[Round 2 – Level 1] Frost – Memori Yang Membeku.
Ratusan dunia yang
ada, yang pernah ada dan yang akan ada tercipta oleh karena satu hal, hal yang
dikenal sebagai Phlebotinum ini bervariasi dan berbeda-beda sesuai dunianya.
Dunia yang tercipta oleh karena ledakan sains dimana menghasilkan waktu dan
ruang, Phebotinumnya adalah [Matematika] dan dunia dimana diciptakan oleh Orang
yang menamakan dirinya YHWH, Phlebotinumnya adalah [Firman] atau [Perkataan].
Sedangkan Asteria, Dunia di mana Frost berasal sebelum memasuki Alforea adalah
[Akses] dan Alforea sendiri memiliki [Data].
Akses sendiri adalah
hal yang menjadikan manusia bisa meminjam kekuatan para Dewa/Iblis, Dewa/Iblis yang juga
ber-Akses kepada kepada kekuatan bernama Yang/Yin. Setiap manusia di Asterian bisa
mengabdikan dirinya kepada sang Dewa/Iblis dan mendapatkan kekuatannya.
Sayangnya, Frost yang
dibesarkan untuk mengabdi kepada Hephaestus ternyata tidak bisa meng-Akses sang
Hephaestus. Sampai detik ini, ia hanya mengetahui kalau Aksesnya berasal dari
sosok Dewata Asterian Utara yang berfokus kepada es dan juga waktu.
Dan di Ronde dua
Battle of Realms V: Exiled Realms of Alforea ini Frost mengenalinya, mengenali
siapa yang menjadi Dewa Akses miliknya.
***
Di satu sudut Bar
Alforea, di sofa yang sepi itu Frost masih saja duduk sendiri, ia tidak ingin
berkenalan ataupun masuk ke dalam beberapa kelompok obrol yang bersekte di
lantai bar. Di pikirannya saat ini hanyalah sebuah angan.
Tempat seperti apa yang akan didatangi dalam
ronde kedua turnamen ini?
Ia menikmati luas dan
keringnya padang batu di babak penyisihan, ia menikmati sejuk dan rindangnya
hutan di babak pertama. Tentu saja adrenalin di dalam otaknya mengharapkan hal
yang menarik hadir juga di babak kedua.
Sekali lagi ia
menyesap habis bluberi milkshake kesukaannya sembari menantikan pengumuman yang
akan dibacakan Anastasia.
Di antara puluhan
pelayan yang hilir mudik melayani permintaan para petarung hanya Anastasia yang
berdiri tegak dan melihat seisi ruangan. Air muka pelayan itu serasa cemas dan
ia bahkan menggigit bibir bawahnya seakan ada sesuatu yang ingin diungkapkan.
Ketenangan Frost di
dalam riuh bar terganggu saat sebuah gempa besar terjadi.
“Semuanya diharap
tenang, Bencana alam ini hanyalah efek samping dari kerjaan Hewanurma, saat ini
beliau tengah menyusun ulang Data untuk ronde kedua kalian, terdapat kesalahan
teknis yang menyebabkan guncangan ini.”
Tetapi apa yang
diungkapkan Anastasia menjadi sia-sia saat satu demi satu peserta yang hadir
menjadi pecah. Serius satu dfemi satu dari mereka pecah menjadii
persegi-perssegi kecil yang berwarna-warni.
“pixel breakdown”
Frost juga menjadi
panik saat pandangannya memburam, ia juga menyaksikan seluruh jari tangannya
terurai menjadi persegi-persegi dengan warna kulit. Sebelum akhirnya ia kehilangan
kesadaran.
***
Saat Frost membuka
matanya ia mendapati dirinya berdiri di ruangan hitam. Di hadapannya terdapat
sesosok wanita yang memiliki porsi tubuh aneh, persis seperti RNG-Sama. Ukuran
kepala sama dengan setengah dari ukuran leher sampai kaki. Ia bahkan yakin
wanita itu tidak bisa menyentuh telinga kanan dengan tangan kiri.
“Hiiii lucuuunyaaa!”
secara reaktif kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Frost.
“Kau yang lucu!”
wanita itu berteriak kencang tidak menerima kalau dirinya telah menjadi imut.
Menyadari reaksi
tersebut, Frost segera mencoba apa yang sempat terlintas di pikirannya, ia
mengangkat tangan kanannya mencoba meraih telinga kiri. Jangkauan lengannya
hanya sampai ke pipi kiri.
“Apa-apaan ini?”
“Sepertinya ada
sesuatu yang salah dengan Alforea hingga kita menjadi makhluk kecil seperti
ini.”
Wanita yang menurut
penglihatan tambahan Frost bernama Mima itu terus menerus memeriksa keberadaan
dirinya dan mencoba menggerakkan seluruh bagian tubuhnya.
Bagaimana ia bisa tenang di tengah kebingunan
seperti ini?
Sedangkan Frost ia
mencoba untuk meraih pedang panjangnya yang tersampir di pinggang. Secara
proporsi pedang tersebut tidak berubah, tetapi kalau secara matematika, tentu
saja pedang tersebut menjadi sangat pendek.
Penglihatan tambahan
Frost statik untuk sepersekian detik lalu kuping kirinya mendengar suara yang
terputus-putus.
“Halo, halo disini Momo, anak buah Anastasia, apakah kakak Frost dan
Nyonya Shiki bisa mendengar panggilan ini?”
Sebuah suara kecil
terdengar dari alat khusus yang dibagikan oleh pelayan sejak babak penyisihan
kemarin.
“Matrix database kami baru saja mengalami glitch yang membuat ronde kedua turnamen ini
dimulai secara prematur. Atas kesalahan
ini, kami mengharapkan agar peserta pertarungan terutama di babak ini yaitu
Nona Frost dan Nyonya Shiki untuk menghentikan pertarungan.”
“Caranya bagaimana?”
Mima ternyata juga mendengar panggilan tersebut, dan kini ia berbicara sembari
memegang kuping kirinya juga.
“Sebentar lagi kalian akan mendapatkan surat yang menjelaskan tentang
pertarungan ini, saya hanya mengharapkan agar salah satu dari kalian segera
menyerah agar bisa dikembalikan ke bar dan menunggu pegelaran ronde yang lebih
stabil”
Tepat setelah kalimat
itu berakhir di depan Frost tercipta sebuah kertas cahaya yang melayang begitu
saja.
[Tekan di sini untuk
membuka]
Saat frost menekankan
jari kecilnya ke kertas cahaya tersebut. Kertas cahaya itu seakan membuka
lipatannya.
[Yang ada di hadapanmu
adalah lawanmu]
[Kalahkan hingga bar
tidak tersisa]
Seakan tanpa perlu
bertanya mengenai apa itu bar. Sebuah suara “tuing” dan juga garis panjang berwarna hijau hadir di atas kepala
Mima.
Frost mengangkat
kepala dan mencoba mencari miliknya, tetapi ia tidak bisa melihat apa-apa. tetapi ia bisa melihat angka 100% di sudut kanan bawah mata kirinya
“Kau juga punya, nona
Frost!”
“Sepertinya kita tidak
bisa melihat bar miliki kita
sendiri.”
“jadi, segeralah menyerah salah satu dari kalian dan segera kembali ke
bar sementara ini!”
“Itu semua tergantung
nona Frost. Karena seorang Shiki…” Mima mengeluarkan sebuah belati kecil dari
balik jaketnya, “… tidak mengenal kata menyerah.”
Wanita itu tersenyum
penuh dengan rasa sombong.
“Kalau begitu…” Frost
memegang pedang panjangnya dengan dua tangan mengambil kuda-kuda bertarung, “…
mari kita jadikan ini ronde yang resmi, kau tidak masalah kan Momo?”
