30.7.15

[ROUND 2 - LEVEL 1] LADY STEELE - UNDYING

1


Saat Steele terbangun, dia mendapati kepalanya menjadi besar.


"Er…


Itu juga bukan kiasan, karena kepalanya memang menjadi besar dan lebar. Lehernya hilang, dan – setelah meraba-raba sendiri – ia sadari pipinya menggembung melebihi bahunya. Steele cukup berpengalaman menghadapi berbagai jenis cidera, hingga ia tahu kalau ditusuk, ditembak, jatuh dari jembatan, disetrum, dibelah, dan semua yang ia derita di  Sammeriil tidak bisa membuat kepala menjadi begini.

 
Anehnya, walau masih memiliki bobot, kepalanya tidak seberat seharusnya. Saat Steele memutuskan duduk, kepala besarnya dapat ikut bangkit tanpa perlu mengerahkan tenaga ekstra. Saat itulah ia menyadari yang berubah bukan hanya kepalanya saja.


Otot lengannya, yang sudah ia bentuk dan jaga baik-baik, hilang; yang tersisa hanya lengan mungil dan normal. Kalau ia perhatikan baik-baik, sementara kepalanya membesar, bagian tubuhnya yang lain justru menyusut. Bahkan ukuran dadanya, yang tadinya solid D namun sekarang menjadi serata papan. Tinggi badannya pun mengkerut dari 182 senti menjadi hanya 150.


Ada juga batangan merah yang melayang di kepalanya. Saat ia memiringkan kepala ke kanan, batangan itu ikut bergerak bersamanya. Begitu pula saat ia memiringkan kepala ke kiri dan mengguncang-guncangkannya ke depan dan belakang. Sepertinya penting, tapi ia tidak tahu maksudnya. 


"Heh…" dengus Steele. Ia jadi bertanya-tanya apa tubuh cebol ini adalah handicap khusus yang diberikan panitia. Ia tidak keberatan. Pada dasarnya menyukai tantangan, ia justru penasaran melihat performanya dalam wujud kontet begini. Setidaknya, cidera-cidera yang ia derita di ronde sebelumnya kini telah sepenuhnya ditangani.


Sudah mulai paham wujud barunya, Steele mulai mengamati sekeliling. Dari benteng klasik gaya Dungeons & Dragons, ia berpindah ke arena modern. Ia familier dengan bentuk batang-batang besi yang membentuk kasau di atas. Begitu pula dengan deretan panjang kursi plastik yang berdiri di kiri dan kanannya. Kepala besarnya juga dapat melihat ada ring gulat di lantai bawah.


Ini seperti…


            Ini adalah Wells Fargo Center, salah satu arena langganan IFWL bila mengadakan acara besar di Philadelphia. Steele bahkan melihat arena berkapasitas 20.000 orang ini telah diatur sedemikian rupa menjadi latar laga gulat. Ada ring empat sisi yang sudah berdiri kokoh di bawah. Pagar pengaman penonton didirikan, untuk memisahkan fans agar tidak mengganggu jalannya acara. Gerbang masuk pegulat telah dibangun dengan megah, lengkap dengan jumbotron, sistem tata suara, hingga peluncur kembang api – yang belum aktif.


Namun tidak  jelas siapa yang mengadakan acara. Kanvas ring putih polos, tidak dihias logo organisasi. Spanduk-spanduk yang dipasang di atas pun kosong tak berisi tulisan maupun gambar apa-apa.  


            Apa aku sudah pulang? Pikirnya ragu. Namun, meski Wells Fargo Center sangat membekas di hatinya, ia tidak sedang bertanding di sini. Ia seharusnya di Louisiana. Ia yakin ia masih berada di area Alforea. Bisa jadi ini adalah arena untuk ronde selanjutnya, yang langsung dimulai tanpa basa-basi.


            Steele baru menyadari ada secarik amplop berwarna merah jambu di kursi di kirinya. Penasaran ia mengambil dan merobek ujungnya, menduga kalau itu adalah pengarahan tentang ronde kedua.


            Di balik topengnya, kening Steele berkerut. Surat dengan gambar RNG-sama kecil bersujud meminta maaf itu menyatakan kalau ada virus yang menyerang database. Karenanya, sekarang Steele, selaku pembaca surat, tengah "tersangkut" di dalam salah satu ruang tersebut. Tapi, turnamen masih akan dilanjutkan. Ada satu petarung yang terdampar di sini bersamanya, dengan nama Alsain Khairos. Tidak ada aturan khusus seperti sebelumnya, jadi ia leluasa ingin menyingkirkan lawannya dengan cara apapun.


"Malah, sambil membuang waktu, direkomendasikan Anda menyingkirkan kontestan ini terlebih dahulu," kata surat itu, sebelum salam perpisahan dan ucapan permohonan maaf tambahan.


Steele memejamkan mata. Virus. Database. Tidak ada penjelasan lebih selain itu, namun ia mulai paham apa yang terjadi sekarang. Sepertinya sejak awal ia tengah terjebak di dunia digital, semacam The Matrix. Pantas di ronde penyisihan musuh-musuhnya bisa mengalir tanpa batas. Pantas juga ia bisa pulih total setiap pertarungan berakhir, komputer pengendali hanya tinggal mengutak-atiknya atau me-reset tubuhnya ke kondisi awal. Tubuh aslinya mungkin telah ditelanjangi di dunia nyata, juga dibotaki, lalu ditusuk dengan kabel di area leher.  


Ia harap, kalau benar begitu, saat ia keluar dari sini ia tidak menjadi seculun Keanu Reeves. 
 

             Pada akhirnya, nafsu haus darah Steele membuat ia tak ambil pusing terhadap informasi tadi. Asal ia bisa bertarung, itu saja sudah cukup. "Yah, begini jadi lebih gampang." Steele meremas-remas surat dan membuangnya.


Tapi, tidak diberi info apapun selain nama, ia harus membayangkan sendiri siapa sebenarnya Alshain Kairos ini. Apakah dia robot tinggi besar yang ia lihat sebelum penyisihan? Mungkin si gadis tumbuhan yang sangat mencolok itu? Toh, nama itu sepertinya agak kecewek-cewekan.


Tidak masalah. Persetan siapa lawannya, persetan ia kini harus bertarung dengan kondisi tubuh yang sangat, sangat aneh. Akhirnya ia bisa bertarung satu lawan satu. Walaupun pertarungan ini diatur oleh virus ajaib yang membuat segalanya jadi kacau, dan nanti panitia resmi akan menganulir, ia tak akan melewatkannya.



2


Steele menemukan Kai, atau orang yang ia rasa adalah Kai, di koridor belakang panggung. Dialah satu-satunya manusia selain dirinya yang ada di arena ini. Tubuhnya kurus, rambutnya putih keperakan, dan ada ransel besar tersampir di bahunya. Yang paling penting? Di atas kepalanya juga ada batangan merah melayang.


Pemuda itu sedang duduk di atas kotak peralatan besar berwarna hitam. Kondisi tubuhnya sama dengan Steele, kepalanya membesar dan tubuhnya menciut. Tapi karena tubuh aslinya tak sejangkung Steele, ia malah jadi terlihat lebih kerdil. Kakinya jauh sekali dari permukaan lantai.


Walau ia tahu Steele datang, pandangan pemuda itu tak kunjung teralih ke arahnya. Ia terus memerhatikan sepucuk kertas. Robekan amplop merah jambu di samping pahanya membuat Steele langsung tahu apa yang sedang dia baca.


"Lady Steele?" dia duluan yang bertanya.


"Ya. Kamu Alshain Kairos?"


Pemuda itu hanya mengangkat bahu. Tetap saja, sampai terbukti sebaliknya, Steele akan menganggap dialah si Kairos yang ia cari.


"Berminat untuk langsung bertarung, Tuan Kairos?" tanya Steele sambil meremas-remas tinjunya. "Saya yakin sekali kalau surat itu juga memintamu mengalahkan saya."


Bibir Kai membentuk senyum tipis. "Gaya bahasa formal, tapi langsung mengajak orang berkelahi. Kamu perempuan yang aneh, Kepala Besar."


"Kalau kamu belum lihat, kepalamu juga besar," sahut Steele.


"Kamu…" Kai melipat kertas di tangannya, menyelipkannya di antara telunjuk dan jari tengah kanan, lalu menggoyang-goyangkannya di dekat telinga. "Tahu kan kalau kita tidak diwajibkan bertarung? Kertas ini hanya nulis kalau kita direkomendasikan bertarung, untuk menunggu."


"Memang."


"Jadi, gimana? Masih mau bertarung, atau kamu mau kerja sama, mencari tahu apa yang terjadi? Virus seharusnya tidak bisa memengaruhi manusia, Nona Steele. Seluruh dunia ini luar biasa aneh, dan sepertinya akan lebih menarik kalau kita mencoba menemukan jawabannya."


Cukup masuk akal, tapi Steele tidak peduli. "Pada dasarnya toh ini turnamen. Kita sudah telanjur bertemu. Kenapa harus menunda untuk alasan seperti itu?"


"Heh…" Kai terkekeh. Tangannya meletakkan kertas keterangan panitia di samping pahanya. "Heheheh. Jadi teringat seseorang."


"Siapa?"


"Cewek perkasa yang kulawan di ronde sebelumnya. Tapi dia sudah mati, jadi  itu bukan hal yang penting." Kai menatap Steele sambil tersenyum tipis. "Kalau kamu mau membuang nyawa seperti dia, silakan saja serang duluan. Ladies first."


Steele menyilangkan lengannya. Itu bukan sesumbar. Lawannya ini terasa sekali memiliki keyakinan kuat. Apa dasar kepercayaan dirinya ini? Sebenarnya, apa kekuatannya?


Juara dunia IFWL itu menutup mata, mengingat kembali ilusi-ilusi super menyebalkan dari ronde pertama. Ia hanya melakukan itu untuk memancing amarahnya bangkit. Ia fokuskan kekuatan yang kini mengalir di tubuhnya ke tangan kanan, lalu ia pukulkan sisi tinjunya ke dinding. Seketika, timbul cekungan di area yang ia hajar. Retakan menjalar dari sekeliling area hantaman, hampir menyentuh lantai dan langit-langit.


Ia mengangguk. Sepertinya ia mulai paham cara menggunakan kekuatannya ini.


Kai bersiul, namun dilihat dari matanya yang sayu serta tangannya yang menahan dagu, ia tak terintimidasi. "Kekuatan yang hebat. Sangat mengerikan."


Steele mengambil serpihan dinding terbesar di lantai. Tanpa basa-basi, ia melemparnya sekuat tenaga ke arah Kai.


Lemparan itu akurat, namun Kai dapat menunduk, menghindari luncuran itu sebelum keningnya terkena. Tidak puas dengan itu, Steele melanjutkan mengambil sisa retakan dan melontarkan lebih banyak. Semuanya meleset.


"Bahaya juga," komentar Kai santai. Ia melompat turun dari kotak peralatan dan  mulai berlari.


Steele mendengus. Ia berharap lemparannya minimal bisa membuat pemuda berambut putih itu menunjukkan kekuatannya. Yang tadi itu hanya membantunya memahami lawannya memiliki konsentrasi bagus dan refleks cepat.


Dia mengejar. Kepalanya yang besar terayun ke depan dan belakang dalam setiap langkah. Walau Kai mencuri start, Steele tak kesulitan memburunya. Struktur koridor yang relatif lurus, jalanan landai, dan kebanyakan penghalang seperti kotak peralatan dan vending machine ditempatkan di sisi membuat juara dunia IFWL itu mampu menyusul Kai dalam langkah kedelapan. Memang, kalau ia diizinkan untuk memilih arena sendiri, Wells Fargo Center adalah salah satu pilihannya. Ia begitu familier dengan bentuknya, hingga ia bisa memburu lawan-lawannya tanpa masalah.


Saat jarak antara dia dan buruannya mengecil, ia melenting ke depan, siap menerkam dan memiting.


Tiba-tiba Kai berbalik, matanya tertuju kepada pergerakan Steele. Untuk satu detik, Steele mengira lawannya akhirnya berniat untuk bertarung secara kesatria. Ternyata tidak. Secara ajaib, Steele terlontar ke samping hingga menghantam vending machine. Permukaan mesin itu, yang menampilkan kaleng Coca Cola dingin, langsung remuk.  


Apa-apaan itu? tanya Steele. Tidak, ia tidak merasa sakit. Ia hanya keheranan apa yang baru saja Kai lakukan. Ia tidak dibanting. Ia tidak disentuh. Laju tubuhnya berpindah sendiri.


"Sampai jumpa, Lady Steele." Kai meraih dua pisau lempar dari kantung terluar ransel besarnya. Ia lemparkan dua-duanya sekaligus… namun satu malah menancap di vending machine, satunya lagi mengenai bahu Steele dan terpantul. "Cih, jadi nggak keren kan!" keluh Kai kemudian.  


Steele mencoba menerjang Kai, hendak menghantam perut pemuda itu dengan bahunya – walau yang mengenai sasaran pertama pasti kepalanya. Arah Steele jelas, namun Kai melihat pergerakannya dan tubuh Steele malah melenceng sedikit, kepalanya menghantam dinding duluan.


Oke, itu sih bukan bela diri. Mungkin semacam telekinesis?


Kalau iya, Steele penasaran ingin mencoba batasannya. Ia raih bangku kayu panjang di sisi koridor. Otot-ototnya mengencang saat ia mengangkat bangku itu dan melemparnya.


Lemparan itu kuat, cepat, dan tepat sasaran. Kai pun seharusnya terlambat untuk menghindarinya. Namun tetap saja bangku panjang itu tiba-tiba berubah arah luncuran dan malah berbalik ke Steele.


Steele siap mengantisipasi itu. Ia melompat, menyambut luncuran bangku. Ia fokuskan kemarahan ke kepalanya. Saat ia menanduk, bangku panjang dan kokoh itu hancur menjadi dua bagian. Tubuhnya pun terus maju, hendak menghantam Kai. Namun secara ajaib Steele malah menukik hingga kepalanya menghantam dan meretakkan lantai.


Kai mengambil satu pisau lagi. Ia harus memastikan. Sekuat tenaga ia mencoba menikam tengkuk Steele. Pisau itu bengkok tanpa mampu menimbulkan setitik pun lecet di tubuh Steele. Oke, pikir Kai menanggapi itu. Rupanya… ini penyebabnya dia begitu pede bertarung tanpa senjata.


Steele mengangkat kepalanya. Kai sempat mencoba mengubah laju gerakan serangan itu, namun ukuran target dan jarak yang terlalu dekat membuat usahanya kali ini sia-sia. Bagian belakang kepala Steele menghantam dagu Kai. Kekuatan serangannya bahkan di luar dugaan Steele sendiri, hingga Kai terpental.


"Ouch…" keluh Kai, terkapar di lantai. Tangannya mengusap-usap dagu. Ia tak mengira lawannya bisa memberi serangan balasan sekuat itu. Batangan merah di atas kepalanya memendek seperempat.


Ah, akhirnya Steele paham apa makna batangan itu: indikator nyawa, seperti di Street Fighter II. Ia melongok ke atas, ingin memeriksa seperti apa kondisi batangannya. Ia lihat batangan itu sudah lebih memendek sedikit dibandingkan sebelumnya, menandakan serangan Kai tidak sepenuhnya sia-sia.


Steele mencoba menerjang Kai lagi. Kalau tandukannya saja bisa mengurangi indikator nyawa Kai, maka hantaman-hantamannya pasti bisa menguranginya lebih jauh. Namun Kai dapat mengangkat kepalanya sedikit, hingga matanya melihat tubuh Steele. Laju Steele pun bergeser sedikit arahnya, hingga hanya kepalanya saja yang secara tipis menggores lutut Kai.


Kai bangkit. Dengan langkah oleng ia tertatih maju, tangan kanannya masih memegang dagu. Kalau satu hantaman asal saja seperti itu, ia tidak mau merasakan pukulan kedua. Ada satu cara yang terpikir olehnya, namun metode itu masih terlalu berbahaya, mengingat seperti apa kekuatan Steele. Untungnya ia masih punya metode lain.


Steele sudah berlari di belakang Kai. Ia tak ambil pusing lawannya akan melempar-lemparnya seperti sebelumnya. Tubuhnya masih bisa menahan sakit. Apapun kemampuan Kai, sosok berambut putih itu tidak sempurna. Ia masih bisa dilukai. Sekarang, ia lari karena takut. Steele hanya tinggal mencoba dan mencoba, hingga tinjunya bisa menghantam pipi tembam lawannya.


Dalam lima langkah, Steele dapat menjangkau Kai. Ia menjulurkan lengannya, kali ini hendak meraih sosok berambut putih itu tanpa melompat.


Kai berhenti tepat waktu dan menoleh. Seketika pergerakan Steele bergeser sedikit, membuat lengannya hanya dapat menjangkau angin. Kaki kanan Kai menjejak, memberinya cukup kekuatan untuk melenting ke pintu di kanan. Terengah ia memutar gagang dan membukanya. Matanya terus tertuju ke Steele, membuat lengan pegulat wanita itu bergeser saat hendak meraihnya. Sebelum Steele dapat mencoba menggapainya lagi, Kai sudah terlebih dahulu memasuki ruangan yang dibukanya.


Mulai kesal, Steele hendak melanjutkan mengejar. Namun ia terhenti sebelum melalui pintu. "Heh?" alisnya terangkat, keheranan. Hafal struktur Wells Fargo Center, ia tahu kalau seharusnya ruangan di depannya biasa digunakan untuk kafetaria. Namun tak ada meja buffet terhampar di sana. Malah, yang ada di balik pintu itu bukan ruangan sama sekali. Itu adalah air.



3


Untuk sesaat, Kai meninggalkan benak Steele. Dengan takjub wanita itu mendekati pintu. Ia menjulurkan tangan, hendak meraih air di hadapannya, yang seakan tertahan selubung tak kasat mata hingga tidak meluber ke mana-mana. Keningnya duluan yang menyentuh permukaan itu, dan ia pun yakin: yep, itu memang air.


Kalau ia lihat baik-baik, ruangan itu pun bukan sekedar dipenuhi air yang tidak mau keluar. Wells Fargo Center ikut mengalami glitch seperti fisik Steele, hingga mata Steele melihat ada hamparan reruntuhan di baliknya.


Sejak awal toh ronde ini memang sudah ngaco, terbukti oleh bentuk badannya. Pasti ada alasan Kai memilih kabur ke sana. Mungkin dia sudah tahu sebelumnya, dan kini hendak memanfaatkan tempat itu untuk menjebaknya. Namun, Steele tak keberatan menghadapi sedikit tantangan… selama ia bisa bertahan hidup di sana tentunya.


Wanita itu pertama memasukkan kepalanya menembus permukaan air. Ia dapati kalau dirinya tak perlu repot-repot mencari masker; ia bisa bernafas normal seakan ia berada di luar. Bahkan tidak ada air yang memasuki paru-parunya.


Tapi, saat ia melewati permukaan air dan sepenuhnya memasuki "ruangan," ia merasakan tubuhnya dikelilingi oleh air. Pendengarannya teredam, pengelihatannya kabur, dan ia mengambang. Ia harus menggerakkan lengan dan kakinya untuk berenang maju. Seketika sadarlah dia kenapa Kai kabur ke sini. Ia tatap bongkahan-bongkahan batu dari berbagai ukuran yang mengambang di sekelilingnya, serta ikan-ikan besar yang berenang bebas. Sosok berambut putih itu bisa menggunakan kemampuan anehnya dengan sangat maksimal di sini.


Steele bisa keluar lagi. Pintu masih terbuka di belakangnya, memperlihatkan koridor Wells Fargo Center. Ia dapat meninggalkan arena kematian ini lalu menunggu Kai keluar atau pengusiran virus selesai sepenuhnya. Sekali lagi, itu bukan gayanya. Egonya malah membuat dia penasaran ingin mengalahkan Kai di tempat pilihannya ini.


[ERROR]


Muncul kotak peringatan digital besar di atas Steele. Selain kata "error" besar-besar, ada huruf-huruf lebih kecil yang agak lebih sulit dibaca.


[ERROR: Karena proses pembersihan virus, performa dan struktur arena RUPTURE tidak berjalan dengan semestinya. Mohon maaf atas ketidaknyamannya.]


Steele mendengus. Informasi itu benar-benar menjelaskan kekacauan yang sedang dia alami, juga meyakinkan kalau dia memang ada di semacam Matrix. 


 Dengan gaya katak, Steele mulai maju. Setidaknya, "air" di sekelilingnya tidak mengganggu pandangannya separah air sungguhan. Ia masih dapat melihat reruntuhan di bawahnya, pilar besar yang ia hindari dengan berenang ke bawah, dan ikan-ikan yang berenang di sekeliling. Ia menyesal menghabiskan terlalu lama waktu untuk kagum. Sekarang, untuk mencari Kai bukan hanya depan, belakang, kiri, kanan saja yang harus ia waspadai. Ia juga wajib memeriksa atas dan bawah.


Jangan sembunyi bocah, gerutu Steele dalam hati. Aku sudah masuk ke arenamu. Sini, tunjukan kekuatanmu.


Seakan menanggapi tantangan tak terucap itu, tiba-tiba tubuh Steele menukik sendiri ke dasar. Ia tidak apa-apa. Kecepatan renangnya yang lamban tak berubah saat arah geraknya diutak-atik. Ia bahkan bisa menghentikan gerakannya, kalau saja ia lebih fokus.


Yang jadi masalah adalah bayangan gelap yang kini menyelimutinya. Steele melongok ke atas. Sebuah pilar besar, yang tadinya bergerak ke samping, mendadak menukik menyusulnya. Gerakan pilar itu tidak terlalu cepat, namun Steele pun tak bisa bergerak cepat. Ia pun dengan sukses tertimpa potongan pilar besar tersebut. Kali ini, ia benar-benar merasakan sakit. Bahkan indikator nyawanya pun berkurang lebih banyak bila dibandingkan seluruh serangan Kai sebelumnya.


Menarik juga.


Steele mempertahankan fokusnya ke seluruh tubuh, membayangkan energi-energi tubuhnya membentuk perisai. Walau tak bisa bernafas, ia memanfaatkan sedikit waktu ini untuk berleha-leha.


Pilar yang menindih Steele terangkat sendiri tanpa campur tangannya, memungkinkan dia untuk mencoba menemukan penyerangnya. Ia ingat kembali pertarungan singkatnya di koridor. Sosok berambut putih itu harus minimal menoleh untuk mengacaukan lajunya. Kalau begitu, walau tidak suka, ia tak boleh terlihat oleh Kai.


Ia naik, mengikuti pilar, dan berlindung di baliknya. Ia sadar kalau ini tidak akan membantunya terlalu lama. Ia hanya butuh waktu untuk melihat dari reruntuhan yang mana Kai mengawasinya. Bayangkan dia bisa melihatku, batin Steele. Bayangkan dia juga harus melihat pilar yang ia lempar.


Begitu banyak kemungkinan posisi Kai. Begitu banyak arah serangan bisa datang. Steele menyeringai. Ini sangat… berbeda dibandingkan pertarungan-pertarungannya sebelum ini. Agak membuat frustrasi memang, tapi ia bersemangat untuk memecahkannya.


Saat itu Steele menyadari sesuatu: indikator nyawanya mendadak jadi samar. Ia bingung, mengira itu penyebab glitch lagi… hingga tiba-tiba batangan tersebut menjadi kembali jelas di saat yang unik.


Pilar yang Steele gunakan untuk bersembunyi menyeret tubuhnya kembali ke dasar. Kai sudah menemukannya, dan sosok berambut putih itu tahu kalau satu pilar saja tidak cukup. Kali ini datang bertubi-tubi batu dan potongan bangunan ke arahnya. Steele membiarkan saja mereka datang, tahu kalau ia bergerak pun Kai akan menyeretnya ke bawah.


Satu bongkahan batu menghantamnya, menghancurkan sekalian pilar yang menindihnya. Kemudian datang tiga berturut-turut lagi, saling menindih dan menghancurkan satu sama lain, menciptakan lebih banyak potongan kecil. Indikator Steele pun tercukur cepat, hingga panjangnya kurang dari setengah.


Aroma besi menusuk hidung Steele. Mulutnya menyemburkan darah, membasahi bagian dalam topengnya. Spandex ketatnya robek-robek, demikian pula dengan topengnya. Bahkan ketahanan supernya pun tidak bisa sepenuhnya menahan efek serangan seperti tadi. Tapi bukan itu yang ia pikirkan. Kini, ia memiliki lebih banyak pelindung untuk bergerak.


Ia berenang ke sisa bangunan yang masih berdiri. Setiap ayunan lengan dan kaki mendatangkan nyeri ke seluruh tubuh. Nafasnya sesak, karena hidungnya kemasukan debu dan serpihan. Ia menahannya. Bagi seorang pegulat, rasa sakit itu konstan. Steele sudah terbiasa mengabaikannya. Ia bahkan sudah mengabaikan rasa sakit yang lebih ekstrim di penyisihan dan ronde pertama, ini masih belum ada apa-apanya.


Warna dari indikator nyawa Steele kembali memudar. Berdasarkan yang terjadi tadi, wanita itu mengambil kesimpulan sendiri: bila dalam pertarungan musuhnya tidak melihatnya, maka indikator itu pun akan menjadi samar. Cukup membantu dia untuk menjelajah sekeliling. Ia terus waspada, berenang sambil mengantisipasi dari mana Kai melihatnya.


Belum sempat ia menemukan sasaran, indikator nyawanya kembali menjadi terang. Saat itu juga, ada bongkahan bangunan besar yang menghantamnya dan meruntuhkan bagian depan bangunan yang ia masuki.


4


Kai sebenarnya tidak jauh dari posisi Steele. Ia mengamati kehancuran yang ia ciptakan dari lantai dua sebuah reruntuhan bangunan, menghadap area yang ia bombardir. Pandangannya kabur. Ia masih bisa melihat arah gerak segala obyek di sekelilingnya dengan lumayan, namun jangkauan pengelihatannya berkurang dibandingkan sebelumnya. Ia masih ragu apakah itu karena efek air atau error yang dimaksud notifikasi sebelumnya.


Sosok berambut putih itu sudah pernah berada di sini. RNG-sama memutuskan untuk mengirimnya ke tempat ini di ronde pertama, bersama lima kontestan lain. Itu adalah hadiah terbaik yang bisa ia terima. Begitu banyak cara yang bisa ia lakukan untuk menyingkirkan lawan-lawannya, hingga ia yakin ia lah yang secara pribadi membunuh mereka semua. Saat dikirim kembali ke Alforea, Kai berpikir kalau ia diberi kesempatan memilih arena, ia akan memilih Rupture lagi.


Ia kaget saat menemukan pintu menuju latar-latar sebelumnya. Selain yang ini, ada juga yang bisa membawanya ke gurun penyisihan. Ia sampai meluangkan waktu memeriksa masing-masing tempat untuk memastikan ia masih bisa memanfaatkan setiap lokasi.


Sejauh pengamatan dia, tempat ini agak berbeda. Sebelumnya ia harus mengenakan masker khusus untuk bisa bernafas dan berkomunikasi. Sekarang ia tak bisa berbicara, namun ia dapat bernafas tanpa masalah. Gangguan pengelihatan dan pendengaran ini pun baru.


Seharusnya sih ia tidak perlu sampai masuk ke sini. Kai sudah percaya dengan taktiknya, membuat Steele menghantam dinding dengan tenaganya sendiri lalu menikamnya. Tapi ternyata tubuh lawannya tahan tusukan, jadi ia memutuskan menyeret wanita brutal itu untuk kematian yang lebih pasti.


Beberapa serpihan kecil terangkat, sementara potongan-potongan  bangunan yang lebih besar antara masih menancap di dasar atau terangkat lebih pelan. Kai mencoba mengamati dengan seksama pergerakan setiap benda. Tak ada indikasi kalau ia sudah mengalahkan lawannya, jadi ia akan berasumsi wanita itu masih hidup.


Ketimbang terkesan, Kai malah jengkel. Kemampuan Steele adalah pertarungan jarak dekat, terlihat jelas sekali dari caranya memburu. Ia juga punya tendensi menyerang dari depan, secara "kesatria." Itu bukan jenis lawan yang sesuai. Kalau saja Steele tidak dilindungi ketahanan fisik super, pertarungan ini seharusnya sudah selesai dari tadi. Namun kekuatannya itu membuat indikator nyawanya berkurang dengan sangat pelan, hingga timbunan gedung pun hanya dapat menguranginya, bukan mengakhirinya.  


Melihat beberapa potongan bangunan lain melintas, Kai menggerakkan mereka menghajar posisi terakhir Steele, hanya untuk jaga-jaga. Matanya awas, mengamati setiap arah pergerakan yang keluar dari bangunan itu. Ia melihat bebatuan terangkat perlahan-lahan, namun ia tak melihat siapa-siapa dari sana. Ia juga tak melihat ada mayat wanita cebol berkepala besar yang terangkat.


"Kecoa macam apa sih ini…" keluh Kai sambil terkekeh. Sudah malas melanjutkan pertarungan ini lebih lama, ia ingin "menantang" wanita itu sambil menggiringnya ke jebakan yang lebih baik.


Kai keluar dari persembunyiannya. Ia perhatikan sekeliling, ingin memastikan posisi Steele. Wanita itu belum terlihat. Dia keluarkan satu pisau dari ranselnya yang basah. Untuk apa ia sembunyi, sementara lawannya sama sekali tak punya cara untuk menyakitinya? Kai mendengus, merasa seharusnya ia menekan saja wanita itu dari awal.  


Ada suara dari belakang. Terperanjat, Kai menoleh. Ia hanya menemukan sekelompok ikan, yang menurut arah mereka baru saja keluar dari bangunan yang ia tinggalkan. Kejutan yang tidak menarik.


Tapi kemudian ia menyadari kalau indikator nyawanya kembali menjadi terang, tanda Steele melihatnya. Segera matanya kembali menyapu sekeliling, mencoba menemukan wanita itu. Namun indikator nyawanya malah kembali menjadi padam.


Yah, sesuai rencana. Bagus kalau Steele diam-diam mengamatinya, berarti ia tak hanya berenang tanpa tujuan. Sambil menyeringai, Kai mulai menjauh. Ia melihat pilar tinggi agak jauh di depan. Dia ingat itu adalah salah satu petunjuk jalan yang ia lalui saat ia memerika sekeliling area ini di ronde pertama… dan tak jauh dari sana, ada sarang monster laut.


Saat ia sudah menoleh, sesuatu meluncur, menjebol dinding salah satu reruntuhan. Tak mendengar aksi heboh itu, Kai terlambat bereaksi… hingga kepala lawannya dengan telak mengenai area pinggang, perut, paha, hingga kemaluannya.



5


Jangan lihat ke sini, harap Steele saat ia tadi bergerak menggunakan serpihan dan bongkahan batu sebagai perlindungan. Ia lega saat melihat Kai terus "melempari" batu ke posisi terakhirnya, sementara indikator nyawanya terus samar. Walau menyakitinya, serpihan-serpihan besar yang tercipta justru dapat membantunya maju sambil bersembunyi.  


Ada deretan bangunan lain di seberang bangunan yang dihancurkan Kai. Insting Steele menggerakkannya ke sana. Jantungnya berdegup saat ia bergerak. Nafasnya sesak. Ia baru bisa bernafas lebih lega saat menyadari ia berhasil sampai ke tujuannya tanpa terpergok.


Ia pun mencari lawannya, dari ruangan ke ruangan, mencoba menemukan di mana Kai bersembunyi. Awalnya ia tak menemukan siapa-siapa, dan indikator nyawanya pun terus pudar. Lalu ia melihat sosok berambut putih itu berenang keluar dari bangunan di sampingnya.


Awalnya Steele ingin mengikuti sosok berambut putih itu, perlahan-lahan. Tapi kesabarannya sudah telanjur habis. Jadi dia kerahkan sedikit saja kemarahannya, agar ia bisa meluncur, menembus satu dinding yang menghalangi lajunya, dan terus maju hingga ia menghantam Kai seperti misil.


Serangan kejutan Steele berhasil. Indikator nyawa Kai merosot drastis, hingga tinggal seperempat tersisa. Kai pun mengambang dengan lemas. Mulutnya terbuka dan sorot matanya kosong. Pisaunya terlepas dari tangannya.


Indikator nyawa musuhnya belum kosong, Steele mempercepat renangnya. Ia raih kaki Kai yang terjulur, lalu ia seret dia ke bawah dan ia ayunkan tubuh sosok berambut putih itu hingga rusuknya menghantam bangunan, menyisakan sekitar sepuluh persen saja batangan merah di indikator nyawa. Tidak puas dengan itu, Steele mengayunkan tubuh Kai lagi untuk serangan kedua.


Namun tiba-tiba tubuh Kai lenyap dari genggamannya.


Rasa sakit datang dari punggung Steele, menjalar hingga ke dadanya. Ia hanya perlu menoleh untuk melihat Kai secara ajaib kini di belakangnya. Steele kagum, tak mengira kalau ada senjata yang bisa menembus tubuhnya.


Sebenarnya, memang bukan senjata yang menembus tubuh Steele. Kai memindahkan tubuhnya tepat ke belakang Steele, tapi tangannya masuk ke dalam tubuh perempuan itu. Jemarinya sudah menggenggam jantung sang juara dunia. Ia hanya tinggal meremasnya…


Steele masih bisa bernafas dan berpikir. Jadi ia menenangkan diri. Ia bayangkan lagi energinya menyebar di seluruh tubuh, melindunginya. Kini ia pusatkan segalanya ke organ dalam di torsonya.


Kai mencoba meremas. Ia goyangkan tangannya untuk menghancurkan paru-paru dan menggeser posisi tulang Steele. Namun tak ada reaksi. Ia seperti sedang meremas bongkahan baja yang berdenyut.


"Ergh…"


Tubuh Steele mengeras dan mengeras. Gerakan lengan Kai hanya membuat ia dicabik oleh tulang dan organ-organ dalam Steele. Ia bahkan tak bisa mencabut kembali lengannya.


Kesadaran Steele tetap memudar. Indikator nyawanya terus berkurang dengan sangat perlahan. Ia tersenyum, tak menyangka harus kembali beradu ketahanan dengan lawan yang memasukkan tangan kotor mereka ke tubuhnya. Orang biasa pasti akan langsung mati bila terkena serangan begini. Namun dia juara dunia IFWL, jadi ia berkehendak tidak ingin mati hanya karena ada organ asing memasuki tubuhnya. Itu kurang dramatis.


Seharusnya kamu pindahkan saja seluruh tubuhmu ke dalam tubuhku, Bocah. Akan lebih mudah kalau begitu.


Tanpa rasa takut, Steele menolakkan kepalanya ke belakang, menghantam kepala besar Kai dan membuat sosok berambut putih itu semakin pusing. Indikator nyawanya hanya tersisa lima persen.


Kai menggerakkan satu potongan pilar mendekati Steele. Steele tidak bergerak, dan pilar itu pun menghantam dia dan Kai bersamaan. Tubuh Steele dan Kai berguncang, namun jantung Steele tetap kokoh di posisinya.


Kamu itu apa?! Kai ingin berseru frustrasi. Sekuat-kuat tubuh suatu makhluk, seharusnya bagian dalamnya lembut. Lihat saja kepiting. Kalau dia kokoh luar dalam, seharusnya berenang di air akan membuat dia tenggelam hingga ke dasar. Namun tubuh lawannya ini begitu melawan logika hingga kini ia tersangkut dengan sangat, sangat, konyol. Ia juga tak mampu menyerukan keluhannya, karena yang dapat keluar dari mulutnya hanyalah gelembung.


Kepala Steele tertolak ke belakang lagi, menghajar Kai lebih keras dan membuat pandangannya juga memudar. Ia masih bisa menggerakkan lengan kirinya untuk mengambil pisau lempar. Dengan nekat ia mulai mengiris lengannya sendiri, langkah darurat untuk memisahkan diri dari tubuh lawannya. Ia panggil juga obyek yang datang dari depan, masih berharap kalau guncangan dapat membantunya menggeser jantung Steele. Merasa itu saja tidak cukup, ia panggil juga semua obyek bergerak yang ia lihat agar minimal lawannya kehilangan kesadaran.


Saat semua itu gagal, Kai hanya bisa tertawa pahit di dalam hati sebelum hantaman dari kepala belakang Steele melenyapkan seluruh batangan merah di indikator nyawanya.  


6


Tubuh Steele muncul dari langit Benteng Sammeriil dan mendarat di halaman depan. Nessa menghela nafas, akhirnya bisa menarik kembali peserta yang diurusnya itu. Ia biarkan saja Steele terlelap dulu, karena toh wanita itu masih hidup. Lubang di punggung hingga dadanya kembali tersusun seperti semula, sementara bentuk tubuhnya mulai pulih. Setelah proses restorasi ini berakhir, kondisi Steele akan kembali prima, siap menyambut ronde berikut.


Gadis pelayan itu tidak tahu apa yang terjadi. Ia ingin membawa Steele pergi dari sini, namun tiba-tiba terjadi kesalahan database yang membuat dia kembali ke Sammeriil sementara Steele terbang entah ke mana. Mati-matian ia mencoba mencari juara IFWL itu, namun ia tak mampu langsung menariknya karena ternyata masalah itu bukan terjadi karena salahnya. Ini masalah global yang memengaruhi semua kontestan.


Sempat melihat pertarungan Steele Vs Kai dalam pencariannya, Nessa terkesan dengan peningkatan kekuatan Steele. Ia tak yakin apa wanita itu menyadarinya, namun tubuhnya yang telah terbiasa dengan logika dan sistem Alforea membuat dia lebih mampu menahan sakit ketimbang di penyisihan. Ia juga kagum Steele mampu memahami kalau penggunaan sedikit-sedikit kemarahannya lebih efektif ketimbang melampiaskan semuanya sekaligus.


Peningkatan kekuatan itu sangat bagus, karena setelah pembajakan besar-besaran ini, Nessa dapat merasakan akan terjadi perubahan besar di ronde-ronde berikut Battle of Realms… bahkan mungkin ke seluruh Alforea. Siapa pun yang bisa melakukan kejahatan sebesar ini tak akan berhenti begitu saja. Malah, mereka mungkin sudah memanfaatkan kekacauan tadi untuk melakukan sesuatu yang lebih besar.








































           

 




















































5 comments:

  1. Fatanir - Po

    Pertarungannya udah bagus tapi entah kenapa berkesan agak kurang sengit dibanding tarung2 sebelumnya. Settingnya bagus krn tiba2 stlh koridor lsg ada air laut di setting Kai sblmnya. Alur ceritanya rada simpel, terlalu simpel mungkin, krn selain tarung kurang ada eksplorasi cerita.

    Karakter Kai bisa digambarkan dgn cukup baik dan kemampuannya juga pas, meski seolah2 ini ngulang entri versi Kai yg versus Caitlin tanpa ada aplikasi lain.

    Kekuatan Steele bikin penasaran di satu sisi, tapi jg jadi bikin aku heran, apa Steele emg secara natural punya kekuatan pengeras tubuh itu, atau ada sebab lainnya? Krn kekuatan ini entah kenapa bikin Steele jadi kyk X-Men dibanding pegulat dunia nyata.

    Nilai 7

    ReplyDelete
  2. "Steele uses HARDEN! It's super effective!"

    Bener-bener doesn't beat around the bush, entry Steele ini langsung head-on sama lawan. Cara Steele yang manusia biasa beradaptasi sama situasi abnormal dan lawan yang kemampuannya supernatural itu keren, tapi di ujung" saya jadi ngerasa Steele ini rada inhuman juga kekuatannya

    Dari saya 7

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  3. ah, bagaimana ... ya?
    ada kesan yang sedikit 'beda' yang saya dapat dari membaca entry ini. beda dengan entry yang sejauh ini saya baca, ini terasa ditulis dengan gaya bahasa 'dingin' yang tak menggebu-gebu, tapi cukup detail, cukup deskriptif, dan terasa sesuai dengan Rin/Steele yang secara emosi agak 'flat' (kalau dibandingkan Mima, sih). Saya menangkap nuansa yang terasa beda, dan jujur, terasa unik bagiku yang seringkali menulis dengan gaya berapi-api. Jadi, aku merasa ini semacam pelajaran buatku kalau adegan battle juga bisa dipaparkan dalam bentuk seperti ini....

    Penulisannya lebih rapi dari prelim, yang saya ingat dari Steele, waktu itu agak berantakan penulisannya. Tapi yang ini, jauh lebih rapi.

    nilai 8/10... hmmmmmmmmmmmmmmm...
    (enggak tahu, saya harus jujur kalau agak terpesona)
    8 plus 1 deh.

    nilai 9/10. Anggap saja karena aku merasa terhibur, membaca sesuatu yang beda.

    OC Mima Shiki Reid.

    ReplyDelete
  4. Hmm... entah kenapa entrimu kali ini terasa datar.

    Kerapihan dan deskripsi jalannya pertarungan masih oke, tapi semangat Steele untuk bertarung hanya kerasa di awal, setelah masuk pertarungan air lenyap sudah. There's no fire left inside her...

    Lalu finishingnya terasa, yaudah gitu aja...

    Poin 8

    Zoelkarnaen
    OC: Caitlin Alsace

    ReplyDelete
  5. N: Pinjem akun yak, Ran!
    A: Seep!

    -

    Saya suka bgt detail gerakan sama tempatnya. Tp emang rada deja vu sama entri Kai, sih. Narasi bagus kayak biasa. Dan ya, saya belajar gimana mempertahankan feel serius meski babak rada menyulitkan buat dibikin serius--karena chibinya.

    Tp beda dari sebelumnya. Di sini gak ada OC development. Jadi cuma sekadar tarung. Untung pembagian POVnya bagus.

    Jadi titip 8 ya Kak Fachrul ^_^

    N. Alfian
    OC: Ahran

    ReplyDelete