1.8.15

[ROUND 2 - LEVEL 3] EOPHI RASAYA - PETUALANGAN KETIGA

EOPHI RASAYA - PETUALANGAN KETIGA
Penulis: Aesop Leuvea






Prolog





Level Tiga
Nostraliberi
 

Eophi Rasaya terjun bebas. Tubuh itu berputar satu kali di udara sebelum menimpa dua makhluk yang sedang berkelahi menggunakan pedang dan perisai.

"Ke Neraka Digital saja sana makhluk din—" seruan dari Lorde, kesatria penguin pemegang perisai besar, terpotong setelah kaki Eophi menghantam kepalanya.

Dan.

"Lebih baik ke rumahmu lalu melamar is—" seruan dari Ouen, makhluk biru pemegang pedang besar, terpotong juga di saat yang sama setelah kepala Eophi menghantam kepalanya.


Ketiganya terjatuh, menciptakan gelombang kecil berwarna merah ketika tubuh masing-masing terempas di tanah putih. Mereka terbaring bersebelahan. Kecuali Eophi yang masih tidur, mendengkur, dan baru akan bangun beberapa saat lagi, dua wajah lain yang sedang menatap langit aneh di tempat ini menampilkan ekspresi tanda tanya.

Kenapa manusia kaleng simetris, yang memiliki semacam sarang burung lengkap dengan empat anak burung dan satu telur merah di atas kepalanya, bisa terjatuh dari langit begitu saja?

Beberapa detik berpikir dan bertanya-tanya, Lorde dan Ouen tetap tidak tahu jawabannya. Kesatria penguin dan makhluk biru itu bertukar pandang. Mereka mengangkat bahu lalu berdiri. Menyiapkan posisi dan senjata masing-masing untuk melanjutkan pertarungan.

Tidak ada lagi tanda tanya di wajah mereka. Keduanya kembali memasang tatapan galak. Lorde mendengus, mempererat pegangannya pada perisai. Ouen meludah ke samping, menyejajarkan bilah pedang dengan garis mata. Mereka berseru, sedikit membungkuk.

Dan maju!

"Ng?"

Eophi, dalam wujud manusia kalengnya, bangkit dari posisi rebah seperti mayat hidup. Dua anak burung dari sarang di kepalanya melompat keluar, mengambil posisi di kanan dan kiri lalu meledak, berubah menjadi perisai cahaya.

Dorongan perisai Lorde, ayunan pedang Ouen, tertahan oleh kedua benda itu.

"Apa?" Lorde menggumam, bingung.

"Cih!" Ouen meludah lagi.

"Anu ...," kata Eophi sambil mengucek mata. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. "Pertanyaan bodoh. Kenapa kalian berdua menyerangku?"

Lorde dan Ouen sama-sama mengintip dari balik perisai cahaya Eophi. Mereka meringis.

Lalu.

"SIAPA YANG SERANG SITU, WOY? SITU YANG SEENAKNYA MAIN TAHAN!" keduanya berteriak kesal. "SITU SIAPA, SIH? DATANG TIBA-TIBA KAYAK MERTUA!" Lorde melanjutkan.

Mengabaikan setengah respons mereka, Eophi memperhatikan kedua telapak tangannya sendiri. Lalu ia raba wajah, ia sentuh setiap bagian tubuh, termasuk sarang burung di atas kepala.

Whoa. Eophi mengernyit setelahnya.

Ia benar-benar merasa asing dengan dirinya sendiri.

"... kenapa bisa jadi kaleng?" Eophi menunduk. Sepucuk surat berwarna perak terselip dari dalam sarang, terjatuh ke pangkuannya dan langsung terbuka. "Hm?"

Selamat datang di Nostraliberi, Eophi Rasaya.

Surat itu bisa bicara.

Sekarang langsung saja. Dengarkan baik-baik.


***


Kii hanya tersenyum. Memandangi dari jauh seorang gadis telanjang yang terikat pada tiang, dan sekumpulan monster yang membawanya.

Gadis itu menjerit, meneriakkan satu nama, lalu dicambuk oleh monster berkepala babi hutan. Setelahnya, monster biadab lain akan mendekat untuk menjilati luka baru di tubuh telanjang itu. Menyaksikan semuanya, Kii tetap tersenyum. Bagi laki-laki berusia tiga puluh tahun dan berprofesi sebagai pembunuh ini, segala hal tentang rasa sakit bukanlah suatu keganjilan.

"KII—" gadis itu kembali menjerit, kembali dicambuk. Tubuhnya menggigil, mengejang lebih lama karena lecutan yang lebih dalam dan lebih keras. Segumpal daging, sebagian tulang, dan sobekan kulit di sekitar pinggang tercungkil keluar. Jatuh bercampur ke tanah putih bersama cipratan darah yang segera menjadi genangan kehitaman.

Monster-monster lain bersorak seperti maniak, melompat-lompat, bergantian menyedot bagian pinggang yang hilang pada tubuh gadis itu.

"LARI! KII—" adalah jeritan terakhir darinya.

Sekuat tenaga, cambukan dari si monster berkepala babi hutan telak mengoyak setengah batang leher. Kepala gadis itu doyong ke samping. Menciptakan suara sobekan dan gemeretak. Warna merah menyembur lewat tenggorokan yang rusak, sebagian mengalir deras ke badan. Gadis telanjang itu seolah mengenakan gaun dari darah sekarang. Ia mati, tubuhnya rusak dan berwarna.

Monster-monster lain menyambut itu dengan sorakan yang lebih keras dan gila. Salah satu dari mereka segera membenamkan rahang ke bagian leher yang terbuka, sisanya mencabik bagian tubuh yang berbeda. Di tengah pesta menyantap jasad itu, satu hantaman liar berhasil memotong kepala si gadis sepenuhnya. Kepala itu terlempar, terjatuh tidak jauh dari ujung kaki laba-laba Kii.

Sorotan dari dua keindahan, kematian dan cinta, terpantul di kekosongan mata gadis itu. Kii membungkuk untuk meraihnya. Tapi sebelum jari-jarinya sempat menyentuh, kepala itu menghilang.

"Ramalan, selalu bisa membuatmu menjadi lebih bijak, atau hancur. Karena ramalan, seperti hidup, adalah pertaruhan tanpa jaminan. Baiklah. Setelah melihat salah satu dari akhir masa depan, Kii, apa keputusanmu?" Paris, manusia serigala berzirah merah, muncul begitu saja di belakang Kii. "Apa kau menginginkan kematian ... Lirmeia? Atau, mengubah semuanya dengan mengikuti permainan ini?"

Kii, yang masih tersenyum, hanya memberikan jawaban singkat.

"Aku ikut."




1





Level Tiga
Gregarius


Ada alasan di balik semua itu. Meskipun pada saat ini Kii hanya mengetahui sebagian dan sisanya seolah terjadi begitu saja.

Beberapa saat lalu, ia masih berada di Bauhaus Frontierland, terluka parah, baru mendapatkan sedikit perawatan. Tiba-tiba, sesuatu memindahkannya ke tempat aneh ini.

Nostraliberi.

Sebuah tempat ajaib yang terletak jauh di dalam database Alforea. Memiliki bentuk seperti buku raksasa dalam posisi terbuka. Kii sedang berdiri di permukaan halamannya, tampak sepi dan asing. Ke atas, pada langitnya yang dihiasi berbagai nominal dan aksara, terdapat lubang hitam besar, persis seperti kerusakan yang ditimbulkan batu terhadap kaca jendela. Kii yakin sekali ia terjatuh dari sana.

Ia salah.

Paris, manusia serigala berzirah merah, muncul tiba-tiba untuk menjelaskan semuanya. Nama tempat, status terkini di tempat ini, serta peran Kii sebagai peserta Battle of Realms. Penjelasan darinya diperkuat oleh isi dari surat digital yang tersangkut di sayap Kii, yang dibaca setelahnya.

Tempat ini memang bernama Nostraliberi. Status terkini di tempat ini adalah perang: virus melawan antivirus. Peran Kii sebagai peserta Battle of Realms adalah memutuskan di kubu apa ia akan memimpin, kemudian menghancurkan pihak oposisi terutama pemimpinnya. Bertarung dengan siapa tepatnya? Tentu saja dengan satu lagi peserta Battle of Realms yang juga dikirim ke sini. Sosok yang akan menjadi pemimpin di tim lawan. Eophi Rasaya.

Permasalahannya, adalah Kii tidak memiliki pilihan lain selain menurut. Pertama, setibanya di Nostraliberi Kii benar-benar berubah secara fisik. Ia menjadi monster; manusia laba-laba yang memiliki sayap seperti malaikat. Wujud asing itu adalah hasil adaptasi di tempat ini, sekaligus bentuk penjaranya. Karena kontaminasi dari virus, Kii akan musnah jika memaksa untuk keluar dari database dalam wujud ini. Satu-satunya cara adalah mengikuti peraturan. Menyelesaikan permainan.

Alasan kedua, adalah karena Nostraliberi menawarkan hal-hal yang dianggap mustahil oleh Kii. Di tempat ini ia dapat melihat masa lalu dan masa depan, serta kesempatan untuk mengubahnya.

Paris sudah membuktikan sedikit kebenaran Nostraliberi dengan memperlihatkan masa lalu Kii: saat-saat di mana Kii kecil hampir mati tenggelam di bagian sungai yang dalam. Juga ramalan masa depan: tentang filosofi kematian dari Lirmeia, tunangannya, tadi.

"Nah. Sudah cukup? Sudah siap melawan virus?" tanya Paris.

Kii masih tersenyum sampai saat ini. Ia memang memiliki alasan yang kuat untuk itu. Tapi Kii tersenyum bukan karena ia senang. Ekspresi kekanakan itu hanya topeng. Terlalu banyak luapan emosi dari sepenggal masa lalu dan kemungkinan di masa depan yang bisa ia peroleh sebentar lagi. Dan yang paling penting, alasan utama dari senyum itu, adalah sengatan aneh yang sedari tadi menyelimuti tubuhnya.

Hawa pembunuh di mana-mana sama. Jadi Kii tahu, bahwa sebentar lagi Nostraliberi akan berubah menjadi ladang pembantaian.

Beragam jenis lawan berkumpul. Pertarungan menjanjikan tersedia segera. Itu saja, faktor utama yang melukiskan senyum di wajahnya. Semua untuk pedangnya, kesempatan untuk menjadi lebih kuat, untuk membuktikan pada dunianya bahwa jalan hidup seperti ini adalah benar.

"Aku siap," kata Kii. Laki-laki itu menarik pedang besar yang tersampir di punggung. Mengarahkan ujungnya ke atas. "Tapi sebelum itu, katakan apa yang terjadi pada langit."

"Ah, lubang cantik itu." Paris tersenyum, menengadah. "Tempat keluarnya para pasukan."

"Apa aku terjatuh dari sana?"

Si manusia serigala menggeleng pelan.

"Kerusakan itu tidak terhubung ke permukaan Alforea. Tidak ke satu tempat yang damai—baiklah, sudah tiba waktunya. Kita nyalakan Nostraliberi sekarang. Jangan lupa untuk menyimak peraturannya nanti."

Kii mendengar Paris melolong. Lalu semuanya berubah.


***


Eophi merindukan peralatan tidur, dan naga merahnya. Bukan hanya karena penampilan mereka yang berubah. Tapi juga karena kepasifan mereka.

Bisa dibilang, pada saat ini bantal-guling-selimut-kasur Eophi sedang mogok berkomunikasi. Di R1, Eophi mengambil keputusan berbahaya setelah mengakali peralatan tidurnya. Ia berubah menjadi si Badut. Kemampuan itu belum sempurna, risiko terlalu tinggi. Karena itulah peralatan tidurnya marah. Karena mereka takut Eophi kenapa-kenapa.

Sedangkan naga merahnya ... sampai sekarang makhluk kecil itu belum sadar. Bukan karena pasif, tapi karena kehabisan tenaga. Eophi meminjam nyawa naga merah itu ketika berubah menjadi badut. Jadi, makhluk kecil itu akan berada dalam kondisi koma lebih lama.

"Jadi, monster kaleng jelek, apa kau sudah mengambil keputusan?" Lorde bertanya. "Sungguh aku masih tidak menyangka. Kenapa makhluk sepertimu bisa terpilih untuk mengikuti permainan ini? Jelas sekali kau ini bukan tipe yang bertanggung jawab. Aku serius meragukan kemampuanmu."

Maksud dari pertanyaan Lorde si kesatria penguin adalah: apa Eophi sudah memutuskan untuk membantu pasukan antivirus ketika perang nanti?

Sementara maksud dari perkataan terakhirnya adalah: ia tidak menyukai Eophi.

Sejujurnya, jawaban itu belum terpikirkan. Eophi masih sibuk merindukan peralatan tidur, naga merahnya, dan, mencerna satu-satu peraturan di Nostraliberi.

"... tunggu," gumam si monster kaleng yang masih terduduk malas.

Setelah mendengar penjelasan dari surat digital, Eophi bisa mengambil beberapa kesimpulan besar tentang peraturan permainan, dan tentang  R2 yang terasa kurang resmi ini. Peraturan utama adalah tetap hidup. Eophi juga harus mengalahkan Kii, satu lagi peserta Battle of Realms yang terjebak di sini. Soal kesimpulannya tentang R2, entah kenapa Eophi merasa bahwa ia sedang dipermainkan.

"Jangan lama-lama," kata Ouen tidak sabaran. Makhluk biru ini sedang mengayun pedang ke udara seperti anak kecil. "Nanti kita keburu jadi dendeng data. Pasukan virus pasti sudah mendapatkan pemimpin mereka dan memulai permainan."

Eophi menengadah, memperhatikan lubang besar di langit.

Tidak ada pilihan selain ikut bermain. Karena memang sampai saat ini, terus maju adalah apa yang membuatnya tetap bertahan. Bagaimanapun, tujuan utama Eophi mengikuti Battle of Realms adalah demi petualangan. Demi melihat tempat baru. Demi membuktikan kebenaran teori-teori Bidriel tentang ragam kehidupan. Demi menyempurnakan diri sebagai Myrd. Demi—satu alasan khusus yang sangat pribadi—membolos pelatihan keras di Myrdial Abyss.

"Ya ... jadikan aku pemimpin kalian," kata Eophi datar.

Lorde dan Ouen menganggap itu sebagai persetujuan. Mereka membenturkan masing-masing senjata. Perisai dan pedang. Cahaya yang membutakan tercipta, menyeret Eophi ke dalamnya.

Ketika semua selesai, Nostraliberi tidak lagi tampak seperti permukaan halaman kosong dari buku raksasa.

Semuanya berubah.






Level Tiga
Monster Eophi


​ 
Tidak ada di dalam kamus Eophi, definisi dari fobia terhadap kenangan-kenangan lama. Mau buruk atau bahagia, Eophi menyukai ingatan. Ia senang melihat ke belakang, belajar lewat mimpi. Memeriksa hal-hal yang perlu diperbaiki atau terus diulang.

Untuk itu, sedikit banyak keterangan dari Nostraliberi jelas cukup menguntungkan. Tempat yang terdiri dari 9x9 wilayah ini, menyimpan virus, memori, atau ramalan masa depan tersendiri. Masing-masing berbeda di tiap wilayahnya. Eophi cukup percaya diri soal tempat berisi memori dan tidak terlalu peduli dengan sisanya.

"Nostraliberi hanya memperlihatkan kenangan terlarang atau masa depan tergelap. Jika sudah merasa siap, nyalakan mesin slotnya. Kita kejar virus-virus itu," jelas Lorde. "Jangan sampai kencing di celana, oke, monster kaleng?"

Setelah setuju untuk berpartisipasi, dan setelah tirai cahaya tersibak tadi, Eophi tahu-tahu sudah berdiri di tempat duduk teratas pada stadion sepak bola. Ouen si makhluk biru segera menjelaskan bahwa tribun ini adalah titik awal, sementara lapangan hijau di bawah sana adalah tujuan akhir.

"Lapangan itu tampak dekat, huh?" kata Ouen tengil. "Tapi sesungguhnya tempat itu berada tepat di tengah Nostraliberi. Begini mudahnya. Entah kau menyerah di sini sebagai penonton yang takut bergerak, mati mencoba di tengah jalan, atau berhasil berdiri di sana sebagai pemain pada akhirnya. Paham?"

Eophi mengangkat tangan kanan.

"Tanya. Ng ... butuh berapa angka buat langsung sampai ke tengah?"

"Lima." Tapi Ouen mengacungkan enam jari. "Dan kau harus bergerak lurus karena kita memulai dari titik (5,1)."

"... paham. Ayo mulai saja."

"Ya dari tadi! Nyalakan slotnya, kaleng!" Lorde membanting perisai.

Begitulah. Pergerakan pemain ditentukan oleh mesin slot berbentuk batangan emas. Ada tiga slot di sana. Slot pertama untuk menentukan angka, slot kedua untuk menentukan arah, slot ketiga untuk menentukan bantuan misterius.

Cukup waras jika Eophi merasa harus tiba di lapangan itu sebelum Kii. Tapi belum cukup bagus sebenarnya. Bisa sampai di tempat tujuan saja belum cukup. Terlebih, jika Eophi berhasil tiba tapi dalam keadaan mati, atau hanya tiba tapi tidak mengetahui apa-apa.

Tentu saja, semuanya otomatis akan menjadi sia-sia.


***


Satu langkah ke kiri, lalu sebuah bantuan khusus bernama Warp Me Bitches (WMB), adalah hasil dari putaran pertama mesin slot Kii. Bukan hasil yang terlalu bagus memang. Karena Kii memulai dari titik (7,9), sekarang ia berada di titik (8,8). Tapi dengan begitu, sekarang permainan benar-benar sudah dimulai.


Dari tempat duduk paling atas di sebuah stadion sepak bola, Kii akan berpindah ke wilayah yang lain. Pada saat itu, walau hanya sepersekian detik, ia sempat melihatnya. Sesuatu yang muncul di seberang stadion. Mereka baru tiba. Monster kaleng dan dua makhluk aneh.

Tidak perlu susah payah untuk menerka, itu pasti mereka. Kumpulan lawan-lawannya. Eophi Rasaya, dan dua wakil pasukan dari kubu virus.

Delapan tebasan, pikir Kii sebelum keberadaannya menghilang total. Meninggalkan stadion.

Ia langsung berada di dalam fase berpindah. Terbang di ruang hitam yang dipenuhi oleh bingkai-bingkai. Ia melihat dalam jumlah tak terhingga gambar-gambar diam dari ingatan, atau masa depan. Semuanya tampak nyata dan kelam.

Raut kecewa dari sang ayah, tangisan Lirmeia tunangannya, mata-mata mereka yang telah dibunuh demi misi, ratapan keluarga-keluarga mereka ... semuanya berkelebat. Cepat tapi jelas. Sesungguhnya semua pemandangan tadi hanya terjadi dalam satu kedipan mata saja. Kii mengerjap, dan ketika membuka mata, ia sudah tiba.

Kii berada di dalam salah satu ingatan.

Masa lalunya.

Suatu hari, ketika pagi dihuni awan-awan gelap. Gerimis mengetuk atap kayu dari sebuah rumah benteng, menciptakan bisikan lembut. Angin ribut menutup semua tawa hangat atau jeritan nantinya di wilayah itu, menyempurnakan situasi perburuan. Kii kecil berdiri di sana, di dalam menara pengawas yang menjulang di satu sisi rumah. Dua penyihir dewasa, bersimbah darah, tergeletak tidak jauh darinya.

Ini adalah ingatan Kii tentang misi pertamanya sebagai pembunuh.

"Nostraliberi hanya memperlihatkan keburukan," kata Paris yang berdiri di samping Kii. Mereka berdua menonton ingatan itu dari atas, berdiri di langit pagi yang nyaris segelap malam. "Tapi kau terlihat cukup tenang. Apa yang akan terjadi?"

Kii tidak menjawab pertanyaan manusia serigala itu. Ia membisu, tanpa ekspresi. Hanya ingin menyimak salah satu kejadian masa kecilnya yang diulang begitu saja.

"Baiklah, kita lihat tanpa berbicara." Paris mengangkat bahu.

Di bawah sana, Kii kecil baru saja turun dari menara pengawas, masuk ke dalam rumah lewat salah satu jendela.

Pemandangan berubah.

Kii dan Paris tidak lagi berdiri di langit. Mereka berpindah ke dalam. Berdiri di suatu sudut ruangan, seperti kamar anak-anak. Terlihat di samping tempat tidur, seorang pelayan tua, berjubah penyihir, sedang menemani gadis kecil menggambar.

"Menggambar siapa?" tanya si pelayan tua, ramah.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas gambar, gadis kecil menjawab riang, "Satu-satunya temanku di akademi."

"Apa dia dari keluarga penyihir terpandang juga?"

Gadis kecil menggeleng. "Dia bahkan tidak bisa sihir. Tapi bukan itu intinya, Bibi. Dia mau menemaniku. Sementara yang lain menjauhiku. Dia tidak keberatan kalau aku ini aneh."

"Spesial," si pelayan tua membenarkan sambil menyunggingkan senyum tulus. "Kalau begitu ceritanya, kamu tidak boleh melepasnya. Tindakan itu hanya bisa dilakukan oleh teman sejati."

"Teman sejati? Apa itu?"

"Mereka yang tetap ada, ketika yang lain tidak ada. Mereka yang selalu melihat, apa yang sebenarnya sedang kita rasa. Siapa nama anak itu?"

"Kii."

Gadis kecil meletakkan kuasnya. Ia selesai. Gambar jelek dari seorang bocah berambut panjang, bertampang malas, tersenyum dari dalam kertas.

"Kii!" gadis kecil itu tiba-tiba memekik, ia berdiri dengan cepat. Kedua matanya berbinar menatap ke arah pintu.

Lalu, itu semua terjadi.

Kii kecil masuk ke dalam kamar, menebas punggung si pelayan tua. Ia berhenti sebentar, menunduk, sementara si pelayan tumbang ke samping. Mati. Gadis kecil langsung menjerit, bingung dan takut. Masih menunduk, Kii kecil kembali bergerak. Satu gerakan menusuk, berhasil menembus jantung targetnya.

Misi pertama selesai.

Gadis kecil bersimpuh sebelum terjatuh. Darah mulai keluar dari tubuhnya setelah bilah pedang ditarik.

"Kii? Kenapa?"

Kii kecil membisu. Tapi tidak ke mana-mana. Ia berdiri di depan gadis kecil itu. Menemaninya sampai akhir, kemudian menangis tanpa suara.

"Kau benar-benar menangis setelah membunuh mereka?" Paris bertanya.

Untuk pertanyaan ini, Kii memberikan jawaban singkat.

"Karena dia adalah misi, sekaligus teman pertama."

Pemandangan kembali berubah.

Kii dan Paris kembali berdiri di langit. Sementara Kii kecil tampak di bawah sana, berjalan membelakangi rumah benteng yang terbakar.

"Membiarkan api menyelesaikan sisanya? Benar-benar, deh." Paris mengangkat bahu lagi.

"Dekati dia, cari kelemahannya, lalu bunuh tanpa meninggalkan jejak," Kii menggumam, matanya kosong menatap bayangan rumah di dalam api. "Itu adalah perintah pertama yang kuterima sebagai pembunuh. Ya. Gadis kecil itu memang spesial, dan berbahaya jika dibiarkan hidup. Senjata rahasia penyihir ...."

Paris menepuk pundak manusia laba-laba itu.

"Santai. Ini cuma memori. Serangan pembuka. Rintangan sebenarnya adalah mereka."

Kii mengalihkan pandangannya dari api. Sekumpulan gadis kecil yang sama, berdarah-darah, melayang-layang tidak jauh di depannya. Mereka menyeringai, meneriakkan tuntutan.

"Tidak perlu menghabisi semuanya, cukup bertahan selama lima menit sampai mesin slot muncul dan kita bisa melanjutkan permainan. Oh, sebentar. Hanya mengingatkan soal bantuan khususmu. Warp Me Bitches. Gunakan itu di akhir durasi wilayah ini untuk berpindah langsung ke tempat lawanmu berada."

Selesai menjelaskan, Paris si manusia serigala ikut maju ke depan. Menyusul Kii, si manusia laba-laba bersayap, yang sudah lebih dulu bergerak. Mereka membantai gadis-gadis kecil itu. Dan gadis-gadis kecil itu membalas dengan sihir, dengan ledakan, dengan tuntutan.

"Kenapa ... KENAPA? KENAPA, KII?!"

Pedang besar Kii tidak berhenti mengayun.

Ada masa ketika aku ingin melindungi mereka, bukan melenyapkan. Kii menebas salah satu kepala gadis kecil. Melindungi, bukan melenyapkan.

[ Hentikan. Tolong hentikan. Jangan hancurkan kami. Hentikan! ]

Suara asing, bukan berasal dari tuntutan para gadis kecil, menggema. Nadanya yang aneh dan mendesak berhasil memaksa Kii untuk berhenti. Kii memperhatikan dan menunggu selama beberapa saat, tapi suara itu tidak pernah terdengar lagi.




2





Level Tiga
Kacamata Perang

 

Empat langkah lurus, dan bantuan bernama Grim Report (GR), adalah hasil putaran pertama dari mesin slot Eophi. Ia berada di titik (5,4) sekarang. Luar biasa betapa sedikitnya perbedaan  sangat mujur dengan sangat tidak beruntung.

"Yah." Monster kaleng itu cemberut. "Tanggung ... satu lagi langsung menang padahal."

Lorde dan Ouen menepuk pundaknya.

"Menang cepat itu tidak bagus. Sudahlah."

Eophi mengangguk, meski sebenarnya ia tidak setuju kalau langsung menang itu hal yang buruk. Bagaimanapun, jika ada kesempatan untuk menang mudah, pasti itu yang akan ia pilih dan perjuangkan. Metode pemalas.

Seolah keberatan dengan hal itu, telur merah di atas kepalanya melompat kecil. Telur itu adalah bentuk naga merah Eophi di tempat ini.

Hel, sudah bangun? Eophi bertanya melalui pikiran.

Tidak ada jawaban.

"Nah. Permainan ini resmi dimulai untuk kita. Berhati-hatilah, jangan sampai lengah. Virus ada di mana-mana!" Makhluk biru maju ke depan, mengangkat pedangnya sedada.

"Oke. Tapi ngomong-ngomong kita ada di mana?" tanya Lorde.


Lima detik jeda, Eophi baru menjawab.

"Gubuk derita."

Ya. Setelah melewati fase berpindah, mereka bertiga tiba di tempat ini. Salah satu permukiman kumuh yang terletak di planet Bumi. Salah satu drama masa lalu Eophi.

"Oh. Aku tahu Nostraliberi ini kejam. Jadi, langsung saja. Apa ini jenis cerita masa lalu yang menyedihkan?" tanya Lorde malu-malu. Penguin itu nyaris berbisik. "Bisakah kau mengatakan saja apa yang akan terjadi? Aku paling tidak tahan dengan situasi ini."

Ouen si makhluk biru sengaja batuk sambil mengatakan, "Pecundang!"

"Hey! Aku punya keluarga! Kisah negatif tidak baik untuk jantung, dan ... orientasiku!" Lorde membela diri.

"Cerita hidupmu saja sudah negatif, penguin botak yang garing! Jangan buang-buang waktu!"

"Grrr, pantat biru perjaka! Ke sini kau!"

Mereka berkelahi. Eophi tidak peduli. Ia berjalan ke depan kerusuhan itu, lalu duduk di langit tanpa merasa aneh sama sekali. Lakon ingatannya sudah membuka tirai di bawah sana. Ia siap menyimak.

Satu rumah kardus yang berada tepat di antara dua lampu jalan. Jadi bercahaya, secara harfiah, atau banyak makna lainnya. Rumah kardus yang berbeda dari rumah-rumah miskin lain di daerah ini. Karena, rumah di tengah cahaya itu dihuni oleh mereka yang tidak pernah sekali pun merasa kurang. Setidaknya, sampai hari ini.

Saat ini hampir tengah malam.

Seorang pemuda berkemeja lusuh melambaikan tangan dari ujung jalan. Baru pulang kerja. Lambaian itu lantas dibalas oleh lambaian lain dan senyuman dari seorang gadis cantik berkepang dua yang sedang memeluk kura-kura.

Merekalah adik kakak penghuni rumah kardus bercahaya.

"Sebentar lagi, selamat ulang tahun, Kak," kata si adik, tersenyum manis sekali.

Kakaknya hanya mengangguk, tampak muram. Sangat aneh. Karena biasanya justru ia yang paling heboh, mengangkat adiknya, memarahinya karena lagi-lagi tidur malam, lalu masuk ke dalam rumah sambil tertawa. Kesimpulan diambil oleh sang adik, bahwa kakaknya pasti sedang tidak enak badan, atau mengalami hari yang buruk.

Mereka masuk ke dalam rumah, tanpa saling bersuara.

Pemandangan tidak berubah untuk Eophi, tapi ketika adik kakak itu berada di dalam, ia seolah bisa melihat menembus atap seng. Semuanya tetap jelas terlihat dan jelas terdengar.

"Kakak mau makan sekarang? Atau mandi? Aku bisa ambilkan airnya. Kakak istirahat, ya?" Si adik bergerak rusuh setelah menaruh kura-kuranya di wadah bening.

"Tunggu, berhenti," kata sang kakak. Baru kali ini pemuda itu mencengkeram tangan adiknya sedemikian keras. "Mereka sebentar lagi ke sini untuk menjemputmu."

"Hah? Siapa, Kak?"

Tidak ada jawaban. Pemuda itu hanya menunduk. Semuanya menjadi jelas beberapa saat kemudian. Dua laki-laki berjas hitam masuk tanpa permisi, membawa paksa si gadis berkepang dua.

Tidak peduli seberapa keras adiknya menjerit, atau berapa banyak ia memanggil nama sang kakak, pemuda berkemeja itu tidak pernah lagi mengangkat wajah. Ia pasrah adiknya dibawa pergi.

Mereka berpisah begitu saja.

"Pemuda laknat," geram Lorde.

Eophi melihat ke kanan dan kirinya. Lorde dan Ouen ternyata sudah berhenti merusuh. Mereka berdua ikut menyimak.

"Hey, monster kaleng, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ouen.

Eophi menghela napas panjang. Sambil mendongak ia menjawab.

"Orang tua mereka tewas di perang saudara. Sejak saat itu, si pemuda menghidupi adiknya sambil terus memendam dendam pada keadaan. Aku tahu setelahnya, bahwa pada hari ini, pemuda itu ternyata mendapatkan tawaran untuk menjadi tentara bayaran. Jadi tadi ... dia menjual adiknya. Dengan pertimbangan, jalannya ke depan akan sangat berat, dan akan lebih baik untuk adiknya kalau menjalani hidup yang lain. Saling berjauhan."

"Pemuda konyol," Lorde menggeram lagi.

"Oi, monster kaleng, di mana kau ketika itu semua terjadi? Aku tidak melihatmu?" tanya Ouen.

"Bangsa Myrd harus menyamar ketika meninggalkan Myrdial. Tadi aku jadi si kura-kura," kata Eophi pelan. "Bangsa Myrd juga bisa hidup ratusan juta tahun waktu manusia. Jadi ... aku terus memperhatikan kedua manusia ini. Mereka bertemu lagi di masa depan. Pertemuan terakhir. Ketika pemuda itu sudah menjadi teroris, dan meledakkan diri di sebuah kafe tempat adiknya melacur."

Melihat tidak ada respons langsung dari Lorde atau Ouen, Eophi melanjutkan dengan suara yang lebih pelan.

"Terkadang, ingin sekali aku bergerak daripada menunggu. Menyerang ... daripada bertahan. Menghentikan semua hal jahat sebelum itu semua terjadi."

Lorde dan Ouen menepuk pundaknya.

"Efek melankolis dari Nostraliberi. Benar-benar, deh." Ouen geleng-geleng kepala.

"Fiuh. Serangan pertama selesai," kata Lorde. "Tinggal bagian gampangnya. Bertarung dan bertahan selama lima menit. Ayo."

Monster kaleng mengangguk lalu berdiri. Pandangannya lurus ke depan. Menatap sekumpulan bayangan dari seorang pemuda yang sedang bergandengan tangan dengan adiknya. Lalu, dua sosok yang baru saja muncul di tengah-tengah itu semua.

Dua sosok itu adalah ... manusia serigala berzirah merah, dan manusia laba-laba bersayap.

Paris dan Kii tiba.

"... ini akan jadi lima menit yang sangat panjang," Eophi menggerutu.


***


Kedua peserta Battle of Realms di Nostraliberi ini akhirnya bertemu. Menggunakan bantuan khusus dari Warp Me Bitches, Kii tiba di ingatan Eophi.

"Akibat kecerobohan," kata Paris sambil memutar kedua bola matanya, "sekitar 20% energi kehidupanmu hilang setelah terkepung gadis kecil. Kenapa pedang itu ingin sekali menebas sesuatu? Ah, sudahlah. Mulai sekarang tolong lebih berhati-hati. Dan ingat, pada pertemuan pertama antar pemain, maksimal kerusakan yang bisa diberikan hanya 50% dari total Health Bar."

Kii menghunus pedang besar. Tampak tidak peduli dengan penjelasan Paris. Ia memang mendapatkan sedikit luka tadi, ketika bertarung dengan sekumpulan virus berwujud gadis kecil di dalam memorinya. Meski begitu, Kii tahu persis tentang peraturan pertemuan pertama. Tentang batas maksimal 50% kerusakan.

Pertemuan pertama antar pemain tidak dimaksudkan untuk saling membunuh. Tapi untuk mengukur kemampuan satu sama lain.

Manusia laba-laba itu membentangkan sayap, maju ke depan dengan sangat cepat. Targetnya satu, Eophi Rasaya si monster kaleng. Paris, memegang pisau di kedua tangan, berlari di sampingnya. Lalu menyusul di belakang mereka, adalah sekumpulan virus bayangan yang bergerak menyebar.

Pertarungan dari berbagai arah, pecah di langit ingatan. Benturan pertama dihasilkan oleh pedang besar Kii dengan perisai Lorde. Kii memanfaatkan ukuran tubuhnya yang setengah raksasa untuk mendorong Lorde ke samping. Ia segera menerobos, melewati tebasan pedang Ouen yang ditahan dua pisau Paris, langsung ke depan si monster kaleng.

Tebasan pertama dari Kii, ditahan oleh satu anak burung yang melompat keluar dari sarang di atas kepala Eophi. Anak burung itu berubah menjadi perisai cahaya.

Perisai, pikir Kii. Menarik.

Tiga anak burung lain ikut melompat keluar, hanya tersisa telur berwarna merah di dalam sarang. Kii bisa mengasumsikan, bahwa Eophi memiliki total empat pelindung.

Tebasan kedua Kii datang, dibarengi oleh serangan virus-virus dari berbagai arah. Fokus pertarungan seketika berubah. Dalam hitungan satu kedipan mata, Kii dan Eophi sudah tenggelam di dalam bayangan dari seorang pemuda dan gadis berkepang dua.

Keduanya lalu jatuh dari langit, menghantam beberapa rumah kardus. Ratusan bayangan yang lebih hitam dari malam, membentuk pola spiral raksasa, menyusul turun menabrak permukaan tanah.

Ledakan besar tercipta, menghancurkan setengah wilayah permukiman kumuh. Kii, meski energi kehidupan pada Health Bar-nya berkurang lagi beberapa persen, berhasil menghindar tanpa luka yang berarti. Ia juga melihat Eophi di tengah kebakaran, dalam keadaan terluka, tapi tidak benar-benar parah. Monster kaleng itu dilindungi empat perisai cahaya.

Tanpa jeda, pertarungan dilanjutkan.

Setelah menebas bayangan-bayangan yang tersisa, dan mengabaikan kerusakan kecil yang mereka ciptakan ketika berhasil mencabik atau meledakkan diri, Kii kembali berhadapan langsung dengan Eophi.

"Pillow Fight," Kii mendengar Eophi setengah meneriakkan kata-kata itu. Lalu ia melihat, salah satu anak burung meledak menjadi cahaya yang menyebar, membentuk wujud baru. Sebuah benteng. Eophi jatuh bertekuk lutut di dalamnya, terbatuk, memuntahkan darah.

Tidak menjadikan pemandangan itu sebagai alasan untuk berhenti, Kii lanjut menyerang. Tapi sudah lima tebasan cepat terayun, permukaan benteng yang melindungi Eophi bahkan tidak tergores sedikit pun. Lima tebasan lagi, tetap tidak ada kerusakan sama sekali. Dari balik dinding benteng yang transparan, Eophi tersenyum letih.

Dari langit, ledakan besar lain tercipta. Kii mendongak, melihat Paris sedang bertarung dengan makhluk biru dan manusia penguin, lalu di belakang mereka terlihat lubang hitam besar yang pada beberapa saat lalu belum ada.

Semuanya terjadi dengan sangat cepat.

Sosok berjubah dan bocah bertopeng keluar dari sana. Berkejaran, tampak mengabaikan sekitar. Mereka juga saling melempar serangan bercahaya yang menghancurkan tiap partikel pada dimensi ingatan ini, menjadikannya hitam dan kosong.

Bocah bertopeng menerima serangan telak. Ia jatuh dari langit, terempas tidak jauh dari tempat Kii berdiri.

"Oh, oh! Peserta! Tolong aku, mereka datang!" pekik si bocah, mencoba merangkak mendekat. "Cepat ... cepat selesaikan permainan ini—" Suaranya menghilang. Serangan lanjutan dari sosok berjubah berhasil menghabisinya.

"—MINERVA!" Eophi berteriak pada sosok berjubah itu. Dari dalam benteng cahayanya, ia mendongak. Kii bisa melihat jelas ekspresi senang bercampur bingung pada wajah si kaleng. Dan meski darah masih mengalir dari mulut, mengotori dagu perseginya, ia tetap berteriak, memanggil, "MINERVA!" Kemudian terbatuk lagi, semakin parah.

Sosok berjubah bernama Minerva hanya menoleh setengah wajah, lalu pergi begitu saja. Menghilang ke dalam lubang hitam yang segera menutup setelahnya.

Kii memperhatikan Eophi lagi, ekspresi senang pada wajah itu sudah menghilang. Yang tersisa sekarang hanya kecewa dan bingung. Kii juga melihat, Health Bar di atas kepala si monster kaleng sudah mencapai limit 50%. Itu artinya pertemuan pertama ini akan segera berakhir.

Tapi, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Adalah pertanyaan Kii yang tidak sempat terucap. Karena ia, juga Paris, sudah terlebih dulu menghilang. Dipindahkan ke wilayah yang lain.

[ Sebelum semuanya terlambat ... tolong hentikan semua ini. Jangan membantu lebih jauh kehancuran Level Tiga! Tolong! Berhenti! ]

Suara asing itu kembali terdengar, singkat, di dalam fase berpindah. Kii memejamkan kedua matanya.

Sesuatu yang besar sedang terjadi di sini, aku merasakannya dari awal. Tapi apa?






Level Tiga
Bernyanyilah

 

Mereka seharusnya sudah saling mengenal. Eophi dan Minerva. Keduanya menghabiskan banyak waktu di R1. Tapi apa hubungan mereka sebenarnya? Bukan cinta, yang jelas. Eophi adalah salah satu peserta Battle of Realms, sementara Minerva adalah salah satu anggota dari organisasi misterius.

Penampakan singkat dari Minerva di Nostraliberi ini cukup mengecewakan Eophi. Ia diabaikan. Dan apa yang Minerva lakukan di sini? Satu pertanyaan dasar itu menyala seperti api di ujung sumbu. Bergerak mengikuti jalur, tiba di tujuan, lalu kembang api beterbangan. Monster kaleng itu menyadari satu hal yang seharusnya ia tanyakan pada Lorde dan Ouen sejak awal.

"Ng, jangan marah," kata Eophi. Suaranya pelan dan serak. Ia masih belum pulih sepenuhnya dari pertarungan besar di R1. "Siapa sebenarnya kalian berdua? Apa ... kalian benar-benar antivirus atau semacamnya? Bisa buktikan?"

Lorde dan Ouen bertukar pandang. Ekspresi mereka sama-sama mengatakan pertanyaan tolol macam apa itu?

"Monster kaleng ini terbatuk cukup parah tadi," kata Lorde sok kalem. "Sampai berdarah."

"Ya," Ouen menimpali. "Mungkin karena itu sebagian otaknya ikut keluar dari mulut."

"Yap. Mempertanyakan identitas kita? Yang benar saja, kaleng. Tentu saja kami ini pasukan antivirus!"

"Sudah kubilang otaknya tinggal sedikit. Dia jadi lebih bodoh setiap menitnya."

"Dan soal bukti, tentu saja kita punya bukti! Ouen, ceritakan pada monster kaleng bodoh ini."

"Baiklah, dengar. Kita para antivirus sudah lama berperang melawan berbagai jenis virus di Nostraliberi. Ya. Dulu kita selalu ... ng, dulu itu antivirus, kita, di masa lalu ... hey, Lorde? Apa tepatnya yang kita lakukan di masa lalu?"

Lorde memutar kedua bola mata penguinnya.

"Kau ini penjaga ingatan, makhluk biru somplak! Masa lupa ingatan? Pertarungan tadi pasti terlalu keras untuk kalian berdua. Sudahlah. Jadi begini, bukti bahwa kami benar-benar antivirus adalah sejarah. Dari dulu kami ... selalu, ng, itu ...."

"Pertarungan tadi juga terlalu keras untukmu, unggas?" kata Eophi.

"Oh diam!"

"Oi. Lagi pula untuk apa menjawab pertanyaan itu? Kita ini memang antivirus. Titik," tegas Ouen.

Lorde mengangguk.

"Masuk akal. Terlebih saat ini lebih banyak hal penting yang harus dipikirkan. Hey, monster kaleng, buang apa pun itu pemikiran bodohmu. Permainan harus dilanjutkan.
"Seharusnya kau bertanya soal di mana kita sekarang, atau, fungsi dari Grim Report. Ya. Mungkin kau membutuhkan bantuan khusus. Karena dari apa yang sempat kulihat pada pertemuan pertamamu dengan monster laba-laba itu, kau sama sekali tidak bisa mengimbanginya. Kau terlalu lemah dan payah. Apa rencanamu kalau sampai bertemu dengannya lagi nanti?"

Eophi menyimak baik-baik itu semua. Tapi tidak memberi respons apa-apa. Setelah pertemuan pertamanya dengan Kii tadi, ia dipindahkan ke salah satu ruang putih yang berada di titik (2,5). Mendapatkan jatah beristirahat selama lima menit.


"Katakan sesuatu, kaleng. Atau mau menyalakan slot sekarang?" tanya Ouen.

"... sebentar," kata Eophi.

Saat ini kepala monster kaleng itu sedang dipenuhi oleh kemungkinan dan pertanyaan. Apa tujuan dari keberadaan Lorde dan Ouen? Kenapa mereka berdua tidak memiliki masa lalu?

Sejauh ini semua hanya berjalan begitu saja. Tentang Nostraliberi, tentang permainan dan peraturannya. Semua tertulis di dalam surat digital.

Surat digital. Eophi penasaran, siapa yang membuat benda itu? Apakah maid? Atau ... firasatnya benar. Ia, mungkin bersama peserta lainnya, sedang dipermainkan. Bahwa semua ini bergerak di luar kendali Battle of Realms itu sendiri. Bahwa ada sesuatu di luar sana yang mengacak-acak sistem turnamen ini.

Satu hal yang jelas bagi Eophi jika kemungkinan itu benar, adalah, mereka semua dimanipulasi untuk saling menghancurkan. Dari peserta, sampai lokasi. Itulah mengapa keberadaan Lorde dan Ouen penting di sini. Pemusnahan massal.

"Ayolah! Jangan tidur!" bentak Lorde. Suaranya menggema di ruangan putih ini.

Eophi, yang tidak sadar telah berpikir sambil tidur sedari tadi, membuka mata. Lalu ia bilang begini pada Lorde dan Ouen, "Baiklah ... aku punya rencana. Aku ingin tahu apa fungsi dari Grim Report. Terus ... aku pengin nyanyi. Kalian bawa sumbat telinga atau semacamnya nggak? Buat jaga-jaga."

Telur merah di atas kepalanya bergerak lagi.


***


Kii juga masih berada di ruang putihnya pada titik (8,5) untuk beristirahat dan berpikir. Apa yang Eophi Rasaya tahu, tapi ia tidak tahu? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?


"Oke. Bagaimana? Sekuat apa monster kaleng itu? Dari langit kulihat dia hanya bisa bertahan. Bahkan Health Bar milikmu tidak banyak berkurang. Total 73%." Paris tersenyum. "Jika ada kesempatan untuk bertemu dengannya lagi di wilayah lain, mampukah kau mengosongkan Health Bar-nya?"

"Dia memiliki pertahanan khusus," kata Kii pelan. "Bahkan sepuluh tebasan tidak cukup."

"Jadi? Tidak bisa?"

Kii menarik napas dalam-dalam.

"Bukankah ada cara lain untuk menjadi pemenang di permainan ini? Selain saling membunuh? Pergi ke tengah wilayah?"

"Ya. Begitulah yang kutahu, dan tertulis di surat digital." Paris mengangguk. "Pertanyaan tadi itu hanya jaga-jaga. Tapi, ada apa ini? Pertemuan pertama itu mengubahmu, heh?"

"Bukan. Bukan mengubah." Kii memperhatikan apa yang bisa ia lihat dari tubuhnya kini. Tubuh monster. Manusia laba-laba, dengan sayap putih seperti malaikat. Lalu ia melanjutkan, "Ada sesuatu yang lain di tempat ini. Dan itu bukan permainan. Katakan padaku, manusia serigala, apa Nostraliberi benar-benar rumahmu?"

Paris mengerang.

"Keraguan," katanya. "Kau meragukan diriku? Takut berada di sisi yang salah? Kau mengira merekalah para antivirus itu, dan aku virusnya?"

"Aku seorang pembunuh," respons Kii datar. "Juga individu dari suatu kelompok yang terbuang. Kubu jahat, kubu baik? Itu sama sekali bukan masalahnya."

"Hm, oke? Lalu?"

"Pusat badai. Para pemenang tidak pernah dikelilingi malaikat kehidupan, mereka selalu memilih untuk bermain dengan iblis kematian."

Terdengar tawa serigala.

"Ha-ha! Baiklah ... aku cukup mengerti perumpamaan konyol itu. Benar-benar tipe garis depan yang ceroboh. Jadi kau takut berada di pertempuran yang salah?"

Kii mengangguk.

"Aku tidak peduli dengan yang lain. Bawa aku ke pertarungan terbesar. Selesaikan ini secepatnya."

Mereka berdiri berhadapan. Pedang besar Kii dalam keadaan terhunus, dan kedua pisau Paris juga belum kembali disarungkan.

"Kalau begitu, ayo," kata Paris. "Butuh usaha untuk sampai ke puncak masalah. Sekarang lanjutkan ini. Nyalakan mesin slotnya. Lima menit istirahat kita sudah habis."


***


Ini pasti salah satu momen paling sibuk untuk Eophi.

Pertama. Ia sudah menggunakan Grim Report. Bantuan khusus tipe informatif. Semua aktivitas Kii di Nostraliberi, mulai dari awal kedatangannya sampai detik penggunaan bantuan ini, lengkap tergambar. Eophi mengetahui sesuatu dari sana. Dari salah satu percakapan Kii dan Paris. Sesuatu yang penting. Fakta, bahwa mereka juga mengaku sebagai kubu antivirus.

Kedua. Sampai sekarang Eophi masih bernyanyi. Suaranya serak dan jelek, dan jelas sekali ia tidak menyukai kegiatan ini. Terlihat dari ekspresinya. Wajah kaleng itu cemberut, tertekuk sampai nyaris penyok.

Ketiga. Adalah tempat ini. Segera setelah lima menit waktu istirahat habis, permainan kembali dilanjutkan. Eophi menyalakan mesin slot. Hasilnya untuk putaran kedua adalah: dua langkah ke kanan dan bantuan khusus bernama Swap Me Bitches (SMB). Jadi posisinya sekarang, diketahui menggunakan bantuan permanen untuk meninjau lokasi Nostraliberi secara keseluruhan, ada di titik (4,5). Di wilayah masa depan.


Tidak seperti wilayah masa lalu atau ingatan, di mana serangan psikologis dan serangan virus muncul satu per satu, di wilayah masa depan kedua serangan itu muncul sekaligus.

Eophi, Lorde, dan Ouen, melayang-layang di angkasa luar. Orbit bumi. Ini adalah pemandangan dari salah satu ramalan Eophi, di mana ia memimpin satu batalion pasukan bangsa Myrd untuk menginvasi Bumi.

Virus-virus bayangan berbentuk kesatria, pemanah, dan penyihir, silih berganti menyerang. Sementara agak jauh di bawah sana, Eophi melihat dirinya sendiri—dirinya di masa depan. Mengenakan zirah putih khas jenderal Myrdial, memerintahkan pada pasukannya untuk terus membombardir Bumi dengan meteor.

"Keberuntunganmu memang busuk, kaleng!" seru Lorde sambil menunduk di balik perisai. Berlindung dari hujan anak panah. "Lagi-lagi kurang satu angka untuk langsung menang!"

Jika sedang tidak bernyanyi, ingin sekali Eophi merespons, "Kupikir tadi ada yang bilang menang cepat itu tidak baik?"

"Heeeya!" Sambil melompat dan menjerit tidak jelas, Ouen menebas sihir bola api. Potongan bola api itu melewatinya dan meledak di kedua sisi. Ia berpaling ke Eophi. "Dua puluh menit itu tidak sebentar, ya? Jadi jangan bilang kami tidak pernah melakukan apa-apa untukmu, oke, kaleng?"

Eophi mengangguk pelan. Padahal, meski sambil bernyanyi, ia juga terus membantu pertahanan menggunakan empat anak burungnya.

Ini adalah rencananya untuk mengimbangi Kii. Dengan menggunakan Sputnik, salah satu sihir Myrd yang sudah ia kuasai. Lorde dan Ouen diminta untuk membelikannya waktu persiapan sampai kekuatan optimal dari kemampuan itu bisa dikeluarkan. Dua puluh menit.

Mereka harus bertahan.

Salah satu virus kesatria mencoba menusuk Eophi menggunakan tombak, Lorde melompat ke jalur serangan dan menahannya. Beberapa virus penyihir menembakkan bola api atau arus petir ke arah Eophi, Ouen tebas semuanya.

Tidak ada serangan fisik yang berhasil mencapai si monster kaleng. Dari pengurangan terakhir sampai sekarang, Health Bar-nya masih 48%. Meski begitu, ia tetap merasa ciut. Tetap merasa dingin, dan terluka. Serangan psikologis dari tempat ini cukup memberikan tekanan tersendiri padanya.

Eophi terus bertanya-tanya dalam hati ... kenapa ia menyerang Bumi di masa depan? Kenapa ia seolah bisa melihat dan mendengar dari sini, jeritan dan langkah kaki manusia-manusia panik di bawah sana? Mereka terbakar, menangis, putus asa ... semua karenanya.

Kenapa ...?

"JANGAN MELAMUN, KALENG!" Lorde menjerit. Kesatria penguin ini melempar perisainya ke samping Eophi. Sebuah anak panah yang luput dari pertahanan keempat anak burung, terpental setelah membentur perisai itu.

Eophi selamat. Tapi ...

"LORDE!"

Kali ini Ouen yang menjerit. Makhluk biru itu melihat ledakan tidak jauh di sampingnya, dan ada satu sosok yang terjebak di sana. Di dalam api.

Lorde memang berhasil melindungi Eophi tadi. Tapi ia melindungi monster kaleng itu dengan membiarkan dirinya sendiri tanpa pertahanan. Beberapa virus penyihir yang melihat kesempatan segera meledakkan penguin itu tanpa ampun.

Dan Ouen ... masih terus meneriakkan namanya. Nama sahabatnya. Meski sudah tidak ada lagi siluet yang tersisa di dalam ledakan sana.


***


Pada saat yang sama di titik (6,5), Kii dan Paris disibukkan oleh virus-virus bayangan berbentuk raksasa. Mereka berada di wilayah masa depan sekarang. Salah satu ramalan Kii yang berlokasi di dunianya sendiri, Gnesis. Di halaman Balai Restorasi Pedang. Ramalan yang menggambarkan bagaimana Kii membunuh banyak orang, termasuk sang ayah, demi Lirmeia—tunangannya.

Untuk bisa sampai ke tempat mengerikan itu dari ruang putih, Kii mendapatkan dua langkah ke kiri ditambah bantuan khusus bernama Nuke Puke (NP) sebagai hasil putaran kedua mesin slotnya.


Tepatnya, saat ini ia berdiri di langit bersama Paris. Virus-virus besar mengepung mereka. Sementara di bawah sana, di halaman gedung dengan arsitektur oriental, Kii melihat dirinya di masa depan. Jauh lebih tua dan penuh luka, berdiri di atas genangan darah yang berasal dari tumpukan mayat saudara-saudaranya. Lirmeia, gadis berambut hitam panjang, memeluk Kii tua dari belakang sambil terisak.

Apa ini?

Tidak ada ekspresi yang mampu mewakili perasaan Kii saat ini. Ia kosong, dan bertanya-tanya. Kenapa itu semua bisa terjadi? Bagaimana awalnya? Mungkinkah di masa depan ia akan benar-benar membunuh keluarganya demi Lirmeia saja?

Ini tidak masuk akal.

"Hanya butuh satu angka ke kiri di putaran selanjutnya, kita bisa menang." Paris menyelamatkan Kii dari lamunan dan berbagai prasangka. Manusia serigala itu baru saja mencungkil tumit salah satu raksasa menggunakan pisau. "Atau, menggunakan Nuke Puke, bantuan khusus tipe ofensif, untuk menghabisi si monster kaleng dan teman-teman virusnya? Terserah. Sekarang habisi dulu raksasa itu."

Kii buru-buru membereskan sisanya. Manusia laba-laba itu melompat ke pundak raksasa yang telah dilumpuhkan kemudian menebas tepat di wajah.

Satu lagi virus besar hancur berkeping-keping, dan empat lainnya maju menggantikan. Terlepas dari tekanan memuakkan yang dihasilkan dari pemandangan di bawah sana, pertarungan ini juga terasa ganjil. Virus-virus itu hanya menyerang secara bergantian dalam jumlah kecil.

"Kenapa mereka tidak menyerang sekaligus?" Kii menggumam.

"Mungkin karena mereka merupakan tipe yang gemar mempermainkan makanan sebelum benar-benar memakannya?" Paris tersenyum. "Virus-virus keparat."

Para raksasa yang melingkari Kii dan Paris tertawa mengejek. Empat dari mereka terpingkal sambil terus menyerang secara membabi buta. Anehnya, sedikit sugesti dari Paris tentang sikap lawan dan tingkah merendahkan yang jelas-jelas ditunjukkan oleh mereka justru membuat aliran darah di dalam tubuh Kii menggila.

Kadang, sambil bergerak menghindar dari tinju salah satu raksasa, darah itu akan menjadi dingin dan tajam. Menjadi lapisan es yang menyelimuti daging, menciptakan siraman ketenangan tiada henti. Kadang juga, sambil maju menebas beberapa raksasa sekaligus, darah itu akan menjadi panas dan gatal. Menjadi minyak di dalam api yang membakar otot-otot, memaksa setiap pergerakannya agar lebih cepat dan lebih akurat.

Kii si monster laba-laba menarikan pedangnya dalam kombinasi gerakan-gerakan kematian. Sebelas ... dua belas ... tiga belas tebasan. Ia bergerak bebas di antara kepingan hitam dari raksasa yang mati terbelah, terpecah. Ia tidak bisa dihentikan.

Tapi ia melupakan sesuatu.

Satu lolongan pertama, menyayat dan terluka, terdengar sangat jauh di belakang sana. Paris. Manusia serigala itu tidak bisa mengimbangi kecepatan dan keterampilan Kii dalam menembus sekumpulan raksasa. Ia tertinggal, dan kini terkepung.

Ketika Kii menyadari itu dan melesat ke arahnya, beberapa tinju dari para virus bergantian menghantam si manusia serigala. Lolongan kedua terdengar, lemah dan menyerah. Kii menghitung jumlah tebasan untuk tiba di sana, jumlah langkah. Ia menambah kecepatan, menebas tangan-tangan besar yang mencoba meraih atau memukulnya.

Ia terlambat pada akhirnya.

Dua raksasa merentangkan Paris, kemudian menariknya sekuat tenaga sampai tubuh berlapis zirah merah itu hancur. Terpotong.

Segaris cahaya melintasi langit pada saat yang sama, memaksa Kii untuk berhenti dan menutup mata.

[ Jangan takut, jangan bergerak ... namaku Nostraliberi. Ini kesempatanku. Tolong dengarkan aku. ]

Suara asing itu menggema di dalam terang.


***


Di dalam kesunyian angkasa luar, Ouen terus mengayun pedangnya. Melindungi Eophi. Karena makhluk biru itu sudah bersumpah di depan api ledakan yang membakar Lorde, sahabatnya, sampai habis, bahwa kubu antivirus pasti menang.

Sementara itu, menanggapi kepergian si penguin, Eophi tidak bisa apa-apa selain terus bernyanyi. Menerima kenyataan bahwa ia masih sangat lemah, tidak bisa melindungi semuanya. Aneh, ia justru memikirkan perkataan Lorde tentang keluarga. Jika Lorde tewas di dalam pertarungan, apakah keluarganya akan bangga lalu bersedih, atau bersedih saja? Tapi bukankah melawan virus adalah tujuan keberadaan para antivirus? Pertanyaan itu justru membawa Eophi kembali ke pemikiran bahwa Kii dan Paris juga mengaku sebagai kubu antivirus.

Jika kedua peserta Battle of Realms berada di kubu yang sama, untuk apa mereka tetap meneruskan pertarungan? Lalu, siapa musuh yang sebenarnya? Monster kaleng itu memiliki banyak sekali tanda tanya.

"Karena ini adalah medan perang, aku tidak boleh mengeluh, tidak boleh berhenti!" Ouen bergerak sangat cepat memutari Eophi. Mementahkan semua serangan dari sekumpulan virus yang tersisa. "Agar bisa menyunggingkan satu senyum ketika kelak bertemu lagi denganmu, dan mengatakan kisah tentang keberhasilanku di hari ini, AKU TIDAK BOLEH BERHENTI!"

Lima belas menit berlalu sejak Eophi mulai bernyanyi. Ouen hanya butuh menahan lima menit lagi.


***


Kii mengetahui semuanya. Apa saja yang terjadi di Nostraliberi. Dimulai dari invasi virus berbahaya, siapa itu Nostraliberi, sampai identitas dari musuh sebenarnya. Satu kebenaran terungkap, bahwa permainan ini sesungguhnya hanya tipuan.

Tadi, selama hampir lima belas menit, Kii dibawa ke dalam alam penjelasan. Ia berdiri di satu pijakan tetap dan stabil sementara semua yang berada di sekitarnya bergerak saling bercerita.

Inilah yang terjadi.

[ Kita selalu berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Aku, lewat ingatan. Jadi, tolong simak memoarku. ]

Suara misterius bernama Nostraliberi membawakan gambaran keadaan sebelum virus asing menyerang database di Level Tiga. Sambil melayang-layang di langit kelabu yang dipenuhi angka dan aksara, Kii melihat berbagai siluet dari sebentuk makhluk aneh di bawahnya; persis manusia gemuk berkepala botak, hanya saja tidak memiliki jari tangan dan kaki. Mereka semua memegang seutas tali yang terhubung pada benda-benda aneh. Ada yang terlihat seperti buku, kunci, hati, dan banyak lagi. Benda-benda itu melambung, bergerak secara sistematis ke kanan, kiri, atas, menukik, tanpa saling bertabrakan. Secara keseluruhan, Kii seperti berada di suatu lapangan, dan banyak sekali anak-anak yang sedang menerbangkan layang-layang di sana.

Meski tidak mengerti, Kii bisa merasakan situasi damai di tempat ini. Sampai ... pemandangan bergeser, terfokus ke layangan berbentuk buku. Itulah Nostraliberi. Di permukaan halamannya, Kii melihat Paris dan dua makhluk aneh, Lorde dan Ouen, yang ia jumpai ketika bertarung dengan Eophi di pertemuan pertama. Mereka adalah para program penjaga. Mereka sedang menulis berbaris-baris kata asing. Ketika suatu halaman penuh, muncul begitu saja halaman kosong yang baru, lalu mereka kembali menulisinya. Semua tampak bahagia, dan bersahabat. Guncangan keras dan satu ledakan yang menyusul setelahnya, adalah apa yang menghentikan aktivitas itu. Semua menatap langit. Terpampang di sana, retakan besar yang mengelilingi sebuah lubang hitam.

Situasi damai berubah mencekam. Dari dalam lubang, menghambur keluar—seperti malaikat-malaikat yang terjatuh dari surga ke dimensi fana, kemudian menciptakan atmosfer cantik, terlupakan, dan rusak, pada apa saja yang mereka singgahi—sekelompok keberadaan jahat. Para virus. Dua bocah bertopeng kembar mendarat di Nostraliberi, sementara virus-virus lain berpencar mencari layangan yang berbeda. Paris, Lorde, dan Ouen, sempat melakukan perlawanan singkat sebelum dihancurkan begitu saja. Dua bocah bertopeng itu lalu menarik keluar sebuah kubus putih dari lipatan tengah buku.

Kubus putih itu adalah inti dari Nostraliberi. Dua bocah bertopeng menggunakannya untuk memprogram ulang segala hal di tempat ini. Mereka menciptakan lagi Paris, Lorde, dan Ouen dari ingatan orisinal para program penjaga, kemudian memasukkan perintah baru untuk menjadi pemandu bagi dua peserta Battle of Realms yang akan terdampar di sini. Kii dan Eophi. Dan yang terpenting, adalah mereka menciptakan permainan yang tidak mungkin bisa dimenangkan oleh kedua peserta itu.

Semua omong kosong tentang mesin slot, wilayah ingatan, wilayah ramalan, peraturan, semuanya hanya upaya untuk mengulur waktu.

[ Semua itu palsu. Bunuh diri, ] kata Nostraliberi. Suara ajaibnya terdengar muram. [ Apa saja yang sudah kaulihat di setiap wilayah, adalah kamuflase dari data-data yang tersimpan di sini. Maka, ketika kau menghancurkan sesuatu, sesungguhnya yang kauhancurkan adalah tempat ini. Aku. Nostraliberi; program inti yang bertanggung jawab untuk mengurus semua ingatan di server Alforea. ]

Kii terus mendengarkan selama penjelasan berlangsung. Tapi banyak sekali yang tidak bisa ia mengerti. Interpretasi yang ia miliki juga berbeda, lebih sederhana. Kii sekarang tahu turnamen Battle of Realms sedang diserang oleh pihak luar, dan seberapa gawatnya keadaan di Nostraliberi ini. Kii juga sekarang tahu para virus memanfaatkan ketidaktahuan peserta untuk saling menghancurkan. Kii tahu. Tapi lalu apa? Apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Bagaimana dengan Eophi? Apa monster kaleng itu tahu tentang ini? Dan ketika sekarang semua sudah terungkap, apa pertarungan mereka tetap harus dilanjutkan? Semua tanda tanya itu ia utarakan pada sang Suara.

"Apa yang harus kulakukan?"

Jawaban terdengar hampir seketika.

[ Lindungi jantungku, inti Nostraliberi, di wilayah tengah permainan ini. Hancurkan virus berwujud anak kecil bertopeng yang mendiami tempat itu, dan berhati-hatilah terhadap kelicikannya. Tipuannya. Beri aku waktu untuk menduplikasi, mengamankan, setiap ingatan. Setelah itu, akan kuciptakan jalan keluar untukmu. ]

Kii memicingkan mata. Tugasnya jelas. Membunuh virus. Kali ini, benar-benar virus. "Lalu bagaimana dengan peserta satunya?"

[ Aku tidak memiliki banyak waktu. Tidak mudah untuk menghindari deteksi para virus itu sambil mengawasi dua peserta sekaligus. Aku harus memilih, dan aku memilihmu. ]

Jadi, Eophi Rasaya belum mengetahui ini?

"Ya."

[ Satu hal lagi, ] kata Nostraliberi. Suaranya terdengar lebih ceria. [ Kita tidak berjuang sendirian. Beberapa entitas misterius, menggunakan wujud manusia berjubah, tiba di sini setelah virus-virus itu menginvasi. Tujuan mereka belum jelas. Tapi sejauh ini, mereka sangat membantu. ]

"Siapa mereka?"

Kii hampir bisa merasakan senyum di dalam suara Nostraliberi ketika memberikan jawaban.

[ Mereka memperkenalkan diri dengan satu nama. Organisasi Tifareth. ]


***


Sputnik.

Dua puluh menit waktu persiapan Eophi selesai. Tubuh manusia kaleng itu kini dilapisi kabut tipis berwarna putih. Salah satu anak burungnya membesar dan bisa dijadikan tunggangan, satu lagi meledakkan diri menjadi pedang cahaya, sisanya melayang berkeliling seperti satelit.

"Aku berhasil, Lorde. Monster kaleng itu sudah berhenti bernyanyi. Sekarang dia harus menang," gumam Ouen yang terengah-engah. Makhluk biru itu jatuh bersimpuh, tidak memiliki cukup kekuatan untuk melakukan apa-apa lagi. Sekumpulan virus yang tersisa bersiap untuk menyerangnya. "Sepertinya aku akan menyusulmu."

Bersamaan dengan cahaya terang yang dihasilkan ledakan besar dari kehancuran planet Bumi, virus-virus berbentuk kesatria bayangan bergerak cepat mengepung si makhluk biru. Tombak-tombak hitam mereka hanya berjarak beberapa senti dari wajah target ketika satu tebasan melingkar menghentikan semuanya.

Tebasan yang dilayangkan Eophi si monster kaleng.

Eophi, yang berdiri sedikit membungkuk di depan Ouen, pelan-pelan menegakkan tubuh. Dan beriringan dengan itu, virus-virus di sekitarnya ambruk. Terpotong.

"Eh? Tampaknya kau harus menunggu lebih lama, penguin pemakan pesut. Si kaleng melindungiku." Ouen tersenyum letih. Dibantu Eophi, ia kembali berdiri. "Jadi, sekarang apa? Dan, ngomong-ngomong, kekuatan apa tadi?"

Eophi melirik sekilas sebelum menjawab, "Ng, singkatnya ... Sputnik itu kekuatan pertahanan yang memanfaatkan ingatan dan perubahan. Aku merekam serangan lawan, lalu menguatkan fisik sampai pada tahap mampu menjadi wadah penahan bagi segala sesuatu yang sudah kurekam tadi, dan ... simsalabim sihir Myrd abrakdabrah~. Sekarang aku jago pedang. Seperti Kii, si manusia laba-laba. Kurang lebih begitu ya—"

Pemandangan angkasa luar di bawah sana memaksa Eophi untuk berhenti. Setelah Bumi hancur, ia melihat dirinya sendiri di masa depan sedang berdiri membelakangi semacam penjara raksasa. Dan terkurung di dalamnya, adalah ratusan juta manusia.

Apa-apaan? Itu ... aku? Aku menghancurkan bumi, memasukkan manusia ke dalam penjara, dan mungkin nanti memperbudak mereka. Tapi ... kenapa?

"HEY!" jerit Ouen. "Jangan melamun!"

Eophi kembali pada orientasinya. Ia mengernyit, berusaha mengalihkan pandangan dari apa saja yang terjadi di bawah sana. Virus-virus bayangan kembali terbentuk di sekitar dirinya. Lebih banyak lagi kesatria, penyihir, dan pemanah. Semua siap menyerang.

"Oke ... sekarang, tolong berikan informasi tentang keberadaan Kii. Setelah itu akan kupikirkan sesuatu."

Virus-virus menyerang. Eophi menebas mereka. Ouen mengumpat, dan segera melacak keberadaan si manusia laba-laba.


***


Kii turun ke bawah, berjalan di atas genangan darah, melewati jasad dari orang-orang yang ia kenal, lalu berhenti tepat di hadapan dirinya sendiri di masa depan. Ekspresinya saat ini benar-benar tidak terbaca.

Meski begitu, berteriak di dalam hati, ingin sekali Kii bertanya padanya, kenapa sampai berbuat seperti itu demi cinta? Demi Lirmeia? Kenapa sampai membunuh satu keluarga?

Mungkin ada cerita yang kuat sebelum tragedi ini terjadi. Suatu keharusan yang tidak bisa kuhindari di masa depan, Kii meyakinkan dirinya. Pasti ada saat di mana aku ditinggalkan oleh pilihan-pilihan ... ya. Pasti.

Seluruh virus berbentuk raksasa di wilayah ini sudah lenyap tersapu cahaya Nostraliberi. Tidak ada lagi ancaman dari pertarungan yang sia-sia. Tersisa kini hanya serangan psikologis dari sebuah ramalan. Kii juga sudah bertahan lebih dari lima menit, ia bisa pergi kapan saja. Tapi keputusan apa yang akan diambil? Berdiam lebih lama di tempat ini sambil berharap menemukan jawaban dan alasan? Atau, seperti yang seharusnya, melanjutkan permainan dan menuntaskan misi yang diberikan Nostraliberi padanya? Jawaban Kii adalah ...

Aku harus terus maju.

Manusia laba-laba itu mengepakkan sayapnya. Bergerak pelan ke atas. Meninggalkan dirinya di masa depan yang sedang menyeka air mata Lirmeia. Gadis manis berambut hitam panjang, yang tampak rapuh dan ketakutan.

Pandangannya lalu menyapu sekeliling. Balai Restorasi Pedang, tempat yang menyajikan berbagai aroma nostalgia. Tempat yang kini menjadi saksi pembantaian atas nama cinta. Tempat yang ikut terpotong; kayu bangunannya, atau puing, berserak di atas darah. Ternoda.

Aku akan menjadi kuat demi menjauhi masa depan ini.

Kii menyalakan mesin slot. Satu detik. Batangan emas yang melayang di depan wajahnya memperlihatkan tujuan selanjutnya: satu langkah ke kiri, dan bantuan khusus bernama Grim Report (GR).

Bagus. Akan kuakhiri ini semua.

Kii bersiap menuju wilayah tengah.


***


Apa yang dilakukan Kii selama dua puluh menit ini? Adalah pertanyaan baru dari Eophi. Sebelumnya ia sudah mengetahui posisi dan semua aktivitas si manusia laba-laba setelah menggunakan bantuan khusus Grim Report. Eophi tahu posisi Kii saat itu ada di titik (6,5). Jadi, kenapa Kii tidak bergerak dari sana?

Meski itu hal bagus, tetap saja sesuatu terasa sangat salah. Karena menggunakan Sputnik adalah pertaruhan. Eophi tahu itu. Ia mempertaruhkan dua puluh menit untuk berdiam diri sementara Kii bebas bergerak dan memiliki kemungkinan besar memenangkan permainan lebih dulu. Fakta tidak bergeraknya Kii dari posisi terakhir yang diketahui Eophi menerangkan banyak hal.

Mungkinkah manusia laba-laba itu menggunakan bantuan khusus? Eophi juga tahu dari Grim Report, bantuan khusus terakhir yang dimiliki Kii adalah Nuke Puke. Tapi menilai dari namanya, Eophi mengira itu bantuan yang tidak berguna. Jadi mungkin, Kii tetap bergerak selama ini dan secara kebetulan berakhir di wilayah yang sama. Itu kesimpulan terbaik yang bisa terpikirkan oleh si monster kaleng saat ini.

Sambil terus menebas virus-virus yang berdatangan, Eophi menerangkan itu semua pada Ouen. Tidak banyak respons yang diberikan si makhluk biru. Pasti melelahkan menahan semua serangan virus selama Eophi bernyanyi, ditambah tekanan mental setelah melihat Lorde meledak di depan matanya. Sangat jelas. Tidak bisa menyelamatkan sesuatu yang berharga, terlebih sesuatu itu masih berada di jarak yang bisa tersentuh, adalah siksaan yang membunuh tanpa benar-benar menciptakan kematian. Mengetahui itu, Eophi segera memutuskan untuk pergi dari sini. Ia menyalakan mesin slot. Batang emas melayang di hadapannya, mengacak destinasi dan takdir.

"Tunggu!" Ouen buka suara. "Manusia laba-laba itu bergerak! Aku masih melacaknya!"

Eophi menebas virus terdekat lalu menoleh dan bertanya, "Ke mana—"

"Gunakan bantuan khususmu, kaleng!" Suara Ouen meninggi satu oktaf. "Swap Me Bitches! Bantuan itu memungkinkanmu untuk bertukar posisi. Manusia laba-laba itu ... dia menuju wilayah tengah! CEPAT, atau kita kalah!"

Belum sempat Eophi meneriakkan kata Swap Me Bitches untuk mengaktifkan bantuan khususnya, Ouen kembali menjerit, "BERHENTI, KALENG! Lihat mesin slotmu!"

Pandangan Eophi kembali lurus ke depan, memperhatikan batangan emas yang melayang. Terlihat di sana ... tujuan selanjutnya: satu langkah ke kanan, dan bantuan khusus bernama Warp Me Bitches (WMB).

Si monster kaleng dan makhluk biru tersenyum lebar. Ternyata tidak perlu menggunakan Swap Me Bitches, mereka juga akan berangkat ke wilayah tengah. Sambil menunggu untuk dipindahkan, keduanya terus bertahan.

Eophi melirik sekali lagi ke bawah, ke angkasa luar yang selalu tampak temaram dan sunyi. Ke sekumpulan pasukan Myrdial yang ia pimpin di masa depan. Ke penjara raksasa yang mengurung umat manusia. Terakhir, ia melihat dirinya sendiri. Laki-laki berambut hijau, tertidur pulas di depan itu semua.




3





Level Tiga
Akhir Dunia

 

Bocah bertopeng yang sedang bermain akordeon; kesatria penguin yang sedang menggesek bas biola; manusia serigala berzirah yang sedang memetik gitar akustik. Adalah apa yang pertama dilihat oleh Eophi sesampainya ia di wilayah tengah. Ketiga sosok itu berdiri di balik dinding translusens, di sudut lapangan hijau. Sementara Eophi, dan Ouen, berada di ujung jauh.

Mengedarkan pandangan, Eophi melihat Kii berdiri di ujung jauh satunya. Manusia laba-laba itu sendirian.

"VIRUS MEME—" Sambil melotot ke arah tiga sosok yang sedang memainkan salah satu partitur Antonín Dvořák: New World Symphony (Eophi tahu dan tidak suka itu), Ouen tiba-tiba meneriakkan kata-kata jorok yang biasa diteriakkan anak-anak nakal ketika marah, dan anak-anak itu biasanya langsung ditampar di mulut oleh ibu masing-masing. "—apa? Apa yang kaulakukan pada Lorde?!" Ouen menyelesaikan kalimatnya.

Kesatria penguin yang masih menggesek bas biola sambil mengabaikan keberadaan Eophi dan Ouen, adalah Lorde. Sementara manusia serigala pemain gitar akustik, adalah makhluk yang biasanya bersama Kii. Dan bocah bertopeng itu ... Eophi tidak tahu siapa. Yang jelas, sesuatu yang lebih buruk dari kematian atau penghapusan pasti telah menimpa makhluk-makhluk itu.

Tapi untuk siapa teriakan Ouen tadi? Eophi bertanya-tanya. Beruntung, monster kaleng itu mendapatkan jawaban hampir seketika.

Mata nyalang Ouen kini memperhatikan sesuatu yang melayang cukup tinggi di tengah lapangan. Sebuah kubus putih. Pada benda itulah teriakan jorok tadi ditujukan.

"Ah, tampaknya kedua pemain tiba di garis finis bersamaan. Selamat-selamat," kata suara asing yang berasal dari kubus putih itu. "Sekarang ... ayo hangatkan finalnya."

Sangat cepat, lubang hitam tercipta tepat di belakang Ouen. Tidak ada yang bisa dilakukan ketika sebentuk tangan-tangan listrik terulur dari dalam sana untuk menarik si makhluk biru.

Sesaat kemudian, Eophi mendapati Ouen sudah berdiri di samping Lorde. Berpindah begitu saja. Sorot mata makhluk biru itu kosong, wajah aliennya datar tanpa ekspresi, dan ia sedang memainkan seruling.

"Sosok pemandu tidak dibutuhkan di akhir perjalanan," kata si kubus putih. "Jadi diamlah di dalam sana bersama yang tidak terpakai. Mainkan saja musik finalnya."

Eophi mendengar suara berdentum. Bukan dari keempat makhluk di sudut lapangan. Tapi dari langit. Suara misterius itu mengetuk beberapa kali, lalu menghilang begitu saja.

Mungkin karena itu, telur merah di atas kepalanya bergerak-gerak gelisah.


***


Kii mengalihkan pandangannya dari Paris. Meski ia cukup menyayangkan nasib manusia serigala itu dan sedikit tergelitik untuk menolongnya, ada banyak hal lain yang harus diprioritaskan sekarang.

Salah satunya, adalah kemunculan si monster kaleng. Eophi Rasaya. Siapa yang menyangka kalau mereka akan tiba bersamaan di lapangan ini?

"Ups, hampir lupa. Penjelasan singkat. Namaku adalah Virus. Ya, sederhananya, sekarang kita semua berada di dalam database. Dan aku, sebagai virus sejati, bermaksud untuk menghancurkan tempat ini. Simpel, huh?" jelas si kubus putih lalu terbang rendah. "Tugas kalian, para pemain, juga simpel. Ingin menang? Hancurkan aku, atau masukkan aku ke dalam gawang lawan. Ingat, gawang lawan. Jangan salah lubang." Benda itu menertawakan kata-katanya sendiri.

Itu pasti tipuan virus, pikir Kii seketika. Karena yang ia tahu, Nostraliberi memintanya untuk menjaga sebuah jantung berbentuk kubus putih, bukan menghancurkannya. Ditambah, adanya peringatan tentang kelicikan yang menjadi salah satu persona si virus. Semua menjadi jelas.

Misinya tidak berubah. Bagi Kii, virus sebenarnya adalah bocah bertopeng yang sedang memainkan akordeon. Jika bocah bertopeng itu mati, permainan ia menangkan. Peran si kubus putih pasti hanya skenario, jadi harus ia abaikan. Berapa langkah untuk bisa sampai ke sudut di sebelah kirinya, lalu berapa tebasan yang ia butuhkan untuk memotong dinding bening, dan bocah itu? Si manusia laba-laba mulai memperhitungkan semuanya.

"Aku yakin tidak akan ada pertanyaan soal peraturan mudah tadi. Jadi ini hanya sedikit tambahan. Mulai sekarang, Health Bar kalian berdua akan menjadi kunci. Kunci yang akan membuka satu pintu keluar. Ingin selamat dari tempat ini setelah menang? Kosongkan Health Bar lawan. Oke? Oke. Lihat ke langit," kata si kubus putih. Di langit, lubang hitam memuntahkan pintu sederhana berwarna merah muda. Benda itu melayang-layang sambil sedikit bergerak—seolah mengejek. "Nah. Silakan mainkan aku."

Bunyi siulan menggema sampai ke setiap sudut stadion. Dua gawang berbentuk persegi panjang dengan latar kehampaan, muncul di belakang Kii dan Eophi.

Permainan terakhir dimulai!

Keempat makhluk di balik dinding, di sudut lapangan, terdengar sedang memainkan partitur lain. Semakin berisik. Mereka menyemarakkan ketegangan atmosfer.

Kii melihat Eophi menunggangi seekor burung besar. Monster kaleng itu langsung menuju bagian tengah lapangan untuk menghampiri si kubus putih. Sementara dirinya sendiri melarikan keenam kaki laba-labanya ke samping, menyusuri garis ujung lapangan, pedang terhunus, menuju si bocah bertopeng.


***


Simfoni nomer delapan, Anton Bruckner: The Apocalyptic. Partitur yang sedang dimainkan keempat makhluk di balik dinding translusens. Eophi mendengar itu, dan membencinya. Sungguh betapa aneh dan harus diterima, fakta bahwa, di dalam memori, faktor ketidaksukaan suatu individu pada sesuatu beroperasi sama kuatnya dengan faktor kecintaan.

Di tengah riuh orkestra sederhana itu, Eophi melihat Kii yang justru berlari ke sudut lapangan. Untuk apa? Adalah pertanyaannya.

Mungkin ... manusia laba-laba itu mau request lagu, batin Eophi.

Tidak lama, burung besarnya tiba di samping kubus putih. Bersamaan dengan itu, terdengar suara benturan dari tebasan pertama Kii pada dinding translusens.

Ya, kan, dia benar-benar mau request lagu.

Meski sekarang, berkat Sputnik, Eophi memiliki kemampuan berpedang selevel Kii dan bisa saja langsung membelah targetnya, ia lebih memilih untuk ...

"Hap." Tanpa menghentikan laju burungnya, Eophi merentangkan sebelah tangan ke bawah, meraup si kubus putih, memeluknya agar tidak terjatuh. "... Eophi menggiring kubus. Dan, um, tidak salah pengertian~." Monster kaleng itu menggumam.

Ia lalu mendengar lagi suara benturan, kemudian melihat, Kii melakukan tebasan lain ke dinding yang sudah mulai retak. Pada saat inilah akhirnya Eophi menyadari aura kesungguhan dari Kii. Semua gerakan memburu si manusia laba-laba itu pasti memiliki tujuan yang penting.

Jika bukan soal request ... lalu apa?

Eophi memaksimalkan kecepatan burungnya. Beberapa meter lagi, beberapa detik lagi, ia tiba di kotak penalti.

Suara berdentum yang berasal dari langit kembali terdengar. Kali ini terus mengetuk. Apa pun itu, Eophi tidak berhenti.

Cetak skol pakai gol telcantik, ya, Phi? Sebentuk suara cadel, familier dan mengagetkan, berbunyi langsung di pikiran si monster kaleng.

Hel ...? respons Eophi.

Iya, Phi?

Eophi tersenyum. Telur merah di atas kepalanya sudah bangun.


***


Enam tebasan dari Kii akhirnya menghancurkan dinding pemisah antara dirinya, dan sang target, si bocah bertopeng. Tercetak jelas pada sikap bocah itu, kepanikan dan ketakutan.

Tapi bukan karena kedatangan Kii. Bukan.

Di antara serpihan dinding yang terpencar, Kii bisa melihat dengan jelas, keberadaan dirinya sama sekali tidak dipermasalahkan. Bocah bertopeng itu sedang mendongak, memperhatikan langit.

Kenapa mengkhawatirkan langit?

Suara berdentum, diikuti bunyian keras dari sesuatu yang pecah, menjawab pertanyaan itu.

Langit di atas stadion, runtuh.

Tapi sebagai pembunuh, misi selalu berada di atas segalanya. Jadi Kii meneruskan mengayun pedangnya ke samping, mengincar leher si bocah. Ia tidak menyadari bahwa sepersekian detik yang tersita oleh ledakan di langit tadi dimanfaatkan targetnya untuk menyiapkan sesuatu.

Sebuah lubang hitam. Tercipta tepat di belakang si manusia laba-laba. Tangan-tangan listrik menariknya seketika.

Sebelum benar-benar menghilang ke dalam lubang, Kii melihat bocah bertopeng itu menoleh ke arahnya. Dan mengatakan, "Kurang ajar. Kau! Siapa—bagaimana mungkin?!"

Kii tersenyum. "Kelengahankulah yang menjadi penyambung nyawamu tadi. Anggap itu tebasan peringatan, bocah—" Kemudian tertarik seutuhnya.


***


Langit runtuh, atau lebih tepatnya, tampak seperti ribuan panel angkasa yang terbalik—menghilang—secara beruntun dan terus melebar sambil menjatuhkan semacam serpihan-serpihan kristal. Eophi melihat langit yang tadinya cerah berubah kosong. Lalu seolah belum cukup terpaku dengan kejutan besar itu, sebuah lubang hitam muncul di depan burung tunggangannya.

Sebilah pedang dalam keadaan menebas, keluar lebih dulu. Serangan tiba-tiba itu berhasil ditahan oleh salah satu anak burung yang bergerak melintang. Sosok si penebas muncul sepersekian detik setelahnya.

Kii. Si manusia laba-laba. Lubang hitam membawanya langsung ke depan Eophi.


Pandangan kedua peserta Battle of Realms itu bertemu. Ini adalah pertemuan kedua, sekaligus penentu. Health Bar Eophi saat ini masih 48%, sementara Kii 73%.

"Eophi Rasaya," kata Kii.

"... Kii saja," kata Eophi setelah jeda sepersekian detik.

Eophi, yang tetap tidak menghentikan laju burungnya, mendapat sambutan cepat dari si manusia laba-laba. Sambutan berupa satu tebasan yang lain.

Tapi kali ini, monster kaleng itu tidak bertahan.

Ia meletakkan kubus putih di atas burungnya, kemudian melompat ke depan. Menahan tebasan dengan tebasan.

Burung itu menambah ketinggian, tetap menuju gawang. Sementara Eophi dan Kii saling bertukar serangan.

Langit kosong di atas mereka mengalami perubahan yang lain. Dari kehampaan, muncul berbagai angka dan aksara. Lengkap dengan lubang hitam besar yang dikelilingi retakan. Pemandangan itu persis seperti tampilan langit pertama yang dilihat Eophi ketika tiba di Nostraliberi ini.

Di tengah itu semua ... pedang cahaya si monster kaleng, pedang si manusia laba-laba, tetap berdentang. Masing-masing berada di tebasan ketiga. Mereka mengabaikan sekeliling. Terfokus hanya pada lawan di depan mata. Dari mana harus melayangkan tebasan, menghindar, atau menahan.

Dua anak burung yang menjadi satelit Eophi bergantian mengubah diri menjadi perisai pelindung, menciptakan momentum untuk serangan-serangan balik. Pada tebasan kedelapan, Eophi berhasil memotong sebelah sayap si manusia laba-laba. Kii langsung membalasnya dengan memberikan satu luka sayatan yang melintang di tubuh si monster kaleng.

Health Bar yang tersamar di atas kepala masing-masing peserta berkurang drastis. Eophi tersisa 20%. Kii tersisa 60%.

Akibat serangan-serangan kritikal itu, keduanya mundur untuk mengambil jarak. Dan pada jeda sepersekian detik ini, Eophi melihat beberapa sosok berjubah berjatuhan dari langit. Sangat cepat. Lalu ada satu sosok yang lain dari sudut lapangan: si bocah bertopeng pemain akordeon, melompat ke udara untuk menyambut mereka.

Semakin lamai di sini, Phi, kata Hel.

... ya.

Sebelum sekelompok sosok berjubah dan bocah bertopeng itu bertabrakan, Eophi dan Kii sudah kembali melesat untuk saling menyerang.

Kali ini, Eophi berhasil menebas sisi kanan perut si manusia laba-laba. Health Bar Kii langsung jatuh ke angka 40%.

Serangan balik terjadi hampir seketika.

Menebas satu perisai pelindung Eophi ke samping, kemudian berputar untuk menerobos anak burung yang tersisa, Kii tiba di hadapan Eophi. Monster kaleng itu terpental jauh ke belakang akibat satu tebasan telak yang ia terima setelahnya.

Health Bar Eophi jatuh ke angka 0%.


***


[ Lindungi jantungku! ] Suara Nostraliberi kembali terdengar. Gangguan besar yang diciptakan Organisasi Tifareth pada bocah bertopeng memperluas aksesnya.

Kii segera teringat pada kubus putih yang dibawa burung besar Eophi. Ia menoleh ke belakang, ke arah gawang.

[ Jika makhluk itu memasukkan kubus putih ke dalam sana ... semuanya berakhir. ]

Secepat mungkin, Kii berlari menuju burung besar yang sudah terbang rendah ke dalam kotak penalti. Sampai detik ini, manusia laba-laba itu belum menyadari pertarungan dahsyat yang tengah terjadi di langit. Pertarungan antara sosok berjubah, Organisasi Tifareth, dengan si bocah bertopeng. Yang ia tahu hanyalah semua sudah mendekati akhir. Eophi Rasaya sudah kalah. Pintu keluarnya sudah terjamin.

Tinggal satu misi lagi. Membunuh bocah bertopeng, virus sebenarnya, dan menyelamatkan kubus putih.

Kii berhenti berlari. Ia mengukur jarak antara dirinya dengan target, menarik sebelah tangan yang memegang pedang ke belakang, kemudian melemparkannya sekuat tenaga.

Pedang itu melesat seperti bintang jatuh, beberapa meter di atas lapangan hijau, lalu menusuk burung besar yang segera menjatuhkan kubus putih dari pundaknya.

Kena!

Keberhasilan Kii diiringi oleh sejumlah ledakan yang berasal dari langit.

Tak terhitung jumlahnya, benda besar berupa kubus-kubus hitam yang membombardir keseluruhan stadion. Kubus-kubus yang berasal dari lubang di sekitar bocah bertopeng.

Kii menyaksikan sambil berlari menghindar, betapa mengerikannya serangan-serangan itu. Ledakan kubus-kubus hitam, serangan yang tidak menyisakan apa pun selain kekosongan. Dalam sekejap, sebagian wilayah stadion berubah hampa.

Masih sambil memperhatikan langit, sesuatu membuat Kii tersenyum. Di atas sana si bocah bertopeng terkepung. Beberapa sosok berjubah menembakkan segaris cahaya ke arahnya. Akhirnya, bocah bertopeng itu terluka, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.

[ Tolong! KUBUS PUTIHNYA! ] jerit Nostraliberi. Karena bersamaan dengan terjatuhnya si bocah bertopeng, turunlah dari lubang terakhir di langit ramai, sebuah kubus hitam. Benda penghancur itu jatuh tepat di wilayah kotak penalti. Di atas kubus putih.

Dua pilihan, sepintas, melintasi pikiran si manusia laba-laba. Pilihan untuk bergerak melindungi, atau menghancurkan. Menebas kubus hitam agar tidak menghancurkan kubus putih, atau menebas si bocah bertopeng? Karena kedua target itu akan terjatuh di sisi yang berseberangan.

Satu pilihan.

Satu tebasan ....

Suara asing Nostraliberi masih terus meneriakkan permohonan, penyelamatan. Tapi Kii sudah memilih. Ia berlari ke kanan. Satu tebasan dilayangkan ...

Kepala bocah bertopeng yang terpisah dari tubuhnya, jatuh ke rumput hijau bersamaan dengan ledakan yang dihasilkan tumbukan kubus hitam ke wilayah kotak penalti.

Kii, seperti seharusnya, memilih untuk membunuh daripada melindungi.


***


Selain memiliki kemampuan untuk mengingat beberapa jurus kemudian mengaplikasikannya sendiri, Sputnik yang sempurna juga akan memberikan kesempatan kedua bagi si pengguna. Kekuatan melipatgandakan energi kehidupan.

Eophi tidak mati ketika Health Bar-nya tiba di angka nol persen. Karena seketika setelah itu terjadi, Health Bar miliknya kembali terisi sempurna. Kesempatan kedua. Jadi, alasan kenapa monster kaleng itu terbaring cukup lama dan tidak langsung bangun untuk melanjutkan pertarungan adalah karena ia mengantuk, bukan mati.

Dan.

Keputusan asal-asalan selalu membuahkan hasil yang tidak terduga.

Langit tiba-tiba dipenuhi lubang yang memuntahkan kubus-kubus hitam berukuran besar. Meski mengorbankan cukup banyak Health Bar setelahnya (sisa Health Bar Eophi yang baru: 20%), Eophi berhasil bertahan sambil tetap terbaring dengan memanfaatkan dua anak burung saja sebagai pelindung.

Sayangnya, Eophi tetap tidak bisa memanfaatkan beberapa detik itu untuk tidur singkat. Stadion ini terlalu berisik dan bergetar. Eophi juga berhasil menangkap keberadaan Minerva di langit, di antara sosok berjubah yang lain—hal utama yang membuat Eophi memilih untuk tetap terjaga.

Itu, dan sebuah suara misterius yang tampak berkomunikasi dengan seseorang. Dengan Kii, Eophi menebak. Suara itu seperti meminta si manusia laba-laba untuk melindungi kubus putih.

Beberapa saat kemudian, Eophi menyaksikan burung besarnya dilempar pedang. Satu hal yang membenarkan pemikirannya, bahwa suara itu memang berkomunikasi dengan Kii.

Lalu, itu terjadi.

Bocah bertopeng jatuh dari langit ke depan wilayah kotak penalti miliknya, bersamaan dengan kubus hitam terakhir yang terjatuh ke wilayah kotak penalti Kii. Tanpa berpikir panjang, Eophi bangkit. Ia memberi perintah pada burung besarnya yang masih berada di wilayah berbahaya untuk bergerak menjauh.

Semua dilakukan karena secara tidak langsung, Eophi tahu serangan itu akan membunuhnya (salah satu hukum sihir Myrd: kerusakan yang diterima media, juga diterima pemilik). Dengan kata lain, mengosongkan Health Bar barunya.

Kebetulan, Eophi juga teringat kata-kata si suara misterius. Bahwa kubus putih itu penting, atau mungkin, bukan penjahat sebenarnya di permainan ini. Jadi, ia menambahkan satu perintah baru pada burung besarnya sebelum terbang menjauh dari tabrakan kubus hitam ...

"Bawa sekalian kubus putih itu, oke?"






Level Tiga – Tempat Peretas – Zona Aman
Kita Tidak Pernah Menyangka

 

Rasanya seperti menelan kegelapan. Bocah bertopeng yang sudah terpenggal memecah keberadaannya sendiri menjadi asap hitam bertuliskan angka dan aksara aneh, lalu menyerang Kii. Tidak banyak yang terjadi, karena secepat asap itu membungkus si manusia laba-laba, keduanya menghilang.

Lalu.

Rasanya seperti berada di bawah air yang sangat dingin. Selama sesaat Kii tidak bisa merasakan apa-apa selain perasaan tertekan. Penglihatannya tertutup asap hitam yang tidak bisa ia enyahkan.

Sampai akhirnya ... ia tiba di tempat ini.

Sebuah dimensi berwarna putih yang tidak memiliki apa-apa selain jendela raksasa.

Terbaring sambil terisak di hadapan Kii, adalah si bocah bertopeng. Kepala bocah itu sudah kembali terhubung ke tubuh.

"Aku gagal," si bocah merengek entah pada siapa. "Maafkan aku ... aku gagal! MAAF! Padahal tinggal sedikit lagi ... tinggal sedikit lagi kita bisa pulang!" Kemudian ia menangis meraung-raung. Pilu, penuh penyesalan.

Jendela raksasa menampilkan pemandangan dari stadion sepak bola, dan dua anak kecil, kembar, yang sedang tertawa riang sambil berkejaran.


***


Eophi berhasil menyelamatkan sebagian jantung Nostraliberi. Kubus putih itu tidak sepenuhnya terselamatkan karena terkena percikan ledakan di saat-saat terakhir. Burung miliknya juga kena. Jadi sisa Health Bar-nya sekarang adalah: 5%.

Setelah beberapa kejadian tadi—Kii memenggal si bocah bertopeng, kemudian menghilang ditelan asap hitam—stadion porak-poranda ini berubah sunyi. Tidak ada lagi orkestra, atau suara pertempuran lainnya.

Beberapa sosok berjubah turun dari langit untuk menghampiri Eophi. Sisanya terbang berpencar. Monster kaleng itu menahan napasnya ketika mengetahui Minerva yang menyapa.

"Salah satu peserta Battle of Realms?" kata Minerva sambil mengibas rambut merahnya.

Eophi mengangguk pelan.

"Kami mendeteksi virus di dalam keberadaanmu. Maaf, kau tidak bisa langsung ikut ke permukaan," Minerva melanjutkan. "Apa sebelumnya ada kontrak khusus yang diberikan virus inti di tempat ini?"

Jujur, Eophi tidak mengerti.

Melihat itu, Minerva memutar kedua bola mata.

"Semacam syarat untuk menang? Ayolah, semua peserta yang terjebak di dalam database memilikinya," katanya kesal. "Yang pertama padahal sudah cukup simpel. Kaleng bodoh."

Eophi mati-matian menahan keinginan kuat untuk mencium bibir gadis penggerutu di hadapannya.

"... ada," monster kaleng itu buka suara. "Supaya bisa keluar, peserta harus mengosongkan Health Bar peserta lain." Lalu Eophi mendongak untuk mencari keberadaan pintu merah jambu. Langsung ketemu. "Itu," ia melanjutkan. "Itu pintu keluarnya."

Minerva mengangguk-angguk.

"Terus mana peserta satunya?"

"Hilang ditelan asap."

"Masalah selesai."

"Maksudnya?" Eophi memiringkan kepala.

"Yang hilang ditelan asap itu manusia laba-laba bersayap satu, kan? Itu peserta satunya, kan?" Minerva melotot. "Masalah selesai. Karena sebentar lagi dia pasti mati."

Eophi tetap tidak mengerti.

Minerva melanjutkan sambil mendesah, "Dia dibawa ke database si peretas. Tolong bayangkan sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya. Pokoknya, database Alforea diserang oleh virus yang bertujuan untuk menghancurkan peserta, sekaligus database itu sendiri. Mengerti? Tunggu saja sebentar lagi. Ketika peserta itu tewas di sana, pintu keluarmu pasti langsung terbuka."

Tapi Eophi tidak suka itu. Dari penjelasan asal bunyi ala Minerva, si monster kaleng mengambil dua kesimpulan. Pertama, bahwa tindakan terakhir si virus—atau si bocah bertopeng—adalah tindakan putus asa. Virus itu gagal menghancurkan Nostraliberi secara utuh, dan gagal menghancurkan dua peserta yang terjebak di dalamnya. Jadi virus itu bertaruh dengan membawa Kii ke tempat si peretas. Kesimpulan kedua, adalah kenyataan bahwa dirinya bisa mengubah itu semua. Menjadikannya benar dan adil meski akan merepotkan.

"Ng ... bagaimana kalau aku menyusul peserta satunya ke tempat si peretas?" kata Eophi.

Mendengar itu, semua sosok berjubah seketika mencurahkan perhatian mereka pada si monster kaleng.

"Menyusul? Apa maksudmu? Bagaimana caranya?"

Eophi memainkan setengah kubus putih yang tersisa di tangan kirinya. "Ada yang mau ikut?"

Semuanya mengangguk serempak. Pemandangan yang cukup lucu jika terjadi pada situasi berbeda.

"... baiklah." Eophi menarik napas dalam-dalam. "Warp Me Bitches."


***


Kii mendengarkan dan menyaksikan semuanya. Pengakuan si bocah bertopeng. Tentang kenyataan dan kebenaran.

Bocah itu pernah menjadi manusia sebelum menjadi data. Sebelum menjadi virus. Ia dan saudara kembarnya adalah yatim piatu yang dijual untuk dijadikan bahan percobaan dari suatu proyek rahasia.

Mereka lalu mendapat jaminan untuk bebas, kembali hidup normal, jika mampu menjalankan misi di Nostraliberi. Menghancurkan database di bagian itu, dan dua peserta Battle of Realms.

Jadi, bagi Kii, jendela besar di ruangan putih ini sedang mempertontonkan kesedihan. Pengakuan dosa. Harapan. Dan bocah bertopeng yang seharusnya menjadi musuh, target yang harus dibunuh, berperan sebagai naratornya.

Betapa hebatnya kenyataan bahwa sesuatu yang jahat sekalipun memiliki prinsip. Karena seharusnya bisa saja bocah bertopeng bersaudara ini menghancurkan Nostraliberi, Kii, dan Eophi dengan mudah. Jika saja mereka berani untuk tidak menjalankan perintah menggelar permainan dan langsung melakukan pembantaian demi kebebasan.

Ada satu kebimbangan yang segera dienyahkan oleh manusia laba-laba itu.

"Maaf tapi aku harus tetap membunuhmu," kata Kii, final dan tegas. "Aku menjanjikan keselamatan pada sesuatu yang juga menjanjikan keselamatanku. Dan keputusanku untuk memenuhi kesepakatan itu, adalah dengan membunuhmu."

"Bagaimana kalau menyerahkan urusan itu pada kami saja?" kata satu suara asing di balik punggungnya.

Kii menoleh.

"Dengan kemampuanmu yang sekarang, kau tidak akan bisa menang jika bertarung melawan penghuni-penghuni tempat ini," kata suara yang sama, yang berasal dari gadis berambut merah, berjubah. "Pergilah. Ini bukan pertarunganmu."

"Organisasi Tifareth," Kii menggumam, lalu pandangannya menangkap monster kaleng yang berdiri di bagian belakang rombongan. Beda sendiri. "Eophi Rasaya. Kenapa kalian bisa ada di sini?"

"Tepatnya," kata Minerva setelah berhenti menatap Eophi menggunakan sorot yang dipenuhi tanda tanya, "adalah bagaimana caranya kami bisa ada di sini. Ya. Mengetahui hal pintar dari sebuah kaleng memang suatu kejadian langka. Dia bermaksud memanfaatkan bantuan khusus yang diberikan permainan kalian untuk menyusul ke sini. Konsep dasarnya adalah berpindah tempat. Setelah mengetahui format datanya, kami bisa memodifikasi, bahkan menduplikasikan banyak sekali bantuan serupa. Penulisan skrip dan bug yang harus—"

"Ayolah!" salah satu sosok berjubah, pemuda berwajah malaikat, memotong Minerva. "Suruh saja mereka pulang. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di tempat ini."

Minerva tertawa.

"Oke. Ayo, kalian berdua. Aku akan mengantar kalian."

Kii merasakan dirinya terseret arus. Sangat kencang. Sama sekali tidak bisa dilawan. Lalu kosong.


***


Tiba lagi, di Nostraliberi.

Minerva memberi penjelasan singkat tentang format peraturan yang tidak bisa ia ubah. Bahwa tidak ada cara lain bagi Eophi dan Kii untuk keluar dari tempat ini dalam keadaan sempurna seperti sedia kala, selain bertarung memperebutkan kunci pintu merah jambu.

"Sekarang," kata Minerva, "silakan selesaikan permainan kalian."

Sebelum menghilang bersama satu lagi sosok berjubah, Minerva memberikan pandangan meminta maaf ke arah Eophi, dan Eophi tahu untuk apa itu. Ia memang sudah memiliki pemikiran, sejak pertemuan pertama mereka di tempat ini, tentang alasan kenapa gadis itu mengabaikannya. Dan itu dikarenakan penampilannya yang berubah. Dari pemuda berambut hijau bertampang malas permanen, menjadi monster kaleng yang membawa sarang burung di atas kepala.

Setelah mengetahui pemikirannya benar, ada perasaan melankolis yang tertinggal karena merasa tidak dikenali.

Tapi sakit hati itu tidak bertahan lama. Segera setelah ia ditinggalkan berdua di stadion setengah hancur ini, Kii menyerangnya.

Masalah baru, dan terakhir, yang harus dihadapi Eophi di Nostraliberi. Bagaimana caranya mengalahkan Kii, sementara efek Sputnik sudah habis dan sisa Health Bar miliknya kurang dari sepuluh persen?


***


Satu tebasan, pikir Kii. Manusia laba-laba itu bisa melihat dan merasakan perubahan kekuatan lawan. Entah dengan cara apa tadi, Eophi mampu bertarung secara seimbang dengannya. Membalas tebasan dengan tebasan. Tapi kemampuan apa pun itu, sekarang, Kii sangat yakin, sudah menghilang.

Kii tahu Eophi sudah kembali menjadi sosok yang hanya bisa bertahan. Ditambah, Health Bar di atas kepalanya hanya tersisa 5%. Ini akan mudah.

Serangan dimulai. Melihat monster kaleng itu berdiri di satu pijakan yang tidak seimbang, tebasan pertama Kii diarahkan ke pinggang. Bilah pedangnya tertahan oleh perisai pelindung pertama. Serangan selanjutnya. Kii membungkuk, mencondongkan tubuh manusianya, sementara kaki laba-labanya menekuk. Dengan satu gerakan mengentak, Kii melesat. Tebasan dengan kecepatan itu ditahan oleh dua perisai sekaligus. Serangan tidak berhenti. Kii melompati dua perisai itu, melayangkan tebasan ketiga tepat ke wajah lawan. Kehabisan anak burung sebagai perisai, Eophi mencoba bergerak menghindar. Ia berhasil dengan susah payah.

Kii tersenyum. Gerakan menghindar itu sudah diperhitungkan. Tebasan ketiga hanya gerakan untuk mematikan langkah lawan. Masih berada di udara, Kii mengubah arah bilah pedangnya. Tebasan keempat, terayun secara horizontal. Seharusnya Eophi tidak bisa menghindari ini.

Aku menang!

Eophi setengah menjatuhkan diri ke belakang, berhasil menghindar. Dan bukan hanya itu yang membuat Kii terkejut. Telur merah di atas kepala si monster kaleng memancarkan cahaya sampai seolah terbakar, kemudian melesat. Seperti bola api. Tidak bisa ke mana-mana dan terlambat untuk bertahan, Kii terhantam. Meledak kemudian terpelanting ke belakang.

Dari 40%, Health Bar-nya jatuh ke angka 13%.

Sambil membiarkan dirinya terseret oleh kekuatan serangan yang tidak terduga itu, Kii memikirkan sebuah pertanyaan dan jawabannya sekaligus.

Bantuan apa yang dimilikinya? Tebasan keempat tadi seharusnya hanya bisa dihindari jika dia memiliki kemampuan untuk meramalkan gerakanku. Dan bola api itu ...
Tunggu. Bantuan? Bantuan khusus? Mungkinkah?

Kii mencoba mengingat sesuatu. Paris pernah menjelaskan padanya, selewat saja, bahwa ia memiliki bantuan khusus bertipe ofensif.

Ya, ini yang terakhir, aku harus mengerahkan semua yang kumiliki!

Ia mendapatkan satu nama.

"Nuke Puke!"


***


Kabut berwarna hijau racun terbentuk di sekitar lapangan. Keseluruhan wilayah tengah ini dibuat mendidih karenanya. Apa saja yang tersentuh fenomena itu seketika mendesis, berasap, meleleh perlahan.

Sebisa mungkin, hindali asap hijau itu, Phi! Hel menjerit di dalam pikiran. Telur merah ini adalah alasan kenapa Eophi berhasil menghindari tebasan keempat dari Kii tadi. Menggunakan kemampuannya yang bernama Corona Australis, Hel mampu mendeteksi pergerakan lawan.

Tapi Eophi tetap bingung pada satu hal. Ia sendiri tidak pernah melihat Hel—naga merah cadel yang pada saat ini berwujud telur—berubah menjadi bola api.

Hel, terima kasih sebelumnya. Tapi tadi itu apa? si monster kaleng bertanya sambil mundur beberapa langkah untuk menghindari kabut hijau.

Supelnova, kata Hel. Aku juga ga tau kenapa, tapi waktu di Veldana Powel Plant, pas aku meledak buat jadiin kamu badut jelek, aku kayak punya sesuatu yang lain. Dunia ini pasti punya sistem yang bisa telus mempelkuat kita, asal kita tetap hidup, Phi.

... Supernova, ya? Eophi sedikit menyayangkan nama jurus yang dipilih oleh telur merahnya. Ia lebih suka kalau bola api itu diberi nama Fire in the Hole. Di samping itu, ia senang. Supernova mampu memperkecil jarak Health Bar miliknya dengan Kii. Sekarang 5% melawan 13%. Satu kali lagi kena serangan itu, Kii bisa dikalahkan.

Supaya bisa pakai Supelnova lagi, halus tunggu tiga menit, Phi. Hel mengubur mimpi Eophi untuk bisa mengalahkan Kii secepatnya.

Tiga menit terlalu lama. Eophi tahu itu. Meski dengan bantuan Hel, ia tidak tahu sampai kapan bisa menghindari serangan si manusia laba-laba. Ditambah, fenomena kabut hijau di sekitar mereka ...

Eophi menelan ludah. Lapangan ini sudah nyaris tidak bisa dikenali. Jarak pandang hanya sampai empat atau lima meter saja. Hampir semuanya tertutup kabut. Merasa panik, ia mundur terlalu jauh, tumit kirinya menyentuh kabut itu. Sengatan panas yang seolah menusuk sampai ke ubun-ubun segera dirasakan. Dari 5%, Health Bar-nya turun ke 3%.

Monster kaleng buru-buru maju, mencari sedikit ruang yang belum tertutup warna hijau. Sementara Hel, sambil marah-marah, menggunakan satu lagi kemampuannya. Corona Borealis, untuk menyembuhkan sedikit kerusakan.

Health Bar Eophi naik ke angka 4%.

Tidak akan ada yang masih hidup dalam tiga menit ke depan, batin Eophi. Pandangannya menyapu sekeliling. Di mana Kii?

AWAS, PHI!

Jeritan Hel disertai sebuah tebasan yang membelah kabut hijau. Tepat dari depan.


***


Panik, adalah respons pertama. Kii tidak tahu bahwa kekuatan dari bantuan khususnya sekuat ini. Kabut hijau dengan kemampuan membinasakan semua yang tersentuh. Seperti senjata untuk bunuh diri. Mati-matian manusia laba-laba itu mencari tempat aman untuk berpijak, sampai akhirnya, ia terkepung. Kabut-kabut melilit dirinya. Ia berdiri pasrah.

Dan ...

Aku selamat?

Tidak ada luka. Tidak ada bagian dirinya yang meleleh seperti tanah dan rumput-rumput di tempat ini. Bantuan khusus itu tidak bisa melukai penggunanya.

Kii menyuarakan tawa singkat, kemudian berlari menembus kabut. Mencari Eophi Rasaya. Tidak butuh waktu lama, ia menemukannya. Ia berlari ke arahnya. Beberapa meter lagi untuk saling berhadapan ...

Tetap ... satu tebasan!

Serangan tiba-tiba itu begitu meyakinkan dan mematikan.


***


Empat anak burung yang berbicara bersamaan, melindungi si monster kaleng.

"Hmm, sudah kuduga, shushu. Kau tidak akan pernah bisa menang tanpa bantuanku, shushu," kata anak burung bernama Milk. Wujud normalnya adalah bantal.

"Jangan pernah bikin kita khawatir lagi, IDIOT!" seru anak burung bernama Light. Wujud normalnya adalah guling.

"E-eophi! B-bertahanlah!" anak burung bernama Cloud tergagap. Wujud normalnya adalah selimut.

"Aku sudah memaksa mereka untuk tidak keras kepala," jelas anak burung bernama White. Wujud normalnya adalah kasur. "Itu juga berlaku untukmu, Phi. Jangan pernah membuat keputusan gegabah lagi ... sendirian."

Tidak ada yang bisa mengetahui betapa gembiranya Eophi saat ini. Karena wajah kalengnya tetap datar, hanya sedikit tersenyum. Ia sangat senang, peralatan tidurnya kembali dari kepasifan. Memaafkannya.

Sekarang semua tidak akan sesulit yang sudah-sudah. Eophi tidak perlu sendirian memerintahkan senjatanya untuk menjadi pelindung. Sekarang masing-masing dari mereka memiliki inisiatif, dan, tentu saja, kepercayaan adalah kekuatan absolut.

"... baiklah," kata Eophi. "Ayo menang. Bersama-sama."

Hel ... berapa menit lagi sampai Supernova aktif?

Satu menit, Phi.

Eophi meringis. Ini akan menjadi satu menit terlama.

Sementara itu, secara bergantian keempat anak burung menahan tebasan-tebasan frontal dari si manusia laba-laba. Eophi menghitung, ini sudah tebasan kesembilan. Karena pernah menggunakan kekuatan Kii, Eophi tahu betapa mengerikannya kekuatan tebasan itu seiring waktu. Setiap tebasan memiliki berat yang berbeda.

Bunyi berdenting dari tebasan keduabelas yang sangat tajam mementalkan dua anak burung. Eophi melirik ke kanan dan ke kiri. Kabut hijau semakin mempersempit pergerakan. Ia juga bisa merasakan hawa panas dari kabut yang hanya terpaut satu sampai dua meter di belakangnya.

Tidak ada jalan keluar.

Langit! Hel memekik. Lewat atas, Phi!

Bagian atas dari tempat mereka berpijak masih menyisakan celah untuk melarikan diri. Eophi terpikirkan sebuah cara gila dan satu-satunya. Tanpa suara, ia menyalurkan ide itu pada keempat anak burung yang segera meneriakkan kata setuju.

Salah satu anak burung, White, membesar sampai cukup untuk ditunggangi. Eophi melompat ke atasnya pada sebuah momentum yang menentukan. Karena itu bersamaan dengan tebasan ketigabelas Kii, dan bersamaan dengan merapatnya tiga anak burung yang berubah menjadi perisai pelindung. Mereka berlomba.

Rencana awal Eophi sepersekian detik lebih cepat.

Ia berhasil naik ke atas burung besar, dan ketiga perisai pelindungnya mengambil posisi unik. Di kanan, kiri, dan depan. Keempat anak burung itu seolah membentuk sebuah kubus yang tidak sempurna untuk menjaga Eophi hampir dari segala arah.

Tebasan Kii membentur perisai di bagian depan. Burung besar menyeimbangkan diri dari benturan selama sesaat, kemudian terbang ke atas. Eophi terus menggumamkan sesuatu. Ia juga memperhatikan dengan cemas kabut-kabut hijau di sekitarnya, yang seolah mempercepat penyempitan bagian atas karena mengetahui celah itu adalah jalan keluar terakhir.

"Sedikit ... lagi." Eophi menahan napas dan tidak melepaskan pandangannya dari rambatan kabut hijau yang akan menutup. Burung besarnya menerobos ke titik itu ...

Keluar!

Atau tidak. Gesekan terakhir antara kabut dan perisai pelindung bagian atas menimbulkan sedikit kerusakan. Health Bar Eophi jatuh lagi ke angka 1%. Dan pada saat ini, celah tempatnya berada ternyata tidak lebih baik dari di bawah sana. Kabut sudah menutup semua arah.

Eophi terjebak pada sedikit spasi yang tersisa di udara. Kali ini benar-benar, tidak bisa ke mana-mana lagi. Ia menatap ke bawah, ke sisa celah yang memperlihatkan si manusia laba-laba. Senyum kemenangan tersungging di wajah itu. Ya. Karena bagi Kii, hanya tinggal menunggu saja sampai kabut bergerak menutup dan ia bisa menang. Sementara bagi Eophi, ini adalah saatnya. Kesempatan dan pertaruhan terakhir.

Sekarang atau tidak sama sekali, Hel

Eophi melepas sarang di atas kepalanya, kemudian melompat dari burung besarnya. Menuju kabut hijau di bawah sana.


***


Melompat ke bawah? Untuk apa? Eophi Rasaya ... jangan jadi pengecut dan berjuanglah sampai akhir!

Monster kaleng itu bunuh diri, adalah satu-satunya hal yang terpikirkan oleh Kii. Setelah sejauh ini mereka bertahan, ternyata semua hanya untuk berakhir menyedihkan? Itu saja? Kii merasakan kekesalan aneh di dalam dirinya. Kemenangan seperti itu bukan kemenangan yang diinginkannya di tempat seperti ini. Ia terus mendongak, menatap tajam tanpa berkedip ke arah monster kaleng yang akan jatuh menabrak lapisan-lapisan kabut hijau. Susah payah ia menelan jeritan berisi caci maki, sekuat tenaga sebelah tangannya mencengkeram gagang pedang ...

"Swap Me Bitches!" ia mendengar Eophi menjerit.

Dan.

Manusia laba-laba itu menghilang.

Seperti berkedip, ia lalu merasakan dirinya kembali ada. Tapi tidak di tempat semula. Di darat, di permukaan lapangan hijau yang belum tersentuh kabut mematikan. Sekarang ia berada di udara.

Di tempat Eophi tadi berada. Dan Eophi sendiri, berada di tempatnya. Berdiri, menatapnya sambil terengah-engah.

Belum sempat memikirkan kemungkinan apa pun, sesuatu yang sangat panas menabrak punggungnya. Kii meledak. Jatuh ke bawah.

Health Bar yang tersamar di atas kepalanya berangsur-angsur turun ke angka 0%.

Ia kalah.


***


Eophi membaringkan dirinya di sebelah Kii. Keduanya masih bernapas meski pendek-pendek, dan meski Health Bar di atas kepala masing-masing sudah menghilang.

Dan memang banyak sekali yang menghilang setelah pertarungan selesai. Seperti kabut hijau, dan Nostraliberi sendiri.

Saat ini Eophi dan Kii melayang-layang di langit awal yang dipenuhi angka dan aksara, dan dihiasi lubang besar beserta retakan di belakangnya. Di bawah sana, mungkin sedang terjadi penghancuran massal dari keseluruhan database di Level Tiga. Karena tampak semacam siluet raksasa saling bertengkar, melepas layangan masing-masing. Mereka adalah bentuk mekanisme di tempat ini.

"Apa yang kaulakukan?" tanya Kii datar setelah napasnya stabil.

"Mencoba untuk tidur," jawab Eophi setelah jeda.

Monster kaleng itu bisa merasakan kalau Kii tersenyum. Tanya jawab absurd ini seolah membuka pemahaman unik bagi mereka berdua.

"Selamat," kata Kii lalu.

Eophi hanya mengangguk. Kedua matanya sudah menutup.

Rencana kemenangannya memang tidak mudah ... ia menggunakan bantuan khususnya yang tersisa: Swap Me Bitches, dan kemampuan Supernova milik Hel. Kata "tidak mudah" itu terletak ketika mencari momentum yang tepat karena hampir setiap saat Kii bersikap waspada. Jadi, kelengahan Kii di detik-detik terakhir adalah kunci keberhasilan itu. Eophi berpindah, dan menyerahkan sisanya pada Hel yang ia tinggalkan di atas burung besar.

"Sebaiknya cari tempat tidur yang lain," kata Kii. "Pintu itu mungkin tidak selamanya ada."

Eophi bangkit setelah sedikit menggerutu.

"... baiklah," kata si monster kaleng. "Mau coba masuk juga?"

Kii menutup mata. "Tidak," jawabnya. "Aku kalah. Pergilah."

Satu desahan keluar dari mulut Eophi. "Kalau begitu, ini saja. Mungkin kau membutuhkannya."

Eophi mengambil sisa kubus putih dari sarang burungnya, kemudian menaruhnya di samping Kii. Sambil berjalan menuju pintu merah jambu, ia mendengar suara itu lagi. Suara misterius Nostraliberi. Suara kubus putih yang sedang berterima kasih.

"Tunggu," kata Kii untuk Eophi. "Aku tidak tahu apa ini akan berhasil. Tapi gunakanlah ini untuk mengetahui apa yang kuketahui."

Kii memindahkan bantuan khususnya yang terakhir: Grim Report, ke Eophi. Setelah berhasil, monster kaleng itu segera menggunakannya. Dan sekali lagi ia melihat melalui perspektif yang lain ...

Percakapan Kii dengan Nostraliberi; kebenaran bahwa di babak ini semua peserta sedang dipermainkan; cerita si bocah bertopeng di database si peretas.

Semuanya.

"Terima kasih," kata Eophi.

Pintu merah jambu terbuka, memperlihatkan kekosongan yang membosankan di bagian dalam. Monster kaleng itu melirik ke belakang sebelum menutup pintunya, dan mendapati pintu yang lain. Baru saja terbuka, di sebelah si manusia laba-laba yang masih terbaring.

Keluar dari dalam sana, sosok gadis aneh yang mengikat rambutnya menggunakan paku. Gadis itu menangis bahagia, memukuli dada Kii.

Pintu merah jambu menutup tanpa suara.


***


Kii terus memperhatikan pintu merah jambu yang telah dimasuki Eophi Rasaya sampai menghilang. Lalu ia beralih pada sosok familier yang sedang memukuli dadanya sambil menangis. Sosok yang selalu ada untuknya sejak babak penyisihan dan R1. Sosok yang mengaku sebagai salah satu panitia Battle of Realms. Si gadis paku.

"Tidak perlu khawatir," kata Kii tiba-tiba. "Aku tidak apa-apa. Hanya sangat lelah."

Si gadis paku berhenti memukul.

"Siapa yang mengkhawatirkanmu, hey! Aku kesal karena terlalu terburu-buru ke sini sampai lupa bawa fitur kamera!" Lalu gadis itu meratap. "Padahal kapan lagi bisa foto Kii versi monster yang setengah telanjang kayak gini ... hiks."

Sebelum Kii mempertanyakan kedatangan gadis itu, sebuah suara sudah menjelaskannya lebih dulu. Nostraliberi, lagi, berkomunikasi lewat jantungnya yang tersisa.

[ Setelah memeriksa semua tentangmu selama di Alforea, kuciptakan koneksi dan sinyal khusus pada gadis ini. Dia adalah pintu keluarmu, dan wujud janjiku. Terima kasih, sekali lagi, kuhargai keputusanmu di pertempuran itu. Sebagian ingatan masih bisa diselamatkan. ]

Kii mengangguk pelan.


***


[ Waktu penjemputan menuju permukaan ... lima menit, ] kata suara asing yang menggema di dimensi putih. Seketika, Eophi menjatuhkan dirinya ke atas kasur.

Akhirnya, lima menit untuk tidur, pikir monster kaleng yang sudah kembali berubah menjadi pemuda berambut hijau.

Sayang ... suara berdesis dari sebuah portal yang terbuka, menggagalkan rencana tidurnya yang kesekian. Pemuda itu marah-marah sendiri. Dan segera berhenti ketika mengetahui bahwa hal itu membuatnya nyaris pingsan karena kelelahan, juga karena yang menghampirinya di kekosongan ini ternyata Minerva dan dua sosok aneh. Lorde, si kesatria penguin, dan Ouen, si makhluk biru.

"Kalian—"

Mereka ke sini untuk menyampaikan berbagai hal. Dan berceritalah mereka di lima menit yang berharga.

Dimulai dari kenapa Health Bar Eophi dan Kii menghilang setelah pertarungan. Yang menyebabkan tidak adanya kematian. Itu semua karena Organisasi Tifareth berhasil mengacak database si peretas, kemudian mengubah beberapa pengaturan.

Lalu tentang si gadis berpaku yang menjemput Kii. Itu semua adalah buah janji Nostraliberi untuk menciptakan jalan keluar bagi penyelamatnya. Gadis berpaku itu sendiri adalah sosok yang telah banyak membantu Kii selama di Battle of Realms ini.

Juga tentang kekaguman Minerva yang berlebihan terhadap keputusan Eophi untuk menyusul Kii ke database peretas.

"Semua memiliki kesempatan kedua," respons Eophi. "Tidak ada yang mati di sini." Atau tepatnya tidak boleh, ia meneruskan di dalam hati.

Lorde dan Ouen mengabarkan peperangan di dalam database yang masih berlanjut dan meminta Eophi untuk mengunjungi Nostraliberi lagi suatu saat nanti.

"... kalau tempatnya masih ada," respons Eophi. "Oh iya, aku kira kalian hancur kena serangan kubus-kubus hitam di lapangan. Makanya jangan main musik-musik aneh."

Lorde dan Ouen menendang perut pemuda itu. Mereka lalu mengatakan kalau data yang baik tidak akan terhapus. Eophi mengganggapnya sebagai lelucon.

Terakhir. Sebelum Minerva, Lorde, dan Ouen kembali ke medan perang, mereka semua tertawa.

Meski masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Seperti, siapa pengirim surat digital? Atau siapa tokoh penting di balik ini? Itu karena memang belum waktunya, begitulah menurut Eophi. Terlalu banyak spekulasi akan mengganggu petualangan seru di Alforea. Dan terlebih, karena semua yang berada di sini memiliki kisah masing-masing untuk terus diperjuangkan.

Jadi ... tanpa perlu diduga pun, jawaban itu akan datang di waktu yang tepat dengan sendirinya.




Epilog





Memori Eophi
Empat Syarat


Ini adalah hari keberangkatanku ke Alforea untuk mengikuti turnamen Battle of Realms.

Sekaligus, hari di mana aku bertemu dengan Myrd itu.

Myrd tipe Blaven, atau penjaga yang menyamar. Dia laki-laki. Namanya Aelind Kairal. Dan dia adalah salah satu jenderal terkuat di pemerintahan. Tapi bukan itu yang menjadi masalah.

Aku ... tidak pernah peduli terhadap hierarki.

Yang jadi masalah adalah, Aelind Kairal itu kekasih Bidriel. Myrd lawan jenis yang menyadarkanku tentang arti kehidupan.

Tidak mudah berbicara dengan figur yang dipilih pahlawan kita dalam masalah percintaan. Tidak mudah.

Jadi. Aelind dan aku berdiri di jembatan penghubung Myrdial Abyss, tempat pelatihanku, dengan benua utama. Kami mengobrol singkat di sana.

Saat itu hampir malam, dan hujan cahaya tidak terlalu deras.

"Apa kau yakin ingin pergi?" tanyanya.

Kujawab setelah jeda, "Positif."

Dia bertanya lagi, "Untuk melengkapi empat syarat memenuhi permintaan?"

Kujawab lagi setelah menguap, "Untuk melihat sesuatu yang baru."

Dan, ya, untuk melengkapi empat syarat itu juga. Tes Kemauan; Tes Pilihan; Tes Cinta; Tes Keabadian. Aku percaya setiap petualangan memberikan kekuatan. Di tengah perjalanan nanti, aku pasti bertemu dengan keempat tes itu.

Aelind lalu menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti, "Padahal pasti cuma mau bolos latihan di sini."

Aku tersenyum.

Aelind tertawa.

Setelah itu, dia mengucapkan kata-kata dan doa formal bagi Myrd yang akan bepergian. Selesai, dia balik badan, berjalan menjauh, aku masih diam memperhatikan, kemudian tiba-tiba dia berhenti dan berkata ...

"Bidriel selalu membicarakan tentang Myrd muda berambut hijau yang selalu terlihat bosan, yang dia temui di suatu padang rumput. Myrd muda yang hampir kehilangan semangat untuk meneruskan potensi-potensi." Aelind menghela napas sebelum melanjutkan, "Bayangkan betapa senangnya dia jika mendengar Myrd muda itu sekarang berdiri di belakangku dan berusaha untuk meneruskan hidup."

Kata-kata itu tidak akan pernah kulupakan.

"Jangan sampai membuatnya kecewa, Eophi. Aku akan mencarimu jika kau membuatnya menangis di atas sana."

Perbincangan selesai.

Aelind kembali ke Myrdial Abyss, meluncur menggunakan sepatu roda kerennya. Sementara aku naik ke atas kasur. Terbang menyusuri jembatan yang hampir tertutup cahaya. Di ujung jalan ini ... sebuah portal pasti sudah menungguku.

Pintu, yang akan membimbingku menuju dunia baru.

5 comments:

  1. Dari prelim sampe ronde ini kayanya saya gagal menikmati entri Eophi meski ingin

    Kali ini kendalanya bukan soal tulisan panjang, tapi kesan sudden-ness (apa ya... tiba"?) dari banyak hal di entrinya. Saya gagal paham soal aturan main khusus di entri ini - cuma sebates nangkep kalo Eophi sama Kii main dua peran berbeda, dan tiga karakter lain ini siapa. Belum lagi namanya Eophi bawa satu pasukan, begitu selimut-bantal-guling-kasur ngenalin diri itu jadi berkesan redundan.

    Tapi saya liat Eophi ini konsisten banget, jadi kemungkinan pasti masih bisa lolos sampe ronde turnamen kalo gini terus

    Dari saya 7

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  2. Pertama kali

    Setuju soal konsistensi, meski R1 kemaren saya cuma baca dikit Eophi.

    Prolog epilog tulisannya gede kek sebelumnya. Catchy.

    Ilustrasinya ngasih kesan sedih gitu. Semua ilustrasi kecuali stickman item sih sedihnya.

    ITU ANAK SIAPA LOLI

    Yang jadi poin kuat entri ini di progres (yang menyenagkan) sama konklusinya. pemisahan jedanya enak, konklusinya apik. epilognya saya suka. meski agak roaming dikit sama apa yang diomongin tapi ga masalah.

    7/10

    OC: Wildan Hariz

    ReplyDelete
    Replies
    1. pertama kali baca,maksudnya. duh ke sananya gw lupa mo ngomong paan

      Delete
  3. Fyuhh ... entah mengapa entri Eophi sejak prelim sampai R2 ini kerap menyusahkan saya dalam memahami jalan ceritanya. Okelah, saya dapat inti ceritanya, tetapi detail-detail lainnya seringkali tidak dapat saya cerna. Mungkin seperti kata Sam, memahami aturan battle di R2 Eophi ini pun butuh perjuangan tersendiri. Sedangkan narasi panjang dan memutar di entri ini tidak mempermudah semuanya.

    Saya sebenarnya suka pada bagian boardgame-nya, apalagi dibantu dengan .gif yang catchy. Juga cuplikan masalalu/masadepan Eophi dan KII cukup menarik untuk disimak—walaupun saya nggak nangkep pentingnya apa cuplikan itu ke plot entri ini.

    Bagian battlenya agak tersendat untuk saya nikmati, terlalu banyak pengumbaran strategi dan detail. Padahal aksinya sedikit.

    Namun setidaknya, walaupun sedikit, saya dapat informasi tambahan tentang Eophi di sini.

    Ponten Tujuh
    OC: Kusumawardani, S.Pd.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete