9.8.15

[ROUND 2 - LEVEL 1] PITTA N. JUNIOR - JUDUL CERITA

Prologue

Fapi berhasil bertahan di pertandingan yang lalu. Di saat terdesak, dia bukan hanya menemukan cara baru dalam teknik memasak, tapi juga menemukan menu baru untuk diberikan ke pelanggan.

Stromboli, atau disebut sebagai pizza roll. Sebuah terobosan unik dalam penuajian sebuah Pizza. Berbeda dari pizza yang biasanya disajikan bulat datar, stromboli adalah pizza yang digulung. Pizza yang memiliki tekstur adonan lembut di dalam garing di luar. Panas dari api pembakarnya akan tetap tersimpan dan membuat keju dan topping di dalamnya tetap hangat bahkan panas di dalam gulungannya!

Bisa dimakan langsung bulat-bulat dengan tangan dan rasakan sensasi gulungan pizza itu memasuki mulut, atau bisa dipotong beberapa bagian terlebih dahulu, lalu cucuk bagian itu dengan garpu dan santap langsung.

Bagi yang bosan memakan Pizza dengan cara biasa, patut mencoba Stromboli.

Kehangatan dua kali lipat, cinta dua kali lipat!

***

1st Slice

"Apa-apaan ini?"

Hewanurma, sang panitia Turnamen ini, tiba-tiba kewalahan. Hal aneh sedang terjadi di hadapannya.

[THERE IS A GLITCH IN THE MATRIX]

Sepertinya banyak virus yang mencoba membobol keamanan server Alforea, dan ini akan berimbas besar pada jalannya turnamen.

Sayangnya, semua virus itu sudah berhasil menjebol sebagain besar benteng pertahanan yang dibuat Hewanurma.

Hewanurma harus berusaha sendiri di sini karena Tamon Ruu sedang pergi keluar.

Semua cara dia lakukan, dan hanya satu cara terakhir yang bisa dia pikirkan. Dia mengeksekusi perintah terakhir itu, dan menunggu hasilnya.

Nafas lega yang dia harapkan tapi bukan itu yang dia dapatkan.

Semua jerih pPapanya tak membuahkan hasil, bahkan dia kehilangan koneksi ke server.

Nafasnya memburu, kesal, panik. Bagaimana mungkin dia yang ahli dalam hal ini bisa dikalahkan oleh sesuatu—atau seseorang yang sedang iseng dengannya kali ini.

Matanya melotot memperhatikan layardi depannya sebelum beberapa detik kemudian dia langsung beraksi kembali. Jemarinya, seluru inderanya dia aktifkan untuk mengembalikan—tidak, untuk memperbaiki semua kekacauan ini dan meningkatkan pertahanan. Tidak ada waktu untuk bersantai walau sudah hampir dua hari tanpa tidur.

"Baiklah, saatnya serius melebihi seriusku di masa muda."

Tak ada yang dapat menganggu fokusnya Hewanurma saat ini.

***

Fapi yang sudah berhasil melewati jalannya turnamen pertama akhirnya bisa sedikit tenang. Bagaimanapun, dia bukanlah peserta –atau seperti itulah tanggapannya, di BOR ini. Dia hanya tukang antar pizza yang berusaha mengantarkan pizza terenaknya kepada seseorang bernama Tamon Ruu.

Alih-alih bertemu calon pelanggannyam dia malah terjebak di sini dan sudah menjalani dua ronde pertarungan antar dimensi ini.

Di turnamen sebelumnya dia berhasil mendapatkan banyak teman baru, penghuni Hutan Dodonge, suku solari. Melindungi Bu Mawar dan anak-anak muridnya. Juga ada si Liona, sang pelindung.

Ada juga Tan Ying Go yang mendapatkan pengalaman tidak enak dijejali pizza gulung oleh Fapi.

***

Semuanya kini sedang dalam kondisi kelelahan akibat pertarungan di turnamen terakhir, terutama Ying Go, Liona dan Fapi yang bertarung habis-habisan.

Mereka masing-masing sudah membayangkan kembali ke penginapan Alforea dan kembali sembuh/fit atau setidaknya bisa beristirahat dulu untuk mencerna semua informasi yang merekaa dapat sebelum disuguhkan ronde berikutnya.

Fapi yang duduk bersandar, pikirannya masih di awang-awang, kembali teringat kepada pesanan awalnya.

"Kapan aku bisa bertemu dengan Tamon Ruu...Pizza apa yang dia pesan ya?"

Selagi melamun begitu, tiba-tiba ada getaran rendah yang terjadi di tanah dan pohon yang diduduki Fapi.

Sepertinya bukan hanya Fapi yang merasakannya.

"Kenapa ini?" Liona kebingungan.

Getaran itu berhenti, semuanya menjadi hening.

1 menit.

2 menit.

Tidak ada perubahan.

Aneh sekali.

***

"Hey, bukannya harusnya kita sudah dijemput ya?"

Tan Ying Go bertanya sambil menyebar pandangan ke yang lainnya.

Tak ada yang bisa menjawab. Bu mawar hanya bisa menggeleng. Anak-anak sudah tertidur karena kelelahan sehabis makan Pizza. Liona hanya mengatakan entah dengan gerak geriknya. Fapi...terlalu lelah untuk berujar "iya" sekalipun.

"Ini sudah terlalu lama. Ada apa seb-"

Ying Go menghentikan pertanyaannya setelah melihat ada portal yang terbuka.

Salah satu maid datang, "Maaf lama menunggu, ada gangguan teknis. Sekarang kalian bisa kembali ke penginapan, silahkan masuki portal masing-masing." Ujarnya.

"Kami duluan." Semua peserta pamit kepada Fapi dan memasuki portal menuju penginapan.

Fapi mencoba berdiri, supaya dia bisa fokus walau lelah. Dia mengeluarkan adonan yang sudah hampir jadi yang tinggal satu di tasnya untuk dibentuk.

Mana tau, setelah ini dia bisa bertemu dengan Tamon Ruu, menanyakan pizza apa yang mau dipesannya, lalu mengatakan bahwa dia tidak sengaja terikut, di turnamen ini. Lalu, menyiapkan pizzanya, berpamitan dengan semua, lalu kembali ke Ambrossia city. Selesai.

Semua bayangan itu sudah ada di benaknya sejak sebelum masuk ke portal. Tanpa menyadari ada sasuatu yang aneh terjadi dengan android maid yang mengantarnya.

Selangkah lagi dirinya memasuki portal...

***

[GLITCH]
[GLITCH]
[GLITCH]

[ERROR]
[FIXING]
[ERROR]
[FIXING]

Maid tersebut kebingungan, tablet digital yang dibawanya tidak dapat mengakses apapun saat ini. Semua datanya tercampur dan berubah-ubah. Dia juga merasakan ada program aneh yang memasuki dirinya sekarang.

"ahn..." desahnya.

Sedangkan Fapi, masih berkutat dengan adonannya. Meremas-remasnya dengan lembut.

***

[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[ERROR]
[SERVER DISCONNECTED]

Tablet yang dipegang si maid tiba-tiba mati. Begitu juga dengan android maid itu sendiri. Tak bergerak.

Portal seketika tertutup.

Fapi yang mau memasuki portal jatuh terjerembab.

"Hah? Hah?" kebingungan dengan apa yang terjadi.

Fapi bangkit daan masih dalam kondisi kebingungan. Saat dia mau bertanya pada maid yang menjemputnya. Barulah dia sadar, ternyata, Maidnya tidak bergerak lagi.

"Ha? LAH. GIMANA INI?!"

"HEI, BANGUN! NONA MAID!"

Kepanikan muncul.

"Aduh! Masa terjebak di sini?"

Panik hanya membuat semua tenaga dalam diri menjadi semakin terkuras, Fapi tidak menyadari hal itu saat ini. Dia sudah kesulitan untuk berpikir.

Fapi terduduk, terdiam.

Tak ada yang bisa dilakukannya saat ini.

***

2nd slice
[Outside Alforea]

"Heh Cuma begini ternyata keamanan servernya?." Ujar seseorang kepada lelaki berjubah hitam.

"Gimana, kita bunuh semua pesertanya sekarang?" tanyanya.

"Tidak, aku ada ide yang lebih baik. Kirim mereka semua ke Database dan buat mereka saling bunuh selagi Database dihancurkan, dengan begitu kita bisa membunuh dua burung dalam satu batu."

Orang yang diperintah tadi langsung melaksanakan aksinya. Semuanya akan berjalan seburuk-buruknya.

***

"Hm...oke, beberapa hal sudah diperbaiki. Aku juga sepertinya sedikit tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Jika begitu...sebentar..." Gumam Hewanurma.

Dia mengutak-atik dan melihat kondisi peserta yang bisa diawasinya saat ini. Dia berpikir untuk menghubungi beberap peserta untuk membantunya mengatasi kejadian ini. Dia bertanggung jawab untuk hal-hal teknis di sini, selagi peserta—jika mereka mau, membantunya dari lapangan.

Sebagian besar sudah masuk ke dalam perangkap virus yang sangat dalam di database. Sulit dijangkau. Beberapa peserta lagi sudah terjangkiti virus, corrupted. Walaupun bisa dijangkau, tapi tidak bisa dihubungi langsung. Walaupun begitu dia tetap berusaha memasukkan perintah agar peserta-yang belum terlalu corrupted bisa membantunya. Jika ada.

"Hiiiiih," Geram Hewanurma melihat beberapa jenis perubahan yang terjadi di database akibat virus tersebut.

"Ah..." pandangannya tertumbuk pada 1 layar. Masih ada 1 peserta yang belum melewati portal. Sepertinya dia selamat dari pengaruh virus dan koneksi terputus tadi. Di sebelahnya juga ada maid tak aktif.

Dia langsung berusaha menghubungi peserta itu. Ada harapan.

***

"Namamu, Pitta N. Junior kan?"

Tiba-tiba sebuah layar hologram muncul di hadapannya. Tampak seorang pria berjubah putih, rambut dan jenggot putih panjang.

"I-iya..."

"Kau siapa?"

"Aku Hewanurma, penyelenggara turnamen ini," Jawabnya. "Kau masih ingat orang yang berbicara di balkon istana waktu itu?"

"Hm...oh..OH IYA! Kau di sana dengan si wanita berdada besar itu kan?"

"Tepat sekali! Kau punya mata yang tajam."

"Bukan-bukan, dadanya saja yang sangat besar, dan kau juga sangat mencolok dengan rambut panjangmu itu."

".........."

"Oh ya, hei, ini gimana. Aku terjebak di sini, portal tiba-tiba tertutup. Apa ada masalah?"

Hewanurma menjelaskan semua kejadian yang dihadapinya beberapa jam belakangan. Juga mengutarakan permohonan bantuan pada Fapi.

"Berarti seluruh peserta termasuk teman-temanku terjebak di sana?"

Hewanurma mengiyakan hal tersebut. Dia benar-benar merasa bertanggung jawab untuk hal ini.

"Jadi, Aku harus masuk ke salah satu database, dan membantumu mencari sumber masalah ini lalu menghentikannya?"

"Ya."

Fapi berpikir. Ah tapi tidak bisa berpikir. Dia sudah terlalu lelah.

"Aku sudah kelelahan. Aku awalnya juga bukan peserta di sini, aku hanya merespon email salah satu calon pembeli Pizza ku. Tapi setelah kurespon, malah aku terkirim ke Turnamen ini."

"Hah? Apa? bukan peserta?........"

Hewanurma menepuk kepalanya. Bagaimana mungkin hal ini terjadi. Ah! Hal ini mungkin saja terjadi. TAMON RUU!

"Sialan. Dasar dada besar otak semut. Bisa-bisanya melakukan kesalahan mendasar begini." geramnya.

Sudah tak ada waktu lagi memikirkan si wanita ceroboh itu. Semuanya hanya akan lebih runyam kalau harus menghubungi dia lagi. Mau tak mau dia harus terus jalankan rencana ini.

"Tidak apa, aku masih membutuhkan bantuanmu, untuk sekarang, hanya kau tenaga bantuan yang bisa aku harapkan..."

Fapi melihatnya sambil menghela nafas. "Kenapa jadi begini?"

***

"HUUACCHEEEMMMM!!!"

Tamon Ruu mengusap hidungnya yang gatal. Dari tadi dia bersin-bersin tidak karuan.

Dia melihat para administrator lain yang sedang ada di hadapannya sekarang.

"Ahehehe...maap. Biasa, orang cantik banyak yang omongin." Sambil ngedipin mata ke mereka semua.

"Cantik sih cantik, bersin kayak om-om. Iiiih." Begitulah suara hati para administrator di ruangan tersebut.

***

3rd Slice

Server Alforea sudah kembali terkoneksi. Hanya saja masih belum pulih. Bahkan tidak 50% nya.

Hewanurma harus melakukan 3 hal agar semuanya kembali 100% dan meningkatkan pertahanan menjadi lebih besar lagi agar tidak ada gangguan aneh lagi ke depannya.

Yang pertama. Menembus database yang sudah dimasuki virus. Mulai dari kulit terluar. Level 1. Ini harus dimasuki dari luar, oleh peserta yang belum terjangkiti virus.

Yang kedua. Jika sudah tertembus, maka database level 1 harus dipulihkan. Cari virusnya, hancurkan.

Terakhir Jika sudah pulih. Maka dia bisa memasukkan semua vaksin pemulihan ke database level berikutnya dan berikutnya.

Untuk itu dia butuh bantuan peserta. Fapi yang menjadi tumpuannya saat ini.

"Aku akan memulihkanmu sekarang."

Dalam sekejap. Energi Fapi pulih. Kelelahannya menghilang. Fokusnya kembali.

"WOW. Terima kasih. Panitia memang hebat."

"Terima kasih kembali. Sudah tugasku. Sekarang, aku akan memasukkanmu ke database. Langsung dari sini."

"Saat aku kirim, akan terjadi beberapa hal. Pertama, tak ada ruangan berpijak. Kau akan memasuki limbo. Ruangan putih tak berbatas. Dari situ, aku akan mengirimmu dua kali lagi ke tempat berbeda. Kau juga mungkin akan bertemu dengan peserta lain. Berhati-hatilah."

Fapi mengangguk.

"Berikutnya. Tergantung situasinya, virus akan tetap memengaruhimu dan peserta yang ada di ruangan yang sama denganmu. Skenario terburuk adalah, kalian harus berhadapan sampai mati. Semoga tidak perlu sampai seperti itu."

Fapi bergidik. Dua ronde sebelumnya dia sudah selamat dan tidak membunuh siapapun. Begitu juga harapannya kali ini.

"Lalu, tunggu perintahku selanjutnya. Aku akan memberitahu apa yang harus dilakukan  jika kau sudah sampai di tempat yang aku kirim nantinya. Sisanya, silahkan berimprovisasi sendiri."

"Baiklah..." Angguk Fapi.

Dia sudah siap untuk dikirim. Tak ada jalan mundur.

"Hey, Bocah Pizza. Selesai ini, aku pesan 1 pizzamu. Good luck."

Ucapan itu memberi Fapi semangat yang lumayan besar. Tak ada yang lebih membahagiakan dibanding ada orang yang berharap akan pizzanya.

"Do'akan saya ya!"

***

4th slice

Fapi sudah terombang-ambing cukup lama di ruangan putih ini. Rasanya aneh.

Bayangkan tak memijak tanah, tapi bukan lagi berenang, atau di luar angkasa. Tak ada angin. Tak ada suara atau bunyi apapun. Yang terdengar hanyalah suara nafas Fapi.

"Hei Pak panitiaaaaaaaa."

Belum ada respon juga. Apa jangan-jangan dia bakal terjebak di sini? Tidaaaak! Kalau begitu Fapi tidak bisa membuat pizza lagi? Mari kita berdo'a supaya tidak seperti itu akhirnya.

Fapi memilih untuk fokus kepada misi ini. Dan...pizza apa yang akan dia buat untuk si pak tua tadi.

Panalove? Sepertinya tidak cocok untuk perawakannya...
Singleround? Rasanya seperti menaburkan garam di atas luka.
Stromboli? Apa dia suka jenis pizza baru begitu ya...
Atau Happy Party saja? Mana tau dia mau makan bersama rekan-rekan kerjanya.

Kalau begitu, setelah ini selsai, dia harus beli bahan yang agak banyak. Bahan lokal alforea. Topping apa yang dia suka ya?

Rasa deg-degan itu membuat fapi fokus dan semakin bersemangat. Semoga Hewanurma bisa melakukan tugasnya.

***

"Maaf Pitta. Ternyata aku memang tidak bisa mencegah virus itu memengaruhimu, Dan limbo ini tidak bisa aku apa-apakan. Pada dasarnya Limbo ini adalah database yang rusak akibat virus. Dia akan berubah terus menerus sampai pada titik tertentu."

Hewanurma tidak berhasil mentransfer Fapi keluar dari limbo putih. Malah limbo itu tiba-tiba berubah-ubah setiap beberapa menit sekali.

Fapi masih tercengang dengan apa yang terjadi sekarang. Tubuhnya menciut. Mengerdil. Tidak lebih dari 1/4 ukuran asli tubuhnya. Tapi tampilannya lebih imut. Ini adalah virus bernama "Chibi pawwa".

Dia merasakan kekuatannya juga menurun drastis. Tapi selain perubahan ukuran, tampilan dan energi, yang lainnya tidak berubah.

"Sebentar, sepertinya limbonya berhenti berubah. Hati-hati."

Tiba-tiba...

Fapi berada di sebuah reruntuhan sebuah hall yang sangat besar. Sepertinya pernah ada pertarungan besar-besaran di sini. Di salah satu dinding ada tulisan BOR IV.

"Apa yang terjadi di sini?" bisiknya.

Fapi mencoba menjelajahi tempat ini. Tak ada tanda keberadaan siapapun.

"Hey pak panitia. Kau masih mengikutiku?"

Layar hologram itu muncul di samping Fapi.

"Ya. Sebentar, aku masih mengutak-atik hal ini."

"Oke...." Acungan jempol Fapi mengarah pada Hewanurma.

Fapi berjalan lagi....

"wah! Ada buah berry!"

"ugh!" Chibi Fapi mencoba mengambil buah berry itu, tapi apalah daya. Ukuran tubuhnya sekarang membuatnya tak bisa menggapainya.

Bayangkan makhluk imut gembul, melompat-lompat kesulitan mengambil buah berry yang menarik hatinya. Terenyuh rasanya.

***

5th slice

"Cangkul..cangkul....cangkul yang dalam.................menanam..."

"Hey...bang...Kok...nyangkul di sini?"

Tanya Fapi hati-hati pada sosok chibi imut di depannya. Fapi sedikit bergidik. Dengan tampilan seperti itu, aura hitam menyelimuti dirinya. Dengan bersenandung seperti itu sambil membacok-bacok tanah dengan goloknya. Siapa yang tidak ngeri?

Tampilannya sangat sederhana. Hanya pakai singlet putih, dan celana panjang hitam plus sandal.

"Bang, ngapain nyangkul pake golok?"

Lelaki chibi itu tetap melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan Fapi.

"...ambil cangkulmu...ambil pangkulmu...."

"Hey..."

"Dia Mang Ujang. Petani Ikemen. Kalau dia tak berbentuk chibi begini, dia akan terlihat lebih menyegarkan."

"......"

"Oh well...sepertinya dia kena virus cukup parah....eh..apa ini..."

Suara Hewanurma mulai terputus-putus, hologramnya pun tiba-tiba kabur.

"Fapi, hati-hati. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang berbahaya. Aku akan melakukan sesuatu dari sini sebagai penanganan. Kau bertahanlah."

"A-apa?! hey...kenapa..ada apa!?"

Komunikasi terputus.

Di saat yang bersamaan, muncul tulisan besar dan suara digital di ruangan tersebut.

[ROUND 2 ENABLED]
[PITTA N JUNIOR VS MANG UJANG]

"EEEEEEH?"

[HEALTH BAR INITIATED]

Entah darimana, muncul sebuah bar digital di atas kepala Fapi Warnanya hijau dan ada angka 100 di dalamnya. Begitu juga di atas kepala Mang Ujang.

"Apa ini?"

[SYARAT LOLOS RONDE-2: HEALTH BAR LAWAN MENCAPAI 0]

"Hah? Apa?"

[BATTLE: START]

"Eh?"

Belum lagi Fapi paham dengan apa yang terjadi barusan, Mang Ujang sudah melangkah mendekat...

"Cangkul...cangkul....cangkul yang dalam...."

"E....Mang Ujang.....Mang...."

Fapi bergidik. Ini bukan pertanda baik untuknya. Langkah mundur bertahap pun dia ambil.

"Menanam..."

Mang Ujang melanjutkan lagunya sambil melangkah mendekati Fapi.

Selangkah...

Demi selangkah...

Sambil memegang goloknya dengan erat...

Dan Golok itu mengeluarkan aura hitam yang... Siapapun bakal tau itu adalah hal yang mengerikan.

"Mang Ujang. Apapun yang mau Mang lakukan. Berhenti Mang..."

Fapi mencoba membujuk Mang Ujang. Yang sepertinya tidak menggubris atau bahkan tidak mendengar ucapan Fapi sama sekali.

Setiap langkah mundur yang Fapi ambil. Begitu pulalah angkah maju yang diambil Mang Ujang mendekati Fapi.

"Mang...Jangan Mang..." Apalagi yang terpikirkan oleh orang yang merasakan aura tidak enak yang keluar dan mendesak dari orang yang memegang golok dan bernyanyi aneh begitu.

Kaki Fapi akhirnya mencapai dinding ruangan. Dia sudah terdinding  sekarang, karena tersudut hanya bisa dilakukan di sudut. Dia terdesak.

Dia berhenti dan menatap Mang Ujang. Mang Ujang kembali membalas tatapan Fapi. Matanya memancarkan kegelapan yang aneh.

Sekarang, dua makhluk Cebol imut yang satu gendut yang satu tirus, saling berpandang-pandangan. Satu nafasnya memburu. Satu memandang penuh nafsu, nafsu membunuh. Keduanya adalah lelaki dewasa.

Nyanyian Mang Ujang berhenti. Mang Ujang mengangkat goloknya tinggi-tinggi.

"CANGKULLL YANG DALAM!!!" tebasan kilat ke arah Fapi dilancarkan.

"ITU BUKAN CANGKUL MANG!!" teriak Fapi sambil mengelak.

Kena! Tapi tidak dalam. Lengan Fapi terluka.

"Sakit! Sakit sekali ini." Keluh Fapi.

Sepertinya Golok milik Mang Ujang bukan Golok mainan. Iya, benar. Golok beneran. Yang ada Aura hitamnya.

"Mang Ujang! Stop Mang. Jangan lakukan ini! Kau terpengaruh virus! Dengar, tadi aku diceritakan oleh panitia-"

"AMBIL CANGKULMU!!!" teriak mang ujang sambil melakukan serangan kombinasi tebas cucuk yang dia miliki.

"HUAAAA!!! TU-TUNGGU MANG!" Fapi berlari dengan kakinya yang pendek. Sudah gemuk, jadi cebol pula. Apalah jadinya.

"AMBIL PANGKULMU!!!' Mang ujang mengejarnya.

"Pak panitia! Pak Hewanurmaa!!" Fapi berteriak histeris. Ini Teror. Dia tidak bisa berpikir sebagaimana mestinya.

Beda dengan dua turnamen sebelumnya dimana keberaniannya tmbuh untuk melindungi. Dimana dia harus bertahan bukan hanya untuk dirinya. Sendiri. Ada kelompok yang saling mendukung untuk bertahan hidup.

Lagipula, dia tidak membunuh siapapun di kedua pertarungan sebelumnya. Tapi sekarang, dia mengalami perubahan yang aneh. Di tempat yang tidak jelas. Dapat misi dan tanggung jawab besar. Belum lagi lawannya tak bisa diajak berkomunikasi. Mengejar sambil mengayun golok beraura hitam pula.

Tamat Sudah nyawanya. Begitu kira-kira pikir Fapi.

***

"Ke-kena..pa..ja-jadi..begini..," Nafasnya tersenggal-senggal.

Fapi berhasil kabur—mungkin, dari terjangan Mang Ujang. Tak menyangka Mang Ujang benar-benar serius menyerang Fapi.

Fapi terduduk, bersandar, menarik nafas yang dalam, berusaha mengambil ritme nafasnya kembali.

"Ini Gila." Sekarang Fapi baru sadar, adalah sebuah kebetulan yang salah dia menerima email pesanan yang aneh. Kalau saja dia tidak menerimanya. Mungkin Dia tidak akan di sini sekarang.

Tubuh Fapi semakin terasa berat. Efek dari serangan Mang Ujang sepertinya bukan hanya membuat Fapi terluka. Tapi lebih dari itu. Semua status dirinya melemah. Energi terkuras,fokus melemah, Sulit sekali untuk bergerak. Jika paham apa artinya dehidrasi, bahkan ini 10x lipat lemasnya dibanding saat terkena dehidrasi.

"Ibu...," di tengah pandangannya yang mulai kabur. Fapi terbayang akan pelukan ibunya.

Dia teringat saat-saat terberat di hidupnya.

***
6th slice

[ Fapi kecil menangis terisak...

"Pitta Navolee Junior. Kamu adalah anak Mama yang paling baik. Karena kamu anak baik, kamu adalah anak Mama yang paling kuat!"

"Aku tidak mengerti Ma..."

"Orang baik selalu ingin memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekelilingnya. Tapi, seringkali dia mengabaikan keselamatan dirinya sendiri. Orang-orang sering bilang, karena kebaikannya itu, orang baik adalah orang paling bodoh."

Fapi kecil terdiam...sambil tersedu.

"Tapi, orang baik adalah orang yang selalu memberikan kehangatan dan semangat untuk siapapun, sejahat apapun orang yang dihadapinya. Demi kedamaian, demi kebahagiaan. Orang baik akan selalu berkorban."

"Tidak perduli halangan seberat apapun, Tidak peduli keadaan seaneh apapun. Jika dia bisa membantu orang untuk kembali menjadi dirinya yang baik. Maka Orang baik akan selalu berusaha sampai titik terendah dirinya."

"Bukannya, itu melelahkan sekali ya Ma...apa aku sanggup?" Fapi kecil menghentikan tangisannya.

"Orang baik akan selalu sanggup. Kebaikan adalah kekuatannya. Karena selalu bertahan dan berada di kondisi terdesak. Demi kebaikan yang akan dilindunginya. Orang baik akan selalu mampu bangkit dan menjadi lebih kuat."

"Begitu ya Ma?"

"Iya, tapi....tentu saja. Orang baik harus memiliki kemampuan yang cukup agar tidak menghadapi usaha yang sia-sia. Untuk itu, kamu harus latihan. Harus sanggup bertahan. Anak kesayangan Mama pasti bisa!"

Sang ibu terus menyemangati anaknya, menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Tapi...aku tidak sehebat abang dan kakak...Papa juga..selalu marah...karena aku tidak sepintar kakak...."

Sang ibu tersenyum.

"Kamu adalah kamu. Si kecil yang baik hati. Kamu pasti bisa melebihi ketiga saudaramu..."

Fapi menunduk...merenung.

Sang ibu mengangkat wajah anaknya dan memandang matanya dalam-dalam.

"Dan Papa...Papa sama seperti Mama, menyayangimu. Hanya saja Papamu tidak tertalu pintar menunjukkan kasih sayangnya. Yang dia tahu hanyalah, memberikan semua kemampuannya agar anaknya bisa tumbuh dengan baik dan menjadi lebih hebat darinya. Itu kasih sayang yang Papa miliki. Kamu mau kan latihan lagi?"

Fapi mengangguk.

"Kalau aku latihan lagi...aku akan menjadi kuat kan Ma?"

Sang ibu mengangguk, sambil tersenyum. Meneguhkan harapan yang muncul di depannya.

"Kalau aku baik. Aku akan menjadi kuat. Kalau kuat aku bisa melindungi Mama."

"Kamu pasti bisa nak! Ingat... Layaknya keluarga, Pizza itu penuh kehangatan."

"Layaknya Cinta, Pizza itu penuh semangat!" riang Fapi.

Fapi kecil memeluk ibunya dengan erat.

"Aku sayang Mama..." lirihnya.

"Mama sayang kamu juga nak..." sambil mengelus kepala yang bersandar di bahunya.

***

"Pitta...Pitta......" suara sang ibu terdengar memanggil.

"Ya Ma?.." Fapi yang masih kehilangan kesadaran mendengar suara ibunya perlahan berubah. Jadi suara om-om.

"Pitta... Bocah pitta! Bangun!"

"A-apa?!" Fapi terhenyak. Dia sadar dari pingsannya. Nafasnya memburu. Dia merasa staminanya benar-benar habis.

Hewanurma kembali muncul di layar holohram. Tapi kali ini lebih kecil, dan hanya berukuran beberapa centimeter saja di hadapan Fapi.

"Pitta, lihat Healthbarmu."

Fapi melihat bar hijaunya. Sudah tidak berwarna hijau dan tidak ada angka 100 lagi di situ.

"Energimu turun drastis. Luka-lukamu itu." ungkapnya menyadarkan Fapi atas kondisinya sekarang ini.

"Hah..benar juga..."

"Kalau Barmu sampai nol. Kau akan kalah."

Raut muka Fapi yang kesakitan bercampur dengan penyesalan.

"..dan, kalau kau kalah kau mati. Juga..." Hewanurma membuat jeda dalam ucapannya. Menambah suasana dramatis.

"Database hancur. Turnamen hancur. Semua peserta akan mati. Lalu, itu,... belum efek globalnya," Lanjutnya. "Aku tidak bisa menyembuhkanmu dari sini. Ada yang menganggu sinyal menuju tempatmu. Ini saja aku komunikasi denganmu melalui jalan lain."

Raut muka Fapi berubah ke rasa iba juga tetap ada penyesalan.

"Maafkan aku...Aku terlalu panik tadi...ini konsekuensi yang kudapat karena ceroboh." Di tengah keputus asaan, Fapi mulai bisa berpikir jernih.

Hewanurma menghela nafas.

"Aku akan mencoba satu langkah ini. Jika berhasil, maka aku bisa menyembuhkanmu, memulihkan database.Tapi...."

"Tapi apa pak?" Fapi menerka-nerka.

"Tapi...ini pertaruhan. Persentase dibawah 20%. Kalau gagal, habislah semua. Dan untuk itu semua. Aku butuh bantuanmu. Dan lagi, kau bisa mati karena kehabisan tenaga walaupun bisa berhasil melaksanakan misi ini."

Fapi terdiam. Hewanurma juga.

Fapi teringat kondisinya yang barusan. Dia juga teringat kata-kata ibunya.

"Orang baik akan berkorban, tak peduli halangan..rintangan...dia akan bangkit dan jadi lebih kuat. Demi kedamaian...dan kebahagiaan..orang lain."

"Apa?" Hewanurma kebingungan dengan ucapan Fapi.

"Beritahukan idemu. Sekarang."

***
7th slice

"Baiklah, serahkan padaku."

"Kau yakin?"

"Ya."

"Kau bisa mati."

Fapi menghela nafas panjang dan menegakkan posisi duduknya.

"Bagaimanapun, mungkin ini bukan sebuah kebetulan kalau aku akhirnya terjerumus ke dalam turnamen ini."

Hewanurma tersenyum meringis mendengarnya. Siapa lagi yang bisa disalahkan kalau bukan diri—ah bukan, Tamon Ruu yang harus disalahkan.

"Mungkin juga ini adalah jalan yang memang harus kutempuh. Demi semua orang yang menjadi korban keadaan. Demi semua kebaikan yang belum ditegakkan. Demi semua Pizza dan cinta yang belum dirasakan. Aku harus bangkit. Aku harus bergerak. Ini semua jalan Pizzaku!"

Hewanurma terpana. Ada orang bod—pahlawan bangkit di hadapannya.

"Baiklah kalau begitu. Kuharap semuanya berjalan lancar. Tapi apa kau bisa bergerak? Energimu tinggal 20%."

"Tenang saja. Aku masih ada jalan." Fapi mengeluarkan 1 adonan yang dia siapkan di hutan dodonge tadi.

Hewanurma mengangguk, "Kalau begitu, sampai nanti. Aku akan menghubungimu segera."

Fapi membalas anggukannya.

***
Aku ingin pizza ini
Aku ingin pizza itu
Ingin ini ingin itu
Banyak sekali~

Semua-semua-semua
Pizza yang  enak-enak
Pizza enak-enak kumakan semua~

Aku ingin Pizza hangat
Di hadapanku!
Heyy!!
Ada Pizza baru!
La-la-la
Aku sayang sekali

Pizzaemoooonn~

Suara itu terdengar riang. Mang Ujang langsung mengarah ke tempat suara itu berasal.

"cangkul...cangkul..." nyanyi mang ujang setengah berbisik geram.

Dia tiba-tiba menghilangkan hawa keberadaanya. Bukan! Bahkan lebih dari itu. Suatu asap hitam mengelilinginya dan membuatnya menghilang.

Mang Ujang berniat menyerang Fapi habis-habisan. Yang ada di kepalanya sekarang hanyalah. Harus menghabisi lawannya dan memenangkan pertarungan ini. Hanya itu gambaran yang muncul di pikirannya.

Sosok bocah cebol gendut itu mulai terlihat. Walaupun Mang Ujang sudah menghilangkan wujudnya. Dia tetap berhati-hati. Sejak wujudnya menghilang, dia menghentikan nyanyiannya.

Semua-semua-semua
Pizza yang  enak-enak
Pizza enak-enak kumakan semua~

Dia memutari Fapi yang sedang bernyanyi. Bingung melihat apa yang dilakukan si Fapi. Dari tadi Fapi hanya bernyanyi sambil menebar topping dan membakar pizzanya.

Mang Ujang ngiler.

"Hey, Mang Ujang. Kau ada di sini kan? Entah kenapa aku bisa merasakan keberadaanmu. Mungkin karena aku hampir mati tadi ya."

Mang Ujang terkesiap. Bagaimana mungkin bocah seperti Fapi bisa tau keberadaannya. Tunggu! Fapi belum tau dimana posisi berdirinya sekarang. Dia hanya menebak-nebak. Mang Ujang tidak panik. Mang Ujang yakin dengan kemampuannya.

Mang Ujang mengitari Fapi dan berhenti di belakangnya. Mengangkat Goloknya tinggi-tinggi sekali lagi. Lalu...mulai menggumamkan nyanyiannya lagi...dengan berbisik.

"Cangkul...cangkul..."

"Tafhufkah kauf Mangf?" Fapi tiba-tiba menyeletuk.

"Hm?" gerakan Mang Ujang terhenti.

"Pizzfaf inif afadalhaf pizfaf baruf." Mulutnya penuh dengan Pizza.

"Pizfaf inif berbfedaf darfi pizfa biasaf."

"..."

"Sebaifknya kauf bersiap-siap Mang." Fapi menyelesaikan potongan terakhirnya.

Mang Ujang tersadar. Korban di depannya akan menjadi Hal paling berbahaya buatnya sekarang ini. Mang Ujang langsung menerjang. Goloknya menebas Fapi.

"Aku. Akan menyelamatkanmu!" teriak Fapi sambil berputar arah."Aku mendengarmu!"

Golok Mang Ujang terhenti. Tangan kiri Fapi menahannya. Bahkan di bagian tajamnya. Tapi tak ada luka sama sekali.

"Hah? Debus?!" Ujar Mang Ujang.

Tak ada perubahan pada penampilan Fapi. Tapi yang jelas, ini bukan kekuatan yang biasa. Fapi mampu menahan serangan Mang Ujang. Golok tajam dengan aura hitam itu dihadang dengan tangan kosong. Healthbar Fapi kembali menjadi 50%

"Sekarang aku punya kekuatan Pizzaemon! Pahlawan Kebaikan, Pembasmi Kejahatan!"

Fapi menjilat jarinya, masih ada sisa sedikit saus dari Pizza barunya tadi.

"Aku belum menentukan nama menunya. Tapi ini SUPER ENAK. Kau harus merasakannya kalau sudah kembali menjadi dirimu sendiri Mang."

Fapi mendorong Mang Ujang dengan keras. Mang Ujang kehilangan kuda-kudanya. Hanya dengan dorongan tadi, tiba-tiba Healthbar Mang Ujang berkurang sampai 70%.

Sadar kalau kalah kekuatan. Dia kembali bergerilya. Dia masih diselubungi awan hitam. Membuatnya tersembunyi.

Dia mulai bergerak cepat kesana kemari dan melakukan tebasan-tebasan ringan teratur.

"Aduh!" Fapi terluka. Ternyata Golok Mang ujang menjadi lebih tajam dari sebelumnya, entah bagaimana caranya.

"Maaf mang, tapi aku harus mengalahkanmu. Tapi aku tidak akan membunuhmu."

Fapi mulai meringkukkan badannya lalu...dalam sekejap dia merentangkan tubuhnya.

"PIZZAGA!" Cahaya menyilaukan muncul dari Tubuh Fapi.

Sosok Mang Ujang tak terlindungi asap hitam lagi. Selain kesilauan karena serangan itu. Mang Ujang kehilangan konsentrasi. Limbung.

"Hap!" Fapi langsung menyeruduk Mang Ujang.

"Pizzahug!"

Tulang Mang Ujang bergemeratak. Dia menjatuhkan Goloknya.

"Pizzasuplex!!!" Fapi mengangkat Tubuh Mang ujang, dan membantingnya dengan keras.

Mang Ujang tak bergerak. Pingsan.

"Oke. Ini seharusnya cukup."

***
8th Slice

Hewanurma muncul di saat Fapi selesai.

"Bagus Fapi. Tepat waktu. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kau, mundurlah sedikit."

Fapi mengambil beberapa langkah menjauh dari tempat Mang Ujang pingsan.

"Ingat, begitu aku mengeluarkannya. Kau harus Segera mengalahkannya. Dengan begitu database bagian ini akan kembali normal, baru aku bisa meneruksan pekerjaanku yang tertunda."

Fapi mengangguk.

Tapi Hewanurma masih sedikit tidak yakin.

"Kau yakin bisa? Maksudku, lihat. Kau tidak memberikan cukup cedera pada Mang Ujang. Healthbarnya masih 30%, artinya kekuatan virus yang akan kutarik keluar masih cukup besar. Dan kau, harus melawannya dengan kondisi 31%. Tidak Jauh berbeda. Kau bisa mati."

Fapi menarik nafas panjang. Sudah tak ada lagi yang perlu dipikirkan.

"Ya, aku yakin, sekarang atau tidak sama sekali. Selagi Efek pizza terbaruku masih ada. Cepat!"

"Baiklah."

Hewanurma mengetikkan suatu perintah dari tempatnya berada. Tiba-tiba cahaya muncul dari tanah tempat Mang Ujang Tergeletak. Muncul alur-alur aneh seperti kode digital dari sekelilingnya.

"Bocah Pizza. KITA MULAI!" Sahut Hewanurma.

Fapi mengambil kuda-kuda bersiap menerjang.

"Ayo, keluarlah kau..."

Dan...dalam satu hentakan, semua terjadi begitu cepat. Helathbar Mang ujang berubah menjadi nol dan healthbarnya langsung menghilang. Sebagai gantinya, Sesuatu seperti makhluk hitam dengan kode digital berwarna merah muncul dari dalam tubuh Mang Ujang.

Di saat itu juga Fapi meloncat dan menerjang sosok makhluk itu. Lalu bergelut dengan sengit.

Makhluk itu mengeluarkan laser-laser merah yang berbahaya. Melilit Fapi, menghempaskannya. Begitu seterusnya berulang-ulang. Fapi juga mencoba merengkuh dan meremukkan makhluk itu dengan Pizza hug nya. Tapi sulit. Makhluk ini mudah sekali berkelit.

"PIZZASMASH!"

1 hantaman dari kedua belah tangan Fapi membuat Makhluk itu goyah. Terpelanting.

Hanya saja.

Makhluk itu tidak begitu mudah menyarah, sama seperti Fapi. Selagi berputar karena terkena hantaman Fapi. Dia menembakkan laser dan mengenai sisi perut kanan Fapi.

Fapi berteriak, meringis kesakitan.

Energi mereka berdua sama-sama kritis. Tapi Fapi sudah jatuh tengkurap. Hampir pingsan karena serangan terakhir musuhnya.

"Huff...huf...sepertinya.... aku hanya sampai di sini saja...maafkan aku pak hewanurma... " nafasnya tersenggal. Darah mengucur hebat dari perutnya.

"Bocah Pizza!"

Makhluk itu mendekati Fapi.

Setelah ini, jelas apa yang akan dilakukannya terhadap Fapi. Satu persiapan tembakan siap menghujam Fapi.

Lalu...berakhirlah semuanya.

Hewanurma tang sanggup melihat.

"Tidak boleh begitu akhirnya." Ujar seseorang. Tiba- tiba ada sebuah golok terlempar entah darimana. Menancap langsung di tubuh makhluk tadi.

"Ha?Siapa?" Hewanurma kebingungan.

"Hei bocah gembul. Minum ini."

Fapi susah payah dipapah oleh orang tersebut.

"Degan ini bisa membuatmu sedikit bertahan. Ayo, kita kalahkan bersama makhluk itu."

"Kau..jadi begitu..." Hewanurma tersadar dengan kondisi yang ada.

Mang Ujang yang sudah kehilangan virusnya, kembali normal dan tersadar dengan cepat karena Fapi tidak membuat energnya berkurang banyak.

Sekarang hasilnya akan berbalik 180 derajat.

"Terima Kasih bocah gembul." Ucap Mang Ujang kepada Fapi.

Fapi yang sudah kembali kesadarannya hanya bisa terpana melihat ketampanan wajah Mang Ujang. Ya, dengan hilangnya virus yang menggerogoti tubuhnya. Sosoknya kembali menjadi manusia.

"Kita kalahkan dia sekarang." Sambil menepuk bahu Fapi.

Fapi tersadar, mengangguk dan mulai berlari.

Bagaimanapun, kali ini, kebaikan menjadi pemenangnya lagi.

***
Epilogue
 "Aku berhasil menanamkan vaksin ke semua database. Juga, aku sudah mengoperasikan kembali para maid untuk membantuku."

Hewanurma masih belum bisa menemui Fapi secara langsung. Masih dalam wujud hologram digitalnya.

"90% sudah berhasil pulih dan aku sudah meningkatkan kekuatan pertahanan di setiap sudut. Tapi sepertinya itu masih belum cukup."

Fapi dan Mang Ujang mendengarkan hal-hal rumit itu di depan mereka saat ini.

"Ya, saya yakin Pak Hewanurma bisa mengatasinya. Anda kan petinggi di sini." Senyum tampan mengiasi wajah Mang Ujang. Fapi kembali terpana. Tapi sebagai sesama Pria tampan. Hewanurma hanya tertawa. Tak terpengaruh akan pujian itu.

"Aku yang harusnya berterima kasih pada kalian. Terutama kau Bocah Pizza. Kau hebat."

Fapi tersadar dari lamunannya. Entah apa yang dia lamunkan sambil menatap mang ujang dari tadi.

"Ah, tidak, aku hanya merasa aku harus melakukan apa yang bisa aku lakukan."

Dalam hati Fapi berterima kasih pada sosok sang Mama yang selalu memberinya semangat dalam kebaikan.

"Aku kira aku sudah mati tadi. Untung ada Mang ujang."

"Untung ada kau Fapi. Kalau bukan karena kau, mungkin aku masih dalam kondisi dipengaruhi virus tadi." Ujar Mang ujang sambil ditambahi kedipan.

Fapi kembali terpana.

"Aduh, maaf, aku lupa mematikan charmku."

Dia merapalkan sesuatu pada Fapi lalu akhirnya Fapi kembali sadar.

"Sekarang semuanya sudah kembali lebih baik. Pertarungan tadi, kau yang memenangkannya Fapi." Ujar Hewanurma.

"Eh?"

"Ya, menurut data tadi, bagaimanapun, kau berhasil mengalahkan "lawan" dengan menjadikan "Helathbarnya menjadi 0"."

"Jadi?"

"Jadi...kau berhak mengikuti Ronde berikutnya." Hewanurma tersenyum, "Terima kasih karenamu, semua sistem kembali normal dan turnamen bisa dilanjutkan. Hahahahah."

"Aaaaaaah, tidak bisakah aku berhenti sekarang dari turnamen ini?"

"Sepertinya tidak, hahahahahah. Bertahanlah semampumu, dan menangkan turnamen ini. Aku tunggu kau di tempatku. Jika kau menang, kita bisa bertemu secara langsung. Baru aku akan memesan pizzamu."

"Haaaaah. Tapi..."

Fapi tersenyum.

"Baiklah...Sampai bertemu lagi pak Hewanurma. Tunggu Pizza terenak yang akan kubuat untukmu, dan si wanita berdada besar temanmu itu."

"Hhahahahah. Oke! Aku pamit dulu."

Layar hologram itu menghilang.

Fapi dan Mang Ujang menunggu pemberitahuan selanjutnya dari para Maid.

Ronde dua ini cukup pelik, namun...sekali lagi...

Kebaikan akan bertahan.

2 comments:

  1. HAHAHAHAHA INI APA

    "Sekarang, dua makhluk Cebol imut yang satu gendut yang satu tirus, saling berpandang-pandangan. Satu nafasnya memburu. Satu memandang penuh nafsu, nafsu membunuh. Keduanya adalah lelaki dewasa."

    Nggak bisa nggak bikin fanart Pitta lagi, aduh unyu-unyu chibi. Maaf nggak sempet baca entry2 Pitta sebelumnya.

    Review dimulai.

    Plot : Well, plot generic shonen dengan kekuatan cahaya dan pertemanan rada menyilaukan buatku, aku nggak bakal berkomentar soal ini. Tapi aku masih belum begitu ngerti apa Pitta perannya sebagai penembus database supaya Hewanurma bisa masukin antivirus bukan?
    Flashbacknya Pitta cukup manis, manis banget malah.

    ===

    Karakter : Ketika melihat tipikal karakter seperti ini, aku malah berharapnya karakter Pitta jadi twisted karena suatu alasan menyakitkan yg merubah dia selamanya. Kayak karakter Asad yang masuk Trope "Despair Event Horizon" karena anaknya dibunuh di kandungan di hari pernikahannya.
    Atau Kaneki Ken yang jadi rada gila setelah ==spoiler===

    Utk character development, aku kembalikan pada author. Apa entry ini akan bertahan di shonen, atau akan masuk ke seinen, kita lihat saja nanti.

    ===

    Battle : Wah kalahnya gampang banget ya, one hit death. Tapi lumayan menghibur nyanyiannya Mang Ujang, wkwkwkw cangkul yang dalam mang!

    Aku titip 8/10 ya
    Btw aku jadi laper setelah baca entry ini, kenapa ya =3=

    OC : Meredy Forgone

    ReplyDelete
  2. Ini banyak kalimat yang sengaja innuendo ya, kayak maid mengejang ahn sementara fapi meremas, atau awalan fapi- mang ujang

    Sebenernya ini masih agak tell buat saya, tapi begitu masuk ke mang ujang nyanyi kayak orang gila dan fapi balesannya ada" aja pula, entri ini berhasil ngehibur

    Kasian fapi bukannya selesai urusan di sini malah lanjut lagi

    Dari saya 8.

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete