27.7.15

[ROUND 2 - LEVEL 1] FROST - MEMORI YANG PERNAH MEMBEKU

[Round 2 – Level  1] Frost – Memori  Yang Membeku.

Ratusan dunia yang ada, yang pernah ada dan yang akan ada tercipta oleh karena satu hal, hal yang dikenal sebagai Phlebotinum ini bervariasi dan berbeda-beda sesuai dunianya. Dunia yang tercipta oleh karena ledakan sains dimana menghasilkan waktu dan ruang, Phebotinumnya adalah [Matematika] dan dunia dimana diciptakan oleh Orang yang menamakan dirinya YHWH, Phlebotinumnya adalah [Firman] atau [Perkataan]. Sedangkan Asteria, Dunia di mana Frost berasal sebelum memasuki Alforea adalah [Akses] dan Alforea sendiri memiliki [Data].

Akses sendiri adalah hal yang menjadikan manusia bisa meminjam kekuatan para Dewa/Iblis, Dewa/Iblis yang juga ber-Akses kepada kepada kekuatan bernama Yang/Yin. Setiap manusia di Asterian bisa mengabdikan dirinya kepada sang Dewa/Iblis dan mendapatkan kekuatannya.

Sayangnya, Frost yang dibesarkan untuk mengabdi kepada Hephaestus ternyata tidak bisa meng-Akses sang Hephaestus. Sampai detik ini, ia hanya mengetahui kalau Aksesnya berasal dari sosok Dewata Asterian Utara yang berfokus kepada es dan juga waktu.

Dan di Ronde dua Battle of Realms V: Exiled Realms of Alforea ini Frost mengenalinya, mengenali siapa yang menjadi Dewa Akses miliknya.

***

Di satu sudut Bar Alforea, di sofa yang sepi itu Frost masih saja duduk sendiri, ia tidak ingin berkenalan ataupun masuk ke dalam beberapa kelompok obrol yang bersekte di lantai bar. Di pikirannya saat ini hanyalah sebuah angan.

Tempat seperti apa yang akan didatangi dalam ronde kedua turnamen ini?

Ia menikmati luas dan keringnya padang batu di babak penyisihan, ia menikmati sejuk dan rindangnya hutan di babak pertama. Tentu saja adrenalin di dalam otaknya mengharapkan hal yang menarik hadir juga di babak kedua.

Sekali lagi ia menyesap habis bluberi milkshake kesukaannya sembari menantikan pengumuman yang akan dibacakan Anastasia.

Di antara puluhan pelayan yang hilir mudik melayani permintaan para petarung hanya Anastasia yang berdiri tegak dan melihat seisi ruangan. Air muka pelayan itu serasa cemas dan ia bahkan menggigit bibir bawahnya seakan ada sesuatu yang ingin diungkapkan.

Ketenangan Frost di dalam riuh bar terganggu saat sebuah gempa besar terjadi.

“Semuanya diharap tenang, Bencana alam ini hanyalah efek samping dari kerjaan Hewanurma, saat ini beliau tengah menyusun ulang Data untuk ronde kedua kalian, terdapat kesalahan teknis yang menyebabkan guncangan ini.”

Tetapi apa yang diungkapkan Anastasia menjadi sia-sia saat satu demi satu peserta yang hadir menjadi pecah. Serius satu dfemi satu dari mereka pecah menjadii persegi-perssegi kecil yang berwarna-warni.

pixel breakdown”

Frost juga menjadi panik saat pandangannya memburam, ia juga menyaksikan seluruh jari tangannya terurai menjadi persegi-persegi dengan warna kulit. Sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran.

***

Saat Frost membuka matanya ia mendapati dirinya berdiri di ruangan hitam. Di hadapannya terdapat sesosok wanita yang memiliki porsi tubuh aneh, persis seperti RNG-Sama. Ukuran kepala sama dengan setengah dari ukuran leher sampai kaki. Ia bahkan yakin wanita itu tidak bisa menyentuh telinga kanan dengan tangan kiri.

“Hiiii lucuuunyaaa!” secara reaktif kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Frost.

“Kau yang lucu!” wanita itu berteriak kencang tidak menerima kalau dirinya telah menjadi imut.

Menyadari reaksi tersebut, Frost segera mencoba apa yang sempat terlintas di pikirannya, ia mengangkat tangan kanannya mencoba meraih telinga kiri. Jangkauan lengannya hanya sampai ke pipi kiri.

“Apa-apaan ini?”

“Sepertinya ada sesuatu yang salah dengan Alforea hingga kita menjadi makhluk kecil seperti ini.”

Wanita yang menurut penglihatan tambahan Frost bernama Mima itu terus menerus memeriksa keberadaan dirinya dan mencoba menggerakkan seluruh bagian tubuhnya.

Bagaimana ia bisa tenang di tengah kebingunan seperti ini?

Sedangkan Frost ia mencoba untuk meraih pedang panjangnya yang tersampir di pinggang. Secara proporsi pedang tersebut tidak berubah, tetapi kalau secara matematika, tentu saja pedang tersebut menjadi sangat pendek.

Penglihatan tambahan Frost statik untuk sepersekian detik lalu kuping kirinya mendengar suara yang terputus-putus.

Halo, halo disini Momo, anak buah Anastasia, apakah kakak Frost dan Nyonya Shiki bisa mendengar panggilan ini?”

Sebuah suara kecil terdengar dari alat khusus yang dibagikan oleh pelayan sejak babak penyisihan kemarin.

“Matrix database kami baru saja mengalami glitch yang membuat ronde kedua turnamen ini dimulai secara prematur.  Atas kesalahan ini, kami mengharapkan agar peserta pertarungan terutama di babak ini yaitu Nona Frost dan Nyonya Shiki untuk menghentikan pertarungan.”

“Caranya bagaimana?” Mima ternyata juga mendengar panggilan tersebut, dan kini ia berbicara sembari memegang kuping kirinya juga.

Sebentar lagi kalian akan mendapatkan surat yang menjelaskan tentang pertarungan ini, saya hanya mengharapkan agar salah satu dari kalian segera menyerah agar bisa dikembalikan ke bar dan menunggu pegelaran ronde yang lebih stabil”

Tepat setelah kalimat itu berakhir di depan Frost tercipta sebuah kertas cahaya yang melayang begitu saja.

[Tekan di sini untuk membuka]

Saat frost menekankan jari kecilnya ke kertas cahaya tersebut. Kertas cahaya itu seakan membuka lipatannya.

[Yang ada di hadapanmu adalah lawanmu]
[Kalahkan hingga bar tidak tersisa]

Seakan tanpa perlu bertanya mengenai apa itu bar. Sebuah suara “tuing” dan juga garis panjang berwarna hijau hadir di atas kepala Mima.

Frost mengangkat kepala dan mencoba mencari miliknya, tetapi ia tidak bisa melihat apa-apa. tetapi ia bisa melihat angka 100% di sudut kanan bawah mata kirinya

“Kau juga punya, nona Frost!”

“Sepertinya kita tidak bisa melihat bar miliki kita sendiri.”

jadi, segeralah menyerah salah satu dari kalian dan segera kembali ke bar sementara ini!”

“Itu semua tergantung nona Frost. Karena seorang Shiki…” Mima mengeluarkan sebuah belati kecil dari balik jaketnya, “… tidak mengenal kata menyerah.”

Wanita itu tersenyum penuh dengan rasa sombong.

“Kalau begitu…” Frost memegang pedang panjangnya dengan dua tangan mengambil kuda-kuda bertarung, “… mari kita jadikan ini ronde yang resmi, kau tidak masalah kan Momo?”

Boss Anastasia dan Hewanurma tidak akan suka dengan hal seperti ini. tetapi beberapa petarung lain juga mengambil keputusan yang sama… jadi terserahlah!

“CHOOSE YOUR STAGE!”

Sebuah suara rendah pria berkumandang entah dari mana. Lalu di antara Mima dan Frost terdapat sebuah layar yang menampilkan tempat-tempat yang menarik.

Teriak berhenti di tempat yang kalian anggap cocok!” jelas momo.

“Berhenti!” Mima berbicara sedikit lebih cepat daripada yang diinginkan Frost.

Layar yang berganti-ganti tadi akhirnya berhenti di sebuah pemandangan yang tampak seperti tenda besar. Tenda yang biasanya berada sebagai atraksi utama dari sirkus keliling.

“BEAT EM UP GUYS, GO FOR BROKE!!!!”

Si Hackernya pikir BoR ini Street Fighter Alpha 3 sepertinya. Ah sial masih kepencet komunikasi” Suara statis mengakhiri pesan dari Momo untuk para petarung.

Jarak antara Frost dan Mima bertambah jauh, lalu dari segala penjuru tembok-tembok seperti cermin masuk menempati sekeliling Frost. Hingga semua berhenti bergerak.

“Dimanakah ini?”

“Sepertinya kita ditempatkan di sebuah labirin cermin, sebuah wahana yang biasanya ada di tempat festival!” suara Mima terdengar jelas dari alat komunikasi di kuping Frost tersebut.

“Loh, kita bukannya lawan? Kenapa masih disambungkan komunikasinya?”

“Kurasa ini gara-gara matrix glitch yang disebutkan oleh Momo tadi.”

Jadi berpikir sembari berbisik adalah sebuah kesalahan di sini?”

Tentu tidak kalau memang hobimu seperti itu, itu akan sangat membantu bagiku Frost.”

 Frost dan Mima tertawa renyah, akhirnya peserta pertama yang memiliki cara berpikir normal dan tentu saja wanita. Frost sangat lega pada ronde ini ia tidak perlu melakukan kontak berlebih terhadap para pria.

“Ah iya, seperti kau sudah memutuskan untuk menghilangkan embel-embel nona, jadi bagaimana kalau aku juga memanggilmu Mima?”

Kalau itu meringankanmu tidak masalah…” suaranya terhenti sesaat, “… Frost, kau dapat melihat dirimu?”

Pertanyaan itu keluar begitu saja, dan Frost menyadari satu hal begitu mendengar pertanyaan tersebut.

“Cermin-cermin di sini, tidak memantulkan bayangan kita secara lurus?”

Di sebelah kanan dan kirinya Frost tentu saja dapat melihat cermin, tetapi tidak ada pantulan tubuhnya. Justru hanya segelintir seksi dari cermin yang memantulkan tubuh cebol Frost saat ini.

“Cara kerja cermin di tempat ini, membuatku pusing!” Frost harus mengerjapkan matanya saat ini untuk kembali mendapatkan kesadaran.

Tapi setidaknya aku mengerti, ada hal yang ingin kucoba!”

“AWWWW!?”

Tepat setelah kalimat itu Mima selesai sebuah garpu mendarat dan menancap di bahu kanan belakang Frost.

Ia melihat Mima tapi hanya berupa sebuah pantulan yang berada di balik cermin dan sesaat setelahnya Mima pun berlari menghilang keluar dari seksi cermin tersebut.

“Tadi itu seranganmu Mima?”

Tidak ada jawaban dari pertanyaan Frost. Lawan bicaranya tiba-tiba terdiam.

Frost mencabut garpu tersebut dari bahunya, saat ia mencabut dengan sekuat tenaga puncak kesakitan pun segera melanda, reflek Frost melepaskan pegangannya atas garpu tersebut.

Garpu itu terpelanting jatuh, anehnya setelah terpental balik garpu tersebut masuk begitu saja ke salah satu cermin yang menjadi tembok koridor.

“Eh?”

Frost meyakinkan diri bahwa ia tidak salah, ia mencoba meluruskan lengannya ke salah satu cermin yang paling dekat dengannya.

Tidak ada benda padat yang menghalangi lengannya, tangannya tembus begitu saja ke dalam cermin tersebut.

“AWW!”

Sekali lagi sebuah garpu mendarat di bagian tubuhnya, kali ini paha kirinya bagian belakang.

“Hentikan dasar ninja dapur!?”

“hahahahahahahahahaasuara tertawa itu keluar dari koridor yang sama dengan koridor Frost, saat Frost melihat ke arah tertawa tersebut  Mima yang bukan pantulan cermin tertawa dan berlari memasuki sebuah cermin.

“Itu, dalam medan pertarungan aku dihujat oleh berbagai macam hujatan, tapi baru kali ini aku mendengar seseorang menyebutku ‘ninja dapur’” dan suara Mima melanjutkan lagi tertawanya.

Frost segera memasuki cermin di depannya, jika ia tidak bergerak serangan Mima akan kembali lagi.

Frost mendapati dirinya berada di di koridor labirin cermin lainnya, memandangi sekitar ia menemukan sosok punggung cebol seorang wanita.

Mungkin ini yang bisa dilakukan?

Tanpa pikir panjang, Frost segera menerobos cermin tersebut dan menebaskan pedangnya ke arah Mima tepat setelah ia menembus cermin.

Bukan darah dan luka yang menyambut Frost melainkan sebuah dentingan peraduan antara dua buah bilah di tengah-tengah Frost dan Mima.

Tendangan dari kaki pendek Mima membuat Frost terpental mundur dan mendarat sembari meluncur di atas permukaan tanah yang terbuat dari kaca juga.

“Menarik, kemampuan Mima adalah bisa melihat dari belakang?”

“Bukan Frost  itu bukan kemampuanku, itu hanyalah kuda-kuda Equilibrium dasar!”

Frost berdiri dan kembali membuka kuda-kudanya.

“Dengan membawa pisau ACE-ku di depan mata seperti ini…” Mima memperlihatkan kuda-kudanya, tangan kanan yang memegang pisau ACE yang mengarah ke luar ditaruh sejajar dengan dagunya, dan tangan kirinya berada lebih rendah, “Pantulan mata pisauku bisa digunakan untuk melihat belakangku.”

Sebuah pelajaran berharga bagi Frost, ia melihat ke arah pedang panjangnya dan memperhatikan bilah pedang tersebut. Percuma, pedang buatan gereja Hephaestus memiliki kilau kemerahan yang membuat senjata mereka sulit melihat pantulan.

“Terima kasih Mima, setidaknya aku tahu sesuatu menyerangmu dari belakang adalah hal sia-sia bukan?”

Mima mengangguk.

Anggukan itu mengartikan percuma bermain trik dengan wanita ini, yang bisa Frost lakukan saat ini adalah melawannya langsung. Penyandang pedang melawan penyandang belati.

Frost menerjang menuju Mima, tetapi bahkan sebelum Frost masuk ke jarak serang idealnya, Mima telah menerjang dengan kecepatan yang lebih gila lagi.

Sebuah telapak mendarat di dagu Frost, ia berjengit ke atas sebagai reaksi serangan tersebut. Saat Frost kembali memaksakan pandangannya ke bawah ia melihat Mima tengah bergulung di udara. Melintangkan pedang seadanya Frost berhasil menahan tebasan belati yang baru saja lewat, tetapi ia tidak bisa menghindari tendangan kaki kanan yang menyusuli tebasan tersebut.

