinta, dan kembang api. Yah, setidaknya sampai umur lima belas Kazuki telah merasakan hal-hal tersebut hingga ia tidak perlu merasa canggung atau terkejut jika melihat hal-hal tersebut di kota nanti—

"Selamat datang di festival musim panas," ucap gadis pemandu tadi sembari merentangkan tangannya di depan sebuah gedung besar.

"HAH?!!"

—setidaknya sebelum ia melihat arti sebuah festival musim panas di Amatsu.

Tidak ada kios makanan.

Tidak ada warga yang mengenakan yukata.

Tidak ada pasangan yang memadu kasih layaknya dunia milik berdua.

Tidak ada persiapan untuk kembang api.

Yang ada hanyalah sebuah bangunan raksasa yang tidak tertutup atasnya. Kazuki pernah melihatnya di buku sejarah Eropa. Mereka menyebutnya colosseum, sebuah arena di Itali yang digunakan untuk menyelenggarakan pertarungan antar prajurit—bahkan mungkin tidak jarang digunakan sebagai arena pertaruhan.

Tapi gadis ini memakai kimono dan hakama, kan? Kenapa ada colosseum disini? Server seperti apa Amatsu ini? Awalnya tiba hutan sakura, lalu kemudian menjadi hutan biasa, dan sekarang gedung asing sebagai perayaan festival musim panas?

"Ayo, sebaiknya kita segera ke dalam…"

Ke mana?


xxx


Tepukan tangan penonton riuh rendah memenuhi bagian dalam bangunan. Seorang—atau lebih tepatnya sesosok—makhluk berkulit merah sedang menjadi pusat perhatian semua yang ada disana.

"Pada hari ini, kita telah mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah dari sebuah turnamen paling bergengsi di seluruh galaksi, yaitu Battle of Realms!!" serunya heboh—dan disambut oleh sorakan dan tepukan yang tak kalah heboh dari penonton.

Apa dia bilang? Turnamen dilaksanakan disini?

Kazuki menyapu pandangan mencari sosok pria berambut putih panjang maupun sesosok wanita dengan dada besar  yang—seharusnya—menjadi orang yang bertanggung jawab atas terlaksananya turnamen ini. Namun sayang, yang berada di bangku penonton hanyalah manusia dan beberapa makhluk asing seperti si kulit merah.

Suasana mendadak jadi lebih heboh dari sebelumnya tatkala sesosok wanita menduduki kursi khusus yang seolah memang disiapkan untuknya.

"Beri hormat pada Yang Mulia Netori!" seru si pria merah sembari menunduk hormat.

"Hormat pada Yang Mulia Netori!!"

Semua penonton—bahkan si pemandu juga melakukan hal yang sama. Menunduk hormat pada wanita berambut hitam panjang itu, yang kemudian dibalas dengan anggukan kecil sebelum mereka mengangkat kepalanya kembali.

Oh, jadi mereka pengganti si dada besar dan pria tua itu? Benar-benar Déjà vu.

"Tarou!" seru si pemandu—yang namanya belum pernah disebut sama sekali—melambaikan tangan ke pria merah.

"Ah, sepertinya saya tidak perlu berlama-lama, karena peserta sudah tiba di tengah kita!!!" Tarou—si pria merah—menunjuk rombongan yang berada di pintu masuk, disambut oleh riuh rendah sorakan dan tepukan tangan dari para penonton.

"Kalian dengarkan aku. Setelah ini, kalian akan aku bawa ke ruangan untuk bersiap-siap. Oh ya, aku lupa menginformasikan. Kalian tidak akan bertarung sendiri, tentu saja kalian akan ditemani oleh monster dari dunia kalian masing-masing." Pemandu menyampaikan semuanya dengan cepat, dalam satu tarikan napas.

Sebelum peserta menginterupsinya—tertulis di ekspresi mereka—pemandu membuka suaranya,

"Kami sudah membaca data kalian, dan kami telah mempersiapkan monster yang ada dari dunia kalian untuk bertarung bersama kalian disini. Sebaiknya kita segera bergegas."

Suara terompet besar tanda pertarungan telah dibuka terdengar tatkala peserta melangkahkan kaki ke sebuah ruangan yang berada di sebelah timur bangunan. Sesekali Kazuki menoleh ke arah bangku penonton, dan sebagaian besar orang-orang yang berada disana mulai mengeluarkan kantungan maupun lembaran uang dari dalama baju mereka.

Tidak salah lagi, kami adalah gladiator yang dipertaruhkan disini.


xxx


Ruangan itu tidak terlalu besar, namun cukup lengang untuk 29 orang yang baru saja memasukinya.

"Foto kalian dan lawan kalian terpampang jelas di papan itu, jadi silakan memastikan sendiri siapa lawan kalian di putaran kali ini dan kapan kalian akan maju untuk bertanding. Kalian juga boleh menonton pertarungan peserta lain dari bangku penonton, namun kalian harus segera kesini saat Yang Mulia Netori membunyikan terompet tanda pertandingan sebelumnya berakhir. Jika ada yang tidak datang saat gilirannya, dianggap walk out dan lawan otomatis akan menang." Pemandu—lagi-lagi—menyampaikan dengan cepat sembari menunjuk sebuah papan yang berada di belakang peserta.

Agak tidak tertib, peserta mulai melihat nomor urut pertandingan dan lawan mereka.

Vi Talitha, pertandingan keempat.

"Monster kalian akan tiba disini sesaat sebelum giliran kalian. Tapi kalau kalian ingin tahu monster apa yang akan mendampingi kalian atau kalian lawan, ada di meja sebelah sana."

Kazuki telat selangkah. Meja itu sudah dirubungi oleh peserta lain, bahkan untuk dirinya melihat siapa partner-nya nanti ia harus berusaha sabar.

"Ah, Kazuki-kun…" sahut si pemandu yang sukses membuat pemuda berkacamata itu menoleh. "Ini, alat yang kau butuhkan untuk dapat bertarung dengan monstermu nanti."

Kazuki membeliakkan matanya ketika menerima sebuah gelang besi yang memiliki layar kecil di atasnya. Ia tahu benar gelang itu untuk apa.

"Tu-tunggu, berarti monsterku nan—"

Sosok pemandu tadi sudah tidak berada di hadapan Kazuki. Wanita itu pergi ke arah meja yang masih dirubungi oleh peserta lain, dan mengatakan hal yang berkaitan dengan persiapan peserta pertama. Beberapa peserta mulai meninggalkan tempat menuju bangku penonton yang masih tersedia, diikuti oleh Kazuki yang masih memandang gelang besi yang ia kenakan di tangannya.

Dia bukan monster.


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx




-03-
Monster



Zona hijau Jepun dikepung pemberontak. Beberapa dari mereka adalah warga yang merasa haknya dirampas, beberapa merupakan imigran gelap.

'Bukankah selalu begitu? Hak hidup masyarakat zona merah adalah kendali pemerintahan zona hijau, termasuk hak hidup bayi dalam kandungan seorang perempuan.'

Kazuki mengingat-ingat kembali alasan ia terdampar di zona merah tanpa melepaskan pandangan dari televisi tabung yang berada di warung ramen langganannya. Satu persatu pemberontak dibumihanguskan oleh pasukan khusus zona hijau.

Kazuki menghela napas sejenak, sembari mengingat kehidupannya sebelum ini terbilang cukup normal. Kakeknya, Kagetora Kawasugi, adalah seorang prajurit garis depan yang mendedikasikan hidupnya untuk negara sejak umur empat belas, hingga ia dipensiunkan pada umur delapan puluh sembilan tahun oleh pemerintah zona hijau dengan alasan terlalu tua dan mereka ingin mencoba teknologi baru yang mereka kembangkan.

Menolak perintah tersebut sama saja bunuh diri, dan Kazuki sendiri tidak akan menyangka bahwa dirinya yang akan mencoreng nama baik Kagetora dengan menolak perintah pembawaannya dirinya ke zona hijau dan menjadi budak negara tanpa kebebasan yang selama ini ia rasakan.

Kazuki masih ingat betul bagaimana mimik wajah sang kakek saat tahu bahwa dirinya memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh penghuni zona kuning lainnya. Kazuki belajar bahwa kekuatan yang ada pada dirinya bisa diperoleh jika orang tuanya juga pemilik kekuatan.

Tapi keluarganya normal bukan?

Jika keluarganya pemilik kekuatan, maka mereka tidak akan hidup di zona kuning, termasuk kakeknya yang tidak diberi fasilitas utama seperti penghuni zona hijau meski ia adalah seorang abdi negara. Lalu kenapa dirinya memiliki kekuatan seperti ini? Ia hanya tahu bahwa ibunya seorang pekerja di tempat prostitusi yang dinikahi ayahnya atas dasar cinta—sampai-sampai ayahnya rela menyerahkan nama Tsukishiro—nama keluarga ibunya—kepada dirinya.

Suasana tenang di dalam warung ramen berubah ricuh tatkala dua tentara zona hijau mendobrak paksa pintu dan menerobos masuk. Buru-buru Kazuki mengenakan hoodie-nya dan memakan ramennya dengan tergesa sembari melirik ke saluran berita yang masih ditayangkan ditelevisi.

"Matikan televisi itu sekarang juga!! Kericuhan bukan sesuatu yang pantas kalian lihat!!" ucap salah seorang tentara dengan nada yang lantang. Pemilik warung dengan gugup menekan tombol ON/OFF pada remot miliknya, diikuti oleh suara sumpit yang tidak sengaja dijatuhkan Kazuki setelah melihat layar televisi sesaat sebelum mati.

"Hey, kenapa kamu?!"

Teriakan dari tentara yang satu lagi cukup untuk mengumpulkan kesadaran Kazuki dan membawanya kembali ke realita. Apa yang ia lakukan? Bukankah ia tidak ingin menarik perhatian karena sekarang ia dalam proses pelarian diri ke zona merah? Kalau begini, dirinya bisa segera dilubangi oleh dua senapan besar yang dibawa oleh para tentara itu.

"Ma-maaf, saya tidak sengaja."

Gawat, jantung Kazuki bedetak kian kencang. Buru-buru Kazuki menunduk dan memungut sumpit itu kemudian kembali duduk di kursinya. Darahnya terasa mengalir ke segala arah di tubuhnya tatkala sebuah tangan berhasil memegang tempurung kepalanya. Dengan takut teramat sangat, Kazuki melirikkan bola matanya ke arah wajah pria yang tersenyum sangar di sebelahnya.

Apakah ini akhir dari hidupnya?

"Lain kali hati-hati, bodoh!!" Satu gerakan membuat wajah Kazuki membentur meja sebelum pemilik tangan tersebut meninggalkan warung bersama temannya sambil tertawa.

"Mereka memang keterlaluan. Kau tidak apa-apa?" tanya pemilik warung sembari menyodorkan sekotak tisu untuk menyeka hidung Kazuki yang berdarah.

"Ya." Kazuki masih mengingat jelas sosok yang terekam dalam siaran berita sebelum televisinya dimatikan. Rupanya zona hijau mengembangkan teknologi android raksasa untuk menggantikan seluruh tentara yang mengabdi pada negara. Namun bukan itu yang membuat Kazuki sampai menjatuhkan sumpit dan membuat hidungnya berdarah. Salah satu android yang digunakan oleh zona hijau menggunakan wajah Kagetora Kawasugi, kakeknya yang sebulan lalu telah meninggalkan dunia.


xxx


Suara sorak sorai penonton riuh membahana menyaksikan kedua petarung yang berlaga di tengah-tengah mereka telah membangunkan Kazuki dari lamunannya. Sesekali ia menghela napas, ingatan masa lalunya terkadang menguras emosi yang sudah lama Kazuki kubur.

"Go! Go! Go!"  seorang penonton yang duduk di sebelah Kazuki berdiri dan menyemangati petarung yang cukup membuat Kazuki penasaran.

Seorang petarung dengan topi fedora yang menutupi rambut ungunya cukup mengesankan bagi Kazuki. Bagaimana tidak, kesan pertama Kazuki saat orang itu menolongnya berdiri bukan kesan yang baik. Ia belum mengetahui jenis kelamin orang itu, tapi raut wajahnya menybalkan. Dan Kazuki tidak menyukai orang yang metroseksual layaknya manusia bertopi fedora itu.

Hm, nggak buruk juga untuk orang yang cengar-cengir seperti dia.

Kazuki memandang papan display besar yang berada di arah berlawanan dengan pintu tempatnya masuk tadi.

Current Match : Lady Steele vs Dyna Might

Next Match : Vi Talitha vs Kazuki Tsukishiro


Oh, sebaiknya aku harus segera bersiap-siap.

Baru saja Kazuki mengangkat pantat dari duduknya, sesuatu tak kasat mata menghentikan gerakannya. Perlahan tapi pasti, Kazuki bisa melihat wanita yang paling ia benci sedang merangkul dirinya dari belakang, tersenyum mengejek dan  mengelus dagunya sembari membisikkan kata-kata yang Kazuki tidak ingin mendengarnya.

"Kazuki, Kazuki, lihatlah.. Kau akan jadi sepertiku, bukan seperti monster itu."

Diam! Dia bukan monster.

Menghentakkan kaki untuk menjauhkan bayangannya, Kazuki segera berlari menuju ruangan yang ditunjuk oleh pemandu tadi.


xxx



"Sekali lagi kami laporkan JPAND47448921AS telah memberontak. Jika kalian melihatnya, segera bunuh demi keamanan negara." Suara seorang prajurit terdengar parau bercampur dengan deru napas yang terengah. Tak peduli kala itu sedang hujan, tenggorokan pria itu tetap kering.

Hancur.

Sebagian kecil zona hijau dibumihanguskan oleh sebuah android yang mendadak gila. Tanpa sebab yang jelas, ia menembakkan senjata tanpa jumlah peluru terbatas pada beberapa gedung pemerintahan, diantaranya gedung suplai makanan, obat-obatan dan sebuah rumah sakit.

Beberapa tim segera mengambil tindakan tegas dengan memutus koneksi antara program android dengan perintah dari kantor pusat.

"Apa? Gagal katamu? Diretas?!!" Pria tadi masih sibuk dengan Walkie-Talkie di tangannya. Kini kepanikan di wajahnya semakin kentara mengingat sudah hampir tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menahan JPAND47448921AS agar kembali bertarung bersama mereka.

Di lain tempat yang agak jauh, seorang pemuda dengan jubah kumuhnya terus mengutak-atik gelang yang berada di lengan kanannya. Kazuki coba memasukkan perintah untuk menguji apakah dirinya masih terhubung dengan makhluk yang baru saja ia retas datanya—sebelum akhirnya ia mencurinya.

JPAND4748921AS masih terus menghancurkan bangunan maupun orang-orang yang berada di depannya. Pemerintah zona hijau  sendiri memprogram agar android-android buatan mereka tidak bisa ditembus segala macam peluru dari senjata api. Mereka begitu yakin bahwa semua program mereka aman, tanpa mereka sadari anak berusia enam belas berhasil meretas sistem keamanan dan program android yang ia khususkan.

R U N

Kazuki berlari ke arah dermaga dan melompat turun ke air, diikuti oleh android yang telah menerima perintah dari Kazuki sebelum mereka berenang menuju zona merah.



xxx



"Hai. Lama tak jumpa. Maaf aku sudah menelantarkanmu.." Kazuki mengelus paha android yang terduduk di sudut ruangan.

Dingin.

Kazuki menghela napas sesaat sebelum mendorong makhluk tersebut ke pintu ruangan. Ia tidak ingin mengaktifkannya sekarang, jika ia tidak mau dituntut atas perusakan fasilitas negara.

Kazuki masih ingat bagaimana ia mereka ulang, memoles, bahkan memberinya nama untuk sebuah android yang ia curi. Dirinya tidak ada niatan untuk membuatnya menjadi senjata pembunuh, toh zona merah tidak seburuk dan sekaku zona hijau. Sama seperti keberadaannya yang ia coba hilangkan dari database zona hijau sebagai daftar buronan, Kazuki melepaskan semua bagian tubuh  JPAND47448921AS agar mudah disimpan, dan tidak mudah ketahuan mengingat tingginya melebihi rumah. Sesekali ia tidur memeluk kepala android tersebut sembari mengingat masa-masa nostalgik yang pernah ia lalui bersama dengan orang yang paling ia cintai.

