17.5.15

[PRELIMINARY] BECKMAN – NEW GAME

[Preliminary] Beckman - New Game
Penulis: Beckman


I embraced the furthest ends of this STORY
And continued wandering without a destination
Into this dripping new world.
The game has only just begun.
Now is the beginning sign in your EYES.
This is where tomorrow brings a new game.
It's time to learn that pain is gain ready FIGHT!
In order to crush the depression from the past,
I've made a sacrifice of the future.
Until my LIFE comes to an end,
I'm going to break down that fate.
~Nano (No Pain No Gain)


***


Aku masih ingat betapa silaunya cahaya itu. Cahaya yang telah membawaku ke dunia ini. Dunia yang tidak pernah ku ketahui. Dunia yang benar-benar asing bagiku. Aku merasa sepi dan takut akan kesendirian di dunia antah berantah ini. Uh ooh, tapi itu tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya, aku selalu sendiri. Mau dimana pun sama saja. Bahkan di dunia asal tempat tinggalku…


Apa yang kalian harapkan dari seorang pemuda berusia 20 tahun dan tidak memiliki siapa-siapa? Benar. Orang tua ku sudah lama meninggal, atau setidaknya itu yang aku tahu. Mereka meninggalkan aku ketika aku masih kecil. Di dalam sebuah mansion. Aku meralat ucapanku di kalimat pertama tadi. Tidak memiliki siapa-siapa? Aku punya sebuah perangkat komputer berteknologi super canggih. Di dalam mansion yang ku sebutkan tadi. Dengan itu aku bertahan hidup. Sekedar informasi saja, komputer di jamanku itu mampu melakukan apa saja yang kau perintahkan. Aku tidak terlalu mengerti bagaimana cara kerjanya. Tapi memang seperti itulah kenyataannya. Ia dapat memenuhi apa saja yang kita butuhkan. Yahh, kecuali teman…

Bersosialisasi dan berinteraksi hanyalah omong kosong bagiku. Aku tidak memerlukannya. Selama aku masih bisa hidup itu sudah cukup. Satu-satunya hal yang paling sering ku lakukan adalah bermain game FPS (First Person Shooter). Permainan gaya ala tentara, saling menembak satu sama lain. Apa itu termasuk ke dalam interaksi? Dalam sebuah game? Bisa jadi. Tapi, satu-satunya suara yang ku dengar hanya lah suara letusan peluru. Apakah aku sudah merasa hidup? Aku terus terlena berada di balik layar komputer ini. Hingga aku sadar, aku telah terbawa masuk kedalam sebuah permainan baru. Oleh sebuah cahaya di dalam layar ini…


***


Battle of Realms. Sebuah nama turnamen yang cukup membingungkan. Tidak ada penjelasan tentang kenapa para peserta bisa berada di Alforea. Sementara itu, Beckman sedang berbaring sambil bermalas-malasan di salah satu atap bangunan yang sudah tua.

Beckman : Kenapa aku harus ikut dalam turnamen konyol itu? Merepotkan saja. Aku bahkan tidak tahu cara untuk keluar dari game ini. *menghela napas

Nama : Beckman
Umur : 20 Tahun
Ras : Manusia Setengah Elf
Class : Sniper

Angin sepoi-sepoi terus bertiup menyejukkan. Beckman terus bermalas-malasan sambil topi fedora miliknya menutupi wajahnya. Entah sudah berapa lama ia berjemur dibawah matahari langit Alforea yang saat itu tidak terlalu panas. Lalu, sejenak ia mengangkat salah satu tangannya keatas kearah langit. Ia menjauhkan topinya dari wajahnya dengan tangan yang satu lagi. Dipandangnya lekat-lekat tangannya sendiri sambil-sambil sesekali dikepalkan jari-jemarinya.

Beckman : Ini benar-benar asli! Sangat nyata! Teknologi macam apa yang bisa membuatnya jadi begitu? *tampak terkagum-kagum

Tiba-tiba saja Beckman mendengar suara beberapa orang yang sedang berargumen. Tepatnya di depan bangunan tempat ia menggunakan atapnya sebagai tempat bermalas-malasan. Segerombolan kecil berjumlah 3 orang tengah mengerumuni pemuda bertubuh gempal berotot serta berkulit gelap. Ia tampak sangar dengan bekas luka atau codet melintasi wajahnya. Kedua tangannya juga dihiasi tato bergaya tribal. Pemuda itu tampak sangar.

Peserta34 : Bergabunglah dengan kami. Dengan begitu, jumlah kita akan pas berempat. (memaksa si pemuda bercodet)

Pemuda bercodet : Maaf, tapi aku tidak mau…

Peserta34 : Jangan sombong begitu! Bergabung saja! Kau juga tidak mungkin bergerak sendirian kan? Bukan kah kau mendengarnya sendiri dari panitia, bahwa untuk bisa ikut dalam penyisihan turnamen kita harus membentuk party atau team dengan jumlah 2 sampai 4 orang kan? *mulai tidak sabaran

Pemuda bercodet : Ya, aku tahu itu. *jawabnya singkat

Peserta34 : J-Jadi ikutlah bersama kami membentuk satu tim.. Badanmu cukup besar. Kekuatanmu pasti akan sangat membantu…

Pemuda bercodet : ………….. *hanya diam

Peserta34 : T-Tidak mau ya.. Uh, sialan!!!... *mulai kesal

Peserta57 : Sepertinya tidak ada cara selain memaksanya untuk bergabung dengan kita! *mengeluarkan senjata berbentuk sabit dari tangannya

Pemuda bercodet : ! (pose siaga bertarung)

Beckman yang sejak tadi berada diatas atap terus mengawasi mereka. Ia tidak ingin membuat lebih banyak kekacauan. Ia memutuskan untuk melihat-lihat kondisi selanjutnya.

Beckman : (dalam hati) Kalau dilihat-lihat, sepertinya paman bercodet itu sedang dalam masalah. Tapi, apa yang harus ku lakukan ya?

Ketiga peserta lainnya mulai mengeluarkan senjata mereka masing-masing, bersiap-siap akan menyerang si pemuda bercodet. Mereka berniat untuk mengeroyok sang pemuda bercodet yang sejak tadi tampak tenang.

Peserta34 : Jangan remehkan kami ya! HEEAAAAA…. *menerjang pemuda bercodet diikuti temannya yang lain

Ditengah keributan tersebut, tiba-tiba saja entah dari mana sebuah dinamit dilemparkan kearah salah satu peserta yang berniat menyerang pemuda bercodet. Dinamit dengan ledakan yang cukup kecil berhasil melukai peserta tersebut dan membuatnya jatuh kesakitan.

Peserta34 : S-Siapa itu?! Ada peserta lain lagi disini selain kita?... *melihat sekeliling mencari asal lemparan dinamit tadi

Dari atas atap, Beckman dapat melihat seorang anak kecil berambut putih berada tidak jauh dari mereka. Ia mengenakan jubah berwarna kecoklatan. Di tangannya tergenggam sebuah dinamit.

Beckman : Apa dia juga salah satu dari peserta turnamen? (pikirnya)

Anak kecil berambut putih itu kembali melemparkan beberapa dinamit kearah Peserta34.

Peserta34 : Kau pikir aku akan terkena tipuan yang sama seperti temanku barusan? Hah! Dasar bocah!!!... (mencoba menghindar ke samping dari dinamit-dinamit itu, tapi…)

DUARR..!!!... Peserta34 tidak berhasil menghindari dinamit itu. Kakinya terikat oleh tali yang entah sejak kapan mengekang pergerakannya. Peserta34 pingsan ditempat.

Anak berambut putih : Kau tidak menyadarinya bukan? Saat lemparan dinamitku yang pertama, aku sudah mengikat kakimu dengan taliku! Itu hukuman bagi orang yang suka mem-bully… *sambil memutar-mutar tali ditangannya

Peserta57 tidak tinggal diam saja melihat dua temannya ambruk.

Peserta57 : K-Kurang ajaarr…!!!... *berniat menyabet anak berambut putih dengan sabitnya

Pemuda bercodet yang sejak tadi diam mulai beraksi. Tiba-tiba ia sudah berada di hadapan Peserta57 dan memukulinya tepat di pergelangan tangannya. Senjata sabit miliknya lepas dari tangan.

Pemuda bercodet : Aliran PAPATONG! (menghimpun tenaga) COMRO KARUHUN!!!.... *BUAKK BUAKK (memukuli Peserta57 di area dada dan perut)

Peserta57 terpental beberapa meter ke belakang karena pukulan. Ia tidak sadarkan diri.

Pemuda bercodet : Aku sebenarnya tidak mau memukuli orang lemah. Tapi kalau kalian berniat mengganggu ketertiban, akan ku ladeni…

Sepertinya keadaan mulai terkendali. Seorang anak kecil dan pemuda sangar bisa mengatasi keributan tersebut. Jika saja Peserta34 tidak berusaha bangkit kembali. Ditangannya terlihat ia memegang sebuah pistol. Perlahan-lahan ia mengarahkan moncong pistol tersebut kearah si pemuda bercodet.

DORR..!!!... Suara senapan terdengar dari atas atap. Peluru milik Beckman melesat tepat dan mengenai badan pistol yang tadinya dipegang oleh Peserta34. Pistol tersebut terlempar dari tangannya. Peserta34 tidak bisa berkutik lagi. Semua pandangan lalu tertuju ke atas atap. Tepatnya kearah Beckman yang sedang memegangi senapan miliknya.

Beckman : Aku benci menarik perhatian… (gumamnya dengan nada sedikit menyesal)


***


Setelah para pengacau tersebut berhasil dibereskan, Beckman terlibat beberapa percakapan dengan pemuda bercodet dan anak berambut putih. Mereka pun saling memperkenalkan diri.

Pemuda bercodet : Perkenalkan, namaku Asep Codet. Biasanya aku dipanggil Boss Asep. *sambil mengacungkan jempol

Nama : Asep Codet
Umur : 28 Tahun
Ras : Manusia Setengah Naga
Class : Preman

Anak berambut putih : Namaku Lo Dmun Faylim. *wajahnya tetap serius tanpa ekspresi

Nama : Lo Dmun Faylim
Umur : 16 Tahun
Ras : Demi-Human
Class : Trickster

Asep : Lodun apa tadi?.. Namamu susah disebut ya… *menggaruk-garuk kepalanya yang dipenuhi uban

Lo Dmun : Lo Dmun. Tapi terserah kau saja, mau panggil apa…

Beckman : (dalam hati) Sepertinya dia tipe yang cuek (maksudnya si Lo Dmun)… Lalu, om-om sangar ini (maksudnya Asep) manusia setengah naga.. Pantas saja fisiknya kuat…

Asep menyadari tingkah Beckman yang terus diam sejak tadi. Ia pun lalu bertanya.

Asep : Oi, Kami sudah menyebutkan nama kami berdua.. Kau juga.. Siapa namamu? *memandang kearah Beckman

Beckman yang ditanya seperti itu, dalam hatinya sebenarnya ia merasa canggung. Sudah lama ia tidak pernah berbicara pada orang lain.

Beckman : …Aku Beckman. Panggil saja begitu. *malas-malasan

Asep : Tampaknya aku harus berterima kasih pada kalian berdua.. Karena sudah membantuku membereskan pengacau-pengacau tadi. Walau sebenarnya aku cukup kuat untuk membereskan mereka sendirian.

Lo Dmun : Sebenarnya itu tidak perlu.. Aku hanya kebetulan lewat. Ketika aku melihat orang-orang itu mengepungmu, aku merasa harus melakukan sesuatu…

Beckman : ………….. (tidak tahu harus bicara apa)

Asep : Aku rasa kita bertiga punya kemiripan… *katanya tiba-tiba

Lo Dmun : Apa maksudmu?...

Asep : Sebenarnya aku sedang mencari anggota party dalam turnamen penyisihan Battle of Realms… Dan aku rasa kalian berdua lah yang aku cari…

Beckman : Anggota party?!!... *sedikit terkejut

Asep : (bertanya pada Beckman) Kau tidak tahu? Bukannya tadi diumumkan oleh panitia sewaktu pembukaan turnamen?

Lo Dmun : Sejujurnya aku juga baru tahu…

Asep : Ya ampun kalian ini… *lagi-lagi menggaruk kepalanya

Asep pun menjelaskan kepada mereka berdua seperti yang sudah dijelaskan oleh panitia turnamen.

Lo Dmun : Jadi untuk bisa lolos di babak penyisihan, kita harus membentuk tim yang terdiri dari 2-4 orang begitu?

Asep : Tepat sekali. Sepertinya kalian sudah mengerti ya. *melipat kedua lengannya

Beckman : Hmm… Sebelum itu, aku ingin bertanya…

Sewaktu Beckman mengatakan itu, tiba-tiba saja muncul sebuah cahaya kuning menyilaukan ke tengah-tengah mereka. Cahaya itu perlahan-lahan memudar dan membentuk siluet seperti seorang wanita berambut panjang.

Asep : S-Siapa itu?!!... *menepis cahaya dengan tangannya saking silau

Lo Dmun : Seorang wanita?...

Seorang wanita cantik telah berdiri dihadapan mereka. Rambutnya hitam panjang terurai, kulitnya putih mulus, bibirnya merah ranum, dan pipi merah merona. Mengenakan kostum maid dengan rok mini yang menonjolkan lekuk kakinya yang indah meski tertutupi oleh stocking hitam panjang, lengkap dengan sepatu hitam imut. Satu-satunya atribut yang tidak sesuai dengan parasnya adalah rokok yang ada di mulutnya.

Wanita maid : Salam kenal, namaku Fi. Aku akan menjadi pemandu kalian dalam misi di babak penyisihan ini, hei orang-orang brengsek… *sambil menghisap rokok

Nama : Fi
Umur : Tidak diketahui
Ras : Human
Class : Maid (Pemandu)

Beckman : (dalam hati) Kali ini muncul wanita aneh?..

Lo Dmun : (dalam hati) Wanita bermulut kasar…

Asep : (dalam hati) Hmm.. Cantik tapi tidak punya tata krama?!...

Fi : Dasar brengsek, ayo kita langsung mulai saja babak penyisihannya!...

PAATTS… Beckman dan yang lainnya pun menghilang dari situ. Entah kekuatan macam apa yang dimiliki oleh wanita maid tadi, tapi mereka di-teleport langsung ke tempat babak penyisihan yang sudah menanti mereka.


***


BUKK GEDEBUKK!… Suara tubuh para pejuang kita yang berjatuhan dan saling menimpa satu sama lain.

Beckman : B-Berat.. Tolong segera bangkit.. Aku keberatan… *jerit Beckman yang tubuhnya berada paling bawah ditimpa oleh Asep dan Lo Dmun di paling atas

Tampaknya mereka di-teleport ke tempat yang sangat jauh. Bukan lagi di Alforea.

Lo Dmun : Dimana kita? *bangkit sambil sesekali menepuk pakaiannya yang kotor karena debu atau pasir

Beckman : Bukit pasir?.. (melihat sekeliling tempat mereka berada) Ini gurun…

Fi : Cepat berdiri, anak-anak pemalas! Sebentar lagi aku akan menjelaskan aturan mainnya. *menghembuskan asap rokok dari mulutnya sambil berkacak pinggang

Fi yang sejak tadi berdiri di belakang mereka, tampak sangat tidak ramah. Asep pun mulai dongkol karenanya.

Asep : Hei, Wanita tidak tahu tata krama! Untuk apa kau mengirim kami ketempat macam ini?! Seharusnya kau pulang dan melakukan pekerjaan rumah!...

Belum selesai bicara, Asep sudah dijitak oleh Fi. Ia terkapar dalam kondisi kepalanya benjol.

Fi : Nah, apa masih ada keluhan? *melemaskan otot-otot tinjunya

Asep : M-Maaf… *masih terkapar

Beckman : Kenapa aku juga kena? *kepalanya juga benjol

Lo Dmun : W-Wanita yang menakutkan…

Tidak mau membuang-buang waktu, Fi sang maid mulai menjelaskan apa yang harus mereka lakukan.

Fi : Akan kujelaskan dengan singkat! Dengarkan baik-baik, karena aku tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali!

Ketiga pejuang kita nampak tegang. Rasa ingin tahu dan rasa kuatir bercampur jadi satu.

Fi : Coba kalian lihat kearah utara…

Sejenak pandangan mereka semua tertuju kearah utara sesuai dengan perkataan Fi.

Beckman : Sebuah kastil?!...

Fi : Tepat sekali! Kau punya mata yang jeli, nak!.. Tapi bukan hanya itu saja…

Perkataan Fi barusan seakan-akan mengumpamakan sesuatu yang lebih dari itu.

Lo Dmun : Sejak tadi aku merasa mendengar suara-suara yang aneh.. Seperti suara raungan atau teriakan… *memasang telinga mencari asal suara yang didengarnya

Lo Dmun terkejut bukan main, ketika ia melihat pemandangan yang lumayan jauh di bawah bukit pasir tempat mereka berdiri. Sejumlah besar pasukan atau prajurit tengah berperang melawan monster dengan jumlah yang tidak kalah banyak. Jenis monsternya juga beraneka macam. Lo Dmun bisa melihat beberapa prajurit sedang bertempur melawan orc si raksasa hijau. Ada juga ras manusia reptil yang dipersenjatai dengan tombak panjang. Beberapa ras monster yang termasuk lemah tapi merepotkan juga ikut seperti slime, kumbang badak berukuran besar, dan kelelewar penghisap darah, dan masih banyak lagi.

Pemandangan seperti itu membuat Beckman dan yang lainnya terpana sekaligus takut. Baru kali ini mereka melihat perang antar ras manusia dan monster. Dan sepertinya ras manusia tengah terdesak. Satu-persatu jumlah mereka semakin berkurang.

Fi : Bagaimana? Apa kalian sudah merasa takut?! *menggoda Beckman dan yang lainnya

Mereka semua tidak dapat menjawab. Masing-masing berusaha menyembunyikan rasa takutnya meskipun itu tetap terlihat dari wajah mereka. Belum selesai dengan itu, Fi sudah melanjutkan penjelasannya lagi.

Fi : Misi kalian adalah menghancurkan tower yang terbuat dari kristal. Yang letaknya tepat di sisi kanan dan kiri dari kastil…

Asep : …Dan kalau kami berhasil melakukannya? ADUH..!!...

Tampaknya Fi tidak suka orang yang memotong ucapannya. Lagi-lagi kepala Asep benjol karenanya.

Asep : Maaf… *sambil menahan rasa sakit di kepala

Fi : …Hancurkan kedua tower tersebut secara bersamaan. Dengan begitu, semua monster akan lenyap dan muncul portal yang membawa kalian kembali ke Alforea. Itu intinya… *lanjut Fi

Beckman : (dalam hati) Hancurkan bersamaan ya.. Sekarang aku jadi tahu kenapa kami perlu membentuk party…

Fi : …Untuk itulah kalian membentuk satu tim dan saling bekerja sama. Terdengar sangat simpel bukan? Tapi monster-monster disini tidak akan membuatnya jadi mudah… *menyalakan rokok

Lo Dmun : Apa maksudnya? OWW..!!!...

Giliran kepala Lo Dmun dan Beckman yang benjol.

Beckman : Kenapa aku juga? *tidak terima

Fi : Maksudku adalah… (tiba-tiba teringat sesuatu) Ah, Aku ingat ada janji kencan dengan tuanku! Maaf, tapi aku hanya bisa memandu kalian sampai disini saja…

Mendadak Fi teringat pada urusan kencannya. Ia terlihat antusias dan terburu-buru.

Fi : Kelak kita akan bertemu lagi, jika kalian belum mati. Ingatlah selalu pesanku ini.. Hati-hatilah pada bulan…

Selesai mengatakan itu, wanita maid pun menghilang. Meninggalkan seberkas cahaya yang perlahan semakin memudar.

Asep : Apa-apaan wanita itu?! Pergi begitu saja…

Lo Dmun : Aku rasa kita tidak punya pilihan selain menuruti kata-kata wanita itu…

Asep : Terlalu banyak pertanyaan di kepalaku saat ini.

Lo Dmun : Bukankah itu benjol?

Asep : Bahh, bukan. Oi, Beckman! Kenapa sejak tadi kau hanya diam saja?...

Beckman : Aku kepikiran dengan kata-kata dari pesan wanita itu (Fi)… *sambil melihat kearah bulan

Lo Dmun : Aku ingat, dia berkata 'Berhati-hati terhadap bulan". Apa maksudnya ya?

Beckman : Entah lah.. Apa pun itu, perasaanku jadi tidak enak…


***


Meskipun perasaan aneh dan ganjil masih membekas di wajah mereka, para pejuang kita akhirnya memutuskan untuk menjalankan misi tersebut. Apa yang sudah dimulai, harus diselesaikan!

Beckman melihat kearah langit. Ia terus mengamati bulan. Lo Dmun yang merasa sedikit kuatir pun menyapa Beckman.

Lo Dmun : Kau masih memikirkan kata-kata wanita itu?

Beckman : (mengangguk) Selain itu, jarak yang perlu kita tempuh hingga sampai ke depan kastil ada kurang lebih 500 meter dari tempat kita berada sekarang…

Lo Dmun : Lalu?

Beckman : ..Untuk menempuh jarak 500 meter itu, kita akan melalui jalur dimana banyak monster dan prajurit yang tengah berperang. Kalau kita berniat mengambil jalan memutar, jarak yang ditempuh hampir dua kali dari jarak tempuh biasa dan tidak ada jaminan kalau kita akan aman-aman saja dari kemunculan monster. Kalau aku boleh berasumsi, kastil itu adalah asal dari kemunculan monster-monster itu…

Lo Dmun takjub dengan kemampuan analisis yang dimiliki Beckman.

Lo Dmun : (dalam hati) Dia bisa memprediksi sampai segitunya, hanya dengan melihat kondisi dari tempat kita berada? Siapa dia (Beckman) sebenarnya?

Beckman : Seperti perkataan wanita maid tadi, ini tidak akan mudah…

Mendengar hal itu, Asep pun mulai beraksi.

Asep : Siapa yang bilang segala sesuatu itu pasti mudah?! Kalau memang begitu, jalan satu-satunya adalah menghadapinya! BAROKAH PAPATONG!!! (pose menghimpun tenaga dengan mengadu kepal kedua tangannya)

Barokah Papatong adalah sejenis ajian rahasia milik Asep Codet. Sebagai manusia setengah naga, ia memiliki daya tahan, ketangkasan, dan kekuatan diatas manusia normal. Staminanya dapat digunakan untuk bertarung dalam waktu yang cukup lama. Serangan biasa tidak akan mempan.

Beckman : Boss Asep?

Asep : Itu benar! Panggil aku Boss!!!... *langsung melompat dari ketinggian menerjang monster yang berada di area lebih rendah

Asep langsung menyapu bersih satu-persatu monster yang ditemuinya. Ia seperti petarung yang lepas kendali.

Asep : PAPATONG CENDOL KIWARI!!! (tendangan memutar ke salah satu orc)

Salah satu orc menyerang Asep dengan palu gada berukuran besar, namun bisa ditangkis Asep menggunakan satu tangan dengan mudahnya.

Asep : TIDAK MEMPAN!!! (lalu mengangkat orc tersebut dan membantingnya dengan cukup keras)

Beckman terus memperhatikan dari atas. Namun, Lo Dmun sepertinya tidak ingin ketinggalan. Ia juga melompat turun dan mendarat tepat diatas kepala monster kelelawar penghisap darah yang sedang terbang. Dengan gaya akrobat, ia melompat dari satu kepala monster ke kepala lainnya hingga kakinya menginjak tanah.

Ketika ia mendarat, Lo Dmun sudah dikepung oleh beberapa monster seperti slime dan kumbang badak besar.

Lo Dmun : Makan ini! *melempar beberapa dinamit dan granat ke sekeliling

KABOOM DUARR… Monster-monster yang tadinya mengepung Lo Dmun telah meledak tak bersisa. Lo Dmun lalu berlari. Mengejar Asep di depannya. Mereka hampir setengah perjalanan menuju ke kastil. Beberapa prajurit ras manusia menyadari keberadaan Asep dan Lo Dmun. Mereka sangat senang karena bantuan telah datang.

Prajurit07 : Serang monster-monster itu! Jangan takut! Maju Prajurit Alforea yang beraniiii….!!!! *teriak salah seorang prajurit memberikan komando

Lo Dmun bisa mendengar suara teriakan semangat para prajurit.

Lo Dmun : Mereka tidak mengenalku dan Boss Asep, tetapi mereka tahu kalau kami bakal membantu? Apa ini sudah sengaja diatur?

Perang semakin memanas. Apalagi setelah Asep dan Lo Dmun turun ke medan pertarungan. Mereka sudah melewati setengah perjalanan menuju kastil. Sudah hampir 5 menit setelah Asep dan Lo Dmun berada di medan gurun itu. Rasa lelah dan dinginnya udara gurun mulai menerpa mereka, tidak terkecuali para prajurit yang sudah lebih dulu turun. Sepertinya kekuatan fisik dan psikis yang mereka keluarkan untuk melawan monster dan jauhnya jarak tempuh mulai menimbulkan efek.

Di tengah pertarungannya yang sengit melawan monster, Asep menanyakan keberadaan Beckman.

Lo Dmun : (menghela nafas sambil perlahan meletakkan telapak tangannya menempel pada tanah) APERTIS!!!... (membuat lubang di sekitar kaki para monster orc di depannya)

Para orc menjadi bingung. Sebagian ada yang terpeleset jatuh karena tidak siap. Lalu dengan sedikit mantra dari mulut Lo Dmun…

Lo Dmun : SOLVO!!!... (membatalkan efek lubang yang diciptakannya tadi)

Orc yang terjatuh kedalam lubang terperangkap dan tidak bisa bergerak.

Asep : PAPATONG RUJAK KAREWES!!!!... *berlari sambil menubrukkan tubuhnya yang keras kearah lawan

Asep membereskan sisa orc yang tidak terkena apertis milik Lo Dmun.

Asep : Kau punya kemampuan yang unik ya… Oi, Lo Dmun?! Apa kau melihat Beckman?..

Lo Dmun : Aku tidak tahu.. (melemparkan pisau kearah kepala monster kelelawar) aku sedang sibuk…

Asep : HAAAAT… (memutar lalu membanting dua monster sekaligus) Disaat seperti ini kemana perginya dia?...


***


BZZTTT…. Suara gelombang kejutan listrik yang ditimbulkan oleh peluru milik Beckman. Ia mampu menanamkan jenis elemen listrik atau petir pada peluru miliknya, sebenarnya adalah peluru sihir yang tercipta berkat energi spiritualnya.

Beckman : BOLT ACTION!... *menembakkan peluru berelemen petir kearah monster reptil

Peluru berelemen petir mampu menimbulkan efek paralyzed atau stun pada lawan selama beberapa detik.

Tanpa diduga, Beckman berada jauh di belakang. Ia berniat menyusul Asep dan Lo Dmun.

Beckman : (lagi-lagi melihat kearah bulan) Ada pergerakan yang aneh pada bulan. Sepertinya ia semakin besar. Aku harus segera memberitahu mereka (Asep dan Lo Dmun).


***


Asep dan Lo Dmun sudah mencapai kastil. Apa yang ditakutkan oleh Beckman terjadi. Perlahan tapi pasti, Alkima (sebutan untuk bulan di Alforea) kian membesar. Asep dan Lo Dmun mulai menyadari hal yang ganjil tersebut.

Lo Dmun : Hei, lihat itu! *menunjuk kearah bulan

Asep : Bulannya makin besar?

Tiba-tiba bulan tersebut hancur. Semua yang berada disitu, baik prajurit dan monster, Asep, Lo Dmun, serta Beckman terpana melihat pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan tersebut. Langit berubah menjadi merah semerah darah seakan-akan mau runtuh. Dan di balik awan yang gelap gulita, muncul TAMON RAH. Monster itu berwujud seekor kuda raksasa bersayap dan bertanduk. Memiliki tinggi sekitar 50 meter, terlihat terbang kearah medan peperangan sambil mengeluarkan api dari mulutnya.

Asep : I-Inikah maksud dari wanita brengsek itu?... *tubuhnya sedikit tergetar

Tamon Rah lepas kendali. Ia terus berlari di udara sambil membakar siapa pun yang ia lihat. Tidak peduli kawan atau lawan. Monster atau prajurit. Kondisi peperangan semakin genting.

Asep : (melepaskan jaket kulit hitam yang sedang ia pakai) Kalau sudah begini, apa boleh buat. Aku akan menggunakan jurus pamungkas!

Asep mengambil sebuah biji kopi yang ada pada buckle (tempat penyimpanan) pada sabuknya. Ia pun mengoleskan biji kopi tersebut pada kedua keteknya.

Asep : BALLISTA ARMPITS!!! (mengangkat batu reruntuhan yang ada di hadapannya, lalu…) KOPISASETAN!!! HEAAAA…!!! (melemparkan batu reruntuhan tersebut kearah Tamon Rah dengan tangan kanan)

Ballista Armpits membuat penggunanya bisa mengangkat beban maksimal 100 kg dan melemparkannya dengan tenaga yang luar biasa yang berfokus pada tangan kanan. Namun, Tamon Rah mampu mendeteksi serangan yang dilancarkan Asep dan mengantisipasinya. Ia menghindari batu reruntuhan yang dilemparkan Asep, lalu dari sepasang sayapnya Tamon Rah menembakkan puluhan bola api raksasa ke area sekelilingnya. Salah satu bola api raksasa itu akan mengenai Asep.

Beckman : FLASH MOB! (dengan gesit, ia berhasil menarik dan menyeret Asep keluar dari jangkauan serang Tamon Rah)

Beckman sebagai manusia setengah elf, memiliki kemampuan Flash Mob yang meningkatkan kecepatan dan ketangkasan penggunanya selama beberapa menit.

Asep : Aku selamat… *merasa sedikit lega karena diselamatkan Beckman

Beckman : Tapi tidak dengan mereka…

Benar apa yang dikatakan Beckman. Para prajurit sebagian besar terkena serangan Tamon Rah. Beberapa ada yang terluka, tapi sebagian besar telah tewas.

Lo Dmun : Kalian tidak apa-apa? *menyusul Beckman dan Asep

Beckman : Ini sia-sia… *dengan nada putus asa

Lo Dmun : Eh?

Asep : Apa maksudmu? Oi, Beck!

Beckman : Seperti kataku tadi.. Ini hanya buang-buang waktu.. Permainan sudah berakhir… Biarkan saja para prajurit meneruskan perang. Kita akan mundur dan mencari cara lain untuk kembali ke dunia asal kita.. Berbeda dengan kita, para prajurit tidak memiliki hal apa pun yang berharga untuk dilindungi…

PLAKK.. Bunyi tamparan pada wajah Beckman. Lo Dmun tidak terima dengan perkataan Beckman. Ia memilih untuk mengingatkan Beckman.

Lo Dmun : Tidak punya hal yang pantas untuk dilindungi katamu? Apa kau tidak punya perasaan? Aku tahu meskipun aku hanya melihat, tapi mereka punya hal yang berharga. Mereka punya KELUARGA. Mereka punya ANAK dan ISTRI yang setia menanti kepulangan mereka dengan selamat!!! APA KAU TAHU ITU?! HAH!? BAGAIMANA PERASAANMU SAAT ORANG YANG SUDAH LAMA KAU NANTIKAN TERNYATA SUDAH TIADA?!

Lo Dmun tidak mampu menahan emosinya lagi.

Beckman : Aku tahu. Maafkan aku… (mencoba tersenyum)

Mereka sempat diam sesaat, sebelum akhirnya Tamon Rah kembali mengamuk.

Beckman : Teman-teman, sepertinya aku punya strategi.. UNTUK MENGHANCURKAN TOWER KRISTAL dan menyelamatkan ras manusia yang tidak bersalah!

Lo Dmun dan Asep hanya tersenyum menyanggupi. Sekarang semangat mereka sudah kembali pulih.


***


Beckman menjelaskan strategi yang akan dilakukan kepada Asep dan Lo Dmun. Setelah itu, mereka pun segera beraksi. Karena Tamon Rah sudah pasti tidak akan menunggu!

Langkah pertama dalam strategi, yaitu melumpuhkan Tamon Rah. Tamon Rah tidak dapat dikalahkan, Beckman harus mengakuinya. Tapi, bukan berarti tidak bisa dilumpuhkan.

Beckman dengan Flash Mob-nya memancing pergerakan Tamon. Tamon yang mendeteksi kemampuan milik Beckman akhirnya bergerak mengejarnya. Disaat itu, sudah menjadi tugas Lo Dmun dengan apertis miliknya (kemampuan membuat lubang) dan menjerat kaki Tamon dengan perangkap Solvo-nya. Dan jika itu belum cukup, Beckman akan menggunakan Blind Action pada Tamon dan membuatnya buta untuk sementara. Langkah pertama sudah dijalankan!

Berikutnya adalah langkah ke2. Asep sejak tadi tidak kelihatan. Kemana dia? Jawabannya dia sedang berada di kastil dan menggunakan Ballista Armpits untuk kedua kalinya dan sebuah pukulan gelombang maha dahsyat Kopiluwak, berhasil menghancurkan kastil meski memerlukan sedikit waktu lebih lama. Langkah kedua berhasil, yaitu menghancurkan rumah atau sarang para monster!

Langkah ketiga adalah yang terpenting! Beckman dan Lo Dmun masing-masing akan menghancurkan tower kristal bersamaan dengan kemampuannya masing-masing. Beckman dengan senapannya dan Lo Dmun dengan pisaunya.

Dan jika mereka berhasil, selanjutnya mereka akan melihat sebuah portal. Jalan kembali menuju ke Alforea…

Lo Dmun : Kreativitas adalah kekuatanku!

Asep : Akan kugunakan seluruh kemampuanku untuk menciptakan ketertiban!

Beckman : Suara letusan senapan adalah suara terakhir yang kau dengar!

Baiklah. Kau sudah sedikit ngawur, Beck.

Sebaiknya kau kembali bermain game saja…

………………………

17 comments:

  1. I-ini naskah drama?

    aku kasih nilai 4/10 deh...

    1. format dialognya malah seperti naskah drama, kenapa gak sekalian ditulis setting tata letak panggung, casting, acting, terus blocking. eh ada ya?

    2. karakternya gak ada yang menonjol. terlihat sama semua sifatnya.

    3. ini udah selesai atau belum sih? kok baru sampe nyusun strategi. menara belum hancur, tamon rah nya kemana? disana baru dikasih keterangan "Langkah pertama sudah dijalankan" tapi di akhir gak dikasih tau berhasil atau nggaknya.

    4. Beckman : (dalam hati) Sepertinya dia tipe yang cuek (maksudnya si Lo Dmun)… Lalu, om-om sangar ini (maksudnya Asep) manusia setengah naga.. Pantas saja fisiknya kuat…
    dikasih keterangan seperti di tanda kurung itu malah terkesan menganggap pembaca bodoh lho, ada beberapa pembaca yang gak suka, salah satunya aku.

    sebenernya ada beberapa lagi yang masih mengganjal buat saya. tapi segitu aja cukup deh.

    OC : Mang Ujang

    ReplyDelete
  2. Sorry dude, karena ini adalah naskah drama dan salah satu side-job saya adalah penulis+penterjemah skenario, kenapa nggak sekalian aja bikin full skenario format? Setidaknya saya jadi bisa bayangkan dengan lebih jelas dlm "film" dalam otakku.

    Plus, tadinya saya pikir bila jelas kemenangan si Beckham dkk. Dan bukti "visual" misi telah berhasil, bakal saya beri bonus. But hell, skornya terpaksa tetap 3/10. OC Vajra.

    ReplyDelete
  3. Damn rushed ending. Pertarungan sebelumnya bisa dapet dialog box (?) sama penggambaran kayak script, tapi kok pas ending gak ada? Berasa nanggung, gak selesai ceritanya apa gimana ini? :(

    Pas baca bagian Lodun mau hancurin menara pake pisau, first thing in my mind was, "HOW!?"

    Dari dulu aku nyoba, tapi ttep ga bisa suka juga sama gaya nulis kayak gini. At least kalo emang mau stuck dengan gaya ini, coba agak konsisten dan gunakan ini tanpa terlalu banyak penjelasan di sana-sini. I know this is your style, tapi aku yakin ada cara biar bisa bikin pembaca nikmatin gaya baca kayak gini. Misalnya dengan mengurangi penjelasan yang gak perlu.

    Oh iya, aku biasanya gak peduli grammar sih, tapi coba lebih hati-hati sama pemakaian awalan dan kata depan "di" atau "ke" :D

    3/10, sorry~

    ~JFudo
    ~Lo Dmun Faylim

    ReplyDelete
  4. Penjelasan dalam kurungnya, itu mbuat pembaca merasa canggung, bener komentar-komentar sebelumnya, lebih mirip naskah drama.

    Terus pas aku mbaca, aku sering banget liat bagian penjelasan skil. mungkin bagian ini bisa diganti. Mungkin bisa nyoba dibandingkan sama entry peserta lain

    Endingnya nggantung, sering liat sih beberapa novel atau komik yang ending chapternya kaya gitu, terus dilanjutin di chapter/bab berikutnya. tujuannya sih mbuat pembacanya penasaran. Masalahnya kalau buat ini kurang cocok

    nilai 4

    Klonoa Trunnion
    "Beckmen, aku bersimpati dengan masa lalumu. Tapi-
    orang disebelahku berpendapat lain."

    Overall : 4

    ReplyDelete
  5. Eh? udahan? ini cerita kayaknya belum beres ya?

    Baiklah, saya bisa bayangkan ini seperti bermain game online dengan author memainkan OCnya. Tapi entahlah saya tidak bisa menikmati cerita ini, kalo dibayangkan kayak lagi main Dota sambil ngobrol gitu.

    Aku kasih Nilai 7/10 untuk memberimu semangat.

    Saya harap gali lebih dalam lagi kemampuan dalam menulismu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mana nama karakternya(oc)nya kaka?

      atau bukan peserta BoR?

      Delete
    2. oh ya lupa

      OC : Izu Yavuhezid

      Delete
  6. umm well BoR bukan turnamen menulis naskah drama yang penuh deksripsi jadi terkesan cerita padahal bukan cerita *maunya apa ini..
    maksudnya naskah drama pun gak gini, oneshoot story pun juga gak kaya gini.. jadi maunya apa? *histeris..

    terus kok ini belum selesai yah ceritanya? kepotong atau sengaja? atau kelupaan nyelesain?

    penggunaan tanda kurung yang menandakan aksi atau tujuan dari perkataan tersebut, itu juga bikin saya menjadi merasa bodoh dan itu menyebalkan.

    harusnya cerita itu dapat menimbulkan imajinasi dari pembaca, bukan pembaca di paksa berimajinasi karena narasi itu.

    well, gak mau panjang lebar. jadi...

    nilai tak kasih : 2

    tetep semangat dan belajar dari kesalahan.

    Khanza

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh iya kalo sempet mampir ke my enteri yah, hihi
      di enteri 40, Khanza mahesa swartika - monster hybrid :3

      Delete
  7. Aku ngga tahu ini authornya masih belum tahu teknis penulisan cerita, ataukah memang sedang ingin mencoba hal baru. ^^ Tapi yang mana pun itu, aku lelah baca model dialognya yang begini. ^^ Tapi di akhir-akhir kok pacenya jadi cepet banget yah, apa authornya juga mulai lelah hingga ingin buru-buru menyelesaikan? ^^

    Nilai : 3

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Btw aku ada pesan-pesan, keep writing, dan banyak-banyak membaca ya untuk referensi. ^^

      Delete
  8. Ahran says, "Bu ne lan?"

    Ugh, formatnya agak lucu begini. Ngingetin sama drama sekolah. Adaw, bahkan drama sekolah pun gak begitu-gitu amat. Nanggung banget. Dibilang naskah drama nggak, apalagi sebuah cerita.

    Dan endingnya ... ini cerita udah selesai apa belum sih? Tapi masih lebih mending deh daripada WO.

    So, Ahran titip 5 tapi dikurang 1 karena pengarangnya ketara banget malesnya.

    Jadi 4.

    -Ahran-

    ReplyDelete
  9. Sip, ada yang sesama Long Range Attack kaya Falcon.. (berasa dapet temen) :v
    oke, ini kaya naskah/skrip drama.. tapi, saya anggap saja improvisasi cerita aja lah..
    Karna keseluruhan nya naskah dialog, jadi deskripsi karakter nya kurang dan detail cerita nya "mungkin" kurang..
    Kalo dari sisi alur cerita, cukup rapi tapi masih sedikit "FLASH" alias kecepetan...
    Terus Ending nya, kaya masih to be continued...

    Nilai: 4
    OC: Falcon

    ReplyDelete
  10. Maaf, ini turnamen nulis cerita, bukan turnamen naskah drama.

    Saya ga bisa ngeliat ini sebagai cerita sama sekali. Ibarat saya minta dimasakin sesuatu tapi malah dibikinin mainan alih" makanan.

    Tolong, kalau emang masih tertarik, coba ubah ini jadi sebentuk tulisan yang layak disebut 'cerita'. Saya yakin penulis pun pasti pernah belajar bahasa Indonesia atau membaca bentuk cerita, entah cerpen atau novel.

    Dari saya 2. Deadliner buffer -1, jadi nilai akhir dari saya 1

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  11. Sebagai sama-sama penulis yang memutuskan untuk menggunakan gaya penulisan yang out of the box, aku dan Arly mengagumi keberanianmu, Kawan. Untuk itu (+1) untuk kamu.

    Tapi pengalaman kami di entry sendiri mengajarkan supaya penulis sebaiknya konsisten pada gaya penulisannya. Pada awal entry, terlihat sekali kamu sebenarnya mau PoV1. Tapi memasuki part ketiga, tiba-tiba berubah menjadi naskah drama. Itu bisa mengurangi banyak sekali nilai potensial dari para kritikus konsistensi, lho.

    #Mir, kayaknya dia mau menghemat jatah count words. Jadi daripada kebanyakan bilang 'kata si A' atau 'seru di B' yang notabene menghabiskan minimal 2 kata. Dia mending buat dialog ala naskah drama.

    Oh, itu ide bagus, sih, Ly. Tapi jangan sampai malah menjadi kerugian untuk si penulis sendiri karena entrynya tidak maksimal. Lebih rugi di nilai reviewnya ‘kan ? Jadi maaf ya, (-2).

    Poin selanjutnya adalah mengenai deskripsi. Dalam naskah ini menurutku deskripsinya sangat kurang. Jadi banyak banget adegan-adegan keren yang kurang terekspos. Mungkin penulis sendiri bingung mau menempatkan narasi keren sebagai penjelasan detail dari adegan ini dimana, karena konteksnya sudah berubah menjadi naskah drama. Nah, inilah yang tadi kusebut sebelumnya, jangan sampai gaya penulisan jadi bumerang untuk penulis sendiri menceritakan secara bebas tulisannya. Jadi (-1) di sini.

    Mengenai karakterisasi, Arly dan aku juga setuju kalau karakter yang ada di sini semuanya hampir tidak ada bedanya, kecuali pada label namanya saja. Lalu pada beberapa tempat kamu menempatkan tanda kurung berisi keterangan yang kurang tepat. Mengapa kurang tepat ? Jawabannya karena maksudnya sudah jelas, tapi kamu jelaskan lagi. Jadinya lebay. Mending kamu gunakan tanda kurung itu untuk menjelaskan aksi-aksi si tokoh sesuai dengan karakter mereka seharusnya. Itu malah bisa jadi nilai plus untuk menyiasati deksripsi keren yang bingung mau ditaruh dimana dan gak akan keluar dari konteks penulisan yang kamu inginkan. Maaf, sekali lagi aku harus kurangi nilaimu.

    Apa lagi ya ? Hm, mengenai ending, mungkin sudah banyak yang kritik. Jadi kita gak usah banyak komen lagi ya, Ly. Gimana menurutmu ?

    #Kalau kamu gak mau biar aku aja sini. –merebut kendali keyboard--

    #Oke, jadi gini. Ending kamu itu terkesan rushed seolah kamu ngejar deadline dan gak sempet mengubah bagian itu jadi naskah drama. Padahal kalau menurutku akan jadi adegan yang keren kalau aja itu benar-benar terjadi. Tapi alih-alih terjadi, kamu hanya baru merencanakan. Jadi sama saja kisahnya belum selesai. Jadi sory, aku kurangi lagi nilaimu.

    Udah, Ly ? Ada lagi gak ?

    #Kayaknya segini dulu.

    Jadi cukup ya. Terima kasih udah diberi kesempatan menilai dan membaca karyamu, Kawan. Maaf, dari kami nilainya hanya 6. Semoga besok-besok lebih baik lagi.

    Salam Arly Eve dan Mirsya
    Penulis Ditto Stormrage

    ReplyDelete
  12. Kayak mbaca cerpen :3 tapi ya well tetep seru walopun keliatan kayak buru" :3
    Btw masalah dialognya gak masalah sih ._.


    Dari saya 7/10

    Dallas / Zephyr

    ReplyDelete