16.5.15

[PRELIMINARY] ARC - BLOODY FIRE

 ARC - BLOODY FIRE
Penulis: Ryusa Tama




Berpikir hanya ada satu dunia di alam semesta itu adalah anggapan yang sangat salah. Mengapa? Karena bukan hanya Planet Bumi saja yang dapat dihuni mahkluk hidup tetapi banyak dunia lain yang dapat dihuni, salah satunya Alforea.

Saat ini di Alforea akan diadakan sebuah turnamen antar dimensi. Banyak pemain yang sengaja atau tidak sengaja terseret dalam turnaman bernama Battle of Realms. Akibatnya panitia penyelenggara kerepotan dan memutuskan akan merombak pemain menjadi 48 orang saja. Dan babak penyisihan pun dimulai.
 
***

(1-Pertemuan yang Ditakdirkan)

"Aku akan memberimu kekuatan yang sesuai dengan keinginanmu. Kekuatan untuk mengendendalikan kehidupanmu, kekuatan untuk mengendalikan kehidupan orang lain disekitarmu,kekuatan untuk membuat kehidupan orang lain menjadi milikmu, kekuatan untuk membuat kehidupanmu menjadi kuat, dan kekuatan agar kehidupanmu senantiasa menjaga dirimu."
*Clang*

Suara samar itu terus terdengar di kepala Arc. Ia berjalan sempoyongan di halaman yang luas ini dengan tangan kanan memegangi kepalanya. Tanpa peduli pandangan risih player lain di sekitarnya, Arc terus berjalan mencari anggota timnya.

Pandangan risih itu bukan disebabkan Arc berjalan sempoyongan dengan terus memasang senyum di wajah baby face nya. Tetapi karena penampilannya yang terkesan sangat berbeda dengan player di sekitarnya.

Halaman Kastil Alforea ramai dengan para player yang berlalulalang mencari anggota tim mereka untuk babak penyisihan Battle of Realms. Banyak player mulai dari manusia, robot, bahkan monster sekalipun ada di halaman ini. Tetapi tidak ada satupun dari mereka yang berpenampilan aneh seperti Arc.

Kulit putih pucat, rambut putih pendek, pakaian warna-warni, dan sepatu karet bewarna mencolok. Sebuah kombinasi yang aneh dari yang paling aneh.

Langkah Arc terhenti. Dia menemukan hal yang menarik. Arc menemukan seorang gadis berambut ikal bewarna kuning memakai kaos pink dengan rok selutut berpola kotak-kotak. Dia juga menggendong tas ransel putih dari bulu domba dan sepatu hells di kakinya. Sangat berbeda dengan player lain yang memakai perlengkapan tempur dan sudah dewasa. Namanya adalah Maria Fellas yang sering dipanggil Felly.

"Apa yang kau lakukan Lolicon!" Saat Arc menyentuh pundak gadis itu untuk menyapanya, gadis itu malah memarahi Arc.

 "Jangan pegang-pegang! Am!" Belum sempat Arc menjelaskan maksudnya Felly langsung mengigit tangan kanan Arc yang tadi memegang pundaknya.

"Ah! Tanganku, tanganku berdarah!" Arc berakting kesakitan untuk mendekati Felly."Rasakan itu, Lolicon! Jangan berani mendaktiku lagi!" Felly tersenyum sombong karena berhasil menggigit Arc sampai berdarah.

"Bercanda, bweh! Sekarang giliranku. Aku akan membunuhmu sekarang!" Arc kembali dalam ekspresi semula, memasang senyum lebar. Tapi kali ini Arc memasang senyum seorang pembunuh di wajah baby face nya.  Lalu Arc membentuk darah yang keluar dari tangannya menjadi sebuah pisau tajam."Apa?! Ja-jangan bunuh aku!"Felly ketakutan, matanya berkaca-kaca.

Arc terus melangkah maju sambil mengarahkan pisau darah ke arah Felly. Felly yang semakin ketakutan berjalan mundur, tersandung, terduduk terpaku melihat pisau darah. Air matanya menetes. Keringat dinginnya bercucuran. Tangannya melambai-lambai seakan ingin berbicara 'Jangan bunuh aku'.

Dari sekian ratus player entah kenapa tidak ada player yang menolong Felly yang sebentar lagi akan terbunuh. Hanya satu pleyer saja yang terlihat peduli. Player memakai jubah bertudung bewarna ungu bernama Liona Lynn yang menggandeng gadis yang sedikit lebih tinggi dari Felly di tangan kanannya.

Gadis yang digandeng Lynn adalah Clara Mermaida. Clara memakai seragam paramedic biru tua dengan rok biru tua seatas lutut serta selendang kuning mengitari lehernya.

"Hei, orang gila! Pergi sana! Hus-hus," Lynn mendekati Felly dan berusaha mengusir Arc dengan nada kasar."Apa, kamu tidak apa-apa, Dik?" Lynn berusaha membuat Felly berhenti menangis dengan mengelus-elus kepalanya dan menatap wajah Felly dengan senyuman ramah.

