3.5.15

[PRELIMINARY] FALCON - DRAMATIC FIGHT

[Preliminary] Falcon - Dramatic Fight
Penulis: Erza Link

Prologue -

Entah apa yang sedang terjadi di Alforea, tepatnya di Alkima plaza
saat ini. Sesaat setelah pengumuman yang baru saja disampaikan oleh
wanita cantik bernama Tamon Ruu dan laki-laki tua disampingnya,
orang-orang di lobi mendadak ramai dan gaduh. Ada diantara mereka yang
saling memanggil satu sama lain, ada yang saling bertanya tentang
kemampuan dan kekuatan masing-masing, dan tentunya ada pula yang hanya
terdiam kebingungan ditempat. Falcon, yang menjadi salah satu dari
mereka yang kebingungan juga hanya bisa menonton keramaian di
sekitarnya sambil sesekali mengomel.


"Apa-apaan sih wanita itu, se enaknya mengatakan sesuatu kemudian
pergi..", Falcon nyaris berbicara sendiri disebabkan suara orang-orang
yang begitu berisik. Suara elang peliharaannya yang setiap saat
nangkring di pundaknya juga hampir tidak terdengar. Sementara itu
Falcon baru tersadar, ternyata seorang gadis dan bocah cebol yang
sebelumnya berdiri dan mengobrol bersamanya juga tiba-tiba menghilang
dalam keramaian. Falcon pun mulai geram.

"…….AAARGH, KALIAN INI BISA DIAM TIDAK, BERISIK BANGET SIH..!!"

Teriakan itu sepertinya juga percuma. Yap, tidak seorang pun yang
menghiraukannya. Falcon akhirnya memilih untuk keluar dari keramaian
yang semakin membuatnya stress. Falcon pun berjalan menuju sudut
ruangan dengan meja bar dan rak-rak berisi botol-botol minuman. Dia
segera mengambil tempat dan duduk disalah satu kursi bulat yang
kebetulan kosong. Seorang wanita berpakaian maid yang bertugas dengan
cepat langsung menghampiri dan memberikan pelayanan.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?"

"Berikan aku es coklat.. suasana disini tiba-tiba membuat kepalaku
panas", Jawab Falcon sambil menaruh busur panah nya diatas meja bar.
Gadis maid didepannya langsung dengan cepat mencatat pesanan nya.

"Oh ya, ngomong-ngomong… apa anda sudah mendapat party?", Tanya gadis
maid itu basa-basi sambil meracik minuman pesanan Falcon.

"Party? Maksudmu, intruksi dari wanita dari atas balkon kastil tadi?",
Ujar Falcon sambil kembali memandang kearah keramaian yang masih belum
mereda. "Entahlah, sebenarnya aku terbiasa menjalankan misi sendirian,
sedangkan untuk hal semacam ini.. sigh, aku tidak peduli".

"Emmm… Kalau boleh saya anjurkan, anda harus cepat mencari party..
atau membentuknya sendiri saja, jika tidak anda tidak akan bisa
mengikuti babak preliminary, dan anda bisa-bisa tereliminasi di ronde
ini..", jelas gadis maid itu sambil menyerahkan segelas es coklat yang
sudah jadi.

"Hmmm… begitu ya… segitu pentingkah party itu..?"

Gadis maid itu mengangguk seraya melanjutkan. "Dan yang kudengar,
disetiap ronde yang dimenangkan, ada hadiah khusus yang akan didapat
loh..."
Falcon tiba-tiba langsung terperanjat sampai-sampai menyemburkan
coklat dingin dari mulutnya.

"A-apa kau bilang!? Hadiaah..!?"

***

Chapter 01 – Preliminary Raid

Falcon baru saja dari Pet Center untuk menitipkan elang peliharaan
nya. Hadiah menggiurkan itu sepertinya sudah membuat Falcon tergoda
sehingga memutuskan untuk berubah pikiran dan segera membentuk party
untuk mengikuti raid juga. Dan dengan penuh keyakinan, Falcon pun
berjalan dengan semangat menuju orang-orang yang masih terlihat ramai
mempersiapkan party masing-masing. Namun didalam hatinya sedikit
merasa heran ketika melihat keramaian dihadapannya, apa seribet inikah
untuk membentuk party?, fikirnya.

"Sigh, seandainya misi ini bisa dilakukan secara individu…"

Falcon masih berjalan tanpa arah menembus keramaian. Dibenaknya kini
hanya satu, menemukan seseorang yang bersedia menjadi party nya.
Sebenarnya, dia sendiri bingung harus mengajak siapa, disebabkan
karena dia baru mengenal sedikit orang-orang yang mengikuti turnamen
ini. Perasaan sulit itupun mulai mengikis semangat nya secara
perlahan. Tapi, bukan Falcon Sang Pemburu jika tidak memiliki segudang
akal.

Bagaikan mendapat wangsit yang turun dari langit, tiba-tiba dia
menemukan ide yang menurutnya dapat mempermudah dirinya untuk
mendapatkan anggota party. Yap, Falcon berfikir untuk tidak
mencarinya, namun menunggu nya. Dia pun cepat-cepat mengambil secarik
kertas dan sebuah pena bulu dari tas pinggang nya. Perlahan, dia mulai
menuliskan sesuatu diatas kertas tersebut.

"Di.. Ca.. Ri.. Ang.. Nggo.. Ta.. Un.. Tuk.. Par.. Ti..", Falcon
mengeja kembali tulisannya diatas kertas tersebut. Senyumnya
mengembang.

"Hahaaay.. dengan begini, aku tidak perlu susah-susah mencari anggota
untuk party Ku.. aku hanya tinggal duduk, sambil memperlihatkan kertas
ini.. dan orang akan mendatangiku dengan sendirinya.. hahahaa", Falcon
terkekeh sendiri. Entah darimana keyakinannya bodohnya itu tumbuh
seketika.

Falcon akhirnya duduk bersila dan menunggu seseorang untuk bergabung
dengannya. Sambil sesekali membayangkan hadiah apa yang menunggunya
digerbang kemenangan nanti. Entah itu berupa uang, ataupun barang,
yang pasti dia berharap itu adalah sesuatu yang bernilai besar.

Waktu bergulir. Hampir berjam-jam Falcon duduk menunggu hingga membuat
kaki dan pantatnya keram. Sebenarnya, dirinya sudah berkali-kali
dilewati peserta lain yang melihat kertas yang dibawanya, tapi
kebanyakan dari mereka hanya melihat sekilas lalu pergi berlalu. Aneh,
Falcon sempat berfikir, apa dirinya kelihatan lemah sampai-sampai
tidak ada orang yang tertarik untuk bargabung dengannya? Lagi-lagi,
diapun hanya bisa menghela nafas berat.

Malam semakin dingin, bulan Alkima yang terlihat jelas dari
langit-langit lobi juga semakin terlihat indah menerangi para peserta
ditengah kesibukan mereka dibabak preliminary ini. Beberapa bias
cahaya itu menyinari seorang gadis kecil dengan rambut panjang sebahu,
yang sedang berjalan perlahan menuju tempat Falcon. Yak, setelah
menunggu lama, akhirnya ada juga seseorang yang tertarik untuk
bergabung bersama party nya. Sedikit sulit untuk dipercaya,
benar-benar terlihat layaknya seorang anak kecil. Mungkin tinggi
badannya hanya sebatas dada Falcon. Perasaan nya agak sedikit
malu-malu ketika mulai melangkah mendekati seorang Elf bertelinga
lancip yang sangat jarang sekali ia lihat sebelumnya. Melihatnya,
Falcon pun mengambil inisiatif untuk menegurnya terlebih dahulu.

"Hey, nona manis!",sapa Falcon sambil tersenyum lebar. Kedua tangan
nya seraya menunjukan kertas bertuliskan ajakan party sebagai kode
agar gadis itu tertarik.

"Maaf sebelumnya.. apa party mu.. membutuhkan seorang.. berkemampuan
medis..?", ujar Gadis itu terbata-bata. Kepalanya tertunduk sambil
sesekali memandangi Falcon yang masih duduk ditempatnya. Falcon
terdiam sejenak setelah mengamati gadis kecil itu lebih lama. Rasa
penasaran mulai muncul dihatinya, "Gadis ini kelihatannya lemah… dan
lagi dia masih anak-anak, lagipula dimana orang tua nya sih sampai
meninggalkan anak perempuan semanis ini sendirian.."

Falcon kembali mengamatinya lebih detail. Dia melihat tanda di lengan
kanan gadis itu. Ya, tanda apalagi kalau bukan tanda palang merah
alias sebagai petugas pengobatan atau penyembuhan. Menurut yang pernah
ia pelajari dalam perburuan atau pertempuran, dalam sebuah pertempuran
ber-skala lebih dari 1 atau 2 orang, wajib adanya seorang ahli
pengobatan untuk membantu meningkatkan kondisi fisik saat bertarung.
Dan dalam kondisi seperti ini, daripada menunggu orang lain lebih lama
lagi, keputusan yang tepat jika menerima gadis kecil itu sekarang.

"Baiklah, Kau diterima…", Jawab Falcon singkat seraya tersenyum meringis.

"Wah, Benarkah..?", Clara merespon dengan sedikit terkejut. Mungkin
dia tidak menyangka akan diterima sebagai anggota party semudah itu.
Mengingat sebelumnya, dia selalu dikualifikasi terlebih dahulu sebelum
akhirnya ditolak oleh party-party lain. Menanggapi ini, dia
benar-benar tidak bisa menyembunyikan kegembiraan nya dan langsung
berterima kasih kepada Falcon.

"Kalau begitu perkenalkan, namaku Clara Mermadia, dari ras manusia…",
Gadis itu membungkukkan badannya seraya tersenyum manis kearah
Falcon."Senang sekali rasanya… akhirnya ada orang yang mau menerima
ku…"

"..eh? menerimamu?", Falcon sedikit kaget dengan pernyataan gadis kecil barusan.

"emm, sebelumnya aku sudah berkeliling cukup lama untuk mencari party
yang mungkin membutuhkan kemampuanku, tapi tidak ada satupun yang
bersedia.. padahal aku benar-benar ingin membantu orang-orang..",
Jelas nya sambil tertunduk lesu. 'Lho, tiba-tiba kok murung lagi?'
guman Falcon dalam hati.

Namun sekali lagi, Falcon dibuat kagum oleh ras manusia. Ras dengan
rasa saling menghargai dan jiwa tolong-menolong sesama yang sangat
tinggi itu memang benar adanya. Dia kembali teringat oleh pemburu dari
ras manusia yang dulu merawat dan membesarkannya ketika tidak ada
seorang pun yang peduli. Sepertinya, dia semakin yakin kalau manusia
memang bisa merubah dunia ini menjadi lebih baik.

Falcon bangkit dari duduknya dan menghampiri gadis kecil itu. Dia pun
berjongkok agar memudahkannya berbicara sambil memandang wajah sang
gadis yang masih tertunduk. "Mungkin saja, ada banyak orang yang
sebenarnya membutuhkanmu.. hanya saja, mereka belum bertemu denganmu
untuk saat ini".

Kata-kata Falcon benar-benar bagaikan seekor anak ayam, gadis kecil
itu langsung terhibur seketika dengan kata-kata bijak yang sebenarnya
jarang sekali keluar dari mulut kotor Falcon. Senyum gadis itu kembali
mengembang dan kembali menampakkan tatapan optimis dengan mata
berbinar-binar. Tapi entah kenapa, Falcon tidak kuat memandangnya.
Mungkin lebih tepatnya, dia tidak mau gadis kecil itu tau kalau
sebenarnya… Falcon tidak benar-benar membutuhkan bantuan Clara sebagai
anggota party, melainkan status party itu hanya untuk bisa mengikuti
raid dan mendapatkan hadiahnya saja.

***

Chapter 02 - Just The Two of Us

Jika dilihat sepintas, Clara hanya terlihat seperti gadis kecil biasa
pada umumnya. Tapi memang benar, dia hanya gadis kecil biasa pada
umumnya. Dia berasal dari ras manusia, dari sebuah kota kecil yang
letaknya sedikit kurang dimengerti oleh Falcon. Namun, satu hal paling
membuatnya bingung, adalah 'bagaimana gadis sekecil ini bisa sampai
pada sebuah tempat dengan resiko yang lebih besar dari dirinya?' Walau
sebenarnya, Falcon sendiri juga belum tau banyak tentang Alforea,
Alkima, dan Battle of Realm itu sendiri. Tapi jika dilihat dari
peserta lain yang ada disini, mereka semua tampak hebat dan tangguh.
Pastilah tempat yang dipenuhi dengan orang-orang hebat, adalah tempat
yang hebat pula.

Disudut ruangan Alkima plaza yang luas, didepan sebuah toko serba yang
terletak cukup jauh dari pusat keramaian, Falcon terlihat sedang asyik
mengasah mata anak panah miliknya. Dan disampingnya, Clara yang
sebelumnya telah resmi menjadi anggota party raid Falcon untuk babak
preliminary, juga sedang sibuk mengotak-atik tas kecil nya yang berisi
berbagai macam ramuan obat-obatan. Disamping itu, mereka juga sedang
berbagi cerita tentang kemampuan masing-masing dalam pertempuran untuk
digunakan dalam Raid mereka. Falcon sebagai seorang Hunter, dengan
gaya bertarung jarak jauh menggunakan busur panah dan Clara sebagai
petugas medis dengan kemampuan meracik obat-obatan dan menetralisir
serangan sihir. Kombinasi yang cukup unik untuk sementara ini bukan?

"Oke, amunisi ku siap.. bagaimana dengan persiapan mu Clara?", Tanya
Falcon sambil memasukkan kembali anak-anak panah nya ke wadah.

"Semua siap Pak Falcon..", Jawab Clara disusul dengan senyumnya yang
manis dan polos.

"Eeeehh, tapi jangan panggil aku 'Pak' dong..", Gerutu Falcon.

"Eh, tapi.. bukankah.. seharusnya memanggil orang yang lebih tua itu
dengan sebutan 'Pak'?", Tanya Clara dengan polos.

"errr, itu.. tidak ada salah nya juga sih.. tapi…", Falcon menggaruk
kepalanya yang tidak gatal. "Tapi… akan lebih enak didengar jika kau
memanggilku dengan namaku saja sih.."

"Eeeehh, itu terdengar sangat tidak sopaan..", Balas Clara tidak terima.

"Err? begitu ya…?", Falcon kini semakin bingung. Sebenarnya tidak
masalah orang memanggilnya dengan sebutan apa. Tapi.. jika dia
memanggilnya 'Pak' seperti itu, takutnya akan terdengar seperti
seorang anak yang memanggil ayahnya. Menurutnya, dia tidak setua itu.

"Emmm… begini saja… bagaimana kalau kau memanggilku 'kak' saja.. yak
yak!", Ujar Falcon dan kini dengan nada sedikit memaksa. Clara
memiringkan kepalanya.

"Tapiii…. Kau kan, juga bukan kakak ku…",

"Aaarrgh, aku tidak peduli.. panggil saja aku Kak Falcon.. titik!",
Falcon menegaskan sambil memegangi bahu Clara dengan kedua tangannya.

"….. i-iya deh..", Clara tidak punya pilihan lain. Dia tak menyangka
juga, seseorang dengan wajah yang masih anak-anak seperti Falcon bisa
membentak nya. 'Jadi wajah nya benar-benar mencerminkan sifat asli nya
ya' Clara terkekeh dalam hati.

"Baiklah, setelah ini aku akan mengambil elang milik ku di Pet
Center.. setelah itu, kita akan bersiap pergi.. Okay!", Falcon
menagcungkan jempol nya kearah Clara.

"Tapi, apa kau yakin.. kita berdua saja, bisa menyelesaikan raid
ini..?", Clara kembali menundukan kepalanya. Keraguan nya muncul
diakibatkan melihat kondisi tim yang hanya berisi Falcon dan dirinya.
Sementara pertimbangan 'rahasia' yang diambil Falcon adalah semakin
sedikit anggota party, maka akan semakin banyak jumlah bagian yang
akan didapat dari hadiahnya nanti. Sedangkan bagi Clara yang tidak tau
tentang siasat tersembunyi Falcon, menurutnya kemampuan pengobatan
miliknya sendiri masih belum tentu bisa banyak membantu dipertempuran
nanti. Ditambah lagi, dia maupun Falcon sebagai barisan depan
penyerangan, belum tau kondisi dan musuh apa yang akan dihadapi.

"Sudah tidak ada waktu lagi..", Tegas Falcon. "Kau tau sendiri kan,
berapa lama waktunya sampai aku bisa merekrutmu saja.. dan kemungkinan
juga, orang-orang disini sudah mendapatkan party mereka
masing-masing.. jadi, tidak ada lagi yang perlu kita tunggu.."

Clara hanya mengangguk mengerti. Perkataan Falcon memang ada benarnya.
"Baiklah kalau begitu.. jadi, hanya kita berdua saja?"

"Ya.. hanya kita beruda saja.."

***

Falcon dan Clara berdiri berdampingan didepan gerbang portal menuju
Preliminary Raid. Seorang gadis maid yang bertugas disana menanyakan
kembali kesiapan party mereka. Mereka berdua hanya saling menoleh dan
menganggukan kepala degan penuh keyakinan. Dan dalam sekejap, mereka
menghilang ditelan portal menuju tantangan awal dalam perjalanan
mereka di Alforea.

***

Chapter 03 - Clash of Alforea

Ada yang berbeda di langit Alforea malam itu. Ada pemandangan lain
yang menghiasi langit selain ribuan bintang dan cahaya bulan Alkima,
yaitu cahaya kemerahan yang berasal dari peperangan dahsyat antara
pasukan kerajaan Alforea dengan puluhan bahkan ratusan ribu monster
dari berbagai macam jenis dan ukuran. Seakan tiada habis nya, monster
itu terus bermunculan walau sudah dibunuh berkali-kali oleh para
tentara pasukan kerajaan.

Sementara itu, Falcon diteleport ke sebuah bukit pasir dengan
pemandangan gurun pasir sejauh mata memandang. Elevasi bukit pasir itu
sedikit lebih tinggi dan juga berada tidak jauh dari peperangan yang
sedang terjadi. Sebab itu, dari tempat Falcon, Clara, dan petugas maid
berdiri, dapat terlihat jelas pertempuran ganas yang sedang terjadi.
Namun daripada disebut pertempuran, ini lebih layak dikatakan kiamat.

"Apa-apaan ini…",

Falcon masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Kedua
mata tajam nya terbelak melihat kejadian mengerikan itu. Sedangkan
Clara sama sekali tidak mampu melihat kebrutalan itu, dia paling tidak
bisa melihat keerasan sedikitpun dan langsung mendekap erat Falcon
sambil menahan tangis nya.

"Kau sudah melihat keadaan yang sedang terjadi bukan?", Gadis maid
yang bertugas menjelaskan misi Preliminary Raid mulai memberitahu
segalanya tentang misi kali ini dan juga cara untuk menyelesaikannya.

"Kuharap semua yang kaubutuhkan sudah kau siapkan.. strategi,
peralatan, dan kekuatan.. aku do'akan kau dan pacarmu berhasil…",
Gadis maid itu menepuk bahu kanan Falcon dan mulai menghilang memasuki
portal yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

"………Hoi, Dia bukan pacarku bodoh!"

Sekarang Falcon dan Clara sendirian. Ditengah keadaan yang sangat
diluar perhitungan mereka, dan juga perhitungan Falcon tentunya. Dia
benar-benar sudah lupa seketika tentang hadiah yang dibayang-bayangkan
nya sejak tadi. Baginya sekarang adalah bagaimana caranya bertahan
dari peperangan yang terjadi dengan kondisi party hanya dua orang
saja. Falcon menepuk keras dahinya.

"Pak Falcon.. bagaimana sekarang", Sahut Clara sedikit terisak dalam
tangis. Dia masih belom melepaskan dekapannya dari tubuh Falcon.

"Sudah kubilang jangan panggil aku 'pak' lagi!"

"Aku ingin pulang..", Clara mendangakkan kepalanya, menatap Falcon
dengan tatapannya yang berkaca-kaca. Falcon menghela nafas berat.

Sesaat kemudian sesuatu kembali terjadi. Tampak dilangit Alforea
kembali menunjukan fenomena aneh. Dan nampak jelas walau dari
kejauhan, turun secara perlahan dari bulan Alkima, sebuah monster
raksasa berupa kuda bersayap dengan tanduk dikepalanya. Ditambah aura
api yang mengelilinginya dengan pancaran kekuatan yang sangat besar.
Musik pengiring pun ikut memainkan peran dengan memutar irama
kematiannya. Inilah baru kiamat yang sesungguhnya.

"Clara… Kau, ingin pulang kan?", Tanya Falcon sambil mengusap air mata
Clara. Dan tiba-tiba, perlahan mulutnya tersenyum licik, khas penjahat
dengan memperlihatkan gigi taringnya. Clara menatapnya kebingungan.
Kenapa dia justru malah tersenyum?

"Jika kau ingin pulang.. kita harus selsaikan raid ini.. dan kita akan
pulang sama-sama"

***

Clara kembali memeriksa tas obat-obatan nya sesuai perintah Falcon
beberapa saat yang lalu. Sementara Falcon sendiri sedang menunggu
burung elang nya kembali dari patroli. Tidak seperti biasanya, kali
ini dia lebih diam dan terlihat tenang. Peperangan antara pasukan
kerajaan dan para monster juga masih berlangsung sengit. Justru kini
keadaan semakin menyudutkan tentara pasukan kerajaan Alforea. Korban
yang berjatuhan pun semakin banyak. Dari bukit tempatnya berdiri
itulah, Clara tidak bisa lepas dari pemandangan yang terus menerus
membuatnya takut.

Disampingnya, Falcon diam-diam memperhatikan reaksi sedih Clara
terhadap peperangan yang ada didepannya. Dia jadi merasa bersalah
karena telah membawa gadis kecil polos itu dalam situasi dan keadaan
seperti ini. Maka dari itulah, Falcon berencana untuk menghentikan
mimpi buruk ini sesegera mungkin dan kembali pulang dengan selamat ke
Alkima Plaza.

Tak lama kemudian elang peliharaan Falcon pun kembali, dengan cepat
Falcon menerima informasi dari hasil patroli dan mensinkronasikan
dengan strategi miliknya."Baiklah Clara, setelah ini kita akan
langsung menuju menara Kristal dan menghancurkannya.. sesuai dengan
perkataan gadis maid, satu-satunya cara menghentikan semua ini adalah
dengan menghancurkan menara Kristal yang terletak diarah utara dari
sini…",Jelas Falcon kepada Clara disampingnya.

"Dan juga.. aku ingin minta maaf.. karena telah membawa mu dalam
situasi seperti ini..", Falcon menambahkan dengan nada sedikit berat.
Tak diragukan lagi, niat buruknya lah yang membuat kondisi party raid
menjadi sulit seperti ini.

"Tidak.. kau sama sekali tidak salah..", Clara menimpali sambil
berusaha memabangkitkan kembali optimisme nya. "Seharusnya aku, yang
harus mempersiapkan hati ku lebih kuat lagi… seharusnya, aku juga tau
kalau situasi perang bisa terjadi kapanpun dan dimanapun.. dan sebagai
ahli medis sepertiku, seharusnya sudah menjadi tugasku untuk menolong
yang terluka dan lebih berguna bagi orang-orang.."

"Maka dari itu, aku nggak akan menyerah.. aku akan berusaha sekuat
tenagaku..", Semangat dari mata Clara tiba-tiba kembali. Persis
seperti semangat yang Falcon lihat saat pertama kali bertemu dengannya
di Alkima Plaza. Semangat murni yang ditujukan untuk sesama. Semangat
khas dari bangsa manusia.

"Baiklah.. ayo kita selesaikan ini!", Falcon menyodorkan tos tinju dan
Clara dengan penuh semangat membalas tos tersebut.

"Siap, kak Falcon!"

***

Chapter 04 - To The North

Bayangan itu bergerak menuju arah utara dengan sangat cepat dan
semakin cepat menembus gelapnya malam. Beberapa kali bayangan itu
berhasil lolos dengan mudah melewati satu kompi pasukan berisi
gerombolan monster-monster ganas menggunakan kecepatan yang sulit
ditangkap mata. Setelah dapat berhasil menyelinap dari bebatuan satu
ke bebatuan lain dengan mulus, bayangan itu terhenti disebuah cekungan
tebing yang berbentuk seperti gua kecil

"Kita berhenti sebentar disini…", Sosok bayangan itu membuka tudung
yang berasal dari jaket kulitnya dan menampakkan seorang pemuda dengan
wajah pucat dan bertelinga lancip. Pemuda itu menurunkan seorang gadis
kecil berambut panjang sebahu dari gendongannya. Merasakan adanya
sesuatu, mereka berdua langsung merapatkan tubuhnya ke dalam cekungan
kecil pada tebing dibelakang mereka seketika saat gerombolan monster
Orc, Troll dan beberapa monster Naga dalam jumlah yang banyak terlihat
berjalan semakin mendekat.

"Mereka menambah pasukan, menuju kearah selatan… kearah pertempuran
sedang berlangsung..."

"Mereka itu muncul dari mana sih…?"

Kedua sosok yang muncul dari bayangan itu masih berbicara satu sama
lain sambil terus memelankan volume suara mereka. Setelah gerombolan
monster sudah lumayan menjauh, dua sosok itu mulai muncul dari gua
kecil tempat persembunyian mereka tadi. Sosok gadis kecil itu semakin
terlihat sedang membawa banyak bawaan di pundak nya, berbeda dengan
sosok pemuda berwajah pucat tadi. Selain menggendong tas ransel kecil,
gadis dengan wajah yang terlihat manis itu juga membawa wadah berisi
anak panah beserta busur dengan kedua tangannya. Terlihat sangat
ribet.

"Maaf ya, harus membuatmu membawakan senjata dan amunisi ku…", Ucap
pemuda itu kepada sang gadis kecil yang kelihatan sangat kerepotan
dengan bawaan nya.

"Nggak apa-apa kak Falcon… justru aku yang minta maaf karena udah
bikin kakak menggendong ku sejauh ini…", Balas gadis kecil itu sambil
merasa tidak enak. Wajahnya nampak sedikit memerah. "Ngomong-ngomong,
dimana elang milik kakak?"

"Oh, aku menyuruhnya untuk menuju utara melewati rute lain… mungkin
sekarang dia sudah sampai", Jawab Falcon.

Ya, kini Falcon dan Clara sedang dalam rencana mereka menuju utara
untuk menghancurkan menara kristal agar raid bisa selesai. Sudah lebih
dari setengah dari jarak perjalanan mereka tempuh dengan menyelinap
menggunakan kemampuan Shadow Walk milik Falcon yang dapat menyelinap
dengan gerakan super cepat. Dia menggunakan kemampuannya sambil
menggendong Clara agar mereka berdua bisa sampai secara bersamaan. Dan
dari tempat mereka berdiri sekarang, puncak menara itu sepertinya
sudah mulai terlihat dengan auranya yang kuat. Itu tanda mereka
semakin dekat.

"Selangkah lagi, dibalik bebatuan besar itu ya…", Clara menatap kearah
bebatuan yang terletak di arah utara, tempat menara kristal dan
Tamonrah, monster Pegasus raksasa dengan energy api yang siap
menyerang kapan saja kepada siapapun yang berani mendekat. Bayangan
kematian sangat tidak bisa dihindari. Pikiran Clara sedikit kacau
akibat kondisi yang siap menyeret nyawanya kapan saja. Clara menelan
ludahnya.

"Tenanglah…", Tiba-tiba Clara dikejutkan oleh sentuhan tangan Falcon
yang mengusap-usap kepalanya dengan lembut. "Aku nggak akan membiarkan
kuda gila itu menyentuh Clara…"

Clara pun tersenyum. Walaupun dia juga tidak tau apa rencana yang
dipersiapkan Falcon untuk menghadapi Tamonrah dan menghancurkan menara
kristal tersebut. Apapun itu, Clara hanya berharap mereka bisa
menyelesaikan raid ini dan bisa pulang dengan selamat.

"Baiklah Clara, beberapa langkah lagi kita akan sampai dimenara itu..
namun kali ini kita menyelinap seperti biasa saja, karena aku harus
mempersiapkan Shadow Walk untuk pertempuran yang kemungkinan akan
terjadi", Jelas Falcon dengan pandangan serius. Clara mengangguk
mengerti dan sudah bersiap dengan apapun yang akan terjadi nanti.
Seperti apa yang dikatakan Falcon, pertempuran pun juga siap
dihadapinya.

Setelah mengambil kembali senjata beserta amunisinya, Falcon dan Clara
langsung menlanjutkan perjalanan mereka kearah utara, kearah menara
pusat kekacauan ini terjadi. Sesuai arahan Falcon, mereka berjalan
sambil menyelinap dibebatuan. Falcon berencana untuk menghindari
pertempuran sebelum sampai dimenara kristal agar dapat menyerbu menara
yang dijaga Tamonrah dengan kondisi maksimal.

Tidak lama mereka berjalan, dua buah menara kristal mulai terlihat
jelas dimata Falcon dan Clara. Dan dari daratan tempat mereka berdiri
terlihat pula Tamonrah, monster kuda bersayap dengan tanduk
dikepalanya sedang melayang-layang diudara. Jika dilihat dari posisi,
letak menara itu terlihat sangat strategis. Menara itu terletak di
sisi kanan dan kiri sebuah reruntuhan kastil yang juga dikelilingi
bebatuan gurun berukuran besar dan tinggi. Disalah satu sisi bebatuan
itu terdapat celah yang cukup luas yang digunakan para monster untuk
keluar dari area kastil. Jadi, bebatuan ini sekilas terlihat seperti
benteng yang menutupi kastil dari luar.

Falcon dan Clara mulai menyelinap dengan berjalan disisi bebatuan yang
lebih tinggi agar tidak terdeteksi oleh monster-monster yang
kebanyakan berada di darat, kemudian masuk melewati celah terbuka itu
menuju area kastil. Sesampainya di dalam, Falcon langsung disambut
elang nya yang terbang dan hinggap dipergelangan tangannya. Dan
pemandangan area dalam kastil langsung membuat Falcon dan Clara
terbelalak.

"Itu dia menara kristal yang harus kita hancurkan…", Pandangan mata
Clara menajam. Kedua tangannya mengepal dan sedikit bergetar karena
tidak dapat menyembunyikan ketakutannya.

"Ternyata jarak diantara kedua nya tidak sejauh yang kukira… tapi
kalau banyak monster begini, rencana ku akan jadi sedikit sulit",
Falcon sedikit berguman. Clara yang menyadari reaksi Falcon langsung
bertanya tentang strategi apa yang sebenarnya akan digunakan untuk
penyerbuan ini.

"Kak Falcon… aku ingin tahu soal strategi yang akan kita gunakan
nanti…", Ucap Clara sedikit takut. Melihat reaksi Falcon, dia khawatir
akan mengganggu konsentrasinya. Tapi menurutnya, itu bukanlah hal yang
salah mengingat mereka adalah tim, dan raid ini harus dikerjakan dan
dituntaskan sama-sama. Lagipula, Clara juga berniat ingin membantu
sekuat tenaga demi keberhasilan raid.

"Ah, tentang strategi ya…", Falcon tersenyum garing sambil
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Dengan keadaan yang
lagi-lagi tidak terduga seperti ini, sepertinya akan sulit…"

"Memangnya, apa strategi yang akan kakak lakukan?"

"Err, aku… berencana akan menyelinap sendirian kesana menggunakan
Shadow Walk, dan menghancurkan menara itu bersamaan dengan elang ku…",
Jawab Falcon dengan nada suara berat.

"EEH, TIDAK BOLEEH!!", Sentak Clara sambil sedikit menarik sarung
tangan Falcon. "Itu tidak boleh, aku juga akan ikut membantumu!"

"…..Tidak, kau disini saja… lagipula aku kan ketua party, jadi aku
berhak menentukan strategi nya!!"

"TIDAK MAU!"

"KENAPA TIDAK?"

"TIDAK.. TIDAK MAU!!"

"Aaaargh!", Falcon mengacak-acak rambutnya. "A-aku cuma… hanya tidak
mau kau terlu…"

"POKONYA TIDAK!!", Potong Clara sambil kembali menyentak. "Aku sudah
katakan sebelumnya kan, aku akan ikut membantu sekuat tenagaku…"

Falcon menatap mata Clara dalam-dalam dan kemudian menghela nafas berat.
"Aaaargh, baiklah!", Clara langsung tersenyum mendengarnya. "Tapi kau
jangan melakukan tindakan yang membahayakan dirimu… apapun yang
terjadi, tetaplah didekatku!"

Clara mengangguk mengerti. Falcon pun langsung menyusun strategi baru.
Dengan pengalamannya sebagai seorang pemburu ulung, mengatur strategi
baru dengan cepat berdasarkan perubahan situasi dan kondisi yang
sedang terjadi adalah hal mudah baginya. Falcon menghirup nafas
panjang dan merefleksikan kepalanya bersiap berfikir.

"Baiklah, ayo kita lakukan…"

***

Chapter 05 - Stand By Me

Magic breaker, adalah salah satu kemampuan yang jarang dimiliki
kebanyakan manusia pada umumnya. Kemampuan ini memiliki sifat anti
terhadap serangan sihir berunsur apapun. Semua unsure sihir yang
diterima akan secara otomatis dinetralisir dan dikembalikan ke alam.
Kemampuan milik Clara ini sudah seperti sistem imun dasar pada
tubuhnya dan bisa berguna kapanpun. Selain Magic breaker, satu lagi
kemampuan unik milik Clara adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan
unsure-unsur yang ada di alam sekitar seperti hutan, pepohonan, air,
tanah, pegunungan dan unsur-unsur lainnya. Dia melakukannya dengan
menggunakan bahasa universal semacam telepati antara manusia dengan
alam. Kemampuan yang simple, namun sangat mengagumkan.

"Bagaimana… kau siap?", Falcon bersiap memberikan aba-aba pada Clara
yang berdiri dibelakang, sementara dia terus waspada memperhatikan
kondisi area kastil di bawahnya. Elangnya pun juga bersiap menyerbu
area kastil dari arah berlawanan.

"Oke, sekarang!"

Clara tiba-tiba mengadahkan kepalanya kearah langit seraya memejamkan
kedua matanya. Kemudian perlahan-lahan, dia membentangkan kedua
tangannya dan komat-kamit tanpa ada suara yang terdengar sedikitpun.
Beberapa saat kemudian, reaksipun terjadi.

Angin disertai pasir tiba-tiba berhembus dari arah selatan dengan kuat
dan semakin kuat. Falcon yang sambil terus menajamkan penglihatannya
mulai melihat reaksi lain yang muncul dari para monster. Ternyata para
Orc dan monster-monster lain merasa seolah-olah terganggu dengan angin
yang membawa pasir tadi dan mendadak geram. Mereka berteriak mengaum
dan beramai-ramai keluar dari area kastil menuju arah datangnya
gangguan itu.

"Berhasil…", Ucap Falcon pada Clara yang telah membuka matanya. Tapi,
bukan wajah senang yang terpancar dari wajah Clara melainkan ekspresi
terkejut seraya berlari kearah Falcon yang masih menatap kearahnya.

"Kak Falcon… dibelakangmuu!!"

Falcon menoleh kebelakang dan terkejut dengan puluhan bola api yang
melesat kearahnya. Tapi, dengan cepat Clara membuat perisai tubuh
dengan memeluk Falcon tepat sebelum bola-bola api itu menghantam
hancur tempat mereka berdiri. Clara terjatuh tidak sadarkan diri
sambil masih mendekap Falcon. Beruntung tebing tempat mereka berdiri
tidak terlalu tinggi dan mereka berdua mendarat dengan selamat walau
terbentur tanah dengan keras.

"Clara! Kau tidak apa-apa!?", Falcon menepuk pelan pipi Clara yang
masih pingsan dipangkuannya. "Bodohnya aku, aku lupa kalau Tamonrah
bisa mendeteksi kemampuan…"

"Kak Falcon…", Clara membuka sedikit matanya. Falcon langsung menghela
nafas dan tersenyum. "Maaf, Magic breaker nya tidak maksimal…
serangannya terlalu banyak"

"Kau sudah melakukan kerja bagus, tapi keberadaan sekarang kita sudah
diketahui… kita harus sembunyi dulu!", Falcon langsung menggendongkan
Clara di punggung nya dan melesat cepat menuju reruntuhan kastil.

Tamonrah yang terusik pun langsung terbang berlarian sambil membakar
apapun yang dilewatinya. Falcon bersembunyi tepat bangunan utama
kastil yang dipenuhi reruntuhan agar Tamonrah tidak bisa melihatnya
dari udara. Falcon mengalihkan perhatiannya kepada Clara yang masih
tidak sadarkan diri akibat hempasan serangan dari Tamonrah. Dia
mencoba menggeledah tas obat-obatan Clara dan menemukan beberapa botol
obat kuat. Dengan segera, Falcon meminumkan obat kuat itu dan Clara
pun kembali tersadar.

"Syukurlah…", Falcon menghela nafasnya.

"Kak Falcon? dimana kita? mana Tamonrah??", Tanya Clara sambil
menoleh-noleh kebingungan.

"Kau ini, benar-benar hampir membuatku jantungan…", Falcon bangkit
sambil menyerahkan tas obat-obatan milik Clara. Clara melihat sebotol
kosong obat kuat yang tergeletak disampingnya. 'Jadi dia membangunkan
ku dengan ini', gumannya dalam hati

"Dengan ini, kemampuan Druid Pact mu berhasil dengan baik…
monster-monster yang memenuhi area kastil telah pergi keluar, sekarang
aku bisa fokus menghadapi kuda binal itu", Ujar Falcon seraya berjalan
menuju Clara yang masih terduduk dan menariknya bangkit dengan
tangannya.

Ya, strategi Falcon -tahap awal- untuk mengosongkan area kastil yang
sebelumnya dipenuhi oleh monster-monster tidak penting itu berjalan
lancar. Dan kini hanya menyisakan Tamonrah yang masih berlarian tanpa
tujuan diangkasa. Falcon menyengir licik. "Sekarang.. saatnya tahap
kedua!"

Falcon dan Clara keluar dari reruntuhan sambil menatap Tamonrah diatas
mereka. "Clara, jangan lupa… tetaplah di dekatku…", Clara mengangguk
dan berlari mengikuti Falcon ke area halaman kastil.

Dengan kecepatan tinggi, Falcon langsung melesatkan satu anak panah ke
udara yang tepat mengenai Tamonrah. Sementara elang miliknya mengikuti
dengan menghujamkan tubuhnya dengan kecepatan tinggi, tepat mengenai
sayap kiri dari kuda angkasa tersebut sehingga membuat keseimbangannya
goyah dan jatuh berputar menghujam daratan.

"BUUUUMMMM!!"

Tubuh raksasanya yang menghantam tanah menimbulkan getaran hebat dan
debu tebal yang menutupi pandangan. Clara sampai-sampai tidak bisa
melihat sama sekali. Namun, ini tidak berarti apa-apa bagi penglihatan
Falcon yang sudah terlatih. "Clara, tetap fokus!"

Debu pekat yang perlahan menghilang mulai menunjukkan sosok Tamonrah
yang sudah kembali berdiri tegak diatas tanah yang sudah hancur.
Dengan hempasan yang sangat kuat, kuda gila itu membentangkan lagi
kedua sayapnya seperti memasang ancang-ancang untuk kembali terbang.

"Apa dia sudah marah kak?", Clara bertanya dengan wajah polosnya.

"Masih belum, sekarang dia mencoba untuk terbang lagi…", Jawab Falcon
terlihat semakin was-was. Dengan cepat dia mengambil satu buah anak
panah dan berlari sambil membidik Tamonrah. "Aku tidak akan
membiarkanmu terbang lagi, dasar kuda binaal!"

SYUT!

Anak panah Falcon melesat dengan cepat dan tepat mengenai bagian dada
Tamonrah. Kuda gila itu merintih keras dan tampak kesakitan. Tapi,
serangan Falcon masih belum berakhir sampai disitu. Dengan cepat
Falcon kembali melesatkan dua anak panah lagi, diikuti kembali dengan
tiga sekaligus, kemudian empat, dan kemudian lima secara beruntun,
sampai serangan terakhir menggunakan sepuluh amunisi sekaligus
meluncur tepat mengujam dada Tamonrah hingga terpental mundur jauh
kebelakang bagaikan terkena ribuan pukulan berkekuatan besar. Serangan
anak panah beruntun dan bertubi-tubi menggunakan kecepatan dan
ketepatan tinggi seperti itu sangat mustahil dilakukan pemanah ulung
sekalipun. Benar-benar serangan yang mematikan.
"Rasakanlah… Arrow Chain ku!"

Falcon sedikit terdorong mundur akibat gaya yang disebabkan serangan
beruntun nya barusan. Tapi, Falcon kembali sukses membuat kuda gila
itu roboh lagi. Sementara Clara, hanya terdiam mematung melihat
serangan sedahsyat itu. "Kak Falcon, yang tadi itu kereen!!"

"Tetap fokus Clara… kuda binal ini nggak bisa mati!"

Untuk kesekian kalinya, Tamonrah kembali bangkit. Kini pancaran warna
merah dari matanya semakin menyala. Aura api yang mengelilinginya juga
semakin membara. Benar apa yang dikatakan Falcon, kuda gila itu
berubah menjadi kuda gila yang sangat marah. Dengan mode ini, serangan
Tamonrah akan semakin kuat dan tanpa ampun. Karena dia sudah tidak
bisa membedakan lagi antara musuh dah sekutu. Serangannya akan berubah
semakin membabi buta.

Falcon dan Clara tampak was-was. Tapi setidaknya, rencana mereka
membuat Tamonrah masuk ke mode marah berjalan dengan mulus. Ya, semua
ini sudah diatur sejak awal oleh Falcon. Dia berencana akan
memanfaatkan kemarahan Tamonrah. Dan saat itu, Falcon akan
terus-menerus memancing serta menggiring kuda gila terebut agar terus
menerjang secara membabi buta di daerah dekat menara, sehingga akan
menimbulkan kerusakan fisik pada menara kristal akibat benturan dari
serangan brutal Tamonrah. Falcon tentunya akan menggunakan Shadow Walk
untuk bisa dengan cepat menghindari hantaman serangan dari Tamonrah
sambil menggendong Clara dipunggungnya untuk melindungi dari serangan
magic yang dilancarkan kedua menara kristal tersebut. Sekilas tampak
seperti rencana yang sangat memaksa, namun saat situasi personil tim
yang sangat minim, rencananya ini adalah yang paling efektif dan
efisien, dengan mengerahkan semua potensi kemampuan yang ada dari
Falcon dan Clara.

"Clara.. cepat naik ke punggungku!", Seru Falcon kepada Clara yang
dengan cepat melompat naik ke punggungnya. Falcon langsung melesat
cepat menggunakan Shadow Walk sesaat sebelum bola-bola api Tamonrah
menerjang mereka.

"Bola api itu… interval nya 5 menit, selama selang waktu itu dia tidak
akan mengeluarkan sihir api nya, ini kesempatan kita!", Jelas Clara
sambil sedikit terpontang-panting digendongan Falcon akibat gerakan
cepat dari Shadow Walk.

"Aku sudah tau… Clara, kau fokuslah untuk menetralisir serangan magic
dari kedua menara itu, aku akan mulai berlarian menggiring Tamonrah
kedekat menara!", Jawab Falcon sambil memberi intruksi balik kepada
Clara. Clara langsung bersiaga dan mengalihkan perhatiannya kepada dua
buah menara yang siap menyerang siapapun yang mendekat dengan serangan
magic nya.

Dengan kecepatan bayangan, Falcon melesat sambil memancing kuda gila
itu untuk menyerangnya. Falcon berlarian sambil terus menghindar
diarea yang dekat dengan kedua menara kristal tersebut. Sedangkan
elang miliknya, membantu sebagai pengalih perhatian yang terbang
disekeliling wajah Tamonrah untuk mengganggu dan sekaligus memberikan
waktu untuk Falcon menghindar. Sementara interval 5 menit ini hanya
dapat membuat kuda gila pemarah itu menyerang dengan menyeruduk
kesana-kemari dengan tanduknya.

Target utama dalam strategi ini tepat mengenai sasaran. Serangan
membabi buta Tamonrah sedikit demi sedikit berefek melemahkan bangunan
kedua menara kristal tersebut. Serpihan-serpihan segel berbentuk
kristal rusak berjatuhan akibat hempasan serangan yang brutal dari
monsternya sendiri.

"Kak Falcon… kedua menara itu, sedikit lagi hancur!", Sahut Clara
sambil menunjuk kearah kedua menara kristal yang sudah tidak lagi
berbentuk. Dinding kedua menara itu sudah retak dan terkikis habis,
hanya tinggal menunggu waktu saja sampai menara itu roboh dan rata
dengan tanah.

Dengan sisa-sisa waktu pemakaian Shadow Walk, Falcon melesat cepat
menjauhi kedua menara itu. Dia berhenti tepat didepan reruntuhan
bangunan utama kastil, diatas reruntuhan itu sudah berdiri si kuda
gila Tamonrah yang bersiap menghempaskan bola-bola api yang lebih
besar.

"Gawat.. Interval 5 menit nya sudah berakhir, dia akan menembakan
sihir api nya lagi!", Seru Clara seraya turun dari gendongan Falcon.
Dia kembali membentangkan kedua tangannya dan bersiap menjadi perisai
terhadap serangan sihir api Tamonrah. "Kak Falcon, cepat robohkan
kedua menara itu, biar aku yang mengatasi Tamonrah!"
"Tapi, dia sedang dalam mode marah.. serangan bola api selanjutnya
akan lebih kuat dari sebelumnya!", Balas Falcon mencoba menentang
keputusan Clara yang dapat membahayakan dirinya lagi.

"Tidak ada waktu lagi…", Clara menoleh kearah Falcon dengan wajah
serius. "Ini kesempatan terbaik untuk mengakhiri raid ini"

Falcon terdiam seketika. Sementara itu Tamonrah sudah melepaskan
puluhan bola api yang berukuran dua kali lebih besar dari yang
dikeluarkannya sebelumnya. Tak ada pilihan lain, Falcon langsung
melesat ke samping untuk menuju menara kristal yang terletak disisi
kanan area kastil. Sedangkan elang miliknya, terbang menuju arah yang
sebelah kiri. Mereka berdua berpencar dan siap menghancurkan menara
itu bersama-sama. Dengan sedikit lompatan, Falcon kemudian melesatkan
sepuluh anak dalam satu tembakan kearah menara, bersamaan dengan
serangan sang elang yang meluncur cepat menghujam menara yang lain.
Akhirnya, kedua menara itu pun hancur berkeping-keping, roboh dan rata
dengan tanah.

Robohnya menara itu juga dibarengi suara ledakan dari bola api raksasa
yang menghujam kearah Clara. Falcon langsung menoleh kearah ledakan,
namun radiasi ledakan dari bola api Tamonrah justru mengehempaskannya
sampai tersungkur diatas tanah. Sekuat tenaga Falcon dengan cepat
kembali bangkit dan berlari menuju ledakan tempat Clara berada. Dia
bahkan tidak menghiraukan Tamonrah yang telah tersegel kembali oleh
kekuatan menara kristal tersebut dan menghilang entah kemana.

"Clara…", Falcon menghampiri tubuh Clara yang terbaring tidak berdaya.
Disampingnya terdapat tas obat miliknya dengan botol-botolnya yang
sudah pecah dan berserakan dimana-mana. Falcon semakin khawatir.
"Clara.. bertahanlah!!"

Beberapa saat kemudian, portal pulang menuju Alkima Plaza pun muncul.
Tanpa pikir panjang Falcon langsung membopong tubuh kecil Clara dan
berlari memasuki portal tersebut.

"Bertahanlah Clara…", Dalam hatinya, Falcon menjerit.

***

Epilogue

Clara membuka matanya. Dan hal pertama yang dia ketahui adalah dia
sedang terbaring disebuah kamar berisi peralatan medis yang beraneka
macam. Ya, dia sedang berada disebuah Health Center yang terletak di
Alkima Plaza. Disamping ranjang tempatnya terbaring, terdapat meja
kecil berisi buah-buahan dan segelas air minum. Dan satu hal lagi yang
dia temukan adalah seseorang dengan rambut putih yang sedang tertidur
diatas kursi, kepalanya bersandar di salah satu sisi ranjang tempat
Clara terbaring. Senyumnya mengembang seketika, seakan sudah mengenal
sosok dari orang berambut putih itu.

"KWAAK.. KWAAK..!!"

Clara tiba-tiba dikejutkan oleh seekor burung yang sedang nangkring
didepan jendela kamar itu. Namun kali ini dia justru tertawa kecil.
"Kau juga ada disini ya…"

"KWAAKK!!", Elang itu kembali bersuara seolah menjawab pertanyaan Clara.

"Ssssttt… pelankan suaramu, nanti dia bisa bangun", Clara meletakkan
jari telunjuk didepan mulutnya. Memberi isyarat kepada burung tadi
untuk tidak berisik.

Tanpa disadari, Clara melihat secarik kertas yang sudah ada
digenggaman tangannya. 'Sejak kapan?' gumannya dalam hati. Perlahan
Clara membuka secarik kertas yang terlipat itu. Diatas kertas putih
itu tertulis singkat 'Lain kali, kita akan melakukan semuanya
bersama-sama'. Clara perlahan tersenyum seraya meletakkan tangannya
diatas kepala dari sosok berambut putih tersebut. Dan tiba-tiba,
hembusan angin perlahan masuk melewati jendela yang terbuka, membelai
wajah Clara dengan hembusan lembut.

***

11 comments:

  1. alkima plaza, kan mereka kumpulnya di halaman istana gan.

    saya bingung sama yg ini --> atau membentuknya sendiri saja, jika tidak anda tidak akan bisa
    mengikuti babak preliminary,
    itu mengesankan boleh untuk sendirian.

    alurnya cukup bagus tapi masih ada kesalahannya tuh. tanda koma seharsnya sebelum kutip yang diakhir. terus penggunaan "nya' dan "di" juga salah

    nilai 7

    Reviss Arspencer

    ReplyDelete
  2. Membentuk sendiri itu mksudnya bikin party sendiri, bukan ikut party orang..

    Dan typo emang kelemahan saya banget sih.. Hehe.. Thanks result nya .. :)

    ReplyDelete
  3. Ehem, mulai evaluasi #paanzih

    1. Saya udah pusing ngomentarin EYD. Tp yg jelas cerita ini perlu banyak perbaikan terkait EYD. Misalnya preposisi yg lebih banyak salahnya. Di dan ke dipisah dengan tempat, gitu.

    2. Kayaknya banyak kalimat dalam satu paragraf. Bukan berarti paragrafnya panjang, cuma mengandung lebih dari satu ide pokok. Karena saya pemerhati bahasa (cita-citanya juga begitu), saya agak terganggu dgn paragrafnya.

    3. Tentara Alforea itu ... keberadaan mereka terlalu tipis. Ke mana?

    4. Satu panah + elang menghunjam sayap Tamon Rah yang tingginya melebihi tiang operator sampai hilang keseimbangan? Hmm ... CMIIW.

    5. Kayanya perang tentara Alforea vs monster itu jga kurang dieksplorasi. Tau2 timnya udah jauh aja.

    6. Halangannya kurang. Yah, secara ini kan medan ganas. Kesulitan harusnya dibuat lebih besar dan mengancam. Emang ada yg terluka serius, tp itu nyaris mendekati akhir.

    7. Beberapa kalimat sukar dimengerti maksudnya. Buat lebih sederhana aja ke depannya.

    Hmmm ... nilai: 7

    Ahran~

    ReplyDelete
  4. Nice story so far, but i've got something to comment for.
    Eyd mungkin sedikit bermasalah... Strateginya menarik, namun ada sedikit yang janggal dengan halangannya,.. mungkin Tamon Rah belum terlihat terlalu kuat? (heran dengan panah dan elangnya) ada kalimat-kalimat yang juga agak kurang bisa aku pahami. nilai overall: 7
    OC: Aragon Ferden

    ReplyDelete
  5. Nilai dari saya ... : 6

    Karena :
    1. EYDnya agak bermasalah
    Contoh :
    - "Dialog", kata tokoh A seharusnya => "Dialog," kata tokoh A.
    - "mengadah" harusnya "menengadah"
    - "anak-anak panah nya" harusnya "anak-anak panahnya"
    dst.
    2. Tamon Rah-nya serasa kayak badak overweight yang bisa dibunuh satu pemburu tanpa kesulitan yang berarti

    Saran saya sih ini cerita bakal jadi lebih seru kalau si elangnya Falcon tiba-tiba dimasak oleh Tamon Rah atau pasukan monster itu akhirnya membunuh Clara supaya Falcon dapat 'kesulitan' dan 'motivasi' lebih untuk memusnahkan Tamon Rah.

    Itu saja sih :D

    Semoga sukses ke depannya. :D

    ReplyDelete
  6. Terdapat beberapa kalimat yang diksinya kurang tepat sehingga agak sulit dimaknai. Selain penggunaan awalan dan akhiran seperti di-, -ku, -nya, pada beberapa kesempatan digunakan dengan tidak seharusnya yaitu dipisah dari kata sebelumnya. Beberapa tanda baca dan huruf kapital juga sesekali salah penempatan. Begitu juga dengan typo, kemunculannya kadang tidak terduga. Intinya sangat disayangkan kalau masalah teknis ini mengganggu penulisanmu yang sebenarnya sudah ringan untuk dibaca.

    Untuk pertarungannya sendiri, strategi yang digunakan lumayan seru, dengan bergerak diam-diam tanpa perlu melawan semua monster yang menghadang. Ada sedikit bagian yang tidak kupahami, misalnya di tahap pertama Druid Pact itu cara kerjanya untuk apa, kurasa perlu diber sedikit penjabaran. Sama ngejatuhin Tamon Rah nya berasa kegampangan..

    Interaksi Falcon - claranya dapet, lumayan ada chemistry di antara keduanya.

    Tadinya mau kasi nilai 7 tapi minus 1 untuk masalah teknis penulisan.

    Nilai ; 6

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  7. Ini entri serasa dunia milik berdua aja ya.. Yang lain cuma pemeran latar #plak

    Tulisanmu sebenernya ringan, tapi entah kenapa saya ga dapet plot berarti di sini. Mungkin interaksi antara Falcon sama Clara lumayan, tapi tetep berasa...sepi? Ya, kayak entri ini masih punya banyak space kosong buat saya

    Ga akan komentar teknis karena udah keduluan orang lain. Masih ada ruang buat perbaikan, bahkan Tamon-sama yang notabene sohibmu juga bisa kok bikin tulisan yang enjoyable

    Dari saya 6

    P.S.: Hindari asumsi semua pembaca ngerti sekali baca. Saya ga ngerti Druid Pact itu apa btw, jadi alangkah baiknya kalo dibantu sedikit penjelasan (kan pembaca ga dituntut baca charsheet, justru tugas penulis bikin semua jadi clear)

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  8. Saya gak akan komentar soal kekurangan, karena teman-teman sudah menunjukkannya. Yang mau saya komentar di sini adalah soal chemistry antara Falcon dan Clara.

    Saya dapet chemistry-nya. Dan eksplorasi penulis untuk Chemistry-nya saya senang sekali. Saya diyakinkan kalau mereka ini seperti official pair lho <(")

    kalau kekurangan yang tadi tidak ada, ini bisa jadi kisah cinta yang romantis <(")

    oke, nilai akhir 7/10 untuk chemistry yang kuat.

    Salam hangat dari Zarid Al-Farabi/Enryuumaru

    ReplyDelete
  9. saya gak akan komentar soal penulisan, eyd, dan tetek bengek lainnya.

    cuma kenapa chemistry antara Falcon dan Clara kurang 'panas'? >.<

    epilog nya lumayan asyik dan saya suka banget sama elang milik Falcon.

    finishing akhir dengan serangan anak panah dikombinasikan dgn serangan elang cukup mengesankan. tp Clara seharusnya masih bisa dieksplor kemampuan lainnya lbh jauh.

    tp saya palg suka romansa nya XD

    saya kasi nilai 8/10 deh~


    Beckman

    ReplyDelete
  10. Judul chapternya minta banget di-ciee-in nih: Just the Two of Us, Stand by Me (ga pake doraemon), Cieee :D

    Ini singkat dan ringan. Base-nya balik lagi ke Alkima Plaza ya, di epilog juga ruangannya di sana. Epilognya lumayan manis. Rada janggal di sini: pas narasinya bilang kalo Clara "seakan sudah mengenal pemuda berambut putih" padahal dia emang udah kenal kan. Mungkin bisa pake "seakan sudah mengetahui pasti saipa pemuda berambut putih"

    Perekrutan partynya ternyata pake papan XD ada adegan nentuin panggilan juga. Pas Clara bilang, "Kau kan bukan kakakku" somehow bisa relate, karena ada kolega saya dari Turki yang gamau manggil "Bu" ke orang lain, karena emang bukan ibunya. Semacam culture shock.

    Karena battlenya ngendap2, jadi jauh dari para prajurit Alfora ya. Clara teriak keras ke Falcon juga nggak ada monster atau prajurit Alforea yang sadar dan ngedeketin mereka. Kirain si Clara bakalan dibekep Falcon karena berisik ;]

    SFX "BUUUUMMMM!!" ini mending nggak pake tanda petik deh, biar jadi bagian narasi, kayak SYUT! yang ada sesudahnya. Mungkin ini kelupaan atau gimana.

    6/10

    OC: Wildan Hariz

    ReplyDelete