4.5.15

[PRELIMINARY] DALLAS - RANDOM PERSON, RANDOM PERSONALITY, IN A (NOT)RANDOM SITUATION

[PRELIMINARY] DALLAS - RANDOM PERSON, RANDOM PERSONALITY, IN A (NOT)RANDOM SITUATION.

Penulis : Zephyr Novendra





Flashback.

---Di malam paling menyebalkan dalam hidup Dallas---

Dallas bersandar pada sebuah tembok sementara Sygint terus meminum seluruh red winenya hingga habis. Dallas nampak melihat potongan kaki dan tangannya dengan sendu serta kemudian menyentuh sebuah lubang kosong di bagian kiri kepalanya yang sebelumnya ada sebuah mata disana.

"Aku tidak bisa menyatukan kaki dan tanganmu kembali, tapi bagaimana bila aku memberimu sesuatu yang lebih baik?" Tawar Sygint dengan menyunggingkan senyum kecil di bibirnya.

"Ap-.."

"Sudahlah kau mau atau tidak?! Jika tidak aku juga tidak akan memaksamu."

"Hn, tentu saja aku mau, setidaknya sampai aku membunuh orang tua itu," ucap Dallas kemudian menjulurkan tangan kirinya ke arah Sygint untuk berjabat tangan.

"Hehehe...  baiklah! Sepertinya kau sudah memenuhi syarat utamanya, meskipun aku tidak menyebutkan syaratnya hahaha..!" Tawa Sygint kemudian berjongkok kembali di depan Dallas.

"...apa yang kau tertawakan?"

"Ahaha.. etoo ngomong - ngomong ini topimu kan?, aku menemukannya saat berkeliling tadi."

Topi koboi Dallas tiba - tiba sudah berada di tangan kiri wanita itu dan kemudian langsung dipakaikannya kembali ke kepala Dallas.

"Terima kasih, wanita rambut perak menyebalkan," balas pemuda itu dengan menyunggingkan senyum ke arah Sygint.

"Su- sudahlah, tidak perlu berterima kasih," timpal Sygint memalingkan wajahnya karena tidak ingin Dallas melihat semburat merah yang muncul di pipinya.

"Nah Dallas, apa kau tau apa itu prosthetic limb."

"Prosthetic... limb??"

"Yup, hehehe..." kata Sygint singkat sembari menyunggingkan senyum kecil di sudut bibirnya dan memutar - mutar gelas wine-nya.

---Tiga tahun kemudian...---

Suatu malam di saat gerhana matahari total. Di tempat yang sama dimana dia membuat perjanjian tiga tahun yang lalu. Dallas memasuki kembali gudang yang sekarang sudah terlihat sangat tidak terawat. Dengan berbagai sarang laba - laba di berbagai sudut, retakan di sana - sini, dan lagi tengkorak - tengkorak dari pasukan bersenjata yang dibantainya tiga tahun lalu.

Dallas melangkahkan langkahnya mantap ke kantor yang berada lantai dua dimana dulu ia bertemu pertama kali dengan orang yang hampir membunuhnya dulu. Dia datang kesini karena mendapat pesan singkat yang menyuruhnya kembali kesini dengan nama pengirim SGT.

"Menyebalkan, kenapa dia harus menyingkat namanya seperti itu?"

"Dan yang lebih menyebalkan kenapa dia menyuruh ku untuk datang ke tempat menyebalkan ini, lagi!" Ucap Dallas sebal karena saat dia sudah sampai si empunya pengirim surat malah tidak ada ditempat yang mereka janjikan. "Cih, dasar menyebalkan sebenarnya apa yang-"

*Ceplek..

Saat Dallas sibuk merajuk tidak jelas, sebuah Amplop berwarna putih dengan tulisan 'Battle of Realms invitation' tiba - tiba terjatuh di depan Dallas. Dallas mengedarkan pandangan keseliling ruangan mencoba mencari asal dari amplop itu tetapi tidak menemukan apapun.

"Amplop menyebalkan apa ini? Apa ini merupakan permintaan perempuan tukang minum itu?" Ujar Dallas pelan kemudian membukanya untuk melihat isi dari amplop aneh itu.

'Apakah kau ingin menjelajahi dunia baru? Dunia dimana mungkin kau bisa mendapat akhir yang kau inginkan.'

"Akhir yang kuinginkan? Mungkin hanya saat yang tepat untuk balas dendam pada orang itu!" ucap Dallas tegas dan dengan tinju kirinya mengepal dengan erat.

Bersamaan dengan itu tiba - tiba muncul sebuah portal berbentuk lingkaran berwarna putih dan mengeluarkan sinar yang berpendar hanya beberapa meter saja di depan Dallas.

Dallas yang awalnya ragu, akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke portal tersebut.

"Lagi pula siapa yang ingin terus tinggal di dunia menyebalkan ini, mungkin ini maksud dari awalan baru yang diberikan wanita rambut perak itu padaku," ucap Dallas.

Dengan beberapa langkah pemuda itu sudah melangkahkan kakinya ke dalam tersebut dan langsung menghilang seperti terhisap oleh sebuah lubang hitam. Sekarang, Dallas tinggal melanjutkan awalan yang telah diberikan Sygint padanya agar bisa mencapai 'akhir' yang dikehendakinya.

Flashback End.

---Sekarang---

Pagi itu, semua orang yang telah menerima undangan Battle Of Realms, nampak berkumpul di depan kastil sambil memperhatikan perdebatan singkat antara seorang wanita beramput perak dengan orang tua berjenggot putih yang akhirnya dimenangkan oleh si orang tua. Dan setelah itu tanpa membuang waktu orang tua itupun langsung memulai pidatonya pada semua orang atau lebih tepatnya player yang ada disini...

"Dari seratus satu orang yang ada di sini, hanya ada empat puluh delapan peserta terbaik yang akan terpilih untuk mengikuti turnamen yang sesungguhnya. Setiap peserta akan dikirimkan ke sebuah area khusus untuk babak penyisihan dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua hingga empat orang. Kalian bebas untuk memilih anggota kelompok kalian, dan begitu kalian sudah mendapatkan kelompok yang menurut kalian pas, maka kalian akan langsung dikirim ke tempat pertarungan oleh seorang Maid yang akan menjelaskan misi yang harus kalian jalankan begitu kalian tiba di tempat pertarungan," Jelas seorang paruh baya berjanggut putih dari sebuah balkon kepada seluruh orang yang berada di halaman istana.

Termasuk seorang pemuda yang mengenakan jas dan topi koboi dan dari tadi terus melontarkan kata 'menyebalkan' dari mulutnya. Entah sudah berapa ratus kali pemuda ini mengatakan kaga itu sembari bersandar di dinding dan memperhatikan setiap orang yang ada dilapangan itu.

"Menyebalkan, banyak sekali orang aneh yang berada di tempat ini," tukas pemuda itu saat melihat banyak orang dan mahluk tidak biasa di lapangan ini.

Dallas, itulah nama pemuda menyebalkan satu ini. Pemuda berumur 23 tahun dan yang dikenal sebagai Dark Blue Hitman ini hanya bersandar di dinding dengan santai sementara kebanyakan player lainnya sibuk mencari teman untuk dijadikan rekan satu tim.

"Cih, aku pasti bisa menyelesaikan babak penyisihan ini sendirian."

"Apa kau yakin?"

Dallas terkejut saat tiba - tiba si Maid menyebalkan yang biasa selalu menemani player sudah berada di depannya sembari tersenyum kecil di bibirnya tetapi tanpa emosi.

"Apa maksudmu apa aku yakin? Tentu saja aku yakin Maid menyebalkan," jawab Dallas bosan kemudian melihat kembali ke arah orang tua di balkon tadi."Dan lagi kenapa kau ada disini, bukankah para Maid harusnya berjaga di depan lapangan."

"Jika kau memiliki party semua jadi lebih mudah lo, kenapa tidak kau coba," saran si Maid pada Dallas. "Aku kemari karena melihatmu sendirian bersandar di tembok seprti orang anti-sosial."

Pemuda itu hanya mendecih menanggapi saran dari Maid itu dan menutupi sebagaian wajahnya dengan menurunkan sedikit bagian depan topi koboinya.

*Brukk..

"Hei kalau jalan lihat - lihat, dasar menyebal-..."

ucapan Dallas terputus saat melihat yang menabrak dirinya adalah seorang gadis twintail yang memiliki mata hijau, dan masih mengenakan seragam sma yang dia perkirakan berumur 19 tahun dan bernama Alicia sesuai dengan yang tertulis di dada kanan gadis itu.

"Maaf aku tidak sengaja," ucap gadis itu dengan ekspresi yang sangat datar.

"Hm? Apa - apaan dengan ekspresi menyebalkan itu?

"Maaf aku tidak memiliki data yang lengkap untuk ekspresi manusia."

"Ya ya terserah, kau bisa pergi sekarang." Ucap Dallas malas dan tidak tertarik.

"Pertanyaan, kenapa kedua pupil matamu memiliki warna yang berbeda? Apa itu mata aslimu atau-..."

Dallas mendelik."Hoi! itu sudah cukup, kurasa tidak sopan membahas mata orang lain, dan kurasa kau bisa pergi sekarang," Dallas segera menggeser badannya untuk memberi jalan pada Alicia dan mendorongnya pelan dengan tangan kanannya.

Alicia yang tak mengerti apa maksud Dallas pun kembali melanjutkan jalannya menuju ke arah kerumunan dan kemudian menghilang seperti di telan oleh kerumunan itu.

"Pemuda yang aneh, kau ini..." gumam Maid itu pelan dan dengan nada datar.

"Diamlah, aku begitu karena dia bisa melihat sesuatu yang menyebalkan dariku..."

Dallas memandang lengan kanannya dan kemudian telapak tangan Dallas sudah menjadi sebuah kepalan yang sangat kuat. "...heh, menyebalkan."

"Dengan ini, kunyatakan babak penyisihan Battle of Realms telah dimulai!!" Sahut pria tua berjanggut putih tadi dengan lantang dan penuh semangat.

*Zringgg...!!

Para Maid yang berjaga pun mulai berjalan ke arah para player dan seketika itu juga banyak sekali portal muncul di setiap tim yang langsung dimasuki oleh tim - tim tersebut. Kecuali portal yang tiba - tiba muncul di dinding di belakang pemuda itu yang langsung membuatnya terjatuh ke dalam portal.

Si Maid hanya melamabaikan tangannya pelan dengan senyuman kecil yang masih setia menghiasi bibirnya.

"Dasar Maid menyebalkan!!" Seru Dallas yang sudah terjatuh dalam portal tadi sembari mencoba mengais - ngais topinya yang terlepas dari kepalanya.

---***---

Sesaat kemudian, Dallas sudah terbangun di sebuah gurun gersang berbatu yang sangat luas pada malam hari. Namun ada yang aneh, dia tidak sendiri disana karena sudah ada tiga orang lainnya yang juga sudah duduk disana.

Dallas bangkit dan kemudian mengambil dan memakai topi koboinya yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Menyebalkan, siapa kalian? Kukira aku sudah memutuskan untuk tidak memilih anggota party tadi," ucap Dallas sambil memegangi kepalanya yang masih pusing. "Kau? Kenapa kau juga ada disini?"

Tunjuk Dallas pada perempuan berseragam sekolah yang ditemuianya di halaman kastil tadi. Tetapi tidak cuma dia, bersamanya ada seorang perempuan penuh perban yang mengenakan pakaian suster dan juga seorang laki - laki berpakaian hitam yang sedang bersandar pada sebuah batu.

"Ahhh... kurasa dia yang terakhir," perempuan dengan pakaian suster itu membuka percakapan sembari menyangga dagunya dengan telapak tangan dan melihat ke arah Dallas. "Astaga yang terakhir mereka mengirim sebuah menara sutet!"

Dallas mengerinyitkan dahinya. "Siapa yang kau panggil menara sutet?! Namaku Dallas dan bukan menara sutet!" Sahut Dallas sambil menahan kekesalannya.

"Maaf - maaf aku tidak tau kalau menara sutet itu punya nama, jadi kau juga sudah kenal dengan gadis android ini?"

"Android?"

"Sudah kuduga menara sutet ini tidak tau, Alicia perkenalkan dirimu pada orang ini," perintah suster itu santai pada gadis berseragam sekolah itu.

"Baiklah," Alicia berdiri kemudian melangkahkan kakinya beberapa langkah kedepan. "Aku adalah ALICE artificial life intelligence and combat experimentaition AL zero zero LRP code name, Alicia from Terrameze, Technology City."

Jelas Alicia panjang lebar dengan nada datar dan tanpa emosi sama saat seperti pertama kali Dallas bertemu dengannya.

"Artificial intelligence jadi begitu... lalu siapa namamu suster menyebalkan? Dan siapa juga laki -laki itu?"

Tanya Dallas beruntun sembari ikut duduk bersama mereka bertiga.

"Aku? Aku Vi Thalita, Divine Nurse dari Divine Midgard," jawab perempuan bernama Vi itu santai. "Dan untuk pria ini, aku tidak tau apa - apa soal dia."

"Menyebalkan, jadi kau ini semacam healer ya? Dan Alicia sama denganku yaitu attacker, sekarang..."

"Jika kau tanya aku, aku termasuk dalam support," sahut pria dengan pakaian serba hitam tadi selagi meregangkan tubuhnya. "Tapi aku juga bisa menjadi attacker jika dibutuhkan."

"Lalu... siapa kau?"

"... namaku Reviss Arspencer The Jumper dan aku berasal dari bumi atau tepatnya London, Inggris," tambah laki - laki tadi yang mengaku bernama Reviss Arspencer.

Dallas yang mendengar nama Bumi pun menjadi tertarik, karena meskipun dari dunia parallel yang berbeda yang namanya bumi pasti akan selalu berbentuk sama dimanapun itu. Hanya saja isinya yang berbeda dari tiap parallel yang ada.

"Kau pria menyebalkan, kau bilang kau berasal dari bumi, bagaimana bumi tempatmu hidup?"

"Hm... biasa saja" jawab Reviss singkat. "Memangnya ada apa? Apa kau juga berasal dari bumi?"

"Tak ada apa -apa, aku hanya ingin tau bagaimana bumi di realitas yang berbeda."

Timpal Dallas sambil menghela nafas dan bulan yang ada di langit sana. Yang tanpa dia dan yang lain sadari semakin turun mendekati gurun gersang itu.

"Hei kau menara sutet, kau menyuruh kami memperkenalkan diri tetapi kau belum memperkenalkan dirimu sendiri."

Dallas menepuk jidatnya. "He? Maaf aku lupa, perkenalkan namaku Dallas, atau lebih dikenal sebagai Dark Blue Hitman di bumi dulu." Timpal Dallas.

"Hitman?" Ujar Reviss pelan sambil mendongakan sebelah alisnya.

"Apa kau ada masalah dengan itu? Pria menyebalkan."

"Tidak, tidak ada..."

"Cih, sepertinya aku tak akan bisa makan tempe ditempat ini," rutuk Dallas sambil mengusap - usap perutnya.

---------

Kalimat 'Random Person, Random Personallity, In a Not Random Situation'. Mungkin inilah kalimat yang sesuai menggambarkan party ini. Karena party ini, mempertemukan empat player acak, dengan kepribadian yang berbeda, tetapi terjebak dalam suatu situasi dimana mereka harus bekerja sama untuk berhasil memenangkannya.

Mulai dari seorang Hitman yang menganggap semua hal adalah menyebalkan, seorang pemuda dengan masa lalu yang keras hingga membuatnya pandai menyembunyikan perasaan dan jarang berbicara. Kemudian seorang suster licik yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan yang terakhir sebuah atau lebih tepatnya seorang robot tak beremosi yang sedang berusaha tentang emosi manusia.

Tapi bukankah ini juga sebuah kebetulan? Bahwa semua posisi di party ini dari Attacker sampai dengan Healer sudah terisi oleh player - player acak tadi...

---------

"Ya, seperti kalian sudah bertemu satu sama lain," Maid yang tadi mengatar para peserta tadi tiba - tiba sudah berdiri dihadapan mereka berempat masih dengan wajah polos nan datar. "Kalau begitu biar kujelas-"

"Wou wou wou, tahan dulu! Jangan terburu - buru sebelum itu aku ingin bertanya satu hal," potong Vi kemudian berdiri dan melangkah menuju si Maid.

"Baiklah, apa itu?"

"Kenapa aku bisa terjebak disini bersama mereka? Kelihatannya aku sudah memutuskan untuk tidak memiliki anggota party saat di halaman kastil tadi."

"Ya, tapi sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Hewanurma-sama. Tidak boleh ada pemain yang menjadi solo player," jawab si Maid datar. "Dan juga menurut Ruu-sama para player tidak akan bisa 'bersenang - senang' jika hanya menjadi seorang solo player."

"Entah mengapa aku salah mengartikan alasan terakhir itu." Timpal Vi.

"Maid menyebalkan itu.... aku curiga apa dia itu saudara dari gadis android itu?" Ujar Dallas merujuk ke sifat Maid itu yang meskipun memiliki ekspresi tetapi tidak memiliki emosi.

"Jadi, apa yang hendak kau sampaikan sekarang?"

Si Maid kemudian melangkahkan ke arah gurun yang kosong kemudian kembali menghadapkan tubuhnya pada mereka berempat. Dan sesaat setelah itu, tiba - tiba sudah berlangsung peperangan besar di gurun itu.

"Seharusnya, sebuah party harus sudah disajikan pertempuran semenjak masuk ke gurun, tetapi karena kalian party yang agak berbeda aku harus membuat sedikit penyesuaian terlebih dahulu..."

Keempat player itu sontak terkejut karena sebelumnya gurun gersang iti hanyalah tanah kosong. Dan sekarang tiba - tiba sudah menjadi medan pertempuran yang panas yang entah dari mana asalnya.

"Seperti yang kalian lihat, dibalakang ku sedang terjadi pertempuran hebat antara 500 tentara Alforea melawan ribuan monster ganas dari berbagai dunia paralel, tapi bukan itu masalah kalian yang sebenarnya, masalah kalian adalah itu," si Maid menunjuk langit atau lebih tepatnya bulan yang tiba - tiba sudah sangat dekat dengn gurun itu dan kemudian meledak begitu saja dengan keras.

Dallas sedikit membelakkan matanya bukan karena bulan yang meledak. Melainkan seauatu yang keluar dari bulan itu. Seekor kuda raksasa yang mungkin berukuran sebesar gedung lima lantai berwarna putih dengan tanduk tunggal di kepala dan juga api putih yang menyala - nyala ditubuhnya serta sayap yang jika dibentangkan mungkin hampir seluas lapangan sepak bola.

Mereka berempat benar - benar apa ya bahasa kerennya, oh iya 'had been f*cked!'.

"Jika ini bukan dunia fantasi mungkin aku tidak akan percaya semua ini..."

Ucapan Vi yang mungkin sudah mewakili semua pikiran orang yang berada disana.

Berbagai macam monster seperti Slime, Orc, Goblin, dan semacamnya nampak bentrok dengan lima ratus pasukan Alforea yang bersenjatakan senapan laser dan juga pedang laser. Kalau dilihat dari peralatan pasukan Alforea jauh lebih unggul. Tetapi dalam hal jumlah, monster - monster itu seperti memiliki jumlah yang tidak terbatas dan tentu saja itu berbahaya.

"Dan untuk menyelesaikan babak ini, kalian harus bertahan menghadapi serbuan monster ganas yang tak ada habisnya, dan menghancurkan dua buah menara kristal yang berada di reruntuhan kastil yang ada di utara secara bersamaan dengan menggunakan serangan fisik, ingat serangan fisik jadi setiap serangan sihir tidak akan menghancurkan kedua menara itu, dan setelah kalian berhasil seluruh monster ini akan tersegel termasuk Tamon Rah dan kalian akan ditransfer kembali ke Alforea," ujar si Maid panjang lebar pada Dallas, Vi, Reviss, dan Alicia sembari berjalan kembali ke arah mereka.

"Oh dan untuk tambahan, kedua menar itu harus dihancurkan secara bersamaan."

"Dan untuk itu kami harus bekerja sama?" Tanya Reviss kemudian sedikit melirik para player yang ikut terjebak disana bersamanya.

"Menyebalkan, sepertinya cuma itu jalan satu - satunya untuk cepat mengakhiri ini.." timpal Dallas kemudian menghela nafasnya.

Maid itu tersenyum kecil. "Bagus kalian mengerti, dan sebaiknya kalian bergegas karena Tamon Rah dan monster ganas itu mungkin sudah melihat keberadaan kalian, kalau begitu sampai jum-..."

"Tamon Rah? Apa itu nama kuda putih menyebalkanyang baru saja keluar dari bulan tadi?" Tanya Dallas dan kemudian ditanggapi dengan sebuah anggukan kecil oleh si Maid. "Oh iya aku baru ingat, oi Maid menyebalkan sebenarnya siapa namamu!"

Dallas melihat gerakan di mulut Maid itu tetapi dia tak dapat mendengarnya karena tiba - tiba hembusan angin yang begitu kuat menerjang membuat suara Maid itu menjadi samar - samar terdengar.

Setelah itu, Maid itu langsung menjentikkan jarinya dan langsung menghilang dari hadapan mereka seperti dia tidak pernah ada disana sebelumnya.

"Aku tidak mau bertarung ah, itu merepotkan," kata Vi santai kemudian sembari menyilangkan tangannya di dada.

"Hah? Hei suster menyebalkan, memangnya siapa yang menyuruhmu bertarung? Kau itu saru - satunya healer disini, jadi sebaiknya kau berada di garis belakang bersama gadis android itu."

"Aku juga sebenarnya tidak mau bertarung suster menyebalkan, tapi apakah kita semua punya pilihan!" Bentak Dallas mulai kesal dengan tingkah Vi.

"Akan lebih baik kalau kau bersamaku, itu mudah membuatku melindungi mu," ujar Alicia datar sembari mendekati Vi.

"Aku tidak bisa percaya pada kalian!!" Teriak Vi sedikit kesal dan penuh kecurigaan hingga Alicia menghentikan langkahnya. "Aku... aku tidak bisa percaya pada orang - orang seperti-..."

*Stab!..

"Cih, suster menyebalkan yang merepotkan..."

Sebelum Vi dapat menyelesaikan kata - katanya. Sebuah Combat knife tiba - tiba sudah berada di sebelah kanan kepalanya dengan si pemegang yang ternyata adalah Dallas. Pupil biru pemuda itu menatap tajam apa yang ada di belakang Vi.

Reviss dan Alicia pun terkejut, mereka bingung bagaimana koboi itu bisa begitu cepat menuju ke Vi dan menusuk Orc yang dibelakangnya dengan begitu cepat.

Vi menelan ludahnya. "H- hei!!! apa yang kau lakukan?! Apa kau coba membuwah!!!... apa itu!" Teriaknya saat melihat sesosok monster dengan bentuk Orc hampir saja menerkamnya jika saja Dallas terlambat menusuk kepala mahluk itu beberapa detik saja.

"Cepat sekali, aku hampir tidak bisa melihatnya," gumam Reviss melihat kecepatan Dallas dalam menusuk Orc tadi.

"Sudahlah jangan banyak protes suster menyebalkan! Sebenarnya aku juga tak ingin melakukan hal ini!!"

Dallas menarik mata pisaunya dari kepala Orc itu dan langsung membuat darah berwarna keunguan menyembur ke seluruh punggung dan rambut Vi dan sebagian wajah Dallas.

"Hey orang - orang menyebalkan, sebaiknya juga siap untuk bertarung, sepertinya kita harus menerobos peperangan dan juga mahluk itu untuk segera sampai ke kastil itu."

"Aku mengerti." Timpal Alicia sementara Reviss hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

"Close combat mode, active..." bersamaan dengan itu Alicia mengeluarkan sebuah katana beam putih dengan lengan kanannya dan langsung bersiap. Reviss yang juga bersiap menarik kedua pistol miliknya dari pinggang dan juga mulai bergerak.

"Lihat! Kau membuatku kotor menara sutet!" Rengek Vi saat melihat Darah di punggung dan rambut coklat berombaknya.

"Dasar tidak tau terima kasih," dengus Dallas singkat.

Vi mengibas - kibaskan tangannya mencoba membersihkan darah keunguan yang menyelimutinya terutama punggung dan sebagian besar rambutnya. Sementara Dallas hanya menggulirkan matanya malas kemudian juga mengelap darah yang mengotori sebagian wajahnya dan meletakkan pisaunya kembali ke belakang pinggangnya.

Mereka berempat pun akhirnya bergerak menerobos medan pertempuran yang sedang berkecambuk dengan panasnya. Alicia yang merupakan mantan robot tempur nampak terus menyerang semua monster yang menuju ke arah mereka dengan katana beam putih miliknya, begitu juga Reviss yang juga terus menembaki para monster dengan pistol miliknya.

Tamon Rah, yang entah mengapa terus menyerang secara random dan terus membakar semua yang ada di jalurnya entah itu monster ataupun tentara Alforea. Dan menurut Reviss, itu karena kuda itu sedang dalam mode mabuk atau sedang ingin kawin tapi tidak memiliki pasangan.

Malam yang dingin itupun akhirnya dipanaskan oleh api putih dari Tamon Rah dan serangan api yang dikeluarkannya. Tamon Rah mengembangkan sayapnya dengan lebar dan kemudian dari sayap itu keluar puluhan bola api yang menyerang secara acak semua orang yang ada di gurun.

"Bola api itu menuju kemari!" Seru Vi saat melihat beberapa dari bola api yang ditembakkan Tamon Rah menuju ke arah mereka berempat.

"Gawat, semuanya cepat menghindar!"

*Blam! Blam! Blam! Blam!...

Mereka berempat kalang kabut menghindari bola - bola api dari kuda putih itu. Bola api yang ditembakan Tamon Rah cukup berbahaya karena dapat meledak dengan radius lidah api yang cukup luas.

Serangan itu mengakibatkan kerusakan yang cukup parah. Terbukti karena setiap ledakan bola api tadi membuat seluruh monster dan tentara - tentara Alforea kalang kabut.

"...sebenarnya apa fungsi tentara Alforea itu disini?"

"Dasar kuda sialan, gadis android! Bawa suster menyebalkan itu pergi dari sini menuju ke kastil itu!" Tangan kanan Dallas tiba - tiba membara dengan api menyelimuti dan membuat lengan jas pemuda itu dan memperlihatkan lengan aslinya. "Aku dan pria menyebalkan itu akan menahannya sebentar."

"Kenapa aku harus menuruti perintahmu?"

"Sudahlah lakukan saja!"

"Memang benar ternyata aku memang membencimu!"

"Dengar, kau boleh membenciku sesuka hatimu, aku bahkan tidak peduli akan hal itu, tapi bisakah kau bantu kami untuk menyelesaikan babak menyebalkan ini," mohon Dallas sembari memalingkan wajahnya ke arah lain. "Dan ingat, bukan cuma kau yang terjebak di situasi menyebalkan ini."

"Kita tak akan pernah berhasil keluar, jika kau tidak mau membantu," tambah Reviss juga untuk meyakinkan suster ini.

"Menurut perhitungan data ku, kesempatan berhasil dalam ronde ini akan lebih besar jika kita bekerja sama."

"Baiklah kalau begitu, aku akan-.. awas!!" Vi belum sempat menyelasaikan kalimatnya saat tiba - tiba Tamon Rah sudah berada sangat dekat dengan mereka berempat.

Namun bukannya menyerang mereka semua, Tamon Rah hanya menuju ke arah Dallas tanpa menghiraukan yang lain. Seketika itu juga keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuh pemuda itu saat melihat Tamon Rah sudah menembakan sebuah bola api putih besar kearahnya dengan kecepatan yang sangat cepat.

"Oi oi kenapa kuda menyebalkan itu hanya menuju kearahku!" Teriak Dallas panik saat melihat kuda putih itu semakin mendekat.

"Dia tertarik dengan kekuatan api yang kau keluarkan..."

"Dan nampaknya mahluk itu atau Tamon Rah bisa merasakan penggunaan sihir dalam jarak tertentu dan akan langsung mengejar pengguna sihir itu."

"Pertanyaan, dan kenapa kau bisa yakin akan hal itu?" Tanya Alicia selagi mengeluarkan sebuah senjata Railgun di lengan kirinya.

"Hn... karena jika aku salah, kita semua benar - benar akan habis."

Dallas yang belum bisa menggunakan kemampuannya untuk bergerak dengan cepat. Segera mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah bola api itu dan bersiap menembakan sesuatu dari lengannya.

"Bring it on, fuckin horse..."

Dallas memadamkan api yang masih membara di lengan kanannya dan ganti mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah kuda putih dan perkasa itu.

---***---

Untuk seorang Hitman yang selalu bekerja sendiri, hal seperti ini tentu saja bukan hal yang bisa di lakukan begitu saja kan?. Yah... tapi sepertinya Dallas juga tak punya banyak pilihan.

Lagipula, pada pertempuran besar yang mirip dengan tawuran antar smk ini. Dallas tidak dapat berbuat banyak karena dia lebih terbiasa untuk melenyapkan 'single target'. Dan tidak untuk pertarungan seperti ini.

---------

"Divine Aegis!!!" Sebuah perisai yang sangat terang tiba - tiba telah memantulkan api milik Tamon Rah tinggi ke udara dan kemudian meledak.

Dallas yang berada di balik perisai itu pun terselamatkan dari bola api Tamon Rah. "A- apa ini?" Ucap Dallas penuh tanya saat melihat perban itu.

"Aku hanya bisa menggunakannya beberapa kali kau tau!" Sahut Vi dari belakang Dallas dengan senyuman lebar yang ternyata adalah orang yang membuat perisai tadi. "Jadi jangan lakukan hal merepotkan lagi!"

Pemuda bertopi koboi itu pun hanya cengo melihat tingkah suster mumi itu sambil memegangi topi koboinya. Tetapi jika suster itu tidak melindunginya tadi, mungkin dia selamat namun pasti akan mendapat luka yang cukup besar.

"Menyebalkan, tapi te- terima kasih suster meyebalkan! Sekarang... Impact!"

Tanpa membuang waktu, setelah peerisai perban itu menghilang. Sebuah gelombang kejut dengan ukuran diameter tiga meter melesat keluar dari tangan kanan Dallas. Langsung menghantam tubuh Tamon Rah dan membuat monster kuda itu terpental sejauh dua puluh meter dan menghantam sebuah bukit batu hingga hancur.

Lengan kanan Dallas mengeluarkan sebuah selongsong peluru setelah menembakan shock cannon tadi. Dan terlihat beberapa katup terbuka dan menghisap udara kembali ke dalam lengan Dallas.

"Hah! Itulah akibatnya jika kau berurusan denganku kuda menyebalkan!!" Kata Dallas sambil mengacungkan jari tengahnya ke arah reruntuhan batu dimana Tamon Rah berada.

"Baiklah ayo cepat pergi, Alicia kau didepan membuka jalan, Vi kau ditengah, aku dan koboi itu akan menjaga di belakang."

"Lihat?! Kalian lihat itu! Kuda itu sudah menjadi sehat wal afiat kembali!" seru Vi menunjuk ke arah Tamon Rah yang kembali bangkit.

"Alicia! Perhitungkan jalan tercepat menuju ke kastil itu."

"Baiklah.. selesai, perhitungan ku, kita harus memotong perjalanan melalui bukit batu di depan untuk mendapat efisiensi waktu dan tenaga," jelas Alicia sembari menunjuk sebuah bukit batu yang lumayan tinggi dan luas di tengah medan pertempuran dan memotong langsung tepat ke pintu masuk reruntuhan kastil.

 "Bagus, dengan kita bisa memanfaatkan para tentara Alforea yang masih betarung untuk membersihkan jalan untuk kita." Tambah Reviss dengan menyunggingkan senyum kecil di bibirnya.

---------

Pertempuran ini telah merubah pasir gurun yang sebelumnya berwarna coklat bersih menjadi merah kehitaman dengan bau yang sangat anyir.

Dengan menyingkirnya Tamon Rah karena memgikuti para player yang menuju ke arah kastil. Pertempuran sudah hampir mencapai klimaksnya dengan monster yang tentu sudah menjadi pemenangnya.

Tentu saja keempat player ini tidak memperdulikan nasib pasukan tentara Alforea, karena membantu mereka bukanlah tujuan mereka dan itu hanya akan membuang - buang tenaga saja.

---------

"Kau sepertinya cukup pandai memanfaatkan situasi ya, pria menyebalkan."

"Hn? Tidak juga, aku cuma pandai memanfaatkan informasi yang kudapat, itu saja."

"He... biar kuberitahu sesuatu, biasanya aku menganggap semua orang itu menyebalkan dan tidak bisa dipercaya, tapi sepertinya kau orang yang bisa dipercaya."

Reviss hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Dallas. Kemudian membuat ekspresi seolah berkata 'terima kasih' kearah Dallas.

"Ya ya, ayo cepat sepertinya seranganku tidak cukup kuat untuk melukai kuda menyebalkan itu! Kita harus bergerak sekarang."

Dallas dan yang lainnya mulai berlari menembus peperangan menuju ke bukit batu yang telah ditunjuk oleh Alicia selagi bertahan dari serangan monster - monster kecil yang juga berusaha menyerang mereka.

Pandangan Vi mulai terarah ke lengan kanan Dallas. Karena sekarang bukannya lengan manusia yang ada disana melainkan sebuah lengan logam berwarna silver kehitaman dengan semburat biru tua.

"Hah... hah... kau.. menara sutet! Apa kau itu android seperti Alicia!?"

"Hah? Dasar tidak sopan! Aku masih manusia tulen tau! Dasar suster menyebalkan!"

Jawab Dallas dengan kesal dan juga masih berlari bersama mereka bertiga menuju ke bukit batu.

"Tidakkah bisa kalian diam seperti Alicia? Kalian berdua bisa memancing Tamon Rah untuk menyerang kita lagi."

"Tepat, kalian berdua memang berisik," tambah Alicia dengan nada datar yang entah mengapa menjadi tambah menyebalkan menurut Dallas.

"Diamlah!"

Teriak Dallas dan Vi serentak pada pemuda berambut coklat ikal dan gadis twintail emas itu.

Setelah lima menit berlari dan menahan setiap monster yang menyerang mereka. Sampailah mereka pada bukit batu tadi dan langsung memotong jalan untuk menuju kearah reruntuhan kastil yang dimaksudkan oleh Maid tadi.

Diatas bukit batu itu mereka dapat melihat kabar baik dan kabar buruk yang akan mereka hadapi. Kabar baiknya, jalan menuju ke kastil 'cukup bersih' dari pertempuran.

Dan kabar buruknya, kastil itu ternyata dijaga oleh tiga monster besar setinggi enam meter yang membawa berbagai senjata seperti pedang dan gada yang juga dibarengi dengan ratusan monster kecil.

Tetapi dengan Tamon Rah yang masih berada di belakang mereka. Dallas rasa lebih baik menghadapi 3 monster besar dan ratusan monster kecil yang bisa mati daripada seekor kuda menyebalkan yang tidak bisa mati.

"Lihat! Kuda itu akan melakukannya lagi!"

"Jangan diam saja! Lari saja ke arah kerumuman monster itu!"

"He? Apa kau gila? Aku tidak mau berlari ke arah mereka!"

"Aku tidak gila, aku hanya ingin memanfaatkan bola api yang ditembakkan Tamon Rah untuk melenyapkan sebagian monster itu." Jelas Reviss sembari berlari ke arah monster - monster itu. "Alicia, hitung presentasi keberhasilan rencana ini."

"Selesai, jika ini berhasil kita bisa menyingkirkan separuh dari monster - monster biasa tetapi tidak untuk tiga monster raksasa tadi."

"Rencana menyebalkan seperti itu lebih baik dari pada langsung merangsak kesana seperti orang bodoh, ayo lakukan!"

Dallas dan semua player pun berlari ke arah kumpulan monster diikuti oleh puluhan bola api yang ditembakkan oleh sayap Tamon Rah. Tamon Rah setelah menembakkan bola apinya hanya terbang atau lebih tepatnya berlari dengan liar di langit kastil dan tidak mempedulikan para player yang ada dibawahnya.

*Blam! Blam! Blam! Blam!!...

Seperti yang diperkirakan Reviss, hujan bola api yang ditembakkan Tamon Rah berhasil membabat habis separuh monster kecil yang berada di depan kastil dan tower itu. Tetapi itu juga berjalan kurang baik karena ternyata Reviss terkena imbas dari rencananya sendiri.

Saat menghindar dari beberapa bola api Tamon Rah. Tubuh pria tegap itu tersambar sedikit lidah api yang dihasilkan bola api tadi dan melukai sedikit lengan kirinya. Namun begitu, Reviss nampak begitu kesakitan akibat luka bakar yang terimanya.

"...sial, aku terlambat menggunakan Forecast."

"Uhh itu pasti sakit... gadis andorid lindungi kami, hei suster menyebalkan cepat lakukan sesuatu!" Seru Dallas pada mereka berdua sembari membantu Reviss berdiri dan menjauh dari tempat itu.

"Roger, switch mode to shooter mode... prepare mini stealth missile and mad hatter railgun prototype." Alicia mengeluarkan delapan buah misil dari punggungnya yang langsung mengejar dan meledakan monster - monster kecil yang menuju ke arah mereka.

Sementara Vi mencoba membatu Reviss dengan membalut luka itu dengan divine bandage mililnya yang dengan ajaibnya langsung menutup luka bakar Reviss secara bertahap.

"Hebat lukaku sembuh dengan cepat..."

"Ini adalah kemampuan healing belt, perban ini hanya menutup dan menghilangkan rasa sakitnya dan tidak untuk menyembuhkan lukamu."

"Itu sudah cukup, terima kasih."

"Dan lagi efek perban itu akan hilang jika perban itu rusak, berhati - hatilah," tambah Vi dan kemudian ditanggapi anggukan kecil oleh Reviss.

"Pemberitahuan! Ada ancaman besar di depan kita sekarang!" Ucap Alicia datar tetapi dengan suara yang agak keras saat dua dari tiga monster raksasa yang menjaga kastil ini sudah bersiap menyerang mereka berempat.

"Menyebalkan! Gadis android lempar aku ke arah monster bermata satu itu!"

Alicia, tanpa perlu dikomando dua kali langsung melemparkan tubuh Dallas ke arah salah satu monster yang dimaksud Dallas tadi. Sedikit info, Alicia android yang bisa membawa senjata seberat tiga ratus kilogram dengan mudah, jadi bukan masalah besar jika hanya melempar Dallas yang hanya berbobot seratus kilogram-an.

Disaat Dallas sudah berada tepat di depan wajah monster itu, tangan kanan Dallas kembali membara tapi kali ini bukan dengan api biasa melainkan oleh api berwarna biru tua begitu juga kaki kirinya yang ikut membara.

"...terima kasih gadis android! Sekarang biar kutunjukan padamu kenapa aku dipanggil Dark Blue Hitman monster menyebalkan!!" Seru Dallas.

"Blaze Blue... Knife Punch!!!" Pemuda bertopi koboi tadi langsung membentuk telapak tangannya mirip seperti pisau dan bisa dibilang dengan kecepatan yang sangat cepat, Dallas menusuk dahi monster itu dengan seluruh lengan kanannya hingga tembus yang tentu saja memberikan 'instant kill' pada monster itu.

Tidak itu saja, sebelum tubuh monster yang dibunuhnya itu tumbang. Dallas memanfaatkannya sebagai batu loncatan untuk menuju ke monster raksasa yang satunya. Monster yang menjadi target Dallas berikutnya pun juga tak diam saja, mahluk itu mengayunkan pedang besar yang dibawanya ke arah Dallas.

Alicia yang melihat hal itu langsung menembak lengan monster tadi dengan Railgun miliknya dan membuat tangan kanan monster tadi terputus dari tubuhnya. Yang tentu memberi waktu Dallas untuk menyerang.

"Masih belum!..."

"...shotgun Kick!" Dallas melayangkan spinning kick keras dengan kali ini kaki kirinya yang membara dengan api merah dan langsung menghantam dan juga meledak seperti sebuah tembakan shotgun tepat di pelipis kiri monster kadal itu yang juga membuatnya langsung tewas.

*Bug! Bug! Tap!...

Hanya dalam sekejap, tubuh - tubuh monster itu tumbang ke tanah diikuti Dallas yang mendarat di atas perut salah satu monster yang di kalahkannya.

"Cih, jangan pikir hanya dengan badan besar kalian bisa mengalahkanku..." Dallas memadamkan apinya kemudia membetulkan posisi topi koboinya. "...monster menyebalkan."

"He.. he- heb- bukan itu! Lihat di belakangmu!"

Seru Vi selagi menunjuk monster raksasa yang terakhir yang sedang menuju ke arah Dallas. Monster itu memiliki tubuh yang sama besar sama seperti yang lainnya tetapi kali ini dia memiliki kepala babi dan membawa sebuah gada besar.

"Giliran ku..." gumam Reviss kemudian berlari menuju ke monster tadi.

Reviss yang sebelumnya sedang menyembuhkan lukanya, langsung melesat ke arah monster tadi. Setelah membuat ekspresi 'serahkan padaku!' Pada Dallas.

Monster tadi mengayunkan gadanya dengan arah vertikal dari atas ke bawah mencoba menghancurkan pria serba hitam itu.

"Lambat... Forecast!"

Gumam Reviss pelan kemudian entah bagaimana dia bisa menghindari ayunan gada monster itu hanya denga mudah yaitu menggeser tubuhnya beberapa meter ke kanan.

Setelah gada itu menyentuh tanah dan gagal melukai Reviss. Pemuda itu langsung melompat ke atas gada dan berlari dia atas gada tersebut hingga mencapai bagian dada monster itu. "Hn,..."

Dengan kedua pistol miliknya, pemuda itu menembak secara bertubi - tubi bagian kepala monster raksasa itu hingga mengosongkan magazinenya. Monster itu ternyata cukup tangguh, terbukti lengan kirinya masih memiliki tenaga untuk melancarkan pukulan ke arah Reviss yang masih berada di lengan kanannya.

Reviss mengambil nafas panjang. "Reposition..." setelah Reviss mengucapkan kata itu, tubuhnya nampak seperti ber-teleport dari arah atas, kiri, kanan, depan, dan kemudian belakang monster itu dengan sangat cepat yang seperti membuatnya 'melompat' dari satu tempat ke tempat yang lain.

Bersamaan dengan itu, setiap dia melompat tak lupa pemuda itu melemparkan granat yang dibawanya. Sehingga setelah selesai, monster itu seperti dilempar granat dari limah arah yang berbeda sekaligus.

*Duar! Duar! Duar! Duar! Duar!...

"Sekuat apapun tubuhmu, kurasa kau tak bisa bertahan dari ledakan lima granat sekaligus kan?" Seringa Reviss dapat terlihat jelas diwajahnya yang membuat Vi terkejut dan takut secara bersamaan.

Kedua menara itu pun sudah mulai terlihat dan mungkin hanya berjarak sekitar enam ratus meter dari mereka berempat. Arah ke tower itu juga masih dipenuhi oleh monster meskipun tidak sepadat seperti sebelum Tamon Rah mengelurkan bola - bola apinya.

"Huweh? Ada apa dengan anggota teroris itu? Hi menyeramkan.." komen Vi dengan tubuh merinding.

"Mungkin itu yang disebut kepribadian ganda," sahut Alicia datar.

"Sekarang, apa langkah kita selanjutnya pria menyebalkan?" Tanya Dallas pada Reviss sembari mengepalkan kedua tinjunya. "Kita harus segera bergerak sebelum kuda menyebalkan itu sadar kita masih berada disini."

Saat itu Reviss mengalihkan pandangannya ke arah lengan kiri Dallas yang ternyata juga mengalami luka bakar seperti dirinya tadi. "Koboi... tanganmu-"

Dallas langsung menanggapinya dengan meletakan jari telunjuk kanannyan di depan mulut seperti ingin berkata 'sudah diam saja'. "Orang yang berani bermain api juga harus berani terbakar, ya kan?"

"Huh, kau ini.... benar - benar pria yang menyebalkan." Ucap Reviss dengan senyum kecil di bibirnya.

Reviss kemudian mengatur rencana lagi, yaitu dengan meninggalkan dirinya dan Vi untuk menahan serbuan monster yang mulai menuju ke tempat mereka setelah membantai lima ratus pasukan Alforea yang malang di gurun tadi. Sementara Dallas dan Alicia pergi untuk menghancurkan menaranya.

"Ya ampun sebenarnya seberapa bodoh sih para pasukan tadi?" Dengus Vi saat melihat monster - monster yang berada menuju ke arah mereka.

"Jadi begitulah rencananya, dan akan lebih baik jika kalian bisa cepat sampai kesana."

"Serahkan padaku, prototype flight unit CTP zero zero, activated!"

Sepasang sayap tiba – tiba keluar dari punggung dari gadis mecha loli itu dan langsung membuatnya terbang beberapa meter diatas permukaan tanah.

"Hei?! Jika kau bisa terbang kenapa kau berlari saat kita menuju kemari tadi?!" tanya Vi.

"Karena kalian semua berlari, jadi aku ikut lari saja supaya kompak," balas Alicia dengan nada yang tetap saja datar dan hanya ditanggpi dengan sebuah facepalm oleh Vi.

Sementara itu. "Apa kau yakin pria menyebalkan? Kau bisa mati jika ini gagal," ucap Dallas merasa tidak enak pada Reviss.

"Tentu saja, kalian berdua merupakan pemilik fire power terkuat di party ini jadi pasti kalian bisa menghancurkan kedua tower itu dengan mudah," Reviss mengeluarkan granat terakhirnya dan meletakkannya di lengan kiri Dallas. "Kuberikan granat itu padamu, meskipun aku tidak disana setidaknya aku juga ikut berpartisipasi menghancurkannya."

Dallas menghela nafas. "Hm, Reviss kah? Akan kuingat nama itu, jika saja kita berhasil memenangkan babak ini dan kau ingin membentuk party, pastikan kau mengajak pria menyebalkan ini,"

Ucap Dallas sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jempol kanannya sambil memasukan granat itu ke kantong jasnya dan kemudian langsung pergi menuju ke kedua tower tadi bersama dengan Alicia.

"Hei teroris? Sekarang apa rencana kita disini? "

"Sudah jelas kan? Kita akan menahan mereka selama mungkin sampai Dallas dan Alicia menghancurkan kedua towernya."

"Dan bagaimana jika mereka gagal?"

"....tentu saja kita akan mati," jawab Reviss singkat dan santai sembari menyunggingkan senyum ke arah Vi.

"Jangan mengatakan hal menyeramkan seperti itu dengan santai!!!"

---***---

Alicia memerintahkan Dallas untuk naik ke punggungnya agar dia bisa membawa koboi dengan lebih cepat melewati kerumunan monster kecil yang sekarang sedang berada di tanah di bawah mereka. namun saat mereka mengira dirinya aman, Dallas dan Alicia lupa bahwa Tamon Rah juga sedang terbang di atas mereka.

"Sial, aku lupa kalau kuda menyebalkan itu juga sedang terbang di sini!"

"Ancaman, sepertinya mahluk itu akan melakukan serangan bola api itu lagi."

"Gadis Android! Turunkan ketinggian mu! Jika kita terlalu di atas bola api menyebalkan itu pasti hanya akan mengejar kita."

"Roger..."

Sesuai yang diinstruksikan oleh Dallas, gadis mecha loli itu langsung menurunkan ketinggan hingga lima meter diatas tanah dan hanya berjarak beberapa meter dari gapaian tangan monster – monster yang berada di bawah mereka berdua.

Dan seperti tadi, kuda putih nan agung itupun melontarkan puluhan bola api putihnya kembali ke arah sasaran acak yang kebanyakan mengarah monster – monster kecil yang berada ditanah dan menghancurkan mereka.

Alicia mencoba menghindar dari dua bola api yang sekarang sedang mengejar mereka berdua dengan melakukan berbagai manuver di udara dan yang akhirnya dia terbang melewati sebuah celah sempit dari dua buah bukit yang membuat bola api tadi menabrak bukit batu dan meledak.

"Hei gadis android! Alicia! Berhentilah melakukan manuver menyebalkan seperti itu! aku bisa jatuh!"

seru Dallas masih mencoba bertahan dengan satu tangan menahan topi koboinya sementara tangan lain berpegangan pada pundak Alicia.

"Tapi menurut perhitunganku jika aku tak melakukan manuver tadi kita akan segera terkena serangan bola api itu, dan jika ingin lebih aman sebaiknya gunakan dua tangan untuk berpegangan."

"Aku tidak ingin topi ini kabur terbawa angin gadis andro-.."

*Crzaakkk!... Czztttttt...

perkataan Dallas terputus saat melihat sayap kiri Alicia yang telah terpotong oleh sesuatu.

"Error Error, malfunction deteced on left wing! Prepare to crash prepare to crash!"

"Dasar monster kroco menyebalkan!!"

Seekor monster yang memiliki cakar panjang tiba – tiba berhasil menyerang salah satu sayap milik Alicia hingga dirinya tidak dapat mengontrol arah laju terbangnya dan kemudian terjatuh dengan keras ke tanah bersama dengan Dallas. Dan membuat mereka berguling – guling cukup jauh.

Tetapi saat mereka bangun, tenyata mereka sudah berjarak dua puluh lima meter saja dari kedua tower kristal yang harus mereka hancurkan. Kedua menara itu nampak seperti dua buah pilar yang terbuat dari kristal, dan di puncaknya terdapat sebuah cahaya putih yang bersinar terang.

Dallas yang mencoba bangkit merasa sangat kesakitan dan pegal di bagian lengan kirinya. Dan saat ia lihat, tulang lengan kirinya sudah bergeser beberapa senti meter begitu juga luka bakarnya yang semakin parah akibat bergesekan dengan tanah tadi.

Di bagian Alicia juga tidak begitu baik, terlihat kedua kaki gadis itu mengalami kerusakan yang cukup parah. Dan juga senjata Railgun yang ada di tangan kirinya juga mengalami kerusakan yang cukup parah. Yang membuatnya tidak bisa berjalan apalagi untuk sekedar berdiri.

"S- sialan, padahal tinggal sedikit lagi." ucap Dallas lirih sambil memegangi lengan kirinya dan berjalan tertatih menuju ke arah Alicia. "Ayo gadis Android, kita masih harus menghancurkan kedua tower menyebalkan itu."

Dallas meraih topi koboinya yang sekarang nampak cukup rusak dan kotor. Pemuda itu menyingkap rambut klimisnya kebelakang dan kemudian memakai topi koboinya. Saat Alicia bertanya kenapa Dallas terus memakai topi itu, pemuda itu hanya menjawab 'ini jimat' yang tentu tak dipahami oleh otak gadis itu.

"Negative, aku mengalami massive damage di bagian kaki, dan sekarang semua sistem sebagian besar persenjataanku mengalami malfunction," jawab Alicia lirih kemudian mengangkat lengan kirinya yang masih membawa Railgun. "Kecuali Railgun ini, m,asih bisa menembak satu kali lagi sebelum akhirnya malfunction total."

"Satu tembakan juga sudah cukup, ayo berdiri!"

"...cannot launch Hades mode, the damage is to massive."

Dallas mencoba membopoh Alicia dengan susah payah karena dia hanya menggunakan satu tangan dan terluka. Dan terlebih lagi berat senjata Railgun milik Alicia hampir mendekati tiga ratus kilogram.

*Sreekk… Sreekk….

Sementara itu, dari arah belakang para monster kecil yang mereka lewati tadi langsung bergerak menuju ke arah mereka sekarang. Dallas yang masih berusaha membopoh Alicia meskipun harus menyereretnya menuju ke jarak tembak senjata mereka.

"Bertahanlah gadis android, kita harus berhasil menghancurkan kedua tower menyebalkan itu untuk kedua orang menyebalkan tadi."

"...aku juga hanya bisa menembakan shock cannon ku satu kali lagi, berarti kita cuma memiliki satu kesempatan Alicia, perhitungkan kecepatan shock cannon milikku dan juga railgun mu kemudian buat jeda waktu penembakkannya," perintah Dallas selagi terus membantu Alicia bergerak.

"Selesai, menurut perhitunganku kecepatan shock cannon mu sama dengan kecepatan railgun milikku karena pada dasarnya meriam milikmu menembakkan udara dalam kecepatan yang sangat tinggi untuk membuat gelombang kejutnya," jelas Alicia panjang lebar.

"Ya ya lain kali cukup beritau hal menyebalkan yang perlu aku tau," Dallas menghela nafasanya dan kemudia menyunggingkan senyum kecil di bibirnya. "Kalau begitu… karena kita sudah sampai pada jarak tembak shock cannon ku, persiapkan senjatamu kita akan menembak kedua menara menyebalkan itu dari sini."

Sekarang, dengan jarak mereka yang hanya lima belas meter dari kedua menara itu. Dallas kembali meletakan Alicia dengan posisi terduduk dan kemudian menahan tubuh gadis mecha loli itu dengan menyandarkannya pada gundukan batu kecil.

"Kau siap Alicia?"

"Aku siap, target right side tower,  power on railgun weapon check, electricity check, ready to shoot."

"Baiklah, saatnya menyegel semua monster beserta dengan kuda menyebalkan itu," Dallas memejamkan matanya sejenak, kemudian dengan tarikan nafas panjang.

"Tembak!!!"

Dallas dan Alicia menembakan kedua senjata mereka secara bersamaan ke arah target yang sudah ditentukan. Dengan Dallas menembak menara sebelah kiri, dan Alicia menembak menara sebelah kanan.

Tekanan udara dari shock cannon Dallas, dan juga proyektil peluru dari railgun milik Alicia. Hingga menembus dengan sempurna kedua menara tadi.

*Blaarrr!!!...

Suara gemuruh pun terdengar jelas dari arah kedua menara itu yang mulai runtuh.

Kedua menara itupun hancur dan runtuh dengan bersamaan. Begitu juga cahaya putih yang berada di atas menara tadi langsung menghilang ketika menyentuh tanah.

Bersamaan dengan hilangnya seluruh monster – monster yang ada di tempat itu. Termasuk Tamon Rah beserta semua bola api yang keluar dari sayapnya. Dan juga tanda bahwa babak penyisihan ini telah berhasil di menangkan oleh mereka berempat.

Dan dengan ini, sudah resmi bahwa party dadakan ini telah berhasil memenangkan babak penyisihan di gurun berbatu ini. Dallas yang kelelahan, ikut terduduk di samping Alicia sembari mengambil granat pemberian Reviss dari kantong jas dengan tangan kanannya.

"Apakah kedua orang menyebalkan itu masih hidup ya?"

"Tentu saja kami masih hidup! Hehehe..." tawa Vi yang tiba – tiba terbang melewati mereka berdua dengan sayap yang indah dan juga terbuat dari Divine Bandagenya.

"Sepertinya kau juga tidak menggunakan granat itu kan?" tambah Reviss yang melihat granat pemberiannya masih utuh di tangan Dallas.

"Berisik lah! Kenapa kalian tidak mati saja tadi disana, dan lagi kau suster cepat obati aku dan gadis android itu."

Ucap Dallas dengan nada dingin dan tatapan malas pada mereka berdua yang mendarat tidak jauh dari dirinya dan Alicia. Yang hanya dibalas dengan senyuman kecil oleh Reviss dan omelan blak blakan dari suster Vi tetapi tetap saja mengobati luka pemuda itu.

"Aku ini cuma bisa mengobati manusia koboi menyebalkan, jadi aku tak bisa mengobati Alicia."

Dallas yang mendengar hal itupun segera membopoh Alicia kembali setelah mendapat pengobatan dari Vi.

"Pertanyaan, Dallas pada saat seperti ini  emosi apa yang umum digunakan oleh manusia?"

"Emosi kah? Kurasa kau bertanya pada orang yang salah, orang menyebalkan sepertiku juga tidak peduli pada hal semacam itu." jawab Dallas kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Yaw, kerjasama yang cukup bagus untuk party yang terdiri dari orang acak..."

Mereka berempat saling berhadapan, karena mereka mendengar suara aneh yang tidak dilontarkan oleh satupun dari mereka berempat.

"Kau, kenapa kau kembali kesini lagi?" Tanya Vi ketus saat melihat seorang Maid yang berdiri diatas sebuah batu besar sembari melihat mereka berempat.

"Tentu saja untuk menjemput kalian kembali ke Alforea, memangnya siapa yang akan mengantar kalian pulang jika tidak aku?"

jawab Maid itu. setelah itu dia menjentikkan jarinya dan munculah sebuah portal cahaya yang sama seperti yang digunakan para player untuk datang ke sini. "Nah sekarang ayo kembali ke Alforea, tugas kalian disini sudah selesai."

"Hn... akhirnya babak ini selesai, aku penasaran seperti apakah babak selanjutnya jika babak penyisihan saja sudah seperti ini."

"Jawaban itu akan terjawab jika kalian berhasil lolos ke empat puluh delapan peserta yang akan mengikuti babak selanjutnya," jawab Maid itu yang tiba – tiba sudah berpindah tempat tepat di belakang pria bermata hijau itu.

"Hahhh... api apa benar aku harus ikut dengan party kalian? Menyebalkan sekali," ucap Vi sembari melirik ke arah Dallas saat mengucapkan kata menyebalkan.

"Cih, menyebalkan... jika kau tidak mau kau bisa tinggal disini."

"Ap-... dasar pria yang sangat mengesalkan!" dengus Vi kemudian berjalan memasuki portal tadi.

"Ho? Kau baru tau? Lola sekali."

Mereka berempat pun akhirnya berjalan ke arah portal tadi bersama dengan Maid kita yang satu ini. Dallas masih membopoh Alicia yang sekarang malah tak sadarkan diri karena sedang dalam mode charging. Sementara Reviss dan Vi sudah melewati portal itu duluan.

"Saat dihalaman kastil tadi, sepertinya aku mendengar kata aku bisa mengatasi babak ini sendirian..."

"Bisakah kau diam?! Ya tapi kali ini ku akui aku salah, ternyata aku memang harus bekerja sama untuk bisa memenangkan game ini..."

ucap Dallas terakhir sebelum akhirnya juga ikut masuk kedalam portal tadi bersama si Maid untuk kembali ke Alforea.

---------

Mungkin mereka bertiga tidak tau alasan Dallas mengikuti Battle Of Realms yang sebenarnya. Begitu juga Dallas, yang tak mengetahui alasan dari ketiga 'rekan' yang baru di dapatnya ini. Tapi satu yang pasti, ketika pemuda ini memutuskan untuk turnamen ini.

Hanya satu hal yang tetap berada di pikirannya, yaitu balas dendam pada seorang yang telah mengambil tangan, kaki, dan juga mata kirinya...

---------

11 comments:

  1. "Hah? Hei suster menyebalkan, memangnya siapa yang menyuruhmu bertarung? Kau itu saru - satunya healer disini, jadi sebaiknya kau berada di garis belakang bersama gadis android itu."

    "Aku juga sebenarnya tidak mau bertarung suster menyebalkan, tapi apakah kita semua punya pilihan!" Bentak Dallas mulai kesal dengan tingkah Vi.

    ^ kayaknya ente kurang dialog pas bagian ini.

    ada typo juga
    alurnya juga ngalir, bagus

    dan untuk Reviss, harusnya dia lebih pendiam lagi.
    dan dia hanya ngenalin nama, nggak akan nyebut asalnya darimana.

    nilai 8

    ReplyDelete
    Replies
    1. wa maaf kalo Reviss di entry ane agak beda ama yg dimau bang Ara :3 tp btw makasih buat nilainya :D

      Delete
    2. gpp

      Setidaknya Reviss di sini cukup cool pas gunain reposition. ane suka

      Delete
    3. reposition kalo dipadu ama granat bisa ganas soalnya, kalo lawan oc yg gak bisa ngelak dgn cepet pasti keren :3

      Delete
  2. Dialog antar karakternya kadang kerasa kurang fluid, begitu juga narasinya terutama pas pertarungan, sehingga kadang membuat saya loss saat baca. Ditambah juga adanya typo yang kalau tidak bisa dibilang banyak, adalah 'tidak sedikit' bertebaran. Kemudian, kadang ada joke-joke narasi yang terasa out of place, seperti penyebutan tawuran SMK... memangnya Dallas ini asalnya dari Indonesia? Trus ada narasi yang menjelaskan empat anggota party yang tidak cocok satu sama lain itu, menurutku ga dimasukin gapapa karena terlalu berkesan 'tell', toh kalau penggambaran interaksinya bagus pasti pembaca akan mengerti sendiri apa arti dari komposisi party itu.

    Secara pertarungannya sih intens sekali, tinggal diperhalus aja narasinya biar enak. Relationship yang berbunga di akhir-akhir okelah sebagai bumbu.

    Tadinya mau kasih nilai 7, tapi minus 1 karena preferensi pribadi. Entah napa saya rada sulit mengikuti alur cerita entry ini.

    Nilai : 6

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... setidaknya diriku telah berjuang bang :3
      btw makasih buat kritik dan sarannya bang sangat membantu sekali :) :D

      Delete
  3. Hoho, saya seneng entri yang ga perlu dikomentarin lagi soal teknisnya gini...tapi ini fontnya berapa ya? Kecil banget euy dari pc

    Saya paling mau ngasih saran dua hal aja :

    Pertama, ada spamming kata 'menyebalkan' yang terlalu repetitif (berulang"), lama" jadi membosankan juga (meski saya ngerti ini maksudnya jadi ciri khas Dallas)

    Kedua, sebaiknya hindari ngenarasiin sesuatu kayak gini dan cari alternatif lain yang lebih lancar tanpa ngedikte pembaca:

    "Kalimat 'Random Person, Random Personallity, In a Not Random Situation'. Mungkin inilah kalimat yang sesuai menggambarkan party ini. Karena party ini, mempertemukan empat player acak, dengan kepribadian yang berbeda, tetapi terjebak dalam suatu situasi dimana mereka harus bekerja sama untuk berhasil memenangkannya.
    Mulai dari seorang Hitman yang menganggap semua hal adalah menyebalkan, seorang pemuda dengan masa lalu yang keras hingga membuatnya pandai menyembunyikan perasaan dan jarang berbicara. Kemudian seorang suster licik yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan yang terakhir sebuah atau lebih tepatnya seorang robot tak beremosi yang sedang berusaha tentang emosi manusia.
    Tapi bukankah ini juga sebuah kebetulan? Bahwa semua posisi di party ini dari Attacker sampai dengan Healer sudah terisi oleh player - player acak tadi..."

    Dari saya 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke makasih bang Sam :) ane jg lagi butuh banyak saran :3

      Delete
  4. TULISANNYA KECIL AMAT YAAA TUHAAAANN!!!!!!
    Flashbacknya agak membingungkan.
    Setuju sama Sam deh. Random Partynya kok bisa klop komposisinya gitu? >.<

    Errr saya nggak keberatan sama pribadi antisosialnya Dallas tapi bukankah ada kata2 gerutuan lain selain 'menyebalkan' seperti : Demi bibiku! Demi air seniku! Jir! Huh! Sial! Ampun! dsb?

    Pertarungannya intens. Cukup baguslah.

    Nilai saya : 6/10

    OC: Tan Ying Go

    ReplyDelete
  5. Saya kira Dallas akan lebih... uh... bermulut kasar. Tapi liat cerita ini sepertinya dia Hitman yang lebih "rapi".

    Saya bisa maklum soal error teknis. Battle sampai titik darah habis membayar lunas semuanya.

    7/10 dari saya.

    Salam hangat dari Enryuumaru/Zarid Al-Farabi

    ReplyDelete
  6. whoa, baru nyadar ada yang pake Vi, karena itu saya mau baca+komen~
    saya sih ngerti soal narasi yang dibilang sam, ada sih kayak gitu, tapi di kamu kurang tereksekusi dengan baik, jadinya double-edge, kamu kena jeleknya.
    Tapi di sisi lain, saya menemukan beberapa narasi dan dialog yang seolah kamu membeberkan suatu informasi kayak bacain buku ke pembaca, dan kurang mulus.
    Misal pas si Vi menjelaskan soal Healing Belt, dan ada beberapa yang lain yang seolah kamu ingin menjelaskan efeknya, tapi berasa kurang natural. Saran saya diolah lagi bisa dalam dialog atau narasi, tapi pemilihan kata dan pembentukan kalimatmu dibikin senatural mungkin. Narasinya juga, menjelaskan sih boleh, tapi gimana kamu bisa menjelaskan dengan natural dan alur mulus.
    Soal menyebalkan itu juga menyebalkan (eh?), maksud saya repetitif seperti kata sam. Umpatan itu ada banyak sekali, cuma saya rasa kamu sebagai author tidak bisa menuliskan hal yg kasar, jadinya mlempem gitu deh wkwkwk.
    Kalau untuk Vi sendiri saya ga ada keluhan, yah, bisa jadi seperti itu, kurang lebi, kalau mau saya jujur sih itu versi baiknya Vi... di mana Vi masih baik. Jadi oke, cukup bagus dialog yg kamu gunakan.
    Soal plot saya ngerti sih, narasi udah lumayan menuntun pembaca tapi diperbaiki lagi dari saran2 saya dan komentator lain.

    Skor: 7 (6+1 karena pake Vi)

    OC: Vi Talitha

    ReplyDelete