9.5.15

[PRELIMINARY] IZU YAVUHEZID - PERANG DI MALAM HARI

IZU YAVUHEZID - PERANG DI MALAM HARI
Penulis: Newbie Draft



Izu Yavuhezid adalah seorang perempuan Ras Cegar dimana ukuran tubuhnya tampak seperti anak-anak berusia 14 tahun padahal usianya sudah mencapai 25 tahun. Entahlah ini sebuah anugerah atau kutukan namun di tempat asalnya planet Adgrarth Ras Cegar memang memiliki tubuh seperti itu. Walaupun memiliki tubuh seperti itu Ras Cegar terkenal dengan kepintarannya terhadap alat-alat berteknologi tinggi dan keahliannya dalam menganalisa lingkungan, sehingga mereka menjadi Ras paling pintar di Adgrarth.

Saat ini Izu sedang dalam perjalanan untuk menemukan dunia yang pernah ayahnya singgahi, namun sayang saat sedang dalam perjalanan, pesawat yang Izu kendarai tertabrak sesuatu hingga rusak dan menabrak sebuah tebing. Untunglah Izu masih sempat menarik pelontar keselamatan sehingga dia selamat dari kecelakaan maut tersebut. Izu berhasil mendarat di sebuah dataran berbatu yang di huni oleh mahkluk-mahkluk buas. Di sini Izu harus bertahan hidup dari serangan mahkluk-mahkluk buas dan kemampuan bela diri Izu cukup bermanfaat.


Hingga pada suatu malam Izu membuat kemah dengan alat ciptaan yang bernama Inventory Cube lalu menyamarkannya menjadi batu karang sehingga aman dari mahkluk-mahkluk buas penghuni tempat tersebut. Izu menemukan sebuah surat yang terselip pada buku harian ayahnya di surat itu tertera undangan untuk para petualang sejati. Dan tentu saja rasa penasaran mengalahkannya dan akhirnya Izu menyetujui untuk memenuhi undangan tersebut.

Kini Izu sedang berada di lobby peristirahatan bagi para petualang, tempat ini seperti surga karena apapun yang dibutuhkan oleh para petualang ada di tempat ini. Di sini Izu bertemu dengan pelayan-pelayan yang ramah yang memberinya seporsi besar sandwich daging rusa. Selain itu Izu juga bertemu dengan sebuah robot yang pandai sekali memainkan gitar dan kata-katanya bagai para pujangga Ras Adam di planetnya.

Ada juga gadis kecil yang memiliki gear yang melayang dikepalanya bernama Relima dan ada banyak lagi. Sampai suatu ketika saat Izu sedang asik mendengarkan alunan gitar sang robot tiba-tiba seekor kucing menabraknya. Ya seekor kucing berbulu hitam berpadu warna putih pada mulut dan keempat kakinya. Saat Izu akan menangkapnya, kucing itu segera kabur dan menghilang oleh sebuah cahaya. Dari sanalah semua orang-orang di tempat itu juga mulai menghilang termasuk sang robot bergitar dan dirinya.

Izu tiba-tiba berada di depan sebuah istana mewah yang megah dan di balkon atas terlihat seorang wanita dan seorang pria paruh baya. Mereka berdua mengumumkan sesuatu yang sangat penting yaitu pelaksanaan turnamen antar semesta akan segera dimulai namun ternyata jumlah peserta yang mendaftar sangat banyak dan harus dikurangi. Oleh sebab itu mereka meminta para peserta melakukan sebuah misi yang harus diselesaikan, misi ini dapat dilakukan sendiri bila merasa sanggup atau membuat sebuah tim. Dan disinilah petualangan Izu dimulai.

Orang-orang sudah mulai berbisik-bisik dan beberapa diantaranya sudah mulai bercengkrama satu sama lain. Terlihat juga para maid (pelayan wanita) mulai mendekati peserta dan membawa para peserta yang sudah siap menjalankan misi. Tapi Izu masih juga bingung karena orang yang ditemuinya di Alkima sudah bergabung dengan tim lain. Izu berjalan lesu mencari orang-orang yang mungkin masih mencari tim dan Izu menemukan seekor kucing berbulu hitam putih pada mulut dan keempat kakinya sedang asik menjilati dirinya di bawah sebuah pohon cemara.

"Hei...bukankah itu kucing yang tadi menabrakku di Alkima, apa dia juga peserta? Ato hewan peliharaan seseorang?" Gumam Izu sambil menoleh sekeliling kucing itu yang tidak tampak siapapun.

"Aku yakin dia pasti salah satu peserta, buktinya ada juga beberapa peserta yang sepertinya bukan humanoid," Kata Izu dalam hati menyakinkan dirinya.

Izupun berjalan mendekati kucing tersebut lalu menyapanya.

"Hei," sapa Izu.

Kucing itu berhenti menjilati dirinya lalu menoleh ke arah Izu dan langsung melompat ke belakang dengan posisi waspada.

"Meeeeeoooongggg...." kucing itu mengeong keras dengan posisi bulu-bulunya berdiri dan menatap tajam pada Izu.

"Siapa Kau? Nyaaaawww...dan kenapa kau ingin menangkapku? Nyaaaawww..." kata sang kucing penuh waspada.

"Sudah kuduga dia memang peserta, buktinya dia bisa bicara," gumam Izu.

"Heeeeeiii...kenapa kau diam? Nyawwww" teriak kucing tersebut.

"Maaf, aku melamun, namaku Izu dan aku ingin mengajakmu untuk membuat sebuah tim," kata Izu sambil tersenyum.

"Tim? Denganku? Apa aku tidak salah dengar nyaw..." tanya sang kucing.

"Tentu saja tidak, kau tahu? Kau mengingatkanku pada kucing kesayanganku, dia memiliki kelincahan yang luar biasa, dapat melihat di malam hari, dan pendengaran yang tajam," kata Izu.

"Nyaaawww…kalau itu sih, aku juga bisa, tapi apakah dia bisa melakukan sihir? Nyaw…" tanya kucing tersebut.

"Sihir? Mana mungkin, kucingku hanya kucing biasa yang penurut, memangnya ada kucing yang bisa menyihir?" jawab Izu.

"Tentu saja nyaw… contohnya aku, aku adalah kucing medis aku memiliki sihir penyembuhan," jawab kucing tersebut.

"Waw, benarkah? Kalau begitu kau akan sangat membantu sekali dalam tim," kata Izu memuji.

"Tentu nyaaaawww…" balasnya dengan bangga.

"Mmmm…ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Izu.

"Aku Yu Ching," jawabnya singkat sambil mengulurkan kaki kanan depannya.

Dengan lembut Izu menyambut kaki itu dan mengoyang-goyangkannya "Salam kenal,"

Sekarang Izu sudah membuat tim dengan Yu Ching dan menurutnya tim ini sudah cukup, tapi Izu mendengar ada orang yang sedang meributkan sesuatu.

"Dia sudah bersamaku sejak tiba disini jadi dia sudah masuk timku," teriak seorang pria berambut merah.

"Tidak, dia sudah bersamaku sejak awal jadi dia tim ku," balas seorang pria berkuping lancip dengan senjata panah ditangannya.

Kedua orang itu ribut dan akhirnya…

"Maaf...tapi aku sudah bergabung dengan tim yang lain," seorang gadis kecil lucu berambut biru tua berkata kepada kedua orang yang memperebutkannya.

"APA!?" keduanya membalas bersamaan.

"Lalu mana timmu?" tanya pria berkuping lancip.

Gadis itu melihat sekelilingnya lalu menujuk kearah Izu dan berlari menghampirinya.

"Heeeiii..." teriak gadis tersebut kepada Izu.

Izu hanya diam dan membalas dengan melambaikan tangan kepada gadis kecil berambut biru tua tersebut. Setelah gadis itu mendekat, gadis tersebut menoleh kearah dua orang yang tadi berseteru dengan tersenyum. Kedua orang itu hanya menggelengkan kepala dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu bubar melanjutkan mencari tim yang lain.

"Fuuuhhh...akhirnya bebas juga," bisik gadis tersebut.

"Kenapa nyaw...? dan kau siapa nyaaawww...?" tanya Yu Ching yang mampu mendengar bisikan dari gadis tersebut.

"Aiiihh..ada kucing bisa bicara," gadis tersebut tampak tidak begitu terkejut mengetahuinya.

"Mmmm...kau siapa dan apa yang terjadi barusan?" tanya Izu.

"Namaku Clara Mermaida dan tadi itu mereka memperebutkanku untuk bergabung dengan tim mereka, tapi entahlah aku tidak biasa bergaul dengan orang dewasa apalagi mereka berdua seorang pria," jawab gadis berambut biru tua tersebut dengan malu-malu.

"Oooo...begitu, lalu siapa tim mu?" tanya Izu lagi.

"Aku...aku sebenarnya belum memiliki tim," jawabnya menunduk.

"Kenapa kau tidak bergabung dengan kami saja nyaawww...aku akan jamin keselamatanmu karena aku seekor kucing medis," balas Yu Ching dengan bangga.

"Medis? Benarkah? Lalu apa kau juga mengerti obat-obatan dan rambuan-ramuan?" tanya Clara.

"Aku sih tidak mengerti hal seperti itu nyaw...karena untuk apa hal tersebut saat kau memiliki kemampuan sihir penyembuhan tingkat tinggi nyaw," jawabnya.

"Sihir? Jadi penyembuhanmu menggunakan sihir," wajah Clara mendadak lesu.

"Tentu saja nyaw..., memangnya kenapa nyaw…, mukamu tampak lesu," balas Yu Ching.

"Emmm… Itu… Karena…" Clara diam sejenak, "… Sebenarnya tubuhku kebal terhadap segala jenis sihir, termasuk sihir penyembuhan," sambungnya lagi.

Izu mengangguk-angguk tanda mengerti, berarti sihir penyembuhan milik Yu Ching tidak akan berguna padanya. Kemudian Izu mengeluarkan inventory cubenya dan menekan salah satu tombol untuk melihat isinya.

"Sepertinya obat-obatan yang kumiliki cukup untuk perjalanan kita," kata Izu sambil kembali memasukan Inventory cube ke sakunya.

"Jadi kita berangkat sekarang saja nyaw?" tanya Yu Ching.

Izu melirik ke arah Clara, lalu Clara menggangguk kemudian ke arah Yu Ching. Dan Yu Ching pun mengangguk.

"Oke, kita berangkat seka..."

Belum beres Izu mengatakannya terdengar suara

"DUUUUUTTTT..."

Tidak lama setelah itu aroma tidak sedapun menyebar menyesakkan udara sekitar Izu dan kawan-kawan. Terlebih bagi Yu Ching yang penciumannya lebih sensitif dari manusia pada umumnya.

"Bau apa ini nyaaaawwww..." Yu Ching pun jatuh hingga lemas.

"Aduh..aduh...aduhh maap ye, aye kagak sengaje, emang udah dol ini," terdengar suara kakek-kakek dibelakang Izu.

Sontak semuanya menengok ke belakang Izu dan begitu juga dengan Izu.

"Maap lagi ye, sebelumnye, aye mau tanye, tadi entuh pada ngomgongin ape ye?" tanyanya dengan bahasa yang terdengar aneh di telinga Izu.

"Aneh sekali, kenapa bahasanya tetap aneh?, bukankah seharusnya bahasanya ikut berubah," kata Izu dalam hati.

"Maaf ya Kek, saya kurang paham dengan perkataan kakek," kata Izu dengan suara mendengung karena menutup hidung.

"Ape? Situ ngomong ape, kecil amat suaranye," kata kakek tersebut sambil memiringkan kepalanya.

"Aduuuhhh kok ada peserta kakek-kakek di tempat ini, apa dia nyasar?" tanya Izu dalam hati.

"Oi...kenape pada diem lu pade?" tanya kakek tersebut.

Sepertinya udara sudah kembali normal dan Izu sudah dapat  bernapas lega.

"Maaf Kek, saya kurang paham dengan kata-kata kakek," kata Izu dengan suara agak kencang.

"Ohhh..." kakek itu manggut-manggut, "...Nama aye Kumirun, aye juge kagak tau kenape bisa ade di sini," balasanya.

Izu menepuk kepalanya, selain kentunya beraroma racun gunung, ternyata kakek-kakek dihadapannya ini juga agak bermasalah dengan pendengarannya. Walaupun begitu Izu harus tetap bersabar menghadapinya. Secara berlahan Izu mulai mengerti apa yang diinginkan kakek tersebut dan Izu pun menjelaskan kepada kakek Kumirun secara detail. Mulai dari tujuan turnamen, membuat tim dan misi yang harus dikerjakan. Kakek Kumirun manggut-maggut lalu tidak berapa lama munculah seorang maid.

"Apakah kalian semua sudah siap?" tanyanya.

Dengan cepat kakek Kumirun menjawab, "Kalo aye sih siap aje, yok kite berangkat sekareng juge,"

Seketika itu juga tubuh kakek Kumirun diselimuti cahaya begitu juga dengan tubuh Izu, Yu Ching dan Clara. Tentu saja ini membuat Izu dan kawan-kawan menjadi bingung, tapi apa daya semua sudah terlambat dan tubuh mereka semua menghilang dari tempat itu.

***

Terdengar derap langkah kuda yang diiringi suara sepatu-sepatu besi bergema memantul dari tebing-tebing berbatu di sebuah gurun tandus berbatu. Tampak ratusan pasukan berzirah perak membawa perisai dan pedang lalu dibelakang mereka tampak beberapa pasukan memegang senapan laras panjang serta dibelakangnya lagi ada pasukan berjubah putih dengan tongkat-tongkat yang menyala seperti obor. Di barisan paling depan tampak 3 orang berkuda putih dengan pelindung kuda emas menatap tajam ke depan.

Dikejauhan terdengar gemuruh seperti badai, tapi itu bukanlah badai melainkan sekumpulan monster-monster aneh yang buas dan haus darah sedang berlari menyerbu ke arah kumpulan pasukan putih tersebut. Cahaya bulan yang terang menampakkan ribuan jumlah mereka dengan berbagai ukuran mulai dari yang sebesar tikus hingga sebesar rumah. Selain itu ribuan monster terbang seperti kelelawar besar tampak menghiasi langit. Mereka terus bergerak cepat dan dengan napas memburu mereka mulai mengangkat senjata-senjata mereka.

"SEEEEEERAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANGGGGGGGGGGGG...!!!!" teriak salah seorang berkuda putih sambil mengeluarkan sebuah pedang cahaya dari pinggangnya.

Puluhan bola api terlontar dari pasukan berjubah putih yang berada di barisan paling belakang, lalu disusul dengan ratusan tembakan hitam yang tak terlihat di gelapnya malam. Serangan itu menghujani pasukan monster dengan dasyatnya, ledakan-ledakan dan jeritan terdengar menghiasi malam cerah tersebut. Setelah serangan besar tersebut kini giliran pasukan paling depan dengan perisai dan pedang bergerak maju dengan penuh semangat membantai sisanya.

Seolah kemenangan berpihak pada pasukan berzirah perak karena pasukan monster tersebut mulai sedikit, namun hal itu tidak berlangsung lama. Dari kejauhan puluhan batu besar melayang terlontar dan menghantam pasukan  berzirah perak. Ternyata dari jauh pasukan monster masih berjumlah sangat banyak seolah jumlah mereka tidak terbatas. Tidak ada pilihan lain sang ksatria berkuda putih pun segera maju diikuti oleh pasukan lainnya. Pertempuran tak seimbangpun terjadi antara pasukan berzirah perak dengan pasukan monster yang ganas dan banyak.

Di saat harapan mulai tipis dengan jumlah pasukan yang terus berkurang, dari langit tampak lima cahaya melesat lalu turun dengan keras di tengah-tengah pertempuran. Semua terdiam sejenak dan menanti apakah itu?. Perlahan cahaya itu memudar dan menampilkan tiga sosok wanita, sesosok kakek tua dan seekor kucing. Semua saling berpandangan dan bertanya-tanya siapa mereka dan untuk apa mereka muncul di tengah pertempuran ini?.

"Kumirun, Izu, Yu Ching dan Clara kalian sudah tiba di tempat misi pertama kalian, yang perlu kalian lakukan adalah menyegel kembali Tamon Rah yang beberapa saat lagi akan muncul dengan cara menghancurkan dua menara yang berada jauh di utara. Dan ingat kalian harus menghancurkan dua menara tersebut secara bersamaan," ucap seorang gadis berpakaian maid yang kemudian menghilang.

"Eh buset, die ilang lagi," seru kakek Kumirun.

Kakek Kumirun menengok ke belakang dan melihat Izu, Yu Ching dan Clara.

"Eh, kenape lu pade ade di mari juga?" tanyanya.

Belum sempat menjawab pertanyaan kakek Kumirun tiba-tiba...

"AAARRRRRRRRR..." seekor monster berteriak lalu kembali bergerak maju di ikuti oleh monster lainnya.

"Awaaaasss nyaaawww..." teriak Yu Ching kepada seorang Izu yang akan di serang oleh seekor monster kadal.

"Srrriiiinggg...Sriiiinggg...." dua buah sabitan berwarna ungu membelah monster kadal tersebut menjadi tiga bagian dan perlahan berubah menjadi serpihan hitam.

"Tenang saja Yu Ching, aku dapat menjaga diri." Ucap Izu kepada Yu Ching sambil tersenyum.

"Ternyata kau bukan gadis biasanya nyaww.." kata  Yu Ching.

"Tentu saja, aku harus menyiapkan segala sesuatunya. Sebaiknya kita cari tempat berlindung dulu," Kata Izu.

Tapi sepertinya ajakan itu tidak dipedulikan oleh kakek Kumirun yang sedang bersemangat.

"Rasain neh, berani beraninya nyerang aye," katanya sambil menembaki monster-monster yang terus mendekatinya.

"Darimana kakek itu dapat senjata seperti itu?" tanya Izu.

"Dari salah satu prajurit yang gugur," jawab Clara.

"Kalau begini tidak ada cara lain, kita harus membantunya," ucap Izu sambil mencari-cari senjata dari korban perang ini.

"Ini pakai ini saja dulu, kita harus segera menuju menara itu sebelum..." ucapan Izu terputus saat melihat bulan retak.

Bulan retak dan keluarlah seekor kuda api bersayap berukuran raksasa.

"TAMON RAAAAHHH SUDAH MUNCUL...!!" teriak salah seorang ksatria berzirah perak.

Sang kuda segera melesat turun dan jejaknya membakar siapa saja tanpa peduli baik itu dari para monster ataupun para pasukan Alforea. Semua pasukan kembali sibuk, para penembak baik dari pasukan monster dan pasukan Alforea menyerang kuda tersebut. Dan tentu saja itu membuat sang kuda lebih murka. Beberapa pasukan Alforea mulai berguguran karena terbakar oleh jejak api kuda tersebut. Yu Ching segera berlari menghampiri pasukan yang terbakar tersebut lalu diam tengah-tengah kobaran pasukan Alforea yang terbakar.

"YUUU CHIIINGGG...!!!" teriak Clara yang juga ikut berlari.

Mau tidak mau Izu terpaksa ikut berlari mengikutinya, tapi Izu juga melihat hal lainnya. Tamon Rah sang kuda api yang tadi terbang menjauh kini kembali terbang ke arah tempat Yu Ching dan Clara berada.

"Gawat," gumam Izu.

"Buset dah, pade mau kemana tuh bocah-bocah," kata kakek Kumirun yang melihat Clara dan Izu berlari melewatinya.

Seberkas cahaya kuning menyebar di tengah-tengah para pasukan Alforea yang terbakar lalu cahaya itu memedar kesegala arah dan api yang membakar para pasukan Alforea pun lenyap tak berbekas.

"Apinya hilang,"

"Lukaku sembuh,"

"Luar biasa,"

Kata-kata gembira keluar dari para pasukan Alforea yang baru saja disembukan oleh cahaya kuning tersebut. Lalu dengan penuh semangat pasukan itu kembali maju merangsek pasukan monster dan membantainya tanpa ampun.

"UNTUK ALFOREAAAAA...!!!" teriak pasukan tersebut.

"Yu Ching, kau luar biasa, kemampuanmu menyembukan mereka semua," puji Clara.

Kesenangan mereka tidak berlangsung lama karena Tamon Rah yang murka segera melesat terbang ke arah mereka berdua.  Lalu mengembangkan sayap-sayapnya dan menembakkan puluhan bola api ke segala penjuru. Bola-bola api itu segera meledak saat mengenai sasarannya yang acak dan saat Izu hendak mendekati Yu Ching dan Clara.
"BOOOOOMMMM...!!!"

Sebuah bola api menghantam mereka berdua dan Izu langsung terpental hingga tempat Kumirun berada. Izu menatap kobaran api besar dihadapannya dan diam karena syok tanpa disangka dua orang teman yang baru dikenalnya gugur dihadapannya. Kakek Kumirun yang juga berada ditempat itu hanya diam menatapnya dengan tetesan air mata.

"Ini kagak bisa dibiarin, ini bener-bener kagak bisa dibiarin," ucapnya dengan penuh kesedihan dan amarah.

Tiba-tiba hujan turun dan memadamkan api di sekeliling mereka, asap hitam mengepul memenuhi udara dan Tamon Rah segera bergerak kembali ke arah Izu dan Kumirun berada. Namun tanpa diketahui oleh Izu sebuah tombak melesat dan menusuk mata Tamon Rah hingga kuda itu meringkik kesakitan. Izu tertengun sejenak dan berpikir siapa orang yang menyerang Tamon Rah tadi. Izu menengok ke belakang dan kini tampak sesosok pemuda tegap berbadan kekar berdiri di belakang Izu dengan sebuah tombak hitam milik musuh di tangan kanannya.

"Kau? Kau siapa?" tanya Izu.

"Kagak ade waktu buat jawab siapa aye, yang perlu kite lakuin adalah ancurin entu menare sebelum waktu aye habis, Ayo cepet," jawabnya sambil mengajak Izu berlari menuju dua buah menara yang menjulang tinggi.

Izu segera mengikuti pemuda itu yang dengan sigap membabat pasukan monster yang  menghalangi jalan. Beberapa pasukan Alforea yang melihatnya segera mengikuti dan membantu membuka jalan bagi mereka berdua untuk bergerak menuju kedua menara tersebut.

Tamon Rah kembali mengamuk dan kembali bersiap untuk menyerang pasukan-pasukan yang sedang bertempur dibawahnya.

"Kita harus cepat, kuda itu sudah mulai menyerang lagi," kata Izu.

"Iye...iye aye tau, tapi ini mahkluk-mahkluk kaye kage ade habisnye," teriak pemuda tersebut.

Setelah melalui jalan yang panjang dan sulit jarak mereka dengan kedua menara tersebut semakin dekat begitu juga dengan Tamon Rah yang terus terbang mendekati mereka. Saat jaraknya semakin dekat tiba-tiba Tamon Rah merubah haluan terbangnya menjauhi mereka. Lagi-lagi Izu kembali bingung, tapi ini bukan saatnya untuk bingung. Sekarang mereka berdua berada dihadapan para monster penjaga menara. Pemuda yang tadi bersemangat kini mulai terlihat lelah dan tubuhnya sudah mulai aneh. Rambutnya yang hitam berlahan mulai memutih, tubuhnya yang tegap berlahan mulai bongkok.

"Kite harus segera ancurin entu menara, waktu aye tinggal dikit lagi," kata sang pemuda.

Izu segera memusatkan kedua energi tubuhnya dan membuat kedua pedang di tangannya membesar. Sedangkan pemuda tersebut segera berlari maju sambil mempersiapkan pukulannya. Pasukan Alforea yang tadi ikut segera merangsek maju menyerang pasukan monster penjaga menara. Puluhan tembakan projektil sihir segera menembaki pasukan Alforea namun pasukan Alforea tetap maju. Semua energi Izu sudah dikumpulkan lalu secara bersamaan Izu dan pemuda tersebut melompat. Izu melemparkan pedangnya ke arah tanah  dekat menara tersebut sedangkan sang pemuda segera menghantam tanah dengan pukulannya. Kedua serangan tersebut sukses membuat retakan besar yang langsung mejalar menuju pijakan menara. Kedua menara tersebut mulai miring dan akhirnya roboh. Izu segera jatuh tersungkur dengan pandangan kabur menatap kedua menara itu roboh.

Dengan hancurnya menara tersebut Tamon Rah meringkik keras lalu sebuah energi tidak terlihat menariknya kembali masuk ke dalam bulan. Pasukan-pasukan monster yang sedang berperang melawan pasukan Alforea langsung berubah menjadi abu hitam dan menghilang.

"Kak Izu, Kak Izu..." sebuah panggilan lembut memaksa Izu untuk membuka matanya.

Pandangannya masih buram namun Izu melihat wajah yang tidak asing baginya, rambut biru gelap, dengan syal yang menggantung dilehernya, dia adalah Clara.

"Yu Ching cepat sembuhkan dia," kata Clara.

"Tidak bisa nyaw...aku baru saja menyembukan kakek Kumirun yang babak belur nyaw.." balas Yu Ching.

Beberapa pasukan Alforea berjubah putih berkumpul lalu mengangkat tongkatnya.

"HEAL..." mereka berteriak bersamaan.

Tubuh Izu dikelilingi cahaya dan Izu merasakan tubuhnya mulai kuat kembali. Kini pandangan Izu mulai jelas dan dapat melihat sekelilingnya. Izu dikelilingi oleh kakek Kumirun, Clara, Yu Ching yang sedang duduk diperutnya dan beberapa pasukan Alforea yang selamat. Tidak lama kemudian datanglah seorang wanita berpakaian pelayan.

"Misi berhasil dilaksanakan, saatnya kembali," Ucapnya dengan nada datar.

Wanita berpakaian pelayan itu menjentikkan jarinya dan dalam sekejap mereka berlima hilang dari tempat itu.

Dalam perjalanan pulang.

"Ngomong-ngomong bagaimana kalian berdua bisa selamat?" tanya Izu kepada Yu Ching dan Clara.

"Sebenarnya bola api Tamon Rah tidak mengenaiku tapi mengenai tanah di dekatku, bola itu meledak dan mengeluarkan sihir api," jawab Clara.

"Tapi Clara berhasil memelukku nyaaww... Dan melindungiku dari sihir api itu nyaaawww... tapi sayang Clara tepental saat bola api itu menghantam tanah dan pingsan nyaawww..." sambung Yu Ching.

"Kemudian pasukan Alforea yang pake jubah datang dan menolong kami berdua nyawww..., tadinya aku hendak memanggil Kakek Kumirun dan kau Izu, tapi kakek Kumirun tidak ada Nyawww..." Kata Yu Ching lagi.

"Lalu?" tanya Izu masih penasaran.

"Ya sudah aku serahkan Clara pada pasukan berjubah Alforea lalu aku pergi untuk mencarimu nyawww... dari jauh aku lihat kau berlari dengan pemuda hebat dan juga melihat Tamon Rah mengejar kalian nyawww...jadi aku kembali gunakan kemampuan penyembuhanku untuk menarik Tamon Rah kembali dan berhasil, Tamon Rah mengejarku dan tahu-tahu kedua menara itu sudah hancur nyawww..." Yu Ching menceritakan kejadian yang menimpanya.

Izu dan kakek Kumirun mengangguk-angguk tanda mengerti. Izu memperhatikan Kakek Kumirun dan Izu mendapat mendapat beberapa kesamaan antara kakek Kumirun dan pemuda hebat yang membantunya menghancurkan menara.

"Kakek, jangan-jangan pemuda tadi adalah..."

"DUUUUTTTTT..."

Aroma tidak sedap kembali tercium menghiasi perjalanan pulang mereka.

"AAAHHH...kakek tidak sopan.." kata Izu kesal sambil menutup hidung.

"He...he...he...he... maap ye, kagak sengaje," jawabnya enteng.

7 comments:

  1. *Ahran Mode - OFF

    Humm ... entry-nya pendek. Tp ga apa-apa, mulai ripiu

    Saya pikir, narasinya terlalu tell. Terutama di awal-awal. Saya juga agak capek bacanya karena ada kalimat membingungkan dan kadang diksinya repetitif. Jadi kurang seru gaya bahasanya.

    Karena saya komen lewat hp, EYD dan kesalaha teknis g akan dibahas detail. Tp yg jelas, masih ada banyak salah ketik dan grammatical error.

    Laganya sendiri ... yah, kayanya gak ada kesulitan berarti buat kelompok ini. Monster, Tamon Rah, kemunculan mereka kaya icip-icip aja. Dan kirain dua anggota itu ... nggak taunya ada twist.

    Dialog dan interaksinya pun masih kaku. Saran saya, liat entry pengarang lain. Baca yg sesuai selera dan bandingin tulisanmu sama mereka.

    Dan secara keseluruhan, ceritanya masih belum berkesan.

    Nilainya: 6 untuk tulisan ini.
    + 1 karena gak terlalu panjang
    + 1 biar kamu tambah semangat

    Total: 8

    -Dari Ahran-

    ReplyDelete
  2. Bagian awalnya terlalu tell ya.. Rasanya kayak sekedar infodump tentang background Izu jadinya alih" bercerita

    Masih banyak terkendala di teknis, kayak dialog atau penggunaan partikel di-

    Habis masuk ke gurun saya baru ngeh ini cerita sering banget ganti shiftnya ya. Kalo jelasin kondisi paragraf penuh tell semua, begitu dialog langsung kepotong" sekalimat separagraf berentetan. Entah kenapa timpang rasanya

    Battlenya beneran cepet, sama sekali ga ngasih saya poin yang bisa dieksplorasi, dan ga ada momen yang bisa dibilang istimewa pula

    Dari saya 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  3. Singkat padat dan jelas itulah yang ku dapat dari cerita ini. ada twist dan di sini Yu Ching menggunakan kemampuannya yeeeee....
    Penghancuran menaranya cukup unik yaitu memanfaatkan pikajakan menara untuk hancurkan menara.

    Nilai dariku 8
    +1 karena pake Yu Ching ^_^
    jadi 9/10

    OC: Yu Ching

    jangan lupa mampir ke lapak punyaku juga ya..

    ReplyDelete
  4. Entri yang pendek tapi ringkasannya cukup menyeluruh.

    Kalau bisa diperpanjang sedikit lagi mungkin akan jadi lebih mantap lagi.

    Walau singkat, tapi bacaan yang cukup enjoyable, menurut saya joke-nya pun sudah cukup menghibur.

    Jadi 7/10 dari saya.

    Enryuumaru/Zarid Al-Farabi mengucapkan salam hangat.

    ReplyDelete
  5. Hm... Entri yang pendek tapi cukup menghibur. Aku sih nggak masalah dengan intro yang terlalu tell, tapi aku bermasalah dengan paragraf yang panjang. Coba kamu buat satu paragraf terdiri dari maksimal 3-4 bari, tulisanmu nanti terlihat lebih ringan.

    Battlenya enjoyable, no problem at all, tapi kurang membekas di hati. Tidak ada yang unik atau lucu dari battlenya.

    Aku mau Izu terus melaju, so 8 is my final answer.
    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete
  6. Ini diawal agak bosen ya karena narasi yang panjang
    tapi begitu masuk dialog dan interaksi karakter udah terasa enak buat dibaca, saya cukup suka dan luwes bacanya.

    oh, iya entah kenapa saya agak terganggu pas percakapan dengan Yu Ching.

    untuk nilainya Reviss Arspencer kasih nilai 7

    ReplyDelete
  7. Wuiiiih,,,ade satu lagi nih ternyate nyang nongolin Kumirun di cerita nye,,, aye seneng deh,,makasih banyak bang! sampe munculin hujan juga pas kumirun ngeluarin karomah nye,,, beneran kayak nyang aye tulisin,,, terus di sini juga kumirun keliatan banget lebi manusiawi istilahnye,,,kagak kelewatan super nye kayak di punya aye sendiri.

    ini beberantemannya sebentar,,tapi udah asik deh,. kalau soal kritik tulisan ame segale macemnye,,ya dengerin aje deh kate- kate komentator lainnye.

    Nilai dari aye 10
    Karakter aye Kumirun

    ReplyDelete