2.5.15

[PRELIMINARY] MEREDY FORGONE - I AM FEELING LUCKY TODAY

[PRELIMINARY] MEREDY FORGONE - I AM FEELING LUCKY TODAY
Penulis: Bayeeazaeeb

Ramai.

Alkima Plaza dipenuhi oleh makhluk dari berbagai dimensi. Mulai dari yang berwujud manusia, sampai sebuah kotak harta. Toko-toko yang menjual peralatan perang dipenuhi para player yang ingin membeli perlengkapan perang.

Setengah jam berlalu sejak pengumuman pembukaan babak penyisihan Battle of Realms. Namun tampaknya belum banyak player yang mendapatkan kelompok. Sebagian besar masih berkeliling dan mencari anggota yang tepat untuk babak kali ini. Beberapa lainnya masih tampak asik bercengkerama di restoran sambil menyantap hidangan yang disajikan khusus untuk peserta. Sekedar berbagi cerita antar dimensi.

Seorang wanita berbaju latex ketat hitam duduk sendiri di kursi pojok sebuah bar. Di depannya tampak sebuah komputer hologram berwarna kuning gelap. Jari-jari kurusnya tampak sibuk menggeser angka dan garis yang tampil di layar hologram tersebut. Sesekali dia berdecak kesal, atau sekedar memutar-mutar tindik di bibirnya, sekedar melampiaskan kesal.

Ia pun akhirnya menyerah. Mendengus kesal, melepaskan pandangannya dari hologram dan menghempaskan dirinya ke sandaran kursi. Ia lalu mengambil segelas anggur yang ada di samping hologram tersebut, lalu menenggaknya dengan cepat. Sesekali ia menggaruk rambut gimbalnya yang tampaknya memang gatal dan panas.

"Tampaknya kau mencari sesuatu?"


Sang wanita menoleh ke arah suara tersebut. Seorang pria yang berpakaian identikal dengannya, kaos hitam, dengan mantel kulit yang berwarna senada. Rambut putihnya yang acak-acakan tampak kontras dengan penampilannya. Senyumnya tampak ramah, tapi tatapan matanya tampak manipulatif dan licik.

"Alshain Kairos. Panggil saja Kai."

Pria itu menyodorkan tangan kanannya, mengajak wanita gimbal itu bersalaman.

Wanita itu membalasnya dengan tatapan tajam penuh kecurigaan. Baginya, semua orang selain dirinya patut dicurigai.

Kai lalu duduk tanpa dipersilahkan, ia pun memesan segelas anggur putih pada pelayan yang lewat.

"Aku seorang pembuat peta. Aku tau kau sedang membuka peta Alkima Plaza, dan mencari sesuatu. Kalau kau mau, aku bisa membantumu mencari apa yang kau inginkan," ujar Kai sambil menunjuk kumpulan garis di hologram tersebut.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" Tanya wanita itu. Tatapan sinisnya masih mengikuti gerak-gerik Kai.

"Aku bisa saja melaporkanmu karena menggunakan program ilegal. Mungkin orang-orang tak menyadarinya, tapi hologram di depanmu ini bukanlah bagian dari Alforea. Berbeda dengan menu karakter player lainnya," ujar Kai.

Kai menggeser turun ruang kosong di depannya, seolah ada layar di sana. Dan saat ia menggeser jarinya, muncul sebuah hologram berwarna biru terang yang berisi menu kustomisasi karakter game.

"Aku tak sebodoh player lain," lanjut Kai dengan senyum sinis. "Aku bisa saja melaporkanmu. Tapi bekerja denganmu tampaknya lebih menarik. Bukankah kita diharuskan mencari kelompok?"

Wanita gimbal itu tertawa kecil.

"Meredy Forgone. Kau bisa memanggilku Meredy."

Kali ini Meredy menyodorkan tangannya dan Kai menyambutnya dengan senang hati.

[Kai has joined your party]


(* * *)


"Aku sedang mencari celah untuk masuk ke ruang penyimpanan Alkima Plaza. Kalau kita bisa masuk kesana, kita bisa mengambil uang dan item yang ada di sistem penyimpanan NPC. Aku tadi sempat mencoba memproyeksikan peta Alkima Plaza dalam bentuk poligon, tapi aku tak menemukan celah sedikitpun," kata Meredy sambil memutar-mutar tindik di bibirnya, kebiasaan yang ia lakukan kalau ia sedang bosan.

"Aku bisa membantumu dengan kemampuan [Cartascient] milikku. Tapi kita sama sekali tidak bisa menggunakan kemampuan kita di kota."

Meredy tersenyum.

"Tenang, aku akan memodifikasi avatarmu agar bisa menggunakan skill di kota."

Meredy menggeser beberapa objek di hologramnya, jari-jarinya lincah mengetuk ikon-ikon yang muncul di layar.

"Voila! Selesai, silahkan coba skillmu."

Kai memejamkan matanya dan berkonsentrasi membuat peta di pikirannya dengan kemampuannya yang sekarang telah aktif. Di pikirannya, peta Alkima Plaza berubah menjadi bentuk poligon yang dibentuk oleh garis-garis yang rumit.

Kai berkonsentrasi lebih dalam lagi, dan memperjelas garis-garis tersebut di pikirannya. Mencari sebuah tempat dimana garis-garis tersebut tidak terjalin dengan sempurna. Sebuah celah yang cukup besar untuk dieksploitasi.

Tak butuh waktu lama bagi Kai untuk menemukannya.

"Hei Meredy, celah itu sudah kutemukan. Kutunjukkan padamu tempatnya."

Mereka lalu bangun dan beranjak keluar, disaat yang sama pelayan membawakan anggur pesanan Kai.

Namun belum sempat Kai meminum anggur pesanannya, Meredy mengambilnya lebih dulu dan menenggaknya sampai habis.

"Hey, itu anggurku!" Seru Kai.

Namun Meredy hanya tertawa kecil sambil mengambil uang dari inventorinya, dan meletakkannya di nampan milik pelayan.

"Kembaliannya ambil saja. I am feeling lucky today!"


(* * *)


Mereka lalu sampai di tempat yang dimaksud Kai. Sebuah ruang kecil di bawah sebuah tangga yang terletak di gang yang sepi, jauh dari keramaian Plaza. Tempat yang tepat sekali untuk menyelinap.

"Lalu apa yang kita lakukan sekarang, Meredy?"

Meredy menggeser layar hologramnya turun dan mengetuk beberapa ikon yang muncul di sana.

"Kita tinggal berlari masuk ke tembok ini," kata Meredy sambil bersiap-siap untuk lari.

"Kau yakin?"

"9¾ / 10 yakin!"

Tanpa aba-aba, Meredy berlari untuk menabrak tembok tersebut, namun tembus seolah tidak ada tembok sejak awal di sana.

Kai pun mengambil ancang-ancang.

Berlari, dan –

Tiba-tiba saja dia sudah berada di tempat yang sangat berbeda. Garis-garis berwarna kuning melintang dimana-mana. Saat ia melihat keatas, ia bisa melihat Alkima Plaza dari bawah. Namun letaknya sangat jauh.

Meredy kembali membuka hologramnya, kali ini muncul sebuah ikon mata besar di layarnya. Meredy memutar arahnya, mencari arah dimana mata tersebut terbuka semakin lebar. Mereka lalu mengikuti petunjuk arah mata tersebut. Hingga akhirnya Meredy berhenti, menutup hologramnya dan berlutut untuk mengecek sesuatu di bawah.

Meredy mengetuk lantai yang dipijaknya, dan tiba-tiba saja tangannya masuk ke lantai.

Terdengar bunyi receh koin yang biasa muncul saat player mengambil/menyerahkan uang. Namun kali ini bunyi tersebut terdengar begitu cepat, seolah Meredy mengambil uang tersebut dengan nominal yang sangat banyak.

"Oke, satu juta gold rasanya cukup. Aku tak ingin didiskualifikasi di babak penyisihan karena merampok uang server."

Meredy mencabut tangannya dari lantai dan bangun.

"Bagianku mana?" Tanya Kai.

"700 untukku," tawar Meredy.

"Tidak, 700 untukku. Tanpa kemampuanku tentunya kau tak bisa masuk kesini."

"Oh, bukankah tanpa modifikasi dariku bukankah kau tidak bisa menggunakan kemampuanmu di kota? Dan tanpamu pun, aku bisa mencari celah ini sendirian."

Kata-kata itu sontak membuat Kai geram. Ia dengan cepat mengambil sesuatu dari balik mantelnya. Disaat yang bersamaan, Meredy mematerialisasikan sesuatu dari udara kosong.

Keduanya mengacungkan pistol ke wajah lawan bicaranya.

"Heh, rupanya seorang Gunner juga. Kau pikir pistol itu bisa melukaiku? Kau pikir aku tidak memodifikasi kemampuan avatarku untuk beregenerasi? Avatar sampah sepertimu takkan bisa melukaiku sedikitpun."

Meredy tersenyum sinis.

"Aku bisa melaporkanmu ke Tamon Ruu!"Hardik Kai, berusaha menggertak Meredy.

"Hahahahaha. Bisa apa wanita sampah itu kalau avatarmu kuhapus sekarang juga. Dan kau tak bisa respawn kembali ke kota, ataupun kembali ke dunia nyata. Kau mungkin bisa melukaiku, tapi aku bisa membunuhmu. Detik ini juga."

Kai beringsut. Keraguan bergelayut di hatinya, mempertimbangkan kata-kata Meredy barusan. Apabila ia bisa menggunakan program ilegal, bukan tak mungkin ia bisa menghapus eksistensi seseorang hanya dengan satu tarikan pelatuk.

Kai akhirnya mengalah.

"Bagus, akhirnya kau mengerti perbedaan yang jauh di antara kita. Karena kau mengerti hal itu, kuberikan 400 untukmu," ujar Meredy. "Because. I. Am. Feeling. Lucky. Today," lanjut Meredy dengan senyum yang mengintimidasi dan matanya yang mendelik menang, seolah akan menelan diri Kai bulat-bulat.

Kai tampaknya menyadari, bahwa ia telah berteman dengan orang yang berbahaya.


(* * *)


Seorang bocah kecil gendut berbaju oranye baru saja keluar dari restoran. Bukan karena selesai makan, tapi diusir karena tak punya uang untuk membeli makan. Ia mengelus perutnya yang kelaparan, tak terisi makanan sejak dia sampai di Alforea.

"Huh, kalau aku bisa menggunakan skill [Spark], sudah kuhancurkan restoran itu, bun!"

Ditengah kekesalannya, ia merasakan sesuatu yang aneh datang dari gang di samping restoran itu. Ia tak yakin apakah itu kemampuan [Seismic Sense]nya yang aktif tanpa sebab, atau hanya perasaannya saja. Digiring rasa penasaran, ia lalu masuk ke gang tersebut.

Tidak ada apapun, hanya beberapa barel kosong dan tembok –

Tiba-tiba dua orang muncul dari balik tembok dan mengejutkannya.

"Ha-hantuuuuuuuu!!!!" Teriaknya ketakutan.

Salah satu dari mereka tiba-tiba meremas kerah baju si bocah gendut dan menodongkan pistol tepat ke wajahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanya salah seorang dari mereka.

"Ja-jangan bunuh aku, buuuuun!!"

Si bocah gendut mulai menangis ketakutan.

"Hey, apa yang kau lakukan, Meredy?!"

Pria satunya mendorong wanita penodong pistol hingga terjatuh.

"Kau boleh saja mengintimidasiku tadi. Tapi jangan pikir kalau kau boleh mengintimidasi bocah kecil tak berdosa!"

Meredy bangun dan terkekeh. "Lalu maumu apa, Sampah?"

Pria itu naik pitam dan meremas jubah Meredy.

Si bocah gendut tiba-tiba menangis lebih keras.

"Bagus, sekarang kita harus menenangkan bocah ini, Kai," gerutu Meredy.

"Ini semua ulahmu!" kata Kai, melepaskan jubah Meredy dan kembali mendorongnya jatuh. "Kalau saja kau tak menodongkan pistol padanya, dia tidak akan menangis. Kita tak boleh membiarkannya begitu saja, dia bisa menarik perhatian."

Kai lalu mendekati bocah gendut yang mengigil ketakutan.

"Aku Kai, " ucapnya sambil meraih bahu bocah tersebut. "Kau tidak apa-apa? Maafkan temanku barusan."

"Ka-kakak itu menakutkan, buuuun!!" Ucapnya sambil memeluk erat Kai.

Kai lalu menggendong bocah itu.

"Jangan takut, dia tidak bermaksud jahat kok sebenarnya. Siapa namamu tadi?" Tanya Kai sambil mengusap pipi bocah tersebut.

"A-aku Bun…"

"Sini, kakak belikan permen ya. Mau permen tidak?"

"Aku mau makaaaaan, bun!" Jawab Bun dengan riang.

[Bun has joined your party]


(* * *)


Itu adalah keputusan yang buruk untuk Kai.

200.000 gold habis hanya untuk membayar makanan Bun. Sementara Meredy menolak ikut membayar. Jadi uang Kai hanya tersisa setengahnya, tanpa sempat membeli apapun.

"Kakak Kai baik deh, bun!"

Kai hanya bisa tersenyum masam melihat piring-piring yang bertumpuk tinggi di mejanya.

"Ayo kita berangkat sekarang," ujar Meredy bangkit dari duduknya.

"Tapi, makanannya belum habis, bun.."

Tak perlu kata-kata, hanya satu tatapan galak dari Meredy, membuat Bun mengerti.

"I-iya, bun. Kita berangkat sekarang.."

Disaat Meredy tidak melihat, Bun meraih tangan Kai dan membisikkan sesuatu padanya. "Kak Meredy seram ya.."

Tak perlu kata-kata, hanya tawa terpaksa dari Kai, membuat Bun mengerti. Mereka lalu tertawa bersama.

Setelah membeli peralatan perang berupa ratusan potion penyembuh dan perlengkapan terbaik yang bisa mereka dapatkan, mereka lalu berjalan menuju portal tempat diselenggarakannya babak penyisihan.

Meredy berjalan di depan mereka, sementara Kai dan Bun berjalan beriringan di belakangnya.

"Kak Kai darimana asalnya, Bun?"

"Eh, aku?" Tanya Kai sambil menunjuk dirinya sendiri, sekedar memastikan.

"Aku tinggal di sebuah planet yang disebut Aquilla. Tepatnya di kota Volantis. Sebuah kota dengan kultur sosial yang sangat menghargai lingkungan hidup. Penduduk planet ini melestarikan alam dengan cara membangun konstruksi yang mengambang satu kilometer di atas tanah."

"Mereka tinggal di gedung-gedung melayang dan berjalan-jalan di taman yang mengapung di udara. Mobil dan motor terbang adalah pemandangan yang biasa ditemui sehari-hari, lengkap dengan langit yang cerah serta bumi yang hijau segar seolah tidak pernah terjamah oleh tangan manusia."

"Wah tampaknya asik, bun! Teman-teman Gnome pasti senang sekali tinggal disana."

"Hahaha. Iya, tentu saja."

"Kalau Kak Meredy darimana, bun?"

Meredy menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang.

Baik Kai maupun Bun sama-sama menelan ludah.

Meredy menghela nafas , dan mulai bercerita.

"Planetku sudah hancur karena perang antar galaksi. Yang tersisa hanya kami, SINS. Sebuah program virus penghancur yang diprogram untuk aktif di hari kehancuran planet kami."

"Dengan bentuk data, kami bisa dengan mudah membalas dendam kepada bangsa yang menghancurkan planet kami. Dengan cara meretas sistem pertahanan mereka, kami menghancurkan mereka dari dalam. Kami menang, tapi entah kenapa, kehendak ini tak pernah terpuaskan."

"Kami datang ke planet ini dan masuk ke dalam internet lewat satelit, lalu tinggal di palung terdalam internet. Aku saat ini sedang bosan mengatur aliran bitcoin, jadi aku berenang ke permukaan internet dan menemukan permainan yang menarik, Alforea. Aku masuk turnamen tanpa surat undangan, hanya dengan meretas sistem Alforea. Apa kalian tidak sadar bahwa jumlah pesertanya ganjil? 101 peserta."

Kai dan Bun bergidik ngeri, tak menyangka bahwa seseorang yang berdiri di hadapan mereka adalah sebuah entitas yang tingkatannya berbeda.

"Aku akan merebut Alforea dan menenggelamkannya ke deep web. Setelah itu aku bisa melakukan apapun dengan Alforea. Untuk saat ini kalian beruntung berteman denganku. Jika setelah ini kita menjadi musuh, itu adalah hari kematian kalian."

"Ah, tapi tenang saja. Aku tidak akan membunuh kalian secepat itu. Because I am feeling lucky today!"

Meredy tersenyum simpul, tapi itu tak serta merta membuat Kai dan Bun ikut tersenyum.


(* * *)

Ditto Stormrage, seorang Blacksmith. Seorang penempa yang masih dalam tahap belajar. Alih-alih menjadi seorang blacksmith, Ditto justru terpilih menjadi wielder pedang sakti bernama Jeera, yang membawanya melintasi ruang dan waktu, untuk menjaga keberlangsungan sejarah yang memenangkan keadilan di Realm of Night.

Namun saat menerima undangan Battle of Realms, ia meninggalkan pedang dan baju zirahnya. Sekarang, ia hanyalah pejuang tanpa senjata.

Sudah hampir tiga jam setelah pengumuman pembukaan Battle of Realms, tapi tak ada satupun orang yang menerimanya, karena mereka tak merasa membutuhkan Blacksmith. Ditto menyesal meninggalkan pedangnya saat kesini.

Ditengah keputusasaannya, ia melihat shout out dari orang-orang yang mencari kelompok.






Sebuah shout out dilepaskan Meredy agar bisa dilihat orang-orang di sekitar portal. Meskipun tidak diharuskan memiliki anggota 4 orang dalam kelompok, namun Meredy bersikeras untuk memasuki ronde ini dengan 4 orang.

Tak butuh waktu lama, seseorang datang. Seorang pria kekar berambut pendek hitam. Mengenakan kaus ketat berwarna hitam dilapisi vest berwarna putih. Gestur tubuhnya sopan namun tetap tegas. Dan melihat dari gerak-geriknya, tampaknya dia telah ditolak beberapa kelompok sejak tadi.

"Aku Ditto Stormrage. Kalian bisa panggil aku Ditto. Aku seorang Blacksmith. Aku tahu kalian butuh Attack –"

"Diterima," jawab Meredy tanpa basa-basi.

Saat masuk ke portal, Ditto melirik dua anggota kelompoknya yang lain. Alih-alih bersemangat, mereka tampak ketakutan.

[Ditto has joined your party]

(* * *)


"Selamat datang di ronde pre-eliminasi Battle of Realms kelima!" Seru seorang pelayan yang menyambut mereka berempat di sebuah tenda perkemahan tentara, tempat dimana mereka dikirim oleh portal.

"Di ronde pre-eliminasi ini. Kalian akan bertarung bersama 500 prajurit Alforea melawan ribuan monster yang menyerbu dari berbagai arah. Setelah beberapa menit, bulan akan hancur dan dari dalamnya muncul seekor monster raksasa setinggi 50 meter berwujud kuda bersayap dan bertanduk bernama Tamon Rah."

"Misi kalian adalah bertahan hidup dari serbuan monster yang tidak ada habisnya, dan menyegel kembali Tamon Rah dengan cara menghancurkan dua menara kristal yang berisi segel Tamon Rah. Kedua menara tersebut berada jauh di arah utara, di depan sebuah kastil besar yang sudah hancur dan dijaga oleh ratusan monster yang tidak ada habisnya.  Kedua menara ini berada di sayap kanan dan kiri kastil dan harus dihancurkan secara bersamaan. Apabila tidak dihancurkan secara bersamaan, maka menara tersebut akan utuh kembali seperti sedia kala."

"Begitu kalian berhasil menghancurkan kedua tower, maka seluruh monster yang ada akan hancur dan Tamon Rah akan tersegel kembali. Lalu sebuah portal akan muncul untuk kalian kembali ke Alforea."

"Di belakang kalian ada beberapa perlengkapan yang kalian bisa pakai. Ketika kalian sudah siap, kalian tinggal keluar dari tenda ini dan peperangan akan segera dimulai."

Pelayan itu lalu keluar dari tenda, mempersilahkan anggota kelompok untuk bersiap-siap.

"Sebelum aku mengumumkan rencanaku, aku perlu spesifikasi kekuatan kalian," kata Meredy.

"Aku sebenarnya Swordsman, tapi pedang dan baju zirahku tertinggal saat masuk kesini. Jadi untuk saat ini aku hanya bisa memperbaiki senjata, menganalisa senjata, dan bahkan mengubah material dasar untuk memperkuat atau memperlemah senjata. Aku bisa menggunakan senjata apapun, asal aku bisa mendapatkan senjata," ujar Ditto.

"Jangan khawatir, bun! Aku bisa merebut paksa senjata musuh untuk Kak Ditto. Aku juga bisa membuat musuh kejang-kejang, ataupun memanggil teman-teman Gnome, bun!" Ujar Bun bersemangat.

"Kemampuanku adalah membuat peta. Aku bisa merasakan dan mengenali medan hanya dalam waktu singkat. Setelah itu aku bisa membuat jalan absolut menuju tempat tertentu. Dan apabila terpaksa, aku bisa menggunakan teleportasi, ataupun menyerap informasi dari awal waktu dari sebuah benda. Untuk senjata, aku menggunakan pistol dan pisau lempar, tapi aku tak mahir menggunakannya," kata Kai sambil menggaruk-garuk kepalanya karena gugup.

"Aku menggunakan pistol sebagai senjata. Sama seperti Kai, aku tak mahir menggunakannya. Tapi sebagian besar kemampuanku memerlukan [Avarice], pistol ini."

Meredy mematerialisasikan sebuah pistol dari udara kosong. Di genggamannya, pistol tersebut berubah-ubah warnanya dari hitam, abu-abu, hingga putih.

"Dalam mode hitam, aku bisa membatalkan serangan musuh dan menembakkan peluru yang melontarkan siapapun. Dalam mode putih, aku bisa menyembuhkan kalian atau menambah daya serang kalian dengan menembak kalian. Mode abu-abu hanyalah senjata biasa. Namun kemampuanku yang paling penting adalah ini.."

Meredy melepaskan [Avarice] kembali ke udara kosong, lalu membuka hologramnya.

"Karena aku adalah sebuah virus, aku bisa meretas program apapun. Untuk saat ini, kita akan mencari celah untuk masuk ke bawah arena peperangan –"

"Hei, tunggu! Maksudmu kita akan berbuat..curang?"

Ditto tak menerima cara curang. Baginya keteraturan adalah segalanya. Dan apa yang akan dilakukan Meredy adalah sesuatu yang ilegal.

Meredy menatap Ditto dingin.

"Jadi kau lebih suka di luar sana. Mencari kelompok yang tidak akan pernah kau dapatkan?"

"Itu lebih baik daripada harus berbuat curang!" Hardik Ditto.

"Baiklah, berterimakasihlah karena kau tidak bisa keluar dari kelompok sekarang juga. Sekarang terserah padamu, mati dan kalah di medan perang. Atau menang meski dengan cara yang licik. Ya, kalaupun kau mati nanti, tak akan membuat perubahan pada rencanaku. Aku masih bisa melakukan ini sendiri. Seharusnya kau berterimakasih padaku yang sudah menerimamu di kelompok ini. Kau tak sadar, bahwa kelompok kita terdiri dari tiga Supporter?"

Meredy berjalan mendekat dan menodongkan pistolnya ke dagu Ditto. Tanpa banyak kata, dia langsung menembak Ditto tiga kali.

Kai dan Bun terdiam.

Namun Ditto tidak mati. Sebaliknya, ia merasa semakin bugar.

"Itu tadi [Adrenaline Shot]. Kalian harus terbiasa ditembak di kepala olehku. Tapi kalian tidak tahu, apakah tembakan itu untuk menyembuhkan kalian atau membunuh kalian. Mari kita bermain Russian Roulette. Because I am feeling lucky today."

Senyum sinis mengembang di bibir Meredy.

Keringat dingin menetes dari kening Ditto. Dia tak pernah membayangkan sihir penyembuh yang begitu sadis sebelumnya.

Meredy lalu berjalan keluar tenda dan bergumam pada anggota kelompoknya.

"Are you feeling lucky today?"


(* * *)


Dingin.

Angin dingin menghembuskan pasir yang mereka pijak, melewati deretan bebatuan dan juga deretan pasukan Alforea yang bersiap menghunus pedang mereka kepada monster-monster yang menyerbu mereka dari kejauhan.

Langit begitu gelap tanpa bintang. Hanya bulan sendirian yang perlahan menelan malam itu. Perlahan mendekat, bersiap untuk menghancurkan semuanya.

Sangkakala perang telah ditiup. Perang pun dimulai.

Meredy mengangkat sedikit jubahnya untuk menutup setengah wajahnya agar tak terganggu pasir. Kai pun ikut memakai kerudung di jubahnya. Begitu pula Bun, berusaha menutupi wajahnya dengan syal seadanya. Sementara Ditto sama sekali tak punya perlindungan apapun dari angin.

"Baiklah Kai, kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" Tanya Meredy menoleh kepada Kai.

Kai mengangguk, lalu ia memejamkan matanya dan berkonsentrasi.

"Sementara Kai mencari 'jalan masuk', kita semua harus melindungi Kai sebisa kita. Ditto! Kau dan Bun berjaga di depan Kai. Tahan musuh sebisa kalian. Aku akan membantu dengan serangan jarak jauh dan juga penyembuhan."

Kai memecahkan bentuk peta tempat itu menjadi poligon di pikirannya, dan mencari sebuah celah untuk dimasuki. Tapi itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Minimnya objek geologikal seperti batu membuat sebagian besar area ini tidak bisa ditembus. Tapi tidaklah pantas menyebut Kai sebagai Pemeta Dimensi jika tak mampu memecahkan peta area ini.

Serbuan pertama, pasukan slime.

Masih cukup mudah untuk dihadapi. Ditto hanya perlu memukuli mereka dengan tangan kosong, dan Bun nyaris tidak menggunakan kemampuannya. Meredy tak melakukan apapun, tapi bukan berarti dia menurunkan kewaspadaannya. Karena serbuan kedua adalah..

Pasukan tengkorak.

Mereka adalah produk segar dari kematian. Gemeretak tulang mereka yang menjejak pasir terdengar begitu memekikkan telinga. Tubuh mereka memang terlihat rapuh, tapi ketika ditebas pasukan Alforea, mereka tak berhenti bergerak. Bahkan ketika kepala mereka ditebas, mereka masih berkeliaran dengan pedang yang terhunus di tangan mereka, seolah tak peduli kepala mereka masih pada tempatnya atau tidak.

Formasi Meredy maju perlahan, membiarkan pasukan Alforea maju terlebih dahulu.

Pasukan Alforea berbenturan dengan pasukan tengkorak. Bunyi pedang berdenting berbenturan satu sama lainnya. Darah berceceran, terciprat mengaliri padang pasir. Terlalu realistis untuk sebuah permainan.

Beberapa tengkorak berhasil menembus pertahanan pasukan Alforea dari samping dan menerjang formasi Meredy.

"Serangan dari kiri!! Putar arah!!" Perintah Meredy.

Bun dan Ditto segera menerjang ke arah lawan, sementara itu Meredy berlari ke arah sebaliknya, dimana Kai menjadi poros tengah formasi mereka.

"[Spark]!"

Saat meneriakkan mantra itu, pasir di sekitar Bun berguncang seolah ada gempa bumi. Membuat tengkorak-tengkorak tersebut kejang-kejang, sementara pergerakan teman bertambah cepat.

"[Hungry]!"

Mantra kedua membuat senjata yang dibawa tengkorak tersebut berpindah tangan kepada Bun, yang segera memberi pedang tersebut kepada Ditto.

Ditto segera mengobservasi senjata yang ia dapat. Dengan melakukan itu, ia dapat mengubah material pedang tersebut nantinya. Namun dia tidak punya waktu banyak. Segera, ia menerjang para tengkorak yang masih kejang.

Sementara itu Meredy sibuk dengan memberikan skill penyembuhan pada anggota pasukan yang terluka. Meski tak seberapa, namun Meredy tak ingin kehilangan pion terlalu banyak. Karena baginya, pion sekecil apapun, tetaplah berguna.

Serbuan kedua mampu ditangani tanpa kerusakan berarti di pihak kawan. Pasukan Alforea maju semakin cepat menerjang kastil. Sementara itu dari kastil, serbuan ketiga telah bersiap-siap.

Kali ini tidak hanya satu jenis monster. Tapi banyak, sangat banyak. Jumlahnya berkali-kali lipat serbuan pertama dan kedua.

Meredy menoleh ke atas. Bulan semakin dekat, dan retakan di permukaannya semakin melebar. Mereka tak punya banyak waktu lagi.

"A-apaan itu, bun?!"

Serbuan ketiga datang menyerbu tanpa sedikitpun belas kasihan.

"Kai? Masih belum kau temukan juga?" Tanya Meredy.

Kai hanya menggeleng. Nampaknya area ini dibuat dengan cukup hati-hati agar tidak sampai bercelah.


(* * *)


Serbuan kali ini tak hanya datang dari satu arah, tapi nyaris semua arah. Pasukan Alforea benar-benar kalah jumlah. Meredy kesulitan menyembuhkan prajurit yang terlalu banyak. Pertahanan mereka semakin menipis, sementara itu retakan di bulan semakin meluas.

Bun merebut kapak milik Minotaur di depannya. Meski tubuhnya kecil, ia mampu mengayunkan kapak besar tersebut hingga membelah tubuh Minotaur. Ditto di sebelah Bun, menebas segerombolan Orc dengan pedang yang ia perkuat materialnya dengan kemampuan [Material Change]nya.

Seekor Goblin melompat dan menghujamkan pedangnya ke arah Ditto dari titik butanya.

Dor!

Hampir saja Ditto tewas apabila Meredy tidak menembak Goblin tersebut.

"Hahaha, keberuntungan pemula. Tadi bisa saja tidak kena," celetuk Meredy.

Ditto hanya menggeleng. Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda, pikirnya.

"Kak Meredy, di belakangmu, bun!!"

Meredy segera menghindari serangan Goblin lain dari belakangnya. Lalu segera merapat dengan anggota kelompoknya untuk menghindari kontak fisik terlalu dekat dengan musuh. Sesekali ia berusaha menembak, namun tak berarti banyak karena sebagian besar tembakannya tak mengenai sasaran.

"Sial," gerutu Meredy. "Kai, cepatlah!!"

Kai membuka matanya dan mengaktifkan skill [Path Bending] pada dirinya. Membuat sebuah jalur absolut antara dirinya dan titik tujuan yang telah ditemukannya.

"Kalian semua ikut di belakangku. Aku telah membuat jalur absolut menuju titik tujuan kita!" perintah Kai. "Kalian lihat batu di sebelah sana? Itulah tujuan kita."

"Aku kan pendek, bun." Gerutu Bun.

"Aku tak melihat apapun, bodoh. Terlalu ramai di sini."

"Sudah, jangan ribut! Kalian ikuti saja aku!"

Formasi kini berganti. Kai menjadi ujung tombak, diikuti Ditto, Bun, dan Meredy sebagai penutup. Dengan kemampuan ini, tak ada yang bisa menjadi menghalangi jalur yang akan mereka lalui.

Kai berlari menerjang pasukan lawan tanpa beban. Seolah pasukan mengerikan itu tak ada artinya di mata Kai.

Seekor Orc maju dan berusaha memukul Kai dengan gadanya. Namun saat hampir mengenai Kai, tiba-tiba dia berbalik arah dan seolah berubah pikiran, menyerang pasukan Alforea. Kai hanya tersenyum melihat tingkah laku lawannya yang menjadi aneh.

Tak hanya satu-dua, tapi semua musuh tak ada satupun yang menyerang Kai. Benar-benar sebuah jalur absolut. Meredy pun tersenyum, merasa beruntung mendapatkan anggota kelompok yang berguna seperti Kai.

"Eh, kau tersenyum, Meredy?" tanya Ditto yang tanpa sengaja melihat ke belakang.

"Bukan urusanmu, bodoh."

Setelah menembus pertahanan musuh dengan mudah. Mereka akhirnya sampai ke batu yang dimaksud. Tak begitu jauh dari menara kastil yang seharusnya dihancurkan. Tapi kastil itu sendiri dijaga banyak monster.

"Bukankah seharusnya kita menghancurkan menara kastil itu?" Tanya Ditto.

"Kita butuh checkpoint. Kita butuh tempat untuk menyembuhkan diri setelah menerjang sejauh ini. Jangan banyak tanya lagi, kalian cepat berjaga di sekeliling. Aku butuh waktu untuk membuka celah batu ini"

"Tapi aku lapar, bun."

Meredy mendekati Bun dan menatap matanya dalam-dalam.

"Kau mau jadi makanan [Avarice], pistolku. Atau dimakan Orc disana?"

"A-ampuuuun..!"

Bun mulai menangis lagi.

"Sssh Meredy, sudah kubilang hentikan itu!" Hardik Kai.

"Kak Kai memang paling baik, bun!" ujar Bun sambil lari ke pelukan Kai.

"Drama," keluh Meredy sambil menggeser komputer hologramnya turun dari udara kosong.

Formasi kembali berubah, kali ini Meredy menjadi porosnya. Sementara Kai, Bun dan Ditto berjaga di tiga titik berbeda. Bun dan Ditto berjaga di titik yang rawan diserang, sementara Kai berjaga di titik yang lebih aman, karena Kai – sama seperti Meredy, tidak mahir menggunakan pistol.

"Kalian semua andalkan potion yang aku bagikan di tenda. Karena setelah ini, tidak akan ada [Rejuvenating Shot] dariku."

Beberapa ekor Orc menerjang dari kastil. Bun dengan mudah menghindari serangan-serangan lambat mereka dengan menyelinap di antara kaki mereka. Saat para Orc tersebut kebingungan mencari Bun yang mungil, Ditto sudah bersiap dengan tebasan mematikannya.

Tiba-tiba suara bergemuruh terdengar menggema dari bulan. Saat mereka menoleh ke atas, retakan di bulan pecah. Cahayanya begitu terang menyilaukan mata, setelah beberapa detik, terlihat sebuah bayangan kuda raksasa muncul dari balik cahaya yang menyilaukan.

Tak ada yang bergerak saat Tamon Rah muncul. Semua seolah terpaku saat melihat sosok raksasa itu turun dari bulan yang hancur. Entah terpaku karena ketakutan, atau karena kekaguman.

"Hei, apa yang kalian semua lakukan, bodoh? Aku sudah selesai membuka jalannya sebisaku. Kalian sekarang harus menerobos masuk," celetuk Meredy.

Tamon Rah membentangkan sayapnya. Dari depan sayapnya muncul beberapa lingkaran sihir.

Meredy, Kai dan Ditto berusaha masuk ke dalam batu yang dimaksud. Namun hanya sebagian kecil dari tubuh mereka yang berhasil menembus batu.

"Heh, sial. Kenapa tidak tembus!?" Meredy kembali menggerutu.

Kai menoleh ke arah Bun yang masih terpaku menatap Tamon Rah. Bun tampak seperti patung, kehilangan jiwanya. Keringat dingin mengucur membasahi pipi gemuknya. Tubuhnya gemetar, bibirnya berusaha mengucapkan sesuatu, tapi tak ada satu katapun yang meluncur selain kata yang terpatah-patah.

Rasa takut telah menelan Bun bulat-bulat.

Di saat yang sama, dari lingkaran sihir yang dipanggil Tamon Rah, meluncurlah puluhan bola api raksasa yang siap menghancurkan apapun yang ada di depannya.

Semua yang melihat itu berlari menghindar sebisa mereka. Prajurit Alforea, bahkan monster musuh.

"Bun, apa yang kau lakukan!??"

"BUUUUUUNNN!!!!"

Ditto mengurungkan niatnya untuk masuk menyelamatkan diri ke dalam batu, dan segera berlari ke arah Bun yang masih terpaku. Berusaha menyelamatkan bocah malang itu.

Bola-bola api meluncur dengan kecepatan yang tak terbayangkan.

"Hey, apa yang kalian lakuka –

BLAAARRR!!!


(* * *)


Luluh lantak.

Nyaris tak ada yang selamat dari serangan barusan. Baik prajurit, maupun monster. Semuanya termusnahkan, hanya tersisa puluhan cekungan besar di tanah. Panas masih memancar dari cekungan-cekungan itu. Sementara itu Tamon Rah kembali terbang dan berputar-putar di udara.

Meredy bangkit dengan kesadarannya yang masih setengah. Di kejauhan, ia melihat segerombolan Orc datang ke arah mereka. Bun terlempar sangat jauh, masih kehilangan kesadaran. Ditto tergeletak agak jauh darinya, terlihat meringis menahan sakit.

Meredy memaksakan tubuhnya untuk berdiri. Ia membidikkan [Avarice]berwarna putih dan memicingkan sebelah matanya.

Ia menggeleng.

Gerombolan Orc tersebut mendekati tubuh Bun yang tergeletak begitu saja di tanah. Bersiapkan menghujamkan kapak mereka pada tubuh gempal itu.

DOR!

Ditto kembali sadar saat mendengar suara tembakan. Saat ia melihat Bun, yang ia lihat hanyalah segerombolan Orc yang menghujamkan kapak mereka tanpa ampun pada tubuh bocah yang tak berdaya.

Tubuh Bun pupus menjadi pendar putih yang tersapu angin dingin.

Saat ia menoleh ke arah sumber tembakan, ia melihat siluet Meredy jatuh bersimpuh dengan pistol yang lepas dari genggamannya.

Amarah menguasai diri Ditto. Baginya, membalas dendam pada Orc-Orc jahanam itu jauh lebih penting daripada misinya saat ini.

"MATI KALIAN ORC BANGSAAAAATTT!!!!"

Ditto meraih pedang pemberian Bun yang tergeletak di sampingnya. Membabi-buta, ia menyerang semua Orc yang ada di jangkauan penglihatannya. Menebas semua musuh tanpa arah. Yang ia pikirkan hanyalah melampiaskan emosinya.

"MATI KALIAN SEMUA, MATI!!!!"

Ditto memotong putus kepala-kepala Orc yang ia lihat. Para Orc sendiri tak sempat bereaksi saat tebasan-tebasan mematikan Ditto datang begitu cepat menuju leher mereka. Darah segar bercipratan, bau anyir menyeruak, bermain bersama bau hangus yang tercipta dari cekungan sisa serangan mematikan tadi.

Kai, yang meraih kesadarannya paling akhir mendapati salah satu rekannya duduk bersimpuh di hadapannya. Sayup-sayup, ia dapat mendengar isak tangis yang tertahan.

"Meredy, kau menangis?"

Sosok di depannya terkejut. Lalu isak tipis itu terhenti.

"Bodoh, untuk apa aku menangis demi bocah gendut itu. Hahahaha."

Meredy bangun dan menyembuhkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Ia berjalan ke batu yang ia berusaha tembus tadi. Ternyata serangan Tamon Rah membuat celah di batu tersebut terbuka lebar, hingga bisa dengan mudah dimasuki.

"Ditto! Kita menemukan jalan masuk!" Teriak Meredy.

Pria kekar itu tampak berdiri kokoh di depan tumpukan mayat Orc, yang segera pupus menjadi pendar cahaya dan hilang tertiup angin. Nafasnya memburu. Marah, dan benci. Hanya itu yang dapat terlihat dari mata hitamnya.

Mendengar namanya dipanggil, ia segera kembali ke kelompoknya. Berusaha merelakan apa yang baru saja telah pergi.

Kali ini, hanya dengan sekali sentuh, mereka dapat menembus batu itu dan sampai ke bagian bawah area gurun.

Ditto, yang baru pertama kali melihat area bagian bawah begitu takjub melihat jalinan-jalinan garis kuning yang melintang di sana-sini. Sementara gurun dan seisinya tampak begitu jauh di atas.

"Baiklah, kita istirahat disini sejenak. Event di Alforea bisa menunggu."

Meredy merebahkan tubuhnya begitu saja ke lantai. Melepaskan beban yang membebani pikirannya.


(* * *)


"Baiklah, setelah ini kita akan melanjutkan berjalan ke kastil. Kita akan berjaga di gerbang kastil. Aku dan Kai akan menembaki masing-masing menara sementara Ditto melindungi kami dari serangan musuh-musuh yang mendekat."

"Jangan sekali-sekali mendekati menara atau kalian akan terkena serangan menara yang menyakitkan itu. Itulah kenapa aku memilih untuk menyerang menara dari tengah dengan senjata jarak jauh."

Ditto mengangguk lemah. Ia masih merasa bahwa ia lah yang perlu disalahkan atas kematian Bun.

Meredy melihat wajah lesu Ditto. Ia pun menodongkan pistolnya ke kepala Ditto.

DOR!

Ditto terkejut. Tembakan tadi benar-benar tak disangka olehnya.

"Sudah kubilang, biasakan dirimu ditembak di kepala olehku," kata Meredy.

"Tapi, bagaimana dengan Bun?"

"Tenang saja, dia pasti sedang makan di Plaza."

"Eh, dia tidak mati?"

Meredy menggeleng, menahan tawa.

"Tentu saja tidak. Ini hanyalah realita virtual. Jika kau mati di sini, kau akan dikembalikan ke Plaza."

Kai yang mendengar itu mendekati Meredy dan berbisik.

"Lalu kenapa kau menangis tadi?"

Meredy mengelak dan mendorong Kai, lalu menodongkan pistol ke arahnya.

DOR! DOR! DOR!

"Hei, berhenti menembakku, dasar gila!"

"Itu tadi [Adrenaline Shot], untuk membuatmu semangat kembali dan menambah daya serang," ujar Meredy ketus.

"Iya, aku tahu. Tapi setidaknya beritahu aku kalau kau akan menembak."

"Buat apa aku peduli padamu, bodoh."

"Hahahahaha," tawa Ditto melihat tingkah laku kedua rekannya.

Setelah itu mereka kembali ke lubang tempat mereka masuk. Sebelum mereka keluar dan melancarkan rencana mereka, Meredy kembali menoleh dan berkata.

"Are you feeling lucky today?"

Kali ini diiringi dengan senyum, dibalas dengan senyum oleh anggota lainnya.


(* * *)


Tak butuh waktu lama bagi mereka bertiga untuk sampai di gerbang kastil. Bertahan dari serangan yang tak ada habisnya. Mencari celah untuk menembaki menara kastil yang menjulang di sayap kanan dan kiri.

Ditto masih menggunakan pedang pemberian Bun. Meskipun ia menemukan banyak senjata yang berpotensi lebih baik ketimbang pedang yang ia gunakan, ia menyia-nyiakan kesempatan itu. Baginya sebuah pedang yang baik bukan hanya terbentuk dari bahan terbaik, tapi juga kenangan terbaik. Tanpa itu, sebuah pedang takkan ada artinya.

Sementara itu, Meredy dan Kai berusaha keras menembak menara yang menjulang di kejauhan, sambil menghindari serangan-serangan monster yang berkeliaran di sekitar mereka. Mempercayakan keselamatan mereka pada Ditto.

Tak terduga, Tamon Rah kembali turun dari patrolinya. Menyemburkan api ke manapun ia inginkan. Tak peduli lawan atau kawan lagi.

Sayapnya kembali berkembang.

Semua orang yang ada di sana tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kehancuran total.

Meredy maju dan membidikkan [Avarice] berwarna hitam pada Tamon Rah yang bersiaga di kejauhan.

"Kali ini [Nullifying Bullet] pasti kena. I am feeling lucky today!"

[Nullifying Bullet]. Seperti namanya, berfungsi untuk membatalkan serangan lawan. Kali ini Tamon Rah berada cukup jauh dari kastil. Tapi ukurannya yang cukup besar membuatnya tidak sulit untuk diserang.

"Kalian berdua, fokus lindungi aku!" Perintah Meredy.

Kai mendekati Meredy dan menembakkan pistolnya ke Orc dan Goblin yang berusaha mendekat dari sisi kiri. Sementara itu Ditto masih membasmi musuh di sisi kanan, sambil merapat perlahan pada Meredy.

Meredy memicingkan matanya dan menembak.

DOR!

Meleset. Jauh melenceng melewati sayap Tamon Rah. Lingkaran-lingkaran sihir mulai terbentuk di depan sayap Tamon Rah. Mempersiapkan serangan mematikannya.

"Hei, seriuslah!" Gerutu Kai kesal sambil menendang Goblin yang berlarian di sekitarnya, lalu menembaknya.

Meredy tak menjawab, ia kembali memicingkan matanya.

DOR!

Kali ini tepat mengenai sayapnya. Membuat Tamon Rah turun dan membatalkan animasi serangan dengan sayap terbentang.

Tapi lingkaran sihir tak berhenti terbentuk. Masih tetap di sana dan bersiap menyerang. Dengan cepat, lingkaran-lingkaran sihir itu memancarkan cahaya dan kembali meluncurkan puluhan bola api raksasa.

Wajah Meredy memucat, ia baru saja sadar kalau [Nullifying Bullet] tidak bisa membatalkan serangan magis.

Bola-bola api penghancur kembali meluncur.

BLAAARRR!!!

(* * *)


Sesaat, ia pikir bahwa ia akan mati. Namun tidak, tiba-tiba saja ia telah berada di bawah area lagi. Berarti di detik terakhir, seseorang men-teleportasinya ke tempat aman. Hanya ada satu orang dengan kemampuan teleportasi –

Kai!

Meredy dengan panik mencari keberadaan Kai. Yang ia akhirnya temukan dengan keadaan kejang-kejang. Sementara Ditto hanya bisa berdiri dengan panik di samping Kai, tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Kai! Bertahanlah!"

Meredy mengaktifkan mode putih [Avarice] dan menembak Kai berkali-kali dengan [Rejuvenating Shot] untuk menyembuhkannya.

Tremor Kai akhirnya berhenti. Pupil matanya yang sempat hilang ke atas akhirnya kembali. Perlahan, Kai meraih kesadarannya yang sempat tertinggal entah di mana. Ditto meraih kepala Kai dan membangunkannya ke posisi duduk.

Kai menarik nafas panjang, pertanda kembalinya kesadarannya. Melihat-lihat keadaan dirinya, dan juga sekelilingnya. Melihat Meredy dan Ditto masih ada di sampingnya membuatnya terkekeh.

"Seharusnya aku tak bisa men-teleportasi tiga orang sekaligus dengan jarak sejauh ini. Seharusnya aku sudah mati tadi. Hahahahaha, I guess I'm feeling lucky today," ujarnya sambil meninju lengan Meredy.

"Hahahahaha, bodoh," balas Meredy meninju balik Kai.

Ditto kembali merebahkan Kai dan membiarkannya rileks sejenak.

"Hey, setelah ini aku takkan bisa melakukan teleportasi lagi. Kita harus melakukan sesuatu agar Tamon Rah tidak menyerang ke arah kita."

"Semacam..pemancing perhatian?" Tanya Meredy.

"Aku bersedia menjadi pemancing perhatian," jawab Ditto dengan sigap, tanpa keraguan.

Meredy dan Kai menatap Ditto, antara percaya dan tak percaya.

"Kalian punya kesempatan memenangkan babak ini lebih besar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Lagipula senjataku, Jeera, tertinggal saat aku masuk ke Battle of Realms. Kurasa tidak ada salahnya kalau aku kembali lagi kesana."

Meredy menimbang-nimbang usulan Ditto. "Baiklah, mari kita berangkat," lanjutnya tanpa ragu.

"Ohya," tahan Ditto. "Sampaikan salamku pada Bun, ya?"

Meredy tertawa. "Hahahaha bodoh, sampaikan saja sendiri. Lagipula aku yakin kalau kita pasti lolos."

Meredy kembali memimpin mereka menuju lubang tempat mereka masuk. Sbelum keluar, sekali lagi ia mengatakan kata-kata khasnya.

"Are you feeling lucky today?" Kata Kai dan Ditto bersamaan sebelum Meredy sempat membuka bibirnya.

Meredy dan yang lain tertawa.


(* * *)


Ditto segera berpisah arah dengan rekan-rekannya. Di saat Meredy dan Kai pergi ke kastil, ia segera menerjang Tamon Rah yang masih berada di tempatnya. Berusaha memancing perhatiannya dengan serangan-serangan kecil.

Saat melihat Tamon Rah dari dekat, ia baru menyadari betapa besar makhluk itu. Memancing perhatiannya nampaknya bukan pilihan yang bagus.

Tamon Rah tampaknya tak menyadari keberadaan Ditto. Itu bagus, karena untuk saat ini, Ditto masih belum ingin menghadapi kemurkaan Tamon Rah.

Pasukan Alforea telah musnah semua. Kini pasukan monster menyerbu Ditto karena hanya dia satu-satunya karakter dari Alforea yang terlihat oleh mereka.

Ditto meyakinkan dirinya, agar tak gentar menghadapi lautan monster dan juga monster raksasa.

Beberapa tengkorak berusaha menebas Ditto, namun pergerakan Ditto jauh lebih cepat dan menghancurkan mereka sebelum mereka sempat melawan. Beberapa Goblin yang berkeliaran di kaki Ditto ditendangnya begitu saja. Tak ada yang mampu menghentikan pergerakan Pria Kekar itu.

Tamon Rah menyadari keberadaan Ditto. Dia lalu menyemburkan api dari mulutnya. Alih-alih membakar Ditto, api tersebut malah membakar monster-monster yang ada di dekatnya. Ini sungguh kesempatan yang baik bagi Ditto. Ia hanya perlu sedikit menghindar dan semua musuh di sekitarnya musnah.

Namun serangan Tamon Rah tak berhenti begitu saja, ia berusaha menginjak-injak Ditto dengan hentakan kakinya, beserta gelombang sihir api yang ikut muncul saat ia menghentakkan kakinya.

Ditto tak berhasil mengelak dengan baik, jadi ia menahan gelombang magis itu mentah-mentah. Secepat mungkin, ia mengkonsumsi potion agar tidak tewas seketika.

Tamon Rah mengembangkan sayapnya. Ini adalah pertanda dari skill mematikan itu. Ditto bersiap-siap untuk memancing Tamon Rah agar serangannya tak mengarah ke kastil. Saat Tamon Rah membentuk lingkaran-lingkaran sihir, Ditto memancingnya agar ia berputar mengikuti Ditto.

"Baiklah, sekarang saat ia melancarkan serangan itu, aku harus dengan cepat berlari ke kakinya untuk menghindar."

Rencana Ditto sudah matang, kini ia tinggal menunggu serangan itu muncul.

Namun sesuatu memegangi kakinya.

Tengkorak.

Tak ia sangka, pasukan tengkorak bersembunyi di balik pasir. Memegangi kakinya. Saat ia berontak, tiba-tiba saja seekor Goblin melesat cepat dan menendang Ditto jatuh. Pedangnya terlempar, dan tangannya terkunci oleh tangan-tangan tengkorak yang tiba-tiba saja muncul dari bawah tanah.

Ditto tak bisa melakukan apapun lagi, selain menerima kenyataan.

"Maafkan aku, Bun…"

Bola-bola api penghancur kembali meluncur

BLAAARRR!!!

(* * *)


Suara ledakan itu sempat membuat Kai dan Meredy berhenti sejenak, memastikan apakah teman mereka baik-baik saja.

Ternyata tidak. Pasukan musuh yang tadinya dipancing Ditto kini bergerak mendekati kastil, yang menandakan bahwa Ditto sudah tak lagi ada di sini.

"Aku kehabisan ide, Meredy. Jika musuh datang lagi lebih banyak, aku tak yakin kita akan berhasil. Menghadapi musuh-musuh yang muncul di sini saja sudah membuat kita cukup kewalahan."

Meredy tak menjawab.

"Tapi kurasa itu juga tak jadi masalah buatmu kan, Meredy. Kau punya avatar dengan kemampuan regenerasi."

"…Aku berbohong."

"Hah?!"

Kai tak percaya apa yang barusan ia dengar.

"Itu semua hanya gertakan. Aku tak percaya kau jatuh ke dalam gertakanku, bodoh."

"Jadi..kau tak punya kemampuan regenerasi? Atau membuat avatar kita terputus dari server?"

Kedua menara sudah separuhnya hancur berkat serangan Kai dan Meredy. Tapi melihat situasi sekarang, tampaknya tidak mungkin mereka bisa menghancurkan separuhnya lagi sebelum musnah dihancurkan Tamon Rah.

Musuh tak ada habisnya bangkit dari kastil. Membuat Kai dan Meredy kesusahan mencari celah menyerang menara. Belum lagi pasukan yang tadi dipancing Ditto kini berbalik arah ke kastil.

Dan tak lupa, Tamon Rah.

Keputusasaan mendera mereka. Tampaknya keberuntungan tak datang hari ini pada mereka. Mungkin mereka, tak cukup beruntung untuk melewati babak ini?

Lima menit berlalu, Tamon Rah kembali membentangkan sayapnya, membuat lingkaran-lingkaran sihir itu lagi.

"Me..re..dy?" Tanya Kai bergidik melihat hal itu.

"Baiklah.."

Meredy menggeser layar hologramnya turun dan dengan lincah menekan ikon yang muncul di sana.

"Kau masih punya rencana, Meredy?" Tanya Kai.

"Aku akan meminta server SINS untuk melakukan [Ping Bomb] dengan data ukuran besar pada server yang kita tempati saat ini. Dengan itu, kita bisa memanfaatkan momentum [Lag] yang akan diakibatkan oleh itu."

Kai menggeleng tak mengerti.

"Diamlah, dan lihat ini!"

[==SINS==]
[REQUEST : PING BOMB]
[COMMAND : ping alforea –t]
[pinging alforea with 1 giga byte of data:]
[reply from alforea bytes = ÔØêìÓåĜĎ ѾќіỢẸ time =❿❽ TTL = fflⱶⱬ]

Tiba-tiba semua pergerakan seolah terhenti, namun tidak berhenti sama sekali. Beberapa monster terlihat berlari di tempat. Ada yang berlari menembus tembok. Sementara Tamon Rah tampak masih dengan animasi pamungkasnya, namun sihirnya tak kunjung selesai.

"Ini yang..kau maksud dengan….[Lag]?"

Kai tak pernah melihat, atau merasakan [Lag] sebelumnya. Ini adalah suatu hal yang absurd baginya.

"Kita hanya punya waktu satu menit, Kai. Dalam momen ini, kita tak sepenuhnya mengendalikan waktu. Yang sebenarnya terjadi adalah, waktu tetap berjalan, hanya kita melihatnya berhenti. Perbedaan persepsi inilah yang disebut [Lag]. Saat ini, musuh bisa saja sedang menyerang kita. Jadi ini adalah Russian Roulette."

"Jadi setelah satu menit, kita tidak tahu apakah kita akan hidup atau mati?"

Meredy mengangguk.

"Kau siap, Kai? Bidik menara itu baik-baik, bodoh."

"Hahaha, jangan pikir kau Gunner yang lebih baik dariku, dasar gila."

"Hei, bodoh. Aku punya lagu yang tepat dimainkan untuk saat seperti ini."

Meredy mengetuk salah satu ikon di layar hologramnya, lalu kembali menggesernya naik. Petikan harpa mengalun mengiringi intro lagu tersebut.

[Happiness hit her like a train on a track]
[Coming towards her stuck still no turning back]
[She hid around corners and she hid under beds]
[She killed it with kisses and from it she fled]
[With every bubble she sank with her drink]
[And washed it away down the kitchen sink]

Meredy dan Kai terus menembak menara-menara itu. Namun seolah tak terjadi apa-apa. Karena efek [Lag], semua terlihat tak bisa diserang.
[The dog days are over]
[The dog days are done]
[The horses are coming]
[So you better run]

"Hey, terus gunakan potionmu. Dalam waktu dunia nyata, kau sedang diserang juga, Kai!"

Baik Kai dan Meredy terus menggunakan potion-nya membabi buta, sambil menembak menara yang seolah tak bisa dihancurkan.

[Run fast for your mother, run fast for your father]
[Run for your children, for your sisters and brothers]
[Leave all your love and your longing behind]
[You can't carry it with you if you want to survive]

"Waktu kita tinggal 15 detik."

[The dog days are over]

"YEEEEEAAAAAAAAARRRTTTT!!!!!"

[The dog days are done]

"Hahahahaha!!! teriakanmu terdengar bodoh."

[Can you hear the horses?]

"Cobalah berteriak seperti itu. Itu bisa membantumu kembali semangat."

['Cause here they come]

"YEEEEEAARRRRRRTTTTTTTTT!!!"
"YEEAAAARRRTTTT!!!"
"YEEAAAARRRTTTT!!!"

Teriakan mereka saling bersahutan hingga [Lag] akhirnya berakhir.

Tiba-tiba semuanya menjadi sangat, sangat cepat. Seolah diputar dengan kecepatan 4x lipat. Entah menaranya benar-benar hancur, atau mereka hancur lebih dulu karena serangan Tamon Rah. Meredy tak tahu pasti apa yang terjadi.

Yang ia lihat saat ini hanyalah putih. Kai tak bisa ia temukan dimanapun. Ia bahkan tak bisa menggerakkan badannya, seolah ia terjebak di portal antara tempat dimana prelim diselenggarakan dan Plaza.

Jika aku terjebak di portal, apakah aku berhasil?
Apakah ini benar-benar portal?
Atau aku terputus dari server?

Batin Meredy berkelana mencari jawaban. Saat ia merasa telah gagal, sebuah pesan pop up muncul di hadapannya.

[Selamat! Anda telah melewati babak pre-eliminasi!]
[Anda akan di-teleport kembali ke Alkima Plaza dalam..]
[5]

[4]

[3]

[2]

[1]


===(FIN)===

-Author's note-


Di tiap rondenya, Meredy akan mendapat 1 skill point yang bisa kalian gunakan untuk membuat Meredy menjadi petarung yang kalian inginkan. Kalian bisa pilih salah satu di antara 4 skill berikut ini :

1. [Black] : Crowd control LV1
Magnetic Bullet (aktif)
Menembakkan peluru yang saat menabrak sebuah benda, dapat meledak dan membuat sebuah medan gaya yang menyedot apapun yang ada dalam radius 5m.
(+) Dapat menyedot musuh yang bergerombol.
(-) Dapat menyedot teman juga apabila salah sasaran.

2. [White] : Buff/debuff LV1
Blinding Shot (pasif)
Membuat tiap serangan memiliki 5% kemungkinan untuk mengakibatkan kebutaan selama 10 detik. Dapat mengenai musuh yang bahkan tidak dapat terkena debuff apapun, namun dapat juga mengenai teman sendiri saat melakukan penyembuhan/buff.
(+) Dapat memberikan debuff pada musuh yang kebal debuff
(-) Dapat mengenai teman sendiri juga

3. [Grey] : Weapon modification LV0
Machine Gun Mode (aktif)
Mengubah [Avarice] menjadi mode senapan mesin. Memiliki peluru yang cukup banyak untuk memberondong musuh yang bergerombol. Saat menggunakan mode ini, maka Meredy tidak bisa melakukan skill apapun kecuali melepaskan senapan mesin.
(+) Peluru banyak
(-) Waktu yang diperlukan untuk mengganti mode cukup lama

4. [Data] : Summonning LV0
ROXYFEDGE (aktif)
Memanggil seekor rubah berwarna hitam, dipenuhi mata berukuran besar di sekujur tubuhnya. Tugas utamanya adalah mengambil item yang drop. Jika tidak ada item, maka ia akan membantu menyerang musuh.
(+) Membantu menyerang
(-) Fokus untuk mengambil drop item dapat membuatnya berhenti menyerang

Untuk memilih, kalian tinggal sertakan [Black], [White], dst dalam komentar kalian. Suara terbanyak akan aku pakai untuk skill build Meredy.

Are you feeling lucky today?

Credit song : Florence+The Machine – The Dog Days Are Over

13 comments:

  1. Po - Fatanir

    Entri ini solid. Storytelling dan narasi orisinil, dan bacanya pun mudah meski banyak istilah server dsb. Karakter Meredy juga asik diikuti meski kyknya terlalu mendominasi yg lain dengan mudah secara argumentasi.

    Poin terbaik entri ini adalah [Lag]. Ini skill yg mantap, walaupun secara prinsipil jadi membuat konsep levelling yang Mas Bayee tawarkan jadi agak hambar. Kyknya Meredy udah punya Lag yg jauh lebih keren dari semua pilihan itu. Walaupun kalo misalnya milih paling aku pilih [Grey]

    Nilai 8

    ReplyDelete
  2. Hoaaaaah... Seru banget... Udah kaya masuk dunia virtual dan merasakan langsung kejadian2nya XD.

    Tega sekali bikin Bun nangis :v tapi ini karakter2nya minim OOC. Yg OOC cuman satu sih, Bun ga bakalan takut liat kuda. Soalnya Kuda itu justru yg di dambakan sama Bun. Well set thay aside soalnya infonya ga ada di Cs (lebih tepatnya, dipaksa dihapus sama GM :v)

    Perihal tekhnik menulis... Dari dulu emang udah unik sih. Hanya saja, kesalahan teknis di beberapa bagian yg bisa jelas ku deteksi.
    (di satu bgian, di- yg menunjukkan tempat dipisah, sementara banyak juga yg digabung)

    Aye ga gitu masalahin typo ataupun teknik2 semacam itu, toh diriku juga masih banyak bikin kesalahan typo dan tekhnikal semacam itu. :p

    Cerita terjalin begitu apik, sayangnya pas Bun mati malah dikasih tahu kalo lagi di dalam simulasi, jadinya feelnya ga dapet XD

    Nilai dariku 8/10

    Bun the Bubble

    ReplyDelete
    Replies
    1. Okey... Saya pilih [black] yang crowd control.

      Delete
    2. Okey... Saya pilih [black] yang crowd control.

      Delete
  3. I can't put it into the right words.. Tapi dalam satu kalimat, entri ini kamu banget

    Karakter Meredy beneran kuat dari awal. Bahkan adanya karakter selain dia rasanya difungsikan buat memperjelas sifat karakter Meredy kayak gimana, kayak dari impresi Kai sama Bun. Dan lagi dari sekian entri yang 'sadar kalo ini game', mungkin baru ini yang langsung coba main retas aja rght in the bat

    Btw, ini mabok search bar googlr atau apa catchphrease sampe diulang ada lebih dari 10 kali?

    Dari saya 8

    Saya ga ngerti skill treenya, tapi [Black] aja deh

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  4. pembawaannya bagus nih, tapi karena ini narasi bener-bener seperti main game ane jadi sedikit bingung...maklum bukan gamer.

    tapi udah mendekati akhir ane agak jengah sama sfx-nya, sengaja dibuat besar, apa lagi pas yeartt-nya.

    nilai 7

    ReplyDelete
  5. Kocak sekali penerapan istilah-istilah komputernya dalam cerita. Saya sampe ga nyangka pas terakhir bisa memakai Lag untuk menghancurkan menara.

    Karakternya Meredy ini tipe keras di luar tapi lembut di dalam gitu ya? Pas uda akhir-akhir lumayan dapet feel itu, cuman pas dia nangis pada kematian Bun itu rasanya terlalu cepat/maksa, mengingat sebelumnya dia nakal banget sama Bun.

    I'am feeling lucky nya banyak banget, hahaha. Tapi Yeart di terakhir rasanya rada Out Of Place, karena bagian yang lain rasanya orisinil, sementara tiba-tiba ada catchphrase dari Ninja Slayer...

    Nilai : 8

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  6. Meredy ini sifatnya unik sekali! Kelihatan sekali kelihaiannya saat membuat tiga peserta lain masuk ke partynya. Awalnya saya kaget kok Meredy punya kemampuan modifikasi, bahkan mematikan peserta di awal cerita, tapi saya lebih kaget waktu dia bilang tidak punya kemampuan seperti itu waktu situasi genting di akhir cerita.

    Saya pilih Machine Gun! More Ammo means More Victory!

    Nilai : 10/10

    OC : Renggo Sina.

    ReplyDelete
  7. Yang saya senang dari Meredy adalah karakternya yang kuat dan pembawaan dunia game yang... uh... mungkin menyeluruh ya. Saya bisa maklum sih, dia entitas digital kan ya sebenarnya?

    dan saya kira adegan di akhir akan lebih seru kalau ada "Are you feeling lucky?" sekali lagi :x

    This is tough, but i can give 9/10 for this entry. Lag rules the game.

    Dan kalau Zarid dan Meredy bisa bertemu, Zarid ingin melihat peluru yang bisa menarik dirinya ke pusat ledakan. Magnetic Bullet all the way!

    Salam hangat dari Enryuumaru/Zarid Al-Farabi

    ReplyDelete
  8. (+) Dapat menyedot teman juga apabila salah sasaran. *fixed
    jadi saya milih [BLACK] wkwkwkw

    Ini sebenernya ada skill Kai yang salah [pathbending], tapi karena ceritanya bagus aku sama sekali gak masalahin kesalahan ini. Interaksi antar kelompok lumayan asyik. Kai di sini perannya hampir kek jadi pengasuh Meredy hahaa.

    Meredy udah kuat sifatnya dan menonjol banget. Bun dan Ditto rada figuran tapi tetep ada peran dan di build-up dikit, gak numpang lewat aja.

    Dan ini Meredy ngecheat abis sepanjang cerita. Puncaknya adalah [Lag] yang aku sama sekali gak nyangka kalo bakal dipake kek gini. Penyampaiannya skill ini unik dan masuk akal. Tapi selain itu juga keren banget.

    Nembakin membabi-buta sambil nyetel lagu trus di sela-sela lagu mereka teriak-teriak gak jelas disco dunia berputar melambat-cepat. Gila banget ini aku beneran ngebayangin masuk ke situasi ini, pasti rusak banget wkwkwkwk.

    Sisi minus yang paling kentara buatku cuman, apa yah.. Bayee rada malas di perkenalan OC lain dan cuman copas langsung aja dari CSnya.

    Aku pengen Meredy lolos karena utilisasi dunia game di canon ini menarik banget. Seolah nyindir tapi juga ngebahas dengan detil aspek-aspek game itu sendiri.

    Nilaiku : 10
    OCku : Alshain Kairos.

    ReplyDelete
  9. "I'm Feeling Lucky Today!" karena bisa baca cerita sekeren ini :D

    kesannya gamer banget yak, kasihan sih yang bukan gamer karena jadi ga ngerti, tapi saya sendiri seorang gamer jadi suka banget sama entri jenis beginian.
    biasanya saya ga suka sama SFX, tapi karena kesan nge-game nya udah di sampaiin dengan baik, jadinya SFX itu malah mendukung kesan itu (y)
    plotnya ketata banget. dan...

    apakah Meredy akan menjalin hubungan dengan Kai? >_<

    jawab pertanyaan itu di babak selanjutnya ya ;)

    nilai: 9
    dari si kucing riang, Mike Mi991

    ReplyDelete
  10. oke, gantian komen.. bisa jadi ini balas dendam [evil laughter]

    Cerintanya.. duh.. ini keyboard... ceritanya menarik. Storytellingnya merasuk banget. Cuma ya. Memang entry ini agak susah dinikmati oleh gamer kasul gak niat macam saya. Beberapa istilah kurang saya mengerti maksudnya. Mungkin ini minus ya?

    Lalu, mengulang lagi soal catchphrase nya. itu lumayan mengganggu buat saya. Kenapa makai kata itu saja? Bukannya banyak kalimat yang lain yang homonim? Yah, kalau sebagai saduran untuk judul, memang bisa sih. Tapi dari judul sendiri bikin saya gak mawas kalau cerita ini bakal dipenuhi diksi-diksi yang saya kurang tahu.

    Selebihnya sih apik. Maaf kalau kalimat-kalimat saya kurang bisa dicerna.

    poinnya

    +8

    -1 karna saya gak suka Florence + The Machine :x

    +1 karena saya suka dengan apa yang dicantumin di author's note. Saya pilih [Data]

    Jadi totalnya 8.

    -Ortunya Tata

    ReplyDelete
  11. Suka narasi dan karakterisasinya
    Bagian Meredy nge-hack server buat ngikut BoR itu oke banget!
    9¾/10 -> shoutout buat peron 9¾ harpot?
    Battle-nya asik karena ga mainstream, malah pakai cheat
    Endingnya juga kerasa banget pace nya yang dipercepat >_<b

    Nilai 9
    OC. Apis

    ReplyDelete