“Boss Anastasia dan Hewanurma tidak akan suka dengan hal seperti ini.
tetapi beberapa petarung lain juga mengambil keputusan yang sama… jadi
terserahlah!”
“CHOOSE YOUR STAGE!”
Sebuah suara rendah
pria berkumandang entah dari mana. Lalu di antara Mima dan Frost terdapat
sebuah layar yang menampilkan tempat-tempat yang menarik.
“Teriak berhenti di tempat yang kalian anggap cocok!” jelas momo.
“Berhenti!” Mima
berbicara sedikit lebih cepat daripada yang diinginkan Frost.
Layar yang
berganti-ganti tadi akhirnya berhenti di sebuah pemandangan yang tampak seperti
tenda besar. Tenda yang biasanya berada sebagai atraksi utama dari sirkus
keliling.
“BEAT EM UP GUYS,
GO FOR BROKE!!!!”
“Si Hackernya pikir BoR ini Street Fighter Alpha 3 sepertinya. Ah sial
masih kepencet komunikasi” Suara statis mengakhiri pesan dari Momo untuk
para petarung.
Jarak antara Frost dan
Mima bertambah jauh, lalu dari segala penjuru tembok-tembok seperti cermin
masuk menempati sekeliling Frost. Hingga semua berhenti bergerak.
“Dimanakah ini?”
“Sepertinya kita ditempatkan di sebuah labirin
cermin, sebuah wahana yang biasanya ada di tempat festival!” suara Mima terdengar jelas dari alat
komunikasi di kuping Frost tersebut.
“Loh, kita bukannya
lawan? Kenapa masih disambungkan komunikasinya?”
“Kurasa ini gara-gara matrix glitch yang disebutkan oleh Momo tadi.”
“Jadi berpikir sembari berbisik adalah sebuah kesalahan di sini?”
“Tentu tidak kalau memang hobimu seperti itu, itu akan sangat membantu
bagiku Frost.”
Frost dan Mima tertawa renyah, akhirnya
peserta pertama yang memiliki cara berpikir normal dan tentu saja wanita. Frost
sangat lega pada ronde ini ia tidak perlu melakukan kontak berlebih terhadap
para pria.
“Ah iya, seperti kau
sudah memutuskan untuk menghilangkan embel-embel nona, jadi bagaimana kalau aku
juga memanggilmu Mima?”
“Kalau itu meringankanmu tidak masalah…” suaranya terhenti sesaat,
“… Frost, kau dapat melihat dirimu?”
Pertanyaan itu keluar
begitu saja, dan Frost menyadari satu hal begitu mendengar pertanyaan tersebut.
“Cermin-cermin di
sini, tidak memantulkan bayangan kita secara lurus?”
Di sebelah kanan dan
kirinya Frost tentu saja dapat melihat cermin, tetapi tidak ada pantulan
tubuhnya. Justru hanya segelintir seksi dari cermin yang memantulkan tubuh
cebol Frost saat ini.
“Cara kerja cermin di
tempat ini, membuatku pusing!” Frost harus mengerjapkan matanya saat ini untuk
kembali mendapatkan kesadaran.
“Tapi setidaknya aku mengerti, ada hal yang ingin kucoba!”
“AWWWW!?”
Tepat setelah kalimat
itu Mima selesai sebuah garpu mendarat dan menancap di bahu kanan belakang
Frost.
Ia melihat Mima tapi
hanya berupa sebuah pantulan yang berada di balik cermin dan sesaat setelahnya
Mima pun berlari menghilang keluar dari seksi cermin tersebut.
“Tadi itu seranganmu
Mima?”
Tidak ada jawaban dari
pertanyaan Frost. Lawan bicaranya tiba-tiba terdiam.
Frost mencabut garpu
tersebut dari bahunya, saat ia mencabut dengan sekuat tenaga puncak kesakitan
pun segera melanda, reflek Frost melepaskan pegangannya atas garpu tersebut.
Garpu itu terpelanting
jatuh, anehnya setelah terpental balik garpu tersebut masuk begitu saja ke
salah satu cermin yang menjadi tembok koridor.
“Eh?”
Frost meyakinkan diri
bahwa ia tidak salah, ia mencoba meluruskan lengannya ke salah satu cermin yang
paling dekat dengannya.
Tidak ada benda padat yang
menghalangi lengannya, tangannya tembus begitu saja ke dalam cermin tersebut.
“AWW!”
Sekali lagi sebuah
garpu mendarat di bagian tubuhnya, kali ini paha kirinya bagian belakang.
“Hentikan dasar ninja
dapur!?”
“hahahahahahahahahaa” suara tertawa itu keluar dari koridor
yang sama dengan koridor Frost, saat Frost melihat ke arah tertawa
tersebut Mima yang bukan pantulan cermin
tertawa dan berlari memasuki sebuah cermin.
“Itu, dalam medan
pertarungan aku dihujat oleh berbagai macam hujatan, tapi baru kali ini aku
mendengar seseorang menyebutku ‘ninja dapur’” dan suara Mima melanjutkan lagi
tertawanya.
Frost segera memasuki
cermin di depannya, jika ia tidak bergerak serangan Mima akan kembali lagi.
Frost mendapati
dirinya berada di di koridor labirin cermin lainnya, memandangi sekitar ia
menemukan sosok punggung cebol seorang wanita.
Mungkin ini yang bisa
dilakukan?
Tanpa pikir panjang,
Frost segera menerobos cermin tersebut dan menebaskan pedangnya ke arah Mima
tepat setelah ia menembus cermin.
Bukan darah dan luka
yang menyambut Frost melainkan sebuah dentingan peraduan antara dua buah bilah
di tengah-tengah Frost dan Mima.
Tendangan dari kaki
pendek Mima membuat Frost terpental mundur dan mendarat sembari meluncur di
atas permukaan tanah yang terbuat dari kaca juga.
“Menarik, kemampuan
Mima adalah bisa melihat dari belakang?”
“Bukan Frost itu bukan kemampuanku, itu hanyalah kuda-kuda
Equilibrium dasar!”
Frost berdiri dan
kembali membuka kuda-kudanya.
“Dengan membawa pisau
ACE-ku di depan mata seperti ini…” Mima memperlihatkan kuda-kudanya, tangan
kanan yang memegang pisau ACE yang mengarah ke luar ditaruh sejajar dengan
dagunya, dan tangan kirinya berada lebih rendah, “Pantulan mata pisauku bisa
digunakan untuk melihat belakangku.”
Sebuah pelajaran
berharga bagi Frost, ia melihat ke arah pedang panjangnya dan memperhatikan
bilah pedang tersebut. Percuma, pedang buatan gereja Hephaestus memiliki kilau
kemerahan yang membuat senjata mereka sulit melihat pantulan.
“Terima kasih Mima,
setidaknya aku tahu sesuatu menyerangmu dari belakang adalah hal sia-sia
bukan?”
Mima mengangguk.
Anggukan itu
mengartikan percuma bermain trik dengan wanita ini, yang bisa Frost lakukan
saat ini adalah melawannya langsung. Penyandang pedang melawan penyandang
belati.
Frost menerjang menuju
Mima, tetapi bahkan sebelum Frost masuk ke jarak serang idealnya, Mima telah
menerjang dengan kecepatan yang lebih gila lagi.
Sebuah telapak
mendarat di dagu Frost, ia berjengit ke atas sebagai reaksi serangan tersebut.
Saat Frost kembali memaksakan pandangannya ke bawah ia melihat Mima tengah
bergulung di udara. Melintangkan pedang seadanya Frost berhasil menahan tebasan
belati yang baru saja lewat, tetapi ia tidak bisa menghindari tendangan kaki
kanan yang menyusuli tebasan tersebut.
“Cepat!”
Kecepatan Mima
melebihi Haru, Kawanagi, ataupun Aragon orang-orang yang baginya sudah termasuk
lincah dalam gaya bertarung.
“Frost keluarkan
kemampuan sihirmu, gerakanmu terlalu lambat jika kau ingin berduel pertarungan
dekat denganku!”
“Kau mengetahui
kemampuanku?”
“Yah, aku berbagi
Ronde pertama dengan Mang Ujang dan setelahnya, di Bar ia menceritakan tentang
salah satu kawannya yang cukup piawai dalam bertarung, yaitu kau. Aneh rasanya
jika kau hanya sangat kuat di dalam kisahnya saja!”
Tanpa ada emosi yang
kuat, Frost tidak bisa memberkati pedangnya secara instan seperti yang terjadi
saat melawan Ying Go, Jadi kali ini ia kembali membacakan berkat api Hephaestus
ke dalam belatinya hanya untuk menambahkan kekuatan es kedalam pedang tersebut.
Warna kilau pedang
tersebut yang sebelumnya merah kini menjadi biru terang.
“Majulah Mima!” seakan
memiliki tingkat kepercayaan diri yang baru dan penuh, Frost menantang Mima
untuk bergerak.
Frost memang sedikit
payah jika ia yang memulai serangan, dikarenakan gerakan ia tidak secepat
gerakkan petarung seharusnya. Menurut kepala Gereja, itu terjadi karena Akses
sesungguhnya dari Frost bukanlah Hephaestus. Sehingga berkat penguasaan bilah
tidak pernah efektif di dalam pergerakan Frost.
Kali ini Mima yang
memulai serangan, dengan sekejap mata sosok tubuh cebol mima segera berubah
menjadi sekelebat bayangan.
Frost bereaksi dengan
menghantamkan pedangnya ke lantai kaca, tembok es menyeruak dan melebar menutupi
lebar koridor untuk menghentikan laju Mima.
Tentu saja dengan
mudah Mima hanya tinggal melompati tembok es tersebut, tetapi Frost yang sudah
mengetahui gerakan Mima selanjutnya tengah menunggu.
Begitu sekelebatan coklat
muda muncul dibalik tembok es, Frost mengitari lantai kaca dengan mata
pedangnya lalu mengungkin ke atas pedangnya. Sebuah pilar es tajam bangkit
meluncur ke arah Mima.
Seakan sudah
mengetahui niat Frost, Mima tidak menghindari pilar tersebut, dengan tangannya
ia justru berpilin di pilar tersebut, meluncur turun sembari menyarangkan
tendangan ganda ke arah Frost.
Frost terpental masuk
ke dalam cermin dan kini mendapati dirinya berada di ruangan bundar dipenuhi
cermin.
Dada dan rahang Frost
masih terasa sakit dari tendangan ganda Mima, dengan perlahan ia bangkit
sembari mencoba untuk tidak menggerakkan kedua tempat yang sakit itu.
Sepatu hitam keluar
dari cermin yang sama tempat Frost berasal. Mima dengan santainya melangkah
lambat memasuki ruangan bertarung yang baru tersebut.
“Menarik melihat
kemampuanmu Frost.”
Tanpa disadari Frost
ia melangkah mundur perlahan juga, sosok wanita itu terlihat begitu
mengintimidasi.
“Katakan, bagaimana
kau mengatur bentuk esmu, Frost? Imaginasi atau sesuai benturan pedang?”
Frost tidak pernah
berpikir jauh mengenai hal itu, ia hanya tahu begitu berbenturan dengan benda
lain detik itu juga Frost bisa membayangkan bentuk yang ia inginkan tercipta
tetapi tidak selalu persis dengan yang
ia inginkan.
“Wajah itu… kau sendiri
tidak tahu?”
Gawat, wanita itu baru
saja mengetahui isi pikiran Frost hanya dengan membaca wajah?
“Kau masih perlu
belajar banyak tentang kemampuanmu, Frost!”
Di akhir kalimat itu
Mima mulai berlari lagi ke arah Frost, menyadari datangnya musuh Frost kali ini
mengubah strateginya ia tidak ingin membuat es yang statis.
Frost juga ikut
menerjang maju, saat mima masuk ke dalam jangkauanya, Frost menebaskan pedang
menukik.
Seakan sudah
mengetahui gerakan Frost Mima hanya memiringkan tubuhnya untuk menghindar
secukupnya, dimana pedang Frost hanya melewati tubuh Mima dengan jarak satu
inci.
Frost tidak
menghentikan ayunannya, bahkan saat di ujung matanya ia tahu Mima tengah
mencoba menebaskan pisau belatinya.
“Trang!”
Bilah Frost menghantam
tanah, garis es melebar memutar, tetapi entah karena indra pendengaran Mima
yang tajam atau instingnya, Mima telah melompat mundur menghindar dari tembok
Es melingkar yang melindungi Frost.
Tidak hanya tembok
melingkar, tetapi juga jejak es pendek yang mengikuti dia berhenti pada jarak
tiga meter.
“Jadi… esmu itu
terbentuk dari instingmu? Dan juga memiliki batas kembangnya sesuai dengan
hantaman benturan?”
Wanita ini? ia bisa
mengetahui cara kerja es Frost hanya dengan melihat tiga kali gaya bertarung
Frost.
“Frost, dengarkan
aku…” Mima menarik nafas panjang, “… kau masih hijau dalam pertarungan
sesungguhnya dan aku telah menstrategikan banyak cara mengalahkanmu.
Menyerahlah sekarang sebelum kau benar-benar babak belur kuhajar
habis-habisan.”
Tidak ada keraguan
dari kata-kata itu, dari antarmuka yang dimiliki oleh Frost, baris darah Mima masi penuh, sedangkan tulisan darah
milik Frost di sudut kanan bawah adalah 90% Tendangan ganda yang pertama telah memakan
10% pertahanannya.
“Ke--keputusanku tidak
berubah, aku akan tetap bertarung sampai akhir!”
“Aku minta maaf Frost,
aku tidak akan menggunakan pisauku, Tetapi itu berarti ini akan sangat
menyakitkan untukmu!”
Kali ini Mima berlari
lagi kecepatannya sungguh berbeda dengan kedua serangan awal, Frost bahkan hanya
melihat sekelebatan gerakan Mima sebelum sebuah lutut masuk ke perutnya.
Frost terdorong mundur
selangkah, tetapi dengan sigap menebaskan pedang naik, tetapi sebuah garpu
menahan gerakan pedang itu, garpu yang kini tengah membeku justru masuk menancap
ke bahu kanan Frost kembali.
Sikut kanan, backhand kiri, gelungan loncatan dan
tendangan kaki kiri menghantam pipi kiri Frost berkali-kali.
Kecepatannya, tidak pernah ada lawan yang
secepat ini sebelumnya. Frost membatin sembari meludahkan potongan gigi graham beserta darah
yang berkumpul di dalam mulutnya.
Status darah Frost turun Drastis menjadi
55% sedangkan Mima hanya memiliki
segaris merah pendek di ujung health bar miliknya, kemungkinan dari saat ia
menangkis serangan Es, bahkan jari-jari di tangan kiri Mima masih memiliki
jejak es.
Pikir, mengapa ia tidak menghindar, mengapa ia
lebih memilih untuk menyerang diriku dengan mengorbankan dirinya daripada
menghindar?
Secepat mungkin Frost
memutar gerakan-gerakan Mima selama ini di dalam pikirannya, dan jawabannya
keluar secara menyakitkan. Adalah kenyataan bahwa selama ini dirinya sendiri
memiliki kelemahan fatal, apalagi menghadapi musuh seperti Mima.
Mima kembali lagi
berlari ke arah Frost, Kali ini Frost sudah siap akan segala macam serangan yang
akan diterimanya.
Di tengah-tengah
berlari Mima melompat dan mengeluarkan tendangan samping, Frost berputar
menghindari serangan itu, tetapi alih-alih menebas tubuh Mima yang terbuka
Frost menangkap kaki Mima dan melemparnya menjauh.
Mima melakukan jatuh
pasif agar tidak mendapatkan kerusakan dari tanah, Frost tidak memberikan
kesempatan Mima masuk ke dalam kuda-kudanya ia langsung menebas vertikal
pedangnya ke arah tubuh Mima.
Tentu saja Mima dengan
mudah menghindari tebasan tersebut dengan kecepatannya, tetapi saat ia melompat
mundur untuk menjaga jarak, punggungnya terbentur dengan sesuatu yang dingin.
“Es?”
“Tepat sekali!”
Sebuah cincin tercipta
di tembok tesebut mengunci tubuh Mima di tempatnya, kali ini Frost yang berlari
dengan penuh emosi ke arah Mima.
Tendangan depan,
tonjokan kanan, tonjokan kanan, tonjokan kanan, tonjokan kanan, tonjokan kanan,
dan tendangan ganda hingga memecahkan tembok di belakang tubuh Mima dan
membuatnya terpental jauh.
Frost melihat ke arah
Mima, darah yang menetes dari hidung wanita itu entah mengapa menambahkan rasa
bangga kepada dada Frost.
“Kau telah mengetahui
kelemahanmu?”
“Yah terima kasih,
berkat serangan-serangamu aku mengetahui bahwa aku terlalu berpangku pada
pedang dan tidak memiliki serangan jarak sejangkauan tangan.”
“Jadi, kau menyerangku
dengan pukulan hanya untuk membuktikan itu? Bagaimana kepalanmu?”
Frost melihat ke arah
tangannya punuk-punuk jarinya melembam bahkan hingga ada yang robek dan
berdarah.
“Aku membutuhkan
tangan kiriku untuk menggengam pedang dan menjaga kekerasan es, sehingga maaf
jika aku hanya memukulmu dengan kanan saja.”
“Tidak Frost… “ Sebuah
senyum layaknya seorang kakak kelas yang bangga juniornya mengembang di wajah
Mima, “… aku kagum denganmu!”
50% dan setengah bar,
Frost memeriksa kembali statusnya dan juga musuh, seperti mimpi ia bisa berada
di sisi yang seimbang dengan seorang petarung veteran seperti Mima.
Tidak ada keraguan
lagi, Frost berlari maju untuk pertama kalinya membuka serangan, dan tak mau
kalah veteran Mima juga maju memotong jarak.
Frost menebas
menyamping, Mima malah melompat melayang di udara, saat tubuhnya benar-benar
terbalik dan berada tepat di atas Frost ia lemparkan empat buah garpu perak.
Frost menggeser
tubuhbya membiarkan keempat garpu tersebut menusuk lantai kaca.
Frost melompat maju ke
posisi dimana ia perkirakan Mima akan mendarat, dan dengan sekuat tenaga
menebaskan pedangnya menjatuh.
Tak dikira, seaakan
memiliki kekuatan hebat pada jempol kakinya Mima yang baru saja menyentuh tanah
langsung menarik dirinya berguling ke belakang.
Frost tidak
menghentikan serangannya ia membiarkan pedang itu jatuh menghantam kaca agar
Esnya bisa mengejar Mima.
Tetapi yang terjadi
benar-benar diluar perkiraan. Lantai kaca yang selama ini dianggap kuat menjadi
tempat pertarungan antara Frost dan Mima malah pecah. Kedua petarung tersebut
jatuh ke tempat gelap dan menghilang.
***
Yang dimaksud gelap di
sini adalah kekosongan. Frost tidak bisa merasakan apa-apa ia tahu tubuhnya
ada, ia sadar matanya terbuka tetapi tidak ada yang bisa ia lihat.
“Sepertinya parameter
yang satu ini adalah bug kesalahanku. Tidak seharusnya aku membuat mengisi
field lantai dengan kaca.”
Frost mendengar suara
pria yang mengeluh mengenai lokasi pertarungan.
“Si-siapa kau?”
“Eh kalian bisa
mendengarku?”
“Entah mengapa, kami
bisa” kini suara Mima yang memberikan jawaban.
“Terkutuklah Hewanurma
dan HUD implant miliknya.”
“Jelaskan padaku
tempat apa ini!?” Mima melanjutkan Interogasinya.
Frost kini menjadi
pihak yang diam, Mima adalah orang yang lebihi tepat dalam berinteraksi seperti
ini.
“Kalian berdua berada
di dalam matrix database murni, karena hitungannya kalian berdua keluar dari
arena pertarungan. Sekarang coba diam dan beri aku kesempatan untuk kalian
kembali ke labirin kaca tersebut!”
“Baik, aku mengerti
tentang tempat ini tetapi kau belum menjawab pertanyaaan dari Frost, siapa kau
sebenarnya?”
“Ibu Mima yang penuh
rasa penasaran, aku adalah hacker yang
menjadikan putaran kedua exiled realm
ini begitu moé. Mengenai namaku, sayangnya atasanku sementara ini ingin menjadi
pihak yang misterius untuk mencegah ini bocor ke Hewanurma kurang bijak bagiku
untuk memperkenalkan diri.”
“Hentikan keisenganmu
ini!”
“Tolong kembalikan
kami ke pertarungan.”
“Akan kulakukan, tapi
kumohon jangan bersuara, maestro tidak bisa diganggu saat menciptakan
mahakarya.”
“…”
“…”
Layaknya orang sopan
Mima dan Frost berhenti mengganggu sang hacker.
Tetapi…
“…”
“…”
“Aaahhhhhh… keheningan
ini menggangguku”
“Apa yang kau
inginkan? Kami bicara salah, kami diam salah!”
“Aku tidak biasa kerja
dilihatin dengan nafas dibalik bahuku!”
“KAMI TIDAK BISA
MELIHAT APA-APA!” Teriak Mima.
“Aku perlu mengganti
perhatian kalian, sebentar… semoga kalian tidak menggangguku dengan film di
dalam database yang berjudul ‘Dark &
Brooding Past’ ini!”
***
Pemandangan Frost
berubah kembali, sekali lagi indera yang berfungsi hanyalah penglihatan dan
pendengaran Frost.
“Frost?”
“iya?”
Frost menjawab
panggilan Mima yang mengecek keberadaan Frost.
“Kau juga menyaksikan ini
Frost?”
Frost mendapati
penglihatannya berada di sebuah hall ruang makan, puluhan anak-anak yang tengah
menyantapi makan siang.
“Jam makan siang di
sebuah Asrama?”
“Panti asuhan
tepatnya, Dark and Brooding Past yang
dimaksud hacker tersebut adalah masa
laluku.”
“Kau tahu tempat ini
Mima?”
“Kakak adik dimana
pandangan kita ini tengah menuju, itu adalah aku dan juga kakakku.”
Sang kakak menambahkan
lagi satu potong nugget ayam miliknya ke papan makan milik Mima.
“Makan yang banyak
Mima, Kabarnya hari ini akan ada pengadopsi yang datang, dia dari kalangan
ilmuwan kau harus terlihat segar siapa tahu kau akan diadopsi!”
Anak lelaki yang
mungkin baru berumur 10 tahun itu membiarkan anak perempuan.
“Kau berharap terlalu
banyak Jade, Pasangan kakak adik jarang dipungut karena terkadang mereka
memerlukan satu anak saja. Mereka tidak memerlukan perut ekstra untuk diisi.”
Anak lelaki yang
sepertinya sebaya dengan yang namanya Jade ini menjatuhkan harapan Jade dan
Mima kecil.
“Aku tahu hari ini,
ini adalah hari terakhirku di panti asuhan, hari dimana aku bertemu master.
Tetapi mengapa aku tidak mengingat bagaimana aku bertemu master yah?” Suara
Mima dewasa terdengar di kuping Frost. Tetapi nadanya tidak terdengar seperti
nada Mima yang penuh percaya diri.
“Anak-anak perkenalkan
[Sang ilmuwan] yang akan mengadopsi kalian yang beruntung hari ini.” sepasang
Pria dan Wanita yang baru memasuki ruang makan bersama dengan petugas panti
mengganggu keharmonisan makan siang ini.
Aneh, pada saat
mengatakan sang ilmuwan, suara dan gerak bibir petugas panti itu sangat
berbeda, seakan nama yang dimiliki sang ilmuwan itu tersensor seutuhnya.
“Kabar baiknya, ia
akan mengadopsi semua orang yang dia suka, kabar buruknya…”
“Aku sangat pemilih
dalam mencari-cari anak adopsi!”
“Beliau adalah orang
dibalik panti asuhan ini, dan kini sudah waktunya beberapa dari kalian untuk
pergi ke tempat beliau!”
Secara tiba-tiba semua
jendela yang ada di ruang makan itu segera terlapisi dengan besi.
“Salah satu caraku
memilih adalah mencari yang terbaik dalam hal fisikal di antara kalian semua,
apakah kalian tahu rata-rata manusia bisa menahan nafasnya hanya dua menit.
Tapi aku membutuhkan kalian yang bisa menggandakan angka tersebut. Jadi, sampai
jumpa dalam 5 menit kedepan.”
Para anak-anak masih
tidak mengerti apa yang terjadi, begitu sepasang ilmuwan dan juga petugas panti
keluar dari ruang makan. Dari berbagai penjuru asap warna kuning menyembul
keluar memenuhi ruangan.
Beberapa anak yang
lebih dewasa segera berlari ke arah pintu keluar hanya untuk mendapati pintu
itu terkunci. Teriakan menggema di ruang makan, beberapa anak terlihat langsung
terjatuh di tempat begitu menghirup asap kuning tersebut.
“Kak Jade aku takut”
“Mima, atur nafasmu
seperti biasa, ikuti aku, jangan panik!”
Jade, tanpa panik
segera menarik lengan adiknya, ia membawa sang adik ke satu posisi dimana belum
terasapi, karena jaraknya cukup optimal dari beberapa titik penyembur asap.
“Dengar yah Mima,
terus bernafas secara normal, kamu ingat liburan kita ke kolam renang?”
Jade memegang kedua
pipi Mima dengan tangannya, memaksakan agar pandangan Mima terkunci ke matanya
sendiri, mengurangi kepanikan sang adik.
Mima mengangguk.
“Jadi nanti pada saat
kakak memencet hidung kamu, kamu harus ikut lomba menahan nafas, yang menahan
nafas lebih lama dapat jatah Nugget seminggu dari si kalah… gimana?”
Frost mengerti apa
yang terjadi, ia tidak menyangka ada anak kecil seperti Jade yang cukup dewasa.
Ia bahkan menggunakan cara paling tepat untuk menjaga adiknya.
Saat asap itu akhirnya
memenuhi ruangan, Jade dan Mima kecil sudah masuk dalam mode menahan nafas.
Tetapi untuk memastikannya, Jade tetap menaruh telapak tangannya di atas hidung
dan mulut Mima kecil.
Tepat lima menit
berlalu, dan salah satu jendela ternyata menarik lapisan besinya.
“Mima! Ayo Lari ke
cahaya matahari itu!”
Jade segera menarik
tangan Mima untuk berlari ke arah yang dituju.
“Lari Mima, Lari!”
Jade berteriak karena
ia harus melambat menyesuaikan dengan kecepatan Mima.
Tetapi setelah
mendengar teriakan putus asa dari sang kakak, kali ini Mima kecil menaikkan
kecepatannya, ajaibnya bahkan kali ini ia yang harus melambat karena kini
tangan Mima kecillah yang menarik Jade.
Saat mereka berdua
sampai di jendela yang dimaksud, Jade segera melemparkan dirinya keluar membuat
punggungnya memecahkan jendela tersebut.
Ia terjatuh berguling
di tanah, Mima segera menyusul memanjat keluar dari tempat itu, sebelum
akhirnya jatuh pingsan di atas tubuh kakaknya.
“Selamatkan anak gadis
itu, ia mampu keluar dari ruangan asap walaupun tubuhnya kecil.”
Sang Ilmuwan menyuruh
beberapa anak buahnya menyelamatkan Mima kecil dan juga beberapa anak yang
akhirnya keluar dari jendela yang sama.
“Jadi, hari ini kita
telah menambahkan enam kandidat baru untuk projek equilibrium, sungguh hari
yang menyenangkan!”
Dan pandangan mereka
kembali menghitam.
Frost mendengarkan
bunyi sesunggukan.
“Mima, kau baik-baik
saja?”
“Frost? Terima kasih,
iya aku baik-baik saja. Kejadian tadi hanya mengingatkanku betapa aku harus
selalu berterima kasih kepada kakakku. Karena dia, aku masih hidup sampai detik
ini!”
Frost terpukau, Mima
tidak mempermasalahkan kekejian yang dilakukan oleh Sang Ilmuwan atau kelamnya
masa lalu dirinya. Ia lebih melihat ke sisi baik kakaknya yang telah menjaga
dirinya dari insiden tersebut.
Saat Frost ingin
melanjutkan pembicaraan dengan Mima, Sebuah suara kembali terdengar, kali ini
sebuah ketukan di pintu kayu.
“Jangan
kencang-kencang, kau akan membangunkan Hesinne!”
Suara bayi kecil
langsung terdengar nyaring.
“Telat Fridda, kau
telah membangunkannya.”
Akhirnya sebuah
penggambaran muncul di hadapan Frost.
Seorang wanita tengah
membukakan pintu bagi wanita lainnya, dan ada anak bayi yang tengah menangis di
dalam keranjang gubuk tersebut.
“Hesalia, kau harus
bersiap-siap. Seseorang di desa sebelah telah memanggil Iblis dan dan meratakan
desa tersebut. Kini Iblis itu tengah dalam perjalanan ke sini.”
Wanita yang dipanggil
dengan nama Hesalia itu mengambil sang bayi kecil dan menimangnya kembali.
“Berapa perkiraan
Iblis itu sampai ke Sidesnow, Fridda?”
“Sekitar satu Jam
lagi, para scout mengatakan iblis
yang dipanggil ini tidak memiliki kemampuan terbang.”
“Kau telah
memberitahukan Ice Valkyrie yang
lain?”
“Vilde yang menyuruhku
dan Ice Valkyrie lain bersiap-siap, dan
aku yang hanya pengasuh Hesinne segera ke sini untuk membantumu
bersiap-siap.”
Hesalia memberikan
bayi yang bernama Hesinne itu kepada Vilde dan segera berpindah ke ruangan
lain. Vilde sendiri melanjutkan menimang-nimang Hesinne.
“Frost kau imut sekali
saat bayi!” Komentar Mima melihat pemandangan itu.
“Aku?”
“iya, bayi yang
bernama Hesinne itu adalah kamu Frost. Beberapa kontur wajah tidak akan berubah
dari kecil hingga dewasa, dan kau harusnya tahu kemampuanku berobservasi!”
“Nama asliku adalah
Hesinne? Dan ibuku adalah Hesalia?”
“Kau tidak mengetahui
ini Frost?”
“Aku dibesarkan jauh
dari Asterian Utara, dan semua orang yang mengenalku hanyalah sebagai yatim
piatu dari Asterian Utara. Tidak ada yang tahu nama asliku dan darimana aku
berasal.”
Hesalia akhirnya
kembali dari ruangan lainya dengan berzirahkan lengkap sembari membawa tombak
lempar, dan juga sepucuk surat bersegel.
“Dan seperti biasa
Fridda…”
“Kalau kau tidak
kembali, kirimkan surat ini ke Gereja Hephaestus.”
“… Ibumu harus pergi
membunuh iblis, putriku!”
Hesalia mengecup
kening Hesinne, dan entah mengapa Frost yang melihat keadaan itu juga merasakan
kehangatan kecupan di keningnya.
“Ibu…” tanpa sadar,
Frost memanggil sang ibu dalam sedihnya.
Keaadan menjadi hening
dan Fridda telah mengembalikan Hesinne ke dalam keranjang bayinya dan mencoba
berberes-beres rumah.
Bumi bergetar sedikit
dan Fridda mendekati Hesinne untuk bersiap-siap membawanya lari keluar kalau
terjadi gempa besar.
“AKU ADALAH ABROL,
TANGAN KANAN ABADDON IBLIS YANG MENGENDALIKAN GERBANG ANTARA BUMI DAN REALITAS
YIN!”
Suara itu terdengar
dari kejauhan penuh dengan rasa mengancam.
“Iblis itu masih jauh
Frost.”
Fridda semakin resah
ia berjalan memutar mengelilingi rumah sembari tetap menimang Hesinne.
Setelah beberapa lama,
Bumi bergetar kembali, sebuah badai salju singkat terlihat melewati jendela
lalu akhirnya hening.
Hening begitu lama
sampai hingga salah satu tembok rumah kecil itu terlepas akibat hantaman
sesosok iblis.
“TI--TIDAAAAK!”
“Frost, sadar ini
hanya film, ini hanyalah visual, Iblis itu tidak bisa melukaimu!” Mima
menenangkan Frost yang tengah histeris.
Tetapi bagaimanapun,
teriakan Frost tidak berhenti.
Sosok iblis itu
berdiri sedikit melebihi dua meter, tubuhnya gemuk hitam dan kemerahan dengan
tanduk iblis dan simbol-simbol runik memenuhi tubuhnya.
“Sudah kuduga, Demigod
Hel yang satu itu memiliki keturunan. Serahkan bayi itu kepadaku!”
Teriakan Frost semakin
menjadi-jadi ia meneriakkan huruf-huruf vokal seakan Frost menjadi manusia
cacat mental setelah melihat pemandangan itu, Mima masih terus mencoba
menenangkan Frost hanya menggunakan suaranya.
“Tidak akan!” Fridda
yang tidak berkemampuan tetap berdiri tegak dan menantang Iblis itu.
Iblis itu melangkah
kedepan mencoba mengayunkan tinjunya untuk membunuh sang bayi serta
pengasuhnya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
… AAAAAA… AA AA AA ..AAAAAA” Teriakan Frost semakin menjadi-jadi. Ia tidak bisa
menutup mata atau mengalihkan pandangannya dari gambar yang ditampilkan ini.
Tetapi sosok iblis itu
terhenti saat sebuah tombak menembus dada sang Iblis lalu menariknya kembali
keluar rumah.
Hesalia menggunakan
tombak Lemparnya menjauhkan sang Iblis dari anaknya sendiri.
Suara histerik Frost
mengecil tetapi kini ia melihat sesuatu yang jauh lebih traumatik.
Ibunya, Hesalia
berdiri di atas hamparan salju masih bertarung melawan sang iblis walau zirah
birunya kini menjadi merah karena darah. Wanita itu kehilangan kaki kirinya dan
saat ini menggunakan es sebagai kaki pengganti.
Pertarungan berat sebelah
itu akhirnya berhenti dengan leher Hesalia yang tengah dicekik oleh Abrol.
Jeritan histerik Frost
kembali menjadi-jadi saat leher dan kepala Hesalia dilumatkan oleh genggaman
Abrol dan darah Hesalia terciprat ke berbagai arah.
Abrol kembali melangkah
menuju Hesinne dan Fridda, tetapi perjuangan Hesalia tidak berhenti.
Darah-darahnya itu ternyata berubah menjadi ratusan pilar Es berwarna merah,
yang kini berterbangan menembus tubuh Abrol berkali-kali.
Regenerasi tubuh Iblis
itu menjadi sia-sia saat pilar-pilar es
membuat lubang di tubuhnya lebih cepat daripada ia menyembuhkannya. Di depan
mata Fridda, Hesinna, Frost dan Mima Tubuh Abrol sepenuhnya hilang tak bersisa
ditusuk oleh ratusan pilar yang berterbangan.
Tidak ada lagi Iblis,
dan teriakan histeris Frost berubah menjadi tangisan kecil.
Saat visual dan suara
itu menghilang Frost dan Mima mendapati diri mereka kembali ke labirin cermin,
kali ini dengan lantai yang terbuat dari ubin marmer.
Frost tergeletak
dengan mata tertutup ia masih sesunggukan hebat karena ia baru saja menyaksikan
Iblis dalam jarak dekat dan juga detik-detik kematian ibunya.
“Ibu…”
Walaupun tidak
memanggil dirinya, Mima ikut sedih dengan apa yang terjadi pada Frost, ia
mendekat kepada remaja itu mendudukkannya, serta memeluknya dengan begitu erat.
Mima seumur hidup tidak memiliki sosok ibu, tetapi remaja di depannya ini baru
mengenal kembali ibunya dan harus kehilangannya lagi.
Naluri keibuan Mima
membuatnya simpati pada Frost. Ia memeluk Frost tubuh Frost masih gemetar begitu
hebat, tetapi Frost juga menyambut pelukan itu sembari tetap memanggil “Ibu…”
Kedua petarung itu
tidak bergerak cukup lama masing-masing menenangkan hati mereka.
***
“Kau sudah tenang
Frost?”
Mima Akhirnya melepas
pelukannya saat Nafas Frost sudah mulai kembali normal dan sesunggukkannya
berhenti.
“Maafkan aku Mima, aku
merepotkanmu.”
Mima bangkit berdiri
dan mengulurkan tangannya kepada Frost untuk membantu Frost berdiri.
“Bukan masalah, aku
juga memerlukan pelukan tadi.”
Frost ternyenyum menyambut
tangan Mima dan berdiri dengan bantuannya.
“Bersiaplah, kita ada
pertarungan yang perlu diselesaikan!”
Mima seakan yakin
Frost tidak akan menyerang membalikkan badan dan berjalan memberi jarak antara
mereka berdua.
Frost sendiri kembali
mengeluarkan pedang hephaestusnya dan sekali lagi ia memberikan berkat es
kepada pedangnya. Kali ini ia tidak menyebut nama Hephaestus, tetapi nama Dewi
yang dikatakan Iblis tadi sebagai identitas garis keturunan Frost, Hel Dewi
orang mati dan es dari Asterian utara.
Akses, identitas
kekuatan dari dunia Asterian akan lebih dan sangat efektif jika sang pengguna
mengenal lebih jauh sang entitas pemberi Akses, dan hanya pada tahap mengetahui
namanya saja angin yang biasanya melingkupi pedang Frost saat pemberkatan bergulung
dan meledak lebih kencang.
Frost bahkan bisa
melihat udara yang mulai mengembun di sekitar pedangnya.
“Ronde dua Mima?”
Frost masuk kembali ke kuda-kudanya.
“Ronde dua!” Mima
menarik kaki kanannya ke belakang bersiap-siap untuk berlari.
“ROUND 2! FIGHT!”
Suara berat narator
kembali mendikte jalannya pertarungan.
Mima berlari menuju
Frost dan Frost berlari menuju ke cermin di belakangnya.
“Kau tidak bisa
mengalahkan lari seorang runner, Frost!”
“Aku tidak bermaksud
mengalahkan larimu!”
Frost memasuki ruangan
baru setelah menembus cermin tersebut. Sebuah ruangan besar, bukan seperti yang
diharapkan Frost. Ia kembali berlari lagi menembus cermin lain.
Sebuah garpu melesat
dari samping Frost.
“Hendak kemana kau?”
Frost tidak menjawab
pertanyaan Mima, ia menembus sebuah cermin lagi, kali ini ia sampai ke koridor
sempit persis seperti tempat pertama kali Frost mendarat di tempat ini.
“Aku tidak ingin
berlari darimu…” Frost berhenti dan menunggu Mima memasuki Koridor ini, begitu
ia melihat sosok berjaket coklat menembus cermin. Frost menusukkan pedangnya ke
lantai Ubin, Es merambat tipis di lantai dan bahkan ke arah cermin-cermin ajaib
itu.
“… Aku hanya ingin
membawamu ke tempat ini!”
Seluruh cermin di
koridor tersebut tertutup es begitu juga dengan jalan yang seharusnya berbelok
ke tempat lain tertutup oleh tembok Es. Frost mengurung dirinya dan Mima di
sebuah koridor es.
“Melihat cara Esmu
mengembang, sangat berbeda dengan pertarungan sebelumnya.”
“Mima, aku serius
menyerahlah sebelum kau kehilangan kesadaran!”
Mima melihat
sekitarnya, ia mengerti apa yang Frost lakukan.
“Kau mengurung kita
berdua di tempat seperti ini, menurunkan suhu ruangan ini hingga aku tidak bisa
bergerak dengan cepat, sehingga aku mengalami radang beku, sehingga aku jatuh
pingsan? Dan kujamin suhu dingin tidak berefek kepadamu?”
“Entah mengapa di
tempat seperti ini, aku malah lebih segar dan Staminaku kembali!”
“Iya, bahkan health bar-mu pun bertambah.”
Frost mengalihkan
pandangannya melihat ke angka 50% yang tidak berubah sama sekali.
Sebuah hantaman tumit
mendarat di kepala besar Frost.
“Jangan pernah
melepaskan pandanganmu dari musuh!”
Frost terjatuh mundur,
tanpa sempat bangun, tiga buah garpu telah menusuk paha, perut dan dada Frost.
Frost menggulungkan
tubuhnya ke belakang, gagal karena ia melupakan bahwa kepalanya adalah bagian
tubuh terbesar yang membuatnya sulit melakukan roll.
Ia membangunkan paksa
tubuhnya ke depan, tetapi sebuah lutut kembali menghantam tepat wajahnya dan
sekali lagi ia terjatuh mundur.
Ugh, tubuh cebol ini membuatku sulit untuk
berdiri!”
Sebuah tembok es
tercipta di depan Frost, semata-mata untuk menjaga jarak dari Mima, Frost
berdiri tetapi ternyata Mima telah meruntuhkan Tembok itu hanya menggunakan
belati potong miliknya.
Frost mengingat tembok
es tersebut dan juga koridor es ini. Frost menguasai tempat ini! ia menusukkan
kembali pedangnya ke lantai es dan mengatur pergerakan es baru. Belasan pilar
es tajam bangkit di depan Mima. Kecepatannyalah yang membuat ia melompat mundur
tepat sebelum tubuhnya tertusuk pilar tersebut.
Sayangnya pilar-pilar
itu tidak hanya tercipta dari depan saja, dari berbagai sisi koridor terus
bermunculan pilar-pilar es yang mengarah ke tubuh Mima.
Beberapa dari mereka
berhasil menusuk entah paha, perut atau bahu Mima karena dari penglihatan Frost
semakin menjauh Mima Health Bar yang terbang di atas kepalanya terus berkurang.
Hingga akhirnya
Punggung mima terbentur dengan tembok es, dan barisan pilar terakhir menusuk
tulang kering kiri, panggul kanan, dada kanan dan juga bahu kirinya.
Garis hijau miliknya
sudah hampir hilang tergantikan dengan garis merah seluruhnya satu hantaman
lagi akan membuat Mima kalah dari pertarungan ini, tetapi begitu juga dengan
Frost 10% darahnya tersisa setelah dua hantaman dan juga tiga buah garpu
menusuki dirinya tadi.
“Frost menyerahlah,
sebelum aku memasukkan satu pukulan telak ke wajah besarmu!”
“Saat ini juga wajahmu
adalah wajah besar, lagipula bagaimana kau bisa sampai ke tempatku dari ratusan
pilar es buatanku ini.”
Satu gerakan, dan
keempat pilar yang menahan gerakan Mima patah begitu saja.
“Dengan berlari Frost,
lari, run, resetting attempted neurolink!”
Dan di depan mata
Frost baru kali ini ia melihatnya, seorang manusia yang seakan kebal dengan
rasa sakit, berlari menerjang ke arahnya sembari berteriak. Puluhan pilar es
menusuk tubuh Mima tetapi seperti tidak ada efeknya ia terus berlari dan
mematahkan pilar tersebut.
“Ibu apa yang harus
kulakukan?”
Di dalam pikirannya ia
teringat lagi sosok ibunya, Hesalia yang tengah berzirah lengkap dan memegang
tombak lemparnya.
Iya, tombak lempar,
itu adalah senjata utama para ice
valkyrie dan itu juga yang menyelamatkan ia dari serangan iblis pertama
Frost.
“Baiklah Hel, Dewi
Akses-ku Aku tidak tahu kekuatan seperti apalagi yang bisa kau berikan kepada
senjataku, tetapi berkatilah senjataku sama seperti kau menuntun gerakan ibu
dan saudari-saudariku!”
[2 poin skill tersedia]
[1 poin skill
diinvestasikan ke jalur pedang es]
[Bilah Es kini bisa
dilanjutkan ke Bilah yang Membeku]
Angin dingin yang
biasanya menggelung dan merubah warna bilah Frost menjadi biru, kini tidak
berhenti menggelung, angin itu terus mengitari pedang Frost hingga pada
akhirnya pedang tersebut membeku, lalu mulai menjadi sebuah pilar Es yang
sangat panjang, lebih panjang dari tinggi Frost saat ini.
Inilah yang dilakukan
ibunya, Hesalia!
Inilah yang akan
dilakukan oleh Frost, Hesinne, putri dari Hesalia, garis keturunan dari Demigod
Hel.
Frost mengubah
genggaman pedangnya, kali ini ia hanya meniatkan satu hal melempar pedang terlapisi
es itu ke arah Mima!
“Terbanglah pedangku!”
Melewati ratusan
pilar-pilar es pedang di seluruh pinggirnya, pedang es tersebut terbang menuju
Mima yang tengah berlari dengan kalapnya.
Suara hantaman besar
terdengar dari tumbukan kedua kekuatan itu. Mima yang menganggap pedang
tersebut bisa disapu begitu saja karena tengah terbang malah terbawa terbang
setelah tangan kanannya tidak bisa menyapu benda tersebut.
Ia terjatuh, pedang Es
itu menancapkan dirinya begitu dalam ke dada Mima dan juga lantai dimana Mima
terbaring.
Frost menyaksikan health bar Mima menghilang.
“Mima, kau jangan
mati!” Frost segera berlari ke arah Mima, seluruh pilar es yang menghalangi
mereka berdua menghilang.
“Gadis kurang ajar,
jangan menyumpahiku mati jika aku masih sehat begini!” marah mima tetapi
membatukkan darah setelah mengatakan kalimat tersebut.
“Sebentar lagi kita
akan disembuhkan oleh para pelayan bawahan Anastasia, kemarikan wajahmu Frost!”
Frost mendekat kepada
Mima yang tergeletak dan berlutut di sampingnya.
“Frost aku seorang
ibu, ada yang ingin kusampaikan kepadamu yang mungkin tidak sempat disampaikan
oleh Hesalia. Kau adalah wanita yang kuat Frost, kemampuanmu bertumbuh dan beradaptasi
membuatku sangat menikmati pertarungan ini. Aku mungkin tidak mengenal ibumu, tetapi
jika kau adalah putriku, sumpah aku akan bangga setengah mati memiliki anak
sepertimu!”
Frost tersenyum di
akhir pertarungannya wanita yang satu ini masih memikirkan Frost, dan juga
pengalaman pahit yang baru saja menimpa Frost.
“Terima kasih Mima, terima
kasih”
Frost meneteskan air
mata harunya, ke tangan mima yang tengah menggenggam pipi besarnya.
Bersamaan dengan itu
tubuh mereka berdua terpixelisasi dan menghilang dari matrix database ini.
***
Frost kembali
mendapati dirinya berada di Bar, di sampingnya Mima berdiri sehat tanpa kurang
satu apapun. Bahkan tubuh mereka berdua kembali menjadi normal seutuhnya.
“Sekarang Frost, aku
undur diri aku harus berbicara dengan kedua anakku karena pertarungan tadi
membuatku jadi rindu kepada mereka.”
Frost mengangguk dan
melambaikan tangan saat Mima berjalan ke salah satu sudut tersepi bar sembari
mengeluarkan alat aneh dari kantong jaketnya.
“Kak Frost, selamat
atas kemenangan babak keduanya!”
Suara itu dan
penampilan itu, Momo adalah pelayan khusus yang memberikan alat penglihatan
tambahan di babak penyisihan, serta pelayan yang memandunya dalam babak
pertama.
“Silakan beristirahat
kak Frost, Momo akan ambilkan susu kocok bluberri ke sofa kak Frost!”
“Sebenarnya, aku tidak
ingin ke sofa, apakah di dekat sini ada perpustakaan?”
“Bar ini terletak di sayap
kanan lantai dasar istana Tamon, sedangkan perpustakan istana terletak di
lantai tiga tepat dua lantai di atas Bar, Kak Frost bisa kesana karena
perpustakaan juga merupakan area pengunjung, Momo akan menemani kak Frost untuk
jaga-jaga seandainya ada panggilan babak ketiga.”
Dengan ayunan
tangannya Momo memandu jalan Frost ke arah perpustakaan.
Sepanjang perjalanan
menuju ke perpustakaan Frost kembali memeriksa sebuah peringatan dari
penglihatan tambahannya. Sekali lagi ia mendapatkan sebuah barang dalam “kotak surat”-nya.
► [R3 Loot: Housewife
Complete Silverware]
[Selusin perangkat alat makan ini memang
terbuat dari perak yang lemah, tetapi entah mengapa benda ini sangat efektif
dalam menembus daging?]
Ia tersenyum, jadi
entah bagaimana caranya kini Frost juga memiliki alat yang sama dengan garpu
Mima yang entah mengapa bisa terus menancap di tubuhnya.
“Momo, kau bisa
jelaskan mengenai skill poin yang membuatku mendapat kemampuan baru?”
Ditanya seperti itu,
Momo terlihat girang dalam menemani perjalanan Frost ke perpustakaan.
“Poin Kemampuan adalah
hadiah yang diberikan Tamon Ruu dan juga Hewanurma kepada setiap petarung yang
sudah menyelesaikan rondenya. Poin itu dapat dipakai untuk meningkatkan
kemampuan yang dimiliki petarung atau menambahkan kemampuan baru.”
“Bagaimana cara aku
menggunakannya?”
“Nah itu kak,
permasalahnnya adalah setiap petarung memiliki kemampuan yang beragam dan tingkat
kesadaran mereka akan kemampuannya sendiri berbeda-beda. Sehingga hal seperti
itu yang tahu hanyalah sang petarungnya sendiri!”
Frost mencoba
mengingat ulang, apa yang membuat Bilah Es miliknya bisa berkembang menjadi
Bilah yang Membeku, ia berharap juga bisa mengembangkan kemampuan Bilah
Perlambatan miliknya.
“Kita sudah sampai ke
perpustakaan, apa yang Kak Frost ingin cari?”
“Segala hal mengenai
Hel dan juga Valkyrie Es!”
-= End of Round 2 =-
Oh, Frost ini termasuk daftar bacaku. Dan inilah kesan yang kudapat selesai membaca:
ReplyDelete-Pembukaannya cukup serius, dan dari sana sempat kukira setelahnya akan ada pembahasan lebih mendalam tentang topik tersebut. Tapi ternyata tidak?
-Sungguh aku senang dengan penggambaran masa lalu baik Frost maupun Mima. Frost yang dramatik dan Mima yang keren (yah begitulah aku menyebutnya).
-Mode chibi terasa sekali dampaknya di sini.
-Aku juga tersentuh sewaktu ada drama antara Mima dan Frost. Ah, ini kesukaanku maupun Pengarang.
-Pertarungannya nyaman diikuti. Tapi kadang membingungkan sampai harus dibaca beberapa kali untuk tahu mereka sedang melakukan gerakan apa.
Ah, jadi dengan senang hati kutitip 9 untuk Frost.
-Ahran-
Pembukaanya serius?
Deleteberarti harusnya nada bacanya dan juga naratornya harusnya becanda...
karena pembukaannya saya ngejek Agama vs Sains loh.
makasih udah baca sampai detil. emang di otak saya, saya membayangkan 2 cebol berantem dengan tangan bulat. heheh
makasih sekali lagi
Maksudnya yg paragraf" awal aja. Menurut saya serius itu .... Dan perasaan tangannya gak bulat deh (pada punya jari, bukan?)
Deletedibayangan saya...
Deletekaya tiny finggernya ini
http://orig05.deviantart.net/8370/f/2009/052/1/c/chibi_hand_guide_by_lilblkrose.jpg
Mungkin karena sejarah panjang kita dari BoR pertama, liat tulisanmu di entri ini berasa a pleasant surprise
ReplyDeleteOke, nilai minusnya jelas di struktur kalimat yang kadang aneh atau kaku, tapi di luar itu entah kenapa saya seneng banget ngeliat eksplorasinya Frost sama Mima, sekalipun mereka begitu setara sampe kerasa Frost bukan tokoh utama. Vibe-nya Frost-Mima mungkin bisa disamain kayak Dyna-Ronnie, tapi lebih kompetitif
Penyajian flashbacknya juga bagus, ga berkesan ngedikte karena emang kita diposisiin penonton film, dan koreografinya renyah, saya bisa nangkep flow battlenya kayak gimana
Oh, satu minus lagi mungkin karena entri ini ga dikasih jeda part" gitu, jadi susah cari checkpoint kalo mau di-pause
Dari saya 9
[OC : Dyna Might]
Fatanir - Po
ReplyDeleteyg kerasa dari entri ini adalah penggunaan settingnya niat. Flashbacknya bagus dan menggambarkan kanon dgn kuat. Pertarungannya pun jelas, bikin aku jd pengen tau masalah akses.
Yg negatifnya adalah kalimat dan narasinya masih suka kurang nyambung dgn dialog, kyk teriakan aaah milik Frost saat flesbek nggak sinkron sama deskripsi stresnya Frost, ada narasi bahwa Frost atau Mima sedih atau marah tapi dialognya nggak nunjukin emosi itu. Interaksi antar karakter jg kerasa mendadak, baru ketemu tapi Frost udah bisa nyebut Mima sbagai ninja dapur seolah2 udah kenal lama sebagai rival, Mima jg menanggapi dgn cara yg sama. Meski tentu stlh ada pemicu alur berupa flashback, interaksi yg deket ini lebih wajar terjadi
Nilai 8