17.5.15

[PRELIMINARY] RELIMA KRUKRU - THE TERROR OF TAMON RAH (X)

[Preliminary] Relima Krukru - The Terror of Tamon Rah (X)
Penulis: Overlord HALL

Masinis, gelar terhormat yang diberikan pada orang yang bertanggung jawab menjalankan kereta api. Siapapun yang mendengar kata "Masinis" pasti langsung membayangkan sebuah kereta api di benaknya. Sekuat itulah ikatan seorang masinis dengan keretanya.

Mereka adalah sosok suci yang membawa kargo ke tempat yang jauh, mengantar para penjelajah menuju petualangan baru, mempertemukan keluarga yang terpisah karena jarak, bahkan sampai membantu perjuangan prajurit di medan perang. Tidak ada pekerjaan yang lebih keren daripada seorang masinis, itulah bayangan seorang masinis yang di pikiran Reli.

Relima Krukru, Reli untuk pendeknya,  adalah seorang gadis yang bercita-cita menjadi seorang masinis handal. Jarang ada gadis yang memiliki cita-cita sepertinya. Motivasinya untuk meraih cita-cita itu, kemungkinan besar berasal dari tempat ia dibesarkan, stasiun bintang.


Krukru, peri penghuni stasiun bintang, menemukan Reli enam belas tahun lalu dalam bentuk sebuah telur besar. Telur itu menetas dan lahirlah Reli sebagai bayi mungil sambil memeluk sebuah roda gerigi emas kecil yang kemudian selalu melayang di atas kepalanya.

Enam belas tahun berlalu dan bayi tumbuh menjadi seorang gadis yang manis dan ceria. Well, ia tumbuh normal, tapi perkembangan tubuhnya lebih lambat dari seorang gadis normal, terutama pada bagian "depan"nya. Mungkin saja sebagian nutrisi Reli dicuri oleh gear emasnya yang juga semakin besar tiap harinya, bahkan sekarang gear emas itu sudah selebar satu meter.

Detik-detik kehidupan Reli dihabiskan sebagai seorang pegawai di stasiun bintang, ia melakukan berbagai pekerjaan mulai dari memungut sampah, mengecek kondisi rel, membantu tante kantin, menjaga loket karcis dan masih banyak lagi.

Melakukan rutinitas seperti itu selama bertahun-tahun kadang membuatnya bosan, saat itulah Reli menguping cerita petualagan para penumpang yang berlalu-lalang untuk menghibur diri.

Bagi Reli, kesenangannya ketika mendengarkan sebuah cerita setara dengan menonton film di bioskop.  Ia suka membayangkan tempat-tempat yang diceritakan padanya di kepalanya sendiri, berharap suatu saat ia bisa mengunjunginya suatu saat nanti. Itulah sebabya Reli ingin menjadi seorang masinis, dengan begitu ia bisa mengunjungi berbagai tempat berbeda seperti impiannya.

Namun, untuk menjadi masinis Reli harus melewati ujian masinis yang berat. Ia sudah melakukan ujian-ujian itu sejak usia 9 tahun, awalnya mengalami banyak masalah, tapi kemudian ia terbiasa.

Tahun ini Reli berhasil melewati semua ujian, kecuali ujian penanganan situasi darurat, yakni sebuah tes keahlian dalam mempertahankan kargo dan penumpang kereta dari bahaya. Mengingat realm asal Reli dihuni oleh monster raksasa dan bandit yang bisa menyerang kapanpun dan dimanapun, tes tersebut menjadi tes dengan bobot nilai paling besar.

Pengalaman bertarung Reli kurang karena jarang meninggalkan stasiun bintang. Normalnya, ia harus mengulang ujian tahun depan, tapi tahun ini ia mendapat pengecualian. Sepucuk surat jatuh dari langit, mengabarkan soal turnamen antar dimensi yang akan dihadiri oleh puluhan petarung dari berbagai dunia berbeda.

Dengan memenangkan turnamen ini, Reli bisa membuktikan kekuatan bertarungnya lalu mendapatkan pekerjaannya sebagai masinis.

Dan kemudian... Petualang Reli di Alforea dimulai...

***

Alun-alun kota Despera dipenuhi hiruk pikuk peserta turnamen. Mereka mendengarkan dengan seksama pidato pembukaan yang dibawakan oleh duo komedian aneh di balkon kastil itu, yang satu adalah wanita anggun bergaun merah sementara satunya kakek tua berjas lab.

"Dengan ini, kunyatakan babak penyisihan Battle of Realms telah dimulai!!" Sahut kakek tua di balkon kastil itu dengan lantang dan penuh semangat.

Pidato pembukaan ronde penyisihan baru saja selesai, kedua sosok di balkon kastil itu membalikkan badan dan segera meninggalkan balkon. perserta yang hadir langsung mencari kelompok untuk pertarungan babak prelim.

"YIPPIE~! Akhirnya kita masuk ke babak penyisihan!!"

Reli -gadis yang berpakaian ala masinis- melompat-lompat girang di tengah kerumunan peserta. Gear emas yang melayang di atas kepalanya juga berputar cepat mengikuti ekspresi cerianya.

Di samping Reli, berdiri tiga sosok imut bertopeng smiley setinggi satu meter yang memakai seragam pegawai kereta api warna biru. Sekilas tubuh mereka terlihat seperti robot, tetapi jika diperhatikan lebih baik, sebenarnya tubuh mereka hanya tersusun dari komponen mesin yang melayang sedemikian rupa menyerupai sosok humanoid.

Krukru, peri penghuni stasiun bintang, begitulah mereka bertiga dipanggil. Para Krukru ini telah merawat Reli layaknya orang tua sejauh yang Reli ingat.

"Krukrukru~"

"Pertandingan bel pertarungan sudah berbunyi~"

"Kita lihat seberapa jauh Reli bertahan~"

Mereka akrab dengan Reli, tapi tidak banyak bicara pada orang asing dan selalu menuruti perintah. Meski begitu, siapa tahu setan macam apa yang bersembunyi dibalik lantunan tawa Krukru mereka yang khas itu.

"Ayo kita cari dik Izu dan pak Chupakabra! Mereka pasti juga sedang mencari kita!"

Reli menyapu pemandangan sekitar, mencoba mencari kedua sosok yang disebutnya tadi. Sayang, terlalu banyak orang disini dan mereka rata-rata lebih tinggi dari Reli, membuat gadis setinggi 158 cm itu hanya bisa melihat pundak, punggung dan dada sejauh mata memandang.

"Ugh...! Aku tidak bisa melihat apa-apa! Krukru, angkat aku!" perintah Reli.

"Haye! Haye!"

Mengikuti instruksinya, salah satu Krukru langsung mengangkat Reli ke atas kedua pundaknya. Sayangnya, tambahan tinggi itu masih belum cukup untuk melewati kepala player yang berlalu-lalang.

"Uu.... Belum cukup tinggi... Tambah satu tumpuk lagi!" perintah Reli pada Krukru lainnya yang santai menganggur.

Ide jahil muncul di pikiran Krukru itu ketika ia mendengar perintah Reli, kemudian  ia tertawa lembut sebelum berkata, "Krukrukru~ Angkat~ Tinggi~ Lempar~!"

"H-Hei! Jangan main-main! Itu tidak lucu!"

"Krukrukru~ Maaf~ Maaf~"

Krukru itu mengurungkan ide jahilnya, ia segera yang menaiki Krukru lainnya dan memberi tinggi tambahan pada Reli.

Berkat bantuan kedua Krukrunya kini Reli bisa melihat pemandangan di atas kepala-kepala peserta. Tak perlu waktu lama bagi Reli untuk menemukan seorang gadis berambut biru yang juga naik di atas pundak sesosok robot berjubah di tengah kerumunan, mungkin mereka mengalami masalah yang sama sepertinya tadi.

"Haaeeeyyy!! Dik Izu!!" panggil Reli.

Gadis berambut biru itu langsung menoleh, ia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Reli dari jauh.

"Hei Reliiii! Aku dan Zarid disini, lhoo!!"

Robot yang menggendong gadis berambut biru itu juga ikut melambaikan tangannya ke arah Reli. Dia lalu menunjuk sebuah kolam pancuran di luar kerumunan, memberi isyarat untuk bertemu ke sana.

"Zarid bilang kita bicara nanti di patung itu! Tempat ini tidak cocok untuk diskusi!" sahut si gadis berambut biru.

"Oke~!" balas Reli sambil mengacungkan kedua jempolnya pada mereka. Reli pun segera turun dari tumpukan Krukrunya dan menerobos keramaian untuk mencapai kolam pancuran yang ditunjuk robot tadi.

Gadis dan robot tadi adalah dua peserta yang berteman Reli ketika di Alkima lobby. Mereka bertiga telah sepakat untuk membentuk sebuah party pada babak penyisihan.

Si gadis berambut biru adalah Izu Yavuhezid, seorang gadis yang ahli analisa dan juga seorang pemain pedang. Izu nampak seperti gadis berumur 14 tahun, itu sebabnya Reli memanggilnya dengan panggilan "Dik Izu", walau sebenarnya Izu berumur lebih tua dari Reli, 25 tahun tepatnya.

Sementara robot berjubah yang menggendong gadis itu adalah Zarid Al-Farabi. Entah apa latar belakang robot ini, ia menolak memberitahukannya pada Reli. Zarid adalah seorang pedagang senjata yang menguasai ilmu persenjataan yang sangat luas. Reli memberi nama panggilan "Pak Chupakabra" pada Zarid,  memang aneh, tetapi menurut Reli bentuk kepala Zarid menyerupai seekor hewan peliharaan populer di realm asalnya. Walau kebanyakan orang beranggapan bentuk kepala Zarid mirip ular besi.

"Hufft!! Akhirnya keluar juga!"
                                                                                             
Setelah berjuang melewati susah dan sesak, Reli berhasil keluar dari kerumunan peserta yang ribut mencari kelompok, ketiga Krukru menyusul Reli tidak lama kemudian.

Reli berbalik sejenak dan menatap kerumunan player itu, kenangan buruknya ketika terjebak diantara puluhan player terangkat kembali. Sesaknya berhimpitan dengan orang lain, bau keringat menyatu dengan udara, sakitnya telinga ketika mendengar teriakan dari dekat. Semua kenangan itu cukup untuk membuat bulu kuduk Reli berdiri.

"WEEEKK!! Aku tidak mau masuk kesana lagi!!" ejek Reli pada kerumunan peserta itu, sambil menjulurkan lidahnya. Belum puas hanya dengan melakukan itu, Reli memungut sebuah kaleng minuman soda yang tergeletak di tanah, lalu melemparnya ke tengah kerumunan sebagai pelampiasannya.

CTOOKK!!

"WOY!! SIAPA MAIN LEMPAR-LEMPAR KALENG?!"

Terdengar suara hantaman keras yang disusul sahutan pererta marah dari tengah kerumunan. Sudah jelas itu adalah hasil perbuatan Reli. Hanya dengan mendegar teriakannya saja sudah cukup untuk membuat Reli merinding takut.

"K-Krukru! Ambil langkah seribu!" perintah Reli agak gemetar.

"Haye! Haye!" seru ketiga Krukrunya bersamaan.

Mereka berempat langsung pergi meninggalkan TKP. Peserta random yang terkena kaleng nyasar Reli itu terus berteriak-teriak marah di tengah kerumunan, mulai menuduh orang di sekitarnya sebagai pelakunya. Keributan terjadi, tapi provokatornya sudah kabur duluan.

***

Izu dan Zarid sudah menunggu di depan patung kuda. Izu langsung tersenyum dan melambaikan tanggannya lagi begitu melihat Reli berlari ke arahnya, sementara Zarid menciduk air dari kolam itu dengan sebuah gayung plastik warna biru dan meminumnya. 

"Whew!! Tadi itu hampir saja!" Reli melepas lega sambil mengelap keringat di dahinya.

"Pagi yang cerah, nona Reli," sapa Zarid dengan suara robotnya yang agak gersak. Kemudian ia mengambil satu cidukan air dan meminumnya lagi.

"Kenapa kamu ngos-ngosan gitu? Kamu terlihat seperti habis dikejar banteng!" tanya Izu khawatir.

"K-Kalau ada yang tanya tentang pelempar kaleng, bilang saja tidak tahu, oke?"

"Pelempar kaleng...? Aku tidak mengerti maksudmu... tapi baiklah..."

"Terima kasih, nona Izu," Zarid berterima kasih pada Izu sambil mengembalikan gayungnya.

"Oh ya! Sama-sama! Kalau mau pinjam tinggal bilang lagi ya!" jawab Izu, kemudian Zarid membalas dengan sebuah anggukan. 

Izu mengambil sebuah kotak kecil seukuran bola kasti dari sakunya, kotak kecil itu menembakkan sinar pada gayung di tangan Zarid, dalam sekejap gayung tersebut menyusut dan melayang masuk ke dalam kotak kecil Izu.

Setelah itu Zarid duduk di tepi kolam pancuran dan memainkan sebuah gitar yang langsung ia tarik dari jubahnya. Resonasi lembut dari petikan senar gitar Zarid ini sudah bagikan theme song kelompok ini.

"Satu... dua... tiga... Hm...."

Begitu nafasnya kembali normal, Reli langsung menghitung jumlah anggota kelompoknya. Sebuah kelompok maksimal beranggotakan 4 peserta, berarti ada sebuah tempat kosong dalam party ini.

"Ada satu tempat kosong ya?" Izu menebak pikiran Reli.

"Iya... haruskah kita menambah satu orang lagi?"

"Saya serahkan keputusan itu pada nona-nona sekalian," ucap Zarid singkat sambil meneruskan genjrengan gitarnya.

"Aku rasa kita tidak perlu anggota tambahan, lagipula kita bertiga sudah berlatih keras untuk pertarungan kelompok di ronde penyisihan inikan?" kata Izu yang tengah tersenyum manis penuh percaya diri. Sebelumnya, ketika di Alkima Lobby. Reli, Izu dan Zarid memang sudah merencanakan taktik dan mempraktekkannya dalam mock battle di training ground.

"Hm... Begitu ya? Kalau begitu ayo kita langsung minta diantar ke TKP!!" Reli melempar kepalan tangannya ke atas dengan penuh semangat.

"OOHH!!" Izu dan ketiga Krukru Reli bersorak, ikut membalas seruan Reli dengan mengangkat kepalan tangan mereka, sementara Zarid hanya diam sambil terus bermain gitar.

"Permisi, apa anda nona Relima Krukru?" tanya seorang gadis maid berotot besar yang tiba-tiba muncul di samping Reli.

Eh, tidak tidak, dia bukan seorang gadis, apalagi seorang maid! Dia hanyalah om-om aneh yang pakai seragam maid. Mukanya sangat maskulin, lengkap janggut dan kumisnya yang tebal. Tubuhnya tinggi, berotot kekar dan berbulu lebat. Ia memakai seragam maid dengan rok dan lengan pendek, memamerkan bulu tangan dan kakinya yang lebat. Poin keseramannya ditambah dengan rambutnya yang diikat twin tail panjang.

Tentunya sosok seseram itu memberi dampak yang mengerikan pada siapapun yang melihatnya. Izu dan ketiga Krukru Reli langsung meloncat dan bersembunyi di kereta tambang Reli.

"BULU!!  BULU!!  BULU!!" mereka berempat berseru sambil menunjuk om maid itu.

"MATAKU!!" sementara sistem Zarid langsung  konslet karena menerima input pengelihatan yang mematikan itu.

"Yup! Itu aku!" Reli menjawab dengan polos, sepertinya ia tak mempermasalahkan penampilan aneh maid ini.

"Saya ada surat untuk nona," Om Maid langsung menyerahkan sebuah amplop putih pada Reli. Amlpop itu yang disegel dengan pin merah, tanda bahwa surat itu sangat penting.

Reli mengambil amplop itu tanpa kecurigaan sedikitpun, ia melihat tulisan Relima Krukru di baliknya, pertanda bahwa surat itu benar-benar untuknya. Sebuah pertanyaan muncul di benak Reli,  "Dari siapa surat ini?"

"...Lihat saja di dalamnya, penulis surat tidak akan melupakan namanya," ucap om maid tanpa ekspresi, seperti robot yang hanya menjawab jika ditanya dahulu.

"Oke, ngomong-ngomong, bisa tolong kau antar kami ke tempat pertarungan?" tanya Reli, memasukkan surat itu ke kantongnya.

"Tentu saja! Tidak ada masalah!" om maid itu bercahaya, kini mukanya tersenyum penuh semangat. Ia mengangkat tangannya ke udara dengan telapak tangan terbuka, energi sihir berkumpul di tangannya dan memadat, menjadi sebuah tongkat  hitam sepanjang 1 meter yang semakin menggembung di ujungnya.

"Eh..? K-Kenapa kau malah memanggil pemukul kasti itu?" tanya Reli yang mulai takut dengan ekspresi maid yang semakin mengerikan itu. Ia ingat betul bentuk dari tongkat pemukul yang sering digunakan anak-anak untuk memukul sebuah bola yang terus-menerus memecahkan jendela salah satu kantor stasiun bintang.

"Sebenarnya saya baru bekerja seminggu lalu, jadi sihir teleportasi saya hanya bisa memindahkan saya seorang, tapi jangan khawatir, saya bisa mengatasi masalah itu!" ucap si om maid, kali ini ia terdengar lebih santai sambil mengayun-ngayunkan pemukul baseballnya, tiap ayunannya begitu kuat sampai-sampai angin bertiup tiap kali ia melakukannya.

"Kyaaa!! K-Kenapa kau mengayun-ngayunkan pemukulmu seperti itu?" sekarang Reli ketakutan, sama takutnya seperti Izu dan ketiga Krukrunya.

Dengan satu ayunan super om maid itu, kelompok Reli langsung terbang jauh ke angkasa seperti sebuah bola kasti, menjadi satu bintang di langit yang cerah. Teriakan "AAAHHH!! MENYEBALKAN!!" tim Reli bisa terdengar dari jauh.

Om maid berotot itu langsung berteriak "RUNNING HOME!!"

***

Langit malam ini cerah, tanpa setitik awan pun yang menghalangi pemandangan langit, cuaca yang sempurna untuk meneropong bintang-bintang malam. Itulah yang sedang dilakukan Tamon Rah, adik dari Tamon Ruu.

Dari jendela sebuah kastil yang terlupakan, seorang anak laki-laki meneropong bulan dengan teropong emasnya. Umur bocah itu baru sekitar 10 tahunan, memakai jas ala bangsawan eropa dengan tema warna putih. Rambutnya putih keperakan seperti Ruu, hanya saja ada rambut yang menyumbul ke atas seperti tanduk unicorn.

Rah tersenyum-senyum sendiri ketika menikmati pemandangan benda-benda langit yang menawan, tapi ia langsung  ternganga ketika teropongnya tidak sengaja bergeser turun ke arah padang gurun di depan kastilnya, melihat satu batalion prajurit Alforea bergerak menuju kastilnya.

"HUUWAAA!!!" Rah berteriak sekeras-kerasnya, dia melangkah mundur dari jendela dengan langkah gemetaran, "K-Kak Ruu beneran ngirim pasukan Alforea! Tamat sudah riwayatku!"

Mendadak sesosok bayangan mencuat dari lantai, membentuk sosok monster berpertut buncit setinggi tiga meter. Tubuhnya terselimuti seluruhnya dengan jubah hitam yang seakan menyatu dengan bayangan. Mata dan senyum monster itu bersinar putih seperti cahaya yang terkurung di tubuh serba hitam itu.

"Nah... nah... tuanku, tenanglah," monster bayangan itu memberi Rah sebuah pelukan dari belakang, tubuh monster yang kenyal dan empuk itu membuat Rah lebih tenang, "Tidak apa-apa tuan, semuanya akan baik-baik saja. Lima ratus pasukan tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan tuan."

"T-Tapi Beismo, p-pasukan itu..."

Beismo, monster itu, tidak mengerti mengapa tuannya begitu ketakutan. Ia langsung memanjangkan lehernya sehingga matanya dapat melihat dari lubang optik teropong itu. Mata Beismo sempat melebar karena menyaksikan sosok pasukan mengerikan yang dikirim oleh Tamon Ruu.

"Ya ampun, klan weremaids, maid tipe baru yang kekuatannya berlipat ganda di bulan purnama."

"Aku sudah tahu itu!! Kak Ruu pasti benar-benar marah sampai memerintahkan klan mengerikan itu untuk menyerangku!!"

Rah berjalan menyebrangi ruangan, Beismo tidak melepaskan peluknya dan tergeret di belakang Rah seperti sebuah boneka peluk yang tak berbobot. Rah membuka laci di samping ranjangnya, di dalamnya terdapat banyak berkas-berkas penelitian yang masing-masing diberi label huruf.

"Aku dulu pernah mencoba membunuh mereka di bulan purnama dengan berbagai rencana dari rencana A hingga rencana Y, semuanya tidak ada yang berhasil!!"

"A sampai Y? Bagaimana dengan rencana Z?"

"Rencana Z? Apa maksudmu?"

"Tuan tahukan? Huruf Z, huruf setelah Y?"

"Hm... Rencana Z? Aku pasti melewatkan yang satu itu."

Tangan Rah langsung menjejal masuk ke dalam lacinya, jari-jarinya dengan  cepat membalik label-label berkas untuk menemukan rencana Z yang ia lupakan. Berkas X, Y, dan kemudian Z. Rah segera meraih berkas tersebut, lalu secara tidak sengaja sebuah buku jatuh dari berkas itu.

Rah memungut buku hitam tebal itu. ia tidak pernah melihat buku seperti itu, tapi sampulnya yang lebih tebal dari isinya, membuatnya ragu kalau itu hanya sebuah buku Notes. Sampul  depannya yang berwarna kehitaman dan bertuliskan tulisan putih "Note" di samping sebuah tulisan luntur di kirinya, membuat Rah gemetar.

Ketika Rah membukanya, ia langsung terkejut dengan isinya. Dilihat sekilas, terdapat simbol-simbol dan gambar luntur di setiap halamannya, sehingga ia berpikir kalau itu adalah sebuah buku sihir kuno. Ia terus membalik halaman, tapi sayangnya ia tidak menemukan tulisan yang masih bisa dibaca, kebanyakan telah luntur.

Untungnya ketika ia membuka halaman tengah, ia menemukan suatu tulisan yang masih bisa dibaca. Tanpa ragu, ia membaca isi dari tulisan itu.

"Tahap pertama, siapkan dua butir telur naga dan garam laut utara. Pecahkan dua butir telur itu, aduk hingga merata, lalu tambahkan lima sendok teh garam laut utara. Begitu tercampur, tuang ke atas panci penggorengan..."

"INI MAH BUKU MASAK!" Rah mengamuk, melemparkan buku itu, tapi langsung ditangkap oleh Beismo.

"Tuan muda... tidak baik membuang buku seperti ini" Beismo membuka buku itu, tapi ia langsung terkejut ketika membalik sebuah halaman, "I-Ini kan... kapal selam?! D-Dan ini... daya ledaknya luar biasa!"

"Eh? Serius? Lihat! Lihat!"

Sayangnya kapal selam itu hanya nama untuk makanan tradisional "pempek"

 "T-Tapi tuan muda... saya pernah makan ini dan rasanya meledak-ledak di lidah..."

Mengabaikan perkataan Beismo, Rah membuka berkas "Z" di tangannya, berharap itu bukan sekedar lelucon yang ia buat di waktu senggang. Setelah ia membaca untuk beberapa waktu, ia menyadari kalau rencana itu adalah rencana yang ia campakan karena suatu alasan yang tidak ia ingat.

Ketika Rah membalik-balik berkas itu, sebuah kertas jatuh darinya. Ia memungut surat itu, kemudian membaca tulisan "Aku Sembunyikan di Note masak. Robek halaman terakhir". Tanpa basa-basi Rah segera melakukan perintah dalam buku itu, menemukan sebuah remot aneh tersembunyi di sampul tebal buku itu.

"I... Inikah... Rencana ini luar biasa! Kenapa,sih aku mencampakan rencana ini!"

Rah melihat secerah harapan dari berkas itu, matanya melotot membaca laporan penelitian dalam berkas itu. Mukanya tersenyum karena menemukan harapan diantara berkas penelitiannya yang gagal.

"R-Rencana ini begitu hebat.. begitu jahat... dan baunya seperti... LEMON!!!"

"Tentu saja bau kedai tuan, anda mendapat rencana itu dari sindikat EVIL, Every Villain Is Lemon," jelas Beismo, ia melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar melihat reaksi tuannya.

 "Segera siapkan rencana Z!! Kita akan perang besar-besaran!!" perintah Rah sambil melangkah pergi dari kamarnya.

"Khekhekhe..." Beismo terkekeh. Ia lalu berjalan mundur, sosoknya meleleh dan menyatu dengan kegelapan ruangan.

"Tentu saja, Semua demi tuanku..." itulah gema suara Beismo yang terdengar sebelum hawa keberadaannya menghilang dari ruangan Tamon Rah.

***

Malam ini langit cerah tanpa setitik awanpun terlihat di cakrawala, membuat Bulan nampak lebih besar dari biasanya, seakan sedang jatuh menuju bumi. Tentunya bulan indah tidak sendirian malam ini, ia ditemani oleh bintang-bintang mungil yang berkelap-kelip di langit malam.

Nampaknya ada satu bintang yang berbeda dari bintang lainnya, bintang ini tidak hinggap di langit seperti bintang-bintang lainnya, melainkan menukik tajam menuju bukit berbatu di bawah sinar rembulan.

Bintang itu jatuh ke tanah, tanah berguncang selama setengah detik, pasir gurun langsung mengepul ke udara karena hantaman keras bintang itu.

Selang beberapa saat kepulan pasir menghilang, nampaklah kelompok Reli yang semuanya masih terkapar di tanah dengan mata berbentuk spiral dan bebek-bebek karet memutari kepala mereka.

"Au.... Sakit sekali...." ucap Reli yang pertama siuman, sementara ketiga Krukru dan dua rekan Reli masih terlentang di tanah.

Mendadak sebuah portal terbuka di dekat lokasi jatuh kelompok Reli, seorang maid berambut hitam panjang yang dikepang menjadi dua keluar dari portal tersebut, kemudian menghampiri mereka.

"Malam, nona Reli." Sambut suara lembut nyaring maid itu.

Reli menoleh dan tercengah melihat sosok maid yang memanggil namanya tadi. Ia bagai melihat seorang dewi yang turun dari khayangan.

Kulit maid itu putih bagaikan rembulan, senyumnya menyejukkan jiwa seperti angin malam. Si maid membungkukkan badannya dan mengulurkan tangannya pada Reli, rambut hitamnya yang berkilau terurai lembut bagai surta. Saat itu dunia seakan bergerak dalam slowmotion, Reli terpesona, sosok bak dewi itu mengingatkannya pada sosok kakaknya yang telah lama meninggal.

"Perlu bantuan berdiri?"

"A-Ah! A-Aku bisa berdiri sendiri!"

Reli bergegas berdiri, lalu beranjak ke para Krukru dan kedua anggota timnya yang masih belum sadarkan diri. Dengan sedikit tamparan, para Krukru langsung siuman, tapi Reli ragu untuk menampar kedua teman lainnya. Dalam kebingungannya, ia merasakan sebuah tepukan pada pundaknya.

"Nona... kalau boleh saya bantu..."

Maid itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah tongkat  hitam sepanjang 1 meter yang semakin menggembung di ujungnya, pemukul kasti yang sama dengan yang digunakan om maid untuk membawa mereka ke gurun itu.

"AGH! Kenapa pemukul kasti itu lagi?"

"Pemukul kasti? Ah, anda tidak tahu rupanya. Ini adalah tongkat sihir yang cukup populer di kalangan maid, Live batter MK V!" seru maid itu dengan bersemangat. "Tongkat ini multi fungsi, bisa dipakai untuk menghajar lawan, transportasi instan, bahkan penyembuhan ketika dipukulkan di kepala"

"Kami sudah bangun!" seru Izu dan Zarid.

"Eh? Kurasa tongkat ini lebih kuat dari perkiraanku sampai-sampai aku tidak perlu menggetok kepala mereka..."

"R-Reli bisa kau ke sini sebentar?" pinta Izu. Begitu Reli sampai di tempatnya, Izu langsung berbisik, "Aku yakin ada yang tidak beres dengan para maid di tempat ini! Waspadalah, Reli!"

"Siap, dik Izu!"

"Uhm... bolekah saya minta perhatian kalian sebentar?" tanya maid itu.

Begitu para peserta menoleh ke arahnya, ia mulai perkenalannya"Nama saya Dodo, saya adalah maid yang akan memandu kalian di awal ronde penyisihan ini. Boleh saya mulai penjelasan Rondenya?"

Ketiga peserta mengangguk, kemudian duduk manis di depan maid tersebut. Maid itu mulai menjelaskan alasan kenapa mereka dikumpulkan di gurun pasir itu.

"Beberapa hari lalu, pasukan patroli menemukan konsentrasi monster dalam jumlah besar pada sebuah kastil di utara kota Despera. Nona Ruu memprediksi bahwa mereka akan menyerang kota Despera tak lama lagi, jadi..."

"Tunggu," potong Izu, "Mengumpulkan pasukan monster dalam jumlah banyak di tempat ini sangat tidak mungkin," Jelasnya.

"Kenapa?"

"Pasokan makanan. Untuk menggerakan sebuah pasukan entah manusia atau monster tetap memerlukan makanan untuk bertahan hidup, anehnya medan di sekitar sini adalah gurun berbatu, tidak ada tumbuhan atau hewan hidup yang bisa dijadikan pangan di sekitar sana"

"Bukannya mereka mendapat pasokan dari luar gurun?" tanya Zarid.

"Kalaupun mereka punya pasokan makanan, mereka harus mengambil dari tempat lain selain kota Despera, tapi dilihat dari kondisi gurun ini, tidak mungkin ada kota lain dalam radius lima kilometer, sehingga kalaupun mereka punya pasokan makanan, maka jumlahnya tidak akan banyak" Izu menjelaskan dengan panjang lebar, "Musuh kita seharusnya tidak banyak juga"

"Saya tidak berpikir begitu," Dodo mengeluarkan sebuah teropong dari sakunya, lalu memberikannya pada Izu. Ia menunjuk sebuah bukit bebatuan sejauh dua kilometer dari posisi mereka dan meminta Izu untuk melihat kastil di puncaknya.

Izu segera melihat kastil itu dengan teropong pemberian Dodo. Namun ia langsung tercengang dan menurunkan teropongnya seketika.

"Apa yang kau lihat, Izu?"

"Aku tidak melihat apa-apa... penutup lensanya belum dicopot"

"Kyaa! Kenapa aku lupa!" seru Dodo.

Begitu penutup lensanya dilepas, Izu dapat melihat jelas sebuah kastil besar dan dua buah menara setinggi dua puluh meter di sisi barat dan timur kastil tersebut. Ia memperhatikan sebuah sosok bayangan yang berdiri di puncak salah satu menara itu. Meski ada cahaya dari puncak menara di belakangnya, tapi Izu tidak mampu melihat sosok dari bayangan itu.

"Mahluk macam apa itu? Kenapa aku tidak bisa melihat sosoknya?"

"Setelah pengamatan berhari-hari, kami menyimulkan bahwa pasukan mereka adalah makhluk yang tidak akan mati walau tanpa makan atau minum, karena mereka sudah mati sejak awal," terang Dodo, "Yang kau lihat salah satu lawan kita, sejenis makhluk kegelapan. Mungkin bisa dikategorikan dalam tipe monster kematian, Undead,"

"Undead? Kukira monster seperti itu hanya mitos!" seru Izu.

"T-Tidak mungkin kita bisa menang melawan hantu,kan?" tanya Reli gemetar.

"Sebenarnya, bisa"

Dodo mengibaskan tangan kirinya ke depan, bersamaan dengan gerakannya, sebuah layar hologram sebesar setengah meter persegi muncul di depannya. Tampak jelas denah kastil itu dan juga kedua menara di sisinya.

"Sama seperti perkataan nona Izu, pasukan tidak bisa bertahan hidup tanpa makanan. Monster Undead juga perlu makanan, tapi bentuknya tidak berupa makanan keseharian kita, melainkan pasokan mana, sebuah material dasar untuk penggunaan sihir."

Jari Dodo mencapit bagian puncak menara, lalu melebarkannya, membuat gambar puncak menara pada hologram itu menjadi lebih besar disertai juga dengan beberapa paragraf text menjelaskan detailnya.

"Terdapat sebuah kristal pensuplai mana di atas setiap menara itu. Apabila kristal ini hancur, maka para monster Undead akan kehilangan sumber pasokan mana mereka, lalu akan hancur dengan sendirinya. Itulah tugas kalian, hancurkan kristal pada kedua menara itu!"

"Dan jumlah mereka?" tanya Zarid.

"Aku hanya melihat beberapa di atas menara itu," kata Izu

"Menurut scanner satelit kami, terdapat kurang lebih 785.930.483,18 monster di sana" jawab Dodo datar.

"Apa! Itu jumlah atau presentase, kok ada koma-komaan segala!" sentak Izu.

"Tenang saja. Kalian tidak akan ke sana sendirian" ujar Dodo seraya menutup kembali layar hologramnya. Kemudian ia mengambil terompet yang tersemat di pinggangnya dan meniupnya.

BWOOOOOOOM!!!

Suara terompet itu menggema ke seluruh penjuru gurun, tiba-tiba angin bertiup kencang. Bayangan-bayangan berkelibat dari jurang di belakang Dodo, apapun itu pergerakan mereka sangat cepat sampai-sampai mata Reli tidak bisa menangkap sosoknya.

Reli melihat ke langit malam, langit yang tadinya sepi sekarang dipenuhi oleh ratusan wanita cantik berpakaian maid dengan sayap kelelawar yang mengepak-ngepak dari punggungnya. Kemudian sepasang sayap mencuat dari punggung Dodo, ia melompat lalu melayang bersama kawan-kawannya.

"Kami adalah kaum weremaid. Kami adalah klan yang akan berubah menjadi seperti ini ketika bulan purnama bersinar. Dan kini kami berada dalam komando kalian."

***

Kelompok Reli terbang bersama klan Weremaids, mereka berlima naik ke kereta tambang Reli, lalu Dodo bersama satu orang maid lainnya memegangi kereta di sisi yang berbeda selagi terbang menuju kastil.

Sementara itu, para monster di kastil mulai menyiapkan serangan mereka. Makhluk-makhluk kecil bertubuh hitam terlihat mondar-mandir di halaman kastil, kegelapan malam nyaris membuat mereka tak terlihat, kecuali mata mereka yang bersinar. Mereka adalah makhluk yang dipanggil Rah dengan bantuan dua menara kristal,  Deisworkers.

Para Deisworkers menggeret ketapel-ketapel berat dan menggotong batu-batu sebesar truk sampah di halaman kastil.  Mereka memuat batu raksasa yang diminyaki sebagai amunisi ketapel, kemudian membakarnya menjadi batu api sebelum melontarkannya ke kawanan weremaids.

"Gelombang pertama....! TEMBAK!!" komando salah satu Deisworker, tali ketapel diputus bersamaan, melontarkan batu api ke udara.

Gelombang serangan pertama dilancarkan monster penjaga kastil, ada sekitar 10 batu api seukuran truk sampah. Tapi serangan ini ditepis klan weremaids dengan mudah menggunakan kekuatan fisik. Mereka yang di baris depan menghadang batu-batu itu dan memukulkan tinju mereka sekuat tenaga, detik berikutnya batu-batu membara itu berubah menjadi kepulan asap.

"M-Mereka! Menghancurkan proyektil kita!!"

"Jangan banyak bacot!! Kita disini hanya untuk mengulur waktu, bukan mengalahkan mereka!!"

Lalu Deisworkers meluncurkan lagi 10 batu api bersamaan, hal yang sama kembali terjadi. Rotasi kejadian yang sama terus berulang, ketapel meluncurkan batu api, lalu para weremaid menghancurkannya hanya dengan tinju penuh cinta (bagi para masokis).

Pasukan monster semakin panik karena serangan-serangan mereka tidak mempan, pasukan weremaids sudah sampai lima kilometer di depan kastil. Saat itulah, sosok rencana Z beraksi. Mendadak sebuah layar hologram muncul di hadapan pasukan maid, wajah Tamon Rah terlihat jelas di layar itu.

"Muahahahahaha!! Tak kusangka kalian, para babu kakakku bisa sampai sejauh ini," bocah laki-laki di monitor itu menyeringai jahat. Ia begitu santai meski pasukan lawan sudah dekat dengan kastilnya.

"Menyerahlah, Tamon Rah! Kau tidak bisa mengalahkan klan weremaid di bulan purnama!" sahut salah satu weremaid di baris depan.

"Iya, iya aku setuju soal itu! Oleh sebab itu aku akan menghancurkan sumber kekuatan kalian!" Rah menjentikkan jarinya, sesaat kemudian terdengar suara ledakan yang begitu keras.

Para weremaids menengok kesana-kemari mencoba menemukan asal suara itu, namun mereka tak menemukannya, seakan gema ledakan tadi menyebar rata ke seluruh gurun.

"Oh? Kaget dengan suara ledakan tadi? Ingin tahu dari mana asal suara itu? LIHATLAH BULAN PURNAMA KALIAN!!"

Semua weremaids langsung menoleh ke arah bulan di langit, ada sebuah lubang besar di tengah bulan yang nampak dekat itu. Tiba-tiba terjadi ledakan susulan, ledakannya sangat besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Kemudian disusul oleh ledakan-ledakan lagi di seluruh penjuru bulan, dan akhirnya ledakan terakhir adalah yang paling besar.

Efek ledakan terakhir itu terasa hingga ke bumi, angin luar angkasa bertiup kencang. Beberapa weremaid langsung jatuh ke tanah, bukan hanya karena angin kencang itu, tapi karena sumber tenaga mereka hilang, kekuatan mereka berkurang drastis.

Para Deisworkers bersorak gembira karena kejatuhan klan weremaids. Kemudian gerbang kastil terbuka, barisan Deiswarriors, makhluk setinggi tiga meter, melangkah keluar dari gerbang dengan membawa pedang yang sama besarnya dengan tubuh mereka yang tinggi dan hitam. Mata mereka yang bersinar kuning menjadi senter pencari mangsa di kegelapan.

***

Malam menjadi gelap gulita karena bulan tak lagi di langit untuk memantulkan cahaya matahari. Kelompok Reli mendadak panik, satu-satunya cahaya yang dapat mereka lihat kini hanyalah cahaya dari mata Zarid.

Kelompok Reli mendarat di tanah dengan selamat, entah bagaimana kabar para weremaids. Mereka berlima berada di kereta tambang Reli, cahaya kuning dari mata Zarid dan cahaya senter Izu menjadi sumber cahaya. Kegelapan menyelimuti seluruh gurun, semuanya terlihat hitam dengan hilangnya cahaya bulan.

"W-Wow!! Aku tak percaya bulan Alkima benar-benar hancur!!" Reli berseru sambil menatap langit yang kini kosong.

"Krukrukru~ Gelap-gelap~"

"Waktunya jahil-jahil~"

"Cubit~~"

Mendadak Reli merasakan cubitan keras di bokongnya, "Aww!! Hei, sakit tahu!"

"Cubit ini juga~"

"Kyaaaa~!! Jangan cubit-cubit dasar mesum!!" pekik Izu.

"Cubit yang ini juga.... Hm.. aneh, kok rasanya agak keras ya? Punya Reli dan Izukan lebih empuk?"

"HEY!!!" seru Reli dan Izu secara bersamaan.

"Sebenarnya, yang kalian cubit itu dadaku," ucap suara super maskulin dari luar kereta tambang Reli.

Izu mengarahkan senternya ke asal suara itu dan mendapati pria berpakaian maid yang tadi mengirim mereka ke sini berdiri di sana. Tangan salah satu Krukru meremas dadanya yang kotak dan berotot.

"HUUUWAAAA!!!" pekik Krukru bertangan jahil itu, lalu segera turun dari kereta dan mengusapkannya pada pasir.

"I-Ini bukan uji nyalikan? Terus kenapa ada penampakan setan disini?!" seru Krukru lainnya.

"Ini aku, Dodo, beginilah wujud seorang weremaid ketika tidak ada bulan purnama."

"Eh...? B-Berarti...," Izu menyenter ke sekitar, mendapati ada 4 om-om maid lain selain Dodo disini, mungkin cahaya dari senter itu yang menyebabkan mereka berkumpul.

"K-Kami kira perubahan kalian hanya sayap itu..."ucap Izu gemetar

"PERUBAHAN KALIAN DRASTIS BANGET!!!" komantar Reli yang membandingkan sosok weremaid cantik yang tadi ia lihat di bulan purnama dengan om maid yang sekarang di hadapannya.

"Muahahahaha!!! Kemarahanku belum sampai disitu, dasar weremaids!!" suara Rah kembali terdengar.

Mendadak benda-benda yang bersinar terang turun dari langit dengan api jet sebagai ekornya. Satu benda bergabung dengan benda lainnya, transformasi terjadi, benda-benda itu membentuk sesosok robot kuda bertanduk yang kemudian memunculkan sayap laser biru yang menerangi gurun yang gelap.

"Untuk melindungi Alforea yang indah dan biru, ia datang dari dimensi lain!! Kekuatan tarikan satu yotta kuda yang tak terhentikan! Tamonzordku yang agung, Tamon Rah-X!!"

Gelegar perkenalan robot kuda raksasa itu menggelegar kemana-mana.

"Um... Langkah selanjutnya, gunakan remote untuk mengendalikan Tamon Rah-X... Mana remote-nya?! Aha! Serang para weremaid, Tamon Rah-X!" seru Rah. "Eh? Kok nggak jalan?"

Di dalam kokpit Tamon Rah-X, Rah memencet tombol-tombol pada controlernya, tapi tidak satupun merespon, bahkan tombol powernya sekalipun. Kebingungan, Rah mengambil berkas rencana Z-nya, lalu mencari bagian manual.

Namun, alangkah terkejutnya dia ketika ia menemukan catatan lain yang ia tulis sendiri, "Aku malas membuat kendali Tamon Rah-X, jadi aku buat mode autopilot saja. Besok aku lanjutkan setelah aku mengalahkan kak Ruu di DOTO."

"Eh? Bukannya ini sudah agak lama setelah aku membuat ini?"

Saat itulah, Rah mengutuk dirinya yang lupa akan kerjanya sendiri, tapi paling tidak ia bisa berbangga karena telah mengalahkan kakaknya dalam DOTO seminggu lalu. Tanpa pilihan lain, Rah menekan tombol "Mode Autopilot" di dalam kopit itu.

***

"[Railway Build]!!" Reli memenciptakan deretan partikel kotak yang berkonsentrasi menjadi susunan batang besi dan papan kayu, membentuk sebuah rel kereta. Kelompok Reli berpegangan di sisi kereta tambang. Satu Krukru pendorong sudah siap mendorong kereta sementara weremaid yang tersisa siap mengikuti kereta dari belakang.

"Relima Krukru, kereta tambang #39, meluncur!!"

Krukru mendorong kereta tambang itu. Decitan besi rel dengan roda kereta terdengar nyaring, kereta Reli melaju dengan kecepatan penuh menuju kastil Rah. Mereka bergerak melintasi medang perang yang gelap di bawah.

Di bawah mereka nampak pasukan om maid yang tersisa bertarung sengit melawan para Deiswarriors, memang benar klan mereka akan lebih lemah tanpa sinar bulan, tapi kekuatan basis mereka tanpa sinar bulan sendiri sudah cukup tinggi. Dodo dan rekannya mengabaikan mereka yang di bawah, prioritas misi mereka adalah menghancurkan menara di kasti itu.

"Reli, Tamon Rah-X sedang menuju ke sini!" salah satu Krukru memperingatkan.

Kuda mesin itu berlari mengejar kereta Reli yang melaju di tengah kegelapan, cahaya dari [Railway Build] telah menarik perhatiannya. Tapak kakinya melaju cepat, tiap langkah kakinya meninggalkan jejak api, siapapun yang menghalangi langsung terinjak atau terbakar hidup-hidup.

"DIA DATANG!! DIA DATANG!!"

"Serahkan masalah ini pada saya," Zarid merogoh jubahnya, menggunakan kemampuan [Weapon dealing]nya untuk mengambil senjata. Dalam hati Zarid mengharapkan senjata roket kelas dua seperti RPG atau Bazoka, tapi ia justru menarik sesuatu yang lebih aneh, sebuah botol mayonaise raksasa dengan genggaman senapan di bawahnya.

"BENDA APA ITU?!"

"I-Ini... tidak salah lagi, ini adalah senjata genosida [Mayonise Cannon], aku dengar senjata ini digunakan pada perang genosida melawan ras yang lemah terhadap protein telur ayam dalam mayonaise."

"HEH?! BOTOL MAYONAISE ITU SENJATA GENOSIDA?!" komentar Krukru kaget melihat sejarah mematikan dari senjata super aneh ini.

"K-Kenapa aku bisa menarik senjata selangkah ini?! Apa dewi keberuntungan sedang berada di pihakku?"

"Gak tau ah!! Tembak saja kuda itu dengan benda itu!!"

"Baiklah ini dia [Mayonaise Cannon]!!"

Zarid meletakkan senjata itu di pundaknya, lalu menarik pelatuknya. Sebuah proyektil kuning bulat meluncur dari meriam aneh itu, mengenai Tamon Rah-X di wajahnya. Benar saja, robot kuda raksasa itu langsung berhenti, menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menghilangan cairan pekat yang menutupi wajahnya.

"Headshot!!" seru Zarid yang berhasil mengenai targetnya.

"K-KALIAN!! Berani benar kalian menutupi kamera utamaku!!" suara kemarahan Tamon Rah terdengar. Pergerakan robot ini memang dikendalikan sistem auto pilot, tapi nampaknya sistem itu juga bergerak mengikuti suasana hati pengendalinya.

Tamon Rah-X mematerialisasikan kemarahan Rah, puluhan bola api langsung tercipta di sekitar sayap laser Tamon Rah-X. Robot kuda itu melompat ke angkasa, berisap melepaskan jurusnya.

"Tamon's Wrath!!" sahut Rah. Semua bola api di sayapnya langsung jatuh membombardir daratan. Suara debum dan ledakan terdengar dimana-mana, gurun gelap yang tadinya hanya disinari oleh Tamon Rah-X kini berubah menjadi lautan api.

"MUAHAHAHAHA!!!" tawa Rah terdengar di udara, merayakan kehancuran yang ia perbuat.

Kembali ke Reli dan kawan-kawan. Mereka masih melaju menuju kastil di dalam kereta tambang Reli.

"Kita hampir sampai teman-teman!" Reli berseru sambil terus menggunakan [Railway Build], terus menerus membangun rel kereta agar kereta tambangnya tetap berjalan mulus. Reli terlalu fokus ke depan, tidak sempat melihat Tamon Rah-X yang melepaskan puluhan bola api membabi buta ke segala arah, salah satunya ke kereta tambang Reli.

"Bola api di arah jam delapan!" ujar salah satu Krukru.

Zarid mengarahkan Bazooka Genosidanya pada bola api tersebut, "Serahkan padaku!"

Letupan mayones kembali terdengar dan melesat bola api Tamon Rah-X. Namun entah apa penyebabnya, ketika keduanya berhantaman, bola api itu membesar sepuluh kali dari ukuran awalnya.

"K-Kenapa malah tambah besar?!" pekik Krukru.

"Sial... aku baru ingat kalau ini mayones pakai minyak bumi! Bukan minyak nabati!" seru Zarid.

"Para peserta," panggil Dodo dengan suara super maskulinnya, "Pergilah tanpaku. Aku akan mengorbankan diriku untuk menyelamatkan kalian"

"IYA!! SANA, HUS! HUS! Sejak awal kami tidak menginginkan keberadaanmu!!" ejek para Krukru.

"Jangan gegabah! Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk menghentikan bola api itu!" ujar Izu.

Tanpa menghiraukan ejakan para Krukru, Dodo menyilangkan kedua tangannya. Tiba-tiba aura ungu memancar dari tubuhnya, angin seakan bertiup menjauhi Dodo, tanda besarnya kekuatan yang ia pancarkan. Karena semburan energi ini pula ikat rambut Dodo terlepas seraya dengan berdirinya rambut hitamnya yang berubah menjadi keunguan.

Om maid itu melompat ke kanan kereta Reli, kemudian menendang kereta tambang Reli dari sudut itu. Tendangan itu begitu kuat sampai-sampai membuat kereta Reli terhempas hingga ke dinding kastil Tamon Rah.

Suara berdebum yang keras terdengar ketika kereta tambang Reli menghantam dinding kastil. Kelompok Reli mendorong keretanya yang tengah terbalik, tepat pada waktu sebelum bola api super besar Tamon Rah hendak menggosongkan Dodo.

"Dodo! Tidaaaak!!!" seru Izu.

"DODO!! YAAAA!!!" seru para Krukru.

Dodo tersenyum menyambut kobaran api yang hendak mengenainya. Ia berpaling pada para peserta, lalu mengacungkan jempolnya ke atas sambil mengucapkan kata terakhirnya. Meski para peserta tidak mendengar suara Dodo karena jaraknya yang sangat jauh, mereka tahu persis apa yang ia katakan.

"Berjuanglah, para peserta!"

Suara melodi musik sedih mengiringi selagi Om maid itu mempersiapkan kuda-kuda bertarungnya seolah ini adalah pertarungan terakhirnya, tidak! Ia tahu benar ini adalah pertarungan terakhirnya. Bola api itu kini menyambar Dodo dan membawa om maid itu bersamanya. Perlahan terbakar, hangus menjadi abu, itulah akhir dari kehidupan om maid bernama Dodo itu.

"DODO!!!!!!" pekik Izu berlinang air mata, "Kenapa... Kenapa...."

"Nona Izu, sudah, janganlah menangis," ujar Zarid, "Jika kita membuang waktu di sini, pengorbanan Dodo akan menjadi sia-sia! Kita harus menyelesaikan misi ini... demi pengorbanannya!"

"Kau... benar Zarid" ujar Izu meski masih berisak tangis, "tapi bisa tolong jelaskan apa yang dilakukan kedua Krukru itu?"

Baru saja mereka sadari, salah satu Krukru Reli mendekatkan semangkuk bawang putih pada Izu sementara satunya lagi memainkan lagu sedih dengan violin yang didapat entah dari mana.

"Jadi ini asal dari musik sedih itu...," gumam Reli.

"Hehehe~" Krukrunya cekikikan.

Para Krukru itu, langsung membuang benda-benda aneh yang mereka dapat entah darimana itu. Komedi mereka harus berhenti untuk sementara waktu. Karena gerombolan Deiswarriors sedang berjalan ke arah mereka dengan persenjataan lengkap.

Lima makhluk hitam setinggi 3 meter berjalan ke arah mereka sambil menggeret pedang besar. Mata kuning mereka yang bercahaya melotot, tak mau melepaskan mangsa mereka dari pandangan. Kelimanya langsung mengayunkan mengangkat dan bersiap mengayunkan pedang mereka ke bawah bersamaan.

Zarid yang pertama membaca gerakan kelima makhluk itu, ia menjatuhkan [Mayonaise Cannon]nya dan langsung meraih tongkat kailnya dari balik jubahnya dan mengayunkannya pada kaki monster yang paling kanan. Kaki monster itu miring, kemudian tubuhnya tumbang ke arah teman-temannya menjatuhkan mereka semua seperti domino.

"SEKARANG!!" seru Zarid.

Izu dan Reli mengangguk mereka telah berlatih taktik melawan makhluk besar di traning ground. Langkah pertama Zarid menghilangkan keseimbangan lawan dengan tongkatnya, lalu sisanya adalah tugas Reli dan Izu untuk menyerang bagian vitalnya.

"Oke..!!!"

"Habisi mereka!!"

Izu memunculkan pedang ganda dari bracernya dan menebas kepala dua makhluk besar yang tumbang itu. Sementara Reli langsung memukulkan gearnya ke satu kepala, dan satunya lagi dihabisi oleh Krukru yang menghantamkan kereta tambang Reli dengan brutal.

"Apa kita membunuh semua?" tanya Izu.

"Kurasa iya," Reli menjawab.

"Krukrukru~ Mudah sekali~"

Tidak sengaja mereka melupakan satu Deiswarrior yang masih hidup, dalam keadaan tiarap ia mengangkat tangannya, hendak membantingkannya pada dua gadis di depannya. Tapi usahanya digagalkan oleh satu tusukan tajam dari tongkat kail Zarid.

"Kalian melupakan satu," ucap Zarid.

"Ah... iya maaf!!"

TEEEETTT!! TEEETTT!! TEEETT!!

Alarm kastil menyala begitu terdengar setelah lawan mendapat laporan bahwa kelompok suruhan Tamon Ruu telah sampai di pintu gerbang. Gerbang jeruji kastil langsung diturunkan, mencegah siapapun masuk, ditambah lagi perhatian Tamon Rah-X dan semua Deiswarriors telah beralih ke pintu gerbang.

"Mereka mau kesini! Reli, apa kau sudah bisa menggunakan [Railway Build] lagi?" tanya Izu.

"Tentu, dik Izu!!"

"Arahkan sihirmu itu ke jendela di atas sana!" Izu menunjuk sebuah jendela yang sekitar 10 meter di atas mereka, "Aku akan memanjat gerbangnya dan membukakannya untuk kalian!!"

"Haye! Haye, dik Izu! Ini dia!! [Railway Build]!!" Reli menepukkan tangannya lalu menempelkannya di tanah, cahaya keluar dari tempat Reli menyentuhkan tangannya. Sebuah rel kereta menyembur dari dalam tanah, memanjang vertikal ke ke jendela yang dimaksud Izu.

"Bagus, Reli! Bertahanlah sampai aku kembali!!"

Izu mulai memanjat rel yang dibuat Reli, strukturnya yang menyerupai tangga membuat Izu memanjatnya dengan mudah. Sosok gadis yang terlihat seperti 14 tahun itu menyelinap masuk ke dalam jendela yang terbuka.

"Untuk sekarang... kita hanya harus bertahan dari serangan mereka!!"

"Krukrukru~ Akan kucincang mereka semua~!!"

"Krukrukru~ Jangan sampai ada yang selamat~"

Reli menarik gear di atas kepalanya, bersiap untuk sebuah pertarungan serius. Ketiga Krukrunya langsung mengambil pedang besar yang dijatuhkan para Deiswarrior yang mereka kalahkan tadi, mengangkat pedang seberat itu bukan masalah karena skill [Hardworker!!] mereka.

"Mereka datang, nona Reli!!"

Sebarisan Deiswarrior mendekat, jumlah mereka di atas dua puluh. Empat kali lebih banyak dari pada sebelumnya, belum lagi jika ditambah Tamon Rah-X yang semakin mendekat.

"Eh...? Apa jumlah mereka nggak terlalu banyak ya, pak Chupakabra?"

"Tenang saja, nona! Saya akan menarik senjatayang kuat," Zarid merogoh jubahnya, mencoba mendapatkan senjata keberuntungan seperti [Mayonaise Cannon] tadi. Jari besinya bergeliat di ruang [Weapon Dealing]nya, mencoba mencari senjata.

"DAPAT!!" Zarid berseru tangannya menarik sesuatu dari jubahnya, tapi yang ia tarik bukan senjata, melainkan majalah bersampul wanita seksi dengan label 1000 tahun ke atas.

Begitu Zarid menarik majalan itu, suasana medan perang menjadi sunyi seketika, semua Deiswarrior di medan perang terhening menatap buku itu, seakan ada kekuatan tersembunyi yang membuat siapapun ingin melihatnya. Sampai-sampai Tamon Rah-X terhenti karenanya.

Perlu beberapa detik bagi Zarid untuk mencerna apa yang terjadi disini. Ia kemudian menatap buku itu dan menggeleng menyadari benda haram yang ia pegang.

"Maaf. Maaf, anggap saja yang barusan itu tidak pernah terjadi. Biar saya robek buku tak bermoral ini," Zarid merobek-robek buku itu dan kemudian membiarkan sobekannya ditiup angin. Ia kembali merogoh-rogoh jubahnya untuk mencari senjata lain, ia berhasil menarik sebuah tanah liat C-4 berbentuk kotak dari jubahnya.

"Ah, sial. Ini tidak akan bisa dipakai tanpa denotator," keluh Zarid. C-4 adalah sebuah peledak yang kuat, tetapi zat ini stabil dan sukar meledak. Panas ekstrim saja tidak cukup untuk membuatnya meledak, diperlukan juga gelombang kejut listrik yang biasanya terdapat dalam sebuah denotator.

"Pak Chupakabra... Bagaimana kalau kita ambil langkah seribu saja?" tanya Reli.

Zarid mengangguk, detik berikutnya Zarid dan Reli melarikan diri. Para Krukru melemparkan pedang besar yang mereka ambil tadi sebagai mengalihan sebelum menyusul Reli dan Zarid. Tentu saja sebelumnya Reli melepas sihir [railway build] pada rel yang tadi ia buat agar tidak ada yang bisa naik ke jendela tempat Izu masuk.

"Kejar mereka!!" pasukan Deiswarrior berseru, mengejar Zarid dan Reli.

Zarid dan Reli berlari memutar di depan gerbang kastil itu, tapi ini bukan ide cemerlang karena Deiswarrior di sekitar mereka terpancing oleh keributan yang mereka perbuat, sehingga lebih banyak musuh mengejar mereka.

Di tengah kejaran para Deiswarrior, langkah Zarid melambat, cahaya dari matanyapun semakin meredup setiap langkah yang ia ambil. Dalam satu kesempatan, Reli menarik Zarid ke balik sebuah batu, menghindari kejaran para Deiswarrior yang masih berpikir mangsa mereka masih berlari di depan.

"Pak Chupakabra?! Kau terlihat tidak sehat!"

"BZZZZ...Air... BZZZ... Nona...BZZZ...Lari...," suara Zarid semakin pelan seraya cahaya matanya meredup.

"K-Kau bilang apa? A-Aku tidak mengerti!"

Sayangnya Reli tidak punya waktu lagi. Terdengar suara erangan para Deiswarrior di sekitar mereka, hanya masalah waktu sampai ia ditemukan. Reli meminta salah satu Krukru untuk menggotong tubuh Zarid ke dinding kastil, kemudian ia melesat keluar dari bebatuan pesembunyiannya.

Reli melempar sebuah batu krikil pada salah satu Deiswarrior, lalu bersorak, "Sebelah sini, monster aneh!"

Begitu perhatian mereka teralihkan ke Reli, gadis masinis itu segera berlari menjauhi lokasi Zarid. Reli punya satu rencana, tapi ia tidak mengatakan apapun kepada Krukrunya karena ia tahu persis mereka akan menolaknya.

Rencana Reli adalah mengalihkan perhatian para Deiswarrior selagi tubuh Zarid digotong para Krukru ke dinding kastil. Ia tahu, ketika semua Deiswarrior teralihkan, maka dinding kastil akan kosong karena yang penjaganya sedang mengejar Reli. Namun ia tidak berlari tanpa tujuan, Reli berencana untuk lari ke kumpulan weremaid yang sedang bertarung, dengan begitu ia akan lebih aman.

Sayangnya...

"Jadi... Reli, kenapa kita harus lari ke sini?"

Ketika Reli menengok asal suara itu, ia menemukan ketiga Krukru yang sedang menggotong Zarid berada tepat di sebelahnya, tentunya bersama gerombolan Deiswarrior lain di belakang mereka.

"EH?! Bukannya kalian kusuruh lari ke dinding kastil?" tegur Reli.

"Tapi kita memang lari ke dinding kastil" jawab Krukru itu.

"T-Tidak mungkin!" Reli menengok ke depan, mendapati sebuah dinding bercat putih terbentang di depannya. Ia berhenti tepat waktu sebelum menghantam dinding tersebut.

... ya, sayangnya Reli tidak punya kemampuan navigasi memadai.

Karena kesalahan fatal ini, Deiswarrior berjumlah lima puluh telah berkumpul di depan Reli dan Krukrunya, mengepung mereka dari segala sisi tanpa menyisakan satu celahpun untuk kabur.

"Kesini!!" Suara Izu terdengar di saat-saat terakhir, tembok di belakang mereka tiba-tiba terbuka. Sepasang tangan segera menarik Reli dan Krukru ke dalam ruangan di balik dinding itu, dua Krukru lainnya segera ikut masuk ke dalam dinding tersebut.

"D-Dik Izu!"

"Aku ceritakan nanti! Kita tidak ada waktu," Izu menekan tuas di sebelahnya, membuat dinding tadi bergerak turun.

Para Deiswarrior tidak ingin kehilangan mangsa, mereka saling rebut untuk mencapai celah pada dinding itu, tapi tubuh mereka yang setinggi tiga meter membuat mereka susah memasukinya, apalagi karena dinding itu terus bergerak turun. 

Pada akhirnya, satu Deiswarrior mampu melewati dinding itu, tapi Izu segera mengambil inisiatif untuk memotong rantai berkarat pengangkat dinding itu dengan pedangnya, membuat tubuh monster itu remuk tergilas dinding kastil, lalu menguap menjadi uap kehitaman.

"T-Tadi itu hampir saja!!" ucap Reli lega.

"Sayangnya aku baru saja merusak rantai penarik dinding itu, jadi sekarang tidak ada jalan mundur," ujar Izu, lalu mengeluarkan selembar kertas dari sakunya, "tapi kabar baiknya aku menemukan peta untuk jalur rahasia ini!"

"Wauw!! Kau hebat dik Izu!!" seru Reli, "Ah! Aku baru ingat, pak Chupacabra!" Reli segera menghampiri Zarid yang matanya telah meredup drastis.

Izu segera menghampiri Zarid, lalu mengeluarkan sebuah termos dari kotak ajaibnya. Ia menarik rahang bawah Zarid dan menuangkan teromosnya, sayangnya tidak ada air yang keluar dari dalamnya.

"Oh, sial!! Aku lupa mengisi termosku!! Kalau begini Zarid bisa kritis!!"

"A-Apa maksudmu, dik izu?"

Izu menarik termosnya kembali ke dalam kotaknya, kemudian mulai menjelaskan kepada Reli, "Zarid menceritakan ini ketika minum di pancuran air di kota Despera, tubuhnya memang robot, tapi otaknya organik, sebuah otak manusia. Ia perlu air untuk menjaga tubuhnya dingin dan agar otaknya bisa bekerja, dengan kata lain pikiran manusia, tubuh manusia baja."

"Begitukah? Apa pak chupakabra menjadi begitu karena mencoba membangkitkan kembali ibunya yang sudah mati? Apa berarti pak chupakabra punya kakak alkemis bertangan robot?"

"S-Serius Reli... aku tidak tahu apa yang kau maksud, tapi kita tidak bisa bersantai sekarang, ada jalan rahasia menuju menara," ucap Izu sambil menyodorkan sebuah peta ke Reli.

"Ambil peta itu, Aku dan Zarid akan pergi ke menara barat yang paling dekat, siapa tahu ada air di jalan. Sementara kau bersama krukrumu pergi ke menara barat yang agak jauh. Beri sinyal pada kami dan kita hancurkan menara itu bersamaan."

"...Baiklah, tapi ambillah salah satu Krukruku untuk menggotong Zarid."

"Krukruru~ Serahkan saja padaku~"

Salah satu Krukru Reli mengagguk lalu menggendong tubuh Zarid yang dua kali lebih besar di atas kepalanya. Cukup hebat makhluk sekecil itu bisa mengangkat tubuh Zarid yang berat.

"Baiklah, kalau begitu sampai bertemu lagi Reli! Hati-hati!"

"Kau juga, dik Izu!"

Kedua gadis itu berjalan menuju jalan yang berbeda. Izu menuju menara barat sementara Reli menuju menara timur.

***

Tak lama kemudian Izu dan Zarid telah sampai pada lokasi di peta, Izu menekan sebuah bata di tembok kemudian dinding di depannya terbuka. Izu berjalan lebih dahulu, sementara Krukru yang menggendong Zarid mengikuti dari belakang.

Mereka berjalan memutari tangga spiral yang menuju puncak menara barat. Setelah beberapa menit berjalan mereka sampai di puncak menara tanpa diketahui para penjaga kastil.

Puncak menara itu seperti mercusuar dengan kristal besar sebagai lampunya. Kristal itu sangat besar, bahkan lima kali lebih besar dari tubuh Izu. Krukru Reli meletakan Zarid di ujung tangga sebelum akhirnya menyusul Izu yang menngamati menara itu.

"Menemukan sesuatu?" tanya Krukru itu.

"Kristal ini pasti target kita," ucap Izu sambil menunjuk kristal itu. Izu mengarahkan pistol Zarid, Desert Viper, dan menembakkan peluru pada Kristal itu.

PRAAANG!!!

Kristal besar itu lebih rapuh dari kelihatannya, satu peluru itu langsung menembusnya dan menyebabkan seluruh kristal besar itu runtuh menjadi pecahan kacah yang berserakan di lantai. Tapi kemudian kristal itu kembali menyatu menjadi kristal besar dengan perlahan.

"Hah... Percuma, kita harus menuggu Reli dulu."

"Ah! Aku baru ingat soal sesuatu!"

"Hm..? Apa?"

"Reli itu mudah tersesat, walau membawa peta sekalipun."

"B-Beneran?! Kalau begitu kita harus gimana?!"

Tiba-tiba percakapan Izu dan Krukru itu diganggu oleh guncangan yang keras dari kristal yang tersusun kembali itu. Ada sesuatu yang ganjil, kristal itu tidak lagi bersosok batu besar, sosoknya berganti menjadi sosok manusia dengan pedang tajam sebagai tangannya.

"H-Hah?! A-APA YANG TERJADI?!"

"K-Kristalnya hidup!!"

***

"Kekanan empat langkah, maju dua langkah, lalu ke kiri tiga langkah," Reli melangkah sesuai petunjuk peta yang ia buka lebar di tangannya. Kedua Krukrunya mengikuti Reli dari belakang dengan santai.

"Dan... menara kristalnya disini!!" Reli menunjuk sebuah pintu di depannya.

"K-Kau yakin Reli? Bukannya seharusnya kita belok beberapa saat lalu?"

"Seorang masinis tidak pernah tersesat dan tahu dimana lokasinya!"

"Kau ini masih calon masinis tahu..."

Reli meraih kenob pintu itu dan memutarnya, sayangnya pintu itu terkunci. Dengan usaha pasrah Reli mengintip lewat lubang pintu itu, ia tidak melihat apapun di balik lubang itu kecuali warna putih.

"Ada yang bisa dibantu, nona?" suara dari balik pintu itu mengejutkan Reli.

"HUUWAAA!!" Reli melompat kaget ke belakang, ia begitu kaget sampai-sampai kehilangan keseimbangan dan jatuh duduk di lantai, Reli langsung merayap mundur karena takut melihat apa yang akan keluar dari pintu itu.

Kenop pintu berputar, sesosok kepala bulat hitam dengan mata dan mulut yang bercahaya mengintip dari balik pintu itu. Kemudian pintu semakin terbuka, menampakkan sosok mosnter bayangan berjubah hitam dengan perut yang buncit.

"Salam kenal, saya Beismo, ketua Deisminions di kastil ini. Ada yang bisa saya bantu?" tanya lagi figur seram itu.

"H-Hantu!!" Reli tidak berniat untuk menjawab pertanyaan si hantu, ia lebih memilih kabur daripada berlama-lama dengannya. Seperti biasa Krukru Reli juga mengikuti dari belakang.

Reli berlari selama beberapa menit, sosok itu tidak lagi di belakangnya. Reli mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya, ia melihat ke lantai, melihat bayangannya sendiri. Sebuah pertanyaan muncul di pikirannya. Sejak kapan bayangannya sendiri punya mata dan mulut berwarna putih? Ditambah lagi bayangan itu tersenyum padanya seperti sebuah cermin.

Saat itulah Reli sadar bahwa dirinya tidak aman, ia menarik gear emasnya dan menghantamkannya ke lantai. Sayangnya lantai itu hanya retak saja, bayanga Reli masih tersenyum padanya dengan mata dan mulut yang bersinar putih.

"Kau tidak bisa lari..!!" bayangan itu melompat pada Reli, begitu lepas dari lantai bayangan itu menampakkan sosok aslinya, hantu yang ditemui Reli tadi. Hantu itu melingkarkan tangannya di tubuh Reli, tidak membiarkan gadis itu lepas dari pelukannya.

"Lepaskan Reli, kau makh-?!" belum sempat kedua Krukru Reli menyelesaikan kalimatnya, dua sosok hantu serupa muncul dari bayangan mereka dan memeluk erat sehingga mereka tidak bisa bicara.

"Nah... Nah... Nah... Bukankah ini anak nakal yang mau mencoba merusak mainan tuan Rah? Nakal sekali kau ini, haruskah aku mengurungmu di kamar selama seabad atau memukul pantatmu hingga kau berubah menjadi seorang masokis?"

"NGGAK MAU!! L-Lepaskan aku!!"

"Kita pikirkan hukumanmu nanti ya? Tuan Rah sudah menuggu kalian."

Tubuh hantu yang kenyal itu langsung membungkus tubuh Reli, tak perlu waktu lama hingga sosok gadis itu tertelan sepenuhnya dalam perut Beismo. Hantu itu tersenyum bahagia karena telah menangkap lawannya, tapi ternyata ia mengambil langkah yang salah.

"[Railway Build]!!" sahutan Reli terdengar dari perut hantu itu, tiba-tiba sebuah rel kereta api mencuat dari kepala hantu itu. Tubuh hitamnya yang gemuk langsung memudar menjadi udara tipis ketika kehilangan kepalanya.

"K-Kurang ajar!!"

Dua hantu lainnya langsung mengepung Reli dari depan dan belakang, mereka mau mendempet Reli sehingga tertelan dalam tubuh mereka, tapi ternyata Reli punya trik untuk mengalahkan mereka berdua sekaligus.

"[Krukru Build : Drill Spear!!]" reli menyahut lagi. Kali ini sesuatu bergerak-gerak di dalam perut kedua hantu itu. Krukru yang mereka telan melepaskan komponen tubuh mereka, kemudian membentuk sebuah senjata.

"A-APA INI?!"

"S-SESUATU BERGERAK DI PERUTKU!!!"

Tiba-tiba benda berbentuk bor mencuat dari dahi hantu-hantu itu. Bor itu berputar cepat dan melubagi kepala mereka, tubuhnya langsung berhenti bergerak dan memudar seperti hantu pertama.

Dua tombak bor berdiri di tempat kedua hantu itu, kedua tombak itu adalah wujud kedua Krukru Reli setelah menggunakan komando [Krukru Build]. Tak lama kemudian komponen tombak itu terpecah kembali sebelum membentuk kembali menjadi sosok Krukru.

"Krukrukru~ Itu tadi keren sekali!!"

"Jangan macam-macam dengan seorang masinis!! Benarkan Reli?"

"Ah~ Kalian ini bisa aja~" Reli hanya tersenyum malu sambil menggaruk belakang kepalanya. Kedua Krukru itu memuji aksinya tadi, tentu saja Reli senang.

"Nah, terus kemana kita harus pergi sekarang?" tanya Krukrunya.

"Um... Untuk kali ini aku serahkan pada kalian, aku nggak mau ketemu yang aneh-aneh seperti itu lagi..."

Reli menyerahkan petanya pada Krukru, peri stasiun bintang itu langsung melihat peta Reli. Setelah beberapa saat mereka mengangguk, lalu menarik tangan Reli, membawanya ke lokasi menara kristal itu.

***

"Rasakan ini!!" Izu mengayunkan pedangnya pada sosok manusia kristal di depannya. Tapi serangannya itu ditahan dengan silangan pedang ganda si manusia kristal. Untungnya Izu lebih pintar darinya, ia menyabetkan pedang satunya lagi dari kiri, membelah manusia kristal itu menjadi dua.

Sosok manusia kristal itu hancur lebur, tapi setiap kali hancur, ia kembali bangkit. Tiap kali manusia kristal itu bangkit ia menjadi lebih kuat, pertama ia hanya menyerang membabi buta, kemudian ia belajar cara menghindar, setelah itu cara menahan serangan.

Kristal ini belajar terus dari gerakan Izu, ia kenal benar dengan gerakan permainan pedang si kristal itu. Yang paling mengesalkan adalah penampilan si kristal yang semakin menyerupai Izu tiap kali dihancurkan.

Begitu wujudnya sempurna, manusia Kristal itu menerjang ke arah Izu dengan mengayunkan pedangnya secara vertikal, Izu refleks menyilangkan tangan untuk menahannya. Ia memprediksi kristal ini akan menyerang dari samping, meniru serangannya tadi, sayangnya kali ini tidak.

Pedang si kristal itu menyusut, ayunannya melewati silangan pedang Izu. Kemudian kembali tumbuh menjadi tajam dan menusuk Izu di perutnya, sebuah serangan tipuan.

"IZU!! AWAS!!" Krukru Reli yang bersama Izu menyerang si kristal dari belakang dengan tongkan Zarid yang tidak terpakai lagi, kepala si kristal hancur lalu disusul badannya.

"T-Tadi itu hampir saja!!"

Darah mengalir dari perut Izu, serangan tadi itu cukup fatal baginya. Pergerakan Izu jadi berkurang karena rasa sakitnya.

Si kristal hidup kembali, tapi kali ini, belum selesai membentuk tubuh manusia, kristal itu sudah menendang Izu, gadis berambut biru itu terlempar kepojok ruangan. Setelah itu, ia melanjutkan dengan menusuk Krukru di perutnya, tak berhenti disana si kristal melemparkan Krukru itu ke jendela.

"YOOO-HOOO-HOO-HOOOW!!" suara Krukru itu terdengar ketika ia jatuh sebelum suara berdebum yang keras.

"S-Sial..."

Manusia kristal menoleh ke Izu yang tidak berdaya, lalu berjalan ke arahnya, mungkin akan melemparkannya ke luar jendela seperti Krukru itu tadi.


"BBBZZZZ.... KAU.. MMATI... BERZZAMAKU!!!"

Tiba-tiba Zarid berlari dari tangga, lalu mencengkram si manusia kristal dan mendorongnya hingga melompat ke luar jendela besamanya. Sistem otak Zarid sudah overheat berlebihan, tapi dengan kekuatan terakhir sistemnya Zarid bangkit dan kembali bertarung.

Sesaat sebelum menerjang si manusia Kristal, Zarid menanamkan C-4 yang belum sempat ia gunakan di tubuhnya. Panas tubuhnya yang overheat dan gelobang kejut dari listrik tubuhnya berperan sebagai denotator untuk meledakkan C-4 itu.

BOOOOMMM

Terdengar suara ledakan yang membinasahkan Zarid bersama dengan Kristal itu.

"Z-Zarid!!" Izu menengok ke bawah, sepihan-serpihan kristal itu tidak terlihat ataupun tubuh Zarid. Entah benar-benar hancur seluruhnya atau terpencar ke berbagai tempat.

"Diiik Izu!!" suara Reli terdengar dari kejauhan. Izu menoleh ke sumber suara itu, menara lainnya. Reli disana sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Kami sudah menghancurkan Kristal disini!!" sahut Reli dari jauh.

"B-Benarkah? S-Syukurlah... k-kita menang..!!" Izu tersenyum bahagia, pengorbanan Zarid barusan tidak sia-sia. Sekarang Izu hanya bisa terduduk lemas, luka tusuk di perutnya langsung sembuh dalam sekejap.

Sebuah tulisan besar muncul di angkasa bersama terbitnya matahari, "MISSION COMPLETED!! Returning to city in 20 seconds."

Reli dan Izu tersenyum melihat tulisan itu. Kemenangan mereka raih bersama kembalinya cahaya gurun yang kini lebih terang. Kemudian tubuh mereka bercahaya, dan secara otomatis kembali ke kota Despera. Lalu...? Bagaimana kabar Tamon Rah dan megazordnya?

***
Tamon Rah-X terunduk di tanah, kehilangan energi dari kristalnya megazord itu tak bisa bergerak. Nampak beberapa weremaids yang tersisa membuka paksa kokpitnya dan menarik seorang bocah dari dalamnya.

"L-Lepaskan aku, dasar weremaids!!" Tamon Rah memberontak, ia merasa jijik digendong oleh weremaid itu.

"Aku hanya melakukan sedikit percobaan disini!! Aku tidak bersalah!! Lepaskan aku!!"

Karena terlalu berisik akhirnya weremaid itu memberi ciuman pada Tamon Rah, membuat nyawa bocah itu gentayangan untuk beberapa saat. Setelah itu mereka semua kembali ke Alforea untuk menyerahkan bocah itu pada Tamon Ruu, entah apa yang akan terjadi padanya. Mungkin saja hukuman cross dress sebagai maid selama seminggu atau sebulan.

***

Terlepas dari semua itu, Reli meraih kemenangannya. Ia selangkah lebih dekat untuk mendapatkan gelar masinis yang sangat ia inginkan.

22 comments:

  1. Oh God. #pegangperut
    Ini... kamu tau? Setelah baca entri-entri sebelumnya yang kelam nan suram, membaca ini kek ngelempar saya ke padang rumput hijau terang bersama banyak kelinci sambil mabok jamur merang.
    Humornya bener-bener masuk. Beberapa garing sih, tapi banyakan lucunya.

    Karakterisasi masuk, dan kreatifnya, ini kek versi lucu dari masing-masing karakter.

    Oke, enough review. You deserve my 9.

    Neeshma Fraun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaaay!! Dapat nilai 9!! XD
      Makasih sudah mampir ya!!

      Delete
  2. Beismo... Deisworker... Deiswarrior... KENAPA DEISMO MUNCUL LAGI?!
    Untungya kehadiran (Klon?) Deismo kali ini tidak mengambil lightspot karakter utama seperti yang terjadi di tahun lalu...

    Para penjaga Alfoera di sini sangat anggun di bawah sinar rembulan~~~ Tapi berubah menjadi mahluk yang lebih seram dari setan ketika sinar rembulan menghilang.

    Ceritanya sangat menghibur, ada saat serius, tapi dimasuki guyonan pas; seperti ketika Tamon Rah membuka "Rencana Z" yang disembunyikan di balik buku Note dan juga bagian kematian (Om) maid Dodo.

    Nilai 9 untuk sang Overlord!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woohoo!! Dapat 9 lagi!! XD
      Iya... iya... syukurlah spotlightnya nggak diambil karakter sampingan seperti tahun lalu. Mereka itu bukan Deismo, mereka adalah ras Deiskinds yang mungkin saja muncul di ronde berikutnya.

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Chuu Chuu! Aku selalu lihat sejak di lounge karakter Reli emang menarik, dan sekarang sudah jelas lebih menarik.
    Tapi, di samping battle yg seru yang suhunya dihangatkan oleh Reli yg cheerful (while Vajra is cool), ada bbrp modifikasi yang sepertinya adalah upgrade di sini. Pertama, Tamon Rah. + TR-Zord-X kelihatannya waras2 aja saat beraksi. 2. Menara2 yg C4-vulnerable. Di samping semua itu, mungkin bakal asyik kalau Reli dkk. Terus berkiprah selama mungkin.

    Jadi skornya: 8/10
    OC: Vajra

    ReplyDelete
  5. T_T Zarid Mati…
    Overall cerita ini menarik sekali, karena membuat beberapa perbedaan pada pasukan Alforea, Tamon Rah dan menara kristal. Tapi ada yang sedikit aneh, menara kristal disini tidak menembakkan projektil sihir melainkan berubah menjadi adaptoid.

    Cerita mengalir dengan ringan dan enak dibaca,
    Untuk saran dan kritik. Sepertinya tidak ada karena tulisan saya juga tidak sebaik ini..

    Nilai : 10/10
    OC : Izu Yavuhezid

    ReplyDelete
    Replies
    1. WOOAAHH!! Perfect ten! It's a ten of perfection! MAKASIH BANYAK!!
      Iya sih, aku memang menambahkan beberapa perubahan disana sini.

      Lalu soal kristal itu, ia mengambil langkah adaptasi karena proyektil sihirnya "tidak terlalu mematikan" seperti yang digambarkan di pembukaan prelim. Mengubah bentuk dan bertarung melawan Izu adalah cara yang lebih efektif karena memberi damage yang lebih besar pada Izu dan memiliki kesempatan selamat yang lebih tinggi. Sebenarnya ada adegan dimana kristal itu menembak ketika Reli di luar kastil, tapi mungkin tidak sengaja terhapus waktu mengedit.

      Krukru : *mendadak muncul* Ah, banyak alasan! Bilang aja kalo lupa!
      Me : Diem kamu. *pencet tombol*
      Krukru : *Jatuh ke lubang jebakan* AAAAHHH!!!

      Sooo, anyway. Makasih banyak udah mampir~

      Delete
  6. Saya duduk-
    Terus mbaca-
    Saya terdiam-
    Terus ketawa ga jelas xD
    Tamonzord XD

    Humornya menarik sekali~
    Idenya juga fresh-
    Udah lama ngga baca sesuatu yang seseru ini

    Tulisannya juga rapi, ngga sulit sama sekali buat dibaca. Dan semuanya terasa mengalir
    saya bisa belajar banyak dari sini~

    yang disayangkan cuma satu-
    saya ngga tau mau kritik di mananya xD

    Nilai 10

    -Klonoa Trunnion
    "Weremaid ya-
    Aku hanya pernah melihat werewolf. Makhluk absurd macam apa ini?!"

    Overall : 10

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip deh! Makasih udah mampir.

      Dan untuk Klonoa, weremaids, mereka adalah klan maid yang diam-diam menempa kekuatan di suatu tempat di alforea. Ada juga sumber gak jelas yang mengatakan mereka adalah makhluk mutan gabungan antara seorang maid dengan segumpal bulu kaki om-om.

      Wujud mereka telah berevolusi menjadi sosok intimidatif yang membuat getar musuhnya (getar karena jijik :D). Kekuatan fisik satu dari mereka setara dengan sepuluh orang prajurit, tapi dengan bermandikan sinar bulan purnama mereka akan mendapat kekuatan yang jauh lebih hebat dari 100 orang prajurit. Meski begitu, mereka akan kehilangan wujud intimidatif mereka di bawah bulan purnama.

      Delete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Mungkin ini contoh langka saya ga keberatan ada backstory karakter di awal, karena ditulis secara ringkas dan ga bertele", apalagi makan jatah cerita sampe kepanjangan. Tapi saya agak miss, Reli ini kenal Izu sama Zarid dari mana?

    Dalam satu kata, entri ini 'menyenangkan'. Komedinya ga ada yang maksa, inovasi soal Tamon Rah yang bukan sekedar kuda gila atau weremaid juga asik dan ga lumrah. Pembawaan sepanjang cerita juga lenih enjoyable daripada Deismo taun lalu. Ga perlu drama atau aksi yang wah, cerita ini bisa dibaca tanpa perlu banyak mikir dan cukup dinikmatin aja dari awal sampe akhir.

    Kayanya taun ini banyak yang yang belum move on dari OC taun sebelumnya ya, pada dibawa" lagi jadi cameo dalam bentuk yang lain

    Dari saya 9. Deadliner buffer -1, jadi nilai akhir dari saya 8

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
    Replies
    1. Urgh... Deadliner buffer...
      Oh well, 8 is good enough for me :D

      Reli kenal Izu dan Zarid dari Lounge, Alkima Plaza (Mungkin seharusnya aku beri keterangan). Tadinya mau masukkan bagian lounge itu di awal bersama backstory Reli, tapi intronya jadi kepanjangan. Jadi mungkin backstory Reli akan dikupas di flashback ronde-ronde berikutnya.

      Memainkan cerita Reli ini lebih mudah daripada Deismo tahun lalu, kepribadian Deismo terlalu flat, pasif, dan terkesan imba. Sementara Reli cheerful dan aktif, bisa membuat banyak variasi adegan dibanding tahun lalu. Meski begitu, aku belum bisa melepaskan Deismo, OC BoRku yang pertama. :3

      Delete
    2. sepertinya saya mulai memahami sesuatu... <(")

      Delete
  9. Dan kemudian... Petualang Reli di Alforea dimulai... > petualangan mungkin? XD
    kalo Petualang Reli kesannya si Reli adalah seorang Petualang :3

    Seperti yang saya baca di komentar. Jujur, bikin OC yang pendiem dan ‘agak’ licik itu lebih susah daripada bikin OC yang ceria dan banyak gerak. Apalagi kelemahan OC saya sendiri itu, lamban.

    Makanya Reli terasa agak ‘hebat’ bagi saya di sini.

    Nah, saya juga jadi belajar cara penulisan POV 3 bercerita ala ‘manusia’ yang singkat, padat, dan ga bertele-tele

    Well, masuk ke bagian Alforea, kata ‘duo komedian aneh’ itu jadi kunci utama bahwa penulis memang bercerita ala ‘manusia’. Bedanya, misalnya, dalam penceritaan Puppet, saya masih terkurung dalam pembawaan cerita yang harus seperti menonton drama di tv. Tidak memihak. Tapi penceritaan di sini, banyak celetukan-celetukan narrator yang seperti mengatakan isi pikirannya. Saya sering melihat tulisan macam ini dan mulai berpikir untuk mengubah gaya menulis.

    Despera memang nama dari BoR atau karangan sendiri? Saya melewatkan satu dua hal rasanya ._.

    Btw saya tadi sempat ngintip charsheet Reli, itu gear emasnya ga takut tumplek? ._. agak-agak ngeri sih gede banget kayaknya.

    Nah masalah Krukru, ini mirip Bun. Sendiri aja supportnya rampokan! XD

    Oke, Izu dan Chupakabra nama OC lainnya ya? Saya kira orang dari tempat Reli berasal, nyatanya bukan. Enggak dijelasin toh ._.

    Di sini, bukan disini ^^

    Wah. Kau benar-benar menganggap narrator sebagai Tuhan rasanya, ya. Mungkin bisa saya coba trik ini. Jadi semua cws saya bisa berfungsi dengan baik dan enggak boros lagi buat deskripsi.

    Hahaha, Reli jadi anak yang lucu dan agak nakal.

    Satu hal sih, saya enggak tahu kalau sebelum di tele ke lapangan istana, mereka udah kenal duluan? Sedangkan memang banyak cerita dari entri-entri lain yang langsung tele si OC dari realms atau tempat mereka terakhir, ke lapangan istana. Jadi ga ada yang saling kenal satu sama lain gitu.

    Jadi saya kira, perkenalan di luar lapangan istana, bukan sesuatu yang sah (mungkin karena tidak diceritakan di sini tepatnya)

    Nah loh. Zarid robot ya? Kok minum air? ._. ga konslet?

    Bagian maidnya muncul… oke, saya jadi terpikir suatu hal. Penulis adalah orang yang antiklimaks rasanya XD

    “Menyebalkaaan!” oke, tim Rocket. Ga sekalian ada sfx “Ting!” ? hmm, jadi ini ya gaya penceritaan yang simple dan luwes. Wokeh.

    Inovasi Tamon Rah ini membuat saya menyesali telah membunuh imajinasi saya sedikit demi sedikit untuk mencapai kesempurnaan logika dan aturan. Hu uh u,u

    Mungkin kalau saya, bagian pempek itu, bakal berpikir ribuan kali buat naruh. Apakah si Rah atau Beismo beneran tau tentang si pempek? Dari mana mereka tau? Apa perlu dijelaskan dalam cerita? Duh!

    Ini… penulis ambil cukup banyak adegan dari cerita atau anime atau film popular rasanya. Mungkin ini yang saya juga tidak punya. Kebebasan.

    Iya, saya menyadari. Komedi mu termasuk jenis anti-klimaks. Jadi inilah komedi yang ngalir, keren! :D

    Mungkin memang karena saya terbilang baru di BoR. Saya melewatkan SANGAT BANYAK pemanfaatan environmental di sini. Baik dari maid, monster, bahkan Rah.

    Pertanyaan awal saya sejak prelim dibuka. Proyektil itu, kayak gimana, sih? Cari di google hasilnya mah peluru.

    Jadi… memang pemanfaatan POV 3 di sini jago!

    Btw, kata ‘di’, kalau diikuti dengan kata tempat itu dipisah. Kayak di sini, atau di situ :3

    Semua invoasi di sini gila! Baik maid, monster, menara, dan si –X (yang saya ga tahu boleh atau enggak)

    Saya jadi berpikir, apakah OC saya bisa dibawa ke komedi seperti ini. Sepertinya akan sangat sulit, kecuali OC sayalah yang menjadi korban bully XD

    Last but not least, aku ingin kita berteman. Salam kenal sebelumnya, saya titip nilai untuk kamu, yaitu 9. Atau dalam bahasa Indonesia, dibaca Sembilan.

    -Eumenides/Puppet-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahey! Salam kenal juga! :D
      Wow, komen yang panjang!

      And so... here's the answers for your questions :)

      Yup, Reli memang hebat untuk entri ini karena dia kudesain untuk karakter komedi. POV 3 yang aku pakai disini adalah hasil daur ulang dari cerita para senior BoR yang sedikit dimodifikasi. Walau begitu masih banyak kekurangan di narasinya sih.

      Nama kota Despera itu dari pembukaan ronde prelim panitia.

      Iya, iya, benar sekali. Gear Reli memang besar dan melayang di atas kepalanya, melayang dengan ajaib, jadi tidak mungkin jatuh. Lucunya kadang ada orang yang kejedug gear Reli ketika berpapasan. :D

      Eiya... Supportnya memang banyak XD

      Iya, Izu dan Zarid(Pak Chupakabra) adalah peserta turnamen, aku rasa sudah ada penjelasannya di ceritanya kok.

      Seingatku pengunaan "disini" sudah benar, aku tahu "di" digabung pada kata kerja dan disambung pada keterangan tempat. Tetapi ada beberapa pengecualian, "disini" adalah salah satunya. :)

      Izu dan Zarid sudah kenal dari Roleplay Lounge, Alkima Plaza, tidak aku masukkan disini karena terlalu panjang. Tapi aku juga lupa memberi keterangan X_X

      Menurut charsheet Zarid, ia adalah robot, tapi otaknya manusia, harus minum air beberapa kali dalam jangka waktu tertentu agar otaknya nggak kepanasan karena mesinnya.

      Jangan sampai imajinasimu terkengkang karena takut melanggar peraturan panitia, lagian di BoR ada golden rule yang dipegang teguh para senior "Kalau tidak tertulis di peraturan berarti boleh." XD

      Sebenarnya komedi anti-klimaks yang aku buat terinspirasi dari anime gintama. :3

      Proyektil itu kata penganti untuk apapun yang melesat dari senjata jarak jauh, jadi bisa peluru senapan, bola api sihir, rudal anti-tank, dan masih banyak lagi.

      Soal bisa tidaknya jadi komedi itu tergantung keinginanmu, entri Puppet bisa dijadikan jika kamu kreatif membuat karaktermu dibully, ambil entri Renggo sina sebagai contohnya. Robot sial itu dibuli abis sama authornya. XD

      Well, i guess that's all. Whew... komenmu panjang sekali XD
      Terima kasih sudah mampir, silahkan bertanya di fbku kalau ada pertanyaan.

      Delete
  10. Entri ini luar biasa ;v;

    Akhirnya ada yang menggunakan Zarid dengan cara yang sangat indah ;v;

    Untuk sebuah entri komedi, ini malah sangat intensif. Battlenya terasa luaarrr biasa! Penggunaan Tamon Rah-nya juga serasa seperti Plankton XD

    "Begitukah? Apa pak chupakabra menjadi begitu karena mencoba membangkitkan kembali ibunya yang sudah mati? Apa berarti pak chupakabra punya kakak alkemis bertangan robot?"

    SIAL, PINGGANG SAYA!!

    Saya tidak mempermasalahkan Zaridnya mati, selama eksekusinya bagus. Dan harus saya akui, pemakaian overheating Zarid yang notabene sebagai kelemahannya malah jadi sesuatu yang luar biasa XD

    Oh gosh, ini entri serba ada semua. Terlepas dari beberapa typo yang ada, ini cerita yang luarr biasa XD

    8/10 dari saya. +1 karena pemakaian Zarid yang in-character sangat (walaupun lebih halus), dan +1 lagi karena referensi-referensi yang menyatu dengan ceritanya.

    ya, 10/10 dari saya. Pengorbanan Zarid akan selalu teringat dalam sebuah snack bernama "ALOHA Snackbar", Reli harus beli itu kalau mau ingat-ingat Zarid <(")

    Salam hangat dari Enryuumaru/Zarid Al-Farabi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di BoR 4 tahun kemarin, aku membaca entri seorang peserta, OCku mati begitu saja seperti karakter gak penting, ada juga entri dimana OCku tidak dimasukkan sama sekali, hiks.

      Semua Author pasti mencintai OCnya, tidak mau karakternya mati konyol atau terlihat jelek dalam cerita. Postingan Author si Aragon di fb mengingatkanku soal hal ini dan memberi inspirasi pada kematian Zarid yang epic ini. TT_TT

      Me : Reli, ayo sana beli ALOHA Snackbar buat mengenang jasa Zarid!!
      Reli : Oke, boss! Uangnya?
      Me : Ngamen di jalan sana.
      Reli : EHH?! B-Bukannya boss yang harusnya ngasih aku uang ya?
      Me : Enak aja, anak kos sepertiku harus ngirit tahu!
      Reli : Oke boss... aku berangkat dulu ya...

      *Troll face* And there you have it.

      Delete
    2. ...maaf Deismo mati gitu aja di entri saya. Itu cara paling efektif buat nunjukin Ravelt is the real threat

      Delete
    3. WHOOOAAA!! Yang diomongin muncul!! *Jatuh dari kursi*

      Yah, tapi jangan khawatir. Aku sudah memaafkan semua author yang menceritakan Deismo seperti itu. Lagian setiap orang punya caranya sendiri untuk berceritakan?

      Meski begitu, ingatan soal Deismo akan melekat terus di memoriku. Sebagai motivasi untuk membuat OC peserta lain mati dengan indah. Motivasi itu tidak akan tumbuh jika ia tidak mati "gitu aja" di ronde pertama.

      (Yah... padahal akhirnya aku juga membuat OC BoR4 lainnya mati "gitu aja" gara-gara kepepet deadline. TT_TT)

      So... Maybe i should thank you for killing Deismo? Now that's weird, thanking someone for killing someone.

      Delete