Suara tanda pertarungan ketiga berakhir mulai terdengar. Kazuki menyalakan gelangnya dan menyerahkan sepenuhnya pada kekuatan wi-fi di dalam server Amatsu.

"Yosh, sepertinya sekarang giliran kita. Aku mohon bantuanmu ya—"

Kazuki melangkah terlebih dahulu, meninggalkan JPAND47448921AS yang masih belum tersusun sepenuhnya.

"—kakek."


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx




-04-
Doppelgänger


Helaan napas.

Tepukan tangan.

Serta decakan yang seolah tidak sabar menunggu kedua peserta untuk bertarung—kalau lawan Kazuki benar-benar datang dan menghadapinya. Ia hanya tahu dari foto bahwa lawannya adalah seorang suster, tapi masih belum ada tanda-tanda keberadaan Vi Talitha untuk muncul di arena pertarungan.

—setidaknya sampai ia mendengar suara  entakan hak sepatu menggema di ruangan seberang.

Huh, dia sendirian?

Seorang wanita berpakaian seperti layaknya seorang suster mumi muncul dan melambaikan tangan kepada para penonton yang bersorak-sorai atas kedatangannya. Kazuki mencoba waspada, kalau-kalau ada orang lain yang di belakang wanita berambut coklat itu.

Kosong.

"Kau… sendirian?" tanya Kazuki—mau tak mau—penasaran.

"Kau bisa melihatnya kan?" kali ini Vi menjawab sembari menoleh ke belakangnya. "Tidak ada siapapun di dalam sana."

"Apa ini diperbolehkan? Bukankah kita harus bertarung bersama mons—makhluk yang disiapkan panitia?" Kazuki menggigit bibir bawahnya.

"Memangnya kita harus bertarung? Apa kamu nggak capek bertarung terus?" tanyanya dengan wajah polos—yang dibuat-buat.

Dilihat dari dekat, sosok Vi cukup membuat Kazuki menelan ludahnya. Entah sejak kapan, di kepalanya ia justru melihat Vi sebagai salah satu tokoh suster dalam koleksi video porno miliknya. Dada yang berisi, perban melilit disana-sini, dan—

—tunggu. Bukan saatnya memikirkan hal itu kan? Dirinya saat ini sedang bertarung melawan gadis yang menatapnya dengan tatapan 'ngapain kamu lihat-lihat' dan berdiri di hadapannya.

"Sejujurnya aku tidak yakin…" Mood Kazuki lagi bagus hari ini, apalagi dengan adanya kehadiran makhluk yang membuatnya merasa nostalgik. "…aku tidak yakin bisa melawanmu yang hanya wanita dan sendirian."

"Huh? Kau tidak yakin karena takut kalah dariku yang hanya wanita dan sendirian?" Vi tersenyum.

"Hah, maaf aku nggak ngerti maksudmu. Kamu sudah jelas melanggar aturan pertarungan. Aku nggak mau bertarung dengan orang yang bahkan melanggarnya sebelum mulai—"

"—ternyata benar kau takut. Hahahaha…" Vi memotong ucapan Kazuki. "Tapi aku juga capek sih, bertarung terus, kita bisa main-main aja nggak?"

"Main apa?"

"Hm… Apa ya?"

Kazuki merasakan getaran pada lengan kanannya dan melihat tulisan Connected disana, disusul oleh decakan kagum penonton melihat JPAND47448921AS—atau Kagetora Kawasugi versi android berdiri dan menatap lurus pada Kazuki maupun Vi yang berada di tengah-tengah arena.

"Ho… Jadi kau tidak ingin curang, tapi kau malah mempersiapkan monster sebesar itu untuk menghadapiku?" tanya Vi.

"Dia bukan monster. Kakekku bukan monster. Kau tidak mengenalnya, jangan cap dia monster!"

"Ara~ wajahmu serius begitu. Dilihat bagaimanapun kan, tubuhnya besar sekali.."

Kazuki menelan ludah. "Sampai kau mengeluarkan monster yang bersamamu, aku tidak akan menyerangmu terlebih dahulu."

"Ya sudah, terserah kamu kalau seperti itu. Aku pikirkan permainan apa yang bagus buat kita."

Kazuki berbalik dan membelakangi Vi hingga membuat beberapa penonton yang ada disitu saling pandang, mencoba memahami apa maksud tindakan Kazuki maupun Vi yang tidak seperti orang yang akan bertarung.

"Mereka batal tanding?"

"Lalu taruhan kita gimana?"

Suasana agak sedikit ricuh, namun Netori atau Tarou tidak menginterupsi. Artinya, pertandingan tetap jalan kan?

"Bukannya aku tidak mau melawannya, hanya saja, dia—" Kazuki menggumam. "—menyembunyikan sesuatu, sepertinya. Hey, Kakek, mau coba sesuatu?"

Dia terlihat sedikit polos dan bahkan terlalu baik untuk berada di dalam pertarungan Battle of Realms—atau apalah namanya tadi si ikan merah itu katakan.

Kazuki menghela napas, dan sengaja menjatuhkan dirinya di arena berpasir yang ia pijak. Kawasugi melakukan hal yang sama, dengan efek yang berbeda mengingat besar tubuhnya. Seketika, satu arena—termasuk penonton—menderita efek badai pasir lokal dan tak sedikit yang segera menyeka mata atau terbatuk-batuk sembari membersihkan hidung mereka.

Sekarang.

Kazuki berlari dan melesat maju sembari menghunuskan kodachi-nya ke arah Vi yang masih membersihkan matanya. Namun sayang, gadis berpakaian suster itu cepat sadar dan segera memalingkan wajah, menghindari mata pedang yang ditujukan padanya.

"Kau reflek juga." Kazuki menarik kembali pedangnya dan membuat gerakan Kawasugi ikut terhenti.

"Habis kalau kena sepertinya sakit. Lagipula…. 'tak ingin menyerang' katamu? Ternyata itu artinya ya?" Vi mengembangkan senyumnya, mengejek.

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu."

"Hm, apa itu?"

"Kenapa kau sendirian? Bukankah pemandu dengan jelas mengatakan bahwa kita semua bertarung bersama monster. Sejujurnya aku nggak mau bertarung kalau kau sendirian."

"Masih itu yang kau bahas? Munafik. Nyatanya kau menyerangku."

"Habis aku merasa aneh. Kenapa wanita itu dan pria merah itu tidak menegurmu."

"Entah. Jadi kau ingin tetap bertarung?" tanyanya.

Kazuki tidak menjawab. Ia bergerak maju dan menyentuh tangan Vi dengan punggung tangannya.

Kosong.

"Kalau kau seingin itu bertarung denganku, aku ingin mengajukan persyaratan." Vi menunjukkan angka satu pada jarinya. "Seperti yang kau lihat, aku sendirian. Bagaimana kalau kau putuskan hubunganmu dengan dia? Kulihat, dia mengikuti gerakanmu, jadi kupikir kalian pasti terhubung."

Kazuki menoleh ke arah Kawasugi yang berdiri agak jauh di belakangnya. Android itu memang mengikuti gerakannya, namun waktu pergerakannya lebih lamban, makanya ia bisa berada dibelakang meski Kazuki melesat barusan.

Memutuskannya? Aku tidak tahu apa yang wanita ini rencanakan, tapi—

"Baiklah."

Kazuki menekan tombol pada gelang di tangannya dan membuat Kawasugi duduk bersila di tepi arena.

"Tuh, dia sudah tenang, jadi bisa kita mulai." Tanpa memberi jeda, Kazuki melesat maju dan memutar kodachi  di tangan kanannya.

"Gyah!"

Sosok Vi tidak ada di hadapannya. Entah sejak kapan suster cantik itu berada di udara.

"Ceh!"

Kazuki kembali berlari dan menancapkan nodachi pada tanah dan menggunakan gagangnya sebagai tumpuan untuk melakukan tendangan putar di udara, namun dengan lincah Vi menghindari serangan langsung yang bisa berakibat fatal pada dirinya. Hanya saja, Kazuki lebih sigap untuk melemparkan kodachi ke punggung Vi dan membuatnya jatuh ke tanah.

Kazuki juga terempas, meski tidak sesakit wanita tersebut, dan tanpa membuang waktu, ia mengangkat nodachi  kemudian mengayunkannya pada Vi.

"Gah!"

Aneh. Dirinya ingat bahwa ia yang mengayunkan pedang ke arah Vi, tapi kenapa dirinya yang terempas dan terluka seperti terkena sabetan pedangnya sendiri?

"Sakit…" Vi bangkit dan terseok mendatangi Kazuki yang memegangi lengan kirinya.  "Jatuh itu… Sakit."

Kazuki menatap nanar sosok wanita berbalut perban di hadapannya. Pipi kirinya retak, tidak, pipinya terkoyak, tapi kenapa tidak ada darah mengalir? Perlahan Kazuki memegang gelang di tangan kanannya.

Aku harus terhubung. Orang ini bukan manusia.
Aku harus terhubung. Orang ini bukan manusia.
Aku tidak mau mati disini

Baru saja Kazuki memegang gelang dan bersiap menekan tombol untuk menghidupkan kembali koneksi antara dirinya dan Kawasugi, sebuah lilitan perban mengunci gerakannya.

Apa? Bagaimana? Bahkan Vi tidak berbuat apa-apa.

Tidak, tunggu, perban ini datang dari arah lain.

"Kerjamu sudah cukup, Umbra. Meski kau masih sedikit lengah."

Seorang wanita yang memiliki deskripsi fisik yang sama dengan Vi—yang dilawan Kazuki barusan—muncul dari pintu yang berada di kanan mereka.

"Maafkan saya, Tuan." Wanita yang dipanggil 'Umbra' membungkuk sejenak sebelum kembali berdiri dan menatap Kazuki yang masih kebingungan di hadapannya.

Vi ada dua?

"Aku sudah cukup mempelajari tentangmu, Tsukishiro Kazuki."

Darah Kazuki seperti naik ke ubun-ubun. Seringai yang menghiasi wajah cantik wanita berambut coklat itu seperti menusuk jantungnya. Senyuman dingin—yang bagi Kazuki adalah seringai—mengingatkan dia pada sosok wanita yang masih membelenggunya, seolah tidak melepaskannya. Wanita yang selalu memeluk dalam mimpinya, menariknya ke kegelapan.

Tolong aku, kakek.


