16.5.15

[PRELIMINARY] CHUBOX - ORANG - ORANG HEBAT YANG BISA DIPERCAYAI


CHUBOX - ORANG -ORANG HEBAT YANG BISA DIPERCAYAI
Penulis:1550





Pencarian Tuan Pembuat Kunci Legendaris Hari ke-16..
Bayangkan anda memiliki kehidupan yang damai, tenang, dan bahagia bersama orang yang anda kasihi. Namun tiba-tiba orang tersebut menghilang, anda terpaksa berkelana ke berbagai tempat asing untuk mencarinya. Mendadak pula anda diundang ke dunia antah berantah yang ternyata merupakan sebuah ajang turnamen pertarungan hidup dan mati. Dalam tahap pertarungan awal anda langsung disuruh terjun ke tengah peperangan sengit di malam hari. Apakah anda akan memiliki perasaan yang sama dengan saya?
"Hei!! Heeeiii!! Siapapun! Apa kalian tidak mau membuka kotak saya!? Tolonglah! Apa kalian tidak butuh peralatan tambahan!? Mungkin saja kalian akan menemukan obat penyembuh atau penambah tenaga! Heeeiii!! TOLONG BUKA KOTAK SAYAAA!!"

Entah sudah berapa puluh detik saya menawarkan pada setiap prajurit dan monster untuk membuka penutup kotak saya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang peduli. Saya bahkan sudah terang-terangan berteriak dan melompat-lompat di antara kaki mereka, namun mereka masih tak mengacuhkan saya. Saya tak menyerah meskipun hampir tertebas pedang dan kapak, tertusuk tombak dan panah, dihujani meriam api dan peluru sihir, tapi mereka masih tak mau melihat saya. Tentu saja kesabaran saya mulai menipis.
"A-anuu.. Andaseharusnyabertarungdenganmonster-monsteritu.. Bukanmenawarkanbantuanpadamereka.." Sekali lagi gadis pelayan hologram itu datang mengganggu saya.
"BERISIK!! Dasar pelayan cerewet!! Daripada menyuruhku bertarung, kenapa kau tidak membuka kotakku saja!?" Saya pun melampiaskan kekesalan saya padanya.
"Ma-maaf! Itubukanlahtugassaya.. Sayahanyamenyampaikansaja.. Sayaharuspergi.." Gadis hologram itu menghilang lagi dengan ekspresi hampir menangis.
Mengabaikan permintaan gadis itu, saya pun kembali berkeliling menawarkan barang pada peserta perang. Oh, ada satu prajurit yang terkapar dan terluka parah. Saya bisa menawarkan barang padanya.
"Tolong.." lirih prajurit itu menggapaikan tanganya pada saya.
"Buka saja kotak saya! Mungkin anda akan menemukan obat penyembuh! Tapi anda harus menukarnya dengan satu barang milik anda!" tawar saya ceria.
"Se.. setidaknya.. Berikan aku.. Aiirr.." Dengan lemah prajurit itu membuka dan mengintip isi kotak saya. "Ko.. koin emas..? Aku tidak.. butuh.." sahutnya dengan napas makin tersendat.
"Apa!? Anda sudah sangat beruntung menemukan koin emas dalam kotak saya!! Ayo ambil saja!! Sebagai gantinya berikan satu benda milik anda!!"
"Tidak.. mau.." Prajurit itu pun menghembuskan napas terakhirnya.
Habis sudah kesabaranku. Tak ayal aku pun berubah lagi jadi kotak monster dan langsung melahap mayat prajurit itu. Aku sungguh marah! Benar-benar marah! Aku marah pada semua prajurit dan monster yang tidak peduli padaku! Aku akan melahap mereka semua! Aku akan menghancurkan mereka semua! AKU MURKA!!!
Asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm!!
Akhirnya, saya pun berhasil membujuk satu dari sejumlah makhluk yang berkumpul di tempat asing ini. Anak lelaki bertato itu mengedarkan pandanganya ke kiri dan ke kanan, mungkin ingin memastikan bahwa saya bukan milik siapapun yang berada di situ. Lalu perlahan dia mendekati saya, sedikit menunduk meraih penutup kotak saya. Benar, sedikit lagi. Ayo buka kotak saya!
 "Apa ini?" tanya anak lelaki itu sambil mengamati sebotol gallon kosong yang ditemukanya.
"Selamat! Anda bisa mengambil benda tersebut dengan menukar satu benda milik anda!" jawab saya memulai penawaran. Anak lelaki itu tampaknya terkejut mendengar suara saya. Sekali lagi dia menoleh ke kiri dan ke kanan tapi dia tak kunjung sadar bahwa suara itu berasal dari saya, sebuah peti penyimpanan ajaib.
"Tidak perlu.. Sepertinya benda itu tidak berguna bagiku.. Lagipula aku tidak mau menukar barangku dengan benda aneh itu.." gumam anak lelaki itu sambil menggenggam kantung kulit miliknya.
"Hei, Nak. Apa yang kau lakukan sendirian di sini? Bagaimana kalau kau ikut dengan kelompok kami untuk tahap penyisihan?" Tiba-tiba dua pria dewasa mengajak anak lelaki itu. Sejenak anak itu mengamati mereka, tapi keramahan pemuda berambut cepak yang membawa perisai emas membangkitkan kepercayaanya. Dia pun mengikuti kedua pria itu.
"Tunggu dulu! Kalian tidak bisa pergi begitu saja! Apa kalian tidak mau membuka kotak saya? Saya mungkin punya benda yang berguna bagi kalian! Hei!!"
Saya berusaha memanggil mereka, tapi mereka begitu cepat berjalan ke arah seorang gadis pelayan sehingga tidak mendengarkan panggilan saya. Saya terus memanggil namun anak lelaki dan dua pria itu tetap mengabaikan saya, bahkan mereka tampaknya akan beranjak memasuki sebuah lift menuju tempat pertandingan awal. Mereka sungguh tak sopan! Amarah memicu perubahan tubuhku menyerupai monster. Aku pun bergegas menyusul untuk melahap mereka!
Aku berhasil menyusup masuk tepat sebelum pintu lift yang membawa mereka tertutup. Target pertamaku adalah si bocah kurang ajar. Tapi belum sempat aku menyerangnya si pemuda berambut cepak telah menahanku dengan perisainya.  
"Wuaaah!! Ternyata benda kayu berisi benda aneh itu hidup!!" Si bocah terkejut melihatku.
"Hei, tenang dulu! Mengapa kau ingin menyerang Aushakii? Tenangkan dirimu, kita bicara baik-baik!" seru pemuda berambut cepak dari balik perisainya.
"Graaaah!! Tidak ada ampun!! Aku akan melahap kalian semua!! Dasar kalian makhluk tak tahu berterima kasih!!!"
"A-anuu.. Apakahmakhlukitujugatermasukdalamkelompokanda..? Tapibukankahkelompokandahanyatigaorang..? Bagaimanaini..? Kitahampirsampaiditempatpertarunganpenyisihan.. Bagaimanaini..?" Si gadis pelayan bergumam cemas di pojok lift. Sementara pria satunya yang bertubuh kekar dan berambut pirang meringkuk di pojok lain, terus memegang kepalanya dan tampak sangat kesakitan.
Di tengah kekacauan itu terdengar bunyi melengking sangkakala. Kemudian cahaya terang menyelimuti kami semua..  
Asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm!!
Aku terus melahap, mencabik, mengunyah apapun yang kutemukan. Entah kawan atau lawan, manusia atau monster, siput terbang dan burung berkepala tiga dan tumbuhan karnivora, yang berbentuk bulat, pipih, lebar, panjang, pendek, kecil, raksasa, yang masih hidup maupun yang telah menjadi mayat, batu, karang, pasir, senjata, perisai, juga berbagai benda lainya. Lautan mangsa yang seolah tak ada habisnya perlahan mengikis kemarahanku. Mungkin aku memang sudah terlalu banyak makan. Hingga akhirnya dalam waktu singkat saya sudah kembali ke bentuk kotak penyimpanan biasa.
Saya baru menyadari ternyata selama acara makan besar tadi tubuh kayu saya juga telah banyak berlubang terkena berbagai senjata dan serangan sihir. Salah satu tali pegangan saya putus, per kaki saya juga bengkok sehingga saya agak kesulitan melompat-lompat. Di sekeliling saya masih banyak prajurit dan monster yang tersisa, dan mereka masih saling bertarung. Entah apa motivasi mereka hingga mau berjuang seperti itu. Saya pun jadi ragu dengan motivasi saya sendiri. Mungkin dalam turnamen ini saya juga tak bisa menjadi berguna bagi siapapun. Sungguh menyebalkan.
"A-anuu.. Sebaiknyaandabersiap-siap.. SebentarlagiTamonRahakandatang.. Sa-sayahanyamenyampaikansaja.. Tolongjanganmarahisaya.. Sayaharuspergi.." Secepat datangnya, secepat itu pula gadis pelayan hologram menghilang. Saya tak bisa memahami apa maksud pesanya tadi.
Namun tiba-tiba seluruh daratan gurun karang bergetar hebat. Bunyi gemuruh membahana mengalihkan pandangan semua makhluk pada langit. Tampak bulan raksasa membara dalam kobaran api hijau. Sekejap bulan tersebut meleleh memperlihatkan sosok berapi dari dalamnya. Sosok berukuran raksasa itu meringkik melengking menulikan semua makhluk di daratan. Sebagian besar terpaku dalam ketakutan, sebagian kecil langsung pingsan, sebagian lainya mengambil langkah seribu. Sungguh saya kehabisan kata-kata untuk menggambarkan kengerian sosok kuda raksasa bertanduk dan bersayapkan gelora api hijau cemerlang itu.   
Sekali lagi makhluk sosok mengerikan itu meringkik entah kegirangan atau marah. Dia berderap tanpa arah di langit, terkadang menukik menuju daratan dan membakar habis setiap makhluk yang tersenggol kobaranya. Tentu saja saya juga mencoba melompat sejauh mungkin darinya. Tidak mungkin saya bisa bertarung melawan makhluk seperti itu. Tapi tunggu dulu. Apa mungkin saya bisa membujuknya untuk menukar sebuah benda dengan saya? Siapa tahu mungkin saya bisa menjadi berguna bagi sosok kuda api itu.
"Itu dia!! Hei, Monster Kotak! Kau baik-baik saja?" Mendadak dari kejauhan muncul pemuda berambut cepak itu. Dia melaju dengan mengendarai seekor banteng. Di belakangnya juga tampak si anak lelaki dan pria bertubuh kekar. Kelihatanya mereka juga punya tunggangan masing-masing. Yang mengherankan sepertinya mereka bergerak mendekati saya.
"Apa mau kalian? Kalian ingin menyerang saya?" tanya saya dengan sikap waspada.
"Wuaaah!! Ternyata benda kayu itu masih bisa bicara walaupun banyak bolongnya!!" sahut si bocah entah takjub atau menyindir saya.
"Daritadi kami mencarimu. Kita satu kelompok, tidak seharusnya kita terpencar. Ikut saja dengan kami. Kita pikirkan cara menghadapi kuda tanduk itu bersama-sama." Meskipun tubuhnya terluka dan kotor, namun sosok dan perkataan si pemuda berambut cepak masih penuh wibawa. "Kau bisa ikut menumpang pada Juliet. Pertama-tama kita perlu mencari tempat perlindungan yang aman."
Saya tidak tahu siapa di antara si bocah dan si pria kekar yang bernama Juliet. Si anak lelaki bertato mengendarai kelabang raksasa, sementara si pria kekar berkaos merah naik panda belang merah-putih.
"Saya ikut dengan anda saja," jawab saya pada pemuda berambut cepak. Saya sebenarnya takut pada hewan-hewan bergigi runcing, sepertinya banteng yang dibawa pemuda itu tak terlalu berbahaya. Untungnya pemuda perisai itu menyanggupi permintaan saya. Saya pun melingkarkan tali pegangan saya pada bantengnya dan kami melaju mencari tempat perlindungan.
"Mengapa kalian mencari saya? Padahal tadi saya bermaksud melahap kalian!" teriak saya mengatasi deru angin dan jeritan monster yang sedang dilalap kobaran kuda api. "Apakah kalian membutuhkan bantuan saya?"
"Bu-bukanya kami mencarimu karena membutuhkanmu! Justru kau yang membutuhkan bantuan kami!" ucap pemuda berambut cepak itu dengan wajah memerah. "Hahaha! Aku bercanda! Kita kan satu kelompok! Sudah sepantasnya kita saling membantu!"
Saya tak paham mengapa pemuda itu tertawa, mungkin dia ingin menyembunyikan rasa malunya. Tapi saya mendapat kesan kalau pemuda itu bisa diandalkan. Bahkan mungkin sebenarnya si anak lelaki dan si pria kekar juga sangat hebat. Saya tidak tahu apa kemampuan mereka, namun mereka bisa bertahan di tengah peperangan tadi. Mungkin saya bisa mempercayai mereka. Mungkin saja saya memang membutuhkan bantuan mereka.
"A-anuu.. Syukurlahandasekaliansudahberkumpullagi.. Dalamjarak200meterandaakanmenemukansebuahkasteltuayangmemilikiduamenara.. BilainginmenyegelTamonRahandaharusmenghancurkankeduamenarakristalnyasecarabersamaan.." Gadis pelayan hologram melayang mengikuti kami dan menyampaikan informasi yang cukup berguna.
"Tamon Rah.. Kuda raksasa bertanduk api itu?" tanya si pria kekar memastikan.
"Benar.. Berhati-hatilahjangansampaiandasekalianterkenaseranganya.. Sayahanyainginmenyampaikanitusaja.. Semogaberuntung.." Untuk kesekian kalinya gadis pelayan itu melebur di udara.
"Bagus! Sekarang kita hanya perlu mencapai kastel dua menara itu secepatnya!" seru pemuda berambut cepak memacu bantengnya.
"Aushakii, apa kau tidak bisa mengendalikan kuda tanduk api itu sama seperti kau mengendalikan hewan-hewan ini?" tanya si pria kekar pada anak lelaki bertato. Berarti pria kekar itu yang tadi bernama Juliet.
"Entahlah! Aku harus melumpuhkanya dulu dengan anak panah yang dilumuri getah semak Papala! Tapi anak panahku sudah habis! Oh, aku masih punya kemampuan memanggil Bharanj! Biar kucoba dulu!" Dengan lincah bocah yang dipanggil Aushakii melompat berdiri di atas tungganganya. Semula dia memasang kuda-kuda seperti akan bertarung, tapi kemudian dia mengayunkan jari-jari tangan dan kaki serta menggoyangkan kepalanya dalam satuan irama teratur. Dia menari!
"A-anuu..! Tolongjanganlakukanitu..! TamonRahbisamendeteksikeberadaanandasekalianbilaandamencobamemakaikemampuananda..! Lihatsekarangdiamenujukesini..! Cepatlariii..!!" Peringatan gadis pelayan itu sungguh terlambat. Ringkikan memekakkan telah mengejar kami. Hanya dalam beberapa langkah makhluk raksasa itu sudah pasti bisa melumat kami!
"Maaf!! Maafkan aku! Gara-gara aku..!!" erang Aushakii penuh penyesalan.
"Sudahlah! Kita harus segera berlindung..!! Ke sana!!" teriak Juliet melaju lebih dulu mengarahkan kami pada jurang celah bebatuan karang. Padahal puncak kedua menara penyegel sudah terlihat di kejauhan.
"Hei!! Jangan bilang kalau kau akan..!!" Si pemuda berambut cepak ingin protes.
"Tidak ada cara lain!! Kecil kemungkinan kuda api itu akan bisa menyusul kita di dalam sana! Berdoa saja semoga celah itu tidak terlalu dalam! Ayo semuanya! Cepat! Lebih cepaaattt!!" jerit Juliet memaksa laju panda belangnya.
Udara panas dan asap hijau mulai menyiksa kami. Namun mendadak saya melihat kuda raksasa bertanduk api itu berhenti. Dia melayang naik cukup tinggi sambil merentangkan kobaran sayapnya. Gelora api hijau penyusun tubuhnya berubah warna menjadi ungu gelap. Angin kencang bergelung berpusat pada keempat sayap itu. Suhu udara turun dengan cepat. Saya mendapat firasat buruk!
Kilasan bola api ungu pertama meluncur tepat saat kami terjun bebas memasuki jurang celah bebatuan karang. Untungnya gravitasi lebih cepat menyelamatkan kami dari hujan bola-bola api itu. Sejenak kami terlindungi karena serangan itu hanya mengikis permukaan dan sisi jurang. Entah apa yang akan terjadi saat kami mencapai dasar jurang nanti. Namun rasa aman semu itu pun lenyap ketika bebatuan besar yang berguguran terkena kilasan api Tamon Rah mulai kehilangan titik imbangnya dan akhirnya runtuh, bersiap membentur, menghantam, atau menguburkan kami..
Asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm!!
Pencarian Tuan Pembuat Kunci Legendaris hari ke-15..
Saat ini saya sedang senang karena baru saja seorang gadis kecil bersedia menukar jepitan rambut miliknya dengan sebungkus permen mint. Mungkin gadis kecil itu sedang beruntung. Tapi sayang saya tidak bisa terus-terusan menjadi berguna bagi gadis itu. Saya masih belum menyerah mencari Tuan Pembuat Kunci Legendaris. Saya masih ingin berbakti padanya. Mungkin saja saat ini dia sangat membutuhkan benda-benda atau bantuan saya.
Saya memutuskan untuk pulang sementara ke rumah lama saya melalui pintu antar dimensi itu. Saya ingin memeriksa apakah Tuan Pembuat Kunci Legendaris juga sudah pulang. Tapi ternyata rumah mungil itu masih kosong. Debu tebal masih menghiasi meja kerja Tuan. Kalau bisa saya mau menolong Tuan dengan setidaknya membantu membersihkan rumah ini. Tapi tugas saya hanya menyimpan atau mengeluarkan barang yang diminta Tuan. Saya benci keadaan ini. Saya ingin Tuan segera kembali.
Irama musik klasik mengejutkan saya. Itu adalah nada dering penanda ada pesan masuk di laptop antik milik Tuan. Irama itu mengembangkan harapan di benak saya. Mungkin saja Tuan yang mengirimkan pesan itu untuk saya. Saya pun bergegas membuka penutup kotak saya sendiri dan menarik keluar laptop tua itu memakai tali pegangan saya. Dengan hati-hati saya menyalakanya dan segera membuka arsip penyimpanan data pesan masuk.
[ Yang Terhormat, anda yang menerima pesan ini. Kami mengundang anda bertualang menjelajahi planet indah penuh keajaiban, Alforea. Bila anda ingin menerima undangan ini, ketik YHA(spasi)Mba kirim ke TamonRuu@lforea.cute. Bila ingin menolak, ketik NDA(spasi)Mz kirim ke Hewanurma@lforea.cupz. Tarif yang akan dikenakan adalah tiga menit waktu berharga anda terbuang selama membaca pesan ini. Terima kasih atas pengertian anda.
Tertanda,
Kira-kira hampir sepuluh menit saya habiskan untuk mencoba mengerti maksud isi pesan tersebut, hingga akhirnya saya jadi sangat kesal karena menyimpulkan itu hanyalah pesan iseng dari orang usil kurang ajar! Sepuluh menit berikutnya saya habiskan untuk melahap kaktus dan bebatuan di sebuah padang gersang demi mencegah kemarahan saya mengorbankan benda-benda di rumah Tuan. Ketika kekesalan saya mereda, saya kembali ke rumah untuk menunggu Tuan. Saya mencoba melupakan tentang pesan iseng itu. Namun rasa penasaran terus menggelitik kesabaran saya. Sampai saya pun menyerah dan terburu-buru memutuskan untuk menerima undangan itu.
Asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm!!
"Tuan!! Tuan! Apakah anda baik-baik saja? Jangan mati, Tuan!!" Saya terus berteriak memanggil kesadaran pemuda berambut cepak itu.
Entah apa yang dipikirkan pemuda itu sehingga mau melindungi saya dan bantengnya memakai kemampuan perisainya. Akibatnya Tamon Rah mendeteksi kemampuan itu dan masih berkeliaran di atas permukaan jurang sana. Saya cemas akan keadaan si pemuda. Sebagian perisainya pecah, tubuhnya terutama punggungnya kelihatan terluka parah dan berlumuran darah. Saya tak mau orang baik ini mati. Saya ingin menolongnya tapi tak berdaya mengeluarkan benda apapun demi orang yang baru dikenal. Saya mengutuk diri saya yang tidak bisa berguna dalam keadaan seperti ini!
Gemerisik bebatuan runtuh mengusik kewaspadaan saya. Rupanya itu Juliet si pria kekar, dia menggendong si bocah Aushakii yang tak sadarkan diri. Sepertinya kelabang raksasa dan panda belang yang bersama mereka tak selamat.
"Tuan Juliet.. Tolong dia! Dia sekarat!" pinta saya padanya.
Pria kekar itu membaringkan Aushakii di tempat yang aman dan segera membantu saya menyingkirkan beberapa bongkahan batu besar yang menimpanya. Dia pun membantu memeriksa luka pemuda berambut cepak.
"Ini cukup parah.. Aku hanya punya obat sakit kepala dan obat maag.." gumam Juliet ikut khawatir.
"Saya mungkin bisa menyediakan obat lain, Tuan! Tapi sebelum itu anda harus memberikan sebuah benda pada saya!" sahut saya menawarkan.
"Apa kau mau kondom?"
"Baiklah, Tuan!" Saya langsung melahap sekotak benda bernama kondom pemberian Tuan Juliet. Dengan begini saya bisa menyediakan benda apapun yang diminta olehnya.
"Aku sudah bisa meminta sesuatu, kan? Apa kau punya bibit bunga anggrek?"
"Saya belum bisa memberikan anda benda dari makhluk hidup, Tuan! Saya juga tidak bisa memberikan anda perisai atau senjata atau perangkap!" teriak saya agak kesal. Saya sudah tak sabar ingin segera menyelamatkan Tuan Berambut Cepak itu.
"Baiklah. Kalau begitu berikan aku obat untuk menghentikan pendarahanya!"
Dengan sigap saya segera menyediakan semua obat dan barang yang dibutuhkan termasuk perban untuk membalut luka Tuan Berambut Cepak. Akhirnya, sudah lama saya tidak merasa sangat dibutuhkan seperti ini. Tapi saya belum bisa merasa senang karena pemuda itu belum sadar juga.
"Bagaimana, Tuan?"
"Entahlah. Kita masih harus menunggu hasilnya. Sebaiknya kita juga beristirahat sebentar." Tuan Juliet menengak obat sakit kepala miliknya sendiri meskipun tadi sudah meminum ramuan pemulih tenaga. Mungkin Tuan Juliet punya penyakit yang membuatnya sering sakit kepala.
"Apa motivasi Tuan mengikuti turnamen pertarungan ini?" tanya saya penasaran.
"Haha, kebetulan aku menemukan pesan undangan ke Alforea saat sedang belanja daring. Mungkin peserta lain juga tak tahu bahwa sebenarnya itu undangan untuk mengikuti turnamen pertarungan."
Saya menyetujui pernyataan Tuan Juliet. Tapi kemudian saya terpikirkan kemungkinan bahwa saya bisa menemukan Tuan Pembuat Kunci Legendaris di sini. "Lalu mengapa Tuan tertarik mengunjungi Alforea?"
"Jangan tertawa, sebenarnya aku datang untuk mencari tujuan hidup," jawabnya dengan ekspresi aneh.
Ringkikan melengking memutus percakapan kami. Ternyata Tamon Rah masih bersikeras mengejar kami. Mungkin kemampuan saya mengeluarkan berbagai benda yang telah memancingnya. Kuda raksasa bersayap api itu terus menembakan bola-bola api dan berusaha membuka celah jurang karang yang melindungi kami.
"Kita tak bisa terus bersembunyi di sini! Ayo! Mungkin lebih baik kita segera mencari jalan ke menara kristal itu agar cepat menyegel Tamon Rah!" Tuan Juliet bangkit lalu mengangkut Tuan Berambut Cepak dan Aushaki ke punggung banteng kemudian menuntunya pergi. Saya mengikuti mereka dari belakang.
"Oh, apa kau punya baling-baling bambu?"
"Saya tidak tahu apa itu baling-baling bambu, tapi kalau Tuan membutuhkanya saya bisa menyediakanya.." Saya membuka penutup kotak saya dan mengeluarkan benda bernama baling-baling bambu. Bentuknya sangat sederhana menyerupai kincir angin kecil.
"Hebat!! Ternyata kau memang mirip Doramenyon!" Dengan gembira Tuan Juliet memakai kincir angin itu di kepalanya dan juga menempelkan benda itu pada kepala dan bokong banteng yang membawa kedua teman kelompok kami. Seketika kincir angin itu berputar seperti helicapung dan membuat mereka melayang. "Ayo, kau juga pakai! Kuharap kita bisa bergerak bebas di udara untuk menghindari serangan Tamon!"
Meskipun masih kebingungan dengan cara kerja benda itu, saya tetap menyusul mereka. Tentu saja Tamon Rah tak ketinggalan mengejar kami. Kecepatanya ternyata kalah dari laju terbang baling-baling bambu. Kami bagaikan serangga yang terbang mengganggu kedamaianya. Setiap beberapa menit sang kuda api menembakan bola apinya pada kami tapi selalu meleset karena kami selalu berlindung di celah jurang karang dan bebatuan. Aku bersyukur dengan gaya terbang mengerikan ini Tuan Berambut Cepak dan Aushakii tidak jatuh dari punggung banteng karena sudah terikat dengan perban. Setelah cukup lama terbang menghindar dan berputar-putar mengecoh Tamon Rah, akhirnya kami sampai di kastel menara penyegel.
"A-anuu.. Syukurlahandasekaliansudahmasukkedalamkastel.. DidalamkastilTamonRahtidakakanlagibisamenyerangandasekalian.. Tapimohontetapwaspada.. Masihadabanyakmonsterdidalamsini.. Menaranyajugabisamenembakanpelurusihiruntukmelindungidirinyadalamradiuslimameter.. Jadisebaiknyaandasekalianjanganmenyerangnyadarijarakdekat..  Danmenaraitutidakbisadihancurkanmemakaikekuatansihir.." Kemunculan dan penjelasan gadis pelayan hologram sungguh membuat saya kesal.
"BAJINGAAAN!! BANGSAT!! KEPARAAAT!! KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANYA DARITADI!?!?" Meledaklah amarahku seiring dengan perubahanku menjadi kotak monster.
"Ma-maaaaff..! Maafkansayaaa..! Iniharipertamasayabekerjaaa..! Maafkalausayabelumbisamemanduandasekaliandenganbaiiikk..! Maafkansayaaa..! Huwaaaaa..!" Meledak pula tangis gadis pelayan sialan itu.
"Sudah! Sudah!! Jangan bertengkar!! Kalian membuatku pusing pala Romeo!! Diaaamm!" jerit Tuan Juliet menjambak rambut kuncir pirangnya sendiri.
"Ng..? Apa yang terjadi?" Aushakii pun terbangun karena keributan itu.
Begitu pula dengan dengan Tuan Berambut Cepak yang bangkit sambil meringis menahan sakit. "Huh? Kita ada di mana?" Dia pasti kebingungan melihatku mencoba melahap gadis hologram yang sedang menangis dan Tuan Juliet yang meringkuk kesakitan.
Raungan hewan atau monster buas bergema dari kedalaman lorong kastel, mengingatkan kami pada tujuan semula. Dengan satu gerakan Tuan Berambut Cepak membuat perisai emasnya melebur menempel pada tubuh banteng dan dalam waktu singkat perisai itu kembali lagi ke tanganya dalam keadaan utuh tanpa kerusakan sedikitpun.
"Tuan! Anda sudah tak apa-apa?" Ajaibnya amarah saya langsung lenyap ketika melihat pemuda itu berjalan limbung. "Apakah anda butuh obat dari saya?" Saya mendekatinya meskipun lompatan saya juga goyah.
"Kurasa aku akan baik-baik saja.." sahutnya memaksakan senyum. "Pelayan, apakah masih ada misi lain yang harus kami lakukan untuk memenangkan babak penyisihan ini?"
"Hiks.. Tidak.. Inimisiyangterakhir.. SetelahmenghancurkanmenarapenyegelandasekalianbisakembalikeAlforea.." jawab gadis pelayan hologram masih terisak.
"Baiklah! Sebaiknya kita berpencar untuk menghancurkan kedua menara itu. Kotak monster akan ikut denganku ke lorong sebelah sana. Huh? Juliet, apa kau kesakitan?" Tuan Berambut Cepak mendekati Tuan Juliet yang masih meringkuk.
"Aku.. tidak akan kalah dari kalian anak muda.. Aku tak apa-apa!" Tuan Juliet bangkit berdiri dengan pose gagah memamerkan otot-ototnya yang kekar.
"Semangat yang bagus! Ayo kita pergi, Pak Juliet!" Aushakii juga ikut bersemangat. Dia segera memacu banteng mendahului ke lorong menuju salah satu menara. Tuan Juliet menyusulnya dengan riang.
Ketika saya dan Tuan Berambut Cepak juga mulai berlari ke lorong berlawanan, kami mendengar gadis pelayan menyebalkan itu menyerukan petuah terakhirnya. "Janganlupabahwakeduamenaraharusdihancurkansecarabersamaan..! Kalautidakmenaranyaakanmemperbaikidirinyasendiri..! Berjuanglah..! Sayaakanmendoakankeberhasilanandasekalian..!"
Tuan Berambut Cepak memang hebat. Dengan mudah dia mengayunkan perisai emasnya untuk menghalau setiap monster yang menghalangi kami. Padahal tadi dia terluka parah. Saya hanya perlu mengikuti dia saja. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk mencapai balkon kastel bagian barat tempat salah satu menara kristal menjulang tinggi. Dari kejauhan kami bisa melihat balkon kastel timur, rupanya Aushakii dan Tuan Juliet sudah sampai di sana lebih dulu. Mereka sungguh hebat. Tuan Juliet dan Tuan Berambut Cepak saling member isyarat untuk memulai penghancuran kedua menara penyegel. Sementara Tamon Rah yang masih berkeliaran di sekeliling kastel sepertinya tak bisa menghentikan usaha kami seolah terhalang kubah tak terlihat.
Saat kami akan memulai penyerangan, tampak dua sosok hitam melesat di langit, kemudian masing-masing sosok itu mendarat ujung lancip kedua menara. Anehnya mereka tidak terkena serangan sihir dari menara, mungkin saja ujung lancipnya memang adalah titik lemah kedua menara itu. Bila diperhatikan lebih seksama, kedua sosok itu mirip kuda nil hitam berleher panjang dan bertungkai tinggi seperti cakar burung flamingo. Penampilan mereka sungguh aneh.
"Selamat datang, Para Pejuang!"
"Selamat datang, Para Pejuang!"
Dua sosok aneh itu berbicara bersamaan dalam intonasi lengkingan gagak.
"Kami tak akan membiarkan kalian menghancurkan menara!"
"Kami tak akan membiarkan kalian menghancurkan menara!"
"Kami tak akan membiarkan kalian menyegel Tamon Rah!"
"Kami tak akan membiarkan kalian menyegel Tamon Rah!"
"Kami akan melawan kalian!"
"Kami akan melawan kalian!"
Tanpa aba-aba mereka berdua meluncur turun dan menyerang kami. Rupanya mereka cukup hebat. Kedua makhluk aneh itu tak punya kemampuan sihir, tapi gerakan pertarungan mereka sangat gesit. Tak satupun serangan kami mengenai mereka, tapi puluhan pukulan dan tendangan mereka telah meretakkan persendian kami. Seolah semua usaha kami sia-sia. Apalagi mereka selalu berhasil memojokkan kami ke dalam radius serangan menara, hingga luka-luka kami berlipat ganda. Sesuai permintaan Tuan Juliet, saya mencoba membantu dengan mengeluarkan berbagai obat penyembuh serta penambah tenaga juga ramuan-ramuan yang memberikan efek mempercepat gerakan atau memperkuat serangan. Namun semua itu tak ada gunanya melawan mereka.
Harapan saya menipis dengan cepat. Dalam wujud biasa maupun wujud monster saya tidak bisa membantu Tuan Berambut Cepak melawan satu makhluk aneh itu. Retak dan lubang patahan kayu pada tubuh saya semakin parah, kedua tali pegangan saya telah putus, taring monster saya tak bisa lagi tumbuh karena sudah dipatahkan, per saya juga rusak hingga saya tak bisa melompat ataupun bergerak lagi. Namun Tuan Berambut Cepak tetap terlihat tangguh walapun tubuhnya sudah dibanjiri darah dan luka. Saya tak mengerti jalan pikiranya. Dia seperti sengaja menerima serangan makhluk aneh itu. Dia juga yang paling banyak terkena serangan dari menara.
"Kalian lemah!"
"Kalian lemah!"
"Kalian tak pantas disebut pejuang!"
"Kalian tak pantas disebut pejuang!"
"Kami akan menghabisi kalian sekarang!"
"Kami akan menghabisi kalian sekarang!"
Di sisi timur saya melihat Aushakii dan Tuan Juliet juga terkapar tak berdaya. Apakah kami memang akan berakhir di sini?
"Haha.."
"Hahahahahaha!" Mendadak Tuan Berambut Cepak Terbahak mengejutkan kami semua.
"Maaf, tapi kalian sudah terjebak dalam rencana kami!" seru pemuda itu sambil menghempaskan perisai emasnya sekuat tenaga pada lantai balkon kastel hingga kami semua merasakan getaranya.
Bunyi berderak berkesinambungan berasal dari menara. Saya sungguh terkejut melihat kerucut Kristal itu meretak dan hancur berkeping-keping! Bahkan menara di sisi timur juga mulai ikut meretak!
"Bagaimana bisa..?"
"Bagaimana bisa..?"
Kedua makhluk itu menyuarakan keheranan saya.
"Aku.. dan Juliet.. kami bergerak cepat dan sengaja mengarahkan serangan kalian pada kedua menara.. Kebetulan serangan kalian bukanlah serangan sihir, jadi sangat ampuh untuk menghancurkan menara-menara itu, ditambah pula dengan serangan dari pihak kami. Kami.. tak harus mengalahkan kalian untuk menyelesaikan misi ini!" jawab Tuan Berambut Cepak mantap. Luar biasa. Saya semakin kagum padanya, juga kepada Tuan Juliet.
Tapi kegembiraan kami menguap saat kedua menara kristal itu berusaha memperbaiki kembali penyusun tubuh mereka. 
"Sial! Pasti menara yang satunya belum hancur dengan sempurna! Kau tak setangguh dugaanku, Pak Tua!" seru Tuan Berambut Cepak pada Tuan Juliet.
"Brengsek! Aku tidak punya perisai serba bisa sepertimu, Bocah Tengik! Kau yang kurang kuat menggunakan kemampuanmu!" balas Tuan Juliet mengejek. Tapi mereka berdua malah tertawa.
"Ini bukan saatnya tertawa! Kita harus cepat menghancurkan lagi kedua menara itu sebelum mereka utuh kembali!" teriak Aushakii panik.
"Benar! Hei, Kotak Monster, lemparkan dinamit pada kami!" perintah Tuan Juliet pada saya.
"Tuan lupa!? Saya tidak bisa mengeluarkan senjata!"
"Kalau begitu keluarkan bola dan pemukul besi!" Perintah Tuan Juliet yang satu ini bisa saya kabulkan. Saya pun melontarkan tongkat pemukul besi dan sebuah bola padanya.
"Apa yang kau rencanakan?" Tuan Berambut Cepak berusaha bangkit berdiri setelah tadi mengerahkan banyak sekali tenaga.
"Apa kau tahu permainan kasti atau permainan memantulkan bola? Sudah lama aku tidak berolahraga sekeras ini!" Dengan santai Tuan Juliet melakukan senam pemanasan. Saya dan Aushakii hanya kebingungan sekaligus penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan.
"Oh, aku sering memainkan permainan itu menggunakan perisaiku!" Tuan Berambut Cepak juga tampak bersemangat menerima tantangan itu.
"Kami tak akan membiarkanya!"
"Kami tak akan membiarkanya!"
"Siap? Mulai!!"
Tuan Juliet mulai memukul bola sekeras mungkin ke arah menara di sisi kami. Tuan Berambut Cepak membalasnya pantulanya dengan sengit ke arah menara di sisi mereka. Mereka saling membalas serangan pantulan dengan tenaga dan kecepatan luar biasa, seolah luka-luka dan rasa sakit mereka tak ada artinya. Kedua makhluk aneh mencoba menghentikan pergerakan bola penghancur dua menara itu, namun mereka kesulitan menebak arah pantulan dan hantaman dari dua pria dengan semangat membara. Bahkan terkadang dua makhluk aneh itu juga terkena hantaman bola yang membuat mereka sangat kesakitan.
"Aushakii! Kupikir kau sudah bisa menari sekarang!!"
"Baik!!" Perintah Tuan Berambut Cepak langsung dipatuhinya. Dia juga menari penuh semangat untuk mengerahkan segenap kemampuanya.
Saya juga tak mau kalah. Saya memaksa isi perut saya sendiri untuk memuntahkan semua benda yang telah saya lahap di awal peperangan tadi. Alhasil benda-benda itu berterbangan tanpa arah menimpa segala hal, menara, makhluk aneh, juga hampir mengenai Aushakii yang sedang menari. Kemudian awan gelap bergumpal bergemuruh di atas kepala kami, sepertinya itu adalah wujud kemampuan tarian Aushakii. Awan tersebut semakin menggelegar menyabetkan petir pada kedua menara kristal juga kedua makhluk aneh lawan kami.
Perlahan usaha keras kami pun membuahkan hasil. Kedua menara kristal itu akhirnya hancur setelah menerima serangan bertubi-tubi. Tanpa diduga, lawan kami juga terkapar tak berdaya, sepertinya tak sanggup lagi bangkit untuk melawan kami. Kami berempat bersorak kegirangan atas keberhasilan kami. Banteng teman Aushakii juga melenguh riang bersama kami.  Akhirnya.. Akhirnya.. Saya sungguh merasa lega.. Teman-teman sekelompok saya memang sungguh hebat. Saya bangga bisa bertarung bersama mereka. Tuan Berambut Cepak, Tuan Juliet, dan Aushakii..
Sebuah sosok mencurigakan berjubah hitam tampak berlalu di sudut pandangan saya. Sepertinya hanya saya yang menyadari keberadaan sosok itu. Tapi belum sempat saya melihatnya dengan lebih jelas, sosok tersebut telah lenyap. Hanya tersisa sekaleng kosong minuman dengan kemasan warna kuning. Tapi saya tak terlalu mempedulikan sosok itu karena masih terbawa perasaan gembira bersama teman-teman saya.
Empat buah portal terbuka masing-masing di hadapan kami. Rupanya sudah saatnya kami berpisah. Entah kapan saya bisa bertarung bersama mereka lagi.
"Benar juga, kita belum sempat berkenalan. Aku Garrand Entrenchord! Siapa namamu, Kotak Monster?" Akhirnya saya tahu nama Tuan Berambut Cepak.
"Perkenalkan, nama saya Chu.."
Belum selesai saya memperkenalkan diri, portal itu telah menyelimuti tubuh saya ke dalam cahaya..[]
Upgrade kemampuan/kelemahan Chubox:
-          Bila ada yang bersedia memberikan benda miliknya tanpa meminta barang pertukaran, berhak menjadi tuan sementara baginya dan bisa meminta benda apapun kecuali makhluk hidup, senjata, perisai, atau perangkap. Hak ini berlaku sampai setidaknya selama 24 jam
-          Dalam keadaan terdesak Chubox dapat memuntahkan kembali benda-benda yang telah dimakanya semasa dia menjadi kotak monster
-          Dia bisa kembali dari wujud monster ke wujud biasa bila amarahnya mereda atau bila telah melampiaskan amarahnya dengan melahap benda-benda. Dia juga bisa otomatis kembali ke wujud semula kalau bertemu manusia/makhluk yang bukan buruanya (yang membuatnya marah), karena dia akan mengganti target bujukanya pada makhluk tersebut
-          Selain takut pada makhluk bergigi runcing, Chubox juga takut pada serangga terutama rayap
-          Hanya kunci dari Tuan Pembuat Kunci Legendaris yang bisa menghapus semua kemampuan monsternya, tapi kunci biasa pun bisa dipakai pada lubang kuncinya untuk mengunci penutup kotaknya setidaknya sampai selama 10 menit   

9 comments:

  1. ... Great Wall Of Text ....

    Kalau kata-kata si pelayan dibuat bersambung, saya akan anggap itu ciri khas. Tapi kalau teks yang tidak terlihat jarak antarparagrafnya ini saya rasa kesalahan teknis. Semoga.

    Pembukaannya bagus. Saya jadi paham kalau si kotak ini mau mencari orang yang disebut si Tuan Pembuat Kunci Legendaris.Ini premis yang cukup menarik.

    Undangan yang diterima sama si kotak ini lucu.

    Dan ... jujur, saya tidak baca habis karena Dinding Kata yang Luar Biasa Besar ini.

    Nilai akhir: 7

    OC: Geiger Schwarz.

    ReplyDelete
  2. Hum... Jdi akhirnya mereka menyerang sama2 smp menara itu hancur eh...

    Kayaknya ini buru2 ya nulisnya? Byk typo (terutama yg berakhiran -nya) n diksi yg krg enak, kayak sebuah gurun... Selebihnya bagus, narasinya asik kya baca buku bergambar tanpa gambar xD #lohh

    Tp ada bbrp hal yg bkin aku pusing juga.. Selama terjadi A di tempat X, apa yg terjadi pada B di tempat Y...
    Kayak apa semua entran sudah mati kah smp cm mereka berempat aja yg ke menara... Terus pas si yg terluka (lupa namanya) lagi sibuk diurusin ma Chubox dkk si Tamon Rah nya lagi ngapain...
    Atau jgn2 cm saya yg bacanya krg jeli xD orzz

    Hubungan antar karakternya krg kuat nurutku... Si chubox cma fanboying sama temen setimnya, hampir tanpa dinotice kalo ngga ngasi sogokan benda2 "berharga" wkwkwk
    Dan Chubox perannya kurang kuat ah! Atau.... Apa udh jd ciri khasnya kak Redrie bkin char yg super lemah di awal mendadak imba di akhir? :'v #plakk

    Skor: 6
    Maaf kak, blm ada yg "dzing!" (?) di mata saya dlm cerita ini >__<

    ReplyDelete
  3. Vajra: Aduh, Chubox di sini jauh lebih banyak memuji2 rekan2nya dan mensuplai barang-barang daripada berantem sebagai kotak monster. Oke, teman-temanmu hebat2, tapi bagaimana dengan kamu sendiri? Setidaknya coba mengimbangi mereka dong.

    Banyak aksi lebih baik daripada kebanyakan bicara, itu dasarnya 'kan? Asli saya pusing bacanya. Skor: 6/10 - OC: Vajra

    ReplyDelete
  4. Capek juga bacanya, ini gara-gara ga ada enter ya? --"

    Kalo gak gara2 teksnya dempet2, mungkin aku bisa lebih menikmati ceritanya. Pembawaannya menarik, tapi penempatan flashback buat background story Chubox agak irrelevant kalo menurutku. Ada gak ada ga pengaruh banyak ke cerita yang sedang berjalan di situ, jadi rasanya timpang. Cuma ngasih tahu kalo si kotak mau nyari Tuan Pembuat Kunci.

    Terus upgrade kekuatannya ga ada penjelasan kenapa kok bisa gitu, soalnya selama ngebaca seolah dari awal emang bisa gitu, ga keliatan kayak upgrade kalo menurutku.

    6/10

    ~JFudo
    ~Lo Dmun Faylim

    ReplyDelete
  5. Chubooox- Dari awal pendaftaran karakter ini, aku udah penasaran nanti battlenya macam apa.
    Jujur buat yang ini saya merasa kecewa. Chubox lebih ke support, dia hampir ga ambil peran langsung dalam pertarungan,
    Karakter Chubox sendiri menarik, cukup kental. untuk support, lumayan bisa diandalkan.

    Penulisan paragraf, mungkin jika diberi enter bisa lebih enak buat dilihat.

    Ide undangannya unik, saya ketawa pas mbaca itu :D
    Konflik dari chubox sendiri cukup menarik, mencari tuan pembuat kunci legendaris. aku pingin tau kelanjutan pencariannya kaya gimana

    buat yang ini, aku kasih 7
    aku tunggu di entry berikutnya, pingin liat pertarungan Chubox

    Klonoa Trunnion
    "Chubox- ruang penyimpananmu bisa tembus ruang waktu?
    Mungkin aku ingin menyimpan sesuatu"

    Overall : 7

    ReplyDelete
  6. Uh... Selain paragraf dempetnya, omongan maid yang tanpa spasi itu juga bikin ga nyaman ngebacanya.

    Chubox ini enteng banget ya bunuh orang. Agak lucu juga nyebut diri sendiri pembawaannya kayak sopan tapi emosinya meledak" mulu

    Lho ini dari awal udah di medan perang ya? Ga tau karena kurang deskripsi atau apa, saya miss. Baru pas tau" Tamon Rah udah muncul aja ngeh 'loh ini bukan lagi bentuk tim di Alforea toh'

    Wah, bahasa mb mz yha nular juga ke kamu ya

    Entahlah impresi saya baca ini sampe akhir antara buru" atau autowriting. Belum ada poin yang ngegrip atau spesial buat di-mention. Dan meski pake PoV1 kayak Caitlin atau Vi, feelnya masih berasa agak datar. Contoh di akhir :

    "Sebuah sosok mencurigakan berjubah hitam tampak berlalu di sudut pandangan saya. Sepertinya hanya saya yang menyadari keberadaan sosok itu. Tapi belum sempat saya melihatnya dengan lebih jelas, sosok tersebut telah lenyap. Hanya tersisa sekaleng kosong minuman dengan kemasan warna kuning. Tapi saya tak terlalu mempedulikan sosok itu karena masih terbawa perasaan gembira bersama teman-teman saya"
    ^jadi masih terlalu tell, padahal kirain Chubox ini bisa dieksplor sudut pandangnya sebagai non-manusia

    Dari saya 6. Deadliner buffer -1, jadi nilai akhir dari saya 5

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  7. Sebenarnya konsep chubox ini menarik, sayang eksekusinya rasanya banyak yang miss. Mule dari hal teknis wall of text, cara bicara maid yang bikin sulit bacanya, sampe battle akhir yang kurasa janggal banget. Pas lempar-lemparan bola pake pemukul besi itu rasanya gak pas banget, lagi serius-serius berantem jadi kek becanda gitu. Sikapnya chubox itu unik si tapi di sisi lain juga berasa janggal. Kadang sopan, kadang marah, kadang gini, kadang gitu. Dan sudut pandang yang dipake kadang berasa tell banget, seolah dia bisa cerita santai di tengah pertarungan.

    Nilai : 6

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  8. *coret*Asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm!!*coret*
    ^
    Itu perasaan saya pas baca entri ini.
    Chubox itu keren. tapi eksekusinya total hancur begini.
    Mulai dari kesalahan teknis soal paragraf.
    Flashback yang bener-bener tidak pada tempatnya, ini ngerusak alur beneran.
    ini cuma soal undangan ga jelas dan berantem di misi ga jelas entah di mana.
    Ketidak konsisten-an dalam penggunaan kata pengganti saya dan aku.
    upgrade skill.............................................................
    Saya pake teknik skimming doang baca ini, ga sanggup.

    >
    "A-anuu.. Sebaiknyaandabersiap-siap.. SebentarlagiTamonRahakandatang.. Sa-sayahanyamenyampaikansaja.. Tolongjanganmarahisaya.. Sayaharuspergi.." Secepat datangnya, secepat itu pula gadis pelayan hologram menghilang. Saya tak bisa memahami apa maksud pesanya tadi.
    >

    Bagian itu, bener-bener jelasin perasaan saya untuk entri ini.
    Semoga bisa lolos dan saya berharap banget chubox bisa dapat cerita yang lebih pantas lagi.

    Tapi, saya ga bisa kasi nilai lebih dari 5/10.

    PITTA N. JUNIOR bertanya, Jika saya masukkan pizza, bisakah saya menukarkan dengan cinta sejati?

    ReplyDelete
  9. Ini nggak ada penanda atau kalimat yang memberitahu kapan flashback kapan bukan? saya dibuat bingung bacanya.

    Dan itu, Wall of Text. Maid yang berbicara dempet bukan masalah, masih masuk zona hijau.

    Saya baca ini gak nyampe kelar, wall of textnya mengganggu. Ekspektasi saya terhadap Chubox hilang, hancur berkeping-keping sama seperti saat saya proofread entri sendiri.

    5/10

    Harid Ziran
    OC:Wilhelm Carna

    ReplyDelete