29.7.15

[ROUND 2 - LEVEL 2] RENGGO SINA - THE HUMAN-LIKE PUPPET AND THE PUPPET-LIKE HUMAN

Round 2
The Human-like Puppet and The Puppet-like Human






--0--
The Dream


"Apa dia tersenyum karena kau tidak membunuhnya?" pertanyaan itu mendengung di telinganya.


Saat matanya terbuka, ia langsung disambut oleh pemandangan asing. Terbaring di atas hamparan pasir yang bergelombang seolah-olah pasir itu adalah desiran ombak, tapi lebih aneh ketika pasir itu melewati suatu daerah, maka berubalah menjadi air laut sungguhan.

Tangannya meraih pasir di depan matanya, tapi pasir itu menembus tangannya begitu saja tanpa merubah bentuknya sedikitpun. Ia berdecak, lalu beranjak duduk dari tempatnya tertidur. Karena posisinya kepalanya lebih tinggi, sekarang ia dapat melihat suatu kumpulan bangunan di kejauhan.


"Tempat apa ini?"

"Akupun tidak tahu" ujar sebuah siluet humanoid kuning yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya.

"Siapa kau?"

"Entah. Akupun tidak tahu" jawab siluet kuning itu, "Kaulah pemilik dunia ini, bukannya seharusnya kau lebih tahu?" tanyanya balik.

"Pemilik dunia ini? Kenapa kau memanggilku demikian?" tanya si pemilik dunia kebingungan.

"Entah. Akupun tidak tahu" jawab kembali siluet itu dengan jawaban yang sama, "Kapan kau akan menjawab pertanyaanku?" tanya siluet itu lagi.

Sang pemilik dunia menghela nafas, ia kira tidak ada gunanya mencari jawaban kalau yang ditanyai juga tidak tahu. Akhirnya diapun membalas, "Pertanyaan apa?"

"Apa dia tersenyum karena kau tidak membunuhnya?" ulang siluet itu sekali lagi, sang pemilik dunia teringat akan suara yang membangunkannya beberapa saat lalu juga mengatakan hal yang sama.

Dahi sang pemilik dunia mengkerut, lalu bertanya balik, "Siapa dia yang kau maksud?"

"Anak itu... anak berambut putih yang menyerahkan radarnya kepadamu. Kenapa ia melakukannya? Dan kenapa pula ia tersenyum ketika menyerahkannya?"

"Anak berambut putih? Aku tidak tahu" jawab sang pemilik dunia.

"Lo Dmun Faylim" sebuah suara lain terdengar dari daerah laut.


Entah dari mana datangnya, di laut itu sekarang terdapat sebuah rumah kayu yang dibangun di atas tiang-tiang besi di lautan itu. Di halaman rumah itu, tampak sebuah siluet merah bertubuh humanoid tengah duduk di pinggiran, menatap ke sang pemilik dunia dan si siluet kuning.

Sosok merah itu melompat turun dari rumah kayu, kemudian perlahan berjalan menuju tempat sang pemilik dunia dan cahaya kuning berada seolah-olah terdapat tangga tak terlihat di atas kakinya.


"Nama itu... kurasa tidak terlalu asing" ujar sang pemilik dunia.

"Bagaimana bisa kau merasa asing? Kau dan aku bertemu denganya di pertarungan sebelumnya" ujar sosok merah itu.

"Lalu siapa dirimu?" tanya sang pemilik dunia.

"Entah. Aku sendiri tidak tahu" jawab si merah, "Dari pada tanya jawab terus, kenapa kau tidak menjawab pertanyaan si kuning itu?" ujarnya.


Kini kedua cahaya itu menatap si pemilik dunia. Ia malah semakin gugup karena tekanan kedua lawan bicaranya yang mengharapkan jawaban darinya.

Setelah jedah yang cukup panjang, akhirnya sang pemilik dunia berkata, "Kurasa karena aku pernah mengalami hal seperti dirinya... ketakutan dan ketidakberdayaan karena pribadi yang lemah... satu-satunya cara untuk keluar dari situasi itu adalah berdiri dan melawan, tak peduli berapa kali mati, teruslah melawan"

"Bagaimana kau bisa tahu cara itu, cara supaya anak itu keluar dari kesedihannya?" tanya si siluet kuning.

Ya... Mungkin karena dulu aku...

...Seorang Manusia Lemah...


--1--
The Portal


Bukan Rahasia lagi kalau para maid Alfoera memiliki kemampuan membuka dan menutup portal dimensi antar dua tempat untuk mempermudah akses peserta dan panitia dalam bertransportasi dari satu tempat ke tempat lain.

Kemampuan ini sebenarnya menggunakan tiga buah dimensi untuk perpindahan, yaitu dimensi asal, dimensi transisi dan dimensi tujuan. Dari namanya, kita sudah tahu apa arti dari Dimensi asal dan tujuan, tapi dimensi transisi adalah suatu dimensi yang sangat spesial.

Dimensi transisi adalah sebuah dimensi aneh seperti luar angkasa bertabur bintang beragam warna tanpa ada gravitasi sedikitpun. Mereka yang melintasi dimensi ini akan terus bergerak menuju koordinat dimensi tujuan, menciptakan ilusi seakan bintang-bintang bergerak dengan cepat.


"...dan disitulah kita berada" terang maid pemandu.


Renggo, Opi dan seorang maid tengah bersantai ria di dalam ruang tamu sebuah rumah kayu. Atap dan beberapa perabotan bersalju di rumah itu seakan menandakan kalau rumah ini di ambil dari Los Soleil, kota tak berpenghuni di gunung salju tak bernama.

Renggo sang robot humanoid berplat abu-abu tengah bersandar pada sebuah dinding dan berusaha tidak merusak tas kubus di punggungnya. Mata merah berbentuk V-nya memperhatikan mata mekanik Opi yang memancarkan cahaya hijau tengah melayang-layang di depan mukanya. Sedangkan sang maid pemandu berada di depan keduanya.


"Tanpa gravitasi,ya? Pantas saja mata ini bisa melayang-layang" ujar Opi.

"Jadi mata mekanikmu bisa dilepas begitu saja?" tanya Renggo pada bola mata mekanik yang melayang-layang di depannya.

"Ya, tapi mata ini tidak punya fungsi motorik. Aku tidak bisa menggerakannya kalau tidak terpasang di tempatnya" jawab Opi melalui sebuah pipa di tangan Renggo, "Lalu kenapa kita masih di dimensi transisi ini,maid?"

"Saya sendiri tidak tahu... seharusnya semua peserta dibimbing oleh seorang maid untuk kembali ke kota Despera setelah ronde pertama selesai, tapi gerbang di kedua sisi terputus, sehingga kita terjebak di dimensi ini. Entah mengapa, saya tidak bisa membuat portal untuk keluar" tanya maid pemandu.

"Dan kau tidak bisa menghubungi panitia?" tanya Opi.

"Saya sudah mengirim permintaan evakuasi darurat semenjak dua jam lalu, tapi tuan hewanurma belum membalas" jawab maid pemandu.

"Bagaimana dengan cewek... ehem... semangka yang mendampinginya?"

"Uh... mungkin maksud anda nona Ruu? Nona Ruu sedang tidak ada di alfoera untuk menjalankan tugas lain" ujar maid itu. "Dengan kata lain, kita terjebak"

"Kita tidak bisa keluar dan tidak ada yang bisa masuk ke sini?" tanya Opi, "Renggo, ini kesempatan untuk... ehem... bereksperimentasi dengan maid itu"

"Tidak. Aku tidak akan menjalankan keinginan bejatmu" ujar Renggo.

"Ayolah! M-Maksudku mencoba sistem C&Pmu pada maid itu, B-Bukan memanfaatkan kesempatan ini untuk memper..."


Tangan maid langsung menangkap bola mata Opi yang melayang-layang, kemudian memasukannya ke dalam sebuah teko yang datang entah dari mana. Panik dan kepanasan, Opi tidak dapat berbuat apa-apa ketika air teh hangat menyambut didalam teko. Maid pemandu mengambil sebuah cangkir, lalu menuangkan air teko bersama bola mata Opi di dalamnya.


"Mau teh,tuan?" tawar Maid itu sambil menyodorkan sebuah cangkir kepada Renggo.

"Aku robot... jadi aku tidak minum" tolak Renggo.

"Bagaimana dengan anda, tuan Opi?"

"Apa aku terlihat punya mulut?" tanya balik Opi, menyindir dan marah. Siapa yang tidak akan marah ketika dimasukan ke dalam teko berisi air panas?

"T-Tidak..." jawab maid gemetar.

"Kalau begitu kenapa kau tanyakan?"


Suara pecahan kaca terdengar, gelas yang dipegang maid itu telah jatuh, menumpahkan cairan di dalamnya. Mata maid itu berlinang air mata dan langsung ia tutupi dengan kedua tangannya sendiri.


"A-Aku... Aku... Aku hanya berusaha waras..." jelas maid itu.

Karena penasaran, Renggo bertanya pada maid itu, "Apa maksud berusaha waras?"


Maid itu beranjak dari tempatnya duduk ke sebelah Renggo. Ia mendaratkan kedua tangannya pada bahu Renggo, kemudian mendekatkan kepalanya begitu cepat ke wajah Renggo. Begitu cepat sampai-sampai keduanya berbenturan, seakan belum puas, maid itu menghantamkan wajahnya berkali-kali.


"AKU BISA JADI GILA KALAU BICARA SAMA ROBOT DAN MATA BESI TERUS MENERUS!!!!!!!" teriak histeris maid.

"Jangan pakai kepalaku buat bunuh diri!" pekik Renggo.

"Aku butuh teman bicara! Yang manusia sungguhan! Bukan pipa sama kaleng besi yang bisa bicara!"

"Pfft... Kaleng besi? Hahaha! Dari semua benda, dia kira kau lebih mirip dengan kaleng, Renggo!" ledek Opi, lalu melanjutkan tawa originalnya.

"Kau sendiri di panggil pipa!" balas Renggo pada Opi.

"Oh? Itu karena aku memang pakai pipa,kan?"

"Benar juga..." jawab Renggo pelan, hampir seperti bergumam.

"Cukup sudah bercandanya!" seru Opi pada maid yang masih membenturkan kepalanya, "Bukankah kau sudah memukul kepalamu cukup lama?"

"Sekarang aku mulai mendengar dinding dan lantai rumah ini mulai berbicara~~~" ucap maid itu, hampir seperti bersenandung.

"H-Hei, hentikan! Aku tidak mau dituduh atas pembunuhan!" seru Renggo.

"Bagaimana kalau sebagai senjata pembunuhan?" tanya Opi.

"ITU SAMA SAJA!"


Setelah beberapa percobaan menghentikan maid pemandu, Opi dan Renggo berhasil membuat maid itu menghentikan tindakan bunuh dirinya dengan menyiramkan satu teko teh hangat ke kepalanya... Beserta tekonya.

Mereka terpaksa menggunakan perban yang di dapat dari skill Supply drop Renggo untuk menghentikan pendarahan ekstrim yang terjadi pada kepala maid itu. Meski Renggo penasaran bagaimana Supply Drop ini bisa datang di dimensi ini, Opi menolak memberikan jawaban.


"T-Terimaksih tuan Renggo, tuan Opi... kalau kalian tidak menghentikanku, mungkin aku sudah menghayal yang aneh-aneh..." ujar maid pemandu.


Tiba-tiba terdengarlah sebuah dering telefon di ruang itu. Renggo mencari keseluruh sudut ruangan, tapi ia tidak menemukan telefon atau sejenisnya.


Maid pemandu menekuk semua jari kecuali jempol dan kelingking, lalu meletakannya pada telinganya, "Halo, Di sini maid No. 73"

"I-Itu telefon?"

"Aneh... tidak ada jawaban" ujar maid pemandu. "Oh, tapi ada email masuk, akan segera saya print"

Tak perlu memakan waktu lama, sebuah lembaran kertas keluar dari mulut sang maid pemandu, lalu diserahkan pada Renggo.



Selamat! Anda lolos Ronde Pertama!
Lawan anda di ronde berikutnya adalah Puppet Eumenides
Silahkan ke koordinat portal berikut
1034R, 9142 W, 2321E, 4324N, 4432S.




"Oh, sepertinya saya sudah bisa membuka portal baru" ujar maid itu.

Setelah membaca pengumuman itu, maid pemandu segera membuka portal baru. Renggo hendak melewati portal itu, tapi terhenti ketika menyadari maid itu tidak memasuki portal itu.

"Kau tidak ikut?" tanya Renggo.

"Tidak" ujar maid itu sambil menunjuk luka pada kepalanya, "Saya akan menunggu di sini. Ketika anda lolos ke ronde berikutnya, saya akan segera menjemput"

"Boleh aku tahu namamu?" tanya Renggo.

"Saya tidak mengerti kenapa anda butuh nama saya... tapi baiklah. Nama saya adalah Maid No.73"

"Aku tidak suka nama itu" sela Renggo, kemudian mulai bergumam sendiri, "Tujuh puluh tiga... tujuh tiga...  Jutiga... Jutiga... Itu nama barumu. Aku akan memanggilmu dengan nama itu" ujar Renggo

"Kenapa anda membuat nama itu?" tanya maid Jutiga.

"Entah... rasanya tidak enak memanggilmu dengan nomer" jawab Renggo, kemudian melompat masuk ke dalam portal itu.


--2--
The On-The-Stage World


Pantulan bulan nampak merah pada iris merah mata Eumenides, sang penyihir putih berkekuatan kutukan "Obeah" dengan julukan "Puppet". Mata merahnya sesekali berganti pandang antara bulan dan kucing hitamnya, Eve yang sedang tidur di pangkuannya.

Namun bukan bulan yang sedang Puppet cari, melainkan jawaban dari keanehan yang tengah terjadi pada dunia yang ia singgahi saat ini.

Bangunan di sekitarnya, kursi taman yang ia duduki, rerumputan yang ia injak, bahkan bulan yang bersinar terang di langit malam berubah menjadi datar, seperti latar belakang pada sebuah stage drama.

Dirinyapun tidak berbeda, sekarang tubuhnya datar dari ujung kaki ke ujung kepala, sejajar dengan latar pada "stage" tersebut. Wujudnya sedikit berubah, ia seakan menjadi sebuah potongan gambar yang terdiri atas kotak-kotak warna yang begitu kecil.

Puppet meletakan kucingnya di kursi, lalu mencoba berdiri dan berjalan. Dirinya pada "stage" itu berdiri, kemudian berganti gambar beberapa kali hingga membentuk citra seolah sedang berjalan biasa.

Anehnya, Puppet merasa seolah berada dalam tubuh di atas stage itu meski melihat dari sisi berbeda, yakni dari depan "stage" itu sebagai penonton, bukan sebagai pemeran. Ia bisa merasakan hembusan angin, mendengar suara langkah kakinya, bahkan mengetahui keberadaan bulan yang harusnya berada di arah penonton stage.

Langkah gerakannya terbatas hanya ke kiri atau ke kanan stage saja, tapi ketika berjalan ke batas kiri stage, langkahnya terhenti seolah ada dinding di sana. Ketika mencoba untuk melompat, memukul dan berlari, gambarnya berubah menjadi gerakan yang biasa ia lakukan.

Puppet mencoba berjalan ke arah penonton, tapi ia tidak bisa, seakan ada sebuah dinding yang memaksanya untuk tetap sejajar dengan latar.

Eve mengeong pelan seolah memanggil majikannya. Sang gadis segera kembali ke bangku taman, lalu meletakan kucingnya kembali ke pangkuannya dan mulai mengelus kepala sang kucing.

Saat itulah Puppet menyadari keanehan lain. Meski kursi taman itu datar, ia masih bisa duduk seolah kursi itu memiliki dimensi ketiga. Jangankan kursi, kucingnyapun juga datar, tapi ia masih bisa mengelus kepalanya.


"Dunia yang aneh, ya?" tanya sang gadis kepada kucing hitamnya.

"Ya, dunia yang aneh, kaka..."


Puppet terbelalak mendengar jawaban barusan. Ia kira ada siapapun di taman itu karena Puppet terus menjauhi kerumunan orang-orang semenjak ia keluar dari portal masuknya. Namun ketika ia menengok ke segala arah, ia tidak menemukan siapapun kecuali dirinya dan Eve.


"Apa barusan itu suaramu, Eve?" tanya Puppet, tapi kucingnya hanya menjawab dengan ngeongan seolah tidak mengerti apa kata majikannya.

"Di sini kaka…"


Puppet segera menengok ke samping kursinya, barulah ia menyadari keberadaan seorang gadis kecil bergaun hitam. Pakaian yang dikenakan oleh anak kecil itu adalah gaun pesta rok panjang berlengan pendek yang dipakai oleh orang-orang kaya di dunia Puppet, berbeda dengan baju bernuasa victorian yang Puppet kenakan. Namun di kepalanya terdapat sebuah telinga kucing yang seakan menyatu dengan rambut hitam panjang gadis itu.

Seakan ada hewan buas yang terbangun dalam diri Puppet, kedua tangan Obeah-Lady itu segera melesat bagaikan cambuk, lalu melilit punggung dan lengan gadis itu. Begitu "mangsa"nya tidak bisa lepas, Puppet menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mulai mengelus-elus kepala gadis itu.


"I-I-Imutnya~~~" ucap Puppet dengan nada riang, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.

"K-Kaka...tolong lepas..." pinta gadis malang itu.

"Maafkan saya... kamu terlalu imut untuk tidak dipeluk, pakai telinga kucing lagi, malah semakin imut!" ujar Puppet.

"K-Kalau begitu tolong lepas, kaka... u-udara..." pinta gadis itu.

"Maaf, dik... tapi sepertinya tanganku terkunci~~~" ujar Puppet riang.



--3--
Pasar Malam


"Dek, topengnya, dek! Topeng!"
"Prutang! prutang!"
"Cemilannya, bu! Ada roti, ada kue ada..."
"Es Cendolnya, gan! lima rebu dapet tiga!"
"Dijual... Dijual likenya... lima puluh like hanya tiga ribu!"

Beragam suara pedagang saling bersorak menawarkan dagangan mereka membuat taman bermain yang dipakai untuk pasar malam itu menjadi ramai. Tampak anak-anak dan keluarga mereka berjalan ke sana-kemari menenteng kresek makanan atau mainan yang mereka beli dari pasar malam.

Di seluruh taman tersebar kolam renang, roler coaster, komedi putar, kembang api dan berbagai atraksi pasar malam lainnya. Sesekali para pengunjung beristirahat di rerumputan taman dengan menggelar tikar, membuat sebuah pemandanganan yang unik.

Meski dengan banyaknya atraksi yang ada, sekelompok pengunjung lebih memilih untuk mengendap perlahan di antara bayangan hanya untuk mengikuti sebuah sosok robot berplat abu-abu dengan mata merah berbentuk V.


"Opi... Kenapa kita jatuh dari langit lagi?!" seru sosok itu pada bola mata hijau di dadanya.

"Sudahlah! Cara masuk seperti ini lebih menarik daripada jalan biasa" balas suara dari sebuah pipa di tangannya.


Yap, benar sekali. Sosok itu adalah Renggo, sang robot peniru dan Operatornya. Entah apa penyebabnya, setelah Renggo menapakan kaki pada taman itu ia tiba-tiba berada di langit dan jatuh kembali bagaikan bola meriam, meninggalkan sebuah kawah di tempatnya mendarat.


"Eh... Renggo, kenapa tubuhmu jadi gepeng?" tanya Opi, tapi ia langsung menyadari bukan hanya tubuh Renggo yang gepeng, tapi ia juga dapat melihat mata mekaniknya sendiri, "Kenapa aku bisa melihat mata mekanikku? Ini bukan bug karena kejatuhan tadi,kan!"

"WAGH?! Aku di sini, tapi kenapa aku melihat dari sana!" seru Renggo, menunjuk dirinya yang di panggung kemudian dirinya yang ada di kursi penonton.

"Ini kenapa jadi seperti game-game jadul?! Dan kenapa juga semua orang di sini dalam bentuk Sprite1) ?!"


Selagi pasangan operator dan avatarnya panik, para pengunjung di sekitar mulai berjalan mendekat. Opi menyadari perubahan pada "stage" di depan matanya dan segera memberitahu Renggo.

Renggo diam karena instruksi Opi, kemudian menyadari kehadiran dari beberapa orang yang mengelilingi dirinya. Mata mereka tampak was-was, tajam dan memperhatikan setiap gerakan Renggo seakan menunggu peluang yang tepat.


"Uh... Opi... bukannya pandangan mereka tampak agak.... aneh?"


Mata Opi ikut memperhatikan sekelilingnya. Ia terbelalak ketika melihat objek yang mereka genggam di tangan para pengunjung yang mengawasi mereka.


"RENGGO, LARI!"

"Eh? Ada ap..."

"LARI SEBELUM MEREKA MENANGKAP GAMBARMU!"


Renggo segera berlari ke arah latar, tapi ia terhalang oleh sebuah dinding tak terlihat, padahal ada beberapa baris orang berdiri lebih dekat dengan latar daripada dirinya.

Para pengunjung segera berlarian secara kompak, lalu menyodorkan sebuah benda berbentuk persegi di tangan kepada Renggo. Kilauan cahaya keluar dari benda yang mereka penggang, kemudian beberapa pengunjung mendekat dan meletakan diri mereka di antara Renggo dan persegi di tangannya, lalu melepas kilauan cahaya lagi.


"O-Opi, apa yang mereka lakukan?" tanya Renggo, bingung melihat kelakukan para pengunjung yang berpose-pose di depannya.

"heh... mereka adalah jenis spesies yang paling tidak kusukai, spesies Alaitus Selfieakutz2). Kalau sudah begini, hajar saja mereka, Renggo!" perintah Opi.


Tangan Renggo menggengam erat, lalu melepas pukulan kepada salah satu pengunjung, membuat pengunjung sial itu terpental beberapa meter. Bukannya menolong, tapi pengunjung lainnya malah memfoto pengunjung yang sekarat itu sambil mengupdate status baru.

Setelah beberapa foto, korban pukulan Renggo berubah menjadi partikel kehijauan, sama seperti yang terjadi pada para maid di ronde penyisihan.


"Entah mengapa aku merasa bersalah kalau melakukan ini..." komentar Renggo.


Para Alaitus Selfieakut kembali menghadap ke Renggo, masih memegang "senjata" mereka di tangan. Mereka kembali mengerubungi Renggo, beberapa yang sejajar dengan Renggo menyiapkan kuda-kuda, seakan menantang bertarung.


"Opi, mereka datang lagi... apa yang harus kulakukan?"

"Karena kamu hanya bisa berjalan sejajar dengan stage ini,  habisi saja mereka yang di depanmu!" perintah Opi, "Karena kita berada di kanan layar, kamu harus berlari ke kiri layar. Hati-hati dengan para Alaitus Selfieakutz!kalau mereka memfotomu, reputasimu akan berkurang satu poin" jelas Opi.

"Aku... kurang mengerti kenapa reputasiku di sini bisa berkurang hanya dengan foto..."

"Kalau kau butuh tutorial, jalan saja ke salah satu pipa komunikasiku, maka aku tidak akan ragu memberikan informasi padamu"

"Er... Terimakasih?" ucap Renggo ragu.

"Gunakan X untuk melompat, kotak untuk memukul dan..."

"Tidak ada komando seperti itu,Opi!" seru Renggo.


Renggo mulai berlari menuju tiga Alaitus Selfieakutz di depannya. Ia memiringkan tubuhnya, lalu mentackle ketiga lawannya dalam sekali terjangan. Mereka terjatuh, lalu berubah menjadi partikel kehijauan, tanda kematian mereka.

Jalanan di depannya sudah bebas dari halangan, Renggo segera berlari keluar dari kerumunan pengunjung itu, menuju pasar malam yang ramai.


"Opi, aku curiga dengan betapa lemahnya mereka..." ujar Renggo.

"Mungkin karena mereka hanya NPC biasa?" tebak Opi.

"Benar juga, NPC non-battle selalu dipasang dengan stats3) terendah, jadi mereka bisa kalah hanya sekali serang" ucap Renggo.

"Dari mana kau tahu itu?" tanya Opi.

"Eh... dari ingatanku?" tebak Renggo.

"Ah, iya. Aku hampir lupa kalau sebagian ingatanmu sudah kukembalikan" ucap Opi, "bagaimana rasanya?"

"Kurasa aku semakin mengerti beberapa hal seperti mekanisme mesin sederhana dan beberapa kata adaptasi" jawab Renggo, "Ngomong-ngomong, Opi. Kenapa orang-orang di sekitarku seperti menyorakiku?"

Dalam pelariannya ini, Renggo menyadari para pengunjung seolah minggir dari  jalan yang hendak dilewati olehnya. Mereka berdiri di pinggir jalan dan menyorak pada robot abu-abu itu, terutama anak-anak kecil.

"Bisa jadi mereka belum pernah liat robot sepertimu" jawab Opi, "atau karena mereka tertarik dengan apapun yang berhubungan dengan Mecha"

Semakin Renggo berlari, semakin banyak pula pengunjung yang menyoraknya. Ia terus berlari hinga mencapai sebuah tenda besar di tengah taman. Karena ia tidak bisa ke jalan lain, Renggo terpaksa masuk ke dalam tenda itu.

"Selamat datang, peserta Renggo Sina" sambut seorang gadis kecil bertelinga kucing yang memakai gaun hitam.

"Siapa kau?"tanya Renggo.

"Kami tidak ada banyak waktu, jadi saya akan memberi informasi singkat saja..."


--4--
The Opening Stage


"Ladies... AND... Gentlemen..." sebuah suara riang terdengar dari tengah tenda.

Beberapa lampu sorot menyala dari lima sudut berbeda, menyorot seorang gadis bergaun hitam lengan pedek yang memakai sepasang telinga kucing hitam yang menyatu dengan rambut hitam sepinggangnya.

"... Selamat datang di acara pembuka Ronde kedua Battle of Realms!" sahut gadis itu.

Puluhan suara sorak meriah memenuhi tenda saat lampu sorot mengubah fokusnya menjadi ke Balkon penonton yang mengitari sang pembawa acara, kemudian kembali lagi ke gadis itu.

"Perkenalkan, Nama saya adalah MC dan akan menjadi pembawa acara dan panitia turnamen pada ronde kedua ini!"

"MC? Itu bukan namamu, itu pekerjaanmu!" ledek salah satu penoton, diikuti tawa riang beberapa penonton lainnya.

"Tidak! Tidak!" seru MC dengan menyilangkan kedua tangannya. "Kebetulan saja itu singkatan nama panjang saya, Morgen Charterflug"

"Morgen itu... bukannya nama laki-laki?"

Seketika itu tenda menjadi sepi selama beberapa detik. MC mengetuk mic di tangannya, menarik kembali perhatian para penonton.

"Baiklah, tanpa menunda lagi, mari kita sambut peserta kita!"

Lampu sorot tenda mengubah fokusnya pada dua buah tirai di dua sisi tenda yang berbeda, biru di kiri dan merah di kanan.

"Langsung dari dunia Soragin! Sang Obeah-Lady yang mampu menguasai racikan obat dan kutukan Obeah! Untuk tirai biru, Nona Puppet!"

Tirai biru terbuka, disambut sorakan para penonton. Di atas stage itu sedang duduk Seorang gadis berambut hitam lurus hingga ke pinggangnya. Di atas rambut hitamnya, terdapat sebuah topi kecil yang merupakan satu set dengan baju gaya victorian berwarna hitam-ungu yang ia kenakan.

Gadis itu, Puppet tengah duduk di atas sebuah kursi kayu , sedangkan Eve, kucing hitam Puppet duduk di sebelah kursi majikannya.

"Jadi namamu MC, gadis kecil? Nama yang manis" tanya Puppet.

"Y-Ya... terimakasih...." jawab MC malu-malu, mengingat dirinya harus rela (dicekik)  dipeluk untuk membawa Puppet ke tenda ini."Lalu lanjut ke peserta berikutnya! Di sisi merah adalah sang robot peniru! Renggo Sina!"

Kali ini para penonton tidak bersorak meski tirai telah dibuka. Bukannya berat sisi, tapi mereka belum bisa mencerna apa yang tengah terjadi. Renggo sang robot peniru tengah tersungkur di lantai bersamaan dengan beberapa serpihan kayu.


"Tuan Renggo, tolong jangan merusak properti taman..." pinta MC pada Renggo.

"Tidak! Kursi ini yang rusak sendiri!" balas Renggo seraya berusaha untuk berdiri.

"Mungkin anda yang terlalu berat, tuan?" ucap MC dengan nada bercanda.

"Kursimu yang kurang kuat, MC" balas Opi dengan nada bercanda pula.


Mendengar jawaban Opi dan MC, para penonton melepas tawa selama beberapa saat. Sang MC kembali mengetuk micnya untuk menenangkan para penonton dan menarik perhatian.


"Baiklah. Dalam ronde kali ini ada 4 buah stage yang harus anda lewati. Stage nol, yakni untuk memastikan kedatangan anda pada perkenalan ini, tidak memiliki dampak pada kelanjutan ronde. Tiga stage berikutnya akan menentukan kemenangan anda!" jelas MC.


MC mulai menjelaskan bahwa masing-masing stage memiliki misi utama yang sama, yaitu menghabisi lawan. Kemenangan pada dua ronde akan mengakibatkan kemenangan pada peserta tersebut. Namun ada cara lain untuk memenangkan selain menghabisi lawan, yaitu dengan menyelesaikan "objektif" spesial.

Untuk ronde ini, peserta akan mendapat sebuah tabung HP di atas kepala mereka, merah untuk Renggo dan Biru untuk Puppet. Tabung ini tidak bisa disentuh oleh para peserta dan hanya dapat dikurangi apabila peserta menerima kerusakan fisik. Tabung dan kerusakan fisik tidak akan direset kecuali bila HP bar habis.


"Tanpa menunggu lagi, mari kita memulai stage pertama!" Seru MC sambil melompat dari panggung yang ia pijak.


Panggung itu langsung terbelah, lalu mengeluarkan berbagai komponen besi yang berbeda-beda. Satu komponen paling besar berbentuk lingkaran berdiri tegak di tengah panggung tenda, sementara komponen-komponen lainnya membentuk bingkai di luarnya.

Terciptalah sebuah mesin berukuran besar yang hampir menyentuh atap tenda. Setiap lampu sorot terfokus pada dua puluh potongan segi tiga sama kaki yang membentuk sebuah roda melingkar di tengah mesin itu. Masing-masing potongan segi tiga itu memiliki angka satu sampai sembilan belas, sedangkan potongan terakhir memiliki tulisan "WIN". Perubahan itu diakhiri dengan terciptanya sebuah podium di antara tempat Renggo dan Puppet berada.

"Stage pertama : Roulete4)!"


--5--
Are you feeling lucky today?


MC sang gadis bergaun hitam mulai membacakan instruksi stage. Peserta diizinkan melakukan pertarungan di dalam tenda dengan ketentuan yang telah dibacakan sebelumnya. Mesin di tengah ruangan akan berputar setiap kali ada yang menarik tuas pada podium di tengahnya, lalu akan keluar "Hadiah" bedasarkan nomer pada potongan segitiga yang ditunjuk oleh jarum penunjuk di depan podium. Peserta yang mendapatkan potongan "WIN" atau menghabisi lawannya akan otomatis menang dalam stage ini.


"Aku akan melakukan hitungan mundur, lalu ketika hitungan selesai, aku akan menembakan pistol ini dan kedua peserta diizinkan untuk bertarung!" seru MC.

"Seratus... sembilan puluh sembilan... sembilan puluh delapan..."

DOR!


Suara letupan pistol terdengar dan kedua pesertapun beranjak ke tengah stage untuk meraih podium. Kedua peserta itu mencoba ke kiri atau kekanan, tapi sepertinya posisi mereka sudah di atur untuk menetap di satu garis lurus dengan podium roulete di tengahnya.


 "Eh? Sudah dimulai? Tapikan hitungannya..."

"Aku tidak pernah bilang hitungan selesai di nol,kan?" jawab MC.


Kubus-kubus pixel terbentu di sekitar Renggo setiap detiknya. Proporsi tubuh dan pengaturan wajahnya mulai berubah mengikuti data peserta yang telah lawan ia sebelumnya.

Puppet merentangkan lengan kanannya dengan jari jempol dan telunjuknya mengapit sebuah jarum halus transparan –Ortaza–menunjuk ke arah Renggo.


"Eve," panggil Puppet.


Kucing Puppet, Eve segera melompat ke tangan kanan majikannya, lalu menggigit jarum tipis di tangan Puppet. Kucing hitam itu segera melesat turun dan berlari ke arah Renggo. Namun pada saat-saat terakhir, Puppet memanggil kembali nama Eve, membuat kucing itu berlari kembali ke sisinya.

Gara-gara teralihkan oleh MC, Puppet tidak menyadari kalau lawannya saat ini adalah sebuah robot. Sebagai seorang penyhihir Zura dan Obeah, kemampuan Puppet berkisar pada ramuan dan manipulasi tubuh biologis manusia secara fisik atau psikis. Namun apabila lawannya bukan mahluk biologis, maka tidak ada satupun kemampuan Puppet yang dapat digunakan pada lawannya.

Perubahan Renggo telah selesai. Telinga kucing dari rambut merahnya dan rompi hitam yang ia kenakan menandakan bahwa Renggo sedang memakai bentuk dari Ernesto Boreas, peserta yang ia temui di ronde 1.

Puppet merentangkan lengannya ke depan, lalu menegakan tangannya ke atas sambil berteriak, "Berhenti!"

Gas "Auro" Ernesto keluar dari tubuh Renggo bagaikan asap merah, kemudian bergerak ke tangan Renggo sendiri dan memadat menjadi sebuah pedang merah.


"Tunggu dulu, Renggo" sebuah suara terdengar dari pipa di tangan Renggo. Mata mekanik opi berkedip beberapa kali untuk memperjelas citra pengelihatannya, kemudian melanjutkan percakapan, "Apa maumu, nona Puppet?"

Puppet bernafas lega, lalu berkata, "Bagaimana kalau kita berdamai, lalu pakai alat ini gantian?"

"Uh... Puppet, kau sadar peraturan mengizinkan baku hantam di sini,kan?" tanya Renggo.

"Ayolah, Renggo. Apa salahnya?" ujar Opi pada Renggo. "Nona, karena aku sedang berbaik hati, aku bisa mengkompensasi. Bagaimana untuk putaran pertama saja kita berdamai, setelah itu kita bisa memperebutkan kemenangan seperti biasa. Bagaimana?" tawar Opi.

Puppet bernafas lega,"Sebenarnya saya berharap kita tidak perlu bertarung..."

Opi tiba-tiba menyela, "Tidak-tidak! Ini adalah turnamen Battle of Realms! Apa jadinya turnamen ini kalau nggak ada "Battle"-nya"

"S-Saya rasa anda benar..." ucap Puppet.

"Silahkan duluan, Nona"

Renggo mengambil beberapa langkah mundur, lalu membiarkan Puppet naik ke atas podium Roulete.

"Opi, apa kau yakin membiarkan gadis itu duluan?" bisik Renggo, "Bagaimana kalau dia dapat WIN?"

"Ah, tenang saja, Renggo. Aku sengaja memberikan giliaran pertama tidak tanpa alasan" ujar Opi, "Aku hanya penasaran... seberapa parahnya "Hadiah" yang dijanjikan oleh MC kita di sini..."

"Oh! Jadi kalau dia dapat "Hadiah" yang parah, kita habisi dia? Kau jenius, Opi!" seru Renggo.


Meow!


Sebuah suara menarik perhatian Renggo dan Opi. Suara itu berasal dari Eve, kucing hitam Puppet yang sedang menatap Renggo dengan mata lebar. Setelah ngongan pertama tadi, Eve mengeluarkan sebuah suara seperti getaran pelan sambil memandangi Renggo terus menerus.

Renggo mencoba berpindah ke kiri atau ke kanan, lalu kucing itu merespon dengan menoleh kemanapun Renggo pergi.


"Renggo, dia pikir kau adalah mangsanya" ujar Opi.

"S-Serius? Kenapa bisa aku yang sebesar ini dikira mangsa?" tanya Renggo.

"Aku tahu kucing lebih dari dirimu, Renggo... aku tahu sekelompok kucing yang mengeluarkan getaran seperti itu ketika aku memasak ikan gurami di dalam kamar kosku. Hasil dari insiden itu membuatku harus dilarikan ke rumah sakit" ujar Opi.

"K-Kucing-kucing itu menyerangmu?" tanya Renggo.

"Tidak. Aku keracunan asap gara-gara memasak ikan gurami di dalam kamar" jawab Opi.

"Terus apa hubungannya sama kucing-kucing itu!!!" seru Renggo.


Selagi Operator dan Avatarnya sibuk berdiskusi, Eve berjalan mendekat lalu duduk tepat di depan kaki Renggo. Ia memperhatikan beberapa kabel di pergelangan kaki Renggo yang memercikan listrik, tapi tanpa sengaja ia menyentuh kaki Renggo dan mengaktifkan C&P System.

Tiba-tiba lima buah cakar tajam mencuat dari masing-masing punggung tangan Renggo. Mata sang robot peniru terpisah menjadi dua soket mata yang memicing, lalu daerah di bawah matanya membelah, membuat sebuah mulut yang memamerkan taring-taring tajamnya. Rambut dan telinga kucing dari perubahan Ernesto berubah menjadi abu-abu, begitu pula sebuah ekor panjang yang keluar dari ujung tulang ekornya.

Ketika kubus-kubus pixel Renggo menghilang, ia telah berubah menjadi sosok robot kucing yang sangat mengintimidasi dengan kedua mata tajamnya. Kalau saja... dia tidak sekecil Eve.


"WWWAAAA!!! Aku jadi kucing!" seru Renggo.

"Oh... kau bisa jadi kucing?"


Puppet telah kembali dari podium Roulete dan seperti dugaan Opi, ia mendapat salah satu hadiah terparah. Sebuah pipa besar muncul di atas kepalanya dan menumpahkan air hingga baju sang Obeah-Lady basah kuyub.

Kedua lengan Puppet merentang ke samping, lalu membungkukan sedikit tubuhnya. Sang Obeah-Lady berjalan perlahan menghampiri Renggo yang menjadi robot kucing dengan mata berbinar terang, meski ekspresinya tetap saja datar.


"B-Boleh kupegang? Sebentar saja..."

"T-Tidak! Aku bisa konslet kalau kena air!" seru Renggo sambil berjalan mundur, anehnya dengan dua kaki.


Renggo yang kini mengerti sedikit ilmu fisika tahu betul dia akan konslet apabila ada air memasuki sendi-sendinya, atau lebih parah : meledak. Bahkan saat ia menirukan bentuk lain, ada bagian-bagian sendi yang masih terbuka.


"Sudahlah, Puppet. Ini giliran kami menarik lotre,kan?" ujar Opi melalui sebuah pipa yang muncul di dekat Renggo, tentunya karena tangan Renggo tidak muat menahan pipa komunikasinya. "Cepat ke podium itu, Renggo!"


Renggo langsung melesat bagaikan kilat menuju podium stage untuk menghindari pelukan mematikan dari Puppet. Meski telah diguyur air, podium di tengah stage tetap saja kering tanpa alasan yang jelas. Apabila ada yang bertanya, MC mengatakan itu semua adalah "sihir" jadi ia tidak perlu menjelaskan apapun.

Sebelum menarik tuas, mata merah Renggo berubah menjadi hijau, tanda digunakannya "forced command" secara keseluruhan oleh Opi. Kucing itu berbalik ke arah Puppet, lalu bertanya, "Apa kau tahu kenapa "Hadiah"mu jelek, nona Puppet?"

Puppet membalas dengan gelengan kepala.

"Itu karena langkah mendapatkan keberuntunganmu salah, nona Puppet" ujar Opi melalui Renggo.

Sebuah suara dentingan besi terdengar dari podium. Kucing yang sedang berdiri di sana sempoyongan saat berusaha menahan jarum penunjuk podium yang baru saja ia lepas.

Semua penonton membrutal melihat kejadian itu, tapi mereka semakin kacau ketika kucing itu melempar jarum penunjuk yang hampir dua kali panjang tubuhnya itu ke papan Roulete.

Barulah setelah itu mata Renggo kembali merah, tanda pelepasan "forced command". Sang robot kucing menarik tuas dan membut Roulete berputar kencang. Di antara dua puluh hasil yang mungkin muncul, angka yang berada di depan podium itu adalah angka "13".

"T-Tiga belas?! Sesial itukah diriku ini?!" pekik Renggo, panik melihat angka bermitos sial itu di hadapannya.

"Jarum penunjuknya ke potongan WIN, itu berarti kami menang,kan?" ujar Opi.

Seisi tenda, bahkan Renggo sendiri tercengang melihat jarum penunjuk yang tadinya di depan podium telah menancap pada potongan Roulete yang kena lemparan tadi. Potongan Roulete yang bertuliskan "WIN".


"Tahukah kau pepatah 'Ikatlah kudamu sebelum beradu nasib'? Hanya orang bodoh yang bergantung pada keberuntungan. Orang yang pintar akan membuat keberuntungan itu sendiri!" seru Opi, lalu dilanjutkan dengan sebuah catchphrase5) seorang peserta lain, "Are you feeling lucky today?"

Dari samping panggung, MC keluar sambil mengenakan baju polwan,"P-Pelanggaran, kaka! Pelanggaran!"

MC mengambil sebuah buku catatan dan sebuah pensil, lalu bergumam, "Hrm... Peraturan apa yang dia langgar? Ah, iya! Merusak properti panitia!"

"Tidak ada peraturan yang menyebutkan larangan merusak stage,kan?" tanya Opi.

"I-Iya,sih... T-Tapikan seharusnya kaka sudah tahu!" ujar MC.

"Panitianya nggak kasih tahu, jadi ini kesalahan panitia,dong!"

"Tidak bisa-tidak bisa! Keputusan panitia mutlak!"

"Aku kasih permen, dah nanti..."

"Memangnya aku bisa disuap dengan sebungkus permen?!" seru MC penuh amarah. "Setoples saja, baru kita sepakat, gih?" bisik MC pelan.

"Deal" bisik Opi.

"Satu poin kemenangan untuk Renggo Sina!" seru MC.


--6--
Peak of Roller Coaster, Start of a new Conflict


Ah... Roller Coaster. Tiada wahana manapun yang lebih unik selain Roller Coaster. Wahana sepanjang satu kilometer yang terdiri atas lekukkan-lekukan vertikal atau melingkar yang terbuat dari rel besi. Pemandangan seperti itu tidak mungkin tak terlihat ketika berkeliling taman bermain.

Kedua peserta kita, Renggo dan Puppet sedang berada di pintu masuk wahana tersebut, lebih tepatnya stasiun keberangkatannya.


"Aku sudah kering, jadi boleh..."

"TIDAK!"


Namun kedua peserta terlibat dalam kejar-kejaran. Renggo, yang masih dalam bentuk kucingnya tengah dikejar oleh Puppet, sementara Eve menyeringai dari kejauhan, kesal karena perhatian majikannya telah diambil.

Tidak seperti pada stage sebelumnya yang menunjukan sifat bersahabat, Eve mendesis pada Renggo ketika keduanya bertemu, menandakan sifat berseteru. Renggopun membalas dengan menyalahkan Eve dengan berbagai kata, tapi sayangnya kalimat keduanya tidak tersampaikan karena bahasa yang tidak dimengerti oleh kedua pihak.

Perhatian Puppet dan Renggo kembali teralih ketika MC berdehem, membuat para peserta kembali fokus pada dirinya.


"Satu Poin kemenangan untuk kaka Renggo, sedangkan kaka Puppet masih belum punya poin kemenangan. Apabila kaka Renggo memenangkan stage ini, maka permainan akan berakhir di sini" ujar MC.

"Tapi... bukannya itu curang, MC?" tanya Puppet.

"Akulah panitia di sini! Perkataanku adalah mutlak!" seru MC.

"B-Baiklah... kalau itu keputusanmu akan kuikuti..." ujar Puppet, sedikit kecewa.

"Semangat kaka! Kalau kaka Puppet menang di stage ini, masih ada kesempatan,kok!" seru MC.


MC memulai penjelasan stage dengan memaparkan musuh yang ada. Belasan Gargoyle, mahluk mitos berbentuk manusia kelelawar yang mampu berubah menjadi batu, tengah bersembunyi di suatu tempat dan siap untuk menyergap para peserta.

Area yang akan dipakai untuk stage tidak termasuk stasiun, jadi peserta hanya boleh bertarung di atas rel. Di bawah rel kereta terdapat sebuah kolam air dan jika peserta tejebur ke dalamnya, maka mereka harus bisa memanjat naik

Dalam stage ini juga terdapat sebuah kereta roller coaster yang macet di jalurnya dengan beberapa pengunjung terjebak di dalamnya. Misi spesial dalam stage ini adalah menarik tuas rem dari kereta tersebut.

Setelah mendengarkan penjelasan MC, Renggo dan Puppet berjalan menuju ujung stasiun yang berbatasan dengan rel roller coaster.

***

Puppet dan Eve berangkat lebih dulu dengan berjalan pada papan kayu di antara rel besi roller coaster bersama Eve, tapi Renggo dan Opi belum bergerak sama sekali dari titik start.


"Renggo, gunakan Supply Drop. Kita panggil robot pembantu dalam pertarungan ini" ujar Opi.

"Tunggu dulu?! Kita bisa memanggil robot lain?!"

"Aku baru menambahkan satu robot saja, tapi dia akan berguna melawan Gargoyle yang disebutkan MC"


Sebuah layar hologram muncul di depan Renggo. Dalam hologram itu tertulis "Supply Drop" di bagian atas dan dua menu di bawahnya, Perban dan Sniper. Ketika Renggo menekan pilihan Sniper, layar hologram itu menghilang.

Tak lama, terdengar sebuah dentuman keras, diikuti suara gesekan udara dengan suatu benda yang melaju dengan cepat. Bagaikan sebuah meteor, kapsul yang membawa robot pembantu Renggo telah jatuh di tengah stage.

Renggo segera beranjak pergi, tapi ketika ia menginjak papan kayu jalur roller coaster itu, papan itu langsung patah karena berat tubuh Renggo yang tetap konstan meski berubah menjadi lebih kecil. Untungnya ia sempat melompat mundur, sehingga tidak tercebur.

MC memang mengatakan kalau peserta boleh memanjat naik jika tercebut, tapi tidak bagi Renggo. Kabel-kabelnya akan konslet bila terkena air dan bila terlalu lama, ia akan meledak.

Untungnya ketika ia menginjak besi rel, besi itu dapat menahan beratnya. Namun semakin lama ia berdiam diri, maka semakin membengkok pula besi itu. Hal ini membuat Renggo harus terus bergerak maju dengan cepat.

Sementara itu, Pupper dan Eve terhenti di depan sebuah jalur tanjakan yang dihiasi oleh beberapa pipa di sampingnya. Meski di tidak cocok, ada juga beberapa patung bergelantungan di besi penyangga rel tersebut. Puppet bingung apa yang harus ia lakukan karena tidak ada jalan lain selain tanjakan itu, tapi ia sendiri tidak sanggup memanjat terlalu lama.

"Eve, ada saran untuk melewati tanjakan ini?" tanya Puppet pada kucing hitamnya.

Eve menjawab dengan sebuah ngeongan, lalu meletakan kepalanya di antara dua papan rel dan mendorong hingga kepalanya keluar di sisi lain. Karena kelenturan tubuh kucing, Eve mampu menarik tubuhnya hingga sanggup melewati celah di antara kedua papan itu. lalu mendarat di atas sebuah tiang penyangga di balik rel itu.

"Eve, aku terlalu besar untuk itu" ujar Puppet.

"Meow!"

"Merusak papan rel? Hmm... karena Renggo merusak jarum Roulte di stage sebelumnya, berarti aku bisa merusak ini,kan?" gumam Puppet.

Tiba-tiba melesatlah sebuah kucing besi hingga menghantam salah satu papan tanjakan di depan Puppet. Cakar besinya keluar, lalu mencengkram besi penyangga tanjakan itu untuk menahan dorongan lompatannya. Tidak seperti rel yang tipis, besi penyangga tanjakan itu lebih tebal dan luas sehingga dapat menahan berat kucing besi tersebut.

"Eve, hadang dia!" seru Puppet.

Selagi majikannya berusaha merusak papan tanjakan di depannya, Eve melompat ke depan Renggo dan memberikan desisan tanda amarah.

"Renggo, gunakan jurus Growl!" seru Opi.

"G-Growl? C-Caranya?" tanya Renggo.

"Atau gunakan iron tail atau metal claw!" ujar Opi.

"A-Aku kurang mengerti, tapi cakar dan ekorku dari besi, jadi bisa,kan?"

"SERANG SAJA LANGSUNG!"

Renggo melepas genggamannya pada besi di bawahnya dan melompat pada Eve. Kedua cakarnya terangkat, bersiap untuk menebas kucing hitam itu.

"Eve, lompat ke batang di belakangmu dan lakukan serudukan maut!"

Seakan tahu dimana cakar Renggo hendak mendarat, Eve menghindari gerakannya dengan mulus. Dengan satu lompatan kuat, Eve meluncur ke udara, lalu mendarat di sebuah batang besi di belakangnya. Sekali lagi ia melompat, meluncur dengan kecepatan tinggi hingga kepalanya membentur Renggo dengan keras.

Sayangnya pasangan Eve dan Puppet melupakan satu hal, tubuh Renggo terbuat dari besi. Ketika kepala kucing malang itu membentur, dirinyalah yang menerima kerusakan terbesar. Tubuhnya sempoyongan ke kiri dan kanan sebelum akhirnya terpeleset dan jatuh terbaring di atas batang besi.

Renggo mendekati Eve, kemudian meletakan tangannya pada dahi Eve. Mata hijau Renggo menyeringai kucing yang tengah pungsan itu, lalu mengangkat tangannya untuk satu serangan penutup. Namun sebuah tendangan pencetak gol membuat Renggo melayang ke sebuah tiang besi.

Puppet yang telah melepas papan kayu terakhir yang menghalanginya, segera menghampiri kucing hitamnya. Ia meletakan kucingnya di atas pangkuannya, lalu memeriksa luka pada kepala Eve.

"Eve! Bertahanlah!" seru Puppet.

Puppet menarik sebuah botol ramuan dari tas Eve, Miraes, sebuah ramuan penyembuh berwarna oranye. Obat itu mulai bereaksi secara perlahan, luka-luka Eve mulai tertutup hingga akhirnya Eve membuka matanya perlahan.

Namun mata Eve tampak sayu. Sesekali matanya menutup dan membuka, seakan ia tidak mampu mengangkat kelopak matanya sendiri.

"Meow..."

"Eve, tolong jangan mengatakan hal seperti itu!"

"Meow..."

"Kau tidak perlu menyalahkan dirimu, Eve! Akulah yang salah! Aku memberikan petunjuk yang salah!"

"Meow..."

"J-Jangan... aku tidak bisa!"

"Meow..."

"Iya, Eve... aku akan terus bersamamu..."

Selagi Eve dan Puppet menjalani masa-masa dramatis, Renggo yang kini telah berubah meniru Puppet akibat tendangan tadi dan sebuah pipa Opi di sebelahnya sedang menonton adegan itu.

"Opi... kukira hanya orang yang bicara pada pipa saja yang akan dikira gila" komentar Renggo.

"Hush... diamlah, kalau kita ada penerjemah bahasa kucing di sini, pasti kita akan ikut terharu" ujar Opi, "dari pada berdiam diri, kenapa kau tidak segera menghabisi gadis itu?"

"Entahlah, Opi. Bentuk ini memang lebih mudah daripada bentuk kucing, tapi aku yakin yang mampu kulakukan hanya menjatuhkan gadis itu"

"Kalau begitu fokuslah pada misi spesial, mengerti?"

"Baiklah"

Renggo kembali mengikuti alur Rel yang melintas di atas tanjakan itu dengan bergantian menapak batang-batang besi tiang penyangga tanjakan. Akantetapi langkahnya terhenti karena terdengar sebuah pekikan keras dari bawah yang diikuti oleh sebuah getaran hebat. Patung-patung yang singgah di besi penyangga mulai retak dan tercerai-berai hingga menampakan mahluk yang bersembunyi di dalamnya.

Kedua tangan sayap kelelawar mahluk dalam patung itu merentang lebar sebelum akhirnya melompat bebas dan melayang naik tepat beberapa senti di atas air. Puluhan manusia kelelawar kini melayang-layang di langit, mencari mangsa untuk sarapan mereka.

"Gargoyle!" pekik Renggo.

"Jangan panik! Cepat pegang salah satu dan tirukan bentuknya!" seru Opi.

***

Miraes Puppet telah berlangsung cukup lama. Kini Eve dapat berjalan seperti sedia kala seolah kepalanya tidak menghantam Renggo beberapa saat lalu. Namun telinga Eve sekarang memerah, akibat tarikan dari sang majikan.

"Meow"

"Aku tidak marah" ujar Puppet geram.

"M-Meow!"

"Tidak ada kucing yang suka mendramatisir lukanya!"

"M-M-Mew!"

"Aku sudah bilang, aku tidak marah"

"Meow..."

Kelompok kucing dan majikan itu telah berusaha keluar dari tanjakan ketika mendengar suara pekikan Gargoyle. Satu persatu besi tajakan terlompati, mereka semakin panik kala melihat semburan jumlah Gargoyle yang keluar dari bawah.

Ketakutan mereka menjadi nyata ketika salah satu Gargoyle menerjang ke arah merka. Puppet segera melompat untuk menghindar, tapi kakinya malah tersangkut di bahu Gargoyle hingga terbawa pada penerbangan Gargoyle itu.

Dalam situasi genting itu,Puppet mengeluarkan Ortaza dan menusuk pada paha manusia kelelawar yang membawanya. Darah segar mencuat ke Ortaza Puppet, lalu ditusukan ke dalam boneka panda yang ia bawa.

Kecepatan Gargoyle itu perlahan menurun hingga  akhirnya seakan berhenti di udara, melayang dalam posisi berdiri dengan mengepak-kepakan. Puppet mendarat pada salah satu batang penyangga, lalu menggendong Eve yang berlari ke arahnya.

"Sihir pengendali sukses"

Eve menggerakan Eutass, boneka Panda yang ia pegang untuk menidurkan posisi boneka itu. Gargoyle di sampingnya ikut menidurkan posisinya selagi mengepakan sayapnya. Puppet segera melompat ke punggung Gargoyle itu bersama Eve, lalu meluncur keluar dari besi-besi penyangga tanjakan menggunakan Gargoyle.

***

Mengendarai Gargoyle? Ide cemerlang sepeti itu akan sangat menguntungkan dalam pertarungan di antara kerumunan Gargoyle ini. Opi memiliki inisiatif untuk menirukan Gargoyle demi mendapat kekuatan mereka, tapi entah mengapa, Renggo tidak berubah ketika menyentuh mereka, sehingga ia terpaksa bertahan memakai bentuk Puppet.

Tidak seperti musuh biasa, Gargoyle di sini memiliki air liur yang sangat asam hingga mampu membuat besi terlelehkan. Tubuh besi Renggopun dapat tercairkan apabila terkena gigitan atau ludahnya saja, sehingga ia berlari mati-matian.

Renggo yang dalam bentuk humanoid tidak bisa berlari pada satu rel seperti ketika ia menjadi kucing, sehingga ia terpaksa berlari sambil beralih dari rel kiri dan kanan setiap langkahnya.

"Opi, aku melihat kapsul kita!" ujar Renggo.

Di kejauhan tampaklah tanjakan kedua dimana terdapat kereta macet yang disebutkan oleh MC. Pada sisi naik tanjakan itu, asap tampak mengepul dari sebuah tabung besi setinggi dua meter yang merusak jalur itu seakan dijatuhkan dari langit.

"Bagus, setuh saja kapsul itu untuk membukanya! Dengan begitu kau akan dianggap sebagai majikannya" perintah Opi.

Namun takdir berkata lain. Ketika Renggo sampai di tanjakan itu, tiang penyangga di bawah kapsul runtuh karena kerusakan akibat jatuhnya kapsul bantuan dari langit. Kapsul bantuanpun terjatuh bersamaan dengan sisi naik tanjakan itu.

"Renggo, cepat lompat! Gunakan kapsul sebagai pijakan lompat"

Sang robot peniru segera mempercepat tempo larinya. Dengan satu lompatan besar, ia hinggap di atas kapsul itu. Namun karena kapsul itu jatuh, Renggo hanya bisa memijaknya, lalu melompat ke seberang sebelum kapsul itu tenggelam bersama semua sisi naik tanjakan.

"Gah! Bail Out! Cepat Bail Out!" seru Opi.

Kapsul yang telah tercebur itu tiba-tiba terangkat karena mengeluarkan dorongan uap yang berubah menjadi api ketika keluar dari air. Renggo dan Opi tidak bisa melakukan apapun selain memandang kepergian kapsul itu ke angkasa.

"Opi... jadi kita tidak dapat bantuan?" tanya Renggo.

"Sayangnya tidak" jawab Opi dengan kecewa, "Jangan manja! Ayo panjat tanjakan ini dan segera selesaikan misi spesial stage!"

"Memanjat? Caranya?"

"Gunakan tanganmu untuk mencengkram batang besi ketika menghentikan gaya dorong dari lompatan ketika kamu menjadi kucing, maka sudah dapat dipastikan kau akan tercebur ke dalam kolam"

"Kalau begitu kenapa kau menyarankan itu?!"

"Kau buta kalau tidak bisa melihat tangga di depanmu"

Renggo bingung dengan perkataan Opi, tapi akhirnya ia menemukan sebuah batang penyanga dengan sekelompok besi yang tersusun secara vertikal hingga ke puncak tanjakan.

Tanpa buang waktu, Renggo segera menggapai satu anak tangga dan memanjat ke atas. Untungnya para Gargoyle sedang sibuk mengejar Puppet dan Gargoylenya, jadi mereka tidak berkumpul di tanjakan kedua.

Satu anak tangga terakhir telah di panjat. Kini Renggo berada di puncak tanjakan itu dan mulai berjalan menuju kereta pengunjung. Sorak gembira  para pengunjung menyambut kedatangan Renggo, tidak lupa juga diiringi oleh kilatan-kilatan singkat dari jepretan foto para Alaitus Selfieakutz.

Seorang pengunjung yang duduk di kursi paling belakang menunjukan pada Renggo sebuah tuas bertuliskan "REM" di sebelah kursinya. Renggo segera menggapai tuas itu, lalu hendak menariknya turun.

Jangan Tarik!

Namun tangannya tidak bergerak. Renggo memperhatikan tuas itu dengan teliti, lalu melihat ke gerbong kereta yang lain. Tidak ada tuas lain, jadi seharusnya inilah tuas rem kereta. Tidak ada gunanya pengunjung itu berbohong, bahkan mereka menunjukan tuas itu dengan senyuman karena hendak terselamatkan.

Seharusnya tidak ada yang salah,kan?

Renggo berbalik pada pengunung yang menunjukan tuas itu, lalu bertanya, "kalau tuasnya sedekat ini, kenapa tidak kalian tarik sendiri?"

Tolong Kami!

Para pengunjung bersorak ria. Namun tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Renggo.

"Tarik saja, Renggo. Kalau kau tarik sekarang, Authornya bisa selesai 7K kata" ujar Opi.

Jangan Tarik!

Renggo tidak mengindahkan perintah Opi. Ia bersikeras berjalan ke gerbong terdepan hanya unuk memastikan kalau tidak ada tuas lain.

Pada akhirnya rasa curiga Renggo tidaklah benar, tidak pula salah. Tidak satupun tuas ia temukan, tapi ia menemukan satu hal lain yang membuatnya tercengang. Semua jalur, Rel dan besi penyangga setelah tanjakan yang ia singgahi telah sirna.

Renggo mencoba mengingat pemandangan yang terlihat selama perjalanan mencapai kereta, tapi tidak salah lagi, ia masih ingat jalur yang merentang maju berpuluh-puluh kilimeter kedepan. Namun sekarang jalur itu tidak ada lagi.

Kepakan sayap Gargoyle terdengar semakin jelas. Renggo segera melihat ke belakang kereta, menemukan Puppet yang juga disambut gembira oleh para pengunjung setelah turun dari Gargoylenya.

TIDAK! Jangan!

"Puppet, jangan tarik tuas itu!" seru Renggo.

Sang robot peniru segera melompat dari satu gerbong ke gerbong lain hingga mencapai gerbong terakhir. Untungnya Pupper masih bersabar  menunggu Renggo meskipun dia juga masih menggengam tuas rem kereta.

"Baju yang bagus... Dimana kau mendapatkannya?" tanya Puppet, matanya berbinar melihat baju yang dikenakan Renggo mirip dengannya karena peniruan bentuk C&P System. "Seleramu bagus juga... tapi bukannya kamu laki-laki?"

"Ini bukan waktunya membicarakan itu!" bentak Renggo.

"Kenapa?" tanya Puppet datar.

"Ada yang janggal di depan, coba lihat! Jalur di depan menghilang!" seru Renggo.

Puppet sebenarnya tidak ingin meladeni Renggo, tapi karena kemenangan sudah dipastikan ada di tangannya, ia mengikuti permintaan Renggo. Matanya melebar ketika melihat jalur di depan tidak ada pada tempatnya, tapi ekspresinya dengan cepat kembali datar.

"Itu saja?" tanya Puppet.

"Kalau jalur di depan tidak ada, kereta ini akan tercebur ke kolam! Para pengunjung ini bisa saja mati!"

"Oh... begitu?" ucap Puppet, "Kolam di bawah ini cukup untuk merendam kejatuhan kereta. Selebihnya, mereka bisa berenang menepi. Kurasa kolam ini memang dibuat untuk kejadian seperti ini, jadi tidak masalahkan?"

"Bukannya aneh? Kalau mereka bisa keluar dari kereta dan berenang ke tepi, kenapa mereka harus menunggu kedatangan kita?" tanya Renggo.

Puppet tidak menjawab, wajahnya tetap tidak berekspresi seakan mengacuhkan perkataan Renggo.

Renggo segera meraih sabuk pengaman salah satu pengunjung dan  mencoba merobeknya.

"Tidak bisa!" seru Renggo, "Sabuk ini tidak bisa dilonggarkan atau dirusak! Kalau kereta ini tercebur, mereka tidak akan bisa keluar! Mereka akan mati tenggelam!"

"Oh... Itu saja?"

Dentingan logam terdengar. Roda kereta mulai bergerak dan membawa seluruh penumpangnya menuruni tanjakan. Renggo dan Puppet segera melompat keluar, mendarat pada jalur Rel, sementara kereta itu tercebur ke dalam air bersama penumpangnya.

"Kenapa?" gumam Renggo pelan. "Kenapa kau menariknya?"

"Selamat" suara MC terdengar dari speaker taman, "Pemenang stage ini adalah nona Puppet yang telah menyelesaikan misi spesial!"


--7--
The Human-Like Puppet
AND
The Puppet-Like Human


Angin berhembus di atas atap Wahana Kastil Medival seolah hendak melemparkan ubin-ubin atap kerucut kastil. Tidak seperti bagian kastil lainnya yang tertutup oleh atap merah, pada bagian atap muka kastil terdapat sebuah balkon luas yang dapat digunakan untuk menjemur pakaian pegawai wahana.

Sekarang, di ujung balkon yang sama pula, berdirilah Renggo sang robot peniru dalam bentuk yang mirip lawannya, Puppet. Pemandangan dari atas balkon itu mencakup semua wahana dan bangunan di muka kastil. Semua pengunjung dapat terlihat jelas dari tempat itu.

Namun Renggo tidak suka yang terlihat. Bukannya kesenangan yang dipancarkan para pengunjung, melainkan kepanikan. Asap hitam mengepul di langit yang memerah, sementara bangunan-bangunan di bawahnya terlahap oleh api membara.

"Uft... Uft... Panas sekali... aku nggak suka panas..." ucap MC dengan nafas berat. Tangannya mengibaskan sebuah kipas ke kepalanya sendiri, berharap dapat mengurangi penderitaannya.

"Mau kukipasi, MC?" tawar Puppet.

"Tidak... aku mau cepat pergi, jadi peraturan stage cuma kubilang sekali..."

MC menjelaskan bahwa stage terakhir adalah wahana kastil medival di tengah taman. Peserta akan datang di atap kastil, tapi peserta bebas masuk ke dalam kastil. Namun perlu diingat, seluruh taman telah menjadi kacau-balau karena invasi zombie.

Misi Spesial dari stage ini adalah mengalahkan monster "Boss" yang akan muncul nanti. Karena Skor saat ini adalah 1-1, jadi peserta yang pertama menghabiskan HP lawannya atau menyelesaikan misi Spesial akan menjadi pemenang ronde ini.

"Tunggu dulu" potong Renggo. "Kau sengaja mengunci sabuk pengaman pengunjung taman di stage sebelumnya,kan?" tanyanya pada MC.

"Eh? MC nggak tau... MC nggak kuat... jadi pingin es klim..." jawab MC, tetap bernafas berat.

"Jangan main-main! Kau adalah panitia ronde ini,kan? Bukannya kau sendiri yang mengatur semua hal di sini!" seru Renggo.

"MC pergi dulu,ya..."

Cahaya putih membungkus tubuh MC. Renggo segera mengejar gadis kecil itu, tapi cahaya itu melesat ke udara terlebih dahulu sebelum ia mampu menggapai MC.

"Jangan terlalu dipikirkan" ujar Puppet. "Orang-orang itu tidak penting dan sama seperti para maid, mereka dapat digantikan oleh siapapun"

"Apa kau tidak mendengar mereka? Apa kau tidak mendengar permintaan tolong mereka?" tanya Rengo.

"Mereka bersorak gembira..."

"Itu bukan suara mereka" sela Renggo, "ada suara lain... dan mereka meminta untuk ditolong, bukan menarik tuas itu!"

"Kau berdelusi" ujar Puppet, "Kalaupun aku mendengarnya, aku akan tetap menarik tuas itu. Kenapa? Karena aku ingin memenangkan turnamen ini, aku ingin jawaban dari keinginanku"

"Separah itukah keinginanmu?" tanya Renggo.

"Aku punya orang tua dan mereka mati tanpa alasan yang jelas, menurutmu apa keinginanku?" tanya Puppet.

"Menghidupkan mereka kembali?" tebak Rengo.

"Seperti yang kukatakan, kau terlalu delusional" ujar Puppet, "Mereka yang telah mati tidak akan kembali lagi. Yang kuinginkan adalah kebenaran, informasi kematian mereka dan siapa yang melakukannya" jelas Puppet.

"...dan membunuh pelakunya?" tebak Renggo.

"Itu akan kuputuskan nanti" ucap gadis berbaju victorian itu, "tapi sekarang, aku punya tujuan yang harus kucapai dan itu saja yang penting"

"Bahkan jika kau membuang rasa kemanusiaanmu?"

"Lucu sekali mendengar sebuah robot bicara kemanusiaan" sindir Puppet, "Yah... sebenarnya tidak masalah, karena aku telah membuangnya dulu sekali"

"Seharusnya kau..."

"Ternyata kau tidak berbeda dari yang lain" sahut Puppet, "Seharusnya? Kau ingin mendekteku? Kau ingin mengatur hidupku dengan pandanganmu? Tanpa memperhitungkan pendapatku?"

Puppet merengangkan kakinya sambil mengeluarkan Ortaza dari sakunya, bersiap untuk melakukan pertarungan terakhir di stage ini. HP barnya yang berwarna biru masih berada pada 50% semenjak ia selamat dari serbuan Gargoyle.

"Pemerintah, Nokusa dan orang-orang dewasa lainnya. Mereka kira bisa mengekangku, tidak ada yang peduli dengan pendapatku. Mereka kira berpura-pura mendengaran bisa menyelesaikan semuanya!"

Di sisi lain, Renggo yang sedang dalam bentuk Puppet juga mempersiapkan kuda-kuda bertarungnya sendiri. Akantetapi, ia menerima cukup banyak kerusakan karena terkena serangan fatal saat berada dalam bentuk kucing, sehingga bar HP merahnya sudah di ambang 30%.

"Bahkan kau juga tidak peduli apa yang kupikirkan!" seru Puppet, "Eve, serang!"

Tiba-tiba angin berhembus kencang mengikuti Eve yang telah mengitari balkon ke belakang Renggo selagi Puppet mengalihkan perhatiannya. Cakar Eve menggores kaki kanan Renggo, memaksa pengaktifan C&P System dan merubah Renggo kembali ke bentuk kucingnya.

"Kau pikir aku mengajak ngobrol hanya untuk membuang waktu?"

Belum sempat sang robot peniru lepas dari shock atas perubahannya, sebuah tendangan pencetak gol menghempaskan robot kucing itu hingga menghantam pintu tangga ke kastil. Tak memberi kesempatan robot itu untuk berubah, Eve kembali menerjang dan mencakar Renggo untuk mencegah perubahan Renggo, lalu kabur ke majikannya lagi.

"Ramuan atau sihirku memang tidak berguna melawanmu, tapi aku bisa memakai senjatamu sendiri untuk menghancurkanmu!" seru Puppet.

Meski perubahannya diganggu, Renggo tak mau diam saja. Ia segera keluar dari tangga  dan mengejar Eve. Namun belum lama ia keluar, sang robot kucing sudah kembali berlari ke dalam tangga.

"Takut terkena tendangan lagi, Renggo?" gumam Puppet, kini seolah ada sebuah senyum sadis di muka Puppet.

Namun bukan itu yang Renggo takutkan. Eve yang melihat bahaya yang ditakutkan Renggo segera memperingatkan tuannya. Puppet segera sadar dan berlari menuju pintu tangga yang dimasuki Renggo.

Sedetik setelah Puppet bersembunyi di ruang tangga, sebuah semburan api menyambar pintu masuk ruang tangga itu. Semburan itu berlangsung kurang lebih satu menit, menyapu satu persatu bagian balkon hingga semuanya menjadi arang dan debu.

Puppet kembali ke balkon itu untuk mengintip siapa pelaku semburan mematikan itu. Meskipun ia sudah menduga mahluk mitos apa yang menyemburkan api pada sebuah kastil medival.

Cakar putih raksasa menggengam pada balkon kastil itu hingga retak berat. Sisik-sisik merah merah menutup pemandangan taman. Dan sebuah mata hijau menyeringai ke arah Puppet.

Sebuah Naga, masif dari segi ukuran. Begitu besar sampai-sampai jika ia berdiri, dia bisa menyentuh balkon kastil yang terletak 40 meter di atas tanah ini. Sebuah tulisan dan bar HP di atas kepala itu menunjukan seberapa kuatnya monster itu.

Naga Api  LV. 100
HP > 9000

Puppet segera menuruni tangga. Ia tahu tidak mungkin dia ataupun Renggo mampu mengalahkan monster itu. Satu-satunya cara baginya untuk menang adalah mengalahkan Renggo, yang untungnya, sudah ia temukan kelemahannya.

***

Suara kepanikan menggema di seluruh kastil. Para pengunjung ataupun pegawai kastil berlarian hingga membuat ruangan yang mereka lewai teracak-acak dengan barang berserakan dimana-mana. Sang jago merah seakan tidak mau ketinggalan, telah merambat ke sebagian isi kastil dari luar.

"Lari sebelum mereka memakanmu!" jerit salah satu pengunjung yang tengah berlarian.

Sayangnya keberuntungan tidak berpihak padanya hari ini, lehernya tergigit oleh mahluk yang mengejarnya. Pengunjung malang itu mulai dicabik-cabik oleh pemangsanya hingga kulitnya menghijau seperti lumut. Setelah memuaskan hasratnya, si pemangsa melepaskan pengunjung malang itu, lalu mencari mangsa lain.

Kehidupan si pengunjung malang belum berakhir. Meski dengan luka di tubuhnya, pengunjung malang itu berdiri kembali, tapi matanya tidak lagi menunjukan tanda kehidupan. Kini ia sama seperti pemangsanya, mencari pengunjung lain untuk dijadikan seperti dirinya, sebuah zombie.

Dalam kepanikan itu, seorang gadis bergaun hitam-ungu era victorian yang sedang menelusuri kastil menghela nafas. Puppet ingin sekali mengunjungi kastil seperti ini karena dalam kehidupannya di bumi, ia hanya bisa melihat kastil dari kejauhan, tapi dalam kondisi seperti ini, bahkan ia tidak bisa menikmati pemandangan.

Dalam lorong sempit yang Puppet telusuri ini, tampak sekelompok orang berlarian ke arahnya. Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh kekar dalam pakaian seragamnya mengarahkan tangannya ke puppet, lalu menggeser ke samping seolah memerintahkan Puppet untuk mingir.

Puppet merentangkan lengan kanannya ke depan dengan jari jempol dan telunjuknya mengapit sebuah jarum halus transparan –Ortaza– seakan menunjuk ke pria kekar di hadapannya.

"Eve," panggil Puppet.

Eve segera melompat ke tangan kanan majikannya, lalu menggigit jarum tipis di tangan Puppet. Kucing hitam itu segera melesat turun dan berlari hingga ke pria kekar di depan, kemudian melompat ke bahu pria itu untuk menghujamkan jarum Ortaza pada lehernya.

Pria kekar itu mengibaskan tangannya untuk mengusir Eve, tapi kucing hitam itu melompat lebih dulu ke atas kepala pria itu. Merasa diejek, pria itu meraih kucing di atasnya, menangkap kucing itu di perutnya, kemudian melemparnya ke depan.

Tak diduga, Eve melakukan lompat salto dua kali di udara sebelum akhirnya mendarat kembali di bahu Puppet. Sang Obeah-Lady mulai membacakan suatu mantera sambil memegang Eutas, boneka panda Vodoo di tangan kirinya dan jarum Ortaza pada tangan kanannya.

"Jangan main-main dengan kucingmu, nak! Tidak lihatkah kita dalam masalah besar di sini?!" teriak pria kekar itu.

Puppet tidak membalas perkataan pria itu. ia tetap melanjutkan ritualnya dengan menghujamkan jarum ke boneka vodoonya. Sang gadis bermata merah mulai menggerakan boneka Eutas seolah berbalik arah. Seakan mengikuti gerakan Eutas, pria kekar di depannya juga ikut berbalik arah.

"Berhasil" gumam Puppet.

Sang pria kekar masih bingung kenapa ia berbalik, tapi ia semakin bingung ketika kedua tangannya merentang ke kedua sisinya. Beberapa pengunjung yang berlari di belakangnyapun berhenti karena pose yang dibuat oleh pria itu.

Para pengunjung mulai bertengkar dengan si pria kekar yang kebingungan karena menghalang-halangi jalan mereka, bahkan mulai memukuli pria itu. Sayangnya tubuh pria itu mampu menahan pukulan atau tendangan lembek mereka.

Dari pengunjung paling belakang, satu persatu pengunjung mulai tergigit oleh Zombie sampai pada akhirnya pria kekar itupun terkena gigit para pengunjung terinfeksi di depannya.

"Habisi mereka... Zombieku" gumam Puppet.

Zombie kekar Puppet mengaum selayaknya hewan buas, kemudian mulai melayangkan pukulan pada zombie-zombie di depannya. Kini pria kekar itu tidak lagi memiliki batasan manusiawi, sehingga Puppet dapat mengendalikannya dengan leluasa.

"Ayo berangkat. Kita harus membasmi seekor kucing nakal" ujar Puppet.


***

Wahana Kastil Medival ini juga dilengkapi oleh sebuah kafetaria untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pekerja dan pengunjung wahana. Ruangan ini paling mudah ditemukan  karena hanya selisih beberapa ruang kamar dari pintu masuk kastil.

Di segala penjuru ruang  terdapat kursi dan meja bundar untuk rakyat jelata, sedangkan di sisi utara ruangan terdapat sebuah meja kayu panjang yang dipakai rakyat konglomerat. Dinding ruangan dihiasi oleh ornamen-ornamen kerajaan medival seperti pedang, baju besi dan lukisan perang.

Saat ini, sedang terjadi sebuah pesta besar-besaran di sini. Sayangnya yang berpesta bukanlah para pekerja atau pengunjung, melainkan para Zombie yang menyantap orang-orang malang.

Namun pesta ini terganggu oleh sebuah pukulan dasyat yang melayangkan sebuah robot kucing ke tengah ruangan. Sebuah Zombie hijau berbadan kekar keluar dari kedalaman kastil ke ruang pesta itu, lalu meraung dengan teriakan keras.

"G-G-GILA! Dari mana Puppet mendapat monster Zombie Hulk itu?!" pekik Opi melalui sebuah pipa yang muncul di sebelah Renggo. "Renggo, cepat bangun!"

Kucing robot yang terlempar tadi berusaha bangun, tapi ia kesusahan karena banyaknya kerusakan yang ia terima dari awal ronde. Setelah pukulan maut itu, HP barnya telah jatuh di bawah 10%, sedangkan Puppet masih pada 45%.

"O-Opi! Lakukan sesuatu!" pinta Renggo.

"Panggil Sniper! Kita bisa menggunakan bantuannya saat ini juga!" perintah Opi.

Cakar Renggo bergerak cepat membuka menu dan memanggil Sniper. Tak lama, terdengar sebuah suara hantaman yang sangat keras di luar kastil, lalu diikuti sebuah suara amukan sang naga. Suara gemuruh kedua datang dari pintu masuk kastil, Kapsul Sniper pesanan Renggo melayang hingga membentur keras dan tertancap pada dinding ruang makan.

"B-Bail Out lagi! Tidak mungkin kita bisa memakainya kalau tertancap seperti itu!" seru Opi.

"Aku merasa kasihan dengan Sniper ini..." gumam Renggo.

Kapsul itu melepas dirinya dari dinding dengan dorongan roket pendorong, lalu melesat keluar dengan menerobos dinding yang lebih tipis dan menuju ke angkasa.

Tiba-tiba terdengarlah sebuah raungan keras dari pintu masuk kastil. Sang naga menghantam dinding kastil berkali-kali hingga gerbang utama jebol. Hanya perlu sedikit waktu saja sampai ruangan-ruangan lain runtuh dan memberi jalan ke ruang pesta untuk sang naga.

Puppet menggerakan boneka Eutass untuk menggerakan Zombienya. Sang Zombie menghantam tempat Renggo berdiri, tapi ia berhasil melompat menjauh darinya. Namun kini Renggo berada di udara, sehingga ia tidak bisa menghindari pukulan berikutnya.

"Satu pukulan maka ini semua akan berakhir" gumam Puppet.

Di luar dugaan, pukulan itu tidak pernah datang. Puppet membeku di tempatnya ketika melihat sebuah sosok kecil berjalan melewati dirinya. Terdengarlah sebuah suara yang seolah-olah memecah hatinya sendiri.

"Ayah?"

Seorang gadis kecil, kemungkinan masih berumur 8 tahun berjalan perlahan ke zombie Puppet.

"Aku sudah sembunyi di tong seperti yang ayah minta, jadi sekarang ayah datang menjemputku,kan?"

Seluruh tubuh Puppet seakan membeku meski hatinya membara. Ia tidak berpikir panjang ketika merubah pria malang itu menjadi zombie. Alasan dirinya masih bisa mentoleransi anak-anak adalah karena mereka masih bersih, tidak munafik seperti orang dewasa yang ia kenal. Namun melihat dirinya telah membunuh orang tua gadis itu, air mata membendung matanya.

Pemandangan ini membuat Puppet kembali melihat bayangan orang tuanya sendiri bersimbah darah di atas lantai. Seorang anak kecil datang memasuki ruangan dan menangis sejadi-jadinya ketika melihat orang tuanya tergeletak tak berdaya.

Namun dalam kilas balik ini, anak kecil itu seakan melihat pelaku pembunuhan ini, tampak dari ekspresi taku dan benci ketika melihat ke tempat berdiri Puppet. Sang Obeah-Lady menaikan tangannya hendak memberikan gestur supaya anak itu tenang, tapi ketika tangannya terangkat, tampaklah darah pada tangannya sendiri.

Pada akhirnya air mata tak tebendung lagi dan membasahi pipi Puppet. Ia tidak menangisi kematian orang tua gadis itu, melainkan tindakannya yang tidak jauh berbeda dari gambaran 'orang dewasa' dalam pikirannya.

"Ayah? Kenapa ayah diam saja?"

Zombie kekar itu langsung melayangkan cakarnya pada anak itu. Puppet yang baru lepas dari bayangan masa lalunya sempat mengubah pergerakannya sehingga hanya menggores pinggang anak itu saja. Namun itu sudah cukup untuk membuat anak itu terinfeksi.

"Ayah? Kenapa ayah memukulku? Apa aku salah lagi?" tanya anak kecil itu dengan mata berlinang air.

Perlahan, zombie Puppet bergerak merangkul anak kecil itu. Air mata anak itu terhenti, kemudian balas memeluk ayahnya. Kulit anak itu sudah mulai menghijau, tanda waktunya tidak akan lama lagi.

"Aku juga sayang ayah. Sama seperti aku sayang ibu"

Tentu saja, gerakan dari zombie itu bukanlah gerakan si ayah zombie itu sendiri. Puppetlah yang menggerakan zombie itu. Meski ialah yang membuat ayah anak itu menjadi seperti sekarang, tapi paling tidak Puppet tidak mau saat-saat terakhir anak itu menjadi kenangan sedih.

"Sekarang, Renggo!"

Renggo melompat ke atas Zombie kekar itu untuk menirukan bentuknya. Akantetapi kucing itu tidak berubah, sama seperti ketika ia diserang para Gargoyle di stage kedua. Melihat usahanya gagal, Renggo melompat ke arah Puppet dan menyentuh kepala sang gadis sehingga ia menirukan Puppet. Dengan segera Renggo mendorong tubuh Puppet hingga jatuh dan menahan tubuh gadis itu supaya tetap di lantai.

Mata Renggo berubah hijau, tanda Opi mengambil alih. Tangan kiri Renggo melesat ke leher Puppet, sementara yang lain menahan kepalanya. Entah dari mana asalnya, Gelembung-gelembung kecil keluar dari kepala Puppet, lalu merambat ke tangan Renggo dan menghilang tanpa jejak.

"Sekarang, waktunya tidur, Nona Puppet"

Kedua tangan Puppet tiba-tiba menggengam tangan kiri Renggo dan melepas cekikannya. Namun ia tidak cukup kuat untuk melepas cekikan itu pada kondisinya sekarang. Pada akhirnya, kolom HP Puppet menginjak angka 0%.

Mata Renggo berubah kembali menjadi merah, lalu melepas cengkramannya pada leher Puppet.

"Apa aku membunuhnya?" tanya Renggo, bingung.

"Entah. Kolom HPnya sudah sampai 0%, tapi ia tidak pecah jadi partikel ketika peserta mati" jawab Opi.

Tiba-tiba seluruh Stage berpendar menjadi partikel berbentuk kotak-kotak. Pandangan Renggo yang berada di depan stage, kembali ke tubuh tiga dimensinya. Semua isi dunia kotak-kotak itu perlahan berubah kembali menjadi sedia kala.

"Opi, siapa dia?"

Di bawah Renggo, tempat dimana seharusnya Puppet berada telah tergantikan oleh seorang maid .

"Lihat sekitarmu, Renggo" perintah Opi.

Renggo berada di suatu bangunan yang tidak lagi beratap, tapi setiap bangunan ini terbentuk atas garis-garis luar yang membungkus materi berwarna biru. Bukan hanya bangunan itu, semua benda di sekitarnyapun terbentuk dari materi serupa.

"Aku tidak menyangka kita ada di tempat ini... Ini adalah projeksi sistem Database, seharusnya kita tidak boleh ada di sini!" seru Opi, "Renggo, tarik satu tabung dari tasmu" perintah Opi.

Renggo segera menarik tabung yang dimaksud, lalu meletakannya di lantai. Tabung itu tiba-tiba terbuka dan mengeluarkan sebuah tiang yang menyokong sebuah bendera.

"Apa ini?" tanya Renggo.

"Bendera kemenangan. Setiap kali kau menang, keluarkan tabung itu lagi, oke? Aku sudah memasang satu saat ronde penyisihan, tapi Ronde satu lalu aku belum sempat memasang ini"

"Karena matamu dirusak" sambung Renggo.

"Tepat"

Tiba-tiba munculah sebuah layar di hadapan Renggo. Setengah layar itu menampilkan sang gadis pembawa acara, MC dan satunya menampilkan Puppet yang masih dalam kondisi segar bugar.

"KAU MASIH HIDUP?!" seru Puppet dan Renggo bersamaan.

"T-Tunggu dulu! Aku sudah menjatuhkanmu ke dalam kolam!" ujar Puppet.

"L-Lha? Terus siapa yang dibawahku tadi?" tanya Renggo.

"Kaka-Kaka... aku juga di sini, lho~~~" seru MC riang. "Aku mau ngucapkan terimakasih karena kaka-kaka sudah bantu aku masuk ke database ini~~~"

Entah apa yang mempengaruhinya, Renggo melihat ke suatu titik di langit dan tampaklah MC melayang di sana. Anehnya, latar dari langit ini tidak berwarna biru semua, melainkan tampak seperti langit pagi dengan matahari yang hendak muncul di ufuk timur.

"Kaka-kaka sudah lihat aku,kan?" tanya MC.

Tiba-tiba langit di atas MC 'tertarik' mundur hingga membentuk kawah, lalu memuntahkan sebuah bola hitam berukuran masif yang menutupi seluruh langit dengan begitu cepat, seakan-akan benda itu muncul di tempat itu begitu saja.

"Sebagai ucapan terimakasih, MC akan membawa satu informasi terakhir" ujar gadis bergaun hitam itu, "Morgen Charterflug, nama itu terdengar seperti nama laki-laki padahal aku bukan, ya kan? Itu adalah nama kodeku, Sang Penerbang Sewaan di pagi hari~~~"

Tiba-tiba lubang-lubang terbentuk di permukaan bola angkasa itu dan menembakan sebuah cahaya merah yang menghancurkan semua benda yang dilintasinya. Sosok-sosok misterius melompat dari benda bulat itu, turun ke dalam database dan mulai merusak isinya.

"Terimakasih telah menggunakan jasa transportasi MC~~~" seru MC, "Oh, iya. Aku hampir lupa sama para peserta"

Dua buah lubang terbentuk pada bola di langit, mengarah pada dua titik. Satu diantaranya mengarah kepada Renggo dan yang lain mengarah ke Puppet.

"Waktunya Eliminasi!"

Dua titik yang dibidik tertembak oleh cahaya terang benda misterius di langit. Semua bangunan yang terlintas oleh tembakan itu menghilang, tidak menyisakan apapun, bahkan kedua peserta itu.


--Epilogue--


Suara beruntun ketikan terdengar dari ruang gelap ini. Seorang pria berkaos putih memainkan jarinya di atas keyboard sambil memeriksa monitor-monitor yang berisikan berbagai data.

"Hei! Renggo, jawab!" seru pria itu, tapi tidak ada balasan sama sekali dari robot yang ia pakai sebagai avatar dalam turnamen.

Setelah beberapa ketikan, akhirnya monitor utama memberikan feedback berupa gambar dunia yang bertaburan bintang, dunia transisi.

"Phew... buat orang jantungan..."

Sebuah dering telefon terdengar dari samping pria itu, lalu dengan segera ia mengangkatnya. Suara seorang wanita terdengar darinya, "Apa yang terjadi di sana? Aku kehilangan kontak dengan Rogue!"

"Tenang saja, sudah aku perbaiki. Coba periksa sekarang" ujar pria itu.

"Oh, ya. Kau benar... bagaimana kondisinya?" tanya sang wanita.

"Dia akan memperoleh hampir separuh ingatannya kalau lolos pada ronde ini, tapi mulai muncul tanda-tanda Bug6) waktu itu akan terulang"

"Bug? Yang mana?"

"Dia mulai memberi nama dan mendengar 'suara' dalam kepalanya"

Ruangan itu langsung menjadi hening. Tidak ada siapapun yang berbicara, hanya desingan dari pergerakan kipas komputer saja yang terdengar dalam ruangan itu.

"Baiklah, aku mengerti" ujar sang wanita, "Perkuat belenggunya, jangan biarkan bug itu terulang lagi"

"Siap, boss" jawab pria berkaos putih itu.



Round 2
The Human-like Puppet and The Puppet-like Human
--END—




Daftar Istilah :
1)     Sprite : Potongan gambar yang mewakili karakter dalam game.
2)     Alaitus Selfieakutz : Nama fiksional untuk menggambarkan karakter orang yang... ehm... dari namanya anda pasti sudah tahu,kan?
3)     Stats : Singkatan dari "status", merujuk pada parameter kekuatan.
4)     Roulete : Mesin judi yang terdiri atas pecahan segitiga sama sisi yang disusun menuju satu titik hingga membentuk lingkaran. Biasanya memiliki sebuah jarum untuk menunjuk hadiah yang akan di dapat.
5)     Catchphrase : Sebuah kalimat original yang menjadi ciri khas sebuah karakter tertentu.
6)     Bug : Suatu kesalahan yang luput dari pembuatan sebuah program

3 comments:


  1. Renggo sekarang ngambil jalan full komedi ya

    Entri ini enak banget buat saya, baik dari pemilihan judul yang beneran pas sampe joke" yang terus diluncurin tanpa henti dari awal sampe kisaran pertandingan kedua. MC disuap permen, Opi nyuruh narik tuas biar entri selese di 7k, tendangan pencetak gol... Pilihan momen apa yang dipake lumayan dapet. Meski masih luntang-lantung, kayaknya ke depannya Renggo bakal punya karakter sendiri ya kalo terus maju

    Dari saya 8

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  2. Hoho, jadi begini ya seharusnya entri battle BoR? Adu logika dan adu skill juga.
    Dan saya salut karena Puppet dibuat benar2 tampak tangguh, cerdas dan meyakinkan, sulit ditalklukkan walau sbnrnya di atas kertas Renggo unggul dari Puppet.
    Makasih inspirasinya, saya hadiahi poin 9/10 yah. Ciao! OC: Vajra

    ReplyDelete
  3. Anjrooot, itu si maid hilariuos banget, wkwkwkwkwkwk

    Nggak cuma berfunsi sebagai telepon, dia juga bisa berfungsi sebagai mesin fax
    XD

    Battlenya twist pisan, dan makjang, itu si MC bisa disogok modal permen doang
    XD

    Robot dan kucing adu mulut, tapi gak ada yang ngerti satu sama lain karena keterbatasan bahasa :'V

    Renggo dan Opi ini kocak yah, guyonan mereka berdua fresh terus nih.
    :D

    Dan apa pula itu, Puppet sama Eve, dialog kucing sama cewek kesannya begitu dramatis gitu
    XD



    ...


    aduh, ada momen ngefeels juga yah...

    salut deh, ini entry nggak full guyonan aja. pembawaan ke mode galaunya juga pas gak kebuburu.

    Saya harus banyak belajar dari sini~




    Point : 9
    OC : Sanelia Nur Fiani

    ReplyDelete