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx




-05-
Fallen



Apa yang berada di hadapan Kazuki sekarang hampir diluar batas pemikiran normal manusia. Jika bukan kloning, lalu sebenarnya apa?

"Apa kau pernah dengan soal Doppelgänger?"

Ah. Kazuki ingat bahwa mantan pacarnya—Tachibana—sempat menanyakan hal itu padanya. Sepertinya lagi tren di kalangan para remaja putri legenda perkotaan seperti itu.

"Kloningan manusia?"

"Ih, bukan. Itu loh, fenomena misterius dimana kamu seperti melihat kembaranmu, dan dalam tujuh hari kau akan mati."

Kazuki ingat ia tertawa mendengar penjelasan Tachibana, hingga hari ini ia melihat sendiri wujud Doppelgänger itu seperti apa. Sesekali ia menggeritkan giginya, karena kedua tangannya masih belum bisa ia gerakkan meski perban yang melilitnya sudah hilang.

"Brengsek!"

Dirinya tertipu mentah-mentah. Selama ini yang melawannya bukan Vi yang asli, melainkan monster yang Vi bawa untuk pertandingan kali ini. Monster yang menyerupai Vi untuk mengulur waktu agar Vi yang asli bisa mempelajari tentang dirinya.

"Kau menipuku!!"

"Aku tidak pernah berkata bahwa aku adalah Vi Talitha. Kau yang memanggilku seperti itu." Umbra tertawa.

"Sungguh, aku tidak menyangka kau dengan mudah tertipu oleh penyamaran Umbra yang masih penuh celah. Atau mungkin kemampuanmu hanya samapi segitu saja? Kau juga dengan mudah memutuskan hubunganmu dengan robot itu, meski aku tahu bahwa kamu butuh tiga puluh menit untuk bisa menyambungkan kembali." Vi seolah menghapal informasi—yang diberikan—oleh pemandu, sementara dirinya justru langsung pergi ke bangku penonton.

"Kau…. Curang."

"Curang katamu?" tanyanya. "Bukankah kau yang lebih curang karena tahu isi hati orang lain karena menyentuhnya? Jangan jadi munafik."

"Tsk."

"Tuan, sebaiknya kita selesaikan pertarungan ini, sebelum ia menghidupkan kembali robot itu," usul Umbra sembari mengulur perban di tangan kirinya.

"Yah, kurasa tak ada salahnya. Aku ingin segera pergi dari sini."

Kazuki menghela napas. Memang menghubungkan kembali koneksi antara dirinya dan Kawasugi butuh tiga puluh menit tanpa gerakan berarti. Dan ia belum menekan tombol sejak membuat Kawasugi duduk manis di pinggir arena. "Maaf."

Vi dan Umbra memandang Kazuki bersamaan.

"Yang curang bukan hanya kalian."

Kazuki menonaktifkan tombol sleep pada pergelangan tangannya dan membiarkan Kawasugi berdiri tegak.

"Bagaimana mungkin?!" Umbra menatap sosok hitam setinggi lima meter itu hampir tanpa berkedip.

"Aku tidak memutuskan hubunganku dengan dia. Dia hanya tidur, sebentar."

"Kurang ajar!"

"Kita satu sama." Kazuki berlari dan mengayunkan pedangnya pada angin, dan Vi membuat perisai untuk memantulkan serangan tersebut.

Badai pasir yang menyerang kedua wanita tersebut kembali pada Kazuki dalam jumlah lebih akibat serangan Kawasugi.

Aku tidak mau mati disini.

Kazuki menutup matanya dan terus melesat, sebelum akhirnya mengayunkan nodachi secara vertikal. Ia masih belum bisa membuka matanya secara sempurna, karena butiran debu yang masuk di sudut matanya terasa mengganjal.

Tapi ia merasakan sesuatu yang hangat.

Amis.

Kazuki hapal benar apa yang terjadi di hadapannya, dan saat ia membuka mata, sesosok wanita terbelah dua menggelepar di tanah. Sementara di sebelahnya, sebuah onggokan daging berwarna pekat perlahan-lahan menghilang.

Suara terompet tanda pertandingan selesai dibunyikan oleh Yang Mulia Netori. Kazuki memutuskan hubungan sebelum mengempaskan pantatnya di samping Kawasugi.

"Terima kasih telah menemaniku, kakek…"

Sesekali ia mengelus pedang yang panjangnya dua puluh lima kali dari nodachi miliknya. Masih ada bercak darah disana.

"Sekali lagi, terima kasih."

Kazuki tidak mempedulikan sorak sorai penonton yang ada di dalam colosseum. Ia hanya bersyukur, pertarungan kali ini sudah selesai.




28 comments:

  1. whoa, flashback selang seling dipake Dee :D

    Seperti biasa, saya kalo nemu model seperti ini, malah lebih tertarik mendalami flashback dari pada realita-nya, wkwkwkwk

    Kazu rasanya suram sekali yaaaa, kayak gak punya gairah hidup
    ._.

    Tapi begitu ngelihat Vii, malah kebayang artis bokep #Plak

    Tachibana!? Pacaranya kazu namanya Tachibana!? Rambutnya nggak putih, terus wajahnya nggak emotionless kan?
    ._.

    skip>>>


    Untuk battlenya sendiri, battle Kazu kali ini lumayan singkat yaaa, mungkin karena Dee juga punya kesibukan luar binasa di IRL sana.
    Tapi pendeknya battle ini cukup terobati dengan multiple strategy dari sisi Kazu dan Vii... yah pada dasarnya, dua orang itu sama-sama licik sih ya, ahahahaha~

    Btw, bagaimana kabarnya Tachibana sekarang?
    ._.

    OC : Sanelia Nur Fiani





    Sekarang harus vote yah? ntar deh, saya update di kolom reply aja untuk votenya~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hidup Kazu suram pak. Haknya diambil. wkwkwkwkwkw
      Kakeknya dijadiin robot #plak #bukan

      Tachibana is a top btch di sekolah pak. Sebelum sama Kazu dia sudah sering main sama yang lain. Pas Kazu populer dia nempel terus sama si kacamata, habis itu kazu dipanggil pemerintah dia pura2 ga kenal. Rambutnya coklat pak, dikepang kecil di kanan depan.

      Untuk battlenya sendiri, battle Kazu kali ini lumayan singkat yaaa, mungkin karena Dee juga punya kesibukan luar binasa di IRL sana.
      >> Anak S2 tugasnya banyak ya pak TnT

      wkwkwkwk


      Tachibana sih cari pacar lagi pak.

      Nanti malam saya jalan2 deh..

      Makasih sudah mampir pak.


      ditunggu votenya

      Delete
  2. Hehe, as expected, pertarungan antara Vi dan Kazu pasti penuh adegan tipu-menipu. Gak perlu pakai karambol atau semacamnya, bahkan di medan arena yang terbilang standarpun tetap bisa terjadi pertarungan yang seru.

    Walau memang singkat dan nggak terlalu banyak skill/jurus yang disajikan, setidaknya dalam cakupan Vi vs Kazu ini entri yang cukup meyakinkan buat saya yang mementingkan battle di atas segalanya.

    VOTE KAZUKI
    OC: Vajra

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oops, maksudku UNO, bukan karambol. Si Ananda ituh...

      Delete
    2. Wkkwkwkkw

      makasih udah mampir koh. Saya juga mentingin battle sih kalau untuk BoR
      Makasih juga buat votenya... Kalau lolos, Jurusnya kazuki akan saya coba kembangkan

      ^^b

      Delete
  3. Fatanir - Po

    Penggalian karakter Kazuki cukup bagus. Flesbek tentang zona-zona itu ngasih info tentang keadaan Kazuki yg buruk itu bisa dieksplor lagi sih, efeknya ke Kazu kyk apa, sehingga Kazu bisa dikasih ciri khas yg makin keliatan. Pertukaran strategi antara Kazuki dan Vi juga pas porsinya. soalnya ada adu mulut ada juga adu battle strategi, dan monsternya Kazuki keliatan kepake sebagai bagian dari strategi untuk menang. Karakter Vi juga cukup tergambar menipu dengan klonnya, dan kemampuan perbannya juga nggak bisa diremehkan.

    VOTE KAZUKI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih buat votenya pak po.

      Tadinya ada dua halaman lebih soal masa lalu kazuki + efek zona ke dia, cuma saya ringkas habis disini. Soalnya takut terlalu timpang. Hbis si kazu aslinya menang mudah lawan Vi. (Monster setinggi 5 meter vs manusia biasa)

      Saya ga kepikiran trik lain buat Vi yang licik.. >.<

      Delete
  4. Ho, ini pakai sistem counter-trick yang mirip dengan entri Vi.

    Cukup rapi battlenya, tipuannya juga greget, tapi sayangnya porsi battle ini kena overshadow sama flashback-nya. Pertarungan Kazuki melawan Vi jadi kalah menarik dibanding flashback masa lalu Kazuki...

    Zoelkarnaen
    OC: Caitlin Alsace

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih bang zoel udah mampir


      tadinya ga mau pake flashback2 lagi karena pas R2 udah banyak.. tapi pas liat tema, ya saya harus nyesuain. Mudah-mudahan ke depannya bisa ngurangi flashback... :D

      Delete
  5. Entri Kazuki terasa datar & kurang menarik dibanding Kazuki yang penuh twist.
    Pertarungannya pun terlalu singkat menurut saya, begitu juga sesi kilas balik yang, walau dibuat pendek, tapi kurang berhasil memberikan hal yang bisa dikenang.
    Gak ada keluhan di narasi atau tata bahasa, mungkin hanya di plot aja kurangnya.

    Nilai Kazuki: 7

    VOTE: saya pilih Vi
    D. Lanjung (Asep)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kazuki yang penuh twist yang mana bang? wkwkwkwk

      XD


      Thanks udah mampir ya

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Salah nulis, maksud saya Vi yang twist tuh XD

      ah, sebenernya ini bagus kok, draw kalo boleh dibilang, cuma entah kenapa hati saya (wut?) condong ke karakter cewek ._. #plak!

      Delete
  6. Menurut saya Flashback di entri ini sudah tidak bermasalah, tapi yang perlu dibanyakan dari entri ini adalah aksi di luar flashback yang dapat memberi insight seberapa suramnya perubahan si kakek, mungkin seperti senyum yang tak akan pernah terlihat lagi atau sifat ceria yang menjadi dingin.

    Sekian dari saya, terimakasih.
    OC : Renggo Sina.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mampir :3

      Kalau lolos, ke depan dicoba deh

      Delete
  7. Oalah. Lumayan juga. Eh tapi kok rada jauh dari karakteristik Kazuki ya. Hm. Namanya kaya L di death Note.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karakteristik Kazuki gimana?

      Kazuki mana dulu ini?

      L? Ryuzaki? J A U H M Z

      Delete
  8. Entry Kaz ini terasa suramnya, gelapnya, sampai kesepian dan feelin' blue-nya Kaz gitu... juga perasaan antara dia nggak terima vs butuh bantuan Kagetora yang jadi pendampingnya. Flashback yang mendukung mengapa dia jadi seperti ini juga konsisten. Ini berlawanan dengan battle Vi yang penuh warna, bitchy dan nggemesin. tapi, dua-duanya bagus, ketika akhirnya saya ingat UNO itu yang kayak apa. Tapi, saya juga suka battle. Tapi... ah.. bingung saya (malah curhat)

    saya DRAW. Dua-duanya oke.

    OC: Mima shiki Reid.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mamiiii

      makasih udah mampir. Mami galau ya mi? mudahan ke depan ga galau ya mi www

      Delete
  9. AYE NGEVOTING KAZUKI

    ini enak ngebaca cerita nye,,,kalo di bayangin tuh jadi kayak serasa nonton pelem,,, pembace dikasi kisi- kisi,,,kagak perlu di bilangin kalo tuh robot itu kakeknye kazuiki, pembaca ude langsung tahu,,, ini hebat deh cara narasiinnye

    terus adegan berantemnye juga oke,,,padat singkat jelas,,,tapi kerasa mantep banget,,pake adu maenan tipu- tipu,,,sekali tebas langsung kelar,tapi keren dah pokoknya

    karkater aye Kumirun,,,mestinye dulu ngelawan si kazuki,,,aye jadi nyesel dulu kagak sempet nulis ape- ape

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayey kong kumiruuun

      Makasih udeh mampir ye. Makasih juge buat votenye.

      Tahun depan panjang umur, kita ikutan BoR 6 lagi nyok


      Delete
  10. Beres baca entri Kazuki dan Vi Talitha, sempet bingung mau pilih yang mana karena keduanya ada miripnya, sama-sama mainan taktik dan sama-sama One Hit Kill. Namun kalau dari segi kenyamanan baca, entri Kazuki jauh lebih menyenangkan buat saya daripada entri Vi. Entri Vi mungkin agak lucu dan seru, tetapi kalemnya entri Kazuki lebih memukau.

    Cuman sedikit iseng aja, saya singgung bagian kata depan di- yang masih banyak digabung. Mestinya dipisah >.<

    Saya VOTE Kazuki~

    OC: Kusumawardani, S.Pd.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tambahan kritik—tadi kelupaan—yaitu penggunaan tanda em dash—seperti ini—yang sepertinya agak terlalu banyak. Dan itu—IMO—membuat alur baca menjadi tersendat ._.

      Delete
    2. Awww bang her...
      Makasih udah mampir dan vote >.<

      Saya juga nulis ini kalem kok bang, meski habis nulis malah diganggu penunggu gedung akuntansi profesi sampai kaki saya biru (untung rahang saya gapapa)

      Nah, itu dia, saya juga ngerasa sih penggunaan kata depan di- dan penggunaan dash saya kayaknya masih butuh perhatian khusus. Kadang kebiasaan nulis begitu. Kalau lolos, ayo kita bertemu dan mudahan nanti saya bisa memperbaiki kebiasaan itu

      Delete
  11. Saya baca entri lawan jauh sebelum baca ini, dan saya kaget juga ternyata Kazuki punya sesuatu yang hebat buat ditawarkan di ronde ini

    Banyak yang saya suka dari sini, terutama soal hubungan kakek Kazuki dan battle tipu dayanya - dua poin ini mungkin udah banyak disebut juga di atas - dan itu bikin entri ini punya nilai yang bikin kesan lebih selama baca. I'm impressed

    Meski demikian emang agak timpang sih ya antara flashback dan battle, tapj kayanya hampir semua yang make kartu flashback di ronde ini punya masalah serupa, jadi mungkin ke depannya bisa lebih baik lagi karena udah ga fokus di flashback lagi

    VOTE Kazuki

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayy makasih kak sam udah mau mampir plus kasih vote.

      Sejujurnya saya sih udah ga mau lagi pakai flashback kebanyakan.. Cuma saya kudu nyesuain sama rondenya,(dan kali ini make robot dari dunia sendiri, so---)

      next time, kalau lolos, saya usahakan minimalisir flashback atau nggak make sama sekali. Doakan..

      Delete
  12. Dhika (guest)

    Cerita yang menarik, gak menyangka diluar dugaan ternyata Vi yang dilawan Kazuki itu adalah Umbra, dan Vi yg asli (sepertinya) memperhatikan Kaz dari tribun. Adegan bertarungnya.... sedikit cepat (bertarung secara isiknya sih) secara mental mungkin sudah dari awal sejak pertandingan dimulai xD

    Kakek Kazuki itu, android ya? Melihat flashback yg diberikan, saya sedikit bingung... atau memang karena saya tidak mengikuti cerita dari awal? Anyway, keseluruhan cerita yang unik dan menarik, semangat untuk Kaz dan kakek Kagetora!

    VOTE Kazuki

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heiho. Makasih udah mampir dan kasih vote :>

      Untuk soal kakek Kazuki,,,tadinya beliau itu tentara.. pensiun, mati karena tua.

      Nah, pemerintah ini rupanya bikin android yang mirip si kakek. Sementara kazuki yang sayang sama si kakek langsung nostalgik dan nyuri android yang mirip kakeknya. wkwkwk

      Makasih makasih...
      Doakan lolos

      Delete