24.6.15

[ROUND 1 - TEAM C] GARRAND ENTRENCHORD - Yang Beraksi dan Yang Berdongeng

GARRAND ENTRENCHORD - Yang Beraksi dan Yang Berdongeng
Penulis: Hael Elliyas




Lautan. Biru. Daratan. Luas. Dalam. Mendalam. Mendayuku.
Hanyut. Puing. Debu. Teramat dasar. Reruntuhan. Rongsokan.
Taring siluman laut. Hela. Tunggu. Si Pemikir. Menunggu. Dongeng.
 Desahnya. Bagian. Logam. Rel. Buih. Perban. Gerigi. Si Pemalas.
Tinggi tubuhnya. Tekanan. Hambatan. Terapung. Patahan. Prediksi
 Lajunya. Simpul. Habis tenaga. Semua. Satu. Pertarungan. Megah.
Dari balik cahaya. Melintasi portal dimensi, Garrand kini tiba di sebuah aula. Tubuh kekarnya kembali terasa bugar dan ringan. Zirah emasnya kembali mengilau dan pakaiannya bebas dari noda-noda debu pasir dan darah. Tameng emasnya terpampang mantap di punggung. Lelah fisik yang diderita setelah perang besar melawan entitas buas di padang pasir, telah sirna begitu saja. semua itu terjadi sesaat setelah melintasi portal tersebut.
Ketika muncul di aula, yang sepertinya merupakan aula istana Alforea—realitas asing. Di aula ini, Garrand berdiri di depan sebuah meja kayu. Dan di sekelilingnya juga hadir para entitas petarung antar semesta yang juga bernasib sama dengan Garrand. Diculik lalu dipaksa mengikuti pertarungan. Mereka masing-masing memiliki mejanya sendiri. Dan terlihat sepertinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada saat pertama kali berkumpul di halaman istana. Garrand pun belum menemukan wajah rekan-rekan seperjuangannya pada perang padang pasir. Ia berharap, mereka semua selamat dan sedang berada dalam satu tempat yang sama.