"Siapa yang kau sebut gila?!" Kata Arc dengan nada tinggi seraya membuat pisau darahnya kembali menjadi darah dan mengembalikan darah ke dalam tubuhnya. "Bagaimana tidak aku sebut gila? Dandananmu itu lebih parah dari dari gelandangan, tau!" Lynn menjawab pertanyaan Arc masih dengan nada kasar.  Sementara itu Felly berdiri dan berlindung di belakang Lynn.

"Kau yang lebih mirip gelandangan! Kulit Gosong!" Arc mengejek Lynn dengan semangat,"Tidak mungkinkan ada gelandangan putih kaya' aku gini, huh!" Arc memalingkan wajahnya dengan sedikit sombong.

"Apa kau bilang?!" Lynn semakin marah, "Kau yang lebih mirip gelandangan-bukan, kau lebih mirip sampah! Sampah konveksi!" Seakan tidak mau kalah dengan Arc Lynn mengejek balik Arc.

Ejek-mengejek antara Arc dan Lynn terus berlanjut. Mereka saling ejek bahkan sampai dahi mereka saling menempel seperti saat ini.

"KAKAK! BERHENTILAH BERTENGKAR!" Pandangan Arc dan Lynn terpaku ke asal suara lantang itu. Suara yang berasal dari Clara yang daritadi terus memegang tangan Lynn. Arc berdiri tegak menjauh dari Lynn dan mengalihkan pandangannya dari Lynn. Begitu juga dengan Lynn mengalihkan pandangannya dari Arc. 

"Kakak, jangan bertengkar karena masalah sepele bigitu ..." Clara menceramahi Arc dan Lynn seperti guru BK menceramahi anak bermasalah di sekolah," ... jadi janga-AHH!!!" Rok mini Clara tiba-tiba terangkat. "Hiks, hiks..." Wajah Clara memerah dan mulai meneteskan air mata.

"Dasar kaum jelata! Pakai rok kurang bahan! Dapat dari kain sisa ya? Bweh!" orang yang mengangkat rok Clara adalah Felly. Felly membenci gadis dengan rok mini seperti Clara. Dia beranggapan hanya gadis dari kaum jelata yang menggunakan rok kurang bahan. Setelah dia melancar aksinya, Felly lari menjauh dari Clara yang dibuatnya menangis.

"Dasar gadis tak tahu hutang budi!" Lynn sangat marah dengan kelakuan Felly. Dia berusaha mengejar Felly tetapi langkahnya terhenti karena jubahnya dipegang Clara.

"Cup, cup. Jangan nangis, Dik Clara Cantik!"Lynn berusaha membuat Clara berhenti mengangis dengan mengelus kepala Clara.

"Biar aku yang urus dia, Kulit Gosong!" Arc menggerakan tangan kanannya sepert pemancing melemparkan umpan dengan alat pancingnya. Benang darah keluar dari telunjuk Arc dan memanjang mengejar Felly. Benang darah membelok kanan dan kiri menghindari player lain dan benda untuk mencapai Felly.

"Ah, dapat!" Arc menarik senar pancing-nya,"Lah, kok?!"

*PLAK*                  

Suara yang sangat menggemparkan dunia teerdengar. Tamparan pertama dan terkeras yang Arc pernah terima. Tamparan dari Ariana Maharani, player paling cantik di halaman ini. Untung saja cuma Ariana coba kalau yang kepancing Tamon Ruu, Arc bisa mati sebelum pertandingan dimulai.

Arc dengan pipi kanan memerah karena tamparan tadi masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Dasar, Gelandangan Gila!" Lynn mengeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Arc. Sedangkan Clara sudah tidak menangis karena melihat tamparan barusan. Semua mata yang semula melihat Arc tertampar kembali kepandangan mereka sebelumnya.

Arc kembali melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya. menggerakan tangan kanannya seperti pemancing melemparkan umpan dengan alat pancingnya. Benang darah keluar dari telunjuk Arc dan memanjang mengejar Felly. Tapi kali ini dia benar-benar memperhatikan betul kemana darahnya bergerak. Dan akhirnya mendapatakan Felly.

"Lepasin, aku!" Felly berusaha meloloskan diri dari lilitan benang darah Arc,"Aku laporin ke KPAI loh!"

"Cepet minta maaf sama gadis itu, baru aku lepasin!"Arc memaksa Felly meminta maaf kepada Clara,"Hem, mana mau aku minta maaf sama rakyat jelata!" Walupun sudah tidak bisa bergerak lagi Felly masih bisa memasang wajah sombongnya.

"Sudah, lepasin aja, Kak! Aku udah maafin dia kok!" Perkataan manis dari Clara membuat Arc melepas lilitannya."Ayo, kita temanan aja! Namaku Clara Mermaida, namamu?"

"Na-namaku Maria Fellas, kau bisa memanggilku ,Felly!" Sifat sombong Felly mulai luntur karena Clara. Clara saling bersalaman dengan Felly dan sekarang berteman.

"Hiks, hiks, aku terharuuuuu!" Lynn yang merasa terharu dengan persahabatan Clara dan Felly menangis tersedu-sedu. Air mata menetes di pipinya walaupun sudah dilap dengan tangan kanannya.

"Sudahlah, Kulit Gosong, jangan menagis begitu!" Arc merangkul Lynn "Bagaimana kala-u."

"Bagimana kalau kita berempat buat tim bareng?"  Lynn tiba-tiba kembali semangat dan memotong perkataan Arc.

"Aku sama Fe ikut! Benerkan Fe?" Sepertinya Felly mendapat nama panggilan baru dari Clara. Clara menggandeng tangan Felly dengan senyum gembira sedangkan Felly menjawab pertanyaan Clara dengan anggukan malu.

"Jadi, aku, Felly, Clara dan Gelandangan Gila akan jadi satu tim!" Lynn mendeklarasikan timnya dengan menunjuk dirinya, Felly, Clara, lalu Arc .

"Hei, aku punya nama, Kulit Gosong! Namamaku Arsya Remelody Corona, kau bisa panggil aku Arc! jadi namamu siapa, Kulit Gosong?" Arc merasa tidak terima dipanggil dengan nama Gelandangan Gila dan memperkenalkan dirinya. Padahal dia juga memanggil Lynn dengan nama Kulit Gosong.

"Namaku Liona Lynn, kau bisa panggil aku Lynn!"

Tim sudah terbentuk saatnya pertandingan yang sebenarnya dimulai.

***

(2-Pelayan Pemarah)


"AAWWW!!!"

Portal hitam menjatuhkan Clara, Felly,Lynn, dan Arc dari atas ke tempat yang berbatu. Mereka mengerang kesakitan karena dijatuhkan di tempat yang begitu keras ini.

Portal hitam lain muncul dan membawa seorang pelayan. Pelayan itu turun dengan perlahan dari portal hitam di atasnya, tidak seperti Arc dan kawan-kawan yang jatuh begitu saja ke tanah.

"Selamat datang di Shohr'n Plain!"

Sambutan pelayan tidak digubris oleh Arc dan kawan-kawan. Mereka berusaha berdiri menahan rasa sakit yang mereka rasakan.

"Sebaiknya kita buat rencana dulu!" Kata Clara ,"Oke!" Teriak Arc, Felly, dan Lynn bersamaan. Meraka lalu membuat lingkaran, saling merangkul , menundukan kepala, dan memulai diskusi.

"Tugas kalian adalah untuk..."

"...menjadi ketua. Kita pilih saja Kak Lynn yang paling tua disini, bagaimana?"
"Kalau aku sih enggak keberatan kalau jadi ketua!"
"Jangan! Kita harus adil milih pemimpin. Jangan karena tua, dijadian pemimpin!"
"Aku setuju sama Clara. Bagaimana kalau kita hompimpa aja?"
Kata Felly, Lynn, Clara, lalu Arc beurutan.

"...yang terbuat dari..."

"Hompimpa!"
"Hore, aku menang!"
"Eh, bukannya, kak Lynn yang menang?"
"Benar kata, Fe! Tangan Kak Lynn keatas sendiri, kita kebawah semua!"
"Ya, seharnya aku yang menang!"
Kata Arc, Felly, Clara, lalu Lynn berurutan. Tangan Arc, Felly, dan Clara mengadah ke atas sedangkan tangan Lynn menelungkup ke bawah, sudah pasti Lynn yang menang.

"...menyegel kembali..."

"Kulit Gosong, dan lainnya. Coba lihat siapa yang paling berbeda warnanya?"
"Kak Arc?!"
"Kak Arc?!"
"Bener, kamu yang paling beda warnanya, Gelandangan Gila!"
Kata Arc, Felly, Clara, lalu Lynn berurutan. Dilihat dari manupun memang tangan Arc yang paling berbeda warnanya, putih pucat. Jika dibandingkan dengan telapak tangannya warnanya sama. Dan jika dilihat dari perbedaan warnanya dengan telapak tangan Lynn yang bewarna coklat sudah dapat dipastikan Arc lah pemenangnya.

"...akan bangkit dari..."

"Gelandangan Gila, aku mengakuimu sebagai pemanangnya!"
"Eh... kok begitu?"
"Kenapa Kak Arc yang menang?"
"Hahahaha, aku menang aku menang!"
Kata Lynn, Felly, Clara, dan Arc beurutan. Diskusi selesai, mereka melapaskan rangkulan mereka.

"...Ahh, terserah kalian! Aku sudah bosan disini enggak ditanggapin. Jangan salahkan aku kalau kalian dimakan kuda itu!"

Pelayan yang dari tadi menjelaskan tugas Arc dan kawan-kawan marah karena tidak ditanggapi lalu pergi ke dalam potal hitam.

"Eh, tadi pelayan itu bilang apa?" Tanya Arc kepada rekan setimnya.

"Katanya tadi ..." Clara mengulang kembali perkataan yang dikatakan pelayan tadi,"... Selamat datang di Shohr'n Plain! Tugas kalian adalah untuk menghancurkan dua menara di utara yang terbuat dari kristal untuk menyegel kembali Tamon Rah yang akan bangkit dari Alkima, bulan Alforea kurang dari lima menit lagi. Kalian harus bertahan hidup sampai tugas kailan selesai dari serangan beragam monster disini. Kalian mendengarkan tidak? Hoi! Ahh, terserah kalian! Aku sudah bosan disini enggak ditanggapin. Jangan salahkan aku kalau kalian dimakan kuda itu!"

"Kuda?! Aku pingin naik kuda Kak Lynn, Kak Arc!" Setelah mendengar kalau ada kuda, Felly sangat ingin menaikinya. Dia meminta dangan wajah manis yang jarang muncul dari wajah sombong itu kepada Arc dan Lynn.

"Oke kita akan naik kuda bersama!"
"Ya, kita berempat akan naik kuda bersama!"
Arc dan Lynn menyanggupi permintaan Felly dengan senyuman.

***

(3-Anak Dewi Malam)

Shohr'n Plain, gurun gersang berbatu di salah satu sisi Alforea. Tempat dimana monster-monster terlemah sampai terkuat menyambut pemimpin mereka, Tamon Rah.

Alforea sudah mengirimkan pasukannya untuk menyerang monster-monster ini. Mereka adalah ksatria terbaik Alforea. Memakai zirah lengkap dengan pedang dan tameng berlambang Alforea. Mereka juga bersiap menyambut Tamon Rah.

Alkima, Bulan Alforea sudah mencapai tanah. Pecah, mengeluarkan sesosok kuda raksasa bersayap dan bertanduk. Para monster semakin ganas melawan para ksatria Alforea saat melihat pemimpin mereka terbangun. Darah semakin banyak mengalir di tanah Shohr'n Plain.

"Itu kudanya!" Felly jingkrak-jingkrak senang saat melihat kuda yang ia tunggu-tunggu datang. Kuda itu berjalan di udara dan menyemburkan nafas api ke segala arah. Baik kawan maupun lawan dia bakar habis tanpa sisa.

"Wow, besarnya! Aku tidak yakin kalau kita bisa naik kuda itu. Tapi tetap pada rencana, naik kuda itu dan membawanya ke menara!"
"Oooo...!!!"

Dengan semangat Felly, Clara, dan Lynn menanggapi perintah pemimpin mereka. Arc menggendong Clara di tangan kanannya dan Felly di tangan kirinya. Mereka berdua terlihat senang menempel di tangan Arc seperti itu.

"Satu, dua, tiga!" Arc berlari kencang ke arah Tamon Rah. Debu gurun mengikutinya dibelakang. Arc berlari kanan, kiri, lompat, dan sesekali memukul monster dengan tangan darah yang keluar dari siku kedua tangannya. Pertarungan antara ksatria Alforea dan para monster dia abaikan demi membuat Clara dan Felly naik kuda.

Akhirnya Arc sampai di dekat Tamon Rah. Di dekat Tamon Rah tidak ada satupun monster atau ksatria Alforea yang sedang bertarung.

*FUUU~*

Semburan api dari Tamon Rah begitu mendadak membuat Arc menjatuhkan Clara dan Felly untuk menahan serangan api Tamon Rah. Arc membuat tameng dengan cara mengeluarkan darah dari telapak tangannya dan membentuknya menjadi tameng. Tameng yang cukup besar dan tebal untuk melindungi tiga orang bersamaan.

"AHH!!! Panas sekali! Kalian berdua cepat belindung dibelakangku!" Segera setelah terjatuh Clara dan Felly berlindung di belakang tubuh Arc. Semburan api terus berlangsung. Tameng darah milik Arc mencair seiring dengan matinya sel darah karena panas berlebih.

"Kak Arc, jangan paksa dirimu lebih dari ini atau kau akan pingsan! Aku enggak naik kuda enggak apa-apa kok. Yang penting kakak Arc enggak mati!" Felly yang mencium darah Arc dengan hidung super tajamnya meneteskan air mata. Bau darah Arc memeberi Felly informasi tentang tingkat kejujuran, tingkat kepercayaan diri, tekanan darah dan tingkat stamina milik Arc. Semua informasi itu diubah menjadi grafik dan grafik stamina Arc semakin menurun mendekati angka nol.

"Aku tidak boleh hanya diam disini aku harus membantu, Kak Arc!" Berbeda dengan Felly yang sering ketakutan, Clara sebenarnya lebih berani. Terbukti dia dengan berani maju membantu Arc.

"Minum ini Kak!" Clara menyodorkan sebuah botol  berisi ramuan penambah stamina dan meminumkannya kepada Arc.

*gluk gluk*

"Apa?!" Mata Felly melotot karena kaget dengan apa yang ia lihat. grafik stamina Arc tiba-tiba meningkat. Sebagai ganti bertambahnya stamina detak jantung Arc bertambah cepat. Produksi darah di dalam tubuhnya pun meningkat pesat.

Arc membertebal tameng darahnya dengan mengalirkan darah baru ke tameng darahnya, tapi itu tidak mengubah keadaan. Semburan api Tamon Rah tanpa henti mengenai tameng darah Arc. walaupun ada jeda beberapa detik saat Tamon Rah mengambil nafas untuk menyemburkan api kembali, jeda itu tidak bisa digunakan untuk melarikan diri.

Di belakang badan Arc, Clara dan Felly berpelukan sambil berdoa agar mereka bertiga selamat.
"Aku senang berteman denganmu, Fe!"
"Jangan berkata seperti itu Clara, hiks-hiks!"

"VALGUS!!!"
*BLENG*

Tiba-tiba semburan api Tamon Rah berhenti. Arc melubangi tameng darahnya sendiri untuk melihat apa yang terjadi di depan. Tamon Rah tergeletak di tanah. Debu bertebaran kemana-mana. Lalu muncul bayangan seseorang yang berpose keren.

"Kulit Gosong!" Arc sangat kaget saat melihat bayangan itu sebenarnya adalah Lynn. Lalu Arc menghancurkan tameng darah tanpa memasukannya kembali ke tubuhnya.

*Bruk*

Arc terjatuh setelah Arc menghancurkan tameng darahnya.

"Kak Arc, bangun Kak Arc!"
"Sudah kubilang jangan matikan, Kak Arc!"
"Hoi, bangun, Gelandangan Gila!"
Clara dan Felly langsung menghampiri tubuh tak berdaya Arc disusul Lynn yang berada agak jauh kemudian. Suara mereka terdengar makin samar di telinga Arc hingga Arc benar-benar kehilangan kesadarannya.

"Master, bangunlah Master! Teman-temanmu mengkhawatirkanmu! Cepatlah bangun, Master!"

Sebuah suara misterius muncul di kepala Arc. Suara itu membuat Arc terbangun. Kelopak matanya pelahan terbuka memperlihatkan mata pelanginya.

Arc melihat Felly, Clara bahkan Lynn sekalipun menangis. Air mata mereka menetes membasahi wajah Arc.

"Aku sudah bangun, jadi jangan menangis lagi!" Arc bangkit kembali walapun dengan wajah kebiruan karena kekurangan darah. "Kita akan ubah rencana kita. Kita tidak jadi naik kuda, tidak apa-apa kan Felly?"

"Hem!" Felly membalas pertanyaan Arc dengan anggukan sambil mengelap air mata di wajahnya.

"Kita harus hancurkan menara tanpa bantuan kuda! Setuju!"
"Apapun katamu kami setuju!"

Tim Arc kembali bangkit. Lynn memapah Arc yang masih belum bisa berdiri dan berjalan bersama Clara dan Felly ke arah Tamon Rah yang terlempar jauh karena serangan Lynn.

"Kulit Gosong, kenapa kamu nangis? Laki-laki enggak boleh gampang nangis!"
*PLAK*

Tamparan kedua Arc hari ini.

"Aku ini perempuan, TAU!!!"

***

(4—Pertarungan Sebenarnya)

Dengan tirai cahaya-Avalon- milik Lynn tim Arc dapat berjalan santai ke arah menara kristal kembar di utara meninggalkanTamon Rah yang tertidur di belakang. Tirai cahaya-Avalon dapat menetralkan serangan fisik monster. Oleh karena itu mereka dapat berjalan santai tanpa halangan dari para monster.

Clara telah memberi Tamon Rah ramuan tidur. Bukan hanya beberapa tetes saja tetapi satu botol penuh. Lihatlah monster paling menakutkan di gurun ini sedang tertidur pulas. Nafas api kecil menyembur saat dia menghembuskan nafas. Sebuah pemandangan yang indah bagi player. Tapi itu tidak berlangsung lama.

"Sial! Kuda itu bangkit lagi. Aku akan mengurusnya, kalian pergilah ke menara!" Arc menghentikan langkahnya. Dia membalikan badannya lalu berlari ke arah Tamon Rah menembus tirai cahaya-Avalon- milik Lynn.

Saat Arc berlari dia juga membuat jarum darah panjang untuk menusuk monster di depannya. Dengan cepat tusukan demi tusukan darah menusuk monster dan membuatnya kering. Arc menyerap darah dari monster-monster yang ditusuknya untuk dijadikan pengganti darahnya. Semakin banyak darah yang ia serap semakin kuat dirinya.

"Oi... Gelandangan Gila!" Lynn juga membalikkan badannya setelah Arc keluar dari tirai cahaya-Avalon- tetapi Clara mencegahnya dengan memengang tangan Lynn dengan erat.

"Kita harus percaya pada Kak Arc, Kak Lynn!" Kata Clara. "Baiklah, apa boleh buat. Kita harus menyelesaikan tugas yang dia percayakan pada kita!" Kata Lynn sambil melanjutkan perjalannya ke arah menara kristal kembar.

"Ternyata, Kak Lynn bisa kelihatan keren juga ya! hihihih..." Sindir Felly.

Arc semakin dekat dengan Tamon Rah.

"Kita bertemu lagi kuda! Aku tahu kalau kau tidak mau kami naiki, tapi itu bukan alasan menyakiti anak kecil!" Wajah Arc berapi-api. Badannya lebih besar dari sebelumnya karena terlalu banyak menyerap darah musuh.

"Tinggi 50 meter, elemen api, regenerasi tubuh sangat cepat, kemampuan menyemburkan api, berjalan di udara, dan mungkin mendeteksi kekuatan pleyer, kelemahan tidak diketahui. Sepertinya tidak ada pilihan lain." Mata Arc bergerak kesana kemari menganalisa Tamon Rah.

"Hiek!"
*Bleng Bleng Bleng Bleng*

Sepertinya Tamon Rah mulai marah. Tamon Rah melebarkan sayapnya lalu dari kedua sayapnya keluar bola-bola api. Bola-bola api itu mengenai tempat Arc berdiri. Debu gurun dan api menari-nari menghisasi tanah yang Arc pijak. Debu dan api itu begitu tebal. Apakah Arc selamat?

*FUUU~*

Serangan beruntun dari Tamon Rah. Dia menyemburkan api kembali tapi berbeda dengan api sebelumnnya. Api yang ia semburkan sekarang bewarna biru transparan. Tidak ada tanda kehidupan dari tanah yang terbakar api biru itu.

"KAK ARC!!!" Clara berteriak lepas saat dia melihat Arc terlahap api biru Tamon Rah dari balik tirai cahaya-Avalon-.

"Fe, Kak Lynn kita harus menolong Kak Arc segera, kalau tidak-"
"Kalau tidak apa?! Walaupun kita menolongnya sekarang belum tentu itu akan mengakhiri pertarungan gila ini!"

Dengan langkah pasti Lynn, Clara, dan Felly melanjutkan perjalanan mereka menuju menara kristal kembar tanpa memeperdulikan Arc.

*Wuss BANG*

Sesuatu keluar memecah api biru tempat semula Arc berdiri. Sesuatu itu bergerak dengan sangat cepat dan tepat menabrak dagu Tamon Rah. Tamon Rah mundur beberapa langkah tetapi masih berdiri di udara tanpa terluka dari serangan tadi.

Tamon Rah kembali menyemburkan apinya secara acak. Bukan, Tamon Rah tidak menyemburkan apinya secara acak tetapi mengikuti arah gerak bayangan merah yang dengan cepat mengelilingi tubuh besar Tamon Rah.

Tamon Rah kebingungan karena terus menerus berputar seperti anjing mengejar ekornya dan terjatuh. Bayangan merah itu berhenti bergerak dan wujud aslinya terlihat. Mahkluk itu berbentuk seperti serigala dengan telinga dan ekor yang terus bergerak mengantisipasi serangan berikutnya dari Tamon Rah. Serigala merah itu adalah Arc

Tubuh terselimuti darah merah membentuk serigala. Mata pelangi yang berubah menjadi merah. Gigi taring dari darah merah. Arc menjadi seperti bukan dirinya saat ini dengan bentuk serigala merah itu.

*bleng bleng bleng*

Tamon Rah bangkit kembali. Kali ini dia tidak mengikuti gerakan serigala yang memutari dirinya. Tamon Rah hanya berusaha menginjak serigala itu dengan keempat kaki besarnya bergantian.

Sesuatu yang tak terduga terjadi. Serigala itu menghentikan pergerakannya. Dia berdiri dengan kedua kaki belakangnya, lalu melompat menerjang dagu Tamon Rah seperti sebelumnya. Tapi kali ini bulu-bulu darahnya berdiri seperti bulu landak. Dia menempel dengan bulu landaknya menancap sesaat di dagu Tamon Rah. Saat ia terjatuh ke bawah tubuhnya semakin besar. Kemungkinan besar dia menghisap darah Tamon Rah.

Tubuh Tamon Rah kembali terjatuh karena lemas kekurangan darah. Di saat itulah serigala memanjangkan kuku-kuku kaki depannya lalu menancapkannya ke kaki kiri belakang Tamon Rah.

Serigala berdiri hanya dengan kedua kaki belakangnya lalu mengangkat Tamon Rah ke udara dengan kaki depannya. Karena berat dari Tamon Rah pasir gurun menghisap sebagian tubuh bawah serigala. Dengan segala kekuatannya, serigala merah itu melemparkan Tamon Rah ke utara.

Di sisi lain Clara, Felly, dan Lynn berusaha menghancurkan menara kembar. Kedua menara terus menerus menembakan proyektil sihir ke arah mereka bertiga. Ditambah lagi banyak sekali monster yang menjaga menara kembar itu.

Clara mengibaskan selandang kuningnnya untuk melawan monster yang sangat banyak di dekat menara. Tembakkan proyektil sihir dari menara tidak sedikitpun merusak tubuhnya. Malahan Clara menggunakan proyektil sihir itu untuk menyerang balik monster. Dia rentangkan selendang kuningnya untuk menangkap dan menyerap proyektil sihir lalu ia kibaskan selendangnya. Dari ujung selendang itu keluar proyektil sihir yang sama dengan yang ditembakan menara kristal.

Sedangkan Felly menggunakan teknik beladirinya untuk bertarung sambil sesekali menggigit musuhnya. Bergerak melompat, menendang, meninju dengan lincah untuk menyerang monster. Proyektil sihir dengan mudah dia hindari.

Lain lagi Lynn yang tadi terlihat keren hampir kewalahan melawan banyak monster karena tirai cahaya-Avalon- miliknya membutuhkan waktu 7 menit untuk dapat muncul kembali. Dia hanya meninju dan menendang monster sambil membaca mantra untuk membangkitkan kembali Avalon saat Avalon belum bisa muncul. Proyektil sihir juga tidak melukai tubuhnya, kemungkinan disebabkan persamaan elemen cahaya Lynn dengan elemen proyektil peluru.

"Serangan sihir tidak mempan, serangan fisik pada satu menara tidak mempan. Mungkin kita harus menghancurkan keduanya bersamaan!" Kata Clara pada rekan setimnnya sambil terus menerus mengibaskan selendangnnya.

"Terus kita harus apa?" Felly semakin frustasi. Badannya mulai tidak mau digerakkan karena terlalu lelah.

"Untuk sekarang kita berlindung dulu, AVALON!" tirai cahaya yang dibuat Lynn membuat mereka bertiga dapat beristirahat untuk sejenak.

Lynn, Felly dan Clara duduk dan saling menempelkan punggung mereka. Hembusan nafas terengah-engah terdengar dari mulut mereka.

"Kurasa memang mustahil menemukan Riz sang Pahlawan!"
"Ini semua karena kesombanganku!"
"Maafkan aku, Paman!"

Kata Lynn, Felly, lalu Clara menyesali nasib mereka. Harapan mereka mulai sirna. Tinggal menunggu waktu sampai tirai cahaya milik Lynn menghilang bersama dengan nyawa mereka.

"Sepertinya ini saat terakhir kita bisa bersama. Senang bisa bertemu dengan kalian, adik-adik yang cantik!"
"Aku juga senang dapat bertemu denganmu Kak dan juga Clara yang mau menerima kesombonganku!"
"Kita harus bersama bahkan sampai akhir!"

 Kata Lynn, Felly, lalu Clara sambil saling mengenggam tangan teman di samping mereka dan menghadapkan wajah mereka di langit hitam Alforea. Perlahan tirai cahaya mulai menghilang dan monster-monster mulai masuk. Tapi...

*Bleng*

Kuda raksasa melintas di atas mereka dan menghancurkan kedua menara kristal itu bersamaan. Sesaat kemudian monster-monster mulai hancur membentuk partikel bewarna-warni. Clara, Felly, dan Lynn berdiri melihat kejadian itu dengan mata berkaca-kaca masih dengan menggenggam tangan teman mereka  membelakangi menara yang hancur.

Serigala merah berlari menembus partikel warna-warni itu menuju ketempat Clara, Felly, dan Lynn berdiri. Mereka memejamkan mata ketakutan. Gengaman tangan mereka semakin erat.

Sampai di dekat mereka serigala itu tidak mengurangi kecepatannya dan menerjang mereka bertiga. Tapi sebelum itu terjadi serigala itu berhenti. Serigala itu melihat kaki depannya lalu terduduk. Sesaat kemudian dia terjatuh. Darah yang membentuk serigala itu mencair menunjukan wujud di dalamnnya.

"Gelandangan Gila!"
"Kak Arc!"
"Kak Arc!"

Saat Clara, Felly, dan Lynn membuka matanya yanga ada di depan mereka hanya ada Arc yang terbaring di atas genangan darah. Mereka mengelilingi Arc seperti sebelumnya. Mereka terdiam menahan rasa sedih mereka.

Dan babak penyisihan pun berakhir dengan kemanangan dan kesedihan.

 Ini belum berakhir. Tamon Rah masih dapat berdiri. Rantai mistis dari dalam tanah berusaha membuatnya diam tapi Tamon Rah masih dapat bergerak. Kaki kanan depannya bergerak perlahan berusaha menginjak Felly yang masih termenung melihat keadaan Arc bersama Clara dan Lynn. Tak ada satupun dari mereka yang sadar akan pergerakan Tamon Rah karena terlalu sibuk termenung dalam kesedihan melihat tubuh tak berdaya Arc.

*Bleng*

Injakan kaki Tamon Rah yang mendadak membuat Clara dan Lynn kaget. Mulut mereka terbuka lalu berteriak.

"FELLY!!!"
"FE!!!"

"Hiek!"

Tamon Rah terlihat sangat senang setelah berhasil membunuh salah satu player yang melawannya. Rantai mistis dari dalam tanah menutupi seluru tubuh Tamon Rah dan Menyegelnya di dalam tanah.

"Fe... tadi Kak Arc! Dan sekarang kamu! Kalau begini aku enggak bisa menyebut ini kemenangan!"

Air mata menetes dengan deras di wajah Clara. Dan tanpa berkata apapun Lynn juga meneteskan air matanya. Suasana sedih tadi bertambah sedih dengan kepergian Felly.

"Aku tidak apa-apa kok!" suara Felly terdengar dari kejauhan membuat Clara dan Lynn terbelalak tak percaya dan berlari mendekat ke arah sumber suara itu. Mereka sangat senang saat melihat Felly tidak apa-apa. Air mata mereka terhenti berganti dengan senyum bahagia.

"Bagaimana bisa?!" tanya Clara keheran.
"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba badanku bergerak sendiri tadi." Jawab Felly
"syukurlah!" kata Clara sambil memeluk Felly dengan erat.

Arc yang masih terbaring terlihat melirik mereka bertiga dengan senyuman dari kejauhan. Dia lalu menutup matanya kembali untuk memulihkan tenaga.

***

"Kekuatan untuk mengendendalikan kehidupan, kekuatan untuk mengendalikan kehidupan orang lain,  kekuatan untuk membuat kehidupan orang lain menjadi milikku, kekuatan untuk membuat kehidupanmu menjadi kuat, aku beruntung mempunyai semua kekuatan ini. Satu yang tidak aku mengerti. Kekuatan agar kehidupanku menjaga diriku."


~To Be Continued?~

5 comments:

  1. Vajra sez: Woah Arc, wujud serigala darah api kamu keren juga, dan kekuatannya hampir setara dgn Kyuubi-nya Naruto. Bagaimana nggak kuda kolosal aja bisa dibuat kerepotan, nggak menaganggap serigala mini Arc seperti lalat.
    Hmm, walaupun Avalon Liona lenyap, bukankah bisa langsung upgrde jadi Vargus? Oh well, ngggak terlalu jelas juga skill2nya Felly. Obat tidurnya Clara gila juga yah, gimana kalau saya yang sampai minum itu? Ewww...
    Ok, ini team yang berisik dan ledek2an spt anak2 kecil, dan cpat temenana balik.
    Oh well, sedikit hiburan pas lunch begini layak dpt 7+1=8. (Bonus +1 utk Rah dan tower2nya)
    OC: Vajra

    ReplyDelete
  2. > Typo, banyak sekali
    > Maf tapi saya bukan fans SFX
    > Bahasa gaul
    > Tamon Rah yang menghancurkan menaranya? Secara tidak sengaja pula?

    All in all, saya kasih 6/10.

    OC: Lexia Gradlouis

    ReplyDelete
  3. Kesan pertama yang kudapati dari prelim ini adalah interaksi antar karakternya awkward. Kadang mereka ingin saling bunuh, tau-tau nangis, tau-tau saling peduli, rasanya kayak mereka lagi becanda. Dan itu ga hanya saat perkenalan, tapi ke bawa ke pertarungan. Inkonsistensi ini bikin ku bertanya, kenapa ga dari awal aja Arc make jurus serigalanya buat lempar tamon rah? Dan Lyn ini kuat banget bisa ngabisin tamon rah sambil pose keren, kenapa di akhir dia hanya bisa berpelukan sedih? Lalu ada typo dan penggunaan kata tidak baku yang terselip, juga sfx *bleng bleng bleng* yang agak mengganggu. ^^ Ayo improve terus! (y)

    Nilai : 5

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  4. Dialognya kayak semua masih bocah bener ya. Saya juga ga ngeti kenapa Arc tiba" mau ngebunuh Felly di awal". Apa segampang itu ngebunuh orang cuma karena disebut lolicon? Btw ini juga bukan pertama kalinya Aria jadi sekedar cameo numpang lewat

    Clara telah memberi Tamon Rah ramuan tidur.
    ^ini gimana caranya? Kok ga diceritain? Apa segampang itu ngedeketin Tamon Rah yang raksasa dan minumin obat ke dia? Tapi dipikir lagi kurang ngena juga karena paragraf berikutnya dia udah bangkit lagi

    SFXnya kadang" bikin geli, kayak *Wuss BANG* *bleng bleng bleng*

    Battlenya agak aneh sih buat saya. Kenapa Arc ga dari awal aja pake jurus pamungkas nyerep darah Tamon Rah? Dan adegan terakhirnya agak pointless juga, sama kayak nidurin Tamon Rah -- karena belum apa" ternyata Felly baik" aja, jadi ga ada efek drama dan kayak cuma adegan nambah kata jadinya

    Dari saya 6. Deadliner buffer -1, jadi nilai akhir dari saya 5

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  5. Penulisan kurang rapi, jangan gabung aksi beberapa karakter yang berbeda dalam satu paragraf, apalagi dialognya. Kalau bisa pisahkan paragraf tiap karakter lain beraksi.

    Interaksi antar karakter aneh, awalnya bertengkar, tiba-tiba jadi teman tanpa penjelasan logis kenapa bisa begitu.

    Battlenya sih nggak begitu masalah bagiku, normal-normal saja, sfx tidak seberapa mengganguku. Bahkan ketika Arc berubah menjadi serigala, menurutku lumayan keren. Hanya saja kurang sreg soalnya mereka kok tiba-tiba jadi tim yang kompak dan peduli satu sama lain dalam waktu singkat.

    Nilai : 5
    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete