14.5.15

[PRELIMINARY] YU CHING - MISI YANG MENEGANGKAN

 YU CHING - MISI YANG MENEGANGKAN
Penulis: Andre



Langit biru gelap dihiasi oleh bintang-bintang yang berkedip-kedip membuatnya tampak seperti lautan cahaya. Siapapun yang melihatnya pasti akan tersenyum seolah mereka bagian dari bintang-bintang itu. Namun tidak bagi beberapa orang ini, langit gelap penuh bintang tanpa bulan adalah sebuah pertanda buruk.

Di sebuah planet bernama Alforea, tidak ada bulan adalah sebuah pertanda buruk, karena bulan adalah tempat bersemayamnya seekor monster kuda api yang ganas bernama Tamon Rah. Sebuah isu menyebar bahwa pasukan monster Alforea mendirikan dua buah menara kristal anti sihir untuk membuka segel bulan dimana Tamon Rah bersemayam. Sang penguasa Alforea tidak tinggal diam dengan isu itu dan Dia mengirim ribuan prajurit terbaiknya untuk mengatasi isu tersebut.


Shohr'n Plain sebuah gurun gersang berbatu menjadi tempat pilihan pasukan monster untuk mendirikan dua menara kristal tersebut. Mereka mendirikan menara tersebut di sebuah reruntuhan kastil tua. Selain mendirikan menara mereka juga membuat portal-portal untuk memanggil monster-monster lainnya. Dalam waktu singkat gurun tersebut sudah dipenuhi oleh ribuan monster berbagai bentuk baik yang ada di darat, udara atau di dalam tanah.

"Sepertinya kita terlambat Knight," kata seorang elf yang sedang berdiri di ujung sebuah tebing batu dengan mata menatap tajam ke depan.

"Apa yang kau lihat Archer?" tanya seorang pria berzirah dengan tameng besar di tangan kiri dan pedang besar di tangan kanannya.

"Mereka sudah mendirikan menaranya dan menjaganya dengan ribuan pasukan monster baik di tanah maupun udara," jawabnya.

"Kita harus segera tiba di tempat itu dengan segera," balas Knight.

Knight berbalik di ikuti oleh Archer dibelakangnya. Kini dihadapan mereka berdua tampak ribuan pasukan yang terdiri dari para ksatria, para pemebak udara dan darat, para armor robot dengan senjata canggih dan lengkap, para penyihir dan penyembuh, dan para pembunuh tersembunyi atau assassin.

"Caster, lakukan pemindahan massa ke lokasi menara yang berjarak 10 kilometer arah jam 12," perintah Knight kepada seorang wanita cantik dengan jubah putih dan tongkat emas yang menyala terang.

Caster segera memerintahkan pasukan penyihir yang dipimpinnya untuk melakukan sihir pemindahan massa. Para penyihir mengangkat tongkatnya dan terciptalah sebuah lingkaran sihir cahaya yang sangat besar memenuhi langit. Dan dalam sekejap ribuan pasukan tersebut hilang dari tempat itu.

Sebuah lingkaran sihir cahaya besar terbentuk di sekitar kedua menara tersebut dan mengeluarkan ribuan pasukan Alforea yang langsung menyerang lautan monster tersebut tanpa ampun. Perang besarpun terjadi antara pasukan Alforea yang bersenjata lengkap dengan ribuan pasukan monster yang mati-matian mempertahankan kedua menara tersebut. Suara ledakan, tembakan, besi yang beradu dan teriakan semua bercampur menjadi satu menampakkan suatu kengerian suasana perang. Pasukan ksatria yang di pimpin oleh Knight dengan garang menebas tubuh-tubuh pasukan monster dengan pedangnya, ratusan tembakan dari pasukan Archer baik dari udara maupun di darat sukses membuat pasukan monster surut dengan cepat. Pasukan beramor robot dengan mudah meratakan pasukan monster dengan senapan mesin dan misil-misil yang dimilikinya. Sihir-sihir tingkat tinggi dikeluarkan oleh pasukan Caster untuk memusnahkan para monster dan pasukan Assassin dengan sangat gesit menghabisi pasukan monster dengan mudahnya.

Semua tampak berjalan lancar bagi pasukan Alforea untuk menghabisi ribuan pasukan monster dengan sekejap dan bersiap menghancurkan kedua menara tersebut. Namun ternyata para penjaga menara bukanlah monster biasa yang dengan mudah di habisi.  Selain itu ada yang aneh dengan pasukan monster tersebut, setiap monster yang mati tubuhnya akan segera hancur dan kemudian monster yang lebih kuat muncul menggantikkannya. Hal ini baru disadari oleh pemimpin pasukan Assassin yang hampir berhasil mendekati menara. Saat dirinya dan pasukannya berhasil menghabisi penjaga-penjaga menara, pasukan penjaga menara lain segera muncul kembali dengan kemampuan dan ketahanan yang lebih kuat dari sebelumnya. Hal aneh lainnya juga dirasakan oleh pasukan Caster yang hendak melakukan teleportasi ke depan menara, saat dilakukan maka mereka akan muncul 20 meter di depan menara dimana para penjaga menara bersiaga.

"Bila seperti ini terus kita tidak mungkin bisa mendekati menaranya dan menghancurkannya," kata pemimpin Assassin.

Pasukan Assassin dan Caster yang mendekat berhasil di pukul mundur menjauhi menara dan sekarang mereka harus kembali bertempur dengan pasukan monster lainnya yang berada di luar area menara. Pasukan Alforea yang lain juga mulai merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami oleh pasukan Assassin dan sekarang mereka sudah mulai kelelahan, pasukan berarmor robot sudah mulai kehabisan amunisi dan dengan terpaksa Knight sang komandan pasukan harus menarik mundur pasukannya.

"Aku harap yang mulia Tamon Ruu mengetahui hal ini," katanya.

Sementara itu di depan sebuah istana megah tampak seekor kucing sedang tidur meringkuk di bawah tanaman pagar yang rimbun. Sebenarnya kucing ini tidak tidur tapi sedang meratapi nasib malang yang baru menimpanya. Kucing itu menguap lebar lalu kembali menempelkan kepalanya ke tanah.

"Sungguh malang nasibku nyaaaww…" ucapnya.

Kucing itu mengingat kembali kejadian saat semua orang disekelilingnya sedang sibuk mencari tim.

"Maaf ya, tim kita sudah penuh," ucap seorang wanita berambut biru panjang.

"AAAAA…KUCIIINGGG…" teriak seorang pria.

"Aku tidak akan membawamu mahkluk lucu sepertimu untuk misi mematikan seperti ini," kata seorang pria bertopeng.

Bahkan belum sempat kucing tersebut berkata ada yang sudah melambaikan tangan kepadanya menandakan sang kucing tidak bisa ikut dengannya. Hari sudah sore dan semua orang di tempat itu sudah tidak ada, semua orang sudah pergi sejak tadi siang untuk menjalankan misi. Misi untuk melanjutkan kompetisinya di planet Alforea. Lamunan kucing itu segera buyar setelah seorang gadis maid menyapanya.

"Hai…apakah Tuan Yu Ching sudah siap melakukan misi?" tanyanya kepada sang kucing.

Kucing yang bernama Yu Ching tersebut hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari sang maid. Pikirannya bingung antara melakukan misi ini sendiri atau kembali ke dunianya tanpa apapun. Yu Ching berdiri lalu menatap gadis maid yang berdiri disampingnya.

"Bisa beri aku waktu sebentar lagi, aku ingin jalan-jalan dulu nyaw…" jawabnya.

"Baiklah," balasnya singkat.

Yu Ching berdiri lalu berjalan meninggalkan maid dan istana tersebut untuk melihat-lihat.

"Setidaknnya ada yang bisa aku ceritakan saat pulang nanti," gumamnya.

Tak terasa Yu Ching sudah sampai di pusat perdagangan kota Despera yang ramai sekali, mulai dari yang berjualan, bercakap-cakap, bertransaksi dan lain sebagainya. Dari kegiatan-kegiatan itu Yu Ching menangkap sosok yang tidak asing baginya. Sesosok gadis kecil berambut biru terang yang selaras dengan bajunya yang juga berwarna biru. Gadis itu sedang bercakap-cakap dengan seseorang pria kurus berkacamata dengan jubah biru tua dan sepatu boots coklat yang menutupi kakinya hingga di bawah lutut.

"Bukankah dia salah satu peserta nyaw? Kenapa dia masih disini ya nyaw?" katanya dalam hati.

Dengan cepat Yu Ching segera menghampiri kedua orang tersebut dan menyapanya.

"Heiiii…heiiii…" Yu Ching memanggil mereka berdua.

Keduanya segera melirik ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara tersebut namun tidak menemukan siapapun disekelilingnya.

"Apa kau tadi mendengar suara orang memanggil, Stella?" tanya gadis berambu biru tersebut kepada pria berkacamata.

"Ya, tadi juga aku mendengarnya, tapi aku tidak melihat siapapun," jawabnya.

"Di bawah sini nyaw…" teriak Yu Ching.

Keduanya menundukan kepalanya dan mendapati seekor kucing sedang menatapnya. Dan sang gadis segera mengenalinya.

"KAU?!...kau kucing yang di Alkima kan?" tanya gadis berambut biru kepada Yu Ching.

Yu Ching mengganguk.

"Izu, kau mengenalnya?" tanya Stella.

"Tentu saja, kalau tidak salah dia kucing yang menabrakku di Alkima dan saat akan ku tangkap dia menghilang," jawab Izu sambil menunduk memperhatikan kucing tersebut.

"Hei…kucing, apa kau ditinggalkan oleh majikanmu?" tanya Izu kepada Yu Ching.

"Tidak nyaw… Yu Ching tidak memiliki majikan," jawab Yu Ching.

"Eh…kalau begitu, kau adalah salah satu peserta turnamen?" tanyanya lagi.

"Betul sekali nyaw… dan aku ingin bergabung dengan tim kalian," jawabnya dengan mantap.

Izu kembali berdiri dan menatap kucing tersebut, lalu melihat ke arah Stella. Keduanya diam sesaat seperti memikirkan sesuatu.

"Siapa namamu? Dan apa kemampuanmu?" tanya Stella.

"Namaku Yu Ching dan kemampuanku sihir penyembuhan," jawab Yu Ching.

Kemudian keduanya kembali berbisik yang tentu saja Yu Ching dapat mendengarnya dengan jelas.

"Aku tidak yakin dia bisa bertahan di misi ini," bisik Stella kepada Izu.

"Tapi dia memiliki sihir penyembuhan, aku rasa dia akan cukup berguna," balas Izu yang juga berbisik.

"Kita tidak tahu misi apa yang akan kita hadapi nanti," kata Stella.

"Oleh sebab itu, tidak ada salahnya kita menambah satu anggota lagi," balas Izu.

Stella kembali melirik Yu Ching dan mendapati Yu Ching sedang menatapnya dengan pupil mata membesar membuatnya tampak menjadi lucu.

"Hmmm… baiklah, Kau boleh bergabung, Tapi aku tidak bisa menjamin keselamatanmu," Kata Stella.

Mata Yu Ching berbinar-binar lalu berkata "Terima kasih Nyaww…"

Tidak lama setelah itu seorang maid tiba-tiba saja muncul entah dari mana.

"Apa kalian bertiga sudah siap menjalankan misi?" tanyanya.

Ketiganya menggangguk lalu titik-titik cahaya mulai menyelimuti tubuh mereka kemudian dengan cepat membungkusnya dan membawanya melesat ke langit. Dalam sekejap mereka sudah tiba di sebuah tempat gelap yang ramai sekali. Di hadapan Yu Ching tampak sekumpulan pasukan berbaju berzirah mengkilat sedang bertempur mati-matian menghadapi ribuan pasukan monster yang ganas. Tiba-tiba semua berhenti bergerak dan menjadi hening, kecuali mereka bertiga termasuk sang Maid.

"Hm…perhatian party terdiri dari 3 peserta yaitu Stella sebagai ketua, Izu dan Yu Ching sebagai anggota. Misi kalian adalah bekerja sama dengan 500 pasukan Alforea yang tersisa untuk menyegel kembali Tamon Rah yang sebentar lagi akan muncul. Yaitu dengan cara menghancurkan dua menara kristal yang ada di utara secara bersamaan. Ingat secara bersamaan," kata Maid tersebut dengan nada datar lalu menghilang dan semua kembali bergerak serta keramaianpun terdengar kembali.

"Tidak ada cara lain sepertinya kita harus bertempur," kata Izu sambil mengeluarkan dua bilah pedang laser di kedua tangannya.

"Sebaiknya kita mundur dulu, bila kita asal menyerang itu sama saja bunuh diri, Ayo," balas Stella sambil berlari menjauh mencari tempat yang cukup aman.

Mereka bertiga berlari sambil sesekali menghabisi monster-monster yang menghalangi jalan mereka bertiga. Mereka tiba di sebuah dinding tebing yang sedikit menjorok kedalam untuk berlindung sementara.

"Yu Ching apa kau melihat sesuatu?" tanya Stella.

"Iya nyaw...bulannya mulai mendekat," jawab Yu Ching.

Benar saja saat ketiganya melihat langit bulan mulai mendekat dan retak. Beberapa serpihan bulan mulai berjatuhan membuatnya tampak seperti puluhan bintang jatuh. Suara gemuruh menggelegar bahkan membuat tanah dan tebing-tebing batu bergetar hebat seperti gempa bumi berskala besar. Semua bergoyang karena gravitasi bulan sudah mulai terasa, lalu terdengar ledakan sangat keras dari bulan. Dari dalam bulan tampak sebuah meteor besar dan terang hingga malam itu tampak seperti siang hari karena terangnya. Tanah dan tebing di tempat itu semakin terasa berguncang hebat bahkan beberapa tebing runtuh dan mengubur hidup-hidup pasukan monster.

"Kita harus segera pergi dari tempat ini," kata Izu.

Ketiganya segera berlari menjauhi tebing yang tadi digunakan tempat berlindung. Selain itu pasukan Alforea yang tersisapun segera mundur mencari perlindungan. Beberapa pasukan sihir Alforea segera membangun sebuah benteng batu untuk menghalau serpihan bulan yang berjatuhan. Meteor itu kini semakin dekat dan tampak kilat-kilat menyambar menghiasi jatuhnya meteor tersebut. Angin panas berhembus kencang saat meteor tersebut mulai mendekati bumi dan ledakan besar terjadi hingga membuat tanah bergelombang.

Dengan cepat Stella mengeluarkan sebuah batu berjenis Sappire kelas Aetherstone dan memanggil Undea (sejenis mahkluk elemen air yang memiliki tugas melindungi pemanggilanya). Sebuah kubah air di sekeliling mereka bertiga sehingga efek dari gelombang tanah tersebut berhasil dikurangi walaupun tetap terasa sakit. Dari ledakan itu muncul seekor monster raksasa berupa kuda bersayap dan bertanduk dengan retakan-retakan merah menyala disekujur tubuhnya. Kuda api itu meringkik keras lalu mulai berlari di udara dan meninggalkan jejak api yang membara. Ratusan monster yang baru saja muncul terlibas habis oleh api sang kuda yang bergerak tak terkendali. Kuda itu mengamuk tak terkendali dan membabat habis siapapun yang menghalanginya.

"TAMON RAAAAHHH BANGKIIIITTT...!!! CASTEEERRR SIAPKAN PERISAI PELINDUNG," teriak seorang pria dari kejauhan.

Beberapa pasukan penyihir segera menghantamkan tongkatnya ketanah dan sebuah membran pelindung sihir tercipta membentang jauh memisahkan pasukan Alforea dengan pasukan monster yang masih tersisa ratusan. Hal ini ternyata membuat Tamon Rah sang kuda api segera berlari menghampiri perisai tersebut dan menabraknya sekuat tenaga. Pelindung itu bergetar hebat namun masih bertahan.

"Sebaiknya kita juga masuk kesana," kata Stella yang melihat beberapa monster sudah mulai menyadari keberadaan mereka.

Ketiganya segera berlari kembali untuk masuk ke dalam perisai pelindung tersebut dan berhasil. Sedangkan para monster yang mengejarnya tertahan oleh perisai tersebut dan langsung memukul-mukul perisai tersebut dengan senjatanya.

"Fuuuhhh...kupikir misinya tidak akan seperti ini," kata Stella menghela napas.

Ketiganya berjalan dan melihat pesawat-pesawat Alforea mulai turun, orang-orang yang terluka sedang disembuhkan oleh para penyihir, lalu beberapa pasukan yang penembak yang menembaki para monster untuk mengurangi jumlah serangan terhadap perisai pelindung. Selain itu Tamon Rah yang mengamuk mengeluarkan puluhan bola api untuk menghancurkan perisai tersebut.

"Hei kalian bertiga," panggil seorang pemuda elf dengan sebuah busur ditangannya yang menyala-nyala terang.

Ketiganya segera menoleh.

"Apa kalian utusan dari yang mulia Tamon Ruu?" tanyanya.

"Ya benar, kami adalah utusannya," jawab Izu.

"Aku dengar diantara kalian ada penyembuh yang hebat," katanya.

"Penyembuh?" Izu dan Stella berkata bersamaan lalu melihat kearah Yu Ching.

"Itu aku nyawww.." kata Yu Ching sambil mengankat kaki kanan depannya.

"Kalau begitu ikuti aku cepat," ajaknya sambil berlari.

Ketiganya segera mengikutinya menuju seorang wanita cantik berjubah putih yang sedang mencoba mengobati luka parah yang di derita seorang pria berzirah perak.

Yu Ching memperhatikan tubuh pria berzirah tersebut penuh dengan luka-luka yang dalam. Dengan segera Yu Ching mendekatinya lalu melihatnya, tampak seorang pria dengan wajah kumal karena debu dan darah mengalir dari kepala, hidung, serta mulutnya.

"Ku…kucing?" ucapnya dengan terbata-bata.

Tanpa pikir panjang lagi Yu Ching segera melompat ke atas tubuh pria malang tersebut lalu memejamkan matanya. Tubuh Yu Ching dipenuhi cahaya lalu sebuah lingkaran sihir muncul membuat semua yang ada di tempat itu diam sesaat menyaksikannya. Sekitar 5 detik kemudian lingkaran sihir itu menyebar sejauh 10 meter ke segala arah dan pasukan Alforea yang berada di tempat itu merakasan rasa sakit di sekujur tubuhnya hilang seketika.

"Sihir penyembuhan apa ini?" tanya salah satu pasukan yang luka-luka tubuhnya mulai sembuh.

Pasukan Alforea yang tadi terlihat kelelahan kini kembali bersemangat termasuk pria berzirah yang diduduki oleh Yu Ching.

"Terima Kasih…Kau pasti utusan-nya," ucap pria tersebut.

Yu Ching segera turun dan pria berzirah itu segera bangkit duduk lalu menggerak-gerakkan bahunya. Kemudian dia berdiri dengan tegap dan mengepal-ngepakan tangannya lalu mengangkatnya merasakan tubuhnya kembali segar.

"Sepertinya kau bukan kucing biasa," katanya

Dengan kekuatannya yang baru pria itu kembali menarik pedangnya kemudian menyabet sebuah batu besar yang tidak jauh darinya. Batu itu segera terbelah menjadi lalu dia tersenyum dan menoleh ke arah wanita cantik disampingnya.

 "Caster hentikan semua aktifitas sihir penyembuhan dan bawa pasukanmu yang terluka ke sini," perintah Knight.

"Siap, komandan Knight," jawab wanita yang dipanggil Caster tersebut.

Tanpa bertanya wanita yang dipanggil Caster itu segera berdiri menghentikan sihir penyembuhannya. Kemudian dengan isyarat tangan dia memerintahkan pasukannya untuk membawa orang-orang yang terluka ke tempatnya. Dari berbagai tempat terlihat beberapa orang yang dibopong, berjalan tertatih-tatih, dan beberapa orang yang di angkat dengan tandu.

"Ayo kucing menyembuhkan mereka semua," kata Knight.

"Maaf aku tidak bisa melakukannya, aku harus mengumpulkan energi selama lima menit untuk dapat menggunakkannya kembali nyawww.." balas Yu Ching.

"Oh begitu Ya, baiklah aku akan menunggunya," jawab Knight.

"Aku bisa membantu, kebetulan aku juga memiliki batu penyembuh," kata Stella mengajukan diri.

"Aku juga, dalam tasku ada beberapa obat-obatan untuk menyembuhkan luka," kata Izu juga.

"Baiklah, aku serahkan mereka semua pada kalian berdua," kata Knight sambil beranjak pergi.

Komandan Knight melihat pasukan monster yang terus menyerang perisai pelindung tersebut dengan berbagai cara mulai dari semburan api pasukan naga terbang, lemparan batu dari ketapel-ketapel, yang pasti pukulan dan tebasan senjata-senjata pasukan daratnya. Belum lagi Tamon Rah yang terus berputar-putar di sekitar perisai tersebut sambil terus membakarnya dan sesekali menembakan puluhan sihir bola api besar.

"Archer, Mechanic, dan Assassin kemarilah," Knight memanggil pemimpin para pasukan untuk berdiskusi.

Izu yang melihat hal tersebut segera menghampirinya dan meninggalkan Stella yang sedang sibuk menyembuhkan orang-orang yang terluka. Yu Ching yang berada tidak jauh segera mengikuti Izu bergabung dengan ke-empat pemimpin pasukan yang sedang berdiskusi.

"Assassin bagaimana pengamatanmu di sekitar menara itu?" tanya Knight.

Assassin mengambil pisau yang terselip dipinggangnya lalu menggambar sebuah peta di tanah dan mulai menjelaskan.

"Ini adalah kastil dan ini adalah lokasi kedua menara tersebut, jaraknya lumayan jauh sekitar antara menara kiri dan menara kanan kira-kira sekitar 100 meter," katanya sambil menunjuk-nunjuk peta yang digambarnya.

"Tunggu, maaf memotong pembicaraan Ketua Assassin, aku ingin mengambil gambar dan membuat prototipe peta tersebut secara tiga dimensi," kata Izu.

Kemudian dengan bantuan Smart bracernya Izu segera menggambar peta tersebut dalam bentuk tiga dimensi dan mengirimnya dalam gambar hologram.

"Apa petanya seperti ini," tanya Izu.

"Ah..tepat sekali," jawab Assassin.

"Bagus, lanjutkan Assassin," kata Knight.

"di sekitar menara ada beberapa penjaga kuat yang sangat sulit dikalahkan, kalaupun kalah dan mati, maka dari menara akan muncul penjaga yang lebih kuat," balasnya sambil menujuk beberapa titik di sekitar menara.

"Hmmm...sulit juga, Archer bagaimana pengamatan udaramu?" tanya Knight kepada pemuda elf.

"Pertahanan dan pasukan udaranya juga sangat kuat terutama disekitar menara, saat pesawat kami mendekati menara dalam jarak 5 meter menara akan menembakkan projektil sihir setiap detiknya, walaupun tidak berdampak besar namun cukup mengganggu. Apalagi sekarang Tamon Rah sudah bangkit, kemungkinan besar pasukan udara akan sulit beroperasi dengan baik," kata Archer menjelaskan.

Knight kembali melihat ke langit dan melihat Tamon Rah masih mengamuk tidak karuan sambil membakar pasukan monster yang mengelilingi perisai tersebut.

"Aku tidak yakin, berapa lama lagi perisai sihir ini bertahan dari amukan monster kuda api tersebut. Yang jelas kita harus segera menemukan solusi untuk atasi masalah ini," kata Knight sambil menoleh kearah seorang pria dengan baju ketat hitam dan bergaris terang menyala.

"Mechanic bagaimana pengamatanmu?" tanya Knight.

"Mmmm... sebenarnya aku berhasil menemukan sebuah alternatif, tapi aku tidak yakin akan berhasil," jawabnya dengan wajah tidak meyakinkan.

"Apa itu?" tanya Knight lagi.

"Komandan, armor robot kita memiliki bahan bakar dari nuklir dan bila diledakkan akan cukup menghancurkan menara tersebut. Tapi yang jadi masalah adalah pasukan monster ini sulit sekali di tembus karena jumlah mereka yang banyak sekali," Mechanic menjelaskan.

"Itu benar, tapi menerobos kerumunan monster sebanyak ini juga sangat sulit," kata Knight sambil mengusap-usap dagunya.

Semua diam sesaat sampai Izu membuka bicara.

"Aku memiliki sebuah ide," kata Izu.

"Ide?" ke empat pemimpin pasukan tersebut berkata bertanya bersamaan.

"Utaran idemu itu," kata Knight.

"Aku sudah perhatikan Tamon Rah bergerak secara acak, namun aku menemukan sebuah pola yang tetap," kata Izu sambil menunjukan sebuah gambar hologram dari Smart Bracernya.

"Lihat ini, di bergerak acak pada daerah tertentu dan jalur ini selalu terlewati olehnya. Seperti kita lihat Tamon Rah sejak tadi diatas kita itu karena di dalam perisai ini ada beberapa orang yang penyihir yang melakukan sihir, Aku rasa Tamon Rah tertarik dengan sihir pasukan Caster. Lalu saat di tempat kita tidak ada aktifitas sihir Tamon Rah kembali menjauh dan membakar para monster. Jejak api itulah yang akan menjadi jalan kita," jelas Izu.

Semua mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Kalau begitu ini saatnya membagi tugas," kata Archer.

Semua orang yang berada di tempat itu segera berkumpul kecuali para penyihir yang sedang sibuk mempertahankan perisainya sihirnya agar tetap kokoh. Para pemimpin dan para peserta segera menyusun rencana dengan panduan peta dari Smart Bracer Izu dan data-data yang berhasil dikumpulkan oleh pasukan Assassin. Setelah semuanya sepakat Izu berhasil diberi pinjam sebuah armor robot, Stella bergabung dengan pasukan Caster dan Yu Ching ikut bersama Mechanic menaiki armor robot juga. Knight dan Archer segera bersiaga untuk maju menyerang pasukan monster yang berada dibalik perisai.

"BERSIAAAPPP...!!!" teriak Komandan Knight.

Semua pasukan segera bersiap sedia dan tangan Knight di angkat lalu dengan cepat di turunkan. Tongkat-tongkat para Caster yang tadi ditancapkan segera di tarik kembali dan perisaipun hilang. Pasukan monster buas segera merangsek maju dan langsung disambut oleh puluhan  tembakan dari pasukan Archer. Tamon Rah seperti tidak ingin ketinggalan pesta, dia langsung mengembangkan sayap-sayapnya melepaskan puluhan bola api. Pasukan Caster segera beraksi dengan menciptakan perisai dari batu-batu tebing untuk menghalau serangan api tersebut. Pasukan terbang Alforea pun tidak tinggal diam mereka segera menembakan misil-misil racun kepada Tamon Rah. Tamon Rah menjadi kesal dan mengamuk lalu bergerak maju membakar apapun yang dilewatinya.

"SEKARANG...!!" teriak Izu.

Stella segera berlari sambil mengeluarkan sebuah batu rubi grade B,  lalu bergerak melawan arus ke arah sang kuda Api. Tongkatnya diacungkan kedepan dan api yang dihadapannya segera berpilin membentuk sebuah bola api besar. Rasa panas menjalarinya dengan semakin dekatnya Tamon Rah. Beberapa pasukan Caster segera memberinya perlindungan berupa elemen es agar Stella tidak terbakar. Dengan sekuat tenaga Stella melemparkan bola api tersebut kearah kerumunan monster yang sedang bergerombol. Setelah semuanya beres Stella segera berlari menuju armor robot yang dikendarai oleh Izu lalu memegang erat tangan armor robot dan menjejakkan kakinya pada salah satu sela di kaki armor robot tersebut.

Izu dan pasukan Mechanic lainnya langsung melepaskan energi jet dan mendorong armor robotnya maju memasuki jalur api yang sudah dibersihkan oleh Stella. Stella yang berada di luar armor kembali mengeluarkan sebuah batu dari kantong bajunya dengan susah payah. Pasukan monster yang melihat hal tersebut segera mengejar Izu dan kawan-kawan sehingga ini membuat Stella semakin kesulitan dalam mengambil batunya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pasukan Knight untuk kembali menghabisi pasukan monster. Situasi mulai berjalan sesuai rencana, namun Tamon Rah mengagalkan semuanya dengan kembali mengembangkan sayapnya yang besar dan melepaskan puluhan bola api panas.

Ledakan terjadi dimana-mana dan memporak-porandakan barisan pasukan Alforea dan pasukan monster. Stella yang berada diluar armor terkena dampak paling fatal dari serangan tersebut dan terlempar jatuh. Izu tidak menyadari hal itu dan terus bergerak maju menerbos pasukan monster yang tersisa. Izu dengan armor robotnya bergerak cepat dan lincah sambil membasmi monster-monster yang tersisa.

Stella jatuh dan kehilangan kacamatanya membuat pandangannya menjadi tidak jelas dan kabur. Walaupun begitu tapi dia masih dapat melihat monster-monster mendekatinya. Stella kembali merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan sebuah batu Sappire grade A kemudian dengan batuan tongkatnya Stella menciptakan air-air melayang di udara. Air-air tersebut segera menyebar membuat pasukan monster basah. Pasukan monster semakin geram dan bergerak maju dengan senjata yang siap menghajarnya. Tapi kemudian Stella kembali mengeluarkan sebuah batu Citrine dan sebuah kilat menyambar membuat efek domino ke kerumunan monster yang mengelilinga.

"Ha...ha...ha...ha...rasakan itu," tawa Stella yang melihat pasukan monster itu berjatuhan karena tersengat listrik.

Satu hal yang dilupakan oleh Stella, yaitu kedatangan Tamon Rah yang tidak diduganya karena matanya yang tidak dapat melihat kuda itu mendekat.

"Ah... Sial," gerutunya.

Dalam sekejap tempat itu sudah di lahap oleh lautan api milik Tamon Rah dan alat komunikasi dengan Izu pun terputus.

"Stella?" panggil Izu sambil melirik tangan armor robotnya dimana Stella berada.

Izu menghentikan laju armor robotnya dan memutar baliknya melihat lautan api besar yang diciptakan Tamon Rah. Izu diam sesaat dan tidak memperdulian sekelilingnya menatap kobaran api yang menyala-nyala.

"Izu...Izu...bzzzz...kau harus tetap pada rencana...bzzzz.." suara Mechanic pada alat komunikasi.

Izu dengan kesal kembali menjalankan armor robotnya dan membabat pasukan monster yang berada dihadapannya. Tanpa ampun Izu mengilas, menembak, memukul monster apapun yang ada dihadapannya. Tapi tanpa disadari sebuah kampak dari salah satu monster berhasil menghantam kokpit armor robot tersebut hingga terbuka. Armor robot itu langsung terjungkal dan Izu terlempar keluar. Izu jatuh berguling-guling lalu kembali berdiri dan mengeluarkan pedang lasernya. Amarah masih terlihat dari sorot matanya dan Izu segera melompat menyerang monster yang mengajarnya.

Sementara itu diluar menara pasukan Assassin sudah bersiap mengalihkan perhatian pasukan penjaga menara. Begitu pasukan Assassin melihat sebuah armor robot mendekat dengan cepat pasukan Assassin melemparkan bom asap untuk menghalangi padangan para penjaga. Kemudian salah satu pasukan Assassin segera bergerak mendekati armor robot dan mengetuk kokpitnya. Kokpit terbuka Yu Ching dan Mechanic langsung turun sambil membawa sebuah kota sebesar telepon sebesar kotak tool kit.

"Ini kotak bomnya, aku akan diam disini untuk menekan tombol ledaknya," ucap Mechanic sambil menyerahkan kotak itu kepada Assassin.

Dengan mengendap-endap Yu Ching dan Assassin bergerak senyap dalam gelap memasuki pekarangan kastil. Assassin memberi isyarat pada Yu Ching untuk bergerak duluan dan memasuki sebuah celah-celah kaki dari para penjaga. Dengan gesit Yu Ching segera bergerak dengan mengendap-endap seolah menangkap mangsa. Lalu dengan cepat Yu Ching bergerak melewati celah kaki para penjaga. Dari balik para penjaga Yu Ching mulai berjalan pelan mendekati menara. Menara tersebut mendeteksi gerakan Yu Ching yang padahal tidak terdengar oleh para penjaga dan menembakkan projektil sihir kepada Yu Ching. Yu Ching segera bergerak menghindar dengan licah dan bergerak secara zig zag. Setelah berhasil menghindari tembakan Projektil dan mendekati menara Yu Ching memuntahkan 4 buah bola logam kecil sebesar kelereng dibantu dengan tembakan dari projectil tersebut. Bola-bola itu segera menyebar ke sisi menara lalu menggelinding naik seperti ada magnet yang menariknya kemudian berubah menjadi lempengan logam.

Lampu Bom yang berada di tangan Assassin berubah menjadi hijau lalu mulai bergerak melayang dan melewati para penjaga menara menuju lempengan tersebut. Para penjaga yang melihat hal tersebut segera bergerak mengejar bom yang melayang, tentu saja hal itu membuat menara segera menembakinya dengan projektil sihir. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Yu Ching untuk melarikan diri dan kembali menyelinap keluar secara diam-diam bersama Assassin. Bom yang melayang tadi menempel pada lempengan logam dan mengeluarkan sebuah sabuk yang mengikat erat pada menara. Bom pada menara sayap kanan berhasil dipasang tinggal bom pada menara sayap kiri yang belum juga dipasang. Seharusnya bom itu dibawa oleh Izu tapi hingga saat ini Izu belum muncul kemanakah Izu?

"APA?! Izu belum muncul tiba di dekat menara?" tanya Mechanic tidak percaya.

"Ada apa nyaw..." tanya Yu Ching.

"Sepertinya kita harus menyusul ke tempat Izu," kata Mechanic.

"Tapi dengan apa kita kesana nyaw?" tanya Yu Ching lagi.

Mechanic baru menyadari bahwa armor robotnya sudah tidak dapat digunakan lagi.

"Sialan...bagaimana ini?" gerutunya kesal.

"Aku akan menyusul Izu nyaw..." kata Yu Ching.

"Tunggu, apa kau serius?" tanya Mechanic.

Yu Ching mengangguk lalu pergi menuju kerumunan para monster yang sedang bertempur dengan pasukan Alforea. Yu Ching terus berlari dengan lincah dan menghindari serangan monster-monster yang ditemuinya. Ukuran monster yang besar membuatnya tampak lebih mudah melewatinya kecuali yang satu ini. Yu Ching sedang dikejar oleh segerombolan monster anjing yang buas dan kelaparan. Walaupun takut Yu Ching terus berlari melompat, menghindar dan bergerak lincah melewati kaki-kaki dari pasukan monster dan Alforea. Beberapa pasukan Alforea membantu Yu Ching menyingkirkan monster-monster tersebut namun sayangnya tidak semua monter itu bisa dibasmi dengan mudah.

Mata Yu Ching menangkap sebuah cahaya ungu menari-nari di kepulan debu yang berterbangan. Dengan cepat Yu Ching menuju tempat itu, tapi tiba-tiba sebuah bola api jatuh dan meledak tepat di samping Yu Ching. Sehingga Yu Ching terpelanting jauh dan jatuh di tumpukan mayat pasukan Alforea. Mata Yu Ching berkunang-kunang dan pandangannya mulai kabur. Lalu Seberkas cahaya putih menyebar menyilaukan mata dan Yu Ching mengingat masa lalunya.

"Ha...ha...ha...ha...dasar payah," kata seekor kucing belang abu-abu.

"Kau tidak akan pernah bisa menjadi seperti kami, para kucing pemburu," kata seekor kucing berwarna kuning.

"Yu Ching, Ibu yakin kau pasti bisa melebihi ayahmu sebagai pemburu, walaupun kau terlahir sebagai kucing medis, tapi kau mewarisi darah kucing pemburu," kata seekor kucing putih.

Cahaya itu kembali menghilang dan pandangan Yu Ching mulai jelas kembali. Sebuah cahaya kuning melingkar membentuk lingkaran sihir dan tubuh Yu Ching dipenuhi cahaya lalu cahaya itu menyebar ke segala penjuru. Tubuh Yu Ching kembali sembuh dan tentu saja Tamon Rah merasakan hal itu dan segera bergerak cepat menuju Yu Ching. Yu Ching segera melompat dan berlari sekencang-kencangnya, tapi langkah Tamon Rah lebih lebar dan jauh. Yu Ching mulai bisa merasakan udara disekitarnya memanas dan sebuah ledakan terdengar dibelakang Yu Ching. Yu Ching melihat sebuah pesawat tempur pasukan Archer menabrak terpat di mata Tamon Rah. Tamon Rah meringkik keras dan menggoyang-goyangkan kepalanya lalu kembali bergerak acak membakar sekelilingnya.

Kini Yu Ching kehilangan Izu dan harus mencari ulang. Dalam hiruk pikuk petarungan pasukan monster dan pasukan Alforea Yu Ching sangat kesulitan mencarinya karena tinggi tubuhnya yang hanya sebatas tulang kering pria dewasa. Dari jauh Yu Ching melihat melihat segerombolan monster anjing bergerak kearahnya diikuti oleh beberapa monster lainnya.

"Monster itu lagi," gerutunya.

Dengan cepat Yu Ching kembali berlari dan cukup lama mencari akhirnya Yu Ching menemukan Izu sedang tergeletak tidak berdaya. Tubuhnya dipenuhi luka-luka dan di depan Izu terlihat Stella sedang bertarung mati-matian melindunginya hanya bermodalkan sebuah pedang rampasan saja.

"Stella? Bukankah dia sudah mati nyaw.." gumam Yu Ching.

Yu Ching berhasil mendekatinya dan melihat Stella dipenuhi luka bakar serius dengan baju compang-camping.

"Stella..!!" panggil Yu Ching sambil berlari mendekatinya.

Stella menoleh dan melihat Yu Ching dengan senang.

Dengan cepat Yu Ching kembali dan langsung melakukan sihir penyembuhan kepada keduanya. Tubuh Stella kini kembali seperti semua tanpa luka bakar dan dengan cepat luka-luka pada Izu juga mulai sembuh. Izu kembali sadar dan langsung melompat menusuk kepala seekor monster orc yang hendak membacok kepala Stella dengan kapak. Izu memperhatikan luka-luka ditubuhnya mulai hilang dan menoleh kearah Stella.

"Yu Ching selamatkan kita berdua," ucapnya.

Izu menoleh kepada Yu Ching.

"Tim. Nyaw.." kata Yu Ching singkat.

"Kita selesaikan misi ini," kata Izu kepada Stella dan Yu Ching.

Kemudian Izu mengambil sebuah kotak dari dalam armor robotnya yang sudah berantakan.

"Stella sebaiknya kau diam disini saja menunggu lampu indikato itu menyala dua-duanya, setelah itu tekan tombol merah itu," kata Izu memberi sebuah intruksi pada Stella.

"Tapi, bagaimana dengan kau akan kesana?" tanya Stella khawatir.

"Aku sudah punya rencana, oh ya aku akan meminta beberapa pasukan caster dan assasin untuk menjagamu," jawab Izu.

Kemudian Izu mengambil sebuah alat komunikasi yang tergeletak dalam kokpit armor robot dan meminta bantuan seorang caster untuk menjaga Stella. Tidak lama setelah itu sebuah portal sihir terbentuk dan memunculkan seorang caster wanita.

"Tolong jaga dia ya," pinta Izu.

"Hei tunggu,"

Tapi Izu dan Yu Ching segera pergi dari tempat itu meninggalkan Stella dan seorang caster wanita. Yu Ching bingung kemana Tamon Rah pergi biasanya saat menggunakan sihir penyembuhan Tamon Rah akan muncul tapi kali ini tidak. Yu Ching menyempatkan diri menoleh kebelakang dan mendapati Tamon Rah sedang di kurung dalam sebuah batu besar yang kelihatannya tidak akan menahannya lama-lama. Dan benar saja Tamon Rah mengamuk kembali dan melemparkan puluhan sihir bola apinya.

"Ayo Yu Ching tidak ada waktu untuk melihat hal itu," kata Izu sambil menggendong Yu Ching dan membawanya berlari bersamanya.

Setelah cukup jauh berlari Izu dan Yu Ching tiba depan sayap kiri istana. Di sana beberapa pasukan knight, asssassin dan archer sedang bertarung sengit dengan para penjaga. Izu berjalan mendekat lalu menekan sebuah tombol dari smart bracernya dan sebuah membran energi membuatnya tidak terlihat. Dengan cepat Izu yang menggendong Yu Ching berlari dan melewati para penjaga dengan mudah. Saat berada tidak jauh dari menara Yu Ching segera melompat dan mengerjakan tugasnya sama seperti menara di sayap kanan. Setelah berhasil dipasang Izu melepaskan kotak bom tersebut untuk melayang menuju menara. Kali ini monster penjaga menara tidak mengejar kotak namun segera mengejar Izu yang ketahuan.

Izu tidak tinggal diam dan langsung menyerang mereka, ternyata benar mereka sangat kuat. Tapi Yu Ching juga tidak tinggal diam dengan cakarnya yang kecil Yu Ching mencakar kaki-kaki mereka walaupun itu tidak berefek apa-apa. Tapi itu cukup untuk mengalihkan perhatian para penjaga.  Izu segera keluar dari tempat itu melalui sebuah celah dan Yu Ching segera bersembuyi dibalik reruntuhan melindungi diri dari amukan para penjaga menara.

Walaupun rabun tapi Stella masih bisa melihat kedua lampu indikator tersebut sudah menyala dan dengan cepat menekan tombol merah yang berada dihadapannya. Dua buah ledakan dasyat terdengar dari dua menara yang berada di sayap kiri dan kanan reruntuhan kastil tersebut. Perlahan pasukan monster yang sedang berperang mulai melebur menjadi abu dan naik ke langit. Begitu juga dengan Tamon Rah yang menghentak-hentak mengamuk karena dirinya tertarik kembali masuk ke dalam bulan. Dalam waktu singkat semua kembali seperti semula, tidak ada monster, menara kristal, ataupun lautan api. Yang tersisa hanyala pasukan Alforea yang berteriak penuh kemenangan walaupun badannya dipenuhi luka-luka.

Dari balik kepulan debu gurun tampak Izu dan Yu Ching berjalan bersama dengan beberapa pasukan Archer, Knight dan Assassin yang tersisa. Stella berdiri di kokpit armor robot yang sudah hancur sebagian menyambut mereka berdua.

"Tak kusangka kita berhasil," katanya senang.

Stella memeluk Izu dan Yu Ching dengan kedua tangannya. Lalu seorang maid muncul entah dari mana.

"Selamat kalian sudah berhasil menjalan misi dengan baik,"

Tidak lama kemudian munculah sebuah portal biru terang dan membawa mereka bertiga pergi dari tempat itu. Sekarang mereka sudah kembali ke Alforea dan Stella mengeluarkan sebuah batu kecil dari saku bajunya yang selamat dari kebakaran.

"Batu apa itu?" tanya Izu.

"Ini Amber grade B," ucapnya sambil tersenyum memperhatikan batu tersebut.

15 comments:

  1. Bagian awalnya diisi background perang tentara Alforea vs monster-monster. Keren. Ini variasi yang saya harapkan. Satu poin plus.

    Alurnya mengalir. Di banyak bagian, saya juga ngerasa deja vu sama tulisan sendiri--dari segi penyusunan kalimatnya. Saya sukaaa <3

    Keberadaan tentaranya, monster-monster, sampai pecahnya Alkima itu ... wow, ini realitis. Good!!!

    Dari segi battlenya cukup menghibur saya. Karena saya ga mantengin CS-CS, saya cuma bisa manut-manut deh.

    Minusnya, mungkin di penggunaan partikel di yg kadang ga tepat. Tp, persetan dgn teknis. Intinya saya suka.

    Poin: 9

    -Dari Ahran. Tanri seni korusun~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima Kasih sekali tidak sia-sia usahaku bikin ini sampe jam 2 pagi ^_^

      Delete
  2. Knight? Archer? Caster? Assassin? Ini nama" irelevan ya buat pembuka

    Ada kalimat yang menurut saya sebaiknya dipenggal karena disatuin malah ngilangin impactnya, contoh :
    "Benar saja saat ketiganya melihat langit bulan mulai mendekat dan retak. Beberapa serpihan bulan mulai berjatuhan membuatnya tampak seperti puluhan bintang jatuh. Suara gemuruh menggelegar bahkan membuat tanah dan tebing-tebing batu bergetar hebat seperti gempa bumi berskala besar. Semua bergoyang karena gravitasi bulan sudah mulai terasa, lalu terdengar ledakan sangat keras dari bulan. Dari dalam bulan tampak sebuah meteor besar dan terang hingga malam itu tampak seperti siang hari karena terangnya. Tanah dan tebing di tempat itu semakin terasa berguncang hebat bahkan beberapa tebing runtuh dan mengubur hidup-hidup pasukan monster."

    Wait, sejak kapan ada pesawat?

    Ada juga dialog yang menurut saya masih bisa diolah biar kedengeran lebih natural, yang ini masih agak lucu buat saya:
    >"Ayo kucing menyembuhkan mereka semua," kata Knight.
    >"Maaf aku tidak bisa melakukannya, aku harus mengumpulkan energi selama lima menit untuk dapat menggunakkannya kembali nyawww.." balas Yu Ching.
    >"Oh begitu Ya, baiklah aku akan menunggunya," jawab Knight.
    ^ditambah konteks situasinya, malah berkesan santai banget ini alih" tegang

    Karena fokusnya kebagi sama unlisted character macem Knight dkk, OC" peserta aslinya malah kerasa kurang bersinar di sini

    Masuk battle yang benernya pun kayak antara diburu" dan sekedar sebut, masih belum kerasa 'bercerita'
    "Stella jatuh dan kehilangan kacamatanya membuat pandangannya menjadi tidak jelas dan kabur. Walaupun begitu tapi dia masih dapat melihat monster-monster mendekatinya. Stella kembali merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan sebuah batu Sappire grade A kemudian dengan batuan tongkatnya Stella menciptakan air-air melayang di udara. Air-air tersebut segera menyebar membuat pasukan monster basah. Pasukan monster semakin geram dan bergerak maju dengan senjata yang siap menghajarnya. Tapi kemudian Stella kembali mengeluarkan sebuah batu Citrine dan sebuah kilat menyambar membuat efek domino ke kerumunan monster yang mengelilinga."

    Ini saran aja, kayanya boleh dicoba belajar ga madetin banyak kalimat dalam satu paragraf kalo ada multiple scene (adegan) atau ide yang disampein

    Saya ga ngerti akhirannya, batu Amber grade B maksudnya apa? Dan Yu Ching berasa bukan karakter utama

    Dari saya 5

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayolah Sam, jangan pelit kasih nilai dan bersikap seperti penyeleski penerbit buku yang menganggap semua karya para pemula itu kurang bagus. Tapi ya sudahlah mungkin anda ingin sesuatu yang sangat perfect

      ok untuk pesawat Archer memiliki pasukan penembak udara. Di sini saya gambarkan pasukan Alforea itu futuristik.

      Ha...ha...ha...ha...ha... ternyata banyak yang nggak ngerti pas Stella keluar batu Amber grade B itu..(Sebaiknya baca kembali fungsi batu Amber grade B itu pada CS Stella.) sebenarnya disini saya ingin mengajak pembaca untuk menelusuri penyebab Stella mengeluarkan batu itu saat pulang, tapi sepertinya tidak berhasil "OTL

      terima kasih udah mampir dan kasih nilai. terima kasih juga kritikannya ^_^

      Delete
    2. Ini bukan masalah saya jahat ke pemula ya. Bahkan pemula yang baru ikut BoR juga ada kok yang bisa ngasih impact di tulisannya. Gimanapun juga ini babak penyisihan, jadi impresi pertama itu penting buat saya. Wajar dong ada entri yang dapet favor dari saya buat maju dan ada yang menuut saya belum saatnya maju, karena suka ga suka harus ada yang tersingkir. Lagipula, saya kan cuma satu dari sekian penilai. Kalo yang lain masih ngenilai tulisanmu emang bagus, satu nilai dari saya ga akan terlalu berarti

      Maaf kalau kurang berkenan. Dan, justru aneh kalo penulis mengharap pembaca cari tau sendiri soal oc alih" ngeramu tulisan biar jelas buat dibaca sekali tangkap. Ibaratnya ini masakan yang pas ditanya pake bumbu apa, kokinya cuma jawab 'cari aja di dapur'

      Delete
    3. Keywordnya bukan perfection, tapi potensi. Silakan anggap saya jahat atau sombong, tapi saya punya preferensi sendiri dalem ngeliat karakter dan entri

      Delete
  3. Dari segi cerita sudah bagus

    mungkin karena saya kurang mengerti EYD dan Penulisan, tidak bisa komentar

    saya suka bagian flashback waktu mencari tim, saya sempat tebak-tebak yang teriak "AAAAA…KUCIIINGGG…" dan 'wanita berambut biru' itu siapa

    Prolog-nya bagus dengan background perang

    Battlenya cukup menghibur

    Sebagai pembaca ini bisa membuat saya cukup tertarik sampai-sampai pingin ada sequelnya

    kurangnya tidak ada penjelasan tentang batu Amber grade B

    Poin : 8

    OC : Izayoi Nakama

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa tebakannya berhasil? aku harap berhasil

      nah lagi-lagi batu Amber grade B ha..ha..ha..ha..ha.. silahkan ikuti petunjuk pada balasan komen Sam ^_^

      terima kasih untuk nilai dan terima kasih sudah membaca

      Delete
  4. ....saya sendiri harus ngintip CS lagi buat liat fungsinya Amber (B) itu apa #DIBANTING Dan kayaknya di sini agak kesalahan saya juga sih soalnya kurang penjelasan di CS (...), tapi grade batu itu sebenernya bukan sesuatu yang perlu disebutin terus-terusan. Soalnya sebenarnya, kalau nggak ngerti klasifikasinya, cara ngebedain grade yang satu dengan grade lainnya itu cuma dari warna dan kebeningannya....gitu. Jadi ketimbang menyebut batunya 'batu Sapphire Aetherstone' atau 'Rubi grade A' dan semacemnya, umumnya orang lain cuma ngelihat batu itu sebagai batu safir, rubi atau malah batu berwarna biasa gitu, apalagi kalau nggak biasanya ngebedain kualitas batunya ' '

    Tapi itu detail sampingan banget kok.

    Dan, buat yang lainnya yang nanya, Amber (B) itu fungsinya healing dan regenerasi, jadi dari yang saya tangkap mungkin ending ngegantungnya itu berakhir ke saling menyembuhkan satu sama lain (...).

    ANYWAY! Secara teknisnya sudah cukup dihajar Uncle Sam di atas kayaknya, jadi saya bungkam di bagian situ, tapi saya kurang lebih satu suara, terutama perkara dialog yang kerasa kurang natural sama scene yang cenderung diburu sampai jadi agak kurang kerasa flow adegan-ke-adegannya.

    Also, secara cerita, saya sempat agak bengong soal munculnya para mekanik dan robot-robot mereka. Mas gamer kah - bau-baunya kok ada pengaruh dari game juga dari eksekusi temanya (...) Tapi overallnya saya demen sih; intensitasnya sebenernya cukup kerasa kalau barrier teknisnya udah dilewatin =')

    (Satu lagi, saya mau nggak mau bias dan jadi seneng juga terutama karena kamu bahkan udah lebih dapet sifatnya Stella daripada saya sendiri, apalagi di bagian yang habis dia udah seneng-seneng nyetrum momon tetau disembur api dari belakang (atas?) itu. In-character banget (serius) sampai saya sempat nangis terharu huaaaa Makasih bang, sungguh makasih! *sungkemin*)

    Skor dari saya 8/10 ya ovo
    Aslinya 7 sih, karena saya jujur lumayan kepentok sama teknisnya (walaupun saya sendiri juga masih banyak perkara teknis, tapi...ya. Begitulah #...), ditambah 1 karena udah pake Stella dan saya tersentuh sama satu detail kecil super in-character itu *nangis sambil jabatin tangannya*

    ReplyDelete
  5. Saya nyaris mengira komposisi pasukan alforea nya make referensi class dari Fate/ #plak Pembukaannya lumayan asyik, langsung cerita perang, ga terlalu ikut alur pembukaan arus utama.

    Hmm, secara teknis penulisan sih idem ma komentar-komentar sebelumnya, sama tambahan sih, ada beberapa typo yang bisa ditemukan. Narasinya masih perlu dipoles lagi. Dan pada adegan-adegan pertarungan kurasa perlu diberi penjelasan sedikit lagi mengenai jurus-jurusnya. Iya sih, bisa baca di charsheet, tapi charsheetnya kan ada banyak sekali... >_< Yah paling ga gambaran singkatnya.

    Tapi sebenarnya lucu sih Yu Ching ini. Baru sekarang aku lihat ada OC kucing. ^^

    Nilai : 7

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  6. Buat "penulis dadakan" dan "kucing imut nan sakti yang tugasnya sbg support", awalan ini sudah cukup memuaskan secara logika. Memanfaatkan medan dan modal prajurit yg ada itu membuat battlenya jadi lebih enjoyable dan terkesan realistis, sesuai kaidah panitia. Itu saja sudah cukup untuk base point 8 dari saya.

    Yah, paling2 kalau mau berkembang jadi nggak terlalu "dadakan" ke tingkat yg lebih serius coba latihan lagi tentang pemenggalan paragraf pemenggalan kalimat pakai titik/koma dan penggunaan EYD dan tata bahasa yang basic dulu lah. Kalau kamu baca paragraf komentar saya yg ini berasa enak nggak? Begitu juga efeknya pada pembaca2 lain.

    Oya, penggunaan istilah2 dalam game spt Caster, Assassin dsb mungkin membuat lingkup pembacanya sebatas yg ngerti saja. Saya saja miris pakai banyak macam makhluk fantasiyah di entri Vajra tanpa penjelasan lebih rinci.

    Jadi, nilai akhirnya 7/10.
    Cia you Yu Ching, mei li he gao shou de xiao mao!
    OC: Vajra (Raditya Damian)

    ReplyDelete
  7. AAAAAA KUCIIIIING

    Teknisnya saya gak bisa komentar banyak sih. Salahnya juga minor ini, gak bikin saya kesendat bacanya.

    Overall ini cerita sudah solid menurut saya. Paling saya rasa tinggal di pemilihan kata aja sih, karena alasan yang sama dengan mas Andry, tidak semua orang bisa ngerti. Tapi saya sendiri sudah merasa enjoy sama cerita ini, apalagi aplikasi skillnya (walaupun saya harus meraba-raba CS dulu biar bisa ngerti lagi)

    tinggal perkuat lagi narasi sama deskripsi, dan akan jadi lebih baik lagi

    Nilai dari saya 8/10

    Salam hangat dari Enryuumaru/Zarid Al-Farabi

    ReplyDelete
  8. Bulan langsung dikaitkan dengan Tamon Rah, memberi penjelasan kepada pembaca. Nice.

    Di mana, bukan dimana ^.^

    Shohr'n Plain (,) sebuah gurun gersang berbatu

    pemebak udara dan darat -> penembak?

    Dan masih banyak lagi. Intinya pelajari penggunaan tanda baca, kurangi typo, dan lain-lain. Periksa kembali ceritamu sebelum di post. Oke, sekarang mari kita masuk ke teknis cerita ._.

    Tiba-tiba ada Knight dan Archer. Siapa mereka? Saya dibuat bingung.

    “nyaw!” kamu beruntung, Yu Ching berkesan lucu di mata saya, jadi saya… enggak tega *loh

    Lalu ada Caster dan Assasin. Jujur, saya sih ngerti, tapi gimana dengan orang lain yang memang jarang main game atau baca fantasy, mereka pasti akan kesulitan. Saran saya sih, biasakan memposisikan diri sebagai ‘yang tidak tahu apa-apa’ sekaligus ‘Tuhan yang mengetahui segalanya, dan berniat memberi penjelasan berarti’

    Battlenya sih, ngalir banget. Saya terbawa dalam cerita, belum lagi pemanfaatan cara penghancuran menara yang cukup oke. Cantik lah ini.

    Yap, mungkin karena saya sedang ada di kampus, saya hanya bisa segini komentarnya. Yu Ching dapat salam dari Eve, semoga kalian bisa berteman baik :3

    Jadi, -1 untuk pendeskripsian dan -1 untuk kerapihan tulisan.

    Nilai : 8/10

    -Eumenides/Puppet-

    ReplyDelete
  9. Ok Bro langsung aja.

    Saya setuju sama komen-komen di atas dan saya juga merasa Yu Ching bukan karakter utama karena terhalang oleh pasukan Alforea. Kalo menurut saya sih sebaiknya boleh aja setting awalnya perang tapi samarkan dulu orang-orangnya.

    ok mungkin itu aja Bro.

    Saya harap kamu bisa lolos Bro.

    Nilai 8/10

    OC : Izu Yavuhezid

    ReplyDelete
  10. eem secara teknis udah dihajar sama sam shisou, lagipula aku mah apa atuh kalo komentar masalah teknis. jadi lupakan masalah teknis.. XD

    penggunaan kata ganti orang yang menggunakan job fantasi seperti knight, archer dll mungkin bisa dibuat dengan kata ganti lain bisa aja sebut ksatria, pemanah dll. ya meskipun terkesan biasa, seenggaknya beberapa orang bisa manggut2 tanda ngerti sama maksud dari penggunaak kata ganti orang tersebut.

    lalu untuk battle udah cukup mengalir, kerasa alurnya apalagi saat yu ching melakukan tugasnya sebagai supporter dan kucing yang manis *peluk yu ching xD

    nilai dari saya : 7/10

    Khanza

    mampir yah ke lapak khanza :3

    ReplyDelete