14.8.15

[ROUND 3] A REALM AWAKEN

ROUND 3 - A REALM AWAKEN
Penulis: Rizqi Rachman

Planet Sol Shefra hanyalah sebuah planet yang berukuran paling kecil diantara semua planet yang berada dalam sistem galaksinya, namun juga merupakan planet yang paling indah dan satu-satunya planet yang bisa ditinggali oleh makhluk hidup.

Jika dilihat dari angkasa luar, maka planet tersebut akan terlihat seolah sebuah berlian hijau yang berkilau dengan indahnya di tengah angkasa luar yang gelap dan sepi. Namun, kilauan tersebut kini telah ternoda, karena tepat ketika bintang panas yang menjadi pusat tata surya sang planet kembali menyinari bagian barat dari planet Sol Shefra, sesuatu yang buruk telah terjadi.


Sebuah ledakan besar, yang sakng besarnya dapat dilihat dengan jelas bahkan dari luar angkasa sekalipun menelan sebuah pulau yang memiliki jumlah populasi yang tergolong cukup besar di planet Sol Shefra.

Ledakan tersebut hanya terjadi selama sepersekian detik, dan dalam sepersekian detik itu pula, keberadaan pulau yang tadinya bernama Alforea tersebut, kini lenyap seolah tidak pernah ada sebelumnya, meninggalkan sebuah lubang menganga berukuran raksasa.

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan penghuni server tersebut, entah mereka berhasil selamat atau ikut lenyap dalam ledakan tersebut, tidak ada yang pernah tahu.



***


Di suatu tempat di antah berantah, beberapa sosok asing terlihat berkumpul di sebuah ruangan besar yang penuh dengan benda-benda futuristik yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh siapapun sebelumnya.

Keempat sosok tersebut duduk melingkar di hadapan sebuah benda bundar lebar dengan sebuah gambaran hologram dari planet Sol Shefra yang melayang di tengah meja tersebut.

“Jadi Dimas Pamungkas sudah berhasil menghancurkan Alforea?” Salah satu sosok bertubuh hitam pekat memecah keheningan di ruangan itu.

“Lalu bagaimana dengan Emulator yang terakhir? Apa dia berhasil mengamankannya?” Sosok lain, yang kali ini bertubuh merah dengan sepasang tanduk hitam di dahinya ikut menambahkan.

Untuk sesaat, tidak ada seorangpun yang mau menjawab.

“Emulator yang terakhir tidak ada di Alforea,” Sosok yang duduk di seberang meja menjawab dengan suara yang samar, seolah dia sedang bicara dari balik masker atau sejenisnya.

“Bagaimana mungkin, bukankah alasan turnamennya di adakan di Alforea adalah karena emulatornya ada di sana?” Sosok hitam terdengar geram dengan jawaban barusan.

“Ada kemungkinan seseorang sudah lebih dulu memindahkan emulatornya sebelum Alforea hancur,” Sosok bermasker menjawab lagi.

Ruangan besar itu kembali hening.

Lalu tiba-tiba, sosok bertubuh hitam bangkit dari kursinya.

“Mau ke mana kau?” Tanya sosok bermasker curiga.

“Bukan urusanmu,” Jawabnya ketus.

Sosok hitam tersebut meninggalkan ruangan besar tanpa berkata apa-apa lagi. Kini hanya tinggal tersisa tiga sosok misterius yang masih duduk menghadap meja bundar.

“Lalu, bagaimana dengan peserta turnamen, apa mereka semua ikut musnah bersama Alforea?” Sosok bertubuh merah yang sejak tadi hanya diam sambil memain-mainkan sebongkah kristal kecil di tangannya kembali bicara.

“Ada sebagian yang mati, dan sebagian lagi berhasil selamat dan kini berada di server lain.”

“Dimas pamungkas itu benar-benar tidak becus, menghabisi sekumpulan makhluk rendahan saja dia tidak sanggup.”

“Bisa dibilang semua ini terjadi di luar rencana.”

“Tapi yang membuat rencananya kan kamu.”

Sosok bermasker langsung pundung di pojokan ruangan.

Sosk merah menghela nafas pendek, lalu mengalihkan pandangannya pada satu-satunya sosok yang sejak tadi hanya diam tanpa berkata sedikitpun.

“Jadi bagaimana selanjtnya, apakah kita hentikan turnamennya dan langsung mencari emulator terakhir?”

