7.9.15

[ ROUND 3 ] NOBUHISA OGA – PARTNERKU ADALAH ...

[ ROUND 3 ] NOBUHISA OGAPARTNERKU ADALAH ...


"Dengan ini, mari kita mulai pertarungan terbesar abad ini!!"

Tarou kembali menyahut dengan semangat berkobar. Penonton kembali bersorak menyambut seruan si pembawa acara. Suara riuh terdengar membahana hingga para peserta yang berjalan di dalam lorong bawah tanah bisa mendengarnya.

"Ramainya! Sepertinya pertandingan nanti akan sangat seru, Krukru!"

Seorang gadis kecil berkemeja putih dengan celana jeans birunya tengah menggandeng sekelompok boneka besi dengan topeng berbagai macam ekspresi. Wajahnya begitu sumringah saat mendengar sorak-sorai para penduduk server Amatsu.


Ia tidak sendirian, ada beberapa peserta lain yang selamat dari kehancuran Alforea. Mereka tengah mengikuti seorang miko –pendeta wanita agama Shinto- yang telah menyambut mereka di gerbang di dekat hutan.

Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi pada Alforea setelah insiden serangan virus tersebut. Setahu para peserta, mereka berhasil diselamatkan oleh Hewanurma tepat sebelum ledakan besar menghancurkan seluruh area.

"Sial! Kenapa aku harus menunda pertarunganku kali ini!" umpat Nobuhisa.

Samurai itu hanya bisa mendesah panjang. Terlihat dengan jelas, rasa kesal tengah meluap dari dalam hati. Padahal ia sudah menantikan pertarungan dengan Asep sejak awal babak penyisihan. Namun apa daya, si gadis cebol bernama RNG-sama telah menariknya ke Amatsu tepat menjelang pertandingan.

Tentang RNG-sama, Nobuhisa sendiri tidak tahu pasti nasib yang menimpa perempuan tersebut. Apakah dia sudah mati akibat ledakan tersebut atau selamat dan berpindah ke tempat lain?

Begitu juga dengan wanita berdada E-cup dan tua bangka yang mengatur jalannya pertandingan. Nasib mereka belum jelas hingga saat ini.

Persetan dengan si tua laknat itu! Semoga gadis berdada sapi itu selamat, batin Nobuhisa.

Demikan doa dari lelaki cabul dengan dua pedang yang menggantung di pinggang.

*********
"Akako, kemarilah!"

"Baik, Okaa-sama!"

Seorang gadis kecil berkulit merah berlari menuju seorang miko berambut cokelat. Kedua tanduk kecilnya berkilauan tertimpa sinar matahari. Meski penampilannya terkesan mengerikan, ia nampak tak canggung dengan "ibunya" yang tentu jauh lebih cantik darinya.

Saat Akako berada di hadapannya, perempuan bermata ungu itu berjongkok dan merapikan rambut putih iblis imut itu dan mengikatnya dengan sebuah tali kecil berwarna hitam.

"Sudah, sayang. Apakah kau sudah siap mengikuti pertandingan?" Sang ibu menatap ke dalam mata Akako, memastikan bahwa putri kecilnya telah siap lahir batin.

Tangan mungil gadis itu teracung ke atas.

"Siap, Okaa-sama! Demi keluarga kita, aku berjanji akan memenangkan pertandingan ini!"

Lengan miko cantik itu langsung merangkul tubuh Akako. Ia memeluk anaknya dengan hangat. Oni merah itu pun pun ikut memeluk ibunda tercintanya.

"Dengarkan aku baik-baik, anakku. Kau akan memenangkan pertandingan ini jika bergabung dengan seorang samurai dengan luka di wajahnya."

Raut muka Akako langsung berubah saat mendengar ucapan tersebut.

"Kenapa?"

"Aku mendengar dari teman ibu, bahwa samurai itu tengah mengikuti turnamen Battle of Realms. Tampaknya dia sedikit kesulitan saat melewati ronde kedua. Oleh karena itu..."

Miko itu berhenti berkata, entah kenapa rasanya susah untuk meneruskan ucapannya. Ia harus memilih kalimat yang tepat untuk menyampaikan apa yang di rasakannya saat ini.

"Bantulah dia. Karena mungkin dia tahu siapa ayahmu sebenarnya."

"Eh?"

Mata Akako terbelalak lebar.

*********

"Yo, Nobu!"

Asep tengah membawa seekor singa. Terlihat seperti singa, karena warna bulunya yang aneh. Sekujur tubuhnya dipenuhi bulu hitam dan putih seperti kucing rumahan. Kedua matanya memiliki warna yang berbeda.

"Hewan apa itu? Sejak kapan kau bawa peliharaan ke sini?" tunjuk Nobuhisa ke arah kucing besar tersebut.

"Heh..masa kau tidak tahu. Pertandingan kali ini kan memakai monster sebagai partner," jawab Asep.

"Tunggu! Wanita penjaga gerbang itu tidak mengatakan hal apapun tentang itu!"

"Kalau begitu cepatlah. Stok monsternya tinggal dikit mah."

"Arrghh..terima kasih, Asep! Aku pergi dulu!"

Tanpa basa-basi, lelaki gondrong itu pergi meninggalkan Asep. Ia berlari menuju ke ruang para monster. Sesampainya di sana, ia mendapati tempat para monster berkumpul telah kosong. Hanya ada miko paruh baya berambut kribo tengah menyapu lantai.

"Hey, Oba-san! Masih ada monster yang tersisa?!"

Miko tersebut menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke arah Nobuhisa.

"Maafkan saya, Tuan. Semua monster yang berada di sini sudah dibawa oleh peserta."

"Hah! Lantas bagaimana aku harus bertanding?!"

"Tunggu sebentar, Tuan."  Miko kribo itu mengambil selebar kertas dari dalam bajunya di bagian dada. Dengan cepat ia mengecek daftar monster.

Sementara Nobuhisa hanya berjalan mondar-mandir menunggu wanita tua itu memeriksa

"Ah, masih ada satu lagi. Tapi dia belum datang saat ini," kata wanita keriting tersebut.

"Maaf aku terlambat!"

Tampak Akako memasuki ruang monster. Tubuh kecilnya terlihat kelelahan. Peluh membasahi seluruh badan.

"Ara, Akako-chan. Kemana saja kau?" tanya miko keriting tersebut.

"Maaf, aku tadi tersesat saat mencari toilet." Akako membungkukkan badannya berkali-kali. "Ngomong-ngomong, masih adakah peserta turnamen yang akan menjadi partnerku nanti?"

Miko keriting itu hanya mengarahkan telunjuknya ke arah Nobuhisa.

"Kau samurai yang diceritakan ibuku?" Mata Akako menatap ke arah lelaki tersebut dengan pandangan menyelidik.

Sementara Nobuhisa hanya memalingkan muka. Ia merasa kecewa bahwa monster yang tersisa hanya seorang gadis kecil.

"Maaf, aku hanya menerima monster yang kuat ."

Wajah Akako langsung menegang. Sungguh menyebalkan diremehkan oleh orang asing dalam sekali lihat.

"Mau yang kuat, huh! Baiklah!"

Tubuh oni merah itu langsung memancarkan listrik bertegangan tinggi. Petir kecil memercik dari tubuhnya mengintimidasi semua yang melihatnya. Miko berambut kribo itu langsung panik saat melihat amarah Akako.

Sementara Nobuhisa dengan santainya mengupil.

"Hentikan, Akako-chan! Hentikan! Apa aku harus melapor ke Oga-san?"

Kemarahan Akako langsung terhenti saat mendengar "Oga" dari mulut perempuan tua itu. Tampaknya nama itu memiliki pengaruh besar terhadap Akako. Namun tidak bagi Nobuhisa.

Ekspresi lelaki itu langsung berubah ketika mendengar nama Oga terucap.

"Sejak kapan ada orang yang memakai margaku di dunia ini?"

*********

"Berhenti mengikutiku!" hardik Akako.

Sejak kejadian itu, gadis tersebut masih kesal terhadap Nobuhisa. Ia terus berusaha berjalan menjauhi lelaki tersebut saat jarak di antara mereka tinggal sejengkal.

"Ayolah, maafkan aku. Bukankah kita harus berduet untuk memenangkan pertandingan ini?"

Sementara Nobuhisa terus berusaha mendekat. Ia sangat penasaran dengan pemilik nama Oga yang disebutkan oleh miko penjaga ruangan para monster tersebut. Karena sepengetahuan dirinya, hanya dia dan Tsukuyo yang menyandang nama Oga.

Sedangkan Tsukuyo telah menghilang secara misterius sekitar lima tahun yang lalu. Otomatis hanya Nobuhisa yang menyandang nama Oga saat ini.

Pria tersebut merasa bahwa misteri hilangnya kakak angkatnya akan terjawab di sini. Entah kenapa, firasatnya mengatakan bahwa orang terkasihnya berada di dunia ini.

"Kau tahu siapa pemilik nama Oga itu?" tanya Nobuhisa.

"Kau tak perlu tahu, bajingan!"

Akako terus melangkahkan kakinya. Ia sudah muak dengan lelaki tersebut. Samurai? Kelakuan Nobuhisa sangat jauh dari bushido. Mana layak ia menyandang predikat mulia tersebut, begitu pikirnya.

Gadis tersebut terus maju menelusuri lorong menuju gelanggang. Suasana hatinya masih sama. Namun aturan pertandingan memaksanya untuk sedikit berkompromi. Akhirnya ia berhenti saat berada di depan pintu depan.

"Namamu."

Nobuhisa terkejut saat Akako membuka pembicaraan. Ia berpikir bahwa gadis kecil ini mulai melunak padanya.

"Namamu. Aku butuh namamu, pria brengsek!"

Ternyata masih kesal rupanya tetapi setidaknya ia mulai terbuka, batin Nobuhisa.

"Nobuhisa, Nobuhisa Oga. Kau?"

"Akako Oga. Tunggu, siapa yang mengijinkan kau menggunakan nama Oga sesuka hati?!" teriak Akako.

"Tsukuyo Oga, penerus nama keluarga Oga yang memberiku nama itu." Senyum Nobuhisa terkembang. " Apa kau kenal? Karena hanya aku dan Tsukuyo-nee yang menyandang nama itu."

"Tunggu, kau kenal Tsukuyo?"

"Bukan hanya kenal. Kami sudah seperti keluarga. Hidup seatap selama bertahun-tahun dalam suka maupun duka. Namun dia menghilang lima tahun yang lalu. Selama itu, aku mencarinya ke seluruh penjuru negeri."

"Tsukuyo..tak kusangka Okaa-sama memiliki orang sepertimu." Akako menatap tajam ke mata Nobuhisa.

"Huh?"

"Lupakan, mungkin kau menyebalkan." Pandangan Akako teralihkan ke arah lain, "Tapi aku membutuhkanmu untuk menang saat ini."

Nobuhisa hanya terkekeh.

"Huhuhuhu, baiklah. Tapi beritahu aku tentang ibumu setelah kita menang."

*********

Helaan napas, tepukan tangan serta decakan yang seolah tidak sabar menunggu kedua peserta untuk bertarung. Saat ini, Nobuhisa dan Akako berada di lapangan yang dikelilingi tribun penonton.

Sementara di sudut lain arena, terlihat seorang anak lelaki berambut putih. Ia mengenakan sebuah jubah yang menutupi sekujur tubuhnya. Matanya yang hitam terlihat tenang namun menusuk.

Di bahunya, seekor kelinci dengan tatto bulan di keningnya bertengger di bahu bocah rambut putih. Mereka terlihat sangat siap untuk bertarung.

Kedua pasang peserta pun berjalan menuju ke tengah lapang. Angin bertiup menyebarkan aroma pertempuran. Adrenalin para penonton pun semakin memuncak.

Sementara itu, Tarou naik ke meja komentator dan memulai orasinya.

"Para penonton sekalian! Inilah saat yang ditunggu-tunggu!  Dari sudut utara, mari kita sambut dengan meriah! Lo Dmun Faylim dan Akash no Usagi, Clara!!!!"

Lo Dmun dan Clara melambaikan tangan ke arah penonton. Para penonton pun semakin bersorak meriah menyambut sang petarung.

"Dan dari sudut selatan, samurai dari Tanah Matahari Terbit, Nobuhisa dan si gadis oni merah, Akako-chan!"

Sayup-sayup terdengar suara dari bangku penonton.

"Kyaa! Akako-chan!"

"Dia milikku! Dia milikku!"

Akako hanya memasang tampang cemberut. Tapi bukannya tenang,  justru suara-suara tersebut terdengar begitu keras.

"Dan pertandingan babak ketiga dimulai!"

Gong pun berbunyi diikuti sorakan para penonton.

Tiba-tiba pandangan Nobuhisa tertutup oleh jubah yang dilemparkan. Dengan refleks, Akako langsung menghancurkan jubah itu dengan tembakan bola petir dari jarinya.

Akibatnya kepulan asap menutupi penglihatan. Tiba-tiba Lo Dmun muncul dari balik kepulan asap dengan pedang terhunus.

TRAAANGG!!!

Suara kodachi berbenturan dengan ninjato pecah saat kedua petarung itu saling menghantamkan bilah senjatanya. Tiba-tiba Nobuhisa merasakan sesuatu yang aneh.

"Orang ini.."

Belum sempat Nobuhisa menyelesaikan ucapannya, Lo Dmun langsung menyerang secara beruntun. Samurai itu pun menanggapinya dengan tangkisan kilat. Berulang kali pedang pendek milik anak berambut putih itu nyaris mengenai titik vital.

"Nyaris saja!"

Nobuhisa langsung melompat ke arah Lo Dmun. Sementara, anak itu dengan cepatnya bergerak kilat dan menodongkan pedang pendeknya ke dahi Nobuhisa. Tapi lelaki itu menangkis pedang Lo Dmun.

Nobuhisa lalu balas menyerang Lo Dmun dengan mendaratkan sebuah tebasan. Namun serangannya berhasil ditahan oleh kodachi milik Lo Dmun.  Mereka beradu pedang dengan kecepatan abnormal. Saling mendaratkan serangan ke tubuh lawan. Luka-luka kecil tercipta baik di wajah maupun tubuh para petarung.
"Uuuuooohhhhh!!!!"

Penonton pun bersorak saat kedua petarung saling menunjukkan skill berpedang mereka. Mereka sangat kagum dengan kecepatan teknik pedang kedua lelaki tersebut.

Sementara itu, serangan Lo Dmun semakin cepat baik hujan deras yang turun dari langit. Ia terus membormbardir pertahanan Nobuhisa.

Namun samurai itu tak kalah gesit. Ia menangkis semua tusukan dan dan menebas  dari arah samping. Melihat bilah ninjato hendak membelah lehernya, Lo Dmun pun menghindarinya dengan lihai.

Nobuhisa pun tak tinggal diam. Ia melakukan gerakan memutar dan langsung menusuk ke leher musuh.

Lo Dmun pun bersalto. Ia melakukan backflip berulang kali saat menjauh dari Nobuhisa.

"Hoh. kau masih bernafas, ya?" ucap Nobuhisa.

"Kau akan melihatnya, Tuan Samurai!"

Lo Dmun langsung melompat mundur menjauh sekitar sepuluh meter. Ia pun melempat sesuatu ke arah samurai itu. Melihat benda berbentuk bola itu terbang ke arahnya, lelaki gondrong itu langsung menebas.

Namun di saat yang sama, benda itu meledak dan mengeluarkan asap tebal.

"Sial! Bom asap! Akako! Jangan jauh-jauh dariku!"

Akako langsung mendekat ke arah Nobuhisa. Sementara Lo Dmun telah siap dengan perangkapnya. Dengan cepat dia menempelkan tangannya ke tanah.

"Apertis!"

Sebuah lubang tercipta. Lo Dmun masuk ke dalam tanah diikuti Clara. Kemudian ia kembali berteriak.

"Solvo!"

Lubang itu pun kembali tertutup. Sekarang Lo Dmun menghilang ditelan bumi.

Masih dalam kepulan asap, Nobuhisa dan Akako bersiaga. Mereka melihat ke sekeliling arena sambil meningkatkan kewaspadaan.

"Ya ampun, mereka memang merepotkan."

Akako pun menempelkan tangannya ke tanah. Dengan kekuatan listriknya, ia mencoba melacak keberadaan musuh.

Tiba-tiba Akako menoleh ke belakang. Tepat seperti dugaannya, Lo Dmun dan Clara muncul dari belakang menyerang gadis kecil tersebut.

Namun sebuah tendangan tepat mengenai ulu hati anak rambut putih tersebut. Ia pun terpental ke sudut arena.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Nobuhisa.

Akako hanya mengangguk. Sementara Nobuhisa mengarahkan pandangannya ke sarung tangan yang dikenakan Lo Dmun. Samurai tersebut mencoba menghubungkan apa yang terjadi selama pertarungan.

"Seperti yang kupikirkan, sarung tangan itu.."

"Dan Clara." Akako bangkit berdiri dan membersihkan debu di tanah. "Aku kenal dia. Kelinci itu memiliki kemampuan panca indra tingkat super. Oleh karena itu, kenapa ia dan partnernya mampu menyerang kita meski dalam kondisi tertutup asap."

"Jadi sudah selesai main-mainnya."

Akako hanya menyeringai. Saat Nobuhisa melihatnya, ia sadar bahwa bentuk wajahnya sangat mirip dengan Tsukuyo. Ia pun ikut menyeringai, menatap balik ke arah iblis kecil itu.

"Huh, kau sudah tak marah lagi denganku?"

"Jujur, aku masih sedikit kesal. Tapi sekarang aku merasa senang."

"Jadi, bagaimana kalau kita akhiri semua ini dan kembali membicarakan tentang keluarga?"

"Aku setuju. Akan kupinjamkan sedikit kekuatanku."

Akako melayang. Ia terbang di dekat Nobuhisa dan memegang pundak lelaki itu. Kemudian sebuah simbol sihir tercipta di kening Nobuhisa. Saat simbol itu muncul, ia merasakan sebuah kekuatan asing mengalir deras ke tubuh.

"Baiklah, Tuan Nobuhisa. Sekarang mulai penghakimannya."

Lelaki itu pun mulai mencabut katananya yang sejak tadi masih bersatu dengan sarungnya. Petir pun mengalir dari dalam tubuh lelaki tersebut menuju ke bilah senjata itu.

Sementara itu, Lo Dmun dan Clara yang masih terkapar mulai bangkit. Namun sayang sekali, di depan mereka sesosok samurai dengan iblis merah di pundaknya tengah bersiap dengan petir yang menyambar dari tangannya.

Beristirahatlah dengan tenang, Lo-kun.

Sebuah petir besar menelan kedua insan tersebut. Menyisakan tubuh gosong yang teronggok di arena.

"Pemenangnya adalah....."

*********

"Hahahaha..lawan kita kali ini kurang begitu menarik."

"Tidak juga, sejatinya anak laki-laki bernama Lo Dmun itu sangat hebat. Dia sanggup mengimbangi permainan pedangku." Nobuhisa menatap ke arah arena.

Sekarang, arena tersebut dipakai untuk babak peserta yang lain. Namun Nobuhisa memilih keluar arena dan beristirahat. Begitu juga dengan Akako, ia ingin menemui ibunya usai bertanding.

Saat mereka sampai di ruang istirahat, mata Nobuhisa dan Akako melotot saat melihat seorang miko berdiri di dekat pintu.

"Nee-san..."

"Kaa-san..."

9 comments:

  1. ah...lupa kasih upgrade..

    Upgrade : Sistem kontrak yang sebenarnya telah tercipta tanpa sadar antara Nobuhisa dan Akako.. Kontrak ini memungkinkan sang iblis membagi kekuatannya dengan kontraktornya.. mirip Tatsumi Oga dan Beelzebub

    next issue : upgadenya Nobuh yg selanjutnya akan berhubungan dengan kekuatan salah satu stand terkuat di seri Jojo Bizarre Adventure

    ReplyDelete
  2. Hmm ... hayo, nanti di R4 mesti lebih serius lagi menggarap battlenya agar lebih seru dan maksimal. Dari panjang sekitar 2K, setengahnya adalah cerita tentang Oga dan Akako, setengahnya lagi baru battle. Sangat singkat, IMO. Jadinya kurang kerasa feelnya.

    Mood dalam battle perlu lebih dimunculkan lagi. Jangan sekadar kumpulan narasi deskripsi dari runutan aksi. Coba gali juga emosi dari setiap adegan yang muncul. Teknik sederhana yang biasa saya gunakan adalah:
    1. sebelum jurus, 2. saat terkena jurus 3. efek jurus
    Dirimu paling kurang di bagian ketiga, yaitu memberikan jeda dan ruang bagi pembaca untuk menikmati rasa sakit yang didera si karakter. Misal ketika ada karakter yang terkena pukul telak, ya kasihlah 1-2 kalimat narasi untuk menggambarkan (atau menjabarkan?) dia sedang pusing dan semaput.

    Oiya, dialognya juga butuh diperhatikan agar tampak lebih natural namun tetap memukau. Ponten 6,5. Dan selamat karena sudah lolos ke R4~

    OC: Kusumawardani, S.Pd.

    ReplyDelete
  3. Ini kalo nggak ada hubungannya sama backstory oga, mungkin bakalan less canon. Kirain Relima bakal muncul lagi di akhir. Kirain ini entri Relima :]]] Seenggaknya, walaupun battle singkat, ada sesuatu yang besar keungkap di entri ini. Kalo ada lebih banyak waktu senggang mungkin ini bisa ditulis lebih luas lagi ya, mengingat Amatsu ini mirip jepang.

    Well, good luck untuk ronde selanjutnya~

    OC: Wildan Hariz

    ReplyDelete
  4. Hello, Nobu~!

    Jadi, langsung aja. Hm, awalan sama battlenya menurutku agak timpang. Banyakan narasi awalnya dibanding battlenya. Dan ya, masih flat pula narasinya. Misal A ngelakuin sesuatu, tp gak ada rasa atau mikirnya. Kepribadiannya blum kegambar. Battlenya jg singkat sekali, belum greget. Tapi maklum lah, kayanya diburu deadline.

    Oh ya, maju terus ya Nobu!! R4-nya lebih niat lagi yhaa~

    Alfiana N.

    ReplyDelete
  5. Seperti biasa, saya lebih senang drama, intrik konflik batin / perang urat syaraf dari pada battle bak bik buk.
    Menurut saya, kisah tentang Nobu dan Nee-san-nya itu lumayan menarik, dan fakta bahka Akako itu adalah keponakan seharusnya bisa digali lebih dalam. Mungkin step by step buat reveal-nya gak sedari awal pertandingan. Lebih enak kalo revealnya ketika bak bik buk. Kan bisa tuh si Oda jadi ter-distract karena kaget, terus kegebuk, terus encok, lemah, letih, lesu, nyaris kalah, lalu dapet power up buat memenangkan pertandingan (Tokusatsu Logic)

    Ah, saya jadi ngeracau gaje...

    Intinya, saya lebih seneng intrik drama dari pada batte, itu saja. Jadi komentar saya sifatnya subjektif, wahahahaha :D

    OC : Sanelia Nur Fiani

    ReplyDelete
  6. Hrm....
    Saya setuju dengan perkataan Mas Heru. Adegan bertarung kurang tergambar karena terlalu pendek dan kurangnya 3 elemen aksi. Yah... maklumlah kalau dikejar Deadline...

    Paling tidak ronde ini memberi sedikit insight untuk Canon Nobushina, jadi tidak sepenuhnya jadi episode filler untuk maju ke ronde berikutnya.
    Ngomong-ngomong... Nobushina dan Akako muncul cameo di entri Renggo. Kalau ada waktu Mampir,ya~~~

    Sekian dari saya, terimakasih.
    OC : Renggo Sina.

    ReplyDelete
  7. Saya agak bingung, sejak kapan Lodun bisa maen pedang? Apa ada hubungannnya dengan sarung tangan yang dipakainya?
    Pertarungannya singkat, tapi cukup seru. Kurangnya mungkin soal di atas, gak terlalu dijelasin kenapa Lodun bisa maen pedang.
    Kalo Akako itu oni, apa Tsukuyo oni juga? Banyak yang belum terjelaskan di entri ini. Kalo bisa di R4 bisa lebih jelas lagi.

    OC: Asep

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete