7.9.15

"[ROUND 3] PITTA N. JUNIOR - THE FROZEN FLAME"

Prologue

Masih bisakah membayangkan sebuah pizza hangat tersedia di depan kalian? Pizza dengan keju yang...lumer sekali, mozarella panas yang memenuhi lapisan bolognaise potongan pizza yang kalian angkat. Uap panasnya pun membawa wangi dari saus tomat yang bercampur dengan lada hitam bertabur bubuk oregano yang khas.

Bagus kalau bisa, kalau begitu, kalian masih sanggup mengikuti petualangan penuh cinta dan semangat dari Lelaki Pizza kita yang satu ini.

Sebelum kita lanjut masuk mengikuti cerita selanjutnya...

Apakah kalian tahu, Pizza bukan hanya bisa disajikan secara fresh from the oven,  tidak melulu hangat, panas. Tapi juga disajikan dingin, beku.


Ada dua cara menikmati pizza beku ini:
1.    Dimakan langsung begitu saja. Pizza yang sudah dibakar adonannya lalu diolesi dengan saus dingin lalu diberi bahan-bahan segar siap makan, atau...
2.    Pizza yang sudah dibekukan bersama dengan toppingnya—dengan metode tertentu tentunya agar bahan-bahannya dan sausnya tidak rusak, lalu dipanaskan dan dibakar/dipanggang di oven seperti biasa.

Mana yang lebih baik? Mana yang lebih enak?
Sama saja. Sama enaknya! Semua jenis pizza, metode masak ataupun penyajian, semua memiliki kelebihan tersendiri.

Ingat, Pizza dingin bukan berarti tak ada cinta di dalamnya...
Hanya saja...

Kadang beberapa cinta harus disajikan dengan penuh ketenangan. Penuh kedamaian. Ada rasa sedih, ada rasa galau, ada rasa nyaman yang sendu, yang kemudian akan membuat kita sadar, bahwa setiap cinta itu berharga.

Kadang bukan hanya semangat yang dibutuhkan untuk membesarkan api cinta itu. Bukan hanya bara asmara yang akan membuat cinta itu nikmat untuk dijalani, tapi juga...mampu mendinginkan diri dari banyak hal, agar cinta itu tetap terjaga dan semakin besar, perlahan, tak tergesa-gesa.

Jadi, Kalian mau pizza kalian dingin, atau panas?

***

1st Slice


"Jadi...kau berhak mengikuti Ronde berikutnya." Hewanurma tersenyum, "Terima kasih karenamu, semua sistem kembali normal dan turnamen bisa dilanjutkan. Hahahahah."

"Aaaaaaah, tidak bisakah aku berhenti sekarang dari turnamen ini?"

"Sepertinya tidak, hahahahahah. Bertahanlah semampumu, dan menangkan turnamen ini. Aku tunggu kau di tempatku. Jika kau menang, kita bisa bertemu secara langsung. Baru aku akan memesan pizzamu."

"Haaaaah. Tapi..."

Fapi tersenyum.

"Baiklah...Sampai bertemu lagi pak Hewanurma. Tunggu Pizza terenak yang akan kubuat untukmu, dan si wanita berdada besar temanmu itu."

"Hhahahahah. Oke! Aku pamit dulu."

***

Dua jam lalu, semuanya masih baik-baik saja. Fapi yang berhasil membantu Hewanurma untuk memulihkan kondisi database, dan mengembalikan semua peserta yang bertahan ke kondisi normal setelah diserang virus, akhirnya dinyatakan lolos untuk mengikuti ronde berikutnya.

Fapi pun menjalin hubungan mesr—hubungan baik dengan Mang Ujang yang bertarung dengannya di ronde kedua lalu. Bertukar cerita, bertukar pengetahuan, bertukar perasaan cinta—pengalaman maksudnya.

Namun, itu semua buyar seketika. Semua orang berlarian, tidak jelas apa yang terjadi saat ini di Alforea. Tanah berguncang, bangunan runtuh sana-sini, gemuruh menambah kepanikan setiap makhluk yang berteriak riuh. Seakan sangkakala telah ditiup untuk pertama kalinya.

"Tuan Fapi, cepat!" Salah satu Robot Maid pemandu mengarahkan Fapi untuk terus berlari, sampai ke zona aman yang diperintahkan Hewanurma sejak tadi.

"Ta-tapi, Pak Hewanurma...masih di dalam kan?!" Panik, Fapi tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Langkahnya terhambat karena keraguannya.

"Sudah Fapi, dia tahu apa yang dia lakukan. Seharusnya. Kita ikuti saja perintah dia. Cepat!" Mang Ujang pun menarik lengan Fapi untuk berlari lebih cepat.

Sekali lagi, bukan hanya mereka yang panik, semua makhluk di Alforea. Mereka antara tahu dan tidak tahu harus kemana saat ini. Ada yang mengarah ke timur, ada yang mengarah ke barat. Ada yang berlari ke utara namun bertubrukan dengan yang mengarah ke selatan.

Panik.

PANIK!

APA YANG TERJADIIII??!!!!

***
Sejam sebelumnya, ruang kerja hewanurma

Keringat mengucur deras, bahkan dia sampai membuka mantel lab putihnya itu sekarang ini. Bukan hanya ruangan ini yang panas akibat terjadinya kegagalan sistem perlindungan istana, tapi juga kepalanya, tubuhnya, dia benar-benar panas sekarang.

"SIALAN, Siapa sebenarnya yang melakukan ini? dalam waktu singkat aku dijebol lagi?" Hewanurma menggerutu sambil tetap melakukan beberapa hal yang bisa dilakukan.

Menyelamatkan database dan jalur sistem? Sudah tidak mungkin. Menyelamatkan seluruh penduduk Alforea? Apalagi, mustahil di titik pelik begini. Semua opsi sudah tidak memungkinkan. Semua akan luluh lantak dalam sekejap mata.

Hewanurma menghentikan semua aktifitasnya. Dia tidak lagi mengetik, membongkar-bongkar file, ataupun memasukkan perintah-perintah digital ke seluruh peralatan super di sekelilingnya.

Dia menjatuhkan diri ke kursi kerjanya.

Inginnya dia menghantamkan telapaknya ke semua peralatan ini, tapi...jelas itu akan sia-sia. Dia hanya bisa mencoba tenang, mencoba mencari langkah terakhir yang dia bisa lakukan sebelum semuanya terlambat, dalam seluruh gemuruh dan tanda bahaya ini.

Fokusnya yang dalam membawa dirinya dalam keheningan. Nafasnya teratur, sesuai ritme terlambat yang bisa dia lakukan. Hewanurma menarik nafas panjang dan dalam, menahannya sebentar...lalu menghembuskannya perlahan. Dia melakukan itu berulang kali.

Sekarang bahkan, suara apapun tak didengarnya lagi, dia hanya berpikir dalam kekosongan. Semuanya melambat, hanya deru nafasnya yang terdengar.

"Fuuuh..."

"Haaaaaah...."

Dari keheningan yang bernuansa lambat itu, dia mulai memvisualisasikan seluruh hal yang sudah dia lakukan, apa saja yang berhasil apa saja yang tidak, apa yang belum dilakukan dan apa efek yang akan terjadi berikutnya, seluruh detail itu tergambarkan dengan detail, semakin lama, semakin banyak. Semakin banyak dan semakin cepat. Semakin cepat dan semua yang memungkinkan dalam sepersekian detik sudah terwujud di kepalanya.

"..."

Lalu semuanya terhenti.

Seperti sebuah roda gigi yang sebelumnya berputar dengan cepat, dalam putaran berikutnya sudah berhenti. Diam. Tak bergerak. Bergeming. Kembali hening.

Berikutnya yang ada, hanyalah tawa sarkastik Hewanurma yang ditujukan pada dirinya sendiri. Tawa yang rendah dan dalam. Antara menyerah, putus asa pada kondisi yang ada, dan kewajiban untuk tetap melangkah ke depan.

"Sialan, semua terjadi pada saat aku yang mengawasi? Sejak kapan aku ceroboh begini?" Dia membuka matanya, menengadahkan kepalanya ke atas dan hanya bisa menggeleng.

"Tak mungkin juga aku mengharapkan Tamon Ruu untuk sekarang..."

Dia mengusap-usap mukanya, tidak percaya semua ini akan hilang begitu saja tanpa ada yang bisa diperbuat.

TAPI!

Saat dia mengelus janggut putihnya yang panjang, dia teringat sesuatu.

"Kalau ini hancur, maka  turnamen akan terhenti, dan aku takkan bisa merasakan pizza buatan si bocah gendut itu."

"...."

Usapan itu memberinya ilham terakhir yang tak disangka-sangkanya. Saat ini dia kembali ke ide yang sama saat di ronde dua yang lalu.

"Hahahah, kalau teringat dia, rasanya semangat itu ntah muncul darimana, bocah ceroboh yang penuh semangat.." Dia menarik nafas yang dalam dan sepertinya...kembali semangat.

Dia merancang rencana dalam sekejap. Mengambil dan mengamankan sesuatu, setelah sebelumnya mengirimkan sebuah rangkaian perintah kepada salah satu maid yang bisa dia capai.

"Temukan bocah itu, kirim dia ke bersama peserta lain yang memiliki kualifikasi untuk lanjut. Dan khusus untuk dia..." Dia kembali merenung, meyakinkan diri untuk melakukan hal yang akan dia lakukan.

"Berikan hadiah dariku ini."

Hewanurma memberikan suatu program khusus kepada maid tersebut agar bisa diserahkan ke Fapi nantinya.

"Kalau perkiraanku benar, maka turnamen akan tetap berjalan, hanya saja tempatnya akan berganti. Baiklah. Untuk mengecoh mereka, aku harus menghancurkan semua ini lebih cepat dari perhitungan mereka sendiri."

Hewanurma pun menekan tombol hitung mundur penghancuran alforea, sirene berkicau nyaring, dan semuanya mulai roboh perlahan.

"Semoga semuanya aman. Sampai ketemu bocah gendut."

***
2nd slice

"Administrator telah memerintahkan saya untuk mengirim anda melalui portal ini sekarang juga. Mohon anda tidak memberontak atau melontarkan banyak pertanyaan."

"A...a...,"

"Fapi, sudah! Masuk ke portal itu sekarang!

"Ta-tapi..."

"Percayalah pada hewanurma sekarang. Seperti yang kau bilang, dia adalah pimpinan di sini. Dia pasti paham apa yang dia lakukan. Dia juga pasti sudah menyelamatkan diri terlebih dahulu."

Fapi tetaplah Fapi. Walaupun sudah menjalani waktu cukup lama di Alforea dan secara tidak sengaja selalu terlibat di dalam kekacauan yang tak bisa dipikirkan secara nalar sekalipun. Semua hal ini tidak membuatnya terbiasa dengan keadaan penuh kepanikan.

***
Ledakan besar itu bukan benar-benar memusnahkan daratan. Bahkan dari tempat Fapi berada sekarang yang jauhnya bermil-mil, guncangan bahkan kilatan cahaya yang mengikutinya pun terlihat jelas.

Tak mungkin ada lagi yang tersisa dari ledakan setingkat itu. Ini namanya pemusnahan massal. Alforea kini hanya tinggal nama, dan sebuah kawah raksasa jika dilihat dari angkasa.

"Tempat apa ini sebenarnya, kenapa ini semua harus terjadi..." Lirih. Fapi tak sanggup mencerna segala hal yan terjadi.

Mang Ujang dan Anastasia-08 yang membantunya melarikan diri dari alforea pun tak selamat.

Anastasia menjelaskan semua hal yang diperintahkan Hewanurma pada Fapi. Fapi juga harus menerima bahwa Mang Ujang tidak bisa ikut, bagaimanapun, peraturan turnamen tetap berjalan. Yang bisa berpindah ke tempat turnamen selanjutnya hanyalah pemenang.

"Lalu, saya akan menginstal ini langsung ke data pribadi anda Tuan Fapi. Anda akan mampu mengaksesnya di saat anda membutuhkannya. Cara pemakaiannya adalah..."

Fapi memerhatikan kedua tangannya. Dia teringat dengan hal yang dilakukan oleh Anastasia-08 di saat terakhirnya.

"Apa yang bisa aku lakukan dengan ini. Untuk apa?"

Kedua tangan itu, kini menutup wajahnya, tak ada tangisan. Malah yang ada hanyalah, dia tak bisa merasakan apa-apa. Dia tak paham. Takkan bisa paham. Dia hanya seorang pengantar pizza.

Sepertinya Turnamen ini mulai berjalan ke arah yang tidak semestinya. BOR mulai dimasuki pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

Jika panitianya saja tidak bisa mengatasi hal ini, apalagi Fapi yang bahkan seorang pengantar-pizza-yang-terdampar-karena-email-salah-kirim dan akhirnya menjadi peserta dadakan.

Coba kalian katakan, apa yang bisa dilakukan bocah gendut satu ini? Lihat, dia hanya terduduk di tanah menutup wajahnya dengan kedua tangannya, di tengah jalan setapak hutan, bersama peserta lain yang kini sedang penuh kewaspadaan.

Kemana BoR ini akan berjalan?

Mang Ujang, kenapa kau mati?—mungkin ketampananmu bisa menyemangati Fapi saat ini. Mungkin. Tapi yang lalu sudah berlalu. Kita lanjutkan ke babak berikutnya.

***

3rd slice

28 orang dipindahkan serempak dari Alforea menuju Amatsu. Server berbeda di pulau berbeda dar tempat awal mereka. Namun masih di planet yang sama, Sol Shefra.

Jika Alforea khas dengan seluruh kemegahan, istana, hangat, riuh riang gema cita festival ada tiap harinya, maka Amatsu berbeda.

Hijau dimana-mana, walau tak sehijau Dodonge Forest. Sejuk, dan banyak suara ketenangan dari serangga-serangga kecil yang mengiringi siapapun yang melangkah di satu-satunya jalan setapak itu merasa sendu.

Udaranya, suasananya, membuat semua seakan diliputi ketenangan yang aneh. Membuat semuanya menjadi rileks. Mulai tidak terlalu menganggap apa yang terjadi di alforea sebagai suatu hal yang perlu dibesar-besarkan.

Seluruh peserta yang tersisa itu menyusuri jalan, menikmati pemandangan, sedikit membahas tempat apa yang mereka datangi sebenarnya, dan bagaimana turnamen ini akan berlanjut.

Lalu, sampailah mereka pada gerbang itu. Gerbang besar-antik nan megah. Ternyata mereka telah ditunggu.

"Selamat datang, aku sudah menunggu kalian,"

Semua bertanya-tanya. Terjadi sedikit pembicaraan kecil antara beberapa peserta dengan penunggu-seorang wanita berpakian kimono, rapi dan indah, gerbang tersebut.

"Festival akan dimulai, sebaiknya saya mengantar kalian semua ke kota sekarang."

Belum selesai satu kebingungan terjawab, mereka sepertinya akan dihadapkan dengan kebingungan lainnya.

Fapi? Dia sudah selesai meratapi semuanya. Dia dari tadi hanya berdiam diri, mengaduk adonannya dengan rasa sendu sambil berjalan. Tak ada gumaman. Tak ada nyanyian. Hanya sedikit cinta dan kesedihan.

***
4th slice

"Mohon setiap dari anda berdiri tepat di lingkaran ini, kami akan mengecek data kalian selama ini termasuk data pribadi dari dunia tempat kalian berasal. Mohon antri dengan rapi dan lakukan secara bergantian, Hanya butuh waktu sebentar."

Mereka kini dikumpulkan di sebuah ruangan khusus, tempat registrasi ulang peserta BoR. Bisa jadi mereka mendata ulang semuanya karena menghindari kesalahan yang pernah terjadi di alforea.

Petugas-petugas di sini pun berbeda. Jika di Alforea hampir semuanya diurus oleh Maid-maid android yang bertebaran di seluruh penjuru. Di sini, lebih variatif. Banyak Makhluk aneh dengan gadget yang memiliki teknologi tinggi berkeliaran.

Seperti makhluk di depan mereka ini, manusia ikan dengan baju zirah dengan desain unik ala futuristik. Cukup aneh sebenarnya, apalagi tempat ini dikelilingi hutan.

***

Tidak lama, semua pendataan itu selesai.

"Harap perhatian kepada semua peserta,ada dua pengumuman yang akan saya berikan. Yang pertama. Anda akan bertarung satu lawan satu dnegan peserta lainnya. Kali ini pertarungan sangat simpel, yang kalah, akan langsung dipulangkan tanpa kurang suatu apapun ke dunianya kembali. Yang menang akan lanjut ke pertarungan berikutnya...kemudian...hm..."

Manusia ikan itu kemudian memainkan gadget di tangannya, menggulirkan ke kanan dan kiri untuk mengecek sesuatu.

Dalam sekali kibasan tangan, data-data, grafik dan gambaran holografik berpindah dari gadgetnya ke hadapan masing-masing peserta.

"Itu data anda semua, mulai dari awal turnamen sampai sekarang."

"Terus, kenapa dengan ini?" Bingung salah satu peserta wanita.

"Data-data itu akan berguna untuk kalian tentunya, jika tidak pun tak masalah." Ujarnya datar.

"Hubungannya dengan pengumuman tadi?"

"Sekarang...perhatikan ini."

Tampilan data itu bergulir sekarang. Data dan grafik itu berganti dengan sebuah tampilan yang berbeda, berbentuk makhluk aau bentuk lainnya. Setiap orang sepertinya memiliki tampilan yang berbeda di layarnya.

"Kalian akan didampingi oleh makhluk-makhluk tersebut dalam pertarungan. Makhluk ini bisa jadi monster, partner, dewa, atau apapun yang kalian kenal dari dunia kalian masing-masing. Makhluk-makhluk ini diidentifikasi agar sesuai dengan kondisi kalian dan data kalian."

Beberapa peserta tampak senang, beberapa tampak mengerenyit, menggumam, bahkan mengumpat.

"Bisakah ini diganti?"

"Sayangnya tidak. Makhluk pendamping akan segera muncul di arena saat posisi stand by terlaksana di arena." Tegas jawaban dari manusia ikan itu. Sepertinya ini akan jadi pertandingan habis-habisan antara semua peserta.

"Tambahan. Bila kalian, ataupun makhluk pendamping kalian kalah, maka kalian otomatis kalah. Itu pengumuman kedua dari saya."

"Sekarang, Silahkan masuk ke arena, akan ada pengumuman penting untuk anda semua, terima kasih."

Mereka melangkah keluar dari ruangan itu menuju koridor yang mengarah ke arena.

Suara riuh rendah mulai terdengar.

Namun suara itu berganti dengan teriakan membahana saat peserta mulai muncul dari pintu keluar koridor. Suara yang semestinya. Suara yang menunggu aksi.

Fapi? Tenang, dia sudah mulai semangat, karena makhluk pendampingnya kali ini adalah yang dia hormati dan dia kenal. Dia juga sudah mengadon banyak sekali pizza base. Time to feast!

***
"Apa kabar semuanyaaaa?!"

Sesosok makhluk bertubuh manusia, dengan kulit berwarna merah, wajah mirip ikan dan kedua mata kuning yang lebih mirip seperti lampu sent berdiri di tengah sebuah arena besar yang dikelilingi oleh ratusan penonton.

Tempat itu adalah Monster Colloseum, arena pertarungan paling besar dan paling terkenal di seluruh planet di mana hanya para petarung terkuat saja yang dapat berlaga di arena tersebut.

"Bertemu lagi dengan saya, Tarou!! Dan pada hari ini kita akan mengadakan pertarungan yang berbeda dari biasanya, tapi pastinya akan jauh lebih seru, lebih menegangkan, dan lebih spektakuler!!" Sahut makhluk bernama Tarou penuh semangat.

Para penonton langsung bersorak riang.

"Pada hari ini, kita telah mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah dari sebuah turnamen paling bergengsi di seluruh galaksi, yaitu Battle of Realms!!"
Lanjut Tarou yang masih bersemangat. "Dan untuk menambah serunya pertarungan, pada kesempatan kali ini para peserta tidak akan bertarung sendirian, melainkan akan didampingi oleh monster yang akan membantu mereka dalam pertarungan!!"

Seluruh penonton kembali bersorak, namun mereka bersorak bukan karena penjelasan dari Tarou, melainkan karena kedatangan seseorang di bangku penonton yang khusus disiapkan bagi sang penguasa server Amatsu.

Semua orang yang ada di tempat itu langsung menunduk hormat pada sosok wanita berambut hitam panjang dan mengenakan pakaian kebangsawanan khas Amatsu yang membuatnya terlihat amat anggun.

"Hormat pada yang mulia Netori!" Sahut Tarou seraya merunduk memberi hormat.

"Hormat pada yang mulia!" Semua penonton ikut menghormat.

Wanita yang bernama Netori itu membalas dengan sebuah anggukan kecil, lalu duduk di kursi kehormatan tanpa berkata sepatah kata pun.

"Dengan ini, mari kita mulai saya pertarungan terbesar abad ini!!" Tarou kembali menyahut dengan semangat berkobar.

Penonton kembali bersorak.

Dan pertarungan pun dimulai.

***
Pertarungan pertama tadi telah selesai. Pertarungan sengit antara seorang pegulat dan pengurus kasino. Entah bagaimana mereka bertarung. Yang jelas itu sebuah pertarungan yang menarik.

Kini, saatnya Fapi yang bertarung.

Fapi, berjuanglah!


***

5th slice

Besar, melayang, bahkan hampir menutupi 2/3 arena. Penuh tentakel dan licin. Memiliki bola-bola daging yang besar di dalam dirinya.

Ada dua tentakel besar yang menonjol di bagian atas layaknya sepasang antena. Tapi sebenarnya itu bola matanya.

Julukan utamanya adalah The Flying Spaghetti Monster. Orang-orang di Culinary Earth menyebutnya sebagai The Deity of Pasta and Noodles, The Pastafarian.

Kemegahannya membuat semua orang di arena takjub, mulai dari penonton, peserta sampai penguasa arena ini.

Bagaimana tidak, Pastafarian memang memiliki wibawa para dewa, dia merupakan salah satu pencipta semesta Makanan. Dia menjadi salah satu dewa besar di Culinary Earth. Semua orang berdoa padanya. Semua orang mencintainya.

Karena itulah Fapi bukan nya kaget melihat siapa yang menjadi partnernya kali ini. Salah satu dewa nya sendiri!

"Apa kabar nak? Terakhir kita berjumpa adalah saat engkau melewati ujian kedewasaanmu."

"Ya Dewa Pasta. Terima kasih atas keberkahanmu yang lalu." Senyum Fapi.

"Itu berkat usahamu sendiri nak, kau pantas mendapatkan itu. Sesuai dengan semangat dan cintamu yang selalu membara." Suaranya rendah penuh kharisma.

"Aku tidak menyangka Dewa yang akan menjadi temanku di turnamen ini."

"Aku sendiri heran, entah bagaimana aku bisa ada di sini."

Fapi menjelaskan sebagian besar duduk permasalahannya. Makhluk itu hanya melayang mendengarkan.

Sedangkan di sisi seberangnya, Frost, seorang pendekar wanita-tepatnya pendeta—mungkin, juga sedang menjelaskan hal yang terjadi di arena ini pada partnernya. Seekor serigala yang berukuran sangat besar, 4-5 kali ukuran manusia biasa.

Riesling, itu nama yang keluar dari mulut Frost beberapa kali saat memanggil serigala itu. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas, Riesling tak nampak seperti serigala jinak. Dia menggeram berulang kali saat Frost berbicara padanya.

"Aku bukan pesuruhmu Hesinne! Aku di sini juga bukan karena keinginanku. Aku membantumu jika memang aku ingin. Bukan karena kau perintah! Aku serigala es dari kaum tertinggi, jangan lancang!"

Frost tidak mencoba membujuknya lagi kali ini.

"Terserah padamu Wahai sedarah Fenris. Aku hanya ingin kita berdua lolos dari peratrungan ini, masih banyak hal yang harus kupelajari. Tidak masalah kau tidak membantuku, asal kau paham, kau tidak boleh kalah di sini."

"Hah! Berani sekali kau menganggapku akan kalah! Lawanku hanyalah buntalan lemak dan bola-bola daging berselimut saus tartar yang melayang. Akan kulahap habis mereka berdua!

"Silahkan Riesling, silahkan."

Sekarang, semua pihak sepertinya sudah siap untuk memulai pertarungan, Fapi dan Pastafarian telah menyusun rencana. Frost dan Riesling pun siap untuk menghadapi apa yang ada di depan mereka.

***
6th slice

[STANDBY]

"Harap kedua peserta mengambil posisi di area yang telah ditentukan." Ujar suara dari protokoler.

Fapi dan Frost mengambil tempat dan bersiap-siap.

[ROUND 3]
[FIGHT!]


"Aku maju duluan nak, lakukan seperti rencana kita."

Fapi mengangguk dan mundur jauh ke belakang sampai hampir mendekati dinding arena.

Lalu kemudian dia berdiri tenang membuka kedua tangannya seperti sedang berdoa. Lalu memanjatkan sebuah himne yang elegan.

"Our pasta, who art in a colander, draining be your noodles. Thy noodle come, Thy sauce be yum, on top some grated Parmesan. Give us this day our garlic bread, and forgive us our trespasses, as we forgive those who trample on our lawns. And lead us not into vegetarianism, but deliver us some pizza, for thine is the bolognaise, the paprika, and the mozarellas, forever and ever. R'Amen."

Selagi Fapi melancarkan ajimat mantra sucinya, Pastafarian menghampiri kedua lawannya.

"Berhenti, aku ingin bicara denganmu dulu wahai nona muda."

Gerakan Frost dan serigala itu tertunda, entah apa yang mau dilakukan makhluk spaghetti ini.

"Kau,sepertinya kau tahu tentang banyak dewa dewi di tempat asalmu. Aku bisa merasakannya karena aku sendiri adalah salah satu dewa."

"..." Frost hanya diam.

"Diam kau makhluk yang menggugah selera, tak perlu bicara panjang, kumakan kau." Riesling menghentak maju, melompat seketika dan mencoba menggigit Pastafarian.

Pastafarian hanya menghela melihat hal itu. Dia membiarkan salah satu tentakelnya tergigit oleh serigala es yang tak tenang itu.

"Menyingkirlah dulu." Sekali hempasan, Riesling terbuntang dan menghantam dinding, gigitannya terlepas dari spaghetti yang bergelambir itu.

Frost memundurkan langkahnya, menoleh ke arah Riesling lalu kembali pandangannya tertuju pada Pastafarian.

"Aku tidak akan melukaimu nona. Aku hanya ingin mengajakmu untuk mengakuiku sebagai salah satu dewa dan kau sebagai hama baruku."

"Tidak, Aku adalah Frost, yang membawa nama asli Hesinne, putri dari Hesalia, Garis keturunan setengah dewi dari Hel, Anak dari Loki. Dewa yang mengatur hidup dan matiku hanyalah Odin!"

Pastafarian menggerakkan tentakelnya, ingin menyentuh Frost. Frost menebasnya. Tapi tentakel itu tumbuh lagi.

"Sadarlah Nona, Yang kau anggap dewa itu hanyalah segolongan manusia-manusiakuat yang memiliki kekuatan unik saja, dimensi yang tak jauh berbeda dengan manusia lainnya, namun karena perbedaan aspek-aspek dimensi yang kalian punya, akhirnya mereka memiliki kekuatan yang lebih."

Kali ini tentakel spaghetiinya terus mencoba menyentuh Frost dari berbagai arah. Frost dengan lincah berkelit kesana kemari. Tebasan pedangnya terlatih, semua serangan berhasil ditangkis dan dihindarinya.

"Sedangkan aku. Aku adalah perwujudan nyata dari Kuasa tak terhingga. Jenisku banyak, dan kami termasuk pencipta."

"TIDAK! Kau hanyalah sebuah makhluk aneh. Seonggok kumpulan makanan yang hanya ingin disembah! Kau tak pantas mendapatkan pengakuanku. Aku takkan menyembahmu."

"Begitukah? Berarti aku harus menggunakan kuasaku untuk membuatmu tercerahkan."

Satu tentakel berhasil meraih Frost. Melilitnya, lalu melumurinya dengan saus pasta yang sangat lengket.

"Ugh....menjijikkan!"

"Terimalah aku, maka kau akan mendapatkan kenikmatan tak terhingga sampai akhir hayatmu."

Satu tentakel mencoba masuk ke rongga mulut Frost. Wanita itu kesulitan menghadapinya, tenaganya terkuras.

"Humphh!!Hmpphh."

Fapi terus melancarkan do'a do'a suci di belakang Pastafarian.

"...and from knowledge, knowledge of what is tasty..."

Mungkin Pertandingan ini akan berakhir dengan saaaangat mudah.

Tapi...

Tentunya takkan seperti itu.

***
Bangku peserta.

"Hey, ini kayak debat agama ya."

"Iya tapi lebih asyik, berasa nonton film-film itu, yang ada tentakel dan lendir-lendirnya."

"Wogh Hardcore. Ntar bagi ya. Aku bawa Hard disk nih."

"siiip."

***

7th slice

Riesling bangkit dan mengigit tentakel yang melilit Frost.

"Tak usah bicara. Aku akan membantumu, dia telah menghina odin, aku takkan tinggal diam."

Frost mencoba mengatur nafasnya, inginnya berterima kasih, tapi tak bisa. Dia hanya bisa membalas pernyataan itu dengan anggukan.

Kini Frost semakin serius. Dia melancarkan serangan bertubi-tubi ke Pastafarian dibantu oleh Riesling. Tak sulit mencapai Spagetthi yang melayang rendah itu. Beberapa lompatan dan mereka sudah sampai di atas Pastafarian.

Riesling mencabik-cabik pastafarian dengan taringnya. Sedangkan Frost mencoba membekukannya dengan pedang yang telah dialirinya dengan nuansa es.

"Kalian terjebak." Ucap Pastafarian penuh kemenangan.

"Hah?"

"Apa?"

"Fapi, anakku, sekarang saatnya."

Fapi meraih dan mengenggam dua dari tentakel pastafarian yang banyak itu.

"Burn-o-BAKE!"

Api menjalar ke seluruh tubuh pastafarian.

Pesona pasta mi yang menggelora. Pastafarian tertutupi flambage yang indah dari api yang dihasilkan Fapi.

"Tenggelamlah kalian dalam cita rasaku. Rasakanlah sensasi melebur dalam ragaku. Bercinta dengan sausku, larut dalam pastaku."

Riesling yang tak tahan api mulai meleleh, sedangkan Frost, merasa pikiran dan tubuhnya mulai kacau.

Sedangkan di tribun penonton dan panitia, semuanya mulai merasa lapar, wangi pasta yang hangat dan bola daging yang mematang itu sungguh mengundang nafsu.

"Bersatulah denganku, terima aku!"

Keduanya sudah mulai tak bisa bangkit.

Pastafarian ingin menghisap habis jiwa dan raga kedua lawannya itu. Semuanya terasa nikmat.

Namun hanya sebentar.

Fapi melepaskan pegangannya dan menghentikan api yang membara itu.

Dia menunduk.

"Dewa. Aku bukan ingin membunuh mereka. Aku hanya ingin lolos dari ronde ini."

"..."

"Perintahnya cukup mengalahkan satu atau keduanya, bukan menghilangkan nyawa mereka. Aku tak ingin membunuh, aku tak pernah dan tak akan menghilangkan nyawa siapapun."

"Kau membantahku?" suara rendahnya kali ini bukan lagi berisikan kharisma, tetapi kecaman.

Rasa takut menjalar di tengkuk Fapi.

"Ti-tidak. Aku...aku tidak membantahmu dewa pasta."

Fapi meremas-remas tangannya.

"Seperti yang kau bilang saat memberiku anugerah api ini. Aku harus percaya pada hal yang aku jalankan. Aku harus teguh pada pendirianku. Aku harus selalu bisa menggunakan segalanya untuk hal yang aku percayai. Dan kekuatanku...aku harus menggunakannya untuk mendukung apa yang aku percayai."

"..."

"Aku percaya akan cinta kasih. Aku selalu ingin membagi semangat. Aku ingin membahagiakan semua orang hidup bahagia, berteman dan selalu memberi kehangatan."

Dia mengeluarkan api dari kedua tangannya, dan menengadahkannya ke arah pastafarian.

"Karena itulah aku memilih kekuatan ini. aku ingin kekuatan ini bisa menopangku dalam impianku. Aku ingin memasak dengan penuh cinta. Agar semuanya bisa merasakan cinta."

Fapi menurunkan tangannya...merengkuhnya di dada.

"Aku tak mau membunuh."

"Aku hanya ingin bisa melewati ronde ini, agar aku bisa menyelesaikan tugasku, mengantar pesanan pizza terbaikku, walau aku tidak tau apakah mereka masih hidup atau tidak."

"..."

"Baiklah," Pastafarian menurunkan kedua lawannya yang sudah tak berkutik sama sekali.

"Anggap saja kau berhasil melewati ujian lanjutan dariku Anakku. Kau memahami jalan yang kau tempuh. Aku akan melindungimu dimanapun kau berada. Biarkan api itu tetap menyala dan memberi kehangatan pada siapapun yang kau kehendaki."

Pastafarian menyentuh Kening Fapi dengan tentakel sucinya.Fapi merasakan ada perubahan besar pada sesuatu di dalam dirinya.

"Kau sekarang mampu menggunakan api yang lebih besar lagi. Tenagamu juga akan meningkat tiga kali lipat dibanding sekarang. Kau mampu membuat pizza yang lebih baik lagi."

Fapi kembali menyanyikan hymne suci itu, berterima kasih sedalam-dalamnya pada Pastafarian.

[FROST AND PARTNER]
[K.O]
[PITTA N. JUNIOR AND PARTNER]
[WIN]

[RONDE 3]
[END]

***
Slice 8

Pertarungan Fapi dan Frost selesai, namun yang lain masih harus melanjutkan pertarungan sampai akhirnya tersisa beberapa peserta saja.

Frost dan Riesling sendiri masih hidup, walau luka bakar membuat mereka benar-benar kehabisan energi.

Frost yang tidak terbiasa—bahkan cenderung takut terhadap pria merasa canggung didatangi Fapi. Antara ingin berterima kasih tapi juga cemas, apalagi karena pertarungan yang terjadi tadi.

"...."

"Nona Frost. Kau tidak apa-apa?"

"ti...tidak."

Fapi tersenyum.

"Aku ingin menyuguhkanmu sepotong pizza...tapi..."

Fapi sadar, jika api dimunculkan di sini, mungkin malah membuat Frost merasa tidak nyaman.

Frost hanya menelengkan kepalanya karena bingung dengan reaksi Fapi.

Fapi memerhatikan tangannya sendiri dan kemudian teringat dengan perkataan Anastasia-08.

***

"Ini skill khusus yang diberikan administrator untuk anda. Fungsinya hanya bisa digunakan sekali. Pilih skill apa yang anda ingin dapatkan dari lawan, maka skill itu dapat digunakan."

"Caranya?"

Sentuhkan tangan anda ke tangan lawan anda, harus ada persetujuan, dari kedua pihak. Copy skill ini juga akan membuat anda mampu menarik elemen dasar dari skill lawan. Bahkan, walaupun elemen dasar anda berbeda sama sekali dengan elemen lawan, anda tidak akan musnah. Ini hadiah langka."

"Aku tak tau apakah ini akan berguna."

"Semoga. Semoga ini berguna Tuan."

***

Epilogue

Fapi mentransfer data skill frost ke dalam dirinya. Dia mengambil salah satu skill utamanya Frost. [imbued ice]

Kini Fapi mampu membekukan—dalam taraf rendah—apapun yang disentuhnya.

Dengan begini dia mampu menyediakan Pizza dingin untuk Frost. Entah dia suka atau tidak, yang jelas Fapi akhirnya bisa berbagi rasa cinta itu lagi.

Fapi semakin menyadari bahwa tujuannya bukan hanya berlaku sementara,tapi untuk seumur hidupnya.

Dia akan terus melangkah, sampai nanti bisa menyerahkan pizza terbaiknya pada siapapun.

"Pak Hewanurma dan Nona berdada besar, semoga kalian tetap hidup. Ada Pizza yang harus kalian cicipi!"

Sebuah resolusi besar muncul di hati Fapi. Kini dia siap menghadapi apapun yang ada di depannya.

"Semangat!"

14 comments:

  1. (Pas awal baca judulnya langsung kebayang Chrono Cross, karena Frozen Flame)

    Hmm ... menarik inih. Bahasa narasi pertarungannya benar-benar khas pizza spageti. Penulis rupanya sangat menguasai materialnya. Plotnya apik. Yang tertulis di bagian pembuka ternyata memang berhubungan dengan perkembangan Fapi selanjutnya, dan teknik itu pun langsung dipakai pada bagian akhir. Saya suka konsepnya, makanan panas dan makanan dingin sama-sama enak, tergantung perlakuannya :D

    Battlenya sendiri agak singkat. Kemampuan Pastafaria terlalu unggul untuk dihadapi gabungan kekuatan Frost dan Riesling sekalipun. Sehingga pihak Fapi terkesan menang dengan amat mudah.

    Masih ada sejumlah kesalahan penulisan. Agak berantakan terlihat. Tapi satu saja yang saya rasa paling urgen untuk diperhatikan. Yaitu pada paragraf pertama "3rd Slice". Tidak seharusnya angka seperti 28 ada di awal kalimat, apalagi di awal paragraf. Lebih baik digunakan bentuk kata seperti "Dua puluh delapan".

    ==

    VOTE untuk Fapi

    Saya merasa bahwa entri Fapi ini lebih fresh daripada entri lawannya, mulai dari temanya, gaya narasinya, sampai pada motivasi Fapi sendiri dalam mengikuti turnamen ini. Lalu yang terpenting, secara penulisan lebih baik daripada entri Frost yang jauh lebih berantakan. Plotnya juga lebih rapih dan jelas.

    Meskipun terasa kurang greget di bagian battlenya yang terlalu cepat menang, itu saya rasa bisa tertutupi oleh aspek lain seperti narasi, humor, dan kesinambungan plot, serta citarasa narasinya. Mungkin sekadar masukan saja ke depannya agar battle bisa digarap lebih menantang bagi si Fapi.

    Good luck~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, emang ambil dari judul itu.
      aye juga yakin bakal ada yang ingat hahahahah

      okeeee, thank you sudah memilih Fapi!
      semoga bisa lolos dan melawan bu mawar!

      akan coba ngegarap battle supaya lebih panjang tapi menarik.
      agak susah ternyata bikin orang yang ga mau battle jadi harus battle duel begini,

      Delete
    2. Idem. Bu Mawar juga tadinya bukan battewise secara karakter ._. Makanya saya benturkan sana dan hajar sini, sampai dia akhirnya bisa battle juga ._.

      Delete
  2. Ah, si monster spaghetti ini dewa sekali ya. Minimal berilah kesempatan pada si Valkyrie dan si Riesling kesempatan mengerahkan kemampuan hingga maksimal, tapi di akhir tetap Pitta-Pastafara unggul.

    Terlepas dari semua itu, pendekatan ala "Filosofi Pizza dan Cinta"-nya lumayan fresh. Mau dikembangkan ceritanya? Coba kalau yang tampil di sini Dom Torretto, mantra sucinya pasti, "Thank you for Nitro, turbocharger and fast cars." Me? I'm in for the fight, period.

    Coba saya lihat entri lawan anda yah, baru bisa putuskan mau vote yang mana. OC: Vajra

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membacaaaaa.

      Memang hampir ga kepikiran cara melemahkan dewa yang aye pilih ini.
      agak ngerasa gagal juga bikin entri spendek ini wkwkwk

      semoga bisa lanjuuuut

      Delete
  3. Ini awalannya berasa liat parodi iklan beng-beng

    Fapi si anak ilang... Saya ngerasa kayak didongengin sama gaya narasinya. Kuran lebih perasaan yang sama kayak kalo orangtua bacain anak cerita

    Poin minus dari entri ini buat saya adalah pacingnya yang cepet buat saya. Lebih dari setengah entri bukan porsi battle, dan pertandingannya kurang konflik imo, selesai begitu aja.

    Jadi untuk pertandingan ini vote saya jatuh ke lawan Fapi, selain dari entrinya juga karena investment ke karakternya lebih favor ke Frost

    ReplyDelete
    Replies
    1. arrrgghh
      bener2 kalah di battle ya.

      and yes, berusaha narasinya juga ala ala act/roleplay kayak bacain cerita dongeng.

      thanks sudah bacaaa

      Delete
  4. Oke, ini susah...

    Entri Frost memang lebih datar ketimbang ini, tapi yang ini entrinya kependekan walau menarik. Walau lebih memiliki rasa, tetap saja akhir battle jadi, "Udah, gitu aja?"

    Perjuangan Fapi sama sekali gak kerasa buat saya di sini.

    Then again... saya lebih menikmati baca entri yang ini ketibang Frost. Sorry, Frost~

    VOTE: FAPI

    Zoelkarnaen
    (OC: Caitlin Alsace)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama pendek entrinya yak wkwkwk

      thanks sudah baca!
      vote nya dipegang dengan erat!

      Delete
  5. Baca entry Fapi itu kayak nonton Umaru, gak komplit kalau ga ada kudapan buat nemenin. Dan saya ga ada pizza, welp.

    Well, buat komennya, susah.. kayak yang dikata bang Jul.. Dua entry sama-sama pendek, sama-sama flat. Alurnya kecepetan, padahal tadi baru introducing dan tau-tau Frost K.O.

    Well, keknya Vote saya jatuh ke Frost.. Maaf ya Fapi ; ^ ;

    ReplyDelete
    Replies
    1. OC: F̶a̶t̶h̶a̶ ̶a̶`̶ ̶L̶i̶r̶ Strata Munchilla

      Delete
  6. Fatanir - Po

    Entri ini battlenya keovershadow sama prolognya. Persingkat aja pembukaan dan penyambutan panitia dsbnya dan lebih eksplor di dinamika pertarungan. Krn di sini battlenya terlalu singkat dan terlalu gampang, nanti ke depannya Mas Dhiko mesti bikin bahwa Pastafarian ini ketemu lawan yg benar2 bisa menyulitkan dia dan Fapi sehingga Fapi akan dipaksa mikir dan bertekad supaya menang. Fapi jg harus dipaksa ketemu lawan yg membuat perilakunya nggak sekalem ini, yg bikin dia penasarankah, atau sedihkah, atau marahkah, dan eksplor perasaan itu sepanjang battle.

    Tapi narasinya enak banget, potensi tema battle masak ini luas dan kreatif bgt sehingga untukku potensi tema dan narasi ini lebih unggul dibanding kerapihan kanon Frost.


    VOTE FAPI

    ReplyDelete
    Replies
    1. AAAAAK
      TERIMA KASEEEEHHHHH
      votenya disimpan dalam-dalam.

      karena bayangan aye ketemu dewanya dari dunianya sendiri, apalagi ini salah satu penguji utama di dunia kuliner. Fapi jadi merasa teduh. jadi kalem. hahahahahaah

      oke, ke depannya dibalikin lagi ke entri yang banyak emosi roller coasternya.
      --semoga bisa.

      Delete