Sosok bertopeng dan bertudung yang ditanya tidak langsung menjawab, sebaliknya, dia malah meraih sebuah buku yang berada di meja di depannya dan membuka halamannya secara acak.

“Aku sudah mengatur semuanya, turnamen akan tetap berjalan sebagaimana mestinya,” Jawabnya singkat.

“Baiklah, kalau memang itu yang kau inginkan. Aku tidak akan mengganggu jalannya turnamen, toh sudah cukup lama sejak terakhir kali aku bisa mendapat hiburan menarik seperti ini,” Jelas sosok merah seraya bangkit dan berjalan meninggalkan ruangan.

Kini hanya tinggal dua orang yang tersisa di tempat itu.

“Oi, kau mau suram sampai kapan?” Tanya pria bertopeng pada sosok bermasker yang masih pundung di pojokan ruangan.



*** 



Para peserta turnamen Battle of Realms saat ini hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata apapun, bagaimana tidak, karena untuk kesekian kalinya mereka berpindah tempat secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja menyelesaikan pertarungan mereka di sebuah tempat yang disebut database, lalu menit berikutnya mereka sudah berada di suatu tempat lain yang jauh lebih asing lagi.

Para peserta yang kini hanya berjumlah 28 orang itu berusaha menelaah keadaan sekitar. Tempat di mana mereka berada saat ini sangat berbeda dengan Alforea, mereka bukan berada di halaman kastil ataupun di penginapan kayu tempat mereka biasa berkumpul dan beristirahat, melainkan berada di sebuah jalan setapak dengan pohon sakura yang tumbuh berjajar di sepanjang kedua sisi jalan.

Angin berembus pelan membuat kelopak bunga berguguran ke tanah. Udara di tempat itu juga terasa lebih sejuk daripada di Alforea yang panas.

“Ini... masih di Alforea, kan?” Salah seorang peserta bertanya pada yang lain.

“Tempat ini mirip seperti tempat asalku, jepang,” Ucap Nobuhisa seraya memandangi bunga sakura yang berguguran.

“Hanya karena ada pohon sakura bukan berarti ini di jepang,” Gumam Kazuki yang terlihat bosan.
“Daripada kita ribut di sini, lebih baik sekarang kita jalan saja dulu, mungkin kita bisa bertemu seseorang yang bisa kita tanyai di jalan nanti,” Zhaahir menyarankan, yang langsung disetujui oleh para peserta lain.

Mereka pun mulai berjalan menyusuri jalan setapak yang sunyi dan sejuk tersebut, sepanjang jalan sayup-sayup terdengar suara lagu one more time one more chance yang membuat perjalanan jadi semakin galau, andaikan ada penjual wedang jahe kalengan di pinggir jalan saat ini pasti sudah laku keras. Setelah hampir lima menit berlalu, para peserta yang tadinya berada di hutan sakura, kini menemukan diri mereka berada di sebuah hutan biasa yang tidak terlalu lebat.

Jalan setapak yang mereka lalui, berakhir di sebuah tempat seperti gerbang kayu besar yang dari keadaannya terlihat sudah lama tidak terurus. Namun yang menjadi perhatian mereka bukanlah hutan lebat maupun gerbang tua yang megah tersebut, melainkan pada sosok seorang wanita yang tengah berdiri sambil menyapu tangga batu yang menuju gerbang tadi.

Sosok wanita berambut hitam panjang dan mengenakan pakaian adat yang dikenal dengan sebutan kimono berwarna putih dan hakama merah itu seketika menghentikan pekerjaannya begitu menyadari kedatangan sekelompok orang asing di tempat itu.

“Selamat datang, aku sudah menunggu kedatangan kalian ke tempat ini,” Ucap wanita itu sopan.
Para peserta terperangah seketika.

“Tunggu, kau sudah menunggu kedatangan kami? Tapi kami kan baru saja tiba di tempat ini,” Tanya Avius bingung.

“Benar, lagipula tempat apa ini? Ini masih di Alforea, kan?” Tambah Fatanir.

“Sayangnya kalian sudah tidak berada di Alforea,” jawab wanita itu seraya tersenyum. “Saat ini kalian sedang berada di Amatsu, salah satu server dari empat server utama di Sol Shefra.”

Para peserta yang ada semakin bingung.

“Apa maksudmu selain Alforea, maksudmu ada server lain di luar sana selain Alforea?”

“Tentu saja, dunia ini luas, tuan.”

“Kalau begitu, apa kau bisa membawa kami kembali ke Alforea? Kami punya urusan penting di sana,” Pinta Meredy tanpa basa-basi.

Wanita berwajah oriental itu tidak langsung menjawab. Dahinya terlihat sedikit mengkerut walau masih berusaha tersenyum di hadapan tamu-tamunya.

“Untuk saat ini sebaiknya saya mengantar anda sekalian menuju kota, karena sebentar lagi festivalnya akan segera dimulai.”

“Festival? Festival apa?”


*** 


Amatsu, yang dikenal juga sebagai Land of Destiny adalah sebuah server yang dibuat berdasarkan budaya kuno yang berasal dari negeri yang jauh di timur. Populasi player server ini didominasi oleh bangsa manusia setengah hewan dan monster, karena hanya di tempat inilah manusia dan monster dapat hidup bersama.

Tempat yang paling terkenal di server ini adalah sebuah arena pertarungan di mana para player dapat bertarung satu sama lain sambil disaksikan oleh seluruh penduduk server. Hampir setiap hari selalu ada pertarungan yang seru dan menegangkan, namun pada hari ini ada hal yang lebih dari sebuah pertarungan biasa yang akan berlangsung tidak lama lagi.

“Apa kabar semuanyaaaa?!”

Sesosok makhluk bertubuh manusia, dengan kulit berwarna merah, wajah mirip ikan dan kedua mata kuning yang lebih mirip seperti lampu sent berdiri di tengah sebuah arena besar yang dikelilingi oleh ratusan penonton.

Tempat itu adalah Monster Colloseum, arena pertarungan paling besar dan paling terkenal di seluruh planet di mana hanya para petarung terkuat saja yang dapat berlaga di arena tersebut.

“Bertemu lagi dengan saya, Tarou!! Dan pada hari ini kita akan mengadakan pertarungan yang berbeda dari biasanya, tapi pastinya akan jauh lebih seru, lebih menegangkan, dan lebih spektakuler!!” Sahut makhluk bernama Tarou penuh semangat.

Para penonton langsung bersorak riang.

“Pada hari ini, kita telah mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah dari sebuah turnamen paling bergengsi di seluruh galaksi, yaitu Battle of Realms!!” Lanjut Tarou yang masih bersemangat. “Dan untuk menambah serunya pertarungan, pada kesempatan kali ini para peserta tidak akan bertarung sendirian, melainkan akan didampingi oleh monster yang akan membantu mereka dalam pertarungan!!”

Seluruh penonton kembali bersorak, namun mereka bersorak bukan karena penjelasan dari Tarou, melainkan karena kedatangan seseorang di bangku penonton yang khusus disiapkan bagi sang penguasa server Amatsu.

Smua orang yang ada di tempat itu langsung menunduk hormat pada sosok wanita berambut hitam panjang dan mengenakan pakaian kebangsawanan khas Amatsu yang membuatnya terlihat amat anggun.

“Hormat pada yang mulia Netori!” Sahut Tarou seraya merunduk memberi hormat.

“Hormat pada yang mulia!” Semua penonton ikut menghormat.

Wanita yang bernama Netori itu membalas dengan sebuah anggukan kecil, lalu duduk di kursi kehormatan tanpa berkata sepatah kata pun.


“Dengan ini, mari kita mulai saya pertarungan terbesar abad ini!!” Tarou kembali menyahut dengan semangat berkobar.

Penonton kembali bersorak.


Dan pertarungan pun dimulai.



*** 



Masalah datang seolah tanpa akhir, setelah sebelumnya dipaksa bertarung di dalam database, kali ini para peserta Battle of Realms kembali harus bertarung di sebuah arena megah dan disaksikan oleh ratusan orang, Kemanakah takdir akan membawa mereka selanjutnya?


Battle Stage:

Pada ronde kali ini kalian akan bertarung di satu tempat yang sama, yaitu sebuah koloseum atau arena pertarungan gladiator. Bagaimana kalian menggambarkan keadaan dan bentuk arena pertarungan semuanya bebas dan terserah pada kalian.



Battle Challenge:

  • Tantangan pada ronde kali ini adalah pertarungan satu lawan satu dengan didampingi oleh seekor monster yang akan membantu dan bertarung bersama kalian.

  • Bentuk, wujud, dan kemampuan dari monster semuanya bebas, syaratnya yaitu monster yang kalian gunakan harus berasal dari dunia atau universe tempat OC kalian berasal dan ukuran monster paling besar maksimal adalah 10 meter (Karena kalau terlalu besar nanti gak muat di arena).

  • Kemampuan dan jurus yang dimiliki oleh monster bebas, asalkan masuk akal dan dapat diterima oleh pihak yang menjadi lawan kalian, dan monster harus memiliki kelemahan yang membuatnya dapat dikalahkan.

  • Diskusikan tentang pembuatan monster dengan lawan kalian di ronde ini supaya tidak ada masalah saat pertarungan nanti.




Fighters:


  • Dyna Might VS Lady Steele


  • Frost VS Pitta N. Junior
  • Renggo Sina VS Bu Mawar

  • Fatha A’lir VS Avius Solitarus

  • Nobuhisa Oga VS Lo Dmun Faylim

  • Ananda VS Meredy Forgone

  • Sanelia Nur Fiani VS Maria Fellas

  • Asep Codet VS Zhaahir Khavaro III

  • Bun VS Alshain Kairos

  • Caitlin Alsace VS Vajra

  • Vi Talitha VS Kazuki Tsukishiro

  • Wildan Hariz VS Mima Shiki

  • Eophy Rasaya VS Tan Ying Go

  • Fatanir VS Relima Krukru




Ketentuan Tambahan:

  • Tidak ada batasan jumlah kata untuk ronde ini.


  • Kuota pemberian komentar kali ini adalah 5 komentar.

  • Mulai ronde ini, sistem penilaian akan dilakukan dengan menggunakan voting, tapi kalian tetap harus memberi komentar mengenasi kesan kalian terhadap cerita yang kalian baca.

  • Khusus untuk ronde ini, setiap peserta akan bertarung bersama dengan seekor monster yang akan membantu dalam pertarungan. Untuk bisa memenangkan pertarungan, maka peserta hanya perlu menghabisi salah satu lawan, antara fighter ataupun monster, jadi kalian tidak harus mengalahkan keduanya sekaligus, cukup pilih salah satu saja.

  • Sesuatu yang tidak disebutkan di atas artinya bebas. Di sanalah kreatifitas peserta diperlukan.

  • Kirimkan entry peserta ke Battleofrealms.id.exiled@blogger.com dan cc (untuk backup format) ke battleofrealms.id@gmail.com

  • Tata cara pengiriman entry peserta masih sama dengan Ronde sebelumnya, hanya saja judul kirimannya mengikuti contoh berikut ini:

          [ROUND 3] NAMA OC - JUDUL CERITA
          [ROUND 3] KAMIKAZE - DEWA BUANG ANGIN


  • Batas akhir pengiriman adalah hari minggu tanggal 6 september, dan batas akhir komentar adalah tanggal 12 september.





4 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu tulisannya kuota komentar 5 Mama Kay ^_^

      -Ahran

      Delete
    2. oiiittssss...

      kurang teliti.
      okay, makasih ahran

      Delete
  2. USULAN TATA CARA SISTEM VOTING

    Misalnya, contoh OC duelistnya adalah Bun vs Kai.
    Saya sebagai pembaca boleh komen di salah satu dari kedua peserta duel Bun vs Kai pas entri itu terbit, misalnya Bun duluan. Nanti pas entri Kai terbit terserah saya mau komen di entri Kai atau tidak.

    Jadi tidak usah menunggu sampai kedua entri duelist itu diposting, jangan-jangan salah satunya Walked Out. Kalau semua vote itu menumpuk di masa voting saja, akan sangat merepotkan.

    Di entri Bun sebut Vote untuk Bun atau No Vote untuk Bun. Kalau nggak baca entri Kai berarti no vote utk Kai.

    Kalau baca entri Kai tapi bilang Vote Kai, berarti saya beri nilai seri sama2 +1 utk Bun vs Kai. Kalau gak komen di dua2nya berarti seri no vote utk Bun vs Kai.

    Tapi supaya penilaiannya terkesan lebih obyektif dan gak terkesan berat sebelah, sebaiknya komen di entri Bun dan Kai, dua-duanya. Kalau vote di salah satunya saja vote itu tetap valid, tapi terkesan memihak salah satu author. Itu tak masalah karena yg dinilai adalah tulisannya.

    Jadi kalau OCnya benar2 hebat-keren tapi ceritanya tidak, atau sebaliknya, terserah pembaca apakah mau beri vote atau tidak, asal alasannya masuk akal.

    ReplyDelete