17.5.15

[PRELIMINARY] FREDERICK WAGNER - RUMBLE IN THE DESERT

[Preliminary] Frederick Wagner - Rumble in the Desert
Penulis: Nadhif Rizky
================================================================
Chapter 01 - Time and Fate
================================================================
Freddy terbangun di sebuah ruangan hampa yang luas. Semua ini berawal dari quest untuk menyelidiki sebuah rune aneh di dalam dungeon. 
"Bagaimana caranya aku bisa keluar dari masalah ini?" gumam Freddy.
Freddy menyadari bahwa dia masih memegang surat postingan quest yang tadi dia bawa. Tapi anehnya, surat itu menyala dengan terang dan isinya telah berubah. Surat yang tadinya berisi quest sekarang hanya berisi satu kalimat, "Are You Ready for Battle?"
Setelah Freddy selesai membaca surat itu, muncul sebuah portal dihadapannya.
"Sepertinya ini satu-satunya jalan keluar dari sini." 
Freddy pun berjalan memasuki portal itu.
Saat Freddy keluar dari portal tersebut, dia menemukan dirinya di sebuah alun-alun kota bersama sekitar 100 orang lain. Mereka terlihat kebingungan. Sepertinya sama seperti Freddy, mereka tidak berasal dari dunia ini.
"Selamat datang di Alforea, wahai para petualang!"
Tiba-tiba terdengar sebuah suara sambutan seorang wanita. Semua orang langsung menoleh ke sebuah sosok wanita cantik yang didampingi seorang lelaki tua di atas sebuah balkon.
Wanita itu berusaha menjelaskan tentang kenapa mereka semua dibawa ke dunia ini, tapi gagal karena topik pembicaraannya melenceng terus. Lelaki tua yang mendampinginya sepertinya sudah kehabisan kesabaran dan merebut mic dari wanita tersebut.
"Kami mohon maaf atas kesalahan teknis barusan. Sekarang biar kujelaskan langsung alasan kenapa kalian ada di tempat ini!"
"Kalian semua yang ada di sini, adalah calon peserta turnamen antar dimensi yang akan diadakan tidak lama lagi. Turnamen ini disebut Battle of Realms, dan hanya para petarung terbaik yang bisa mengikuti pertarungan bergengsi ini!" 
Dia lalu menjelaskan tentang babak preliminer ini. Jadi semua peserta disuruh membuat party yang terdiri dari 2-4 orang dan menyelesaikan sebuah misi.
"Party Quest ya? Baiklah, terdengar cukup mudah bagiku." gumam Freddy di dalam hati.
"Dengan ini, kunyatakan babak penyisihan Battle of Realms telah dimulai!!" teriak pria tua tersebut.
Setelah pengumuman tersebut selesai, para peserta langsung kelabakan mencari anggota party. Suasana di alun-alun tersebut berubah dari tenang menjadi ramai dalam hitungan detik. Freddy pun mulai mencari anggota untuk party-nya sendiri.
Saat melihat diantara kerumunan orang-orang yang mondar-mandir mencari party, seorang pemuda berjaket hitam menangkap perhatian Freddy. Dia diam saja, seolah-olah dia tidak berusaha untuk mencari party. Freddy pun mendekati pemuda tersebut.
"Hei, kau tidak mencari party?" 
"Aku tidak butuh party, mereka hanyalah sebuah beban yang akan melambatkanku" 
"Sikap itu suatu hari akan membuatmu terbunuh lho. Sekarang kita diberi kesempatan untuk membuat party, dan kita harus memanfaatkannya sebaik mungin jika ingin selamat." 
"Terus? Walaupun kita membuat party, belum tentu kita bisa berhasil! Adanya malah membahayakan lebih banyak orang!"
"Hei, aku cuma berusaha untuk menolong, tahu!" kata Freddy dengan nada marah
Pemuda itu terdiam sebentar,lalu tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa kau malah tertawa?" Freddy kebingungan.
"Ha ha... Maaf, aku tadi hanya mengetesmu."
"Tes?"
"Ya, maaf soal itu. Aku agak sulit mempercayai orang asing. Tapi kau bisa serius. Aku butuh seseorang seperti itu dalam paerty ku."
"Baiklah, aku bisa mengerti."
"Ha ha.. Baguslah kalau kau mengerti. Namaku Klonnoa Tunnion. Panggil saja Chrono." Kata pemuda tersebut sambil mengulurkan tangannya ke Freddy.
"Namaku Frederick Wagner. Panggil saja Freddy. Mohon kerja samanya." kata Freddy sambil menjabat tangan pemuda itu.
================================================================
Chapter 02 - Robot Chase
================================================================
"Omong-omong, Freddy..."
"Ya?"
"Dari tadi ada yang mengawasi kita."
"Mengawasi? Siapa?" Tanya Freddy sambil melihat sekitar.
Chrono menunjuk pada sebuah robot putih yang berbentuk seperti  manusia yang agak besar.
"Dia? Yang besar itu? Aku kira dia seorang prajurit Alforea."
"Ya, tadinya kukira dia seorang prajurit Alforea juga. Tapi setelah aku perhatikan baik-baik, armor yang dia pakai tidak seperti armor yang dipakai prajurit yang lain."
Freddy melihat sekeliling, memperhatikan prajurit Alforea yang sedang berjaga di sekitar alun-alun.
"Hmm... Mungkin kau benar. Jadi, dia mau kau apakan?"
"Ayo kita dekati dia, dia mungkin seorang peserta juga seperti kita."
"Baiklah, berhati-hatilah."
Freddy dan Chrono pun mendekati robot itu. Saat mereka mendekat, tiba-tiba robot itu pun bergerak. Tapi, gerakan robot itu aneh. Gerakannya tidak seperti dia akan menyerang atau melindungi diri, melainkan seperti salting nya seorang anak laki-laki jika sedang berdekatan dengan perempuan yang dia sukai. Saat Freddy dan Chrono sudah dekat dengan dia, robot itu pun mulai kabur.
"Tunggu! Kami hanya ingin bicara!" teriak Freddy sambil mengejar robot yang kabur itu.
"Huh... Aku tak percaya harus menggunakannya di saat seperti ini. Chrono Area!"
Chrono yang tadinya ada di sebelah Freddy tiba-tiba lenyap dan muncul didepan robot itu dan mengadangnya.
"Chrono? Bagaimana bisa? Apakah itu kemampuannya?" Freddy pun terkejut melihat kemampuan teman barunya itu.
"Maaf,teman. Kami hanya ingin bicara sebentar." kata Chrono pada robot itu sambil sedikit mengintimidasinya.
Freddy pun berhasil menyusul mereka berdua.
"Kau hebat juga, Chrono. Barusan itu kekuatanmu?"
"Ya, sebagai seorang Clock Worker, aku bisa mengendalikan waktu. Tapi, yang lebih penting lagi..."
Chrono lalu mengalihkan pandangannya ke robot yang tadi.
"Kenapa kamu mengawasi kita tadi?"  tanya Chrono pada robot itu.
"Tunggu, saya bisa menjelaskan." kata robot itu dengan nada agak ketakutan.
"Nama saya Renggo Sina. Saya juga seorang peserta Battle of Realms seperti kalian."
"Lalu?" tanya Freddy
"Tadi saat saya sedang kebingungan mencari party saya melihat kalian berdua. Kalian sangat tenang, tidak seperti peserta lainnya yang panik mencari party."
"Saya perhatikan kalian hanya berdua, jadi saya ingin menawarkan diri untuk bergabung dengan kalian."
"Tapi, kenapa kau lari?" tanya Freddy.
"Ya... Saya kurang bisa berbicara dengan orang asing." kata Renggo dengan agak malu-malu.
"Ha ha... Ternyata begitu. Baiklah Renggo, namaku Chrono dan dia Freddy. Senang berkenalan denganmu." Kata Chrono sambil tertawa.
"Jadi Renggo, kau masih ingin bergabung dengan kita?" tanya Freddy pada Renggo.
"Tentu saja, ini merupakan kehormatan bagiku." kata Renggo dengan nada bahagia.
"Oke, mohon kerja samanya." balas Freddy.
================================================================
Chapter 03 - Party Time
================================================================
"Baiklah, sekarang kurang satu orang lagi." kata Chrono.
"Ya, kita sebaiknya mulai mencari anggota terakhir kita." kata Freddy.
"Saya setuju, sudah banyak peserta yang sudah mendapatkan party dan memulai babak preliminer." kata Renggo.
"Oke, ayo kita cari sebelum kehabisan peserta."
Tetapi, sebelum mereka beranjak dari tempat mereka berdiri, mereka dikagetkan oleh sebuah suara kencang dari belakang mereka.
"Waaah! Tenyata ada robot yang jadi peserta juga!"
Mereka bertiga yang dikagetkan oleh suara barusan secara reflek melihat ke belakang untuk menemukan sesosok pria berjas hijau zaitun berdiri di belakang mereka.
"Ha ha ha... Aku kira hanya manusia yang ikut pertarungan ini. Ternyata robot juga bisa ya! Ha ha ha...." kata pria itu dengan kegirangan.
"Ehh... Renggo, kau kenal dia?" tanya Chrono dengan kebingungan.
"Maaf, saya tidak kenal dia." jawab Renggo.
"Ah. Dimana sopan santunku. Namaku Ronnie. Ronnie Staccato. Senang berkenalan denganmu." kata pria tersebut.
"Namaku Freddy, dia Chrono, dan robot itu Renggo." balas Freddy.
"Jadi, namamu Renggo ya. Maaf tadi mengagetkanmu. Aku hanya kegirangan melihat sebuah robot di dunia asing ini. Kau lihat, aku suka teknologi dari masa depan." kata Ronnie pada Renggo.
"Tidak apa, saya tidak keberatan." jawab Renggo.
"Ha ha... baguslah kalau begitu. Oh ya Freddy, aku dengar party mu kekurangan satu anggota. Apa boleh aku bergabung?"
"Bagaimana, kalian tidak keberatan?" tanya Freddy pada Chrono dan Renggo.
"Tidak." jawab Chrono
"Saya tidak keberatan." jawab Renggo.
"Bagus! Nah, sekarang party sudah lengkap 4 orang. Saatnya kita pesta!" kata Ronnie dengan penuh semangat.
Mereka berempat pun menuju salah satu portal yang dijaga seorang wanita berbaju maid.
"Selamat datang di Battle of Realms. Apakah kalian siap untuk menghadapi babak  preliminer?" tanya wanita tersebut.
"Ya." jawab Freddy.
"Baiklah, silahkan masuk portal ini." kata wanita itu.
Mereka berempat pun memasuki portal itersebut.
================================================================
Chapter 04: The Preliminary Begins
================================================================
Mereka berempat muncul di atas tebing di sebuah padang pasir yang luas. Suasana sekitar yang gelap hanya diterangi oleh cahaya bulan dan obor-obor para pasukan.  
"Hmm... Sepertinya kita tidak berpindah jauh. kita masih di zona waktu yang sama." kata Chrono sambil melihat jam digital di gagang pedangnya.
"Tunggu, di pedangmu ada jam digitalnya?" tanya Ronnie.
"Yap, hal sepele seperti ini bisa sangat bembantu lho."
"Perkembangan teknologi memang hebat ya."
Tiba-tiba muncul suara seorang pria yang tidak dikenal.
"Wah, tempat ini indah ya, Renggo."
Semuanya langsung melihat ke arah sebuah pipa kecil melayang yang ada di debelah kepala Renggo.
"Kau! Bagaimana kau bisa..."
"Tentu saja aku bisa, kau pikir siapa yang membuatmu, hah?"
"Renggo, siapa dia?" tanya Freddy.
"Sebentar, saya bisa-" kata renggo sebelum disela oleh pipa berbicara tadi.
"Halo, aku operatornya Renggo. Salam kenal."
"Sebenarnya, aku ingin mengenalkan diri lebih awal, tapi membangun koneksi ke Alforea lebih susah dari yang aku kira."
"Tenang, aku tidak akan menghalangi kalian. Aku cukup mengobservasi dari pinggiran saja."
"Ya... baiklah" kata Freddy dengan nada agak kebingungan.
"Ehem..." kata wanita berbaju maid tadi. Dia meminta perhatian semua orang.
"Jadi misi kalian pada babak preliminer ini adalah untuk memasuki istana itu dan menghancurkan dua buah crystal yang ada didalamnya." kata wanita itu sambil menunjuk ke arah sebuah istana yang terletak agak jauh dari posisi mereka.
"Kedua crystal harus dihancurkan secara bersamaan. Dan akan ada pasukan monster dari berbagai macam ras yang melindungi istana."
"Kalian tidak akan bertarung sendiri. Kalian akan dibantu oleh pasukan kerajaan Alforea yang berjumlah 500 orang. "
"Dan terakhir, dalam 5 menit setelah babak preliminer dimulai, akan muncul musuh baru yang lebih kuat. Ada pertanyaan?"
Chrono mengangkat tangan.
"Apa yang akan terjadi setelah kita menghancurkan kedua crystal itu?"
"Semua monster akan hilang, babak preliminer dinyatakan selesai."
"Baiklah, jika tidak ada pertanyaan lagi, saya ucapkan selamat tinggal dan semoga berhasil." Wanita itu pun membalikkan badannya dan memasuki portal di belakangnya.
"Baiklah, sekarang kita butuh rencana." kata Freddy sambil melihat ke arah rekan-rekan satu party nya.
"Aku setuju, menerjang begitu saja tanpa sebuah strategi sama saja seperti bunuh diri."  kata Ronnie.
"Jadi, kau mau kita melakukan apa?" tanya Chrono.
"Pertama aku tanya, kemampuan kalian apa? tidak harus dijelaskan terlalu spesifik." Tanya Freddy.
"Aku bisa mengendalikan ruang dan waktu." kata Chrono.
"Saya bisa meniru wujud dan kekuatan dari orang lain" kata Renggo.
"Aku seorang petinju. Bagaiman dengan kau sendiri, Freddy?" Kata Ronnie.
"Aku seorang Rune Magician. Penjelasan simpelnya aku bisa menempelkan mantra sihir pada permukaan apapun selain makhluk hidup." jawab Freddy.
"Hmm... Menarik." kata Ronnie.
Setelah berdiam sebentar, Freddie menjelaskan rencananya.
"Baiklah, jadi rencananya begini. Kita akan berpasangan 2 orang. Ronnie akan maju bersama Chrono, dan Renggo akan ikut denganku. Pasukan Alforea akan dibagi rata dan maju bersama kita. Kita akan bagi dua pasukan musuh. Karena jika musuh terbagi dua, akan lebih mudah bagi kita untuk menghabisi mereka. Setelah musuh dihabisi, kita berkumpul kembali untuk menyiapkan serangan kedua menuju istana."
Chrono menoleh ke Ronnie dan Renggo.
"Bagaimana, kalian setuju?"
Renggo mengganguk, dan Ronnie tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
Mereka berempat pun menyiapkan diri untuk pergi berperang.
================================================================
Chapter 05 - Battle Under The Moonlight
================================================================
Freddy, Chrono, Ronnie, dan Renggo berdiri berjejeran diatas bukit didampingi oleh ratusan ksatria dari pasukan kerajaan Alforea. Medan perang sudah menunggu di hadapan mereka.
Freddy menoleh ke arah party nya.
"Kalian siap? Jangan lupa strateginya." 
"Hanya Divide and Conquer kan? Gampang." kata Chrono.
"Ha ha... Jangan sampai kalian terbunuh ya!" kata Ronnie.
"Sepertinya teman-temanmu bersemangat ya, bagaiman denganmu? Kau tidak ketakutan kan, Renggo?" kata si operator pada Renggo dengan nada mengejek.
"Diam kau! Jangan sampai kau menghalangiku." kata Renggo dengan nada marah.
"Heh. Kita Maju! Serang!!!" teriak Freddy sambil menerjang ke depan.
Semua orang pun menerjang menuju medan perang.
Sesuai rencana, pasukan Freddy dan Renggo bergerak menuju sisi kiri medan perang, sedangkan pasukan Chrono dan Ronnie bergerak ke kanan. Pasukan monster pun terbelah menjadi dua. Sebagian mengejar ke kanan dan sebagian lagi mengejar ke kiri.
"Bagus, mereka bergerak sesuai perkiraanku. Sekarang saatnya untuk menyerang. Renggo, apakah kau bisa meniru kekuatanku?"
"Tentu saja. Tapi saya hanya bisa meniru kemampuan pertama yang saya lihat."
"Baiklah, kalau begitu lihat ini."
Freddy menepuk pundak Renggo, dan muncul sebuah Rune di pundak Renggo.
"Itu adalah Blast Rune, aku butuh kau untuk lari mengitari musuh sambil memasangnya, sedangkan aku juga akan memasangnya dari arah berlawanan."
"Baiklah, serahkan pada saya." 
Renggo pun menyentuh Rune tadi dan mengaktifkan kemampuannya. Wujud Renggo pun perlahan-lahan berubah menjadi sosok yang mirip Freddy.
"Hoo~ hampir mirip dengan yang aslinya. Baiklah Renggo, sekarang!"
Freddy dan Renggo pun bergerak mengitari musuh dengan arah yang berlawanan sambil memasang Rune.
Sedangkan di sisi lain medan perang, Chrono dan Ronnie sedang bertarung jarak dekat dengan beberapa goblin dari pasukan monster. Saking kuatnya mereka, mereka dapat berbicara santai di tengah pertarungan
"Hei, kau lumayan jago juga, pak tua." sindir Chrono.
"Heh. Pak tua ini masih bisa mengalahkanmu dalam pertarungan, lho!"
"Hoo~ apakah itu sebuah tantangan?"
Chrono dengan cepat memenggal para goblin yang menyerangnya.
Di saat yang bersamaan, Ronnie memukul salah satu goblin dengan sangat keras hingga goblin tersebut terlempar keluar medan perang.
"Mungkin untuk nanti. Jika kita saling bunuh disini, kita hanya akan menyusahkan Freddy dan Renggo." kata Ronnie dengan nada yang merendahkan sambil menyeringai.
"Heh, kau takut, manusia?" kata Chrono dengan nada kesal.
"Jangan begitu, kau kan juga manusia, bukan?"
Tiba-tiba sebuah terdengar suara ringkikan keras yang menggangu percakapan "santai" mereka.
================================================================
Chapter 06 - Heat Rises
================================================================
Freddy dan Renggo berhasil memasang Blast Rune di sekitar pasukan musuh, dan telah berkumpul di belakang pasukan musuh.
"Kau sudah pasang rune-nya, Renggo?"
"Saya pasang sebanyak yang saya bisa"
"Itu sudah cukup."
Freddy menyentuh Blast Rune yang ada didepannya.
"Rune Link!"
Lalu muncul garis-garis yang menyambungkan Blast Rune yang ada di sekitar pasukan monster itu.
"Blast Rune, aktif!"
Rune-rune itu pun menyala dengan terang, lalu meledak dengan kekuatan yang dahsyat. Semua yang ada di dalam radius Rune yang telah disambungkan tersebut lenyap tanpa sisa.
"Jadi ini rencanamu, lumayan hebat, Freddy." kata si operator.
"Untuk kali ini aku setuju denganmu, operator." kata Renggo.
"Terima Kasih, aku hanya bersyukur tebakanku tidak meleset."
Tiba-tiba mereka mendengar suara ringkikan yang keras yang berasal dari langit.
Mereka pun terkejut.
"Suara apa ini?" 
"Saya tidak tahu, kita sebaiknya berkumpul lagi dengan yang lain."
"Ya, ayo!"
Mereka pun bergegas menuju posisi Ronnie dan Chrono.
"Freddy! Disini!" sahut Chrono.
"Tunggu, kenapa ada dua Freddy?" tanya Ronnie.
"Anu... Ini Renggo, dan lebih penting lagi, apakah kalian mendengar suara tadi?" kata Freddy dengan agak ngos-ngosan.
"Ya, apakah ini musuh baru yang lebih kuat yang dikatakan maid tadi?"
Ronnie menyela pembicaraan.
"Omong-omong, apakah ada yang merasa bulan itu terlihat lebih besar?"
Secara reflek semua orang melihat ke atas dan menyadari bahwa bulan itu memang terlihat besar dan anehnya, terlihat ada retakan di permukaan bulan itu. Dan retakan itu semakin menyebar.
"Apakah musuh kita akan datang dari bulan itu?" tanya Freddy.
Ronnie melepas jasnya dan menggulung lengan kemejanya.
"Sepertinya begitu, bersiaplah!"
Bulan itu pun pecah, dan muncul monster raksasa berbentuk kuda yang bersayap dan bertanduk. Tubuh monster itu tertutupi api-api putih yang membara.
"I-itu... Tamon Rah!!!" sahut salah satu prajurit Alforea.
"Apa? Itu wanita yang tadi berbicara diatas balkon?" tanya Ronnie.
"Itu Tamon Ruu! Ini Tamon Rah!"
Tamon Rah turun dan mendarat di medan perang. Dia meringkik dengan keras. Dia tampak siap untuk bertarung.
"Kau punya rencana untuk ini, Freddy?" tanya Chrono.
"Apakah serangan langsung termasuk rencana?"
"Ya... kita memang menang jumlah, tapi apakah hanya jumlah kita bisa menang?" Kata Renggo.
"Tentu saja tidak. Lagipula, apakah makhluk itu terlihat seperti sesuatu yang bisa dikalahkan dengan kekuatan fisik sendiri?" Kata Ronnie sambil memasang boxing tape pada tangannya.
"Ya, Ronnie benar. Kita butuh strategi yang lebih matang." kata Freddy.
"Untuk menyusun strategi yang efektif, aku harus tahu lebih banyak tentang makhluk itu. Tentang pola gerakan dan serangannya dan lain-lain"
Ronnie melangkah kedepan.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan menjadi umpan."
================================================================
Chapter 07 - Fire in The Skies
================================================================
"Tunggu, Ronnie! Apakah kau yakin?" Freddy mencoba menghentikan rekan satu party nya itu.
"Tentu saja aku yakin, toh ini demi kemenangan kita bersama."
"Dengar Freddy, diantara kita berempat akulah yang memiliki kesempatan paling besar untuk bertarung setara dengan makhluk itu."
"Baiklah, pasukan Alforea akan maju bersama Ronnie, kita bertiga akan mengikuti di belakang mereka."
"Heh" Ronnie pun berlari menerjang makhluk itu.
Tamon Rah merasakan ancaman dari Ronnie mengalihkan pandangannya ke dia. Tamon Rah pun menerjang Ronnie.
"Ayo, kuda sialan, mari kita berdansa!"
Ronnie langsung melesat ke arah kaki Tamon Rah dan mulai menyerangnya dengan kombinasi pukulan dan tendangan yang dahsyat. Tamon Rah meringkik dengan keras. Kekuatan serangan bertubi-tubi dari Ronnie dan pasukan Alforea tampaknya berhasil melukai Tamon Rah. Dan entah kenapa Ronnie tampaknya mulai memanjat tubuh Tamon Rah.
"Pak tua itu benar-benar..." 
Ronnie berhasil memanjat Tamon Rah, dan sekarang sedang berdiri di punggungnya.
"Rasakan ini!"
Ronnie lalu mulai memukuli punggung Tamon Rah berkali-kali. Tiba-tiba, Tamon Rah memutar kepalanya dan sekarang mengadap Ronnie. Dia sepertinya menyiapkan serangan. Ronnie yang menyadari hal ini menghentikan serangannya.
"Ayo, kau menunggu apa?" Ronnie menatap mata makhluk itu, menantangnya untuk menyerang.
Sebelum makhluk itu melepaskan kekuatannya, Tiba-tiba dia kehilangan keseimbangannya. Ternyata, Chrono berhasil memotong salah satu kaki makhluk tersebut.
"Heh, jangan lupakan kami, pak tua!" sindir Chrono.
"Heh. Anak muda jaman sekarang memang sombong ya."
"Kau tunggu apa, pak tua? Habisi dia!"
Ronnie lalu melompat ke arah kepala Tamon Rah dan memukulnya sekuat tenaga. Pukulan Ronnie kena telak, dan berhasil mematahkan tanduk dan tampaknya juga berhasil menumbangkan Tamon Rah.
"Tak kusangka pak tua itu berhasil" kata Chrono didalam hati.
Saat Ronnie aka turun dari kepala Tamon Rah, tiba-tiba Tamon Rah meringkik dengan keras dan bangkit lagi dengan kasar. Ronnie yang berdiri di kepala Tamon Rah pun terlempar lumayan jauh.
"Ronnie!" Renggo pun mengejar tubuh ronnie yang terlempar.
Tamon Rah pun terbang ke angkasa. Dia lalu membuka sayapnya di udara dan menembakkan puluhan bola api raksasa ke arah Freddy, Chrono dan pasukan Alforea.
Freddy menarik kerah Chrono dan memasang sebuah Rune di tanah.
"Barrier Rune, aktif!"
Sebuah kubah yang terbuat dari cahaya muncul dan melindungi Freddy dan Chrono. Sayangnya, semua pasukan Alforea dimusnahkan oleh serangan Tamon Rah. Tamon Rah pun terbang pergi.
"Fuh, hampir saja, kau tidak apa-apa, Chrono?"
"Ya, berkatmu."
"Ayo kita susul Ronnie dan Renggo."
================================================================
Chapter 08 - Tower Offense
================================================================
Mereka berempat bertemu kembali di sebuah tebing di dekat istana tujuan mereka.
Chrono agak terkejut melihat Ronnie yang sekarang memakai perban di lengan bawah dan dahinya.
"Pendaratannya kurang lembut ya, pak tua."
"Bisa dibilang begitu. Tapi, berkat Renggo, aku masih bisa bertarung."
"Saya hanya memberi perban dari item drops saya."
"Tapi berkat kamu, kemampuan bertarung ku mendekati maksimal. Ayolah, Renggo. Berbanggalah sedikit."
"Baiklah, jika kau berkata begitu."
"Ooooh~ Renggo tersipu malu~" kata si operator.
"Tolong jangan rusak momen ini.
Mereka semua lalu tertawa. Lalu melihat keadaan penjagaan istana tersebut. Bagian luar istana tersebut dijaga oleh sekitar 200 monster dari berbagai ras. Monster-monster ini terlihat lebih kuat dari monster-monster sebelumnya.
Setelah beristirahat sebentar, Freddy, Chrono, Renggo, dan Ronnie mempersiapkan diri untuk bagian terakhir babak preliminer ini.
"Baiklah, ayo selesaikan misi ini!" kata Ronnie, menyemangati rekan satu party nya
"Oke! Seperti biasa, kita butuh rencana..."
Pembicaraan mereka terganggu oleh suara ringkikan Tamon Rah.
"Dia lagi?"
Tamon Rah melayang  di atas para monster penjaga istana, lalu menembakkan serangan api dari sayapnya. Serangan tersebut memusnahkan sebagian besar monster penjaga istana. Tamon Rah lalu turun untuk mengabisi sisanya.
"Kau punya plan B, Freddy?" tanya Chrono.
"Ehh... tunggu sebentar." 
"Kalau begitu, saya ingin mengajukan sebuah rencana, walaupun agak gila." Renggo memotong pembicaraan.
"Baiklah, Renggo. Jelaskan rencanamu."
Renggo pun menjelaskan rencananya.
Tak lama kemudian mereka berempat lari menerjang Tamon Rah. Renggo dan Chrono menghadang Tamon Rah, sedangkan Freddy dan Ronnie mengitari Tamon Rah dan berlari ke arah istana. Freddy memasang sebuah Rune dibelakangnya saat berlari, menangkap perhatian Tamon Rah. Tamon Rah pun mengejar Freddy.
"Hehe... Kau kena perangkapku, ikat dia, Barrier Rune!"
Puluhan tali-tali yang terbuat dari cahaya muncul dari Rune tersebut dan mengikat Tamon Rah. Sementara Renggo dan Chrono mendekati Tamon Rah.
"Chrono's Area!"
Dengan bantuan kekuatan Chrono, Renggo dengan cepat berhasil mendekati dan menyentuh Tamon Rah. Wujud Renggo pun menjadi mirip Tamon Rah. Renggo pun bertarung melawan Tamon Rah.
"Sepertinya rencana Renggo berhasil." kata Ronnie sambil menoleh ke belakang
Ronnie dan Freddy pun memasuki istana. Crystal yang mereka incar ada di balkon yang berseberangan. Mereka pun terpaksa berpisah dan mengikuti koridor yang berbeda. Walaupun cuma sedikit, ada beberapa monster yang menjaga koridor tersebut. 
"Maaf, numpang lewat." kata Freddy sambil menebas monster-monster yang menghalanginya.
Ronnie pun juga menghadapi beberapa penjaga istana hingga dia sampai di balkon tempat crystal di saat bersamaan dengan Freddy. Mereka berdua mencoba mendekati crystal, tapi crystal tersebut menyerang mereka dengan sihir. Jarak kedua balkon tersebut tidak terlalu jauh, sehingga Freddy dan Ronnie bisa berbicara satu sama lain.
"Kau siap, Ronnie?"
"Sudah siap dari tadi."
Mereka berdua lalu mendekati crystal mereka masing-masing.
Freddy dengan santainya menerima serangan dari crystal tersebut.
"Tubuhku sudah terbiasa terkena sihir, ini bukan apa-apa."
Sedangkan Ronnie menghindari serangan crystal-crystal tersebut dengan gerakannya yang gesit.
"Terlalu lamban!"
Freddy memasang Blast Rune pada kedua sarung tangannya, lalu menyerang crystal tersebut. Ronnie meluncurkan sebuah pukulan pada crystal itu.
"Dal Ceneri Alle Ceneri!" Pukulan kuat itu mengenai crystal tersebut. Saking kuatnya, hingga tidak hanya crystal di sisi Ronnie yang hancur, crystal di sisi Freddy pun ikut hancur, dan Freddy terpentak ke dinding istana.
Sedangkan di luar, Renggo yang telah dikalahkan oleh Tamon Rah, diaselamatkan oleh cahaya misterius yang mengikat dan mengangkat Tamon Rah dan menyegelnya kembali di dalam bulan.
"Mereka berhasil..." kata Renggo, sebelum dia pingsan karena kelelahan.
"Ya, kau benar." jawab Chrono yang melihat istana hancur di kejauhan
"Sepertinya aku memukulnya terlalu keras..." kata Ronnie sambil melihat keadaan sekitar.
"Hm?"
"Freddy? Freddy...? di mana kau?"
"Di... sini..."
Ronnie melihat Freddy tergeletak diantara puing-puing istana. 
"Maaf, Sepertinya aku memukul terlalu keras."
Ronnie membantu Freddy bangun.
"Tidak apa-apa, yang penting semua sudah berakhir."
Sebuah portal muncul di dekat mereka.
"Mungkin itu portal untuk kembali." kata Freddy sambil melihat.
"Ya, lebih baik kita tunggu Chrono dan Renggo dulu. Meninggalkan teman itu tidak baik."
Tak lama kemudian muncul sosok Renggo yang dibantu berjalan oleh dua orang Chrono.
"Tunggu, sekarang ada dua orang Chrono?" Ronnie terkejut.
"Tenang, pak tua, ini hanya kemampuanku, aku memanggil diriku dari waktu lain untuk membantuku."
"Hei, robot, kau berat, tahu!" kata Chrono yang satu lagi.
"Maaf, setelah meniru dan bertarung dengan Tamon Rah, saya kehabisan energi."
"Aku masih tak percaya kau berubah menjadi monster itu." kata Freddy
"Ya, aku juga tidak menyangkanya." kata Operator.
"Mari kita selesaikan ini, saya sudah lelah." kata Renggo dengan loyo.
"Hei, seenaknya saja kau nyuruh-nyuru, dasar robot sialan!" kata Chrono yang satu lagi.
Semua orang terdiam. Lalu tertawa. dengan senyuman dan rasa bangga dari kemenangan yang besar, mereka memasuki portal itu. Tidak mengetahui apa yang akan mereka hadapi berikutnya.

-- TO BE CONTINUED --

7 comments:

  1. Ya ampun! Ini mau bikin cerpen atau naskah drama sih!?
    Boro2 mau ngerti ceritanya, mau baca aja orang berpikir dulu.

    Aku nggak bisa ngereview ceritanya, paragraf aja nyaris nggak ada, apa yang bisa dibayangkan dari adegannya?
    Well, paragraf cuma 1 baris, itupun minim penggambaran, minim banget.
    Dan juga WALL OF TEXT, ini 8 chapter of bricks.

    Karakterisasi minim banget, nyaris nggak ada yg bisa ditangkep dari keempat karakter, nggak ada karakter yg mendapat highlight, nggak ada penggambaran sifat, nggak ada konflik berarti.Gabung party, bertarung, menang. Nggak ada plot yg memorable disini, bahkan nyaris nggak ada yg bisa dikatakan sebuah plot disini.

    Aku sarankan untuk banyak membaca terlebih dahulu. Kalau kamu belum terbiasa membaca yg berat2 seperti novel, mungkin kamu bisa baca dulu entry temen2 disini utk mengetahui, bagaimana cara mereka bercerita, bagaimana mereka menyusun plot, konflik, karakterisasi, dan juga teknik dasar penulisan.

    Tolong perpanjang paragrafnya, tulis sesuatu yang nggak cuma menggambarkan dengan deskriptif, tapi juga memukau dengan narasi yg menarik.

    Contoh, paragraf ini :
    Freddy terbangun di sebuah ruangan hampa yang luas. Semua ini berawal dari quest untuk menyelidiki sebuah rune aneh di dalam dungeon.

    Mari kita beri sedikit narasi :

    Freddy terbangun di sebuah ruang hampa yang luas. Sejauh matanya memandang hanyalah putih yang ia lihat. Titik horizon pun tak tampak, semua hanya putih, bersih. Ia terheran, sesaat lalu ia masih dalam misinya mencari Rune di sebuah kuil misterius. Di tangannya masih tergenggam secarik kertas.

    "Are you ready for battle?"

    Freddy menatap kertas itu cukup lama sebelum meremasnya dan memasukkannya ke saku celananya.

    ===

    Nah bagaimana, lebih menarik bukan?
    Itu baru ekspansi dari satu paragraf lho. Masih banyak banget paragraf kamu yg perlu kamu "show" lagi ketimbang mengandalkan dialog. Pembaca nggak bisa berimajinasi tanpa kamu ngasi gambaran tentang apa yg terjadi, lho..

    Dariku 2/10
    Untuk niat utk mengirim entry meski udah kepepet deadline. At least you tried.

    Maaf, aku rasa kamu harus lebih banyak belajar lagi. Aku harap kritik ini dapat membangun semangatmu untuk belajar menulis lebih giat. Kamu boleh gugur di BoR ini, tapi pastikan dirimu untuk ikut di tahun depan dan mengalahkan peserta2 lainnya!!

    See you next year~~

    OC : Meredy Forgone

    ReplyDelete
  2. Kalau di SnK ada sebuah tembok batu setinggi 50 meter yang menghalau para titan, sedangkan disini ada tembok kata setinggi 3,6K yang menghalau para pembaca. Seriously, membaca entri ini adalah tantangan berat bagiku.

    Sebenarnya dilihat dari plot sih oke-oke saja, dialognya justru bagus kalau lebih rapi dan diimbangi deskripsi yang memadai. Jangan gunakan kata yang sama berulang-ulang, cari sinonimnya. Jangan cuma tambahkan "kata si X" setelah dialog, tambahkan juga sedikit deskripsi prilaku seperti garuk-garuk kepala, menghela nafas, atau sejenisnya.

    Lalu the big problem, kerapihan paragraf yang minim karena tidak di double enter, itu alasan entri ini sepi komentar, hal yang pertama dilihat kebanyakan pembaca itu kerapihan paragrafnya.

    Well, tetap semangat dan jangan menyerah. Dulu tulisanku juga sama seperti ini, tapi setelah berlatih dua tahun bersama Rayle*gh akhirnya aku bisa menggunakan haki #Eh?

    I'll give higher point. Setidaknya karena kamu mengirim tulisan originalmu dengan bangga.

    Nilai : 7
    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete
  3. Ini lupa dikasi enter untuk misahin antar paragraf.

    Minim narasi.

    Terlalu banyak dialog.

    Dialog tagnya kurang.

    Tapi klo melihat secara garis besar dengan mengesampingkan hal-hal di atas, kupikir ini tidak seburuk itu. Ada potensi-potensi yang bisa mengkilap bila diasah terus. #kayak batu akik #plak Sudah ada alurnya meski agaknya belum bisa disampaikan optimum pada pembaca. Ingat, main narasi.

    Nilai : 5

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  4. Paragrafnya di kasih enter, mungkin bisa jadi lebih unyu :3

    Narasinya bisa diperpanjang, penggambaran yang indah membuat hal sepele terlihat lebih keren. bahkan orang ngupil kalau dikasih narasi hebat. bisa jadi epic :v

    Idenya buat nggabungin blast rune itu asik juga, ngga kepikiran bisa pakai cara itu.

    Entry mu banyak potensinya, mungkin kalau ngerjainnya ngga buru2. bisa dimaksimalkan

    Nilai : 7

    -Klonoa Trunnion-
    "Kemampuan favoritku hanya digunakan untuk mengangkut barang...
    entah aku harus tertawa atau apa-"

    Overall :7

    ReplyDelete
  5. Andai saja segalanya semudah ini...
    Andai saja kristal itu bisa hancur dengan Brajamusti
    Andai saja aku menghadirkan Bahamut, tandingan Tamon Rah dan mengendalikannya, semua pasti akan lebih mudah...
    Tapi yah, kalau maunya having fun dan seseruan aja sebenarnya entri terburu2pun masih bisa sedikit enjoyable buat saya daripada baca buku romance di samping ini.

    Yah, kalau setidaknya sudah coba, saya rasa ini masih lebih lumayan daripada total ngasal, modifikasi seenaknya dan ending ngegantung. Jadi nilai akhirnya 5/10. OC: Vajra

    ReplyDelete
  6. Lagi" entri yang lebih kayak naskah drama alih" cerita.

    Dominasi dialog dan sama sekali ga ada narasi atau deskripsi. Ini kayak dikasih lauk tapi tanpa nasi atau sayur, jadinya digado aja

    Belum lagi kehilangan spasi yang bikin susah ngikutin alur cerita ini.

    Sepanjang battle juga ternyata ga berubah, kita bukannya disuguhin sesuatu yang bisa ngebantu ngebayangin apa yang terjadi lewat tulisan, masih juga disodorin ngobrol non-stop di segala situasi. Secara plot sendiri ini masih termasuk cerita yang difficultynya 'gampang'

    Dari saya 4. Deadliner buffer -1, jadi nilai akhir dari saya 3

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  7. Oh wow wall of text

    Jujur aja saya baca rasanya hambar, deskripsinya secukupnya dan semua terkesan berlalu dengan begitu cepat. Saya rasa nggak perlu dibagi jadi beberapa bab.
    Dan typo.

    5/10 dari saya
    OC Lexia Gradlouis

    ReplyDelete