“Cepat!”

Kecepatan Mima melebihi Haru, Kawanagi, ataupun Aragon orang-orang yang baginya sudah termasuk lincah dalam gaya bertarung.

“Frost keluarkan kemampuan sihirmu, gerakanmu terlalu lambat jika kau ingin berduel pertarungan dekat denganku!”

“Kau mengetahui kemampuanku?”

“Yah, aku berbagi Ronde pertama dengan Mang Ujang dan setelahnya, di Bar ia menceritakan tentang salah satu kawannya yang cukup piawai dalam bertarung, yaitu kau. Aneh rasanya jika kau hanya sangat kuat di dalam kisahnya saja!”

Tanpa ada emosi yang kuat, Frost tidak bisa memberkati pedangnya secara instan seperti yang terjadi saat melawan Ying Go, Jadi kali ini ia kembali membacakan berkat api Hephaestus ke dalam belatinya hanya untuk menambahkan kekuatan es kedalam pedang tersebut.

Warna kilau pedang tersebut yang sebelumnya merah kini menjadi biru terang.

“Majulah Mima!” seakan memiliki tingkat kepercayaan diri yang baru dan penuh, Frost menantang Mima untuk bergerak.

Frost memang sedikit payah jika ia yang memulai serangan, dikarenakan gerakan ia tidak secepat gerakkan petarung seharusnya. Menurut kepala Gereja, itu terjadi karena Akses sesungguhnya dari Frost bukanlah Hephaestus. Sehingga berkat penguasaan bilah tidak pernah efektif di dalam pergerakan Frost.

Kali ini Mima yang memulai serangan, dengan sekejap mata sosok tubuh cebol mima segera berubah menjadi sekelebat bayangan.

Frost bereaksi dengan menghantamkan pedangnya ke lantai kaca, tembok es menyeruak dan melebar menutupi lebar koridor untuk menghentikan laju Mima.

Tentu saja dengan mudah Mima hanya tinggal melompati tembok es tersebut, tetapi Frost yang sudah mengetahui gerakan Mima selanjutnya tengah menunggu.

Begitu sekelebatan coklat muda muncul dibalik tembok es, Frost mengitari lantai kaca dengan mata pedangnya lalu mengungkin ke atas pedangnya. Sebuah pilar es tajam bangkit meluncur ke arah Mima.

Seakan sudah mengetahui niat Frost, Mima tidak menghindari pilar tersebut, dengan tangannya ia justru berpilin di pilar tersebut, meluncur turun sembari menyarangkan tendangan ganda ke arah Frost.

Frost terpental masuk ke dalam cermin dan kini mendapati dirinya berada di ruangan bundar dipenuhi cermin.

Dada dan rahang Frost masih terasa sakit dari tendangan ganda Mima, dengan perlahan ia bangkit sembari mencoba untuk tidak menggerakkan kedua tempat yang sakit itu.

Sepatu hitam keluar dari cermin yang sama tempat Frost berasal. Mima dengan santainya melangkah lambat memasuki ruangan bertarung yang baru tersebut.

“Menarik melihat kemampuanmu Frost.”

Tanpa disadari Frost ia melangkah mundur perlahan juga, sosok wanita itu terlihat begitu mengintimidasi.

“Katakan, bagaimana kau mengatur bentuk esmu, Frost? Imaginasi atau sesuai benturan pedang?”

Frost tidak pernah berpikir jauh mengenai hal itu, ia hanya tahu begitu berbenturan dengan benda lain detik itu juga Frost bisa membayangkan bentuk yang ia inginkan tercipta tetapi  tidak selalu persis dengan yang ia inginkan.

“Wajah itu… kau sendiri tidak tahu?”

Gawat, wanita itu baru saja mengetahui isi pikiran Frost hanya dengan membaca wajah?

“Kau masih perlu belajar banyak tentang kemampuanmu, Frost!”

Di akhir kalimat itu Mima mulai berlari lagi ke arah Frost, menyadari datangnya musuh Frost kali ini mengubah strateginya ia tidak ingin membuat es yang statis.

Frost juga ikut menerjang maju, saat mima masuk ke dalam jangkauanya, Frost menebaskan pedang menukik.

Seakan sudah mengetahui gerakan Frost Mima hanya memiringkan tubuhnya untuk menghindar secukupnya, dimana pedang Frost hanya melewati tubuh Mima dengan jarak satu inci.
Frost tidak menghentikan ayunannya, bahkan saat di ujung matanya ia tahu Mima tengah mencoba menebaskan pisau belatinya.

Trang!

Bilah Frost menghantam tanah, garis es melebar memutar, tetapi entah karena indra pendengaran Mima yang tajam atau instingnya, Mima telah melompat mundur menghindar dari tembok Es melingkar yang melindungi Frost.

Tidak hanya tembok melingkar, tetapi juga jejak es pendek yang mengikuti dia berhenti pada jarak tiga meter.

“Jadi… esmu itu terbentuk dari instingmu? Dan juga memiliki batas kembangnya sesuai dengan hantaman benturan?”

Wanita ini? ia bisa mengetahui cara kerja es Frost hanya dengan melihat tiga kali gaya bertarung Frost.

“Frost, dengarkan aku…” Mima menarik nafas panjang, “… kau masih hijau dalam pertarungan sesungguhnya dan aku telah menstrategikan banyak cara mengalahkanmu. Menyerahlah sekarang sebelum kau benar-benar babak belur kuhajar habis-habisan.”

Tidak ada keraguan dari kata-kata itu, dari antarmuka yang dimiliki oleh Frost, baris darah  Mima masi penuh, sedangkan tulisan darah milik Frost di sudut kanan bawah adalah 90% Tendangan ganda yang pertama telah memakan 10%  pertahanannya.

“Ke--keputusanku tidak berubah, aku akan tetap bertarung sampai akhir!”

“Aku minta maaf Frost, aku tidak akan menggunakan pisauku, Tetapi itu berarti ini akan sangat menyakitkan untukmu!”

Kali ini Mima berlari lagi kecepatannya sungguh berbeda dengan kedua serangan awal, Frost bahkan hanya melihat sekelebatan gerakan Mima sebelum sebuah lutut masuk ke perutnya.

Frost terdorong mundur selangkah, tetapi dengan sigap menebaskan pedang naik, tetapi sebuah garpu menahan gerakan pedang itu, garpu yang kini tengah membeku justru masuk menancap ke bahu kanan Frost kembali.

Sikut kanan, backhand kiri, gelungan loncatan dan tendangan kaki kiri menghantam pipi kiri Frost berkali-kali.

Kecepatannya, tidak pernah ada lawan yang secepat ini sebelumnya. Frost membatin sembari meludahkan potongan gigi graham beserta darah yang berkumpul di dalam mulutnya.

Status darah Frost turun Drastis menjadi 55%  sedangkan Mima hanya memiliki segaris merah pendek di ujung health bar miliknya, kemungkinan dari saat ia menangkis serangan Es, bahkan jari-jari di tangan kiri Mima masih memiliki jejak es.

Pikir, mengapa ia tidak menghindar, mengapa ia lebih memilih untuk menyerang diriku dengan mengorbankan dirinya daripada menghindar?

Secepat mungkin Frost memutar gerakan-gerakan Mima selama ini di dalam pikirannya, dan jawabannya keluar secara menyakitkan. Adalah kenyataan bahwa selama ini dirinya sendiri memiliki kelemahan fatal, apalagi menghadapi musuh seperti Mima.

Mima kembali lagi berlari ke arah Frost, Kali ini Frost sudah siap akan segala macam serangan yang akan diterimanya.

Di tengah-tengah berlari Mima melompat dan mengeluarkan tendangan samping, Frost berputar menghindari serangan itu, tetapi alih-alih menebas tubuh Mima yang terbuka Frost menangkap kaki Mima dan melemparnya menjauh.

Mima melakukan jatuh pasif agar tidak mendapatkan kerusakan dari tanah, Frost tidak memberikan kesempatan Mima masuk ke dalam kuda-kudanya ia langsung menebas vertikal pedangnya ke arah tubuh Mima.

Tentu saja Mima dengan mudah menghindari tebasan tersebut dengan kecepatannya, tetapi saat ia melompat mundur untuk menjaga jarak, punggungnya terbentur dengan sesuatu yang dingin.

“Es?”

“Tepat sekali!”

Sebuah cincin tercipta di tembok tesebut mengunci tubuh Mima di tempatnya, kali ini Frost yang berlari dengan penuh emosi ke arah Mima.

Tendangan depan, tonjokan kanan, tonjokan kanan, tonjokan kanan, tonjokan kanan, tonjokan kanan, dan tendangan ganda hingga memecahkan tembok di belakang tubuh Mima dan membuatnya terpental jauh.

Frost melihat ke arah Mima, darah yang menetes dari hidung wanita itu entah mengapa menambahkan rasa bangga kepada dada Frost.

“Kau telah mengetahui kelemahanmu?”

“Yah terima kasih, berkat serangan-serangamu aku mengetahui bahwa aku terlalu berpangku pada pedang dan tidak memiliki serangan jarak sejangkauan tangan.”

“Jadi, kau menyerangku dengan pukulan hanya untuk membuktikan itu? Bagaimana kepalanmu?”

Frost melihat ke arah tangannya punuk-punuk jarinya melembam bahkan hingga ada yang robek dan berdarah.

“Aku membutuhkan tangan kiriku untuk menggengam pedang dan menjaga kekerasan es, sehingga maaf jika aku hanya memukulmu dengan kanan saja.”

“Tidak Frost… “ Sebuah senyum layaknya seorang kakak kelas yang bangga juniornya mengembang di wajah Mima, “… aku kagum denganmu!”

50% dan setengah bar, Frost memeriksa kembali statusnya dan juga musuh, seperti mimpi ia bisa berada di sisi yang seimbang dengan seorang petarung veteran seperti Mima.

Tidak ada keraguan lagi, Frost berlari maju untuk pertama kalinya membuka serangan, dan tak mau kalah veteran Mima juga maju memotong jarak.

Frost menebas menyamping, Mima malah melompat melayang di udara, saat tubuhnya benar-benar terbalik dan berada tepat di atas Frost ia lemparkan empat buah garpu perak.

Frost menggeser tubuhbya membiarkan keempat garpu tersebut menusuk lantai kaca.

Frost melompat maju ke posisi dimana ia perkirakan Mima akan mendarat, dan dengan sekuat tenaga menebaskan pedangnya menjatuh.

Tak dikira, seaakan memiliki kekuatan hebat pada jempol kakinya Mima yang baru saja menyentuh tanah langsung menarik dirinya berguling ke belakang.

Frost tidak menghentikan serangannya ia membiarkan pedang itu jatuh menghantam kaca agar Esnya bisa mengejar Mima.

Tetapi yang terjadi benar-benar diluar perkiraan. Lantai kaca yang selama ini dianggap kuat menjadi tempat pertarungan antara Frost dan Mima malah pecah. Kedua petarung tersebut jatuh ke tempat gelap dan menghilang.

***

Yang dimaksud gelap di sini adalah kekosongan. Frost tidak bisa merasakan apa-apa ia tahu tubuhnya ada, ia sadar matanya terbuka tetapi tidak ada yang bisa ia lihat.

“Sepertinya parameter yang satu ini adalah bug kesalahanku. Tidak seharusnya aku membuat mengisi field lantai dengan kaca.”

Frost mendengar suara pria yang mengeluh mengenai lokasi pertarungan.

“Si-siapa kau?”

“Eh kalian bisa mendengarku?”

“Entah mengapa, kami bisa” kini suara Mima yang memberikan jawaban.

“Terkutuklah Hewanurma dan HUD implant miliknya.”

“Jelaskan padaku tempat apa ini!?” Mima melanjutkan Interogasinya.

Frost kini menjadi pihak yang diam, Mima adalah orang yang lebihi tepat dalam berinteraksi seperti ini.

“Kalian berdua berada di dalam matrix database murni, karena hitungannya kalian berdua keluar dari arena pertarungan. Sekarang coba diam dan beri aku kesempatan untuk kalian kembali ke labirin kaca tersebut!”

“Baik, aku mengerti tentang tempat ini tetapi kau belum menjawab pertanyaaan dari Frost, siapa kau sebenarnya?”

“Ibu Mima yang penuh rasa penasaran, aku adalah hacker yang menjadikan putaran kedua exiled realm ini begitu moé. Mengenai namaku, sayangnya atasanku sementara ini ingin menjadi pihak yang misterius untuk mencegah ini bocor ke Hewanurma kurang bijak bagiku untuk memperkenalkan diri.”

“Hentikan keisenganmu ini!”
“Tolong kembalikan kami ke pertarungan.”

“Akan kulakukan, tapi kumohon jangan bersuara, maestro tidak bisa diganggu saat menciptakan mahakarya.”

“…”
“…”

Layaknya orang sopan Mima dan Frost berhenti mengganggu sang hacker. Tetapi…

“…”
“…”
“Aaahhhhhh… keheningan ini menggangguku”

“Apa yang kau inginkan? Kami bicara salah, kami diam salah!”

“Aku tidak biasa kerja dilihatin dengan nafas dibalik bahuku!”

“KAMI TIDAK BISA MELIHAT APA-APA!” Teriak Mima.

“Aku perlu mengganti perhatian kalian, sebentar… semoga kalian tidak menggangguku dengan film di dalam database yang berjudul ‘Dark & Brooding Past’ ini!”

***

Pemandangan Frost berubah kembali, sekali lagi indera yang berfungsi hanyalah penglihatan dan pendengaran Frost.

“Frost?”
“iya?”

Frost menjawab panggilan Mima yang mengecek keberadaan Frost.

“Kau juga menyaksikan ini Frost?”

Frost mendapati penglihatannya berada di sebuah hall ruang makan, puluhan anak-anak yang tengah menyantapi makan siang.

“Jam makan siang di sebuah Asrama?”

“Panti asuhan tepatnya, Dark and Brooding Past yang dimaksud hacker tersebut adalah masa laluku.”

“Kau tahu tempat ini Mima?”

“Kakak adik dimana pandangan kita ini tengah menuju, itu adalah aku dan juga kakakku.”

Sang kakak menambahkan lagi satu potong nugget ayam miliknya ke papan makan milik Mima.

“Makan yang banyak Mima, Kabarnya hari ini akan ada pengadopsi yang datang, dia dari kalangan ilmuwan kau harus terlihat segar siapa tahu kau akan diadopsi!”

Anak lelaki yang mungkin baru berumur 10 tahun itu membiarkan anak perempuan.

“Kau berharap terlalu banyak Jade, Pasangan kakak adik jarang dipungut karena terkadang mereka memerlukan satu anak saja. Mereka tidak memerlukan perut ekstra untuk diisi.”

Anak lelaki yang sepertinya sebaya dengan yang namanya Jade ini menjatuhkan harapan Jade dan Mima kecil.

“Aku tahu hari ini, ini adalah hari terakhirku di panti asuhan, hari dimana aku bertemu master. Tetapi mengapa aku tidak mengingat bagaimana aku bertemu master yah?” Suara Mima dewasa terdengar di kuping Frost. Tetapi nadanya tidak terdengar seperti nada Mima yang penuh percaya diri.

“Anak-anak perkenalkan [Sang ilmuwan] yang akan mengadopsi kalian yang beruntung hari ini.” sepasang Pria dan Wanita yang baru memasuki ruang makan bersama dengan petugas panti mengganggu keharmonisan makan siang ini.

Aneh, pada saat mengatakan sang ilmuwan, suara dan gerak bibir petugas panti itu sangat berbeda, seakan nama yang dimiliki sang ilmuwan itu tersensor seutuhnya.

“Kabar baiknya, ia akan mengadopsi semua orang yang dia suka, kabar buruknya…”
“Aku sangat pemilih dalam mencari-cari anak adopsi!”

“Beliau adalah orang dibalik panti asuhan ini, dan kini sudah waktunya beberapa dari kalian untuk pergi ke tempat beliau!”

Secara tiba-tiba semua jendela yang ada di ruang makan itu segera terlapisi dengan besi.

“Salah satu caraku memilih adalah mencari yang terbaik dalam hal fisikal di antara kalian semua, apakah kalian tahu rata-rata manusia bisa menahan nafasnya hanya dua menit. Tapi aku membutuhkan kalian yang bisa menggandakan angka tersebut. Jadi, sampai jumpa dalam 5 menit kedepan.”

Para anak-anak masih tidak mengerti apa yang terjadi, begitu sepasang ilmuwan dan juga petugas panti keluar dari ruang makan. Dari berbagai penjuru asap warna kuning menyembul keluar memenuhi ruangan.

Beberapa anak yang lebih dewasa segera berlari ke arah pintu keluar hanya untuk mendapati pintu itu terkunci. Teriakan menggema di ruang makan, beberapa anak terlihat langsung terjatuh di tempat begitu menghirup asap kuning tersebut.

“Kak Jade aku takut”
“Mima, atur nafasmu seperti biasa, ikuti aku, jangan panik!”

Jade, tanpa panik segera menarik lengan adiknya, ia membawa sang adik ke satu posisi dimana belum terasapi, karena jaraknya cukup optimal dari beberapa titik penyembur asap.

“Dengar yah Mima, terus bernafas secara normal, kamu ingat liburan kita ke kolam renang?”

Jade memegang kedua pipi Mima dengan tangannya, memaksakan agar pandangan Mima terkunci ke matanya sendiri, mengurangi kepanikan sang adik.

Mima mengangguk.

“Jadi nanti pada saat kakak memencet hidung kamu, kamu harus ikut lomba menahan nafas, yang menahan nafas lebih lama dapat jatah Nugget seminggu dari si kalah… gimana?”

Frost mengerti apa yang terjadi, ia tidak menyangka ada anak kecil seperti Jade yang cukup dewasa. Ia bahkan menggunakan cara paling tepat untuk menjaga adiknya.

Saat asap itu akhirnya memenuhi ruangan, Jade dan Mima kecil sudah masuk dalam mode menahan nafas. Tetapi untuk memastikannya, Jade tetap menaruh telapak tangannya di atas hidung dan mulut Mima kecil.

Tepat lima menit berlalu, dan salah satu jendela ternyata menarik lapisan besinya.

“Mima! Ayo Lari ke cahaya matahari itu!”

Jade segera menarik tangan Mima untuk berlari ke arah yang dituju.

“Lari Mima, Lari!”

Jade berteriak karena ia harus melambat menyesuaikan dengan kecepatan Mima.

Tetapi setelah mendengar teriakan putus asa dari sang kakak, kali ini Mima kecil menaikkan kecepatannya, ajaibnya bahkan kali ini ia yang harus melambat karena kini tangan Mima kecillah yang menarik Jade.

Saat mereka berdua sampai di jendela yang dimaksud, Jade segera melemparkan dirinya keluar membuat punggungnya memecahkan jendela tersebut.

Ia terjatuh berguling di tanah, Mima segera menyusul memanjat keluar dari tempat itu, sebelum akhirnya jatuh pingsan di atas tubuh kakaknya.

“Selamatkan anak gadis itu, ia mampu keluar dari ruangan asap walaupun tubuhnya kecil.”
Sang Ilmuwan menyuruh beberapa anak buahnya menyelamatkan Mima kecil dan juga beberapa anak yang akhirnya keluar dari jendela yang sama.

“Jadi, hari ini kita telah menambahkan enam kandidat baru untuk projek equilibrium, sungguh hari yang menyenangkan!”

Dan pandangan mereka kembali menghitam.

Frost mendengarkan bunyi sesunggukan.

“Mima, kau baik-baik saja?”

“Frost? Terima kasih, iya aku baik-baik saja. Kejadian tadi hanya mengingatkanku betapa aku harus selalu berterima kasih kepada kakakku. Karena dia, aku masih hidup sampai detik ini!”

Frost terpukau, Mima tidak mempermasalahkan kekejian yang dilakukan oleh Sang Ilmuwan atau kelamnya masa lalu dirinya. Ia lebih melihat ke sisi baik kakaknya yang telah menjaga dirinya dari insiden tersebut.

Saat Frost ingin melanjutkan pembicaraan dengan Mima, Sebuah suara kembali terdengar, kali ini sebuah ketukan di pintu kayu.

“Jangan kencang-kencang, kau akan membangunkan Hesinne!”

Suara bayi kecil langsung terdengar nyaring.

“Telat Fridda, kau telah membangunkannya.”

Akhirnya sebuah penggambaran muncul di hadapan Frost.

Seorang wanita tengah membukakan pintu bagi wanita lainnya, dan ada anak bayi yang tengah menangis di dalam keranjang gubuk tersebut.

“Hesalia, kau harus bersiap-siap. Seseorang di desa sebelah telah memanggil Iblis dan dan meratakan desa tersebut. Kini Iblis itu tengah dalam perjalanan ke sini.”

Wanita yang dipanggil dengan nama Hesalia itu mengambil sang bayi kecil dan menimangnya kembali.

“Berapa perkiraan Iblis itu sampai ke Sidesnow, Fridda?”

“Sekitar satu Jam lagi, para scout mengatakan iblis yang dipanggil ini tidak memiliki kemampuan terbang.”

“Kau telah memberitahukan Ice Valkyrie yang lain?”

“Vilde yang menyuruhku dan Ice Valkyrie lain bersiap-siap, dan  aku yang hanya pengasuh Hesinne segera ke sini untuk membantumu bersiap-siap.”

Hesalia memberikan bayi yang bernama Hesinne itu kepada Vilde dan segera berpindah ke ruangan lain. Vilde sendiri melanjutkan menimang-nimang Hesinne.

“Frost kau imut sekali saat bayi!” Komentar Mima melihat pemandangan itu.

“Aku?”

“iya, bayi yang bernama Hesinne itu adalah kamu Frost. Beberapa kontur wajah tidak akan berubah dari kecil hingga dewasa, dan kau harusnya tahu kemampuanku berobservasi!”

“Nama asliku adalah Hesinne? Dan ibuku adalah Hesalia?”

“Kau tidak mengetahui ini Frost?”

“Aku dibesarkan jauh dari Asterian Utara, dan semua orang yang mengenalku hanyalah sebagai yatim piatu dari Asterian Utara. Tidak ada yang tahu nama asliku dan darimana aku berasal.”

Hesalia akhirnya kembali dari ruangan lainya dengan berzirahkan lengkap sembari membawa tombak lempar, dan juga sepucuk surat bersegel.

“Dan seperti biasa Fridda…”

“Kalau kau tidak kembali, kirimkan surat ini ke Gereja Hephaestus.”

“… Ibumu harus pergi membunuh iblis, putriku!”

Hesalia mengecup kening Hesinne, dan entah mengapa Frost yang melihat keadaan itu juga merasakan kehangatan kecupan di keningnya.

“Ibu…” tanpa sadar, Frost memanggil sang ibu dalam sedihnya.

Keaadan menjadi hening dan Fridda telah mengembalikan Hesinne ke dalam keranjang bayinya dan mencoba berberes-beres rumah.

Bumi bergetar sedikit dan Fridda mendekati Hesinne untuk bersiap-siap membawanya lari keluar kalau terjadi gempa besar.

“AKU ADALAH ABROL, TANGAN KANAN ABADDON IBLIS YANG MENGENDALIKAN GERBANG ANTARA BUMI DAN REALITAS YIN!”

Suara itu terdengar dari kejauhan penuh dengan rasa mengancam.

“Iblis itu masih jauh Frost.”

Fridda semakin resah ia berjalan memutar mengelilingi rumah sembari tetap menimang Hesinne.

Setelah beberapa lama, Bumi bergetar kembali, sebuah badai salju singkat terlihat melewati jendela lalu akhirnya hening.

Hening begitu lama sampai hingga salah satu tembok rumah kecil itu terlepas akibat hantaman sesosok iblis.

“TI--TIDAAAAK!”

“Frost, sadar ini hanya film, ini hanyalah visual, Iblis itu tidak bisa melukaimu!” Mima menenangkan Frost yang tengah histeris.

Tetapi bagaimanapun, teriakan Frost tidak berhenti.

Sosok iblis itu berdiri sedikit melebihi dua meter, tubuhnya gemuk hitam dan kemerahan dengan tanduk iblis dan simbol-simbol runik memenuhi tubuhnya.

“Sudah kuduga, Demigod Hel yang satu itu memiliki keturunan. Serahkan bayi itu kepadaku!”
Teriakan Frost semakin menjadi-jadi ia meneriakkan huruf-huruf vokal seakan Frost menjadi manusia cacat mental setelah melihat pemandangan itu, Mima masih terus mencoba menenangkan Frost hanya menggunakan suaranya.

“Tidak akan!” Fridda yang tidak berkemampuan tetap berdiri tegak dan menantang Iblis itu.

Iblis itu melangkah kedepan mencoba mengayunkan tinjunya untuk membunuh sang bayi serta pengasuhnya.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA … AAAAAA… AA AA AA ..AAAAAA” Teriakan Frost semakin menjadi-jadi. Ia tidak bisa menutup mata atau mengalihkan pandangannya dari gambar yang ditampilkan ini.

Tetapi sosok iblis itu terhenti saat sebuah tombak menembus dada sang Iblis lalu menariknya kembali keluar rumah.

Hesalia menggunakan tombak Lemparnya menjauhkan sang Iblis dari anaknya sendiri.

Suara histerik Frost mengecil tetapi kini ia melihat sesuatu yang jauh lebih traumatik.

Ibunya, Hesalia berdiri di atas hamparan salju masih bertarung melawan sang iblis walau zirah birunya kini menjadi merah karena darah. Wanita itu kehilangan kaki kirinya dan saat ini menggunakan es sebagai kaki pengganti.

Pertarungan berat sebelah itu akhirnya berhenti dengan leher Hesalia yang tengah dicekik oleh Abrol.

Jeritan histerik Frost kembali menjadi-jadi saat leher dan kepala Hesalia dilumatkan oleh genggaman Abrol dan darah Hesalia terciprat ke berbagai arah.

Abrol kembali melangkah menuju Hesinne dan Fridda, tetapi perjuangan Hesalia tidak berhenti. Darah-darahnya itu ternyata berubah menjadi ratusan pilar Es berwarna merah, yang kini berterbangan menembus tubuh Abrol berkali-kali.

Regenerasi tubuh Iblis itu  menjadi sia-sia saat pilar-pilar es membuat lubang di tubuhnya lebih cepat daripada ia menyembuhkannya. Di depan mata Fridda, Hesinna, Frost dan Mima Tubuh Abrol sepenuhnya hilang tak bersisa ditusuk oleh ratusan pilar yang berterbangan.

Tidak ada lagi Iblis, dan teriakan histeris Frost berubah menjadi tangisan kecil.

Saat visual dan suara itu menghilang Frost dan Mima mendapati diri mereka kembali ke labirin cermin, kali ini dengan lantai yang terbuat dari ubin marmer.

Frost tergeletak dengan mata tertutup ia masih sesunggukan hebat karena ia baru saja menyaksikan Iblis dalam jarak dekat dan juga detik-detik kematian ibunya.

“Ibu…”

Walaupun tidak memanggil dirinya, Mima ikut sedih dengan apa yang terjadi pada Frost, ia mendekat kepada remaja itu mendudukkannya, serta memeluknya dengan begitu erat. Mima seumur hidup tidak memiliki sosok ibu, tetapi remaja di depannya ini baru mengenal kembali ibunya dan harus kehilangannya lagi.

Naluri keibuan Mima membuatnya simpati pada Frost. Ia memeluk Frost tubuh Frost masih gemetar begitu hebat, tetapi Frost juga menyambut pelukan itu sembari tetap memanggil “Ibu…”

Kedua petarung itu tidak bergerak cukup lama masing-masing menenangkan hati mereka.

***
“Kau sudah tenang Frost?”

Mima Akhirnya melepas pelukannya saat Nafas Frost sudah mulai kembali normal dan sesunggukkannya berhenti.

“Maafkan aku Mima, aku merepotkanmu.”

Mima bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Frost untuk membantu Frost berdiri.

“Bukan masalah, aku juga memerlukan pelukan tadi.”

Frost ternyenyum menyambut tangan Mima dan berdiri dengan bantuannya.

“Bersiaplah, kita ada pertarungan yang perlu diselesaikan!”

Mima seakan yakin Frost tidak akan menyerang membalikkan badan dan berjalan memberi jarak antara mereka berdua.

Frost sendiri kembali mengeluarkan pedang hephaestusnya dan sekali lagi ia memberikan berkat es kepada pedangnya. Kali ini ia tidak menyebut nama Hephaestus, tetapi nama Dewi yang dikatakan Iblis tadi sebagai identitas garis keturunan Frost, Hel Dewi orang mati dan es dari Asterian utara.

Akses, identitas kekuatan dari dunia Asterian akan lebih dan sangat efektif jika sang pengguna mengenal lebih jauh sang entitas pemberi Akses, dan hanya pada tahap mengetahui namanya saja angin yang biasanya melingkupi pedang Frost saat pemberkatan bergulung dan meledak lebih kencang.

Frost bahkan bisa melihat udara yang mulai mengembun di sekitar pedangnya.

“Ronde dua Mima?” Frost masuk kembali ke kuda-kudanya.

“Ronde dua!” Mima menarik kaki kanannya ke belakang bersiap-siap untuk berlari.

“ROUND 2! FIGHT!”

Suara berat narator kembali mendikte jalannya pertarungan.

Mima berlari menuju Frost dan Frost berlari menuju ke cermin di belakangnya.

“Kau tidak bisa mengalahkan lari seorang runner, Frost!”

“Aku tidak bermaksud mengalahkan larimu!”
Frost memasuki ruangan baru setelah menembus cermin tersebut. Sebuah ruangan besar, bukan seperti yang diharapkan Frost. Ia kembali berlari lagi menembus cermin lain.

Sebuah garpu melesat dari samping Frost.

“Hendak kemana kau?”

Frost tidak menjawab pertanyaan Mima, ia menembus sebuah cermin lagi, kali ini ia sampai ke koridor sempit persis seperti tempat pertama kali Frost mendarat di tempat ini.

“Aku tidak ingin berlari darimu…” Frost berhenti dan menunggu Mima memasuki Koridor ini, begitu ia melihat sosok berjaket coklat menembus cermin. Frost menusukkan pedangnya ke lantai Ubin, Es merambat tipis di lantai dan bahkan ke arah cermin-cermin ajaib itu.

“… Aku hanya ingin membawamu ke tempat ini!”

Seluruh cermin di koridor tersebut tertutup es begitu juga dengan jalan yang seharusnya berbelok ke tempat lain tertutup oleh tembok Es. Frost mengurung dirinya dan Mima di sebuah koridor es.

“Melihat cara Esmu mengembang, sangat berbeda dengan pertarungan sebelumnya.”

“Mima, aku serius menyerahlah sebelum kau kehilangan kesadaran!”

Mima melihat sekitarnya, ia mengerti apa yang Frost lakukan.

“Kau mengurung kita berdua di tempat seperti ini, menurunkan suhu ruangan ini hingga aku tidak bisa bergerak dengan cepat, sehingga aku mengalami radang beku, sehingga aku jatuh pingsan? Dan kujamin suhu dingin tidak berefek kepadamu?”

“Entah mengapa di tempat seperti ini, aku malah lebih segar dan Staminaku kembali!”

“Iya, bahkan health bar-mu pun bertambah.”

Frost mengalihkan pandangannya melihat ke angka 50% yang tidak berubah sama sekali.

Sebuah hantaman tumit mendarat di kepala besar Frost.

“Jangan pernah melepaskan pandanganmu dari musuh!”

Frost terjatuh mundur, tanpa sempat bangun, tiga buah garpu telah menusuk paha, perut dan dada Frost.

Frost menggulungkan tubuhnya ke belakang, gagal karena ia melupakan bahwa kepalanya adalah bagian tubuh terbesar yang membuatnya sulit melakukan roll.

Ia membangunkan paksa tubuhnya ke depan, tetapi sebuah lutut kembali menghantam tepat wajahnya dan sekali lagi ia terjatuh mundur.

Ugh, tubuh cebol ini membuatku sulit untuk berdiri!”

Sebuah tembok es tercipta di depan Frost, semata-mata untuk menjaga jarak dari Mima, Frost berdiri tetapi ternyata Mima telah meruntuhkan Tembok itu hanya menggunakan belati potong miliknya.

Frost mengingat tembok es tersebut dan juga koridor es ini. Frost menguasai tempat ini! ia menusukkan kembali pedangnya ke lantai es dan mengatur pergerakan es baru. Belasan pilar es tajam bangkit di depan Mima. Kecepatannyalah yang membuat ia melompat mundur tepat sebelum tubuhnya tertusuk pilar tersebut.

Sayangnya pilar-pilar itu tidak hanya tercipta dari depan saja, dari berbagai sisi koridor terus bermunculan pilar-pilar es yang mengarah ke tubuh Mima.

Beberapa dari mereka berhasil menusuk entah paha, perut atau bahu Mima karena dari penglihatan Frost semakin menjauh Mima Health Bar yang terbang di atas kepalanya terus berkurang.

Hingga akhirnya Punggung mima terbentur dengan tembok es, dan barisan pilar terakhir menusuk tulang kering kiri, panggul kanan, dada kanan dan juga bahu kirinya.

Garis hijau miliknya sudah hampir hilang tergantikan dengan garis merah seluruhnya satu hantaman lagi akan membuat Mima kalah dari pertarungan ini, tetapi begitu juga dengan Frost 10% darahnya tersisa setelah dua hantaman dan juga tiga buah garpu menusuki dirinya tadi.

“Frost menyerahlah, sebelum aku memasukkan satu pukulan telak ke wajah besarmu!”

“Saat ini juga wajahmu adalah wajah besar, lagipula bagaimana kau bisa sampai ke tempatku dari ratusan pilar es buatanku ini.”

Satu gerakan, dan keempat pilar yang menahan gerakan Mima patah begitu saja.

“Dengan berlari Frost, lari, run, resetting attempted neurolink!”

Dan di depan mata Frost baru kali ini ia melihatnya, seorang manusia yang seakan kebal dengan rasa sakit, berlari menerjang ke arahnya sembari berteriak. Puluhan pilar es menusuk tubuh Mima tetapi seperti tidak ada efeknya ia terus berlari dan mematahkan pilar tersebut.

“Ibu apa yang harus kulakukan?”

Di dalam pikirannya ia teringat lagi sosok ibunya, Hesalia yang tengah berzirah lengkap dan memegang tombak lemparnya.

Iya, tombak lempar, itu adalah senjata utama para ice valkyrie dan itu juga yang menyelamatkan ia dari serangan iblis pertama Frost.

“Baiklah Hel, Dewi Akses-ku Aku tidak tahu kekuatan seperti apalagi yang bisa kau berikan kepada senjataku, tetapi berkatilah senjataku sama seperti kau menuntun gerakan ibu dan saudari-saudariku!”

[2 poin skill tersedia]
[1 poin skill diinvestasikan ke jalur pedang es]
[Bilah Es kini bisa dilanjutkan ke Bilah yang Membeku]

Angin dingin yang biasanya menggelung dan merubah warna bilah Frost menjadi biru, kini tidak berhenti menggelung, angin itu terus mengitari pedang Frost hingga pada akhirnya pedang tersebut membeku, lalu mulai menjadi sebuah pilar Es yang sangat panjang, lebih panjang dari tinggi Frost saat ini.

Inilah yang dilakukan ibunya, Hesalia!
Inilah yang akan dilakukan oleh Frost, Hesinne, putri dari Hesalia, garis keturunan dari Demigod Hel.

Frost mengubah genggaman pedangnya, kali ini ia hanya meniatkan satu hal melempar pedang terlapisi es itu ke arah Mima!

“Terbanglah pedangku!”

Melewati ratusan pilar-pilar es pedang di seluruh pinggirnya, pedang es tersebut terbang menuju Mima yang tengah berlari dengan kalapnya.

Suara hantaman besar terdengar dari tumbukan kedua kekuatan itu. Mima yang menganggap pedang tersebut bisa disapu begitu saja karena tengah terbang malah terbawa terbang setelah tangan kanannya tidak bisa menyapu benda tersebut.

Ia terjatuh, pedang Es itu menancapkan dirinya begitu dalam ke dada Mima dan juga lantai dimana Mima terbaring.

Frost menyaksikan health bar Mima menghilang.

“Mima, kau jangan mati!” Frost segera berlari ke arah Mima, seluruh pilar es yang menghalangi mereka berdua menghilang.

“Gadis kurang ajar, jangan menyumpahiku mati jika aku masih sehat begini!” marah mima tetapi membatukkan darah setelah mengatakan kalimat tersebut.

“Sebentar lagi kita akan disembuhkan oleh para pelayan bawahan Anastasia, kemarikan wajahmu Frost!”

Frost mendekat kepada Mima yang tergeletak dan berlutut di sampingnya.

“Frost aku seorang ibu, ada yang ingin kusampaikan kepadamu yang mungkin tidak sempat disampaikan oleh Hesalia. Kau adalah wanita yang kuat Frost, kemampuanmu bertumbuh dan beradaptasi membuatku sangat menikmati pertarungan ini. Aku mungkin tidak mengenal ibumu, tetapi jika kau adalah putriku, sumpah aku akan bangga setengah mati memiliki anak sepertimu!”

Frost tersenyum di akhir pertarungannya wanita yang satu ini masih memikirkan Frost, dan juga pengalaman pahit yang baru saja menimpa Frost.

“Terima kasih Mima, terima kasih”

Frost meneteskan air mata harunya, ke tangan mima yang tengah menggenggam pipi besarnya.

Bersamaan dengan itu tubuh mereka berdua terpixelisasi dan menghilang dari matrix database ini.

***

Frost kembali mendapati dirinya berada di Bar, di sampingnya Mima berdiri sehat tanpa kurang satu apapun. Bahkan tubuh mereka berdua kembali menjadi normal seutuhnya.

“Sekarang Frost, aku undur diri aku harus berbicara dengan kedua anakku karena pertarungan tadi membuatku jadi rindu kepada mereka.”

Frost mengangguk dan melambaikan tangan saat Mima berjalan ke salah satu sudut tersepi bar sembari mengeluarkan alat aneh dari kantong jaketnya.

“Kak Frost, selamat atas kemenangan babak keduanya!”

Suara itu dan penampilan itu, Momo adalah pelayan khusus yang memberikan alat penglihatan tambahan di babak penyisihan, serta pelayan yang memandunya dalam babak pertama.

“Silakan beristirahat kak Frost, Momo akan ambilkan susu kocok bluberri ke sofa kak Frost!”

“Sebenarnya, aku tidak ingin ke sofa, apakah di dekat sini ada perpustakaan?”

“Bar ini terletak di sayap kanan lantai dasar istana Tamon, sedangkan perpustakan istana terletak di lantai tiga tepat dua lantai di atas Bar, Kak Frost bisa kesana karena perpustakaan juga merupakan area pengunjung, Momo akan menemani kak Frost untuk jaga-jaga seandainya ada panggilan babak ketiga.”

Dengan ayunan tangannya Momo memandu jalan Frost ke arah perpustakaan.

Sepanjang perjalanan menuju ke perpustakaan Frost kembali memeriksa sebuah peringatan dari penglihatan tambahannya. Sekali lagi ia mendapatkan sebuah barang dalam “kotak surat”-nya.

[R3 Loot: Housewife Complete Silverware]
[Selusin perangkat alat makan ini memang terbuat dari perak yang lemah, tetapi entah mengapa benda ini sangat efektif dalam menembus daging?]

Ia tersenyum, jadi entah bagaimana caranya kini Frost juga memiliki alat yang sama dengan garpu Mima yang entah mengapa bisa terus menancap di tubuhnya.

“Momo, kau bisa jelaskan mengenai skill poin yang membuatku mendapat kemampuan baru?”

Ditanya seperti itu, Momo terlihat girang dalam menemani perjalanan Frost ke perpustakaan.

“Poin Kemampuan adalah hadiah yang diberikan Tamon Ruu dan juga Hewanurma kepada setiap petarung yang sudah menyelesaikan rondenya. Poin itu dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki petarung atau menambahkan kemampuan baru.”

“Bagaimana cara aku menggunakannya?”

“Nah itu kak, permasalahnnya adalah setiap petarung memiliki kemampuan yang beragam dan tingkat kesadaran mereka akan kemampuannya sendiri berbeda-beda. Sehingga hal seperti itu yang tahu hanyalah sang petarungnya sendiri!”

Frost mencoba mengingat ulang, apa yang membuat Bilah Es miliknya bisa berkembang menjadi Bilah yang Membeku, ia berharap juga bisa mengembangkan kemampuan Bilah Perlambatan miliknya.

“Kita sudah sampai ke perpustakaan, apa yang Kak Frost ingin cari?”

“Segala hal mengenai Hel dan juga Valkyrie Es!”


-= End of Round 2  =-



6 comments:

  1. Oh, Frost ini termasuk daftar bacaku. Dan inilah kesan yang kudapat selesai membaca:

    -Pembukaannya cukup serius, dan dari sana sempat kukira setelahnya akan ada pembahasan lebih mendalam tentang topik tersebut. Tapi ternyata tidak?
    -Sungguh aku senang dengan penggambaran masa lalu baik Frost maupun Mima. Frost yang dramatik dan Mima yang keren (yah begitulah aku menyebutnya).
    -Mode chibi terasa sekali dampaknya di sini.
    -Aku juga tersentuh sewaktu ada drama antara Mima dan Frost. Ah, ini kesukaanku maupun Pengarang.
    -Pertarungannya nyaman diikuti. Tapi kadang membingungkan sampai harus dibaca beberapa kali untuk tahu mereka sedang melakukan gerakan apa.

    Ah, jadi dengan senang hati kutitip 9 untuk Frost.

    -Ahran-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pembukaanya serius?
      berarti harusnya nada bacanya dan juga naratornya harusnya becanda...

      karena pembukaannya saya ngejek Agama vs Sains loh.

      makasih udah baca sampai detil. emang di otak saya, saya membayangkan 2 cebol berantem dengan tangan bulat. heheh

      makasih sekali lagi

      Delete
    2. Maksudnya yg paragraf" awal aja. Menurut saya serius itu .... Dan perasaan tangannya gak bulat deh (pada punya jari, bukan?)

      Delete
    3. dibayangan saya...

      kaya tiny finggernya ini

      http://orig05.deviantart.net/8370/f/2009/052/1/c/chibi_hand_guide_by_lilblkrose.jpg

      Delete
  2. Mungkin karena sejarah panjang kita dari BoR pertama, liat tulisanmu di entri ini berasa a pleasant surprise

    Oke, nilai minusnya jelas di struktur kalimat yang kadang aneh atau kaku, tapi di luar itu entah kenapa saya seneng banget ngeliat eksplorasinya Frost sama Mima, sekalipun mereka begitu setara sampe kerasa Frost bukan tokoh utama. Vibe-nya Frost-Mima mungkin bisa disamain kayak Dyna-Ronnie, tapi lebih kompetitif

    Penyajian flashbacknya juga bagus, ga berkesan ngedikte karena emang kita diposisiin penonton film, dan koreografinya renyah, saya bisa nangkep flow battlenya kayak gimana

    Oh, satu minus lagi mungkin karena entri ini ga dikasih jeda part" gitu, jadi susah cari checkpoint kalo mau di-pause

    Dari saya 9

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  3. Fatanir - Po

    yg kerasa dari entri ini adalah penggunaan settingnya niat. Flashbacknya bagus dan menggambarkan kanon dgn kuat. Pertarungannya pun jelas, bikin aku jd pengen tau masalah akses.

    Yg negatifnya adalah kalimat dan narasinya masih suka kurang nyambung dgn dialog, kyk teriakan aaah milik Frost saat flesbek nggak sinkron sama deskripsi stresnya Frost, ada narasi bahwa Frost atau Mima sedih atau marah tapi dialognya nggak nunjukin emosi itu. Interaksi antar karakter jg kerasa mendadak, baru ketemu tapi Frost udah bisa nyebut Mima sbagai ninja dapur seolah2 udah kenal lama sebagai rival, Mima jg menanggapi dgn cara yg sama. Meski tentu stlh ada pemicu alur berupa flashback, interaksi yg deket ini lebih wajar terjadi

    Nilai 8

    ReplyDelete