17.5.15

[PRELIMINARY] KLONOA TRUNNION – IT'S ABOUT TIME

 Klonoa TrunnionIt's About Time
Penulis: Muhammad Ibrohim



----- 0 -----
Dimension Transfer
                Matanya melihat sekeliling, ruangan yang merupakan tempat bermainnya. Masih teringat jelas masa kecilnya, saat dia merasakan kebahagiaan bersama keluarganya. Matanya tertuju pada sebuah foto yang nampak usang termakan usia. Tampak pasangan suami istri yang bahagia saat bermain bersama anaknya. Pemandangan yang harusnya membuat hati seseorang tergerak, tapi tidak untuknya.
                "Banyak hal yang kualami sejak kalian pergi, tidak semuanya menyenangkan-"
Ya, foto itu adalah Klonoa kecil dan keluarganya. Matanya nampak kosong, hatinya tak merasakan apapun, melainkan rasa kecewa. Setiap orang pasti menyayangi orang tuanya, begitu juga dengan Klonoa. Namun ia masih tak bisa memaafkan mereka berdua, mereka meninggalkannya sendirian dan mengambil jalan mudah dengan mengakhiri hidup mereka. Jika dipikirkan, bukankah itu cukup kejam untuk Klonoa?
 "- Dan itu semua karena kalian." Ucapnya lirih

                Klonoa kembali melihat ke arah portal yang telah terbuka di hadapannya. Portal berbentuk oval yang memancarkan cahaya berwarna putih. Portal ini datang bersama dengan undangan yang ditujukan kepadanya. Dia mengerti portal ini akan merubah hidupnya, dan sudah menanti kedatangannya. Sesuai dengan visi masa depan yang dilihatnya. Klonoa menarik nafas panjang, meneguhkan hatinya.  
"... aku berangkat-" Ucapnya pelan, tak mengharapkan jawaban dari ruangan kosong itu.
Kakinya melangkah memasuki portal, cahaya putih mulai menyelimuti seluruh tubuhnya. Dan perlahan pemandangan disekitarnya mulai berubah... .
***
Alforea – Kota Despera
Kota Despera, salah satu kota besar di Alforea. Pagi ini keadaannya ramai seperti biasanya. Namun ada hal yang berbeda, Central Square yang merupakan pusat kegiatan kota Despera terlihat kosong. Setiap jalan menuju Central Square ditutup dan dijaga ketat oleh gadis berpakaian maid. Para penduduk berdesak-desakkan di sekitar tempat itu, tentu saja bukan untuk melihat maid. Namun untuk melihat sedekat mungkin turnamen yang akan diadakan sebentar lagi. Mereka tampak bersemangat dan penuh pengharapan, ingin mengetahui turnamen seperti apakah yang akan terjadi. Teriakan-teriakan penuh semangat terdengar sampai kastil.
Seperti menantikan sorakan-sorakan itu, dari arah balkon lantai dua kastil, sepasang maid membuka pintu balkon. Dan dari dalam kastil, Tamon Ruu berjalan dengan anggun menuju tepi balkon didampingi oleh Hewanurma dan beberapa maid dibelakangnya.
"Hiaah~ Pagi yang cukup cerah, mungkin aku bisa bersantai sejenak- Urk!"
Merasakan tatapan tajam dari belakangnya, Tamon Ruu menghentikan ucapannya. Di sana, Hewanurma menatap dengan tajam ke arahnya. Matanya seolah berkata 'Selesaikan saja tugasmu!'
"Ya ya~ aku mengerti." Tamon Ruu menjawab dengan santai, Hewanurma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tamon Ruu kembali melihat ke arah lapangan dan mengangkat tangannya ke depan. Sebuah bola cahaya kecil muncul dari telapak tangannya, perlahan bergerak seperti kunang-kunang. Bola itu kemudian melesat ke udara dan diameternya bertambah besar. Dan berhenti tepat di tengah lapangan kastil yang luas.
"Atas nama Tamon Ruu, kupersilahkan kalian untuk memasuki dunia ini!" Sahut Tamon Ruu dengan lantang.
***
Cahaya putih yang menyelimutinya perlahan mulai memudar, suasana ruangan yang gelap perlahan berubah menjadi sebuah lapangan luas yang terang benderang. Klonoa berusaha menutupi matanya dari cahaya, memberi waktu pada matanya untuk menyesuaikan dengan perubahan yang tiba-tiba. Bukan hanya Klonoa yang mengalami kejadian ini, beberapa makhluk lain juga terlihat muncul dari sebuah cahaya putih dan penuh dengan kebingungan.
"Selamat datang wahai petualang!" terdengar sebuah suara dari arah kastil, suara yang terdengar lembut dan merdu. Sontak semua yang ada di lapangan menoleh hanya untuk terpaku kepada sesosok di atas balkon. Dengan rambut lurus panjang berwarna keperakan dan disertai paras cantik bak dewi kayangan. Seluruh isi lapangan mendadak terdiam, terbius dengan kecantikannya. Tak terkecuali dengan Klonoa, tak jarang ada seorang wanita yang terlihat begitu indah dari ujung rambut sampai ke jari kakinya.
Setelah terdiam sesaat, wanita itu mendekatkan mic putih yang muncul di tangan kanannya.
"Ehem- Aaaa- tes... tes... baka to test." Ucapnya mengetes mic tersebut.
"Woi, nanti kena lisensi!" Seorang pria dibelakangnya meneriakkan suara protes
Tak mempedulikan teriakan pria dibelakangnya. Wanita itu kembali berbica di atas balkon, mulai menjelaskan sesuatu dengan... meragukan. Suasana kembali hening, namun untuk alasan lain. Sudah kehilangan kesabarannya, Pria dibelakang merebut mic dan mengambil alih sebagai pembicara. Wanita tersebut nampak tidak puas dengan perubahan rencana ini.
"Maafkan kesalahan teknis tadi-"
"Kalian semua yang ada di sini, adalah calon peserta turnamen antar dimensi yang akan diadakan sebentar lagi" Ucapnya dengan lantang.
"Nama Turnamen ini adalah... Battle of Realms!"
------ 1 -----
Party Recruitment
                "Hei hei- kau dengar itu tadi? Kita harus membuat sebuah party untuk babak ini" Terdengar suara yang bersemangat dari samping Klonoa.
"Hm? Iya, kau benar." Mendengar pembicaraan yang tiba-tiba, Klonoa hanya tersenyum dan menjawab dengan datar.
"Bagaimana kalau kita membentuk party? Namaku Frederick Wagner, panggil saja Freddy. Aku orang yang nantinya akan menjadi Great Magician. Dan kau adalah..?" Tambah pria itu sembari mengulurkan tangannya.
"Kurasa tidak ada salahnya. Namaku Klonoa Trunnion, aku biasa dipanggil Chrono." Jawab Klonoa sambil menjabat tangan Freddy.
"Baiklah Chrono, dengan ini kita butuh dua orang lagi!"
Freddy menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari anggota party yang baru mereka bentuk. Sampai matanya tertuju kepada seorang pemuda berambut hitam pendek dan mengenakan pengikat kepala berwarna coklat.
"Aha! Chrono, bagaimana dengan orang yang di sana-"
Belum sempat Freddy selesai berbicara, Klonoa sudah menghilang dari sebelahnya.  Klonoa sudah berjalan menjauh dari kerumunan di lapangan. Tak mengerti apa tujuan dari rekan satu timnya, Freddy langsung mengejar Klonoa.
"Hei Klonoa, bukankah kita harus mencari anggota lagi? Aku rasa kita membutuhkan 4 orang untuk menyelesaikan misi ini."
"Dan dengan alasan itulah kita ke sini, kita bisa melihat peserta secara keseluruhan dari sini." Klonoa mulai menjelaskan.
"Aku paham maksudmu, tapi... bukankah ini terlalu jauh?!"
Jarak dari tempat Klonoa berdiri sampai kumpulan peserta ada sekitar 50 meter, jarak yang cukup jauh bagi mereka untuk melihat seluruh peserta dengan jelas.
"Tidak ada yang salah kan?"
"TENTU SAJA ADA!" Freddy menjawab dengan tidak sabar.
"Kalau kita di sini, bagaimana mungkin ada orang yang ingin bergabung dengan kita?!" tambahnya.
"Berarti mereka tidak ditakdirkan untuk menjadi anggota kita." Jawab Klonoa dengan santainya.
"... orang ini..." Freddy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kurasa aku salah memilih anggota."
***
Di tengah panasnya terik matahari, dua orang pria berdiri sambil melihat satu persatu peserta yang lewat di dekat mereka.
"Bagaimana dengan gadis itu?"
Pria berjubah putih menunjuk seorang gadis berseragam dengan rambut panjang berwarna emas yang diikat menjadi twintail. gadis itu nampak berumur 17 sampai 19 tahun.
"Sepertinya akan merepotkan- pass." Jawab seorang pria disebelahnya.
Seorang Pria berjubah hitam dengan logo gear di dadanya menjawab dengan datar. Pria berjubah putih kembali mencari orang lain yang menarik perhatiannya.
"Bagaimana dengan robot itu?"
Pria berjubah putih kembali menunjuk ke kerumunan, nampak sebuah robot berwarna abu-abu berlari sambil membawa karung. Dari karung itu terdengar teriakan suara gadis kecil berteriak mencari pertolongan. Di belakangnya tampak seorang pria mengejarnya dengan marah.
"Kurasa robot itu akan membawa masalah, tidak-"
Tak menyerah, Freddy kembali mencari orang untuk dijadikan anggota timnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri dengan semangat. Kini matanya tertuju pada seorang gadis berambut coklat, wanita itu tampak menggunakan pakaian dari besi. Dan jika dilihat dengan seksama, kaki kirinya juga terbuat dari bahan yang sama.
"Bagaimana dengan gadis itu? Dia terlihat kuat dan lincah." Freddy berbicara dengan semangat, dia yakin wanita ini adalah anggota tim yang mereka cari.
"Gadis itu..."
Klonoa melihat ke arah gadis itu, dia merasakan sesuatu yang familiar. Klonoa merasakan sesuatu timbul dalam hatinya. Melihat reaksi temannya, Freddy tersenyum. Dia yakin gadis itu memang orangnya. Tapi kata-kata Klonoa berikutnya membuktikan bahwa dia salah.
"Entah kenapa aku ingin menghajarnya."
Brak!
Freddy terjatuh dengan hebatnya setelah mendengar komentar dari rekannya.
"K-kau!" Freddy bangun sambil berusaha menahan amarahnya.
"Kalau begini terus- kita tak akan mendapatkan satupun anggota!"
"Hm? Itu gawat. Kita harus mencari anggota lain." Klonoa kembali menjawab dengan santai.
Mendengar jawaban itu, Freddy kehilangan kesabarannya. Otot-otot dahinya mulai keluar, tangannya menarik kerah Klonoa.
"Paling tidak terima salah satu orang tadi!!"
Klonoa hanya terdiam, menatap Freddy dengan penuh kebingungan. Dia tak mengerti apa yang membuat Freddy sampai marah padanya.
 "Arggh- sudahlah." Merasa bodoh karena marah sendirian,  Freddy melepaskan tangannya dari kerah Klonoa.
"Kau diam di sini, aku akan mencari anggota lain."
"Bukankah ini tempat yang bagus untuk itu?" Klonoa masih menjawab dengan santai. Tidak mengerti bahwa cara bicaranya itu membuat orang disekitarnya kehilangan kesabaran.
 "Aa- Bagaimana ya... , kita membutuhkan anggota lain. Karena itu kita harus mencari." Freddy menggaruk-garuk kepalanya. Mencoba untuk mencari penjelasan yang bisa diterima.
"Dan seperti kataku, ini adalah tempat yang tepat untuk itu." Klonoa memberikan jawaban yang sama, matanya terlihat serius.
"Tempat ini jauh dan tak ada seorangpun yang akan pergi ke sini! Apa kau tak paham-"
"Siaaal-!"
 Terdengar teriakkan frustasi tak jauh dari tempat mereka berdiri, Freddy berhenti berbicara dan menoleh ke sumber suara. Suara itu berasal dari pohon di sebelahnya, lebih tepatnya di balik pohon tersebut. Di sana ia melihat seorang pemuda duduk bersila sambil memegang kertas di kedua tangannya. Pemuda itu menggunakan rompi berbulu. Tapi yang paling menonjol adalah bagian telinganya yang lancip, tidak seperti manusia lainnya.
"Sudah berjam-jam aku di sini, dan tak seorangpun ingin menjadi anggotaku." Pemuda itu kembali berbicara sendiri.
"Ugh- kalau saja misi ini bisa dilakukan sendirian. Aku pasti tidak akan mengalami kesulitan ini-" Pemuda itu menggaruk kepalanya dengan frustasi.
Klonoa mendekati pemuda itu, seolah telah menanti kedatangannya. Klonoa berhenti di hadapannya dan memperkenalkan diri.
"Namaku Klonoa Trunnion, Kami mencari anggota untuk turnamen ini. Maukah kau bergabung?" Klonoa bertanya sambil mengulurkan tangannya.
Pemuda itu melihat ke arah Klonoa, dia terdiam sejenak. Memproses apa yang baru saja terjadi, dan kemudian disusul dengan senyuman lebar.
"B-benarkah? Waah- Kau menyelamatkanku~" Jawab pemuda itu dengan suara lega.
"hyaa- setelah sekian lama, akhirnya aku mendapatkan tim." Falcon mejabat tangan Klonoa dengan antusias
"Oh iya! Namaku Falcon, senang bertemu denganmu."
"Panggil saja aku Chrono, senang bertemu denganmu juga" Klonoa menjawab dengan senyuman khasnya.
Di sisi lain percakapan itu, ada seseorang yang ditinggalkan sendirian. Orang itu adalah Freddy. Belum bisa memproses apa yang terjadi, Freddy hanya terdiam melihat ke arah mereka.
"Ah iya- orang ini rekan satu timku, Namanya Freddy." Mengingat teman satu timnya, Klonoa mulai memperkenalkan orang dibelakangnya.
"Oh- ah- iya. Namaku Frederick. Panggil saja Freddy." Tersadar dari lamunannya, Freddy menjabat tangan Falcon seraya memperkenalkan diri.
"Freddy ya? Namaku Falcon, senang bertemu denganmu."
Seperti menunggu saat yang tepat, seorang maid mendekati mereka dari belakang. Saat maid itu mengambil satu langkah lagi, dengan cepat tiga buah senjata telah mengarah padanya. Sebuah arming sword telah diarahkan pada jantungnya, dari sebelah kiri Falcon telah membidik kepalanya dengan menggunakan busur miliknya, dan entah bagaimana Klonoa sudah berdiri di belakangnya dan mengarahkan Katana pada leher maid tersebut. Lima detik berlalu dan tak seorangpun bergerak dari posisi itu.
"Nn- B-bisakah kita berbicara sebentar? A-aku diutus Nona Tamon Ruu untuk mendampingi kalian." Maid itu berbicara dengan terbata-bata.
Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, ketiga orang tersebut menurunkan senjatanya. Angin berhembus di antara keempat orang itu, suasana terasa berat. Tidak satupun orang yang mulai berbicara, Canggung. Suasananya benar-benar canggung.
"Haa- tadi mengagetkanku." Maid itu merasa lega, dia benar-benar tidak menduga akan terjadi seperti itu.
Maid itu kembali membenarkan posturnya. Kemudian berjalan menuju Freddy, wajahnya nampak tidak senang. Setelah cukup dekat, dengan cepat maid itu menendang kaki Freddy. Mendapat serangan tiba-tiba, Freddy terjatuh sambil memegangi kakinya yang kesakitan.
"Kenapa hanya aku!" Protes Freddy
"Huh- hanya kau yang paling dekat-" Jawab maid itu dengan ketus.
"Kalian juga- Sekali lagi melakukan hal seperti itu, kalian didiskualifikasi!"
Setelah tertawa melihat kesialan yang dialami temannya, Kedua pemuda itu kini tertunduk lesu. Pemandangan aneh ini seperti seorang guru yang menasihati muridnya. Benar-benar pemandangan surreal.
"Ehem-" Setelah puas menasihati murid-muridnya(?), maid itu mulai memperkenalkan diri.
"Namaku Rea, dan aku ditugaskan untuk mendampingi kalian dalam turnamen ini." Maid itu berbicara dengan profesional, benar-benar berbeda dari maid yang marah tadi.
"Seperti yang dikatakan tadi, kalian membutuhkan party beranggotakan 2 sampai 4 orang. Dan sepertinya kalian sudah memenuhi syarat, apakah hanya ini anggota kalian?"
"Yep hanya ini." Freddy menjawab dengan tegas
"Kita hanya membutuhkan tiga orang." Falcon menimpali dengan percaya diri
 "Tunggu sebentar-" Jawaban dari Klonoa membuat kedua rekannya kebingungan dan menimbulkan pertanyaan yang sama.
"Apa maksudmu?"
***
Di tengah lapangan, terdapat kerumunan pria yang mengitari seorang gadis. Gadis itu merupakan peserta dari Battle of Realms, dan pria di sekitarnya ingin merekrutnya menjadi anggota party. Dan tidak sedikit ada yang bermaksud lain saat mengajaknya.
"Non, satu party sama aku yuk?"
"Jangan Non, sama aku aja."
'Ugh- berisik, kenapa selalu begini.' Gumamnya dalam hati.
Dengan tubuh yang tinggi semampai, kulit putih dan berparas cantik membuatnya menjadi pusat perhatian sejak pertama kali datang di Alforea.
'Aku harus mencari anggota- dengan cepat. Kalau tidak orang-orang ini tak akan berhenti mengejarku.'
Mata ungunya melihat ke sekeliling, mencari party yang masih membutuhkan anggota. Jumlah peserta di lapangan itu makin sedikit, dan sebagian besar peserta wanita sudah mendapatkan party dan telah melaksanakan misi. Dia terus mencari dengan cepat, hingga matanya tertuju kepada pinggir lapangan, tempat di mana kelompok Klonoa berkumpul. 
'Kurasa di sana lebih baik daripada bersama orang-orang ini.' Pikirnya
Dan tanpa pikir panjang, gadis itu langsung berlari ke arah mereka.
----- 2 -----
Stranded
Alforea - Gurun Alkima
Malam telah menyelimuti Gurun Alkima, gurun yang gersang dan tandus. Gurun ini memiliki keindahan tersendiri, jika saja bukan karena peperangan besar yang terjadi di gurun ini. Peperangan antara manusia dan berbagai macam monster yang menyerbu Alforea.
"Serbuu! Chwik!" Teriakan monster itu menggema di gurun Alkima. Menggetarkan medan perang.
"Urgh- Mundur! Kita tak akan bisa bertahan- Mundur!" Perintah itu terdengar jelas oleh seluruh pasukan Alforea.
Para Orc sebagai ujung tombak dari pasukan monster menyerang tanpa henti, membuat pasukan Alforea mengalami kekalahan besar.
"Komandan! pasukan kita mengalami kekalahan besar, dari 2000 orang hanya 500 yang masih bisa bertarung dan 1000 orang terluka parah." Seorang prajurit melaporkan keadaan pasukan kepada komandannya.
"Amankan mereka yang terluka, sebisa mungkin jangan sampai ada korban lagi" Perintah komandannya
"Siap Komandan!" Prajurit itu memberi hormat dan bergegas kembali ke posnya.
Pasukan Alforea menghadapi kekalahan besar, sang komandan mengerti itu. Tapi ia tidak bisa menunjukkan kegelisahannya, dia tak ingin pasukannya kehilangan semangat. Pria itu menatap langit, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit Alforea.
"Nona Ruu, kurasa aku tak bisa menepati sumpahku-"
***
Di tengah Gurun Alkima, terdapat sekelompok orang yang sedang duduk mengitari api unggun. Mereka berempat adalah peserta dari turnamen besar, Battle of Realms. Seharusnya mereka sekarang mulai melaksanakan misi mereka. Tapi...
"Maid sialan!" Freddy meluapkan emosinya kepada maid yang sudah tidak ada di sana.
"Kalau ketemu lagi, awas saja!"
"Su- Sudahlah Freddy, tidak ada gunanya mengeluh seperti itu." Falcon berusaha menenangkan Freddy
Beberapa detik yang lalu-
Setelah semua anggota party berkumpul, Rea mulai menjelaskan deskripsi dari misi yang mereka terima nanti. Apa yang mereka lawan dan bagaimana cara menyelesaikan misi tersebut.
"Kurasa itu saja yang perlu kusampaikan." Rea menyudahi penjelasannya yang cukup singkat.
"Dengan kata lain, kita hanya perlu menghancurkan kristal itu dengan bantukan pasukan Alforea?" Falcon mencoba memastikan
"Ya, itu benar" Rea mengiyakan
"Baiklah, kami siap!" Freddy nampak paling bersemangat dibandingkan yang lainnya
"Kalau begitu, portal akan ku buka-"
Rea menyatukan kedua tangannya seperti sedang berdoa dan merapalkan mantra,  sebuah pentagram mulai muncul di tanah, dan seketika itu juga party Klonoa berpindah tempat ke Gurun Alkima di dekat kompi pasukan Alforea.
"Harusnya begitu- tapi... Maid sialan itu! Apa dia dendam padaku?!" Freddy kembali mengutuk maid itu
'Sepertinya aku salah koordinat, Maaf. Cari pasukan Alforea sendiri ya. Tehee :9'
"Arggh-! Awas kau!" Freddy menyobek-nyobek memo yang ditinggalkan maid itu
"Heh- tingkahmu seperti anak kecil" Terdengar komentar pedas dari wanita di depannya
"Apa kau bilang?!"
Wanita itu adalah anggota ke empat dari party itu. Singkat cerita, dia bergabung untuk menghindari para laki-laki yang mengejarnya saat berada di Despera. Nama Gadis itu adalah Ariana Maharani. Gadis yang tak banyak berbicara, tapi tak jarang komentar pedas terdengar dari mulutnya.
"Tingkahmu seperti anak kecil- Apa kau tak paham kata-kataku?" Aria memperjelas komentarnya 
"Sudahlah Freddy- Kau terlihat makin bodoh sekarang." Falcon menimpali
"B-bahkan kau juga Falcon? Pengkhianat! Klonoa, bantu aku di sini-" Merasa terpojokkan, Freddy mencoba mencari bala bantuan...
"Hmm- Kurasa Aria benar tentang ini." Klonoa menjawab tanpa mendengarkan permohonan temannya
JLEB-
"Lagipula- Kenapa kau mengarahkan pedangmu ke dadanya. Itu tidak sopan." Falcon makin memperparah keadaan
JLEB-
Aria melihat ke arah Freddy, dan dengan senyumannya. Dia mengantarkan pukulan terakhir.
"Dasar mesum-"
JLEB-!
Three Hit Combo! K.O.!!
"Daripada itu- bagaimana keadaannya, Falcon?" Klonoa mengalihkan pembicaraan, mengabaikan Freddy yang terkapar tak berdaya.
"Aku telah mengecek daerah sekitar, dan aku melihat sesuatu seperti tenda-tenda pasukan Alforea di arah jam 1, jaraknya sekitar 800 m." Falcon membagi informasi yang Ia lihat
"Selain itu, aku melihat objek aneh di arah jam 9. Bentuknya aneh seperti sebuah alat transportasi, jaraknya sekitar 100 m dari sini. Bagaimana menurutmu, Klonoa?"
"Alat Transportasi? Di tengah gurun seperti ini?" Freddy yang telah tersadar memotong pembicaraan mereka
"Aku melihat sesuatu yang tampak seperti roda. Entah, mungkin aku salah."
Klonoa memikirkan sesuatu, banyak hal yang harus direncanakan secara matang. Terutama untuk saat-saat seperti ini.
"Tujuan kita adalah menuju tenda pasukan Alforea, tapi-"
"Jika itu benar merupakan alat transportasi, kita bisa menggunakannya untuk menuju tenda pasukan Alforea dengan lebih cepat."
"Aku setuju dengan Chrono." Aria ikut masuk dalam pembicaraan
"Terlebih lagi-"
Aria melihat ke atas langit, nampak Bulan Alforea yang memantulkan cahaya matahari dengan indahnya. Dan dalam waktu kurang dari 5 menit, bulan ini akan menjadi Tamon Rah. Makhluk yang mengerikan dan akan membakar habis apapun di sekitarnya.
"Kalau kata maid itu benar, monster itu akan keluar tak lama lagi. Jika ada kemungkinan untuk sampai lebih cepat. Kurasa akan ku ambil." Tambahnya
Setelah berpikir sejenak mereka berempat sampai pada satu kesimpulan.
"Baiklah! Ayo kita memeriksa kendaraan itu!"
***
Tak lama tim Klonoa sampai di dekat objek misterius itu dan sekarang mereka sedang mengintai, karena di dekat objek itu tampak beberapa makhluk seperti manusia yang menjaganya dengan jumlah sekitar 10 ekor.
"Ugh- makhluk apa itu?" Aria melihat ke arah makhluk itu dengan jijik.
"Itu seperti manusia kadal, mereka makhluk yang mirip dengan manusia. Bahkan mereka dibilang memiliki kecerdasan yang sama dengan manusia" Falcon mulai menjelaskan makhluk yang akan mereka hadapi.
"Dan mereka berganti kulit setiap sebulan sekali." Falcon menambahkan informasi tidak penting 
"Hoeekk- Membayangkannya saja membuatku ingin muntah-" Aria kembali menimpali
Setelah mengawasi manusia kadal itu dan memastikan jumlahnya, Klonoa mengumpulkan anggota timnya dan mulai menjelaskan strateginya.
"Jadi- begini rencananya-"
***
Gurun Alkima – Objek misterius
"Sssh- Benda aneh apa ini?" Seekor makhluk bersisik melihat benda di depannya dengan kebingungan
"Hei kau yang di sana! Ssshha- Jangan sentuh apapun!"
Terdengar teriakan dari makhluk bersisik yang lain, tampaknya ia memiliki jabatan lebih tinggi. Makhluk bersisik tadi langsung terdiam dan menjaga jarak. Objek misterius itu telah lebih dulu ditemukan oleh pasukan monster dan Nampak 10 ekor manusia kadal sedang berjaga disekitar objek misterius itu. Bentuk manusia kadal tidak begitu indah, mereka berbentuk seperti manusia namun memiliki sisik di sekujur tubuhnya dan memiliki ekor yang proporsional dengan tubuhnya.
"Prajurit jaman sekarang Ssshh- mereka kekurangan disiplin-" Kadal tadi (Sebut saja dia Kapten Kadal) mulai mengeluhkan keadaan anak buahnya
"Haha- kau benar, berbeda denganmu kapten. Dulu kau benar-benar serius saat mengerjakan tugasmu" Kadal disebelahnya ikut berbicara (sebut saja kadal A), mereka adalah teman seperjuangan saat masa pelatihan.
"Sssh- Kau benar, haha." Tawanya terdengar cukup lepas, mengingat masa mudanya membuat ia merasa lebih muda.
"Omong-omong bagaimana anak dan istrimu Sssh-?" Sang kapten mulai merubah topik pembicaraannya
"Sssh- Dia bertelur dengan selamat." Ucapnya dengan bangga
"Aku tak sabar untuk pulang Ssssh-, aku akan disambut oleh anak-anakku yang manis." Kadal A mengingat istrinya di rumah, dan sebuah senyuman(?) nampak di wajahnya.
Bruk!
Terdengar suara dari arah belakang mereka, tampak seekor kadal jatuh tersungkur dengan panah menancap di kepalanya. Melihat kejadian ini, para kadal langsung sigap dan mengambil senjata dan perisai mereka.
"SSSHHAA-! KITA DISERANG!!"
Kadal-kadal itu mulai membentuk formasi dan bersiap untuk serangan berikutnya. Tiga anak panah melesat dari kejauhan, manusia kadal itu mengangkat tameng untuk menahan anak panah yang datang.
"PENGECUT! KELUAR DAN LAWAN KAMI! SSSHHA-!" 
Saat kadal didepannya sibuk menahan formasi. Nampak seekor kadal di belakang meneliti sekelilingnya, manusia kadal memiliki gerakan lincah dan merupakan petarung gerilya yang hebat. Selain itu, manusia kadal juga memiliki kemampuan untuk mendeteksi lawan mereka lewat suhu panas, ini yang membuat manusia kadal menjadi pasukan yang hebat.
"Kapten! Ssshh- Terdapat 3 musuh mengitari kita, jarak mereka cukup jauh satu sama lain ssshh-" Kadal itu melaporkan keadaannya
"Bagus! Sssha- Kita bagi kelompok menjadi 3 unit! Ini akan menjadi pertarungan 3 lawan 1. Kita pasti menang sssha-!"
'Manusia bodoh- Jangan meremehkan kami ssshha-!'
Manusia-manusia kadal itu mulai berlari, mengejar mangsa mereka.
***
Klonoa berdiri di bawah cahaya rembulan, matanya tertuju kepada tiga ekor makhluk yang mendekat kearahnya secara perlahan. Makhluk-makhluk itu tampak mengerikan, dengan sisik yang menutupi seluruh tubuhnya, serta seluruh taring tajam yang berada di mulutnya.
"Sssh- apa tujuanmu kemari manusia? Apa kau mengincar benda itu ssshh-?" Salah satu dari kadal itu mulai berbicara.
"Hmm- bagaimana kau tau~" Klonoa menjawab dengan santainya, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang hendak bertarung
  "Sssha-! Jaga ucapanmu manusia! Sebaiknya kau menyerah saja, Sshha-!" Kadal di sebelahnya mulai berbicara.
 "Menyerah..?" Senyuman mulai hilang dari wajah Klonoa
"Sssha-Rasmu adalah ras yang rendah, sudah wajar kalau kau menyerah Sssha-"
"Menyerah? Kepada kalian? Hah- Jangan bercanda!" Nada suaranya berubah, terdengar amarah di dalamnya
"Manusia memang rendah, dan kalian yang berbentuk seperti manusia. Terlihat lebih rendah bagiku, kadal rendahan!"
Nada bicaranya telah berubah total, Klonoa memang tidak suka di rendahkan. Terlebih lagi oleh makhluk yang menyerupai manusia, menurutnya makhluk seperti itu lebih rendah darinya.
"APA KATAMU!? Sshaa-!!"
"Sshh- bodoh! Tunggu!" Kapten kadal berusaha memperingatkan anak buahnya, namun terlambat.
Kadal tadi berlari dengan cepat ke arah Klonoa, tanpa ragu melompat dan mengayunkan tombaknya. Gaya ayunan dari tombak itu cukup besar, dan bisa dengan mudah membelah apapun di depannya.
"SSHHA!! MATI KAU-!!"
SWISSH-
"...?!"
Tombak itu mengayun dengan cepat, namun bukannya membelah tubuh Klonoa, tombak itu justru melewatinya begitu saja.
"Sudah kuduga kau memang rendah-"
"Apa?!"
Dari belakang 'Klonoa', Klonoa lain tampak mendekat dengan cepat
SLASH-
Klonoa mengayunkan pedangnya dan memenggal kepala kadal itu dengan mudahnya, tubuh tak berkepala itu jatuh tersungkur di dekatnya. Dan kepalanya menggelinding tak jauh dari badannya. 'Klonoa' lain yang masih berdiri, perlahan memudar dan hilang.
"Sssh- Apa yang terjadi!?" Kadal A tidak bisa menutupi rasa kagetnya. Temannya mati dengan sangat cepat di depan matanya.
Tak mempedulikan kedua kadal lain, Klonoa mendekat dan menginjak kepala kadal yang terlepas itu dengan entengnya.
"Kini kau sadar tempatmu makhluk rendahan-" Senyuman muncul di wajahnya, bukan senyuman yang penuh dengan kedamaian. Melainkan senyuman seorang pembunuh berdarah dingin.
***
Tiga ekor manusia kadal sampai pada tujuan mereka, hanya untuk mendapati mangsa mereka telah menghilang. Seharusnya mereka berkumpul kembali dan bergabung dengan unit yang lain, tapi insting mereka berkata lain. Mereka merapatkan diri dan membentuk sebuah formasi segitiga , melindungi diri mereka dan teman dibelakangnya.
Angin berhembus di gurun Alkima, namun konsentrasi ketiga manusia kadal tidak tergoyahkan, mereka mengerti lawannya sedang menanti saat yang tepat untuk menyerang. Posisi mereka sebagai pemburu telah berubah, kini mereka merasakan diri mereka sedang diburu. Keringat dingin menetes, mereka tak bisa lengah sedikitpun. Mereka merasa, saat mereka lengah. Itu adalah akhir hidup mereka.
KWAAAKK!!-
Terdengar suara burung elang dari langit. Suara itu membuat pandangan ketiga kadal itu terfokus ke atas untuk sekilas. Dan di momen yang singkat itu-
SYUT-!
Dua buah anak panah melesat menuju targetnya dengan cepat dan bersarang di tubuh seekor manusia kadal. Tanpa sempat melakukan perlawanan, kadal itu jatuh tak bernyawa. Tidak berhenti di situ, sebuah bayangan hitam bergerak ke arah mereka. Bayangan itu bergerak dengan sangat cepat, dan melompat ke arah salah satu kadal. Belum sempat kadal itu bereaksi, sebuah tendangan bersarang di perutnya dan membuatnya terhempas ke belakang.
Masih di udara, Falcon mengambil anak panah dari quivernya. Ini merupakan posisi paling rentan untuk seorang pemanah. Mengambil kesempatan, kadal ketiga menusukkan tombaknya ke  posisi Falcon yang masih di udara, seharusnya serangan itu tidak bisa dihindari. Namun, bayangan itu justru tersenyum.
KWAAAAKK-!!
Suara itu terdengar lagi, belum sempat tombak itu mengenai target. Seekor elang menukik dengan tajam dan menyambar tongkat itu hingga jatuh. Senjata satu-satunya telah terlepas dari tangannya dan dia tak cukup cepat untuk mengangkat perisainya. Kadal ketiga hanya bisa pasrah, dan dia melihat dengan horor mata Falcon. Nampak mata seekor pemburu dan dimatanya, mereka hanyalah hewan buruan yang lemah. Tanpa Ampun, Falcon melesatkan tiga anak panah sekaligus, dan kadal ketiga jatuh di hadapannya.
Falcon melihat ke arah kadal yang tersisa, dia benar-benar berubah saat melakukan perburuan. Matanya berubah menjadi mata seorang pemburu yang handal, mengejar targetnya sampai mereka mati.
"Larilah..." Falcon bersuara dengan pelan, namun terdengar jelas oleh kadal itu.
"Hii-!!"
'Aku harus segera lari- Sssh- dia monster- monster!'
Kadal itu berlari dengan cukup cepat di gurun, dia ingin pergi sejauh mungkin dari tempat pembantaian itu. Dia berlari cukup jauh, kadal itu yakin. Falcon tidak bisa membunuhnya dari jarak sejauh ini. Tapi perkiraannya salah, Falcon bukan hanya seorang pemanah. Tapi pemburu-!
Pasir di bawah kadal itu ambles. Tak mengerti apa yang terjadi, kadal itu mulai meronta-ronta. Mencoba melepaskan tubuhnya dari pasir itu. Tapi gerakan kadal itu justru membuat tubuhnya makin terbenam. Tangannya meraih ke atas, berusaha mencari pegangan. Perlahan-lahan kadal itu tenggelam, hingga hanya pergelangan tangannya yang tampak.
"Perburuan ini terlalu mudah." Falcon merasa bosan dengan perburuannya kali ini
"Baiklah- ayo kita lihat barang berharga apa yang mereka bawa~"
***
Satu unit kadal yang terdiri dari 3 prajurit  sampai di daerah berbatu, terdapat banyak batu-batu besar di daerah ini. Tempat ini merupakan tempat yang bagus untuk bersembunyi, dan di atas salah satu batu itu. Nampak seorang pemuda berdiri dengan santainya. Jubah putihnya berkibar ditiup angin.
"Akhirnya kalian datang, aku mulai bosan menunggu." Pria itu berkata dengan penuh percaya diri.
"Kau akan mati manusia! Ssshaa-!" Kadal paling depan menarik pedangnya, diikuti dengan kedua kadal lain.
"Heh- Kita liat saja." Pemuda itu melompat turun dan berhenti di tempatnya.
"Sssha-! Kau ingin mati hah?!"
Seekor kadal yang tak sabar itu berlari menuju pemuda itu, namun yang terjadi berikutnya benar-benar tidak bisa mereka pahami.
"<Blast Rune>, aktif!"
Sebuah rune muncul dari atas batu dan bercahaya dengan terang. Dan cahaya itu berubah menjadi sebuah ledakan yang cukup besar, menelan nyawa seekor manusia kadal malang yang melintas di atasnya.
Sihir merupakan hal wajar di Alforea, namun sihir yang digunakan merupakan gabungan dari mantra yang cukup kompleks dan pengaktifannya membutuhkan mantra yang cukup panjang. Tapi yang mereka lihat adalah- sebuah sihir api tingkat tinggi, yang aktif hanya dengan menggunakan mantra pendek.
"Ssshaa-! Sihir apa yang kau gunakan manusia!?" kadal itu tak bisa menyembunyikan rasa terkejut melihat sihir seperti itu
"... Sihir katamu?" Pemuda itu menjawab dengan nada menghina
"Itu adalah Rune!" Pemuda itu menarik pedangnya, dan berlari ke arah mereka
Pemuda itu adalah Frederick Wagner, seorang ahli Rune pada dunianya. Tanpa kekuatan sihir yang hebat, Freddy berhasil menjadi satu-satunya penyihir yang lolos Academi hanya dengan menggunakan kekuatan rune. Dan sampai saat ini, kemampuannya menggunakan rune tidak diragukan lagi.
***
BUUM!
Terdengar suara ledakan tak jauh dari tempatnya berdiri. Klonoa melihat ke kejauhan, ke arah rekannya yang sedang bertarung. Membagi pasukan lawan menjadi bagian kecil. Ini adalah strategi Klonoa, cukup efektif dan sederhana. Dengan membagi-bagi prajurit yang terbiasa bertarung dalam formasi, mereka bisa mengurangi kemampuan bertarung lawannya dengan cukup drastis.
 "T-tak mungkin- Sshaa-"
Seekor kadal berlari dengan cepat, menjauhi medan pertempuran. Seluruh rekannya telah mati terbunuh. Tentu saja ia tak ingin kabur menggalkan rekannya. Tapi ia teringat oleh kata-kata kaptennya.
 "Sssha- pergilah... k-kau punya keluarga sssh- yang menantimu..." Kapten kadal berhasil mengucapkan pesan terakhirnya, sebelum menghembuskan nafas terakhir.
'Sssh- K-kapten-'
Kadal itu terus berlari, hingga ia melihat seorang gadis di depannya, kadal itu makin mempercepat larinya. Ia mempersiapkan pedangnya. Saat ia sudah sampai di dekat gadis itu, ia mengayunkan pedangnya.
"...!"
Suhu di sekitarnya mulai turun, Gerakan kakinya terhenti, kakinya menjadi kaku. Seolah-olah ada yang menahannya. Gadis itu memandangnya tanpa sedikitpun belas kasihan.
Di detik-detik hidupnya, terlintas wajah istri dan anaknya. Sebuah penyesalan muncul dari dalam hatinya, dia belum sempat melihat wajah anak-anaknya. Dan perlahan kadal itu diselimuti oleh es.
'Sssh- Maafkan Aku..' Kata-katanya tenggelam,  hilang di tengah gurun pasir yang dingin.
***
Keempat orang kembali berkumpul di depan benda aneh itu. Setelah masing-masing dari mereka menyelesaikan tugasnya. Dan kini mereka memperhatikan benda yang ada di depannya, benda panjang berwarna keperakan. Benda itu nampak familiar.
"Bukankah ini Truk? Tapi apa yang dilakukan truk di sini" Aria mulai berbicara
"Truk?" Sebuah tanda tanya muncul dari Falcon
"Ini seperti truk, alat untuk mengangkut benda dari jamanku. Dan dari ukurannya, ini bahkan lebih besar" Aria menambahkan
"Dengan ini kita bisa bergerak dengan lebih cepat. Apakah ini bisa berjalan?"
 Klonoa Turun dari mesin kemudi, dan menggelengkan kepalanya
"aku sudah mencoba menyalakannya, tapi tak bisa."
Seluruh anggota tim merasa kecewa. Harapan yang di depannya sirna.
"Teman-teman, bulannya..."
Kata-kata Klonoa membuat semuanya melihat ke arah bulan, Bulan Alforea terlihat semakin besar. Bulan itu terbelah dan muncul seekor monster kuda raksasa. Ringkihannya terdengar dengan keras, membawa ketakutan pada setiap makhluk yang mendengarnya. Makhluk yang membuat gentar seluruh mahkluk hidup di Alforea 'Tamon Rah!'.
"Terlambat-" Aria merasa patah semangat
"Cih- Padahal sudah sejauh ini" Falcon tampak paling kecewa diantara mereka, selain perburuan yang terlalu mudah. Usahanya pun telah menjadi sia-sia.
"Hoii Aria-" Terdengar suara Freddy dari belakang truk
"Apa maumu?" Suara Aria terdengar ketus
"Apa yang ini bisa dipakai?" Freddy menunjuk sebuah benda berwarna gelap di bagian belakang truk.
"I-ini!?"
----- 3 -----
Riding the Desert
Kepulan debu terlihat di tengah gurun pasir. Sebuah benda berwarna gelap melintasi padang pasir dengan cepat, benda itu memiliki enam roda dan sudah di desain untuk melintasi gurun dengan mudah.
"Wwow- benda ini cepat sekali-"
Terdengar suara kagum dari dalam kendaraan. Suara itu berasal dari Freddy, di dunianya tidak ada benda yang bisa bergerak dengan secepat ini.
"Tentu saja- ini adalah mobil panzer dari duniaku, benda ini mampu melesat dengan kecepatan 80 km per jam" Aria terlihat bangga menjelaskan mesin itu.
"Aku tidak paham- tapi keren-" Mata Freddy terlihat berbinar-binar seperti anak kecil.
"Selain itu, apa kau yakin kau bisa mengemudikannya?"
Aria bertanya kepada Freddy tentang rencana yang baru saja terbentuk.
"Jangan khawatir, dengan melihat Klonoa aku sudah mengerti caranya" Ucap Freddy dengan bangga.
Di kursi kemudi, Klonoa tengah berkonsentrasi mengemudikan panzer militer itu. Mengendarai kendaraan di gurun bukanlah hal mudah, namun karena mobil ini telah di rancang khusus. Klonoa tidak mengalami kesulitan apa pun.
"Klonoa, Tamon Rah mulai terlihat!" Falcon melaporkan keadaan dari bagian atas panzer
"Baiklah-! Semua di posisi!" Klonoa memberikan isyarat kepada teman-temannya
"Freddy, kuserahkan padamu!"
Klonoa berdiri dari kursi kemudi dan menyerahkannya kepada Freddy.
"Oke!" Freddy menjawab dengan tegas.
***
Tamon Rah Meringkik dengan keras, menggetarkan bumi dengan mudahnya. Setelah disegel selama bertahun-tahun akhirnya dia bisa bebas, merasakan kekuatan kembali dalam dirinya. Tamon Rah mulai membakar apapun di sekitarnya.
  Dari kejauhan, Panzer yang dinaiki Klonoa dan timnya mendekat. Dan tanpa peringatan, machine gun di atas panzer di tembakkan ke arah Tamon Rah.
Ratatatata-
"Mati kau kuda raksasa! Hahahahaha!"
Falcon berada di atas panzer, mengoperasikan machine gun. Meskipun ini pertama kali menggunakannya, Falcon sudah bisa menguasainya. Dan dia merasa sangat senang, seperti menemukan mainan baru.
Ringkihan kesakitan Tamon Rah terdengar jelas, mulai timbul luka di bagian tubuhnya, namun dengan cepat lukanya kembali tertutup. Terprovokasi, Tamon Rah mulai menembakkan bola-bola api raksasa ke arah panzer itu.
"Cepatlah Klonoa! Barrierku tidak bisa bertahan lama!" Freddy mengemudikan Panzer sambil terus menerus membuat Rune
Vrrom! Vrrom!
Suara deru mesin terdengar dalam Panzer itu, dan Klonoa berada di atasnya
"Baiklah! Freddy, buka pintunya!"
 Pintu belakang panzer terbuka dan sebuah benda berbentuk ramping keluar dari dalam panzer itu. Itu adalah Motor Cross yang telah di modifikasi khusus untuk militer. Tampak Aria dan Klonoa berada di atasnya
"Lihat aku kuda sial! <Chrono's Area>!!"
Chrono memacu motornya dengan lebih cepat dan mengaktifkan kemampuannya, motornya melesat lebih cepat menuju Tamon Rah dan melaluinya.
Saat itu <Cast Detector> milik Tamon Rah aktif dan dia mengubah targetnya menjadi motor Klonoa.
----- 4 -----
Pave the Way
"Komandan, pasukan monster makin mendekat, apa yang harus kita lakukan?"
Seorang prajurit dengan nafas terengah-engah melaporkan situasi medan pertempuran. Prajurit Alforea yang berjumlah 2000 orang kini hanya tersisa 500 saja, dan tidak semuanya bisa bertarung. Prajurit Alforea benar-benar terpojok dan seperti menghina mereka, ringkikan keras terdengar dari kejauhan.
RAAAAAWR!!
Sebuah Ringkikan keras terdengar dari arah barat, Prajurit yang tengah berperang menghentikan aktifitasnya dan melihat ke sumber suara tersebut. Dan yang ada dihadapan mereka hanyalah keputus asaan.
"K-k-komandan, itu Tamon Rah!"
Seorang prajurit buru-buru melaporkan hal yang baru saja terjadi, Tamon Rah terlihat bergerak menuju ke arah mereka. Sang komandan melepas helmnya, nampak wajahnya telah menyerah.
"Ugh- Apakah ini akhir dari kejayaan Alforea?"
"K-komandan!"
'Ada apa lagi?' Hatinya mulai lelah, dirinya sudah tak kuat lagi mendengar mendengar kabar buruk dari prajuritnya
"Kami melihat dua buah benda ke sini, dan ada manusia di atasnya!"
"-!!"
'mungkinkah itu?'
***
Vrrroom!
Motor Cross itu melintasi padang pasir dengan cepat. Dengan Tamon Rah di belakangnya, mengejar tanpa henti. Motor Cross itu menghindari serangan bola api Tamon Rah tanpa henti.
"Sekarang Kanan!" Aria memberikan petunjuk dari belakang Klonoa
"Kiri!"
Dengan instruksi dari Aria, Klonoa berhasil menghindari semua serang bola api Tamon Rah, dan kini mereka makin dekat dengan medan pertempuran.
"Aria, kuserahkan padamu!"
"Oke!"
Aria mengambil Assault Rifle yang ada dipundaknya, melepaskan safety dan mulai menembakkan peluru ke arah monster yang di depannya.
Ratatatata-
"Beri Jalan!!"
Motor Cross itu melesat melewati mayat-mayat monster yang terbunuh. Serangan dari assault Rifle Aria cukup ampuh, ditambah dengan serangan Tamon Rah yang membabi buta. Pasukan monster mengalami penurunan jumlah yang drastis
***
'Apa yang terjadi?'
Sang komandan melihat ke arah medan tempur dengan tidak percaya, setengah dari pasukan monster telah musnah. Sirna oleh serangan dari Tamon Rah.
Komandan teringat dengan seseorang.
"Tamon Ruu..." ucapnya lirih.
Merasa semangatnya bangkit lagi, Komandan mengambil pedanganya dan mengacungkannya ke langit.
"Untuk Alforeaa!!!" teriaknya dengan lantang
 "Teriakan itu diikuti oleh seluruh prajuritnya. Dan mereka kembali ke medan pertempuran.
----- 5 -----
Crystal
Panzer itu mendobrak masuk pintu kastil yang tertutup rapat, mereka berdua bertugas menyelesaikan misi ini selagi Klonoa mengalihkan perhatian monster itu. Dengan menghancurkan dua kristal yang ada di dalam kastil, misi ini akan selesai.
Mereka berlari secepat mungkin ke atas kastil dan mereka di hadang oleh berbagai macam monster yang menjaganya.
SYUT-!
Panah melesat menuju monster yang menyerang mereka dari depan, panah itu tepat mengenai kepala monster, dan monster itu mati seketika.
" Apakah masih jauh?"
Falcon bertanya kepada Freddy, Anak Panah di quivernya mulai menipis, hanya tersisa beberapa buah lagi.
"Kurasa sedikit lagi. Kita hampir di sana!"
Mereka berdua sampai di pintu kastil yang besar, dengan sedikit usaha. Mereka berhasil masuk ke dalam.
"Itu kristalnya!!" Teriak Falcon
Falcon segera berlalri menuju ke arah kristal itu, namun tubuhnya justru terpental ke dinding kastil.
RROAAARR!!
Tubuh Falcon terlempar akibat serangan dari Troll Raksasa. Di tangannya membawa batang pohon yang cukup besar
RRROOARR!!
 Teriakannya cukup kencang, menggetarkan seisi kastil.
Troll itu mengayunkan batang kayu yang dipegangya ke arah Freddy. Tanpa perlindungan apapun, tubuhnya menerima seluruh hantaman dari Troll itu dan dirinya terpental menabrak dinding kastil.
Gahaak!
Freddy memuntahkan darah, namun dia tetap berusaha bangun.
"Dia... pasti datang..."
Entah apa yang mendorongya sampai berjuang sekeras itu. Freddy kembali berdiri, dia mengambil tameng yang ada di dekatnya. Dan mengangkatnya, menutupi sebagian badannya
"Aku takkan menyerah!!"
Freddy berlari dengan seluruh tenaga yang dimilikinya. Dia berlari menuju ke arah Troll yang tengah berjaga di depan tower.
Troll kembali mengayunkan batang pohon itu, namun sebuah kilatan berwarna hijau melesat melewati tangannya. Tangan Troll itu terjatuh beserta dengan batang pohon yang digenggamnya
"Yeaah! Terima itu Troll sialan!"
Tembakan itu berasal dari  Falcon yang berada di ujung ruangan. Wajahnya terlihat pucat, tembakan itu adalah tembakan terakhir yang bisa dikeluarkan oleh Falcon
"Kuserahkan padamu, Freddy..."
"-Terima Kasih"
Freddy berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh temannya. Dengan cepat Freddy melakukan sliding di bawah Troll itu dan melaluinya, sekarang yang terlihat di depannya hanyalah kristal itu. Kristal yang harus dia hancurkan.
"<Barrier Rune>, aktif!"
Freddy mengaktifkan rune barrier pada perisainya, dan dia terus berlari melawan proyektil sihir yang ditembakkan terus menerus oleh kristal itu. Tubuhnya menahan rasa sakit akibat pemakaian rune secara terus menerus.
"Chronoo!!"
***
"Aria, sekarang!"
Aria menggunakan Ice creation dan membuat sebuah lintasan di depan motor mereka, lintasan itu mengarah tepat ke ruangan tempat kristal itu berada. Sebelumnya Elang milik Falcon telah terbang di sekitar ruangan itu sebagai penanda bagi Klonoa
Lintasan es terbentuk, dan tanpa ragu. Klonoa memacu sepeda motornya diatas lintasan itu.
***
Freddy berada semakin dekat dengan kristal itu, dia tidak menghiraukan luka yang ada di sekujur tubuhnya. Yang sekarang dia perhatikan hanyalah kristal di depannya.
"Chronooo!!"
CRASH!!
Kaca ruangan itu terpecah, dan dari kaca itu melesat sebuah benda berwarna hitam yang melaju dengan kencang. Benda berwarna hitam itu melesat cukup tinggi sampai tiba di atas kristal.
Klonoa melompat dari atas Motornya dan mengayunkan pedangnya kebawah, tidak mempedulikan proyektil yang melesat ke arahnya. Dan di waktu yang bersamaan, Freddy menebaskan pedangnya pada kristal yang lain
"UWWWWOOH!!!"
Klonoa dan Freddy berteriak secara bersamaan. Dan cahaya putih mulai keluar dari dalam kristal, menyelimuti mereka berdua.
----- Epilogue -----
"Itu benar-benar Gila!! Ide ini gila!!"
Aria memprotes hal gila yang dilakukan oleh teman satu timnya
Falcon dan Freddy telah dibawa oleh tim medis kerajaan, dan sekarang sedang dalam penyembuhan.
"Sudahlah- ini kan sudah selesai" Klonoa berusaha meredakan amarah Aria dengan senyumnya
"Hmmph-" Aria tidak berkomentar lebih lanjut, dia hanya berbalik dan berjalan menuju portal.
Aria kembali membalikkan badannya, melihat sejenak ke arah Klonoa. Kemudia masuk ke dalam portal.
Meskipun sekilas, Klonoa bisa melihat. Kalau dia tersenyum padanya.
***
Dari bagian gelap kastil, Seorang pria datang menghampiri Klonoa.
"Tidak ada keanehan lain di kastil ini." Pria itu mulai melaporkan hasil temuannya
"Benarkah?"
Klonoa tidak terkejut, memang dari awal dia tidak mengharapkan apa-apa. Misi utamanya masih belum berubah, yaitu untuk mencari penyebab distorsi ruang dan waktu.
"Terima kasih, Maaf telah mengambil waktumu yang berharga lagi." Klonoa meminta maaf kepada sosok itu. Sosok itu adalah satu-satunya manusia yang tidak bisa ia rendahkan.
"Kau bercanda? Tempat ini luar biasa-!" Sebuah sorakan terdengar dari pria itu, dan tampaknya ia merasa bahagia.
"Harusnya aku yang berterima kasih, kau membawaku ke tempat yang menyenangkan ini!"
Pria itu datang mendekati Klonoa, dan wajahnya mulai tampak. Wajah yang benar-benar mirip dengan dirinya. Wajahnya bukan merupakan hasil kloning, bukan juga kembar identik. Iya, itu adalah dirinya, dirinya yang datang di masa lalu.
Klonoa hanya tertawa kecil mendengar jawaban itu. Kalau dipikir, itu adalah reaksinya saat dirinya di bawa ke masa depan. Dan mengalami hal yang sama.
"Kurasa aku akan menikmati ini, tak lama lagi~"
Senyuman muncul dari pria itu. Pria yang tak lama lagi akan mengikuti turnamen Battle of Realms... .

11 comments:

  1. Oh well, satu lagi entri dengan pertempuran level standar (kristal dalam menara, tamon rah yang bisa dihindari tanpa terlalu banyak kesulitan berarti, dan pasukan yang dibiarkan bertempur terus sementara para hero menerobos untuk menyelesaikan misi dengan secepat2nya).
    Jadi, nilai dari sayapun standar saja: 7/10. Sama seperti Klonoa, saya juga rada picky.
    OC: Vajra

    ReplyDelete
  2. Pria berjubah putih kembali menunjuk ke kerumunan, nampak sebuah robot berwarna abu-abu berlari sambil membawa karung. Dari karung itu terdengar teriakan suara gadis kecil berteriak mencari pertolongan. Di belakangnya tampak seorang pria mengejarnya dengan marah.

    Apa ini sebuah dunia Pararel?! Robot penculik berkarung dan pria yang mengejarnya... Tidak salah lagi! pasti dia Renggo!

    Battle sudah bagus, masalahnya mungkin hanya di sfx mengganggu seperti RAAAAAWR!!, Gahak! dan juga teriakan seperti "UUUWWOOOO!!!" yang seharusnya bisa digantikan oleh narasi singkat.

    Nilai : 7/10

    OC: Renggo Sina

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Renggo :3

      Iya bener, ini settingnya semacam dunia paralel. Soalnya Klonoa sendiri kan jobnya Time, aku mikirnya lebih seru aja kalau ada feeling semacam dunia paralel dan semacamnya :3
      Dan kenapa Renggo nampang,
      Aku merasa terhibur pas mbaca entry nya Renggo, terutama karena mbawa Klonoa juga. terima kasih :3

      itu ya..
      aku juga agak aneh pas nulis sfx itu. tapi kalau mau aku jadiin narasi singkat juga. aku kehabisan kata-kata xD
      masih harus banyak belajar~

      Thanks Renggo~
      Udah aku sambangin kok :3

      Delete
  3. Hm... Entri ini oke, narasi lancar, dialog sip, battle lumayan. Tapi masalah utama disini kerapihan paragrafnya, mungkin karena lupa di double enter dan aku nggak suka pemberian first line di tiap paragraf, aku lebih suka paragraf yang kanan kirinya simetris.

    Yang aneh di battlenya itu, bagaimana bisa Aria yang punya latar belakang model tahu soal persenjataan militer seperti panzer? Ditambah lagi Aria bisa memakai assault rifle. Lalu anehnya lagi, Freddy dan Klonoa bisa belajar cara mengemudi dalam sekejap.

    My final answer? six it is!
    Nilai : 6
    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Relima buat komentarnya, nanti aku sambangi deh :3

      Buat pertanyaan di atas, kenapa Aria bisa tau tentang panzer.
      Dia ngga tau sepenuhnya, cuma hal yang umum aja. Aria latar belakangnya kan di Indonesia alternatif. Dan sebagai artis, aku yakin dia tinggal di kota besar. pasti ada lah, satu atau dua iring2an militer. buat 17 agustus an atau semacamnya. jadi akhirnya tau beberapa trivia lah :3

      Buat munggunakan rifle, Kalau menembak secara akurat. aku yakin ga semua orang bisa. tapi kalau asal menembak ke kerumunan monster di depannya, tembakannya pasti kena. jadi ga masalah menurutku-

      Buat Klonoa. Dia kan berasal dari dunia cukup modern, sama kaya Aria. Paling ngga dia tau panzer sama cara kerja mobil. buat nulis ini, aku juga nyempatin ke museum, liat pazer. kemudinya memang keliatan rumit, tapi kalau ngga pakai fungsi yang aneh2, panzer mirip sama mobil. dan lahannya juga di gurun, lahan kosong yang luas. jadi ngga masalah kalau nabrak.

      Tapi kesalahan tetep di saya juga, ada beberapa bagian yang bisa ditambahkan biar semuanya jadi lebih jelas. Tapi ya nyadarnya baru sekarang xD

      Tetep terima kasih, kritik dan sarannya membantu :3

      Delete
  4. Indentasi tapi tanpa spasi antar paragraf gini entah kenapa bikin saya sedikit pusing bacanya

    Plotnya beneran standar (cari party-ke gurun-battle-ancurin kristal), dan sayangnya saya ga nemu sesuatu yang worth mentioning selain interaksi karakternya yang lumayan buat diikutin, tapi terlalu mendominasi cerita jadi kebanyakan ngobrol. Mungkin baru kali ini monster"nya juga dikasih dialog dan sudut pandang meski sebentar

    Truk, motor cross, panzer... Ini kok kayak elemen random ya, sementara settingnya masih berasa fantasiyah

    Pacenya kecepetan, berasa semua serba ngebut dan tau" selesai gitu aja

    Dari saya 6. Deadliner buffer -1, jadi nilai akhir dari saya 5

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  5. > Ada beberapa bagian di prolog yang saya rasa tidak perlu
    > "Tehee pero :p"
    > SFX
    > Tu-tunggu, machine gun dan assault rifle? Yah meskipun memang bebas, tapi ini terlalu random buat saya terutama karena tidak pernah dijelaskan soal perlengkapan para prajurit di universe ini
    > Pace di bagian akhir ngebut, hasilnya endingnya jadi semacam standard Hollywood (Hero masuk, Hero sukses) dan tidak terlalu berkesan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kelupaan nilainya

      7/10
      OC: Lexia Gradlouis

      Delete
  6. haha..^^ sebelumnya trima kasih udah ngasih Falcon mainan baru (Machone Gun)..wkkwk
    (+) : Keren sih menurut saya, misi berjalan lancar dan pemaparan cerita dari awal sampai akhir juga bagus dan enak sekali dibaca..walaupun unsur2 yang terkandung cukup random, tapi saya berhasil mengimajinasikan nya karna narasi yang cukup good (belom perfect lho.. ^^) (8)
    (-) : Susunan tulisan sama paragraf nya terlalu mepet mungkin ya? ya mungkin udah tertata rapi di Word, tapi berubah pas di blog.. (saya ngalami hal yang sama pas posting entry saya.. haha)^^

    Nilai: 7
    OC: Falcon

    ReplyDelete
  7. Hello~

    Hmmm ... ini diksinya banyak yang repetitif. Saran saya, pake tesaurus aja biar pemilihan kata-katanya jadi lebih kaya. Tapi lepas dari itu, gaya penceritaannya udah lumayan enak diikuti.

    Tapi plotnya sendiri terlalu biasa. Bahkan mungkin banyak yang miss karena mood saya ilang-ilangan terus pas baca. Terlalu cepet dan kesannya beberapa aspek kaya main tempel aja.

    Oke, kalo gitu Ahran titip 6 dulu.

    -Dari Alfiana N./Ahran-

    ReplyDelete
  8. Suka banget ama dialognya, terlebih sama Falcon ntah ngapa agak tertarik sama dia._. #plak battlenya juga seru
    Jadi abe kasi nilai 8/10 dah


    Dallas / Zephyr

    ReplyDelete