24.6.15

[ROUND 1 - TEAM C] ALSHAIN KAIROS - MEMBUNUH UNTUK TAK MEMBUNUH

ALSHAIN KAIROS - MEMBUNUH UNTUK TAK MEMBUNUH
Penulis: Fusyana






Kai menyelam diantara reruntuhan kota kuno di dasar laut. Ia bernafas melalui sebuah alat filter oksigen, berupa masker berwujud aneh yang menutupi wajahnya.

Tempat ini bukanlah sebuah wahana wisata. Tempat ini adalah sebuah ajang pembantaian.

Kai membantai semuanya. Seorang pengendali udara, seorang kesatria bertameng, seorang perawat suci dan seorang masinis kecil. Mereka semua telah mati di tangan Kai, kecuali satu orang. Seorang wanita pemakai zirah mesin yang sedang berdiri di atas tonggak pilar dari reruntuhan istana, di hadapan Kai. Caitlin namanya.

"Kau... monster!" sergah Caitlin.


Kai mendengar kalimat itu lewat speaker tulang yang tersemat di dalam maskernya. Dengan cara ini, orang-orang yang memakai masker sejenis bisa saling berkomunikasi di dalam air.

"Aku hanya membunuh mereka, Caitlin. Aku yakin kau juga pernah membunuh seseorang... musuhmu, misal?" balas Kai.

"Kau memanipulasi mereka! Mempermainkan perasaan mereka! Menyiksa mereka!" seru Caitlin geram.

"Tersiksa atau tidak, itu urusan mereka. Aku adalah pembunuh. Aku membunuh demi Thane. Aku membunuh demi diri sendiri. Jadi, jangan salahkan aku jika aku membunuh mereka demi bisa lolos dari tempat ini."

"Persetan! Kau tetap bajingan, Kai!"

"Membunuh atau dibunuh, Cait. Mungkin kau telat menyadarinya... Selamat datang di ronde satu," sindir Kai.


(***)


Semua berawal dari sebuah undangan.

Sebuah undangan digital tanpa nama, tanpa tujuan dan tanpa alasan.

Hidupmu membosankan, bukan?

Kai membaca kalimat pada sebuah notifikasi di smartphone-nya. Dia tertawa dalam hati.
"Ya, ya... Orang paling dekat dalam hidupku hanya ayah angkatku, Thane, dan sahabatku satu-satunya, Kilatih. Kini aku sedang dalam perjalanan untuk membunuh Val, kekasih Kilatih, karena dia berani mencuri sesuatu dari Thane," gumam Kai.

"Terima kasih. Hidupku jauh dari kata membosankan, notifikasi bodoh."

Kai mematikan layar smartphone-nya dengan gusar dan memasukkan kembali ke dalam saku celananya. Sambil membetulkan posisi ransel besar yang Ia sampirkan di bahunya, Kai beranjak pergi menuju sebuah gudang tua di sisi paling luar kota Volantis.

Sama seperti semua tempat yang ada di Planet Aquilla, kota Volantis melayang satu kilometer dari atas tanah, berdiri kokoh di udara, megah dan penuh dengan keindahan. Thane adalah walikota Volantis sekaligus pemimpin dari keluarga besar Alshain. Kai tahu dari sejak pertama kali Ia bertemu dengan Thane bahwa Pak Tua itu lebih dari apa yang dia bayangkan. Penduduk kota ini mengganggap Thane sebagai hal terbaik di Volantis sejak revolusi sains dan teknologi. Thane membangun Volantis dan memelihara kota ini sehingga menjadi kota terbesar di benua Timur.
Tapi Thane lebih dari itu.

Karena Keluarga Alshain adalah sebuah klan mafia terbesar, tidak hanya di Aquilla, tapi di seluruh Koloni Perak. Keluarga Alshain mengendalikan semuanya, mulai dari hal terkecil seperti preman dan rentenir di pinggiran kota sampai mineral langka dan teknologi-teknologi terlarang, dua hal paling berharga di Koloni Perak.

Orang menganggap bahwa semua hal tentang politik dan jabatan itu hanyalah topeng. Topeng yang dipakai oleh Thane demi menjalankan semua bisnisnya. Kai tidak pernah mempedulikan semua itu. Ia tak pernah peduli dengan bisnis maupun jabatan Thane. Berbeda dengan orang pada umumnya, Kai melihat Thane hanya sebagai Thane. Mungkin hal itulah membuat Thane mengadopsi Kai sebagai anaknya sendiri. Dan hal itulah yang membuat Kai rela melakukan apapun demi melindungi Thane dan keluarga Alshain. Termasuk salah satunya, membunuh Val.

Tapi apapun yang telah dilakukan oleh Val, Kilatih akan membenci Kai, dia bahkan akan memburu Kai kemanapun perginya jika Kai benar-benar menghabisi nyawa Val. Dan Kilatih tidak akan pernah bisa memaafkan Kai.

"Ck, sial!" umpat Kai sambil menendang kotak sampah besar di sampingnya.

Ada keraguan di dalam hatinya. Ia tahu prioritasnya adalah melindungi Thane. Saat ini, Val adalah ancaman terbesar bagi Thane. Ia tak seharusnya ragu.


(***)


Caitlin bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa ada di tempat ini untuk saling membunuh. Tapi sosok di hadapannya, Alshain Kairos, adalah monster yang tak punya harga diri. Pengecut yang bersembunyi di balik kebohongan dan sandiwara.

Caitlin marah karena semua peserta dibunuh begitu saja di tangan Kairos. Tapi bukan karena pembunuhan itu sendiri, melainkan cara setan berambut putih itu membunuh masing-masing orang.
Mereka semua adalah kesatria. Mereka semua tangguh dan layak untuk mati dalam duel yang adil.
Tapi kenyataannya, semuanya mati begitu saja. Mereka mati sia-sia sebelum sempat bertarung. Semua karena serigala bajingan yang berlagak seperti domba dan menggorok leher mereka semua dari belakang.

Manusia sampah.

"Aku bersumpah, aku akan membunuhmu, Kai. Aku akan mencabik-cabik badanmu dengan zirah mesinku sambil mendengarkan jeritanmu yang memintaku untuk berhenti. Tapi aku tak akan berhenti. Aku akan memotong tubuhmu satu persatu dan melemparkannya kepada ikan hiu."
Sekumpulan ikan membenturkan kepala mereka dengan lembut ke visor Caitlin. Wanita itu melambaikan tangannya untuk mengusir ikan-ikan itu. Tapi ikan-ikan itu terus kembali membenturkan kepala mereka lagi ke visornya.

Lalu Ia menyadari. Kairos. Ia bisa memanipulasi arah dari semua benda yang bergerak, tak terkecuali ikan-ikan yang sedang berenang.

Sadar telah dipermainkan dengan sangat kekanak-kanakan, Caitlin menyalakan thruster gravitasi di lengan kanan zirah mesinnya dan menggunakan untuk menarik tubuh Kai yang berada sepuluh meter dihadapannya.


(***)


Sebuah tv kecil di pojok sebuah kedai menyiarkan sebuah berita, breaking news, tentang pemboman  tambang emas terbesar di Satelite Kaldia. Kai duduk melihat berita itu ditemani segelas bir dan seorang Pak Tua di sampingnya.

Tavern of The Black Alley, tulis sebuah papan di atas pintu masuk kedai ini. Orang di sekitar tempat ini lebih sering menyebutnya sebagai Kedai Hitam. Anehnya, hampir tidak ada yang tahu kapan kedai ini didirikan. Sekitar dua atau tiga bulan yang lalu, kedai ini seolah muncul secara tiba-tiba tanpa ada seorangpun yang menyadarinya. Pemilik kedai hanya tersenyum setiap kali ada yang menanyakan tentang asal-usul kedai ini. Bahkan, sebagian besar penduduk di sekitar tempat ini masih belum mengetahui bahwa ada sebuah kedai di sebuah gang gelap di belakang tempat tinggal mereka.
Kai langsung menyukai tempat ini. Ia selalu datang ke sini jika sedang ingin menyendiri atau sekedar beristirahat sambil menikmati malam.

"Kuberitahu kau, Rambut Putih," kata Pak Tua di sampingnya. "Kuberitahu kau... bahwa pria ini... Vega Kristalval, pria ini adalah mimpi buruk kita semua."

"Kau tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan, Pak Tua," Kai berusaha menjauhkan gelas berisi bir dari genggaman teman minumnya itu. "Kau sudah terlalu mabuk."

"Tentu saja aku mabuk!" hardik Pak Tua. "Kau tahu siapa aku? Hah?"

"Heh. Kau adalah teman minumku, Pak Tua, dan percayalah, kau sangat mabuk."

"Aku hanya... Aku hanya ingin melupakan semuanya... Aku ingin pergi dari tempat ini." mata Pak Tua itu menerawang, seolah membayangkan apa yang telah terjadi padanya belakangan ini sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Aku berasal dari Keluarga Vega," ungkap Pak Tua. "Aku tahu bahwa... pemimpin keluargaku adalah seorang bocah, Kristalval. Ayah dan ibunya, yang merupakan pemimpin keluarga Vega sebelumnya, mati saat Kristalval masih kecil."

Kai meletakkan gelasnya dan memperhatikan cerita Pak Tua itu dengan seksama.

Pak Tua itu memandang Kai sesaat, lalu melanjutkan ceritanya, "Sejak kematian kedua orang tuanya, Keluarga Vega mulai terpuruk, terpecah-belah menjadi bagian-bagian kecil dan bertengkar satu sama lain. Dan pemimpin kita, dia menghilang begitu saja. Dia menghilang selama lima tahun. Aku tak menyalahkannya, dia terlalu muda, beban yang dia tanggung terlalu besar, wajar saja kalau dia lari dari tanggung jawab.

"Tapi lima tahun kemudian... atau sekitar sebulan yang lalu, dia tiba-tiba kembali. Lalu entah dengan cara apa, dia berhasil menyatukan lagi semua pecahan keluarga Vega. Dan Keluarga Vega sudah tidak sama lagi sejak saat itu. Semua orang berbicara tentang pemerintahan yang korup, tentang pemberontakan dan pengambil-alihan kekuasaan.

"Aku tahu apa yang sedang terjadi, Kristalval telah mengubah Keluarga Vega. Orang ini adalah racun. Dia mengumpulkan orang-orang penting dari Keluarga Vega suatu malam dan berbicara tentang kehancuran Koloni Perak... Orang gila!

"Kau lihat berita ini," Pak Tua menunjuk tv di pojok ruangan. "Ini adalah ulah Kristalval. Ribuan orang mati, dan sektor ekonomi mengalami pukulan telak. Keluarga Vega yang baru adalah sebuah komplotan teroris yang dipimpin oleh orang orang gila yang tidak punya perasaan. Aku tidak mau jadi anggota komplotan itu... dan di sinilah aku, berusaha meminum semua bir ini sampai aku pingsan."

Pak Tua mengangambil gelasnya kembali dan mengangkatnya ke udara sebelum menegaknya sampai habis.

Kai sedikit terhenyak. Ia berusaha mencerna perkataan Pak Tua di sampingnya. Namun tiba-tiba smartphone-nya berdering. Sebuah telefon dari salah satu anak buahnya.

"Ya?" Kai mengangkat telefon itu, matanya masih tidak bisa lepas dari siaran berita di hadapannya.
Suara dibalik telefon hanya mengatakan sepatah kalimat, "Kairos, Thane dalam bahaya."

Kai tersentak berdiri, lalu tubuhnya menghilang tanpa jejak dari Kedai Hitam itu. Pemilik kedai dan semua orang yang ada di sana kaget melihat tubuh Kai menghilang begitu saja. Mata mereka melotot, tubuh terpaku, mulut menganga dan gelas bir dan piring berjatuhan dari genggaman masing-masing.
Lalu Sang Pemilik menyadari sesuatu, "Anjing! Rambut Putih itu kabur lagi tanpa bayar!"


(***)


Tubuh Kai tertarik oleh medan gravitasi buatan dari zirah mesin Caitlin.

"Cerdik," bisik Kai dalam hati.

Caitlin tahu kemampuan manipulasi arah milik Kai. Semua peluru dan senjata di dalam zirah mesin Caitlin tak akan berfungsi dihadapan Kai karena Kai hanya akan mengambil kendali arah dari semua benda yang dilontarkan Caitlin. Tak hanya itu, kemanapun Caitlin bergerak, Kai juga bisa memanipulasi arahnya.

Sama seperti saat Ia dengan mudahnya mengendalikan arah tubuh seorang masinis kecil yang sedang berenang dan memutarnya ke dalam mulut seekor monster laut.

Caitlin hanya bisa diam di tempat. Tapi wanita itu tidak akan berdiam diri begitu saja.

"Sayangnya, bodoh," gumam Kai.

Kai yakin, Caitlin mengira bahwa dengan menarik tubuhnya menggunakan medan gravitasi buatan, hasilnya akan berbeda. Tapi Caitlin salah.

Kai tidak sekedar mengendalikan arah benda bergerak, Kai menguasai arah gerak semua benda di sekitarnya. Jika gerakan itu tercipta oleh tarikan gravitasi, maka Kai adalah master gravitasi.
"Dark matter," sebuah senyum tersimpul di bibirnya.

Ia memanipulasi arah gerak tubuhnya sendiri. Ia mengubah arah maju tubuhnya, menggoyangnya ke kiri dan kanan, atas dan bawah, dengan sangat cepat. Tubuh Kai berhenti bergerak maju, walaupun Caitlin menariknya dengan sekuat tenaga.

Semua tarikan gravitasi buatan itu digunakan Kai untuk menggetarkan tubuhnya. Semakin cepat, dan semakin cepat. Sangat cepat sampai menghasilkan titik tumbukan gravitasi negatif yang perlahan namun pasti memudarkan medan gravitasi buatan dari zirah mesin Caitlin.

Saat gravitasi negatif semakin membesar, terciptalah gumpalan dark matter dalam titik tumbukan. Materi gelap, sebuah materi tak terlihat yang menjadi penyusun terbesar alam semesta.

Dari titik tumbukan itu, gumpalan dark matter dan gravitasi buatan bersentuhan. Sebuah ledakan tanpa suara tercipta dan teori fisika terbalik. Zirah mesin Caitlin terangkat dari atas pilar istana dan terlontar deras ke depan.

Kai menyambutnya dengan kedua kakinya yang Ia posisikan tepat ke arah kepala dari zirah mesin itu. Sekalinya hantaman terjadi, kepala dari zirah mesin itu seketika remuk, terlepas dari badannya dan hancur berkeping-keping.

Kai mengamati sekelilingnya. Ada sesuatu yang janggal.

Tak ada jeritan histeris Caitlin.

Dan tak ada darah yang tercecer dari remukan zirah mesinnya.


(***)


Tubuh Kai berpindah dari Kedai Hitam menuju apartemen Thane dalam sekejap. Kai menyebut teknik ini sebagai Shorcut, sebuah teknik yang melanggar batas kemampuan fisik manusia. Kai memang bukan manusia. Kai tidak tahu darimana Ia berasal dan bagaimana dia bisa melakukan teknik-teknik aneh seperti Shorcut ini, Kai hanya tahu bahwa Ia bisa melakukannya.

"Kai?" celetuk Thane begitu melihat Kai tiba-tiba muncul di kamarnya.

"Apa yang terjadi, Thane?" Kai berjalan mendekati Thane yang berdiri di belakang lima orang pengawal pribadinya.

"Seseorang menyerang apartemen ini," jawab Thane.

"Hanya satu orang?"

"Ya. Dia lumayan merepotkan. Semua sumber cahaya mati saat dia memasuki ruangan dan entah dengan cara apa dia sudah meledakkan berbagai tempat di dalam apartemen ini. Dia... Dia tidak mengincarku, Kai. Dia mengincar datadrive yang memuat semua info tentang teknolgi-teknologi terlarang yang kita ketahui."

"Darimana kau tahu apa yang sedang dia incar, Thane?"

"Dia sudah mendapatkannya, Kai. Dan dia juga sudah berhasil melarikan diri setelah mempecundangi mereka berlima."

Kelima orang pengawal itu berusaha menghindari tatapan mata Thane. Rasa kesal dan kecewa terpasang di raut wajah mereka masing-masing.

"Apa?" Kai mulai panik, Ia tahu bahwa semua info di dalam datadrive itu punya potensi untuk menhancurkan dunia seisinya.

"Sebentar, Thane... Kau tadi mengatakan bahwa pencuri ini mematikan semua sumber cahaya setiap kali dia memasuki ruangan. Bagaimana dia melakukannya, Thane?"

Thane terdiam. Dan Kai langsung tahu siapa pelakunya, namun Ia tak mau mengakuinya.

"Siapa dia, Thane?"

Jawaban dari pertanyaan itu keluar dari mulut salah satu pengawal pribadi Thane.

"Vega Kristalval. Temanmu, Kai."

"Tidak... tidak... tidak...


(***)


"Tidak!"

Kai melihat tubuh Caitlin berenang dengan cepat ke arahnya. Rupanya, wanita itu berhasil keluar dari zirah mesinnya di saat yang tepat.

Ah, tapi Kai sadar, Caitlin tidak bodoh. Wanita itu adalah seorang komandan tertinggi dan veteran perang. Bisa saja semua ini sudah direncanakan oleh Caitlin. Tarikan medan gravitasi buatan barusan hanyalah sebuah decoy agar Kai mengerahkan seluruh kemampuan manipulasi arahnya dan membuatnya tak bisa mengantisipasi serangan kedua.

"Siapa yang sedang mempermaikan siapa sekarang, huh!" teriak Caitlin. "Aku tahu batas kemampuanmu, Kai. Aku tahu, setelah pertunjukan tadi, kau tak akan bisa memanipulasi arah lagi sampai besok! Sayangnya, nyawamu tak akan bertahan selama itu, Bocah!"

"Maafkan aku, Caitlin. Kau memang membuatku terkejut. Aku sudah sangat yakin bisa membunuhmu dengan cara tadi. Kau memang luar biasa," Kai berkata lirih, seolah berbisik lembut pada Caitlin.

"Ya, apapun yang kau katakan, kau tak akan bisa mempengaruhiku, Kai. Kau tak akan bisa membodohiku seperti orang-orang yang telah kau bantai sebelumnya," tubuh Caitlin semakin mendekat, dan di saat yang tepat, Ia menarik lengan Kai untuk memutar tubuhnya dan mengunci tubuh Kai dari belakang.

Kai hanya bisa terdiam, ia tak lagi bisa memanipulasi arah.

"Kau tak bisa memanipulasi perasaanku, Kai. Apa yang kurasakan saat ini hanya keinginan untuk membunuhmu. Dan sudah kubilang, kan. Aku akan membunuhmu."

Caitlin menarik leher Kai dengan lengannya, berusaha untuk mematahkannya untuk mencabut nyawanya.

Tapi Kai sama sekali tidak terlihat gentar.

"Kau salah, Caitlin. Kau salah kalau yang kau takutkan hanya kemampuanku memanipulasi arah."
"Tutup mulutmu."

Tanpa basa-basi, Caitlin menekuk leher Kai ke arah kematian. Tapi sebelum gerakan itu membunuhnya, Kai menghilang dari kuncian tubuh Caitlin.

Caitlin terperanjat.

Ia melihat sosok lelaki yang sedetik lalu berada di genggamannya, kini berpindah tempat tepat di hadapannya.

"Kau salah kalau kau mengira kau tahu apapun tentang diriku, Caitlin," Kai tersenyum lembut. 

"Tempat ini adalah pelarianku. Dari sini, aku bisa pergi ke dimensi keempat. Apapun caranya, aku akan membunuh siapapun agar aku bisa tetap berada di tempat ini."

Sorot matanya serius. Tidak ada lagi sorot mata menyebalkan, atau sorot mata licik yang sering dilihat oleh Caitlin sebelumnya.

"Lihat, Caitlin. Tak ada lagi manipulasi. Tak ada lagi tipu muslihat..."

Sekali lagi, tubuh Kai menghilang.

"...hanya kematian."

Caitlin merasakan sengatan hebat di dadanya. Seolah sebuah besi panas sedang disengatkan di atasnya. Udara dari jantung dan paru-parunya lenyap tanpa jejak. Kai menarik nafas, tapi Ia tak bisa merasakan apapun. Hanya perih.

Ia menundukkan kepalanya dan mendapati sebuah tangan tercuat dari dalam payudara kanannya. Ia merasakan lengan itu menembus dada dan punggungnya.

Maka Caitlin menoleh kebelakang, dan melihat wajah Kai yang datar.

Semua bergerak dengan cepat, Caitlin terlambat untuk menyadarinya. Ah, ternyata Kai menguasai teknik teleportasi, pikirnya. Kai berteleport ke dalam tubuhnya. Oh tidak, dadanya telah berlubang. Dia akan mati sebentar lagi.

Mati...

Mati...

Mati...

"Seperti yang kau inginkan, Caitlin. Hanya kematian."

Kai mencabut tangan kanannya dari dalam dada Caitlin.

Serat-serat urat dan daging terbuncah keluar seiring tarikan tangannya. Warna hitam menyeruak di lubang yang menganga di punggung Caitlin yang dengan segera menyelimuti tubuh mereka berdua dan menutup tirai ronde pertama.


(***)


Malam itu, Kai berhasil menemukan tempat persembunyian Val. Ia berdiri tak jauh dari tempat itu dan bersiap-siap untuk membunuhnya. Tapi, haruskah Ia membunuhnya?

Ia tidak akan pernah mengakui Val sebagai temannya, tapi Kai tahu, di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Ia peduli akan Val. Ia juga tak tahu apa yang akan dilakukan oleh Kilatih jika Val mati.
Tapi Val terlalu berbahaya, Ia tak mau ada seorangpun yang mengancam Thane.

Apa kau ingin pergi ke suatu tempat dimana apapun yang kau inginkan, bisa kau dapatkan?

Mata Kai tertambat pada notifikasi baru di smartphonenya.

Ah, andai saja notifikasi ini sebuah kenyataan. Andai saja Ia bisa menekan notifikasi ini dan Ia bisa pergi dari tempat ini dan lepas dari pilihan antara membunuh Val atau membuat nyawa Thane teramcam.

Andai saja notifikasi ini bukan sekedar spam dari aplikasi murahan yang tersemat di smartphonenya... Kai akan rela melukan apapun demi bisa melarikan diri dari dua pilihan dihadapannya.

"Ya, kalau saja dunia berjalan semudah itu," Kai tersenyum sinis dan menekan notifikasi itu hanya untuk melampiaskan rasa frustasinya.

Namun tiba-tiba sebuah portal cahaya terbuka dan menelan tubuh Kai, melontarkannya ke dalam dimensi lain, jauh dari dunia nyata.

Kai menutup matanya karena silau cahaya yang luar biasa.

Ia membuka kembali kelopak matanya di sebuah dunia yang berbeda.

(end)

8 comments:

  1. Fatanir - Po

    meski kerasa entri ini buru2 tapi battle utamanya masih bisa kehandle. pertarungannya penuh teknik dan penyelesaiannya pake utilisasi teleportasi yg cukup fresh. Paling kekurangannya adalag kurang eksplor aja karakter lain, dan Kai sendiri masih nggak mengalami kesulitan sama sekali sepanjang babak, baik itu secara mental atau fisik.

    Nilai 7 / 10.

    ReplyDelete
  2. Aih, what happened to my favourite villain?
    Walaupun adegan duel dlm air vs Caitlin saya akui canggih, apa yg terjadi dgn kontestan2 lain? Apa dgn mengalahkan Cat aja Kai sudah langsung lolos? Bisa jadi itu cut to the chase dan langsung ke final fightnya, dgn asumsi peserta2 lain sudah gugur jadi nggak perlu dimention sama sekali. Yang muncul malah figuran2 yang sbnrnya nggak terlalu relevan dgn masterplannya Kai sendiri.

    But still, it was an awesome duel.
    Skor: 7/10
    OC: Vajra

    ReplyDelete
  3. Waduh. Belum apa" battle royalenya udah disulap jadi 1v1 aja

    Ini porsinya abis di cerita si Kai, tapi timpang sama porsi battlenya sendiri ya. Kayak banyak lauk tapi nasi sedikit, jadi kayak ngegado lauk aja bacanya

    Battlenya entah kenapa janggal, dan beberapa dialog malah self-explanatory terutama dari Caitlin. Maaf, feelnya kurang dapet honestly

    Dari saya 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  4. Aku masih berharap banyak tadinya meski tau entrimu dikit fuu, tapi agak kecewa juga pas ngeliat ini jadi kayak selingan antar cerita doang. Fokus ceritanya lebih ke flashback kurasa dibanding battle.

    Diksinya agak kurang universal pas ngejelasin dark matter blah blah blah, ga segampang itu dipahami sama orang awam fisika kayak aku. Keren sih, tapi ada poin2 yang bikin bingung. Yah mungkin akunya yg terlalu jarang baca mungkin.

    Battle-nya lumayan keren, masih bisa keliatan serem dan liciknya Kai. Pemakaian gerak gravitasi buat ngabisi Caitlin itu juga superb. Tapi entah kenapa terkesan terlalu gampang dan jadinya si Kai keliatan agak terlalu OP malahan.

    Yah, semoga pas R2 tar dirimu ga sesibuk yg R1, jadi bisa balik lagi ceritamu yg biasanya :D

    6/10

    ~JFudo
    ~Lo Dmun Faylim

    ReplyDelete
  5. Reading this entry make me feel like : eating a dessert cake without both appetizer and the main course. The cake is nicely done though. :)

    Kamu tahu apa yang pertama kali kulakukan ketika baca entri sesama grup C? ctrl+f, lalu ketik nama OCku dan no match found, sangat mengecewakan. Keempat peserta lainnya mati begitu saja hanya dengan keterangan "mati di tangan Kai". Terkesan terburu-buru sekali menjelang deadline.

    Meski begitu, narasi mengalir lancar dan battle berlangsung hebat. Pemanfaatan skill Kai di battle dengan Caitlin sangat bagus.

    Mungkin di ronde ini authornya sedang sibuk dengan urusan lain, tapi aku masih mau melihat Kai melaju di ronde selanjutnya, so I will add bonus point. :)

    So, the final verdict is 7
    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete
  6. waw pendek. gw suka karena ini seharusnya jadi bacaan ringan buat gw :3

    tapi a few moments i realize this entry does not give me what i expect. gw dari awal ngerasa Kai emang imba, manipulatif he is tapi di sini keknya jadi lebay banget. gw ngerasa ability dia yang sampe bisa pindah dimensi seems overkill.

    dan ini juga agak bikin gw off:
    "Caitlin merasakan sengatan hebat di dadanya. Seolah sebuah besi panas sedang disengatkan di atasnya. Udara dari jantung dan paru-parunya lenyap tanpa jejak. Kai menarik nafas, tapi Ia tak bisa merasakan apapun. Hanya perih"
    yang lu maksud, Kai: Caitlin kan?

    Tapi meski buru-buru. setidaknya narasi lu masih nyaman dibaca.

    Nilai: 7/10
    OC gw: Kii

    ReplyDelete
  7. Uwii ... ganteng amat inih si Kai. Semuanya dihabisin sama dia. So powerful. Udah bisa membelokkan segala arah benda bergerak, bisa teleport pula. Dan di sini nggak gitu kerasa batasan kekuatannya. Ini udah kayak melihat Claude-Claudia (BoR4) versi ultimate.

    Dan entah kenapa, saya malah merasa cerita latar belakangnya lebih seru daripada cerita battlenya sendiri. Toh yang battle ya ujung-ujungnya ketahuan gitu, Cailtin nggak ada apa-apanya dibandingkan kemampuan Kairos.

    Coba mungkin di babak selanjutnya di-"tone down" dikitlah kekuatan si Kairos ini. Banyakin asik-asiknya, biar seru.

    PONTEN 6
    OC: Kusumawardani, S.Pd.

    ReplyDelete
  8. Kak Fu, entry ini emang tinggal Kai vs Caitlin atau dipercepat ke Kai vs Caitlin ya?

    Sama kayak yg atas deh, rasanya buru-buru banget battle-nya. Lebih banyak mengekspos background-nya Kairos. Tapi gara-gara battle-nya singkat jadi kerasa impact kalo Kai itu imba. Tipe-tipe villain kek Sephiroth yg bisa matiin lawan dg ekspresi kewl tudemeks.

    Apa lagi ya? Utk teknik battle dll aku cuma bisa menikmati tanpa berkomentar ^^a
    Udah ah~

    Poin : 8/10 (kali ini serius ngasih nilainya XD)

    OC : Eelay Ghowl (??)

    ReplyDelete