Di aula ini hanya terdapat sekitar separuhnya. Di mana seorang gadis muda yang memimpin jalannya pertarungan sebelumnya berkata, bahwa mereka yang gagal akan disisihkan. Entah ke mana. Seluruh isi aula gaduh mempertanyakan keberadaan mereka yang disisihkan. Apa mereka mati? Atau malah dapat kembali pulang? Entahlah. Yang jelas, Garrand punya tujuan untuk dapat kembali pulang. Dan suatu permohonan akan dikabulkan bila ia berhasil lolos dalam pertarungan yang diperintahkan.
Di tengah kegaduhan itu, tak mampu menjawab kekisruhan yang terjadi, seorang wanita pelayan pun melantangkan tentang sesuatu pertarungan dengan hitungan ronde satu. Ronde satu.... artinya masih ada ronde-ronde lainnya setelah ini. Sampai berapa ronde yang mereka inginkan? Berapa banyak pertarungan yang dapat memuaskan mereka? Bahkan si gadis dan si tua yang mengaku sebagai pelaksana pertarungan antar semesta ini, tak hadir di sini. Batang hidungnya tak terlihat sama sekali.
Sekejap saja, setelah seruan si wanita pelayan, sebuah layar hologram pun muncul di atas meja tiap-tiap peserta pertarungan. Layar hologram yang dapat dilihat dari dua sisi dan sejajar dengan wajah-wajah mereka. Sebuah teknologi yang tak dipahami oleh Garrand. Wanita pelayan mengatakan bahwa para petarung akan kembali dipertemukan dalam kelompok. Hanya saja kali ini rekan satu kelompok ditentukan oleh pihak mereka—para pelayan dan seorang yang entah apa sebutannya, Garrand tak paham.
Dan kejamnya, orang-orang yang tersebut dalam satu kelompok bukanlah para petarung yang akan menjadi rekan melainkan satu kelompok yang diperintahkan untuk saling membunuh. Hingga hanya tersisa satu orang yang hidup dalam kelompoknya. Saat terpaku dan terpicu amarah ketika mendengar peraturan itu, sejenak Garrand berharap bahwa nama-nama yang akan muncul dalam daftar nanti bukanlah nama yang sebelumnya adalah rekan kelompok Garrand.
Sekelompok nama pun akhirnya muncul di layar milik Garrand. Tertulis lima nama dalam susunan kelompoknya. Setelah membaca semua nama di layar hologram, Garrand pun tak dapat mengenali nama dan si pemilik nama tersebut. Nama-nama yang tercantum adalah :
                Rupture Underwater City :
                   -          Khanza Mahesa
                   -          Alshain Kairos
                   -          Garrand Entrenchord
                   -          Caitlin Alsace
                   -          Vi Talitha
                   -          Relima Krukru
Sesuatu pun muncul di atas meja Garrand. Benda dari balik cahaya. Sebuah penutup wajah. Penutup wajah ini berwarna hitam di setiap sisinya. Terdapat sebuah kaca bening hampir selebar wajah di tengahnya. Di bagian depan dagu, terdapat suatu tabung seukuran lengan anak-anak yang membujur dan terpasang kuat.
Dari layar pun terdengar suara. Sepertinya salah seorang wanita pelayan lain.
"Kepada anda yang tercantum namanya dalam pertarungan Rupture Underwater City, harap segera menggunakan masker di atas meja anda. Atau sesuatu yang buruk akan terjadi dan saya tidak bertanggung jawab atas itu. Anda diberi waktu selama dua puluh detik sebelum diteleportasi ke dalam laut."
Garrand melihat lingkaran cahaya menyala di bawah kakinya. Tanda sebuah pintu portal akan memindahkannya ke suatu tempat. Dalam laut!? Garrand pun bergegas mengambil penutup wajah di meja. Mengaitkan tali karet ke belakang kepalanya. Tepi penutup wajah ini menutupi hingga mencapai kedua telinganya. Ikatan tali pun mengencang dengan sendirinya, membuat penutup wajah terpasang mantap di wajah Garrand. Sebuah uap air pun memburami kaca di depannya lalu perlahan menghilang ketika Garrand menghembuskan nafas. Mengembalikan kejernihan kaca tersebut dengan sendirinya secara segera. Entah sistem apa yang ada di balik penutup wajah ini. Setidaknya Garrand dapat bernafas dengan segar di baliknya.
Setelah memastikan penutup wajah ini sudah mantap terpasang. Garrand pun menyiapkan mental untuk diteleportasikan. Kini tubuhnya mulai terselimuti cahaya. Sama seperti ia datang, begitu pula ia pergi. Berpindah dari balik cahaya.
໖໖໖
Byur!
Sensasi dingin tiba-tiba menusuk di sekujur tubuh Garrand. Semua pandangan kini menjadi biru gelap. Tubuhnya sedang melayang di dalam hamparan laut. Rupanya di sini Garrand tidak sendirian. Di sekitarnya terdapat enam orang lainnya. Lima orang di antaranya adalah pemilik nama yang tercantum pada layar hologram. Posisi mereka semua membentuk lingkaran besar dengan seorang wanita pelayan yang berada di tengahnya. Jarak antara peserta dengan peserta lain sekitar dua puluh meter. Mereka semua memakai penutup wajah yang sama.
Perlahan mereka semakin turun dan tenggelam. Gerakan apapun tak membuat mereka berpindah tempat seakan dipaksa untuk diam dan turun oleh suatu gaya. Mereka semua pun melihat ke daerah sekitar. Sejauh mata memandang hanya ada biru laut tak berujung kecuali sesuatu sejauh lima puluh meter di bawah kaki mereka, pasir di dasar laut dengan ratusan puing-puing bangunan. Undercity. Bagai sebuah peradaban yang telah ditenggelamkan oleh laut.
Wanita pelayan mulai memberi aba-aba hendak bicara.
"Selamat datang dalam pertarungan bawah laut. Berikutnya akan saya jelaskan lebih lanjut mengenai detail tempat ini dan misi kalian. Dengarkan baik-baik,"
Entah bagaimana, suara dari wanita pelayan itu dapat terdengar jelas. Sepertinya ada suatu perangkat di balik penutup wajah ini yang berfungsi sebagai penyalur suara. Garrand enggan membantah kalimat dari pelayan tersebut. berdasarkan dari pengalaman sebelumnya, apapun yang menginterupsi, pelayan tersebut akan tetap melanjutkan penjelasannya. Garrand pun mulai menyiapkan mental dan telinganya dengan baik. Karena sepertinya sebuah pertarungan hidup dan mati akan terjadi. Meski Garrand biasanya adalah orang bijak terhadap rekannya, di sini sayangnya tak ada yang berstatus sebagai rekan.
Wanita pelayan melanjutkan penjelasan, "Pertama saya akan memperkenalkan peserta dalam kelompok ini. Dimulai dari sisi kanan saya."
"Tuan Khanza," pelayan itu mengantarkan tangannya kepada seseorang berpakaian serba kelabu hingga ke topinya.
"Nona Caitlin," lalu seorang berpakaian penuh logam hingga di kepalanya. Tak terlihat ada sosok wanita dari balik zirahnya.
"Tuan Kairos," merupakan seorang pria muda yang seluruh rambutnya sudah beruban.
"Selanjutnya, Nona Vi," tertuju pada seorang gadis berpakaian perawat yang dipenuhi perban-perban menjuntai.
"Nona Relima," wanita dengan seragam biru dan gerigi besar yang melayang di atas kepalanya.
"Lalu, Tuan Garrand."
"Berikutnya, tempat ini merupakan laut di kedalaman sekitar dua ribu meter. Kalian di sini tidak merasa sesak karena sejak melewati portal, kalian dilindungi medan anti tekanan laut. Namun tidak melindungi kalian dari hambatan gerakan dan benturan luar. Penutup wajah dapat memberikan penerangan pada penglihatan kalian, transmisi suara untuk saling berkomunikasi, dan suplai udara segar. Namun hanya selama satu jam. Lebih dari itu, kalian akan mulai kekurangan oksigen.
Untuk bisa selamat dari tempat ini, hanya ada satu cara yakni... Menjadi yang terakhir hidup. Tidak ada toleransi apapun. Kalian harus saling membunuh. Selamat berusaha."
Seperti dengan caranya datang, begitu juga pelayan ini pergi. Hilang di balik cahaya.
Raut wajah semua peserta pun berubah drastis namun tak begitu jelas karena semuanya memakai penutup wajah. Sementara untuk Garrand, raut wajahnya berubah serius dan siap bertarung.
Di dunia asalnya, Garrand memang sudah biasa bertarung, bukan hanya melawan para makhluk neraka melainkan juga para manusia yang haus untuk menduduki wilayah. Perebutan kekuasaan wilayah masih amat marak demi memperluas wilayah pertahanan dan keamanan di sana meski makhluk-makhluk neraka pembawa kiamat banyak bertebaran. Dari pengalamannya, Garrand bisa saja tidak segan dalam memimpin pasukannya untuk membunuh dan menjadi dirinya sebagai penyerang di garis depan. Tamengnya ada untuk melindungi rekan. Tamengnya ada untuk menyerang sebagai makna pertahanan terkuat.
Kini mereka semua sudah bisa bergerak bebas. Sigap saja, Garrand langsung menyiapkan kuda-kuda dalam melayangnya tubuh. Tamengnya terpampang gagah. Peserta lain hanya berpose panik dan siaga. Namun salah satu dari mereka ada juga yang menyiapkan kuda-kuda. Sepertinya orang ini memiliki prinsip yang sama dengan Garrand. Penyerang pertama yang bertindak cepat serta tepat adalah calon besar peraih kemenangan.
Si kelabu Khanza yang berada di sisi kanan Garrand mulai membuat suatu pusaran. Bola arus air besar mengelilingi tubuhnya, membentuk medan pelindung. Relima si wanita berseragam biru mulai memunculkan sebuah kereta logam kap terbuka setinggi satu setengah meter. Tiga orang di sisi ini sudah siap dengan perisai mereka, membuat tiga peserta lainnya enggan melakukan serangan sia-sia ke arah ini.
Caitlin si robot mengokang lengan kanannya. Lalu Vi si gadis dengan perban mulai menjuntaikan sulur-sulur perbannya ke segala arah. Sementara itu, Kairos si rambut putih hanya berdiam diri dengan posisi siaga. Ia sepertinya memikirkan sesuatu. sesuatu tentang masa depan, kemampuan memprediksi.
[Retrocognition].
Perhitungan langkah terbaik untuk bertindak. Sepertinya Kairos adalah seorang petarung tipe pemikir.
Namun sayangnya, masa depan yang ia lihat terlalu memiliki banyak rantai kejadian karena tiga orang di sini hendak menyerang hampir bersamaan dan merupakan serangan bertubi. Puluhan julur perban hendak menjerat, sebuah tameng besar dan proyektil listrik siap melaju ke arahnya.
[Railgun] Kemampuan proyektil listrik milik Caitlin
[Heaven's Chain] Kemampuan menyekap dengan sulur-sulur perban milik Vi.
[Strikebash] Kemampuan untuk melipatgandakan satu serangan dan menciptakan medan tekanan di sekeliling tubuh Garrand.
Sebelum menyadari cara keluar dari puluhan rantai mara bahaya ini, Kairos sudah lebih dulu menjadi sangkar bagi proyektil berlistrik. Tubuhnya mengejang hingga sulur-sulur perban dan proyektil lainnya ikut bersarang.
"Mati."
Seorang wanita berucap yang berikutnya suara itu tersalur ke penutup wajah peserta lainnya. Sepertinya benar ada pemancar suara di balik penutup wajah ini dan pemilik suara ini adalah Nona Caitlin. Benar adanya bahwa seseorang di balik zirah logam itu adalah seorang wanita.
Dalam pertarungan antar muka ini, kembali pada prinsip penyerang pertama yang bertindak cepat serta tepat adalah calon besar peraih kemenangan. Terlalu banyak berpikir ketika pertarungan dimulai bukanlah hal bagus. Maka, Kairos harus gugur. Ia mati. Korban pertama.
Tubuhnya mulai membengkak dengan cepat karena terisi air bertekanan tinggi dari dasar laut. Sepertinya medan pelindung anti tekanan air sudah sirna sejak kematiannya terjadi. Tubuh Kairos pun pecah bagai balon yang meletus.
Karena ingin keluar dari situasi yang baru saja ia lihat, Relima, si masinis yang memasang wajah panik, pun segera menunduk dan bersiaga di dalam keretanya. Dari dalam kereta tambang tersebut muncul tiga robot kecil. Mereka mulai melakukan sesuatu hingga roda keretanya berputar. Tiba-tiba saja sebuah rel secara ajaib muncul dan mengarah lurus tepat ke tempat Garrand.
Garrand pun menyiagakan tamengnya ke arah Relima berada. Tamengnya masih kokoh dalam genggaman, tidak jadi dilempar. Tidak seperti salah satu kejadian yang diprediksi oleh Kairos. Karena saat hendak melempar tamengnya, atmosfer yang berupa air ini menghambat pergerakan Garrand dalam menyiapkan tameng yang tersiap di punggungnya. Bila Garrand melempar tamengnya untuk serangan pertama, laju tamengnya akan berkurang sekitar dua puluh persen. Kurang efektif. Sadar akan hal itu, Garrand mengubah kuda-kudanya menjadi siaga bertahan.
Kembali pada Relima yang sempat berwajah panik. Kini ia mulai fokus menatap lurus ke depan dan melajukan keretanya. Sebuah kereta tambang setinggi satu setengah meter itu melaju cepat mengikuti relnya. Rel yang berada tempat di samping Garrand. Kereta itu hendak menabrak Garrand.
Menghadapi itu, tanpa pikir panjang, Garrand memampangkan tamengnya lebih kuat. Tak bergeming.
[Constant Fortrees]
Sebuah dinding cahaya berwarna emas pun tercipta. Lebarnya tiga kali dari tameng besarnya Garrand. Rel kereta di dekat Garrand pun terpotong dan buyar akibat tersentuh kilauan cahaya emas. Kereta yang melaju pun tak sempat berhenti apalagi menghindar. Dengan rel yang tersisa, kereta itu hanya dapat pasrah untuk menabrakkan diri.
Relima sang masinis hanya dapat menengadahkan gerigi besar dari atas kepalanya menuju ke arah depan—sebagai usaha terakhir untuk bertahan. Ia memejam mata untuk menunggu takdir. Akhirnya, dentuman hebat pun tak terelakkan. Kereta logam itu pun penyok lalu hancur lebur berkeping-keping beserta tiga robot mungilnya. Kilau cahaya emas tetap kokoh terpampang tanpa bergeming satu senti pun. Sang masinis kini jatuh tenggelam secara perlahan ke dasar laut bersama kepingan-kepingan logam keretanya.
Telah tersisa empat orang yang sedang melayang-layang di dalam atmosfer laut. Tubuh Garrand dan Caitlin yang dilengkapi zirah logam, membuatnya cenderung untuk berenang ke arah bawah agar dapat berpindah dengan cepat. Perenang paling lihai di tempat ini adalah Nona Vi. Ia merapatkan sulur-sulur perbannya membentuk sepasang sayap. Dari pada dipakai untuk terbang, di dalam air, sayap tersebut lebih dominan disebut mendayung.
[Angel Wings]
Vi berenang ke sana ke mari sebagai bentuk pengancaman kepada semua lawannya. Karena berenang cepat saja tidak cukup untuk membuat serangan fatal dan pertahanan lanjutan, ia pun mulai berenang cepat ke arah dasar laut. Hendak bersembunyi di balik puing-puing bangunan untuk melakukan serangan tersembunyi dan mendadak.
Naas. Saat hendak menyelip di antara puing-puing, sang penunggu lautan muncul untuk memangsa Vi. Sebuah ikan raksasa dengan cepat menerbangkan puing-puing tempat ia bersembunyi untuk menantikan kehadiran mangsa. Rahang yang berupa taring-taring pun sudah menganga lebar. Bahkan ngangaan ikan raksasa ini selebar dua kali dari tinggi tubuh Vi. Sang penunggu lautan menelan Vi bulat-bulat bersama juntaian belasan perban.
Ikan ini berwarna abu-abu gelap dengan kulit kotor yang dilapisi lumut dan lumpur. Tebal tubuhnya seukuran sebuah bus. Panjang tubuhnya berkisar lima belas meter. Setelah mendapatkan mangsa, ikan ini pun berenang rendah di atas puing-puing. Di dekat tempat ia sebelumnya bersembunyi.
Tiga peserta lainnya hanya dapat menatap kejadian super singkat tersebut. Ragu untuk berpijak ke arah peradaban yang tenggelam. Puluhan gelembung udara besar yang muncul dari balik puing-puing, melayang ke atas dengan cepat melintasi mereka. Namun zirah logam memaksa dua di antaranya untuk perlahan tepat jatuh tenggelam. Kaki Garrand dan Caitlin hanya mendayu-dayu untuk memperlambat gerak turunnya tanpa memasang wajah khawatir. Masih penuh keberanian dan fokus siaga. Hanya menahan pergerakan berlebih agar tidak menarik perhatian si ikan yang sedang berenang rendah mengitari sarangnya tersebut.
"Se...semua ini terlalu singkat!" Celetuk Khanza memecah kesunyian. Suaranya hanya bergema di balik penutup wajah para peserta.
Garrand dan Caitlin pun menoleh ke sumber suara. Suara dari orang yang mereka nilai sebagai petarung dengan suatu tipe. Tipe penakut? Bukan. Seorang penakut tidak akan mempelajari dan memiliki sebuah kemampuan atau jurus seperti yang dilakukan si kelabu ini saat awal pertarungan. Kalau jurusnya itu tercipta secara begitu saja seperti karena faktor keturunan contohnya, seorang penakut tidak akan dapat menggunakan jurusnya dengan lihai dan rapi seperti yang terjadi sebelumnya. Si kelabu Khanza juga tidak terlihat seperti seorang petarung tipe pemikir. Dia bertindak cepat namun tak dapat berbuat banyak setelahnya. Maka ada satu penilaian lain untuk orang seperti Khanza ini. Garrand dan Caitlin menilainya sebagai petarung tipe pemalas.
"Karena ini adalah pertarungan...," ucap Garrand, "Lebih tepatnya perkelahian. Ini bukanlah perang yang membutuhkan analisa bertahap dan memakan waktu panjang untuk dapat memenangkan dan mengakhirinya. Dalam perkelahian, begitu sudah dimulai maka selesaikan dengan cepat! Mengulur-ngulur waktu akan menunjukkan banyak celah dan kelemahanmu."
Garrand dan Caitlin saling memasang raut wajah haus darah dan ancaman. Sementara Khanza hanya melotot tidak siap.
"Ha...hanya saja ini terjadi terlalu cepat bagiku. Bisakah kita beristirahat... sejenak?"
"Kurasa aku tak membutuhkannya. Cukup selesaikan ini dengan cepat dan tepat." Caitlin menjawab dengan dingin.
"Pertarungan yang melibatkan individu dalam skala kecil namun memakan durasi panjang dengan ocehan yang berbelit-belit, ...hanya dilakukan oleh mereka yang suka berdongeng. Bukan beraksi." tegas Garrand.
Berbincangan yang hendak berakhir dengan pertarungan gesit pun terhenti akibat kegaduhan di dasar laut. Si ikan yang berenang dengan tenang tiba-tiba tersentak dan mengubah lajunya secara drastis. Garrand dan yang lainnya pun bersiaga terhadap serangan yang akan dilakukan si ikan raksasa. Namun saat lebih lama diperhatikan, ikan tersebut tidak memiliki maksud pasti dalam setiap gerakannya. Gerakan yang dilakukan secara acak itu lebih mirip erangan karena merasakan suatu kesakitan. Ikan itu baru saja diam di tempat sambil kejang-kejang.
໖໖໖
Ratusan gelembung udara pun melayang ke atas dari balik puing-puing yang runtuh dan tersapu oleh hentakan si ikan raksasa. Mulai dari gelembung yang amat kecil hingga yang sebesar tubuh orang dewasa. Gelembung udara ini sepertinya sudah terjebak bertahun-tahun dari berbagai cekungan dan rongga reruntuhan. Saat gelembung udara sudah tak ada lagi yang terlihat, suasana di dasar laut pun menjadi sepi kembali. Ikan raksasa sudah diam tak bergerak.
"A...apa ikan itu baru saja mati?"
Saat melihat lagi dengan seksama, dari dalam mulut ikan tersebut, muncul sulur-sulur perban putih berbaur dengan darah. Sulur-sulur tersebut bergerak menggeliat seperti sebuah tentakel yang sedang menarik benda di dalamnya. Gerakan perban tersebut terlihat seperti buih atau serangga berkaki banyak yang keluar dari dalam mulut mayat ikan yang menganga. Jijik. Geli. Sekaligus menandakan pemilik perban itu adalah sosok entitas yang berbahaya.
Garrand dan Caitlin pun bergegas menghampiri entitas penuh perban yang dikenal sebagai Nona Vi. Mereka menyelam dengan cepat terlebih ditambah bobot zirah besi keduanya dan saling tak mengacuhkan satu sama lain. Di dasar sana ada musuh berbahaya dan saat ini sedang lengah karena masih dalam usaha keluar dari dalam perut ikan raksasa. Garrand memiringkan tamengnya sebagai ujung seluncuran dengan posisi sebisa mungkin tidak menghambat lajunya. Sementara Caitlin meluruskan cakar besar di tangan kanannya agar dapat sesegera mungkin untuk mencengkeram lawan.
[Overdrive]
Caitlin melaju jauh lebih cepat dari Garrand. Petarung cekatan itu tidak mau meninggalkan sedetik pun kesempatan untuk membunuh lawan. Caitlin yang melaju sangat cepat, berhasil mendaratkan cakarnya ke punggung Vi hingga tembus ke dada. Menewaskan seketika gadis berselimut perban. Yang akhirnya, gadis itu pun mulai terpengaruh tekanan dasar laut dan membuat tubuhnya pecah.
Lautan biru bersimbah darah.
Kaki Caitlin segera mengambil kuda-kuda mendarat. Hentakan kaki akibat lajunya pun membuat pasir bertebaran dan menyembunyikan Caitlin di balik keruhnya air dan lumpur bercampur merah darah Vi. Sementara itu, Garrand tinggal beberapa meter lagi akan menyentuh dasar laut. Sedikit menjauh dengan dari posisi Caitlin berada. Garrand tidak berhenti melaju agar dapat menyentuh permukaan pasir. Hingga sesuatu bersidar di balik keruhnya laut.
[Gravity Drive]
Caitlin merentangkan cakar di tangan kanannya. Lengannya pun menyala biru. Sangat terang hingga dapat terlihat bersinar di balik kepulan lumpur. Cahaya biru tersebut adalah perangkat pengendali gravitasi yang dapat menarik segala benda untuk mendekat ke arah Caitlin.
Sadar lawannya sedang bertindak, Garrand pun juga mulai melakukan perlawanan dengan segera. Tubuhnya masih melaju untuk menyelam. Saat sampai di dasar laut, Garrand tidak berhenti. Kakinya masih tepat berada di atas, membentuk sikap handstand. Berikutnya Garrand meletakkan tameng emas di tangannya ke arah permukaan pasir. Bagian cekung tamengnya berada di bawah membuat seakan tameng ini digunakan secara terbalik.
[Strikebash]
Garrand memukul lurus tamengnya dengan kekuatan hentakan yang teramat dahsyat. Bagian cekungan pada tameng membuat air yang terdorong, menyimpan tekanan lebih. Arus air yang amat lebar sampai terlihat ketika pukulan dihempaskan. Dan saat tamengnya menyentuh permukaan pasir, dentuman hebat terjadi.
Sebuah hembusan arus air akibat tekanan tinggi, menerbangkan seluruh pasir dan gelombang ombak ke seluruh arah di sekeliling Garrand. Dorongan ombak di dalam laut itu pun mencapai tempat berdirinya Caitlin yang tidak jauh dari pusat dentuman. Wanita berzirah logam pun terhempas bersama ombak yang tak terlihat lalu terhenti dengan membentur puing-puing bangunan. Gelembung-gelembung udara kembali bermunculan dari balik puing-puing. Termasuk gelembung-gelembung kecil dari tepat Garrand berpijak. Di mana pijakannya kini adalah berupa dinding lebar yang terlihat setelah lumpur pasir bertebaran akibat serangannya.
Setelah mengetahui lawannya kini dalam kondisi lumpuh untuk beberapa saat, Garrand mencari posisi keberadaan satu lawan lainnya, Si kelabu Khanza. Ia mencarinya ke seluruh sudut dari tempatnya berdiri. Akhirnya di dapati, si petarung tipe pemalas ini hanya menyaksikan semua pertarungan gesit yang terjadi. Tak butuh waktu untuk lama dapat menemukan di mana Khanza berada. Si kelabu sedang berdiri di sebuah puing-puing, menyenderkan tubuhnya yang lemas.
Khanza hanya diam menenangkan diri.
"Pertarungan luar biasa, ha..ha.." Khanza tertawa hampa. Ia sendiri tak menyangka pertarungannya akan segesit ini, yang sama sekali bukan keahliannya.
Ia pun melihat ke daerah sekitar. Melihat tentang mayat ikan raksasa. Noda darah Vi yang mulai lenyap. Puing-puing logam kereta milik Relima, dan lumpur yang masih mengeruhkan tempat Caitlin berada. Lalu terakhir dia melihat Garrand yang hanya berdiri siaga. Garrand baru saja menggunakan kemampuannya. Pasti butuh jeda waktu untuk dapat bertindak kembali.
Melihat suasananya sudah cukup tenang dan cukup nyaman bagi Khanza untuk bertindak, Khanza pun memulai aksinya.
[Kamaitachi]
Tanpa ragu, Khanza langsung melancarkan jurus pamungkasnya. Kemampuan untuk menciptakan tiga buah pusaran angin. Namun karena di dalam laut, pusaran itu terlihat menjadi tornado air yang menjulang tinggi ke atas. Tiga pusaran yang saling berdekatan itu pun bergerak maju dengan cepat ke arah Garrand. Hingga suatu piringan emas melaju lebih cepat, tepat ke arah perut si zirah emas.
໖໖໖
Caitlin yang tubuhnya dipenuhi zirah logam mekanik pun sampai terhempas karena arus ombak yang tercipta dari dentuman bertekanan tinggi. Di sekitarnya masih keruh karena lumpur. Di puing-puing tempat ia bersandar, saru-saru bertebaran beberapa potongan logam-logam penyok dari kereta tambang. Di antara lempeng-lempeng logam tersebut, ada sebuah gerigi besar berwarna emas tergeletak di atas pasir. Gerigi bulat ini panjang diameternya mencapai satu meter. Cukup mirip dengan tameng emas milik Garrand. Melihat benda ini, membuat Caitlin ingin membalas serangan milik Garrand.
Ia pun menggenggam lubang di poros gerigi tersebut dengan tangan kanannya. Saat hendak mengangkat atau setidaknya menggeser piringan ini, luar biasa berat sampai Caitlin tak sanggup menggesernya barang satu mili pun. Caitlin kini mencoba dengan dua tangan. Masih juga tak sanggup menggesernya. Tentu saja tak bergeser. Kekuatan manusia biasa tak akan sanggup menggerakkan gerigi ini yang beratnya diduga melebihi seratus kilo. Sangat berat untuk dapat membuat isi perut Garrand terbuyar setelah menabrak piringan ini.
[Power Maximum Drive]
Sendi-sendi zirah milik Caitlin mulai mengeluarkan buih-buih udara. Sesuatu seperti motor sepertinya sedang bekerja di sistem mekanik zirahnya. Bara merah sempat terlihat menyala di bagian pelindung perut. Sistem mekanik untuk memperkuat kemampuan fisik Caitlin.
Ia pun menggenggam gerigi Relima dengan sekuat tenaga, mengokohkan kuda-kuda, lalu mengencangkan otot-otot mekaniknya. Terangkat. Piringan emas ratusan kilo itu terangkat. Bahkan pasir dasar laut tak kuat menahan bebannya hingga membuat cekungan. Caitlin siap dengan ancang-ancangnya untuk melempar.
Tiba-tiba saja pandangan keruh ini mulai cerah. Lumpur-lumpur mulai sirna karena terhisap tiga tornado yang bergerak ke arah Garrand. Kesempatan bagus! Pria zirah emas sedang tidak fokus ke arah dirinya. Caitlin pun melemparkan gerigi di genggamannya dengan sekuat tenaga.
໖໖໖
Saat sebuah gerigi emas terlontar ke arah dirinya, Garrand merasakan sesuatu yang janggal dari lajunya. Untuk menghapus rasa khawatirnya, Garrand hendak melakukan pertahanan penuh. Dan sebisa mungkin mengambil memanfaatkan dari keadaan genting ini. Ia pun segera memampangkan tameng emasnya dengan sudut tertentu.
[Constant Fortrees]
Sebuah dinding cahaya emas pun tercipta. Perisai sihir berdiameter raksasa. Kilauan yang memantulkan berbagai macam serangan yang datang.
Gerigi yang melesat cepat itu pun membentur tameng cahaya milik Garrand dengan sangat kuat. Saking kuatnya, gerigi tersebut masih terjaga kecepatannya sehingga masih dapat melaju kencang setelah pantulan. Arah laju pantulan gerigi ini tidaklah sembarang. Garrand juga memperhitungkan sudut kemiringan agar hasil pantulannya bergerak ke arah Khanza berada.
Sungguh benar dugaan Garrand, gerigi yang ia kenal sebagai benda yang selalu melayang di atas kepala Relima itu bukanlah piringan logam biasa. Logam itu pasti memiliki bobot super besar. Bahkan tornado saja dapat ditembus olehnya. Gerigi itu pun tetap melaju lurus dalam jalurnya.
Piringan emas itu meluncur tepat ke tempat Khanza berada. Si kelabu tak dapat mengelak akan kehadiran gerigi tersebut yang tiba-tiba muncul dari balik kepulan tornado. Sesaat setelah menyentuh perut Khanza, tubuhnya pun lepas terbelah dua oleh benda tumpul itu. Seluruh organ di dalam perutnya pun membuyar dan tertancap di dinding puing bersama gerigi tersebut. Tornado pun perlahan menghilang dan memperlihatkan dengan jelas sebuah tubuh yang kembali pecah akibat tekanan air di dasar laut.
Garrand pun memalingkan pandangannya ke arah gerigi emas itu berada. Ditemuilah Caitlin yang sudah berdiri kokoh. Nona berzirah logam ini mulai memijat-mijat zirah logam miliknya. Sebuah potongan logam pun lepas. Satu per satu. Satu per satu. Satu per satu. Caitlin mempreteli zirah logamnya yang amat tebal itu.
໖໖໖
Alasan Caitlin membongkar zirahnya dikarenakan tenaga mekaniknya sudah habis terpakai untuk melempar gerigi emas yang ditemuinya. Sejak menggunakan [Power Maximum Drive] untuk melipat gandakan kekuatan mekaniknya, Caitlin punya cukup banyak waktu untuk menjadi manusia super yang mampu mengangkat bobot seberat 200kg. Namun tetap tidak sanggup mengangkat geriginya, yang berarti bobot gerigi itu lebih dari kapasitas kemampuannya.
Gerigi ini akan menjadi senjata mematikan  dikarenakan bobot luar biasa yang terkemas hanya dalam bentuk piringan yang tak begitu tebal. Cukup untuk menembus perisai emas milik Garrand. Agar dapat mengangkat benda ini, Caitlin menggunakan kekuatan ekstra hingga akhirnya berhasil mengangkat dan melemparkan dengan cepat gerigi tersebut. Dengan kompensasi, tenaga dari baju zirahnya berkurang amat drastis dan tak bertahan lama. Namun apa boleh buat, gerigi itu akhirnya malah bersarang di perut orang lain. Maka kini jadilah, zirah yang membuat hanya bobot dirinya bertambah. Ia pun melepasnya.
໖໖໖
Pertarungan jarak dekat, pikir Garrand. Ia pun menuruti tantangan Nona Caitlin. Garrand menjatuhkan tameng emasnya begitu saja. Begitu juga dengan zirah emas yang melapisi tubuhnya. Logam-logam emas dan logam-logam baja mulai berjatuh agak lambat di dalam air, berdebum pelan di atas permukaan dinding batu yang menjadi pijakan. Kini tubuh mereka sudah bebas dari beban-beban yang tak lagi diperlukan. Buih-buih gelembung udara yang kecil masih terhias dari retakan kecil pada alas batu di bawah kaki Garrand.
Di balik zirah emasnya, hanya ada sehelai potongan kaus berwarna merah yang ketat. Garrand  pun mulai melakukan perenggangan otot dan memasang kuda-kuda. Otot-otot kekarnya kini terlihat hampir seluruhnya. Begitu berlekuk dengan detailnya. Begitu bulat. Begitu berurat. Gelar 'Benteng tak terhentikan' rupanya tetap tergambarkan melalui tubuhnya yang tanpa zirah dan tameng emas sekali pun.
Caitlin juga mulai melakukan kuda-kuda. Tanpa perenggangan otot. Karena di balik zirah logam itu, masih ada logam lainnya. Seakan wanita petarung ini adalah seonggok manusia logam. Logam ini bukan hanya melapisi sisi terluar kulitnya tetapi sampai ada yang menempel atau bahkan logam tersebut yang selimuti ditutupi oleh kulit. Di tangan kanannya masih terpasang kuku logam yang cukup besar bila dibandingkan dengan tubuh kurus penuh logamnya.
Persenjataan yang tidak seimbang? Tidak fair? Itu tak masalah bagi Garrand. Karena Garrand juga berpikir, untuk bertarung di dalam air ini, menggunakan zirah dan menambah bobot tubuh justru akan mempersulit lajunya. Garrand tetap menantang dengan persenjataan yang ia miliki saat ini. Otot-otot tubuhnya, pengamatan, teknik bertarung, dan sepasang pakaian dari kain.
Caitlin mulai bergerak maju lebih dulu.
Garrand pun menjemputnya.
Cakar Caitlin lekas menghulu.
Namun Garrand melayang menghindarinya.
Caitlin memutar lengan seraya mencakar.
Garrand  lantas menangkap dengan lengan kekar.
Namun cakar itu tetap sanggup melingkar.
Luka merah di bahu kiri pun memekar.
Garrand menempohkan punggung seraya mengunci sang lawan.
Gadis dalam kuncian diam bagai tawanan.
Terpelantinglah lengan logam dan sendi lainnya.
Si Manusia kaleng tak kokoh seperti kelihatannya.
Caitlin pun terputar-putar dalam laut sebelum akhirnya mendarat di dasar. Namun bantingan tak akan cukup untuk menghentikan lawan di dalam air. Meski pergelangan tangan kanannya sudah patah. Ia tak dapat lagi mengencangkan sendi-sendi di jarinya untuk mencakar. Dari posisi rebahnya kini, Caitlin menendang wajah Garrand yang berada di atas kepalanya. Namun si benteng otot segera memalingkan wajah untuk menghindarinya. Kaki berbalut logam pun melintas di samping wajah Garrand.
Garrand segera menangkap kaki itu. Lalu ia berbalik badan, memunggungi Caitlin. Menahan segala perih dari luka di bahu kiri, Garrand berdiri dengan sikap kuda-kuda di atas alas batu. Kedua tangannya menggenggam erat kaki kanan Caitlin—yang disandarkan ke atas bahu kanan Garrand. Membuat lutut hingga kepala Caitlin hampir lurus diagonal ke arah bawah.
Garrand pun membanting Caitlin dengan kaki logam sebagai poros putarnya. Kepala Caitlin pun terayun cepat di air membentuk jalur melingkar. Saat kemiringan tubuh Caitlin mencapai sudut empat puluh lima derajat, Garrand mendorong kakinya hingga melayang. Garrand pun segera memutar tubuhnya ke depan hingga kedua kakinya berhasil menjepit leher Caitlin. Membentuk posisi saling terbalik.
Caitlin memunggungi Garrand. Kedua tangan Garrand memegang kedua kaki Caitlin. Lalu kedua kaki Garrand menjepit leher Caitlin. Garrand siap mengakhiri pertarungan ini.
Bila menggunakan bantingan dan pukulan dalam pertarungan bawah laut, tidak akan efektif. Kecepatan pukulan dan daya banting akan turun karena hambatan di air lebih jauh besar dari pada hambatan di udara. Terlebih lawannya adalah seonggok logam yang tahan gebuk. Maka untuk menyelesaikan ini, Garrand hendak memiting lawannya. Dan mungkin bukan gerakan memiting yang biasa.
[Strikebash]
Kemampuan melipatgandakan kekuatan pada satu serangan. Tinggi badan Garrand berkisar 186cm sementara Caitlin berkisar 180cm. Terlebih kaki Garrand berada di leher Caitlin sehingga dirinya lebih membungkuk ketimbang lawan yang dalam genggaman. Dan apa jadinya bila Garrand dengan kekuatan penuh—berlipat ganda tepatnya, berusaha untuk membuat tubuhnya menjadi tegak?
Bunyi beberapa jentikkan pun tak terelakkan. Entah berapa banyak bunyi yang terjadi. Selain terlalu senyap karena di dalam laut, bunyi-bunyi itu pun pada saat yang hampir bersamaan. Bisa saja Garrand meneruskan gerakannya hingga kepala Caitlin terlepas sekalian dari sendinya. Namun ia tak mau membuat dirinya menjadi seorang psikopat di dalam dunia lain seperti ini.
Garrand pun menghela nafasnya, menenangkan diri dan melepaskan lawannya perlahan. Ia melihat kepergian Caitlin yang hanya melayang lemas tak sadarkan diri di air. Beberapa minyak hitam keluar dari sela-sela sendinya. Mayatnya tidak pecah seperti kebanyakan lawan sebelumnya. Mungkin karena hampir seluruh tubuhnya keras dari logam atau luka yang membunuhnya hanyalah berupa patah tulang dan putus saraf tanpa ada lubang atau sayatan—sama seperti cara wafatnya Nona Relima si masinis.
Tubuh wanita berbalut logam itu pun terus tenggelam hingga akhirnya manusia logam ini terbaring di atas alas batu yang masih berbuih kecil. Dengan santai, Garrand pun berenang menghampiri tameng dan zirah emasnya yang tergeletak. Bahu kirinya masih menyemai warna merah ke dalam laut. Suasana di dasar laut menjadi benar-benar sunyi. Mungkin ikan-ikan penghuni tempat ini sudah lari ketakutan melihat pertarungan berbahaya. Hanya puing-puing bangunan dan buih-buih udara yang menjadi penghias selain keberadaan satu-satunya benda paling berkilau di dasar lautan ini. Zirah dan tameng emas Garrand memberikan nuansa damai tersendiri di tengah biru dan hanya birunya laut serta kegelapan abadi di kejauhan sana.
...Menunggu tubuhnya bersinar dengan cara yang sama seperti dia datang. Begitu juga dia pergi. Hilang di balik cahaya. Garrand bisa merasakannya. Suatu energi yang hadir ke arah dirinya.




໖໖໖

Ke arah dirinya?
Garrand pun bergegas mendorong dirinya sekuat tenaga agar bergeser dengan cepat dari tempatnya berdiri saat ini. Pokoknya harus berpindah tempat secepat mungkin dari titik koordinat ini. Titik koordinat yang telah menjadi target serangan musuh. Garrand memilih untuk melompat ke arah kiri.
Tapi siapa?
Saat Garrand membalikkan diri untuk mencari dari arah mana tepatnya serangan itu datang. Dan siapa penyerangnya. Dan berhasil ia lihat. Sekelibat. Hanya sekelibat saja. Hingga sesuatu piringan emas yang berputar dan melesat cepat berhasil mengenai lengan kanannya. Lengan terkuat milik Garrand. Patah. Tulang lengan kanan Garrand baru saja patah menjadi dua hanya karena sedikit sentuhan dengan piringan emas. Piringan emas yang merupakan sebuah gerigi. Benda berat yang sebelumnya berhasil ia tangkis.
Rasa ngilu dan sakit yang teramat sangat pun langsung menjalar ke seluruh tubuh Garrand. Membuat pria kekar ini merasa lemas seketika sampai dapat beradaptasi dengan rasa sakitnya. Garrand pun mengencangkan otot kakinya untuk mendarat. Rasa lemasnya sudah berubah menjadi erangan dan menegangnya banyak otot untuk menahan rasa sakit.
Setelah melihat ke mana arah gerigi emas itu melaju, Garrand segera menyilangkan pandangannya ke arah gerigi itu datang. Ia terkejut melihat sosok gadis yang masih dapat berdiri tegak—yang seharusnya sudah mengalami banyak patah tulang.
Relima si masinis berdiri siaga.
"Heran, ya?" ledek si masinis perempuan dengan tersenyum. Berlagak manis.
Garrand hanya dapat menanar hampa.
"Uuuh. Padahal sedikit lagi kena perutmu! Rupanya instingmu bagus juga, Tuan."
Mengesampingkan rasa herannya, Garrand bersyukur hanya lengannya saja yang kena. Bila gerigi emas itu sampai menggores sedikit saja perut ataupun pinggangnya, pasti di tubuhnya sudah tercipta lubang. Berikutnya lubang tersebut menjadi jalan masuknya air laut yang siap membanjiri rongga perut. Lalu semua organ dalam tubuhnya akan terganggu bahkan berhenti bekerja. Hasil akhirnya Garrand akan mati lalu tubuhnya pecah buyar seperti lawan-lawan sebelumnya.
Mengerikan.
Garrand pun melihat gadis berseragam biru ini memainkan jari telunjuknya. Diayunkannya jari itu, hingga gerigi emas di kejauhan sana, melayang pelan. Terbang ke arah Relima berada. Gerakannya tak begitu cepat. Sepertinya hanya sebuah teknik untuk membuat gerigi tersebut kembali kepada sang pemilik. Tak bisa membuatnya terlontar secepat sebelumnya dari jarak jauh.
Namun Garrand tetap harus waspada pada laju gerigi itu. Bisa saja gerakan lambat itu adalah tipuan atau sewaktu-waktu gerigi berat itu dijatuhkan begitu saja. Entah berapa berat pastinya, Garrand tidak tahu. Yang jelas tertimpa gerigi itu cukup untuk dapat membuat tubuhnya remuk meski tertimpa karena laju jatuhnya saja, tanpa daya dorong sekalipun.
Sambil menunggu geriginya sampai pada pemiliknya, si masinis kembali berbicara.
"Hunn... Sebenarnya aku suka dengan betapa beratnya gerigi emasku ini sehingga bisa menjadi senjata yang amat berbahaya. Tapi karena saking beratnya, jadi lambat untuk dikendalikan. Ayoo~ gerigi. Lekaslah sampai."
Mendengarkan ocehan si masinis yang sok manis, Garrand hanya terduduk di atas alas batu dan menahan rasa nyerinya. Rasa penasaran juga masih menghantuinya. Ia tidak tahu sehebat apa kekuatan si gadis di balik tingkahnya itu.
Perlahan Garrand hanya bisa mengambil sabuk merah di pinggangnya dengan tangan kiri. Rasa sakit di bahu kirinya yang masih berdarah tidaklah seberapa dengan lengan kanan yang mengayun lemas karena tulangnya patah. Secara perlahan pula, Garrand menggulungkan sabuknya di lengan yang patah. Rasa sakit yang sangat mulai menghujani. Penutup kacanya pun mulai dibanjiri keringat. Meski memiliki suatu sistem untuk mengeringkan uap air dari nafas, sepertinya tidak cukup untuk dapat mengeringkan jumlah keringat yang tercucur begitu banyak. Setelah berhasil digulung, kini sabuk panjangnya diikatkan ke depan perutnya agar dapat diam dengan kokoh dan memberi nyeri teramat sangat ketika Garrand mulai bergerak nanti.
"Pasti sakit, ya? Seharusnya tidak usah menghindar tadi. Biar lekas usai. Pemandangan di dasar laut lama-kelamaan jadi menyeramkan. Aku sudah cukup puas melihat-lihat. Rasanya ingin segera pergi dari sini."
"Bagaimana bisa kau selamat dari tabrakan kereta itu?" Garrand bertanya dengan serius sambil mengencangkan simpul ikatan terakhir.
"He... Masih penasaran ya? Hehehee... Begini Tuan... Tuan siapa namamu tadi?"
"Garrand. Garrand Entrenchord."
"Ya, ya. Tuan Garrand. Benda berat dan kokoh itu mampu meredam getaran lho. Semakin berat dan kokoh, semakin besar meredam getaran yang ada. Eh? Kamu juga pakai tameng, kan? Seharusnya kamu paham itu. Waktu Relima menabrakkan diri ke arah tamengmu yang berkilau-kilau luas itu, kamu pasti tidak melihat kalau Relima bukan mati terbentur melainkan berlindung di balik gerigi emasku ini. Gerigiku ini sangat berat lho. Makanya benturan sehebat itu tak dapat membuatnya bergeming. Kamu tahu tidak berapa beratnya? Beratnya mencapai lima ratus kilo lhoo~ setengah ton!"
Mendengar itu, Garrand tercengang. Tameng emas miliknya hanya seberat tiga puluh kilogram dan sudah cukup untuk membuat tulang remuk saat dipukulkan ke arah lawan. Bukan hanya itu, hal lain yang membuat Garrand makin terhenyak adalah posisi keberadaan gerigi itu saat ini.
Gerigi itu tepat berada di atas kepala Garrand. Sepuluh meter jaraknya.
"Hehehe..." Relima tersenyum riang.
Tak lama, gerigi itu mulai bergerak kembali mendekati ke tempat Relima berada.
"Tidak, tidak. Relima tidak akan sebodoh itu melakukannya. Tuan Garrand pasti bisa menghindarinya kalau cuma sekedar benda setengah ton sedang jatuh tepat di atas kepala. Oh iya! Aku mau lanjut bercerita! Setelah kereta Relima penyok semua, sebel sih, Relima pun pura-pura pingsan. Habis aku takut melihat kalian semua gencar sekali dalam saling serang. Makanya aku menenggelamkan diri ke dasar laut. Gerigiku beratnya setengah ton sih, jadi cepat sampai ke bawahnya. Habis itu, Relima bersembunyi deh."
Satu lagi petarung tipe pemalas.
"Terus kamu tahu tidak? Pas sudah sampai di bawah, tiba-tiba si Nona bersayap terbang menghampiriku lho! Sepertinya dia curiga karena dia melihat kejadian tabrakan itu dengan jelas. Wah, Relima takut ketahuan! Untung sudah sempat bersembunyi di balik batu-batu. Karena terlalu fokus mencari keberadaanku dia jadi tidak sadar kalau di belakangnya ada ikan raksasa lalu dimakan deh. Aku selamat."
Petarung tipe pemalas yang suka berdongeng.
Dalam curahannya itu, Relima pun berhasil mendapatkan geriginya kembali yang mendarat di ujung jari telunjuknya. Ia pun membuat geriginya berputar-putar dalam poros.
"Mari kita sudahi pertarungan ini." nadanya mengancam dengan senyum manis yang merekah.
Garrand mulai menatap tajam dan menganalisa semuanya sedari tadi. Ia melihat cara berdiri Relima yang sama sekali tak mengenal kuda-kuda. Padahal nadanya mengancam tapi pose tubuhnya sama sekali bukan tipe seorang petarung. Gadis berseragam biru itu masih terlalu hijau dalam pertarungan. Dia sanggup memegang gerigi seberat setengah ton dengan satu jari. Bukan karena kekuatan fisik, itu adalah salah satu telekinesis yang ia miliki. Terlihat dari postur tubuhnya, dia adalah tipe petarung pemalas yang memiliki kemampuan sejak lahir. Bukan karena terlatih atau melatih diri. Berarti satu hentakan tameng Garrand sudah cukup untuk membuatnya terkapar. Hanya saja sulit baginya untuk bergerak banyak dalam kondisi ini. Ia harus melempar tamengnya.
Tapi bagaimana caranya Garrand melemparkan tamengnya dalam keadaan seperti ini? Itu yang jadi masalah.
Jaraknya kini sekitar dua meter dengan tamengnya. Itu tak masalah. Tangan kanannya patah dan sedikit ngilu. Cukup mengganggu pergerakan memang. Berarti kesempatan Garrand adalah melempar tamengnya dengan tangan kiri. Tapi bahu kirinya sedang terluka dan berdarah. Namun itu juga tidak terlalu masalah. Masalah utamanya adalah air laut. Ayunan tangan Garrand nanti pasti berkurang karena hambatan air ditambah luka yang di derita. Dan lontaran tamengnya sendiri juga akan terhambat air.
Diperhitungkan semua ini akan mengurangi kecepatan tamengnya sebanyak enam puluh persen. Itu tidak bagus.
Relima mulai mengambil ancang-ancang melempar dengan satu jari.
Garrand terpojok! Itulah yang dipikirkan oleh Relima.
Sebenarnya Garrand lengkap persiapannya. Solusi untuk Garrand agar dapat keluar dalam masalah ini sudah terpikirkan sejak lama. Yakni sejak Relima mengoceh panjang. Gerigi itu seberat ratusan ton pun tidak masalah baginya. Garrand sudah siap menjalankan aksinya.
Gerigi emas itu pun dilempar.
Garrand menanggapi dengan melebarkan telapak tangan kirinya.
Gerigi emas itu pun  terlontar.
Garrand memanggil tameng emasnya.
[Golden Glaze]
Cahaya emas sekelibat menghampiri tangan Garrand lalu terciptalah tameng emas yang kokoh di lengannya. Relima terkaget melihat tameng emas itu sudah bersiaga di tangan penggunanya dalam sekejap.
Dengan segera Garrand memosisikan tamengnya secara terbalik. Bagian cekung menghadap ke depan. Dan saat Gerigi itu sudah mendekat dia menggunakan kemampuan pertahanan terkuatnya.
[Constant Fortrees]
Kilauan emas pun tercipta, membuat cekungan besar seperti tutup kendi raksasa. Gerigi yang berat dan melaju cepat itu pun membentur pertahanan konstan milik Garrand. Lalu dentumannya membuat gerigi itu terpantul ke arah bawah. Ke arah alas berbatu tempat Garrand berpijak. Dan melubanginya.
Dari lubang besar yang tercipta, munculnya sekumpulan udara bervolume besar. Itu adalah udara yang terjebak di dalam rongga bangunan selama bertahun-tahun dan tidak bisa keluar. Di dalam air, udara akan bergerak ke atas, tidak bisa ke bawah. Atap batuan yang rapat, tak memberikan jalur keluar baginya. Dan kini Garrand baru saja memberi jalan kebebasan bagi udara tersebut.
Mangkuk cekung yang tercipta dari kemampuan Garrand, membuat udara ini berkumpul di satu titik besar. Setelah perisai kontannya hilang, Garrand pun diterpa gelembung udara yang melebihi lebar tubuhnya. Ia masuk dan tepat berada di tengah udara bebas. Dorongan udara yang bergerak ke atas ditambah bobot Garrand dan tamengnya, menciptakan gravitasi nol untuk Garrand.
Ini adalah momen yang tepat.
[Strikebash]
Garrand kini hanya memiliki waktu sepersekian detik untuk melancarkan aksinya. Tanpa pikir panjang dan tanpa perlu membidik dengan lama, Garrand sudah mengayunkan tameng emas besarnya. Kekuatannya kini berlipat ganda. Sakit di sekujur tubuh bukan apa-apa bila hanya karena gerakan sesaat ini. Meski udara memberi hambatan dalam gerakannya tetapi hambatan ini tidaklah sebesar hambatan karena air.
Tamengnya pun meluncur cepat di dalam gelembung udara. Menembus dinding sang angin. Menuju arus perut laut. Kecepatan tameng yang melaju dengan luar biasa sampai membawa ribuan buih udara bersama lajunya. Memberikan jejak angin di sepanjang jalur yang ditempuh.
Sementara itu, Relima hanya dapat melihat kejadian yang begitu cepat ini dengan ternanar. Dalam satu kedipan matanya, tameng yang dilempar Garrand sudah tiba tepat di depan wajahnya. Menghancurkan penutup wajah beserta wajahnya. Mengakhiri nyawa si masinis yang berlagak manis.
Tak lama setelah itu, Garrand bisa merasakan kehadiran energi portal yang sebenarnya dari dalam dirinya. Gerbang yang akan menuntunnya kembali menuju pertarungan yang mungkin lebih sengit dari ini. Yang ia tatap kini hanyalah putih. Ia ingin merasakan ketenangan di dalam cahaya putih ini.
Sama seperti dengan cara ia datang. Begitu juga cara ia pergi. Garrand menghilang di balik cahaya.
~End~

6 comments:

  1. berhubung ane gak pro soal eyd, plot dsb.. ane kritik bagian tertentu aja
    entry ini full wall text, benar-benar mengganggu sih. dominasi narasi membuat saya sedikit pusing. dan cara penggambaran adegan bertarung seperti :

    Caitlin mulai bergerak maju lebih dulu.
    Garrand pun menjemputnya.
    Cakar Caitlin lekas menghulu.
    Namun Garrand melayang menghindarinya.
    Caitlin memutar lengan seraya mencakar.
    Garrand lantas menangkap dengan lengan kekar.
    Namun cakar itu tetap sanggup melingkar.
    Luka merah di bahu kiri pun memekar.
    Garrand menempohkan punggung seraya mengunci sang lawan.
    Gadis dalam kuncian diam bagai tawanan.
    Terpelantinglah lengan logam dan sendi lainnya.
    Si Manusia kaleng tak kokoh seperti kelihatannya.

    gimana ngomongnya ya? intinya saya jadi keblinger pas menvisualisasikan adegan tersebut dalam otak saya

    Nilai 7 dr Nobuuhisa Oga

    ReplyDelete
  2. Dear All Readers,

    Note from the Author

    "Layoutnya mengalami error.. kalo tidak direpisi admin, coba baca melalui copas ke ms. word."

    ReplyDelete
  3. Dan untuk kenyamanan, buka link ini aja

    pesennya author garrand

    https://app.box.com/garrand-r1

    ReplyDelete
  4. The taste of this story is : strong and tasty, but too hard to chew. Like a madura goat satay if i you asked. :-)

    So, pertama-tama kosakata oke dan karakterisasi siph. Awalan sih fine tapi masalah dimulai ketika battle. Jika di breakdown ke bentuk poin-poin, plotnya seru, tapi jika baca langsung rasanya sulit membayangkan kebanyakan adegan.

    Plot bergerak cepat tapi narasi terlalu detail, baru membayangkan kedetailan adegan A tiba-tiba sudah disuguhi adegan B yang sama detailnya, lama-lama pembaca lelah baca entri ini, aku saja perlu tiga kali retry baca ini. Meski begitu kedetailan itu membuat situasi battle tergambar jelas.

    So i set 8 for your story.

    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete
  5. Kebetulan saya nggak terlalu masalahkan gaya sastranya, hanya saja, selain bbrp poin yg sudah disebut oleh yg lain2, battlenya terlalu chaos dan pemaparan siapa gebug siapa singkat sekali, saya jadi agak pusing ikutinya. 6 OC yg harus disorot spotlight di satu adegan bebarengan, awww...

    Haha, asal curhat aja, andai pas masuk battle dalam air sudah dikumpulkan jadi satu spt ini, kalau ada Vajra misalnya dia tinggal menghentakkan prana listrik ditambah mungkin pamungkas biar overkill. Semua peserta lain hangus kesetrum seketika, instant win. Yay. Lebih pendek dari entrinya Liona, wkwkwkwk.

    Skor: 7/10. OC: Vajra

    ReplyDelete
  6. Too. Much. Tell.

    Oke mungkin ini preferensi pribadi jadi bener" subjektif, tapi saya ga bisa ngunyah makanan yan kayak gini. Bukan masalah bikin bacanya lama atau susah dimengerti ceritanya. Justru sebenernya sederhana dan lancar aja. Tapi hampa. Kita cuma dituntun 'ceritanya gini lho' tanpa dinamika interaksi karakter, apa yan mereka pikirin, apa yang mereka rasain, pokoknya kejadiannya gini terus gitu aja, udah

    Belum lagi format battle royalenya beneran free for all, da tanpa fokus yang fix ini battle kayak rekaman kamera yang goyang" hebat jadi bikin ga jelas nontonnya. Pokoknya buat saya susah nikmatin model begini

    Dari saya 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete