25.6.15

[ROUND 1 - TEAM C] RELIMA KRUKRU - TRANSFORM!! KRUMARINE!!

RELIMA KRUKRU - TRANSFORM!! KRUMARINE!!
Penulis: Overlord HALL





==Dunia Wrockait, 6 tahun lalu==

Matahari tenggelam di ufuk barat, langit mulai bergradasi menjadi oranye, angin malam bertiup dan burung-burung kembali ke sarangnya. Di sebuah tebing, nampak Reli kecil sedang berbaring kelelahan di tanah. Bajunya kotor karena debu dan lumpur, aroma keringat yang bercampur tanah tercium dari gadis berumur 10 tahun itu.

Reli baru saja melakukan sebuah latihan masinis yang keras. Mangkuk kayu, sendok besi, sepasang sumpit dan sebuah genangan lumpur adalah alat latihannya. Ia harus mencapit sendok dengan sumpitnya, lalu perlahan-lahan menciduk lumpur dari tanah ke mangkuk kayunya. Sebuah tugas yang berat, pantas saja Reli kesusahan menjalani latihan ini.

Reli memejamkan matanya sejenak, mencoba melepas kelelahan latihannya yang dimulai berlangsung sejak fajar. Tiba-tiba Reli mendengar suara ranting yang patah, Reli membuka matanya seketika, ia langsung mendapati sesosok robot dengan mata merah melotot padanya.


"SIAPA BILANG KAMU BOLEH TIDUR?!"

"HHUUUWWAAAA!!! MAAASTEERR!!"

Bentakan kasar robot itu membuat Reli melompat dari posisi tidurnya dan kembali pura-pura latihan.

"A-Aku sedang latihan, Master Giro! A-Aku tidak tidur-tiduran! Aku berani sumpah!"

Master Giro –nama robot itu- menyilangkan tangannya seraya mengawasi latihan Reli dengan tatapan serius. Kekecewaannya terlukis jelas di wajah besinya.

Sosok Master Giro nampak seperti manusia kekar berkulit logam. Ia memakai sebuah topi masinis berwarna merah yang diputar ke belakang, sebuah kemeja berwarna merah ia kenakan dipundak layaknya sebuah jubah. Poin keren robot itu ditambah dengan tulisan Master  tercetak pada bagian punggung kemeja merahnya.

"Krukrukru~ Masa begitu saja kau tidak bisa, Reli? Kalau gitu kamu gak usah jadi masinis saja~"  ejek seorang gadis kecil berambut coklat mengintip dari belakang badan si robot. Usianya kurang lebih sama dengan Reli, memakai seragam biru pegawai stasiun bintang sama dengan Reli.

"Aku bisa! Lihat sa..!! GUEKH!!!" Reli salah memainkan sumpitnya, sendoknya melontarkan lumpur ke dalam mulutnya yang sedang sibuk membalas ejekan kawannya. Reli langsung melepehkan lumpur dari mulutnya, lalu meludahkan sisa-sisa lumpur yang tersisa.

"Ahahahaha!!! Dasar ceroboh!!" gadis berambut coklat itu tertawa geli melihat aksi Reli barusan. Ia memegangi perutnya yang kesakitan karena tertawa tak henti-henti.

"Ugh...!! Kau sendiri bagaimana?!?! Aku yakin kamu tidak ada bedanya denganku!!"

"Krukrukru~ Aku sudah selesai beberapa jam lalu, makanya guru mengizinkanku melihat latihanmu~"

"Iiiihhhh!! Sebel! Sebel!" Reli menjatuhkan punggungnya di tanah, lalu memukul-mukul dan menendang-nendang udara sebagai pelampiasan rasa kalahnya, "Buat apasih mainan sumpit seperti ini?! Ini gak ada hubungannya sama masinis!!"

Master Giro menggeleng-geleng melihat tingkah Reli yang kekanak-kanakan. Ia mengambil sumpit Reli dan mulai menunjukkan sesuatu yang menarik,"Coba lihat ini, Reli."

"Esensi latihanmu adalah kontrol dan keseimbangan, sangat berpengaruh pada sense pengendalian kereta di atas rel."

Robot itu mencapit sendok besi Reli dengan sumpit tanpa kesulitan sama sekali. Bahkan ia sempat memainkannya naik-turun bagai gelombang, tapi capitannya sangat stabil, seakan sendok besi dan sumpit kayu itu melekat layaknya magnet.

"Sumpit adalah perumpamaan lokomotif, sendok adalah seluruh keretamu, sementara lumpur adalah medan yang kamu hadapi. Walau sebenarnya dulu kami menggunakan bubur untuk latihan, tapi kami ganti dengan lumpur daripada buang-buang makanan."

Si master menciduk lumpur di dekat Reli. Gerakannya mulus, sempurna, tidak ada tanda-tanda kehilangan keseimbangan ketika sendok mulai membawa lumpur.

"Tugasmu adalah membawa sendok, menciduk, lalu meletakkan lumpur di mangkuk. Tiap tugas harus kau lakukan dengan kontrol dan keseimbangan berbeda, tapi menyeluruh."

Dengan mudahnya guru itu menuangkan lumpur di mangkuk Reli yang kosong. Kemudian kembali menciduk, menuang, melakukan siklusnya berkali-kali sambil meneruskan penjelasannya.

"Kau harus mengontrol keseimbangan ketiga elemen penting ini. Jangan hanya perhatikan sumpit di tanganmu, tapi juga sendok keretamu dan lumpur medannya."

Mendadak pergerakan tangan robot itu meningkat drastis seperti film yang di fastforward. Pergerakannya begitu cepat sampai-sampai menciptakan halusinasi after image, seakan tangannya membelah menjadi banyak. Hanya dalam beberapa detik mangkuk Reli menjadi penuh.

"Memang benar ini hal sepele, tapi jika melakukan hal sepele seperti ini saja tidak bisa apalagi hal besar seperti mengemudi kereta?"

"Waaauww!!" Reli bertepuk tangan melihat aksi gurunya barusan, "Guru keren sekali!! Sampai-sampai aku tidak bisa berkata apa-apa!!"

"Hehehe... Sudah jelas aku keren, lagipula mastermu ini adalah seorang Krukru kelas masinis," ucapnya dengan bangga sambil berdiri dan menyapu lumpur dari tubuhnya. Tiba-tiba ia menangkap sesuatu yang janggal dari kalimat Reli barusan.

"Tidak bisa berkata apa-apa...? EEEEHHHH BENTAR..! Itu berarti kamu gak ngerti apa-apakan?!?!" sahut Master Giro, bola matanya meloncat keluar dari lubangnya dan lidah robotnya menjulur panjang layaknya ekspresi kaget karakter kartun.

"Ah~ Ayolah, aku ini lebih pintar praktek daripada teori~"

"PRAKTEK SAMA TEORIMU SAMA-SAMA AMBURADUL!! PULANG SANA! MANDI!! Besok kita lanjutkan lagi!!"

"Hoooreee!!! Aku mau mandi di sungai sama buaya!!" Reli langsung melepas seragamnya dan berlari ria ke sungai terdekat tanpa sehelai benang di tubuhnya, siap untuk langsung melompat ke sungai.

"Eh, setan!! Udah pernah hampir dimakan masih gak kapok juga nih anak!!" Master Giro langsung mengejar  Reli yang sudah masuk ke dalam hutan.

Dari jauh terdengar teriakan Master Giro, "Bell, kamu pulang duluan saja ke stasiun!!"

Bell, gadis berambut coklat yang ikut dengan Master Giro tadi terdiam. Ia menggigit bibirnya sendiri sambil mengepalkan tangannya, "Kenapa...? Selalu saja Reli...?"


==Alforea, Saat ini==

Ah...
Laut Alforea...
Begitu biru...
Begitu indah....
Dan begitu basah...

Di permukaan laut yang tenang ini, berlayarlah sebuah kapal besar. Sejumlah katrol berat dan jaring ikan terlihat di atas dek, bisa diasumsikan bahwa ini adalah sebuah kapal pemancing ikan.

Tidak ada bendera yang berkibar padanya, tidak ada pula kelasi-kelasi yang berkeliaran di dek karena kapal dikendalikan dengan sistem auto pilot. Yang nampak hanya beberapa sosok peserta battle of realms di deknya. Beberapa dari mereka sedang bercakap-cakap dengan sesama peserta untuk meluangkan waktu perjalanan.

Panitia turnamen melarang pertumpahan darah diantara peserta selama perjalanan menuju arena pertarungan, jadi setidaknya mereka bisa bersantai sebelum tiba di tujuan. Meski begitu, mereka tetap saling waspada terhadap satu sama lain, mengetahui misi ronde ini adalah membunuh satu sama lain.

Sayangnya, itu adalah pengecualian bagi Relima Krukru, gadis calon masinis yang menjadi tokoh utama cerita ini. Dalam pikirannya yang polos tidak ada kecurigaan atau kewaspadaan sama sekali.

"Hmhmhm~ Lumba-Lumba~ Lumba-lumba~"

Reli dengan santainya bersenandung sambil memandangi laut yang membentang di sisi kapal. Matanya berkilau-kilau dengan penuh antisipasi, mengharapkan seekor lumba-lumba muncul dari laut.

Gear emas besar di atas kepala Reli melompat naik-turun, mengikuti suasana hati Reli yang penasaran, ingin melihat sesosok makhluk laut yang selalu ia dengar dari cerita para pelaut.

"Lumba-lumbanya sudah muncul, Reli?" tanya Krukru yang menemani Reli. Tidak seperti biasanya, saat ini hanya ada satu Krukru yang menjaga Reli, dua sisanya berkeliling kapal untuk mencari informasi tentang peserta lainnya.

"Belum...!" Reli menjawab dengan singkat, "Tapi mungkin sebentar lagi, menurut cerita yang kudengar lumba-lumba suka mengikuti kapal yang berlayar, bahkan sering menolong pelaut yang tenggelam!"

"Krukrukru~ Mungkin kita harus melempar makanan supaya mereka terpancing? Aku sudah nyiapin timun hijau buat dilempar ke laut lho~" si Krukru mengeluarkan sebuah kantong plastik berisi timun-timun segar, baru dibeli dari indom*ret tengah laut yang mereka lewati sekitar setengah jam lalu.

"Aku sudah coba, bahkan tiga kali! Tapi yang muncul malah seekor kappa, dia ngasih power berry lagi...," Reli melepas topi masinisnya, lalu menarik buah merah mirip apel dari dalam topinya dan menunjukkanya pada si Krukru.

"Kamu mau makan?" tanya Reli sambil menyodorkan buah itu pada Krukru di belakangnya.

"Krukrukru~ Daripada makan, aku lebih ingin melempar peserta lain dengan buah itu~"

"Wah... Itu apel ya? Boleh aku minta?" mendadak suara gadis yang lembut dan ramah menyapa Reli.

Reli langsung menoleh ke pemilik suara itu, seorang gadis yang tersenyum padanya sambil bersandar pada pembatas besi di sebelah Reli.

Gadis itu memakai syal putih dan topi telinga kucing, pakaiannya terututup, terdiri dari baju berlengan panjang dan celana yang juga panjang. Dilihat dari penampilan gadis itu, kurang lebih dia sebaya dengan Reli, mungkin lebih muda setahun.

"Boleh?" gadis itu bertanya sekali lagi.

"Em... Baiklah," Reli memberikan power berry miliknya tanpa perasaan berat sedikitpun, lagipula sejak awal ia tidak tertarik dengan buah merah itu.

"Terima kasih ya!" gadis bertopi telinga kucing itu mengambil buah dari tangan Reli dan memakannya dengan lahap.

Begitu selesai memakan buah pemberian Reli, gadis itu mengulurkan tangan sebelum memperkenalkan dirinya, "Aku Khanza, namamu?"

"Relima Krukru, Reli untuk pendeknya." Reli memperkenalkan dirinya, lalu menunjuk Krukru yang berdiri disampingnya, "Kalau yang itu Krukru, mereka adalah peri yang membesarkanku sejak kecil."

"Krukrukru~ Senang bertemu denganmu~" Krukru itu mengangkat topinya, memberi salam pada kenalan barunya.

Reli telah memperkenalkan diri beserta Krukrunya, tapi masih belum membalas uluran jabat tangan Khanza. Bukannya tidak sopan ataupun sombong, hanya saja Reli tidak mengerti apa maksud gestur itu. Di realm asalnya, tidak ada yang namanya jabat tangan.

"Um... mau jabat tangan?" tanya Khanza yang mulai merasa awkward, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, tapi tidak dibalas.

"Jabat tangan...? Apa itu? Baru kali ini aku mendengarnya," Reli bertanya balik, sebuah tanda tanya besar muncul di atas kepalanya.

"Hm... Singkatnya jabat tangan itu sebuah tanda persahabatan. Pertama aku ulurkan tanganku," Khanza kembali mengulurkan tangannya pada Reli, "Terus kamu ulurkan tanganmu juga sepertiku."

"Seperti inikah?" Reli mengulurkan tangannya, mengikuti gerakan Khanza.

"Betul! Sekarang, kita tempelkan tangan kita dan gerakkan ke atas bawah."

Reli menempelkan tangannya dengan tangan Khanza, lalu keduanya menggerakan tangan seperti instruksi Khanza tadi. Reli tersenyum, ia merasa gestur ini sangat lucu. Ia gerakkan tangannya dengan cepat ke atas bawah seperti anak kecil yang bermain salam-salaman.

"Hahaha~!" Reli tertawa manis, gear besar di atas kepalanya berputar mengikuti irama tawanya, "Apa dengan begini kita menjadi teman?"

"Ya," Khanza tersenyum meliat reaksi Reli, "Aku senang ternyata ada peserta yang seumuran denganku, peserta lain di kapal ini seram-seram semua sih. Aku takut bicara sama mereka."

"Seram?" Reli melirik ke atas sambil memegang dagunya, memikirkan perkataan Khanza barusan.

Memang benar lawan-lawan Reli di ronde ini kebanyakan terlihat seram. Ada suster pengendali perban, ada mas-mas kekar yang bawa perisai lingkaran seperti kapten murica, robot hitam yang mirip Varth Vader dan peserta misterius berambut putih yang memakai pakaian serba hitam seperti tokoh utama To*yo Ghoul.

Reli menelan ludah mengingat semua sosok lawannya yang sangar-sangar, rasa minder mulai bermekaran di dalam pikiran Reli, "Benar juga... nyaliku jadi ciut kalau harus lawan mereka semua."

"Ngomong-ngomong... boleh aku tahu kekuatanmu?" tanya Khanza, heran melihat gear raksasa di kepala Reli, "Aku agak penasaran dengan gear di kepalamu"

"Oh? Gear ini? Ini bukan bagian dari kekuatanku, benda ini hanya melayang di atas kepalaku" Reli mulai menjelaskan dengan semangat, "Kekuatanku adalah membuat rel di manapun! Dengan begitu kereta tambangku bisa melaju di manapun dan kemanapun! Plus aku juga bisa makan dengan garpu yang dipegangi sumpit!!"

Tiba-tiba Krukru menyela, "Tapi Reli... kalau medannya di laut seperti ini... kami tidak bisa mendorong kereta tambang itu, apalagi kalau di dalam air!"

Reli tiba-tiba melompat, sambil berteriak "AKU LUPA!!!!"

"AGH?! Kita baru saja memberitahu kelemahan pada lawan kita!" seru Krukru itu juga.

Reli dan Krukru yang menemaninya berlarian dalam sebuah lingkaran sambil berteriak panik atas kecerobohan mereka.

"Kalau aku boleh sarankan... Bagaimana kalau kita bekerja sama?" ujar Khanza.

Reli dan Krukru berhenti berlari. Reli tampak bengong mendengar perkataan Khanza, sedangkan Krukrunya memakai sebuah topeng dengan dua mata bulat kosong dan satu garis sebagai mulut.

"Kemampuanku hanya berkisar di sekitar pengendalian angin, jadi agak nggak berguna kalau medannya beneran di bawah air, kalau kita bekerja sama, bukannya kita akan memiliki lebih banyak kemungkinan selamat?" ujar Khanza.

"Bekerja sama? Bukannya hanya satu peserta yang bisa lolos?" tanya Reli

"Yah, kita kalahkan dulu semua peserta baru kita pikirkan soal itu nanti," ujar Khanza sambil mengulurkan tangannya.

"Deal!" seru Reli, menjabat tangan Khanza sebagai persetujuan.

"H-Hei, Reli!!" tiba-tiba Krukru memanggil Reli sambil menunjuk sesuatu di dalam air laut, "Ada sesuatu yang berenang di sana!!"

Reli dan Khanza langsung memusatkan pandangan mereka ke sisi dek. Ada sesosok bayangan yang bergerak di dalam air, ukurannya sangat besar, bahkan lebih besar daripada kapal yang mereka tumpangi!

Sesosok kuda raksasa menampakkan diri di permukaan laut, badannya gagah dan sepenuhnya terbuat dari logam, sepasang sayap laser berwarna biru menyembul dari punggungnya. Robot kuda itu langsung melengking keras, sampai-sampai lautan berguncang karenanya.

Reli tercengang melihat sosok itu, ia masih ingat robot kuda yang menyebar terror di ronde prelim Reli, "I-Itu kan...!!"

"R-Reli..? Kau tahu sesuatu tentang benda itu?"

"Untuk melindungi Alforea yang indah dan biru, ia datang dari dimensi lain!! Kekuatan tarikan satu yotta kuda yang tak terhentikan! Tamonzord yang agung, Tamon Rah-X!!" ucap Reli sambil berpose ala super hero dengan mata yang bersinar-sinar, seakan membaca sebuah narasi dari film mecha.

"T-Tamonzord...?! Tamon Rah-X !!??" tanya Khanza kebingungan. Wajar saja, karena di ronde sebelumnya Khanza melawan monster kuda yang berbeda jauh dengan yang satu ini.

"Iya!! Aku melihatnya sekali di ronde prelim! Robot itu sangat keeereen!!! Melihatnya dari dekat itu sesuatu banget!!" jerit Reli penuh semangat seperti fangirl yang bertemu idolanya.

Tiba-tiba Tamon Rah-X melompat tinggi, lalu melayang di atas kapal. Ukuran robot itu sangat besar, sampai-sampai bayangannya menutupi seluruh kapal. Mulut robot itu terbuka, lalu tiga sosok maid langsung melompat dari mulut robot yang terbuka itu.

Sedetik kemudian terdengar suara megaphone milik yang keras dari halauan kapal, "Perhatian seluruh peserta! Kita sudah di arena pertarungan! Harap berkumpul di halauan kapal sesegera mungkin! Tidak ada toleransi keterlambatan!"

Setelah mendengar pengumuman itu, Khanza bergegas menuju ke halauan kapal, tapi ia terhenti ketika melihat Krukru dan Reli yang masih terkesima melihat Tamon Rah-X di angkasa. Khanza kembali mendekati Reli, lalu menarik lengannya.

"Ayo kesana Reli!" ujar Khanza.

"E-Eh..? T-Tapi aku masih mau lihat Tamonzord ini!!" protes Reli, mempertahankan posisinya tak peduli seberapa kuat Khanza menarik tangannya.

"Krukrukru~ Akan kubantu~"

Dengan skill pasif [Hardworker!!] miliknya, Krukru itu mengangkat Reli di atas kepalanya dengan mudah. Reli meronta-ronta, tapi usahanya sia-sia karena Krukrunya jauh lebih kuat darinya. Lalu Krukru, Khanza dan Reli bergegas menuju halauan kapal.

"AAAHHH!! TIDAAAKK!! AKU MASIH MAU LIHAT!!!"

***

Pengumuman langsung disuarakan, tidak menunggu hingga semua peserta berkumpul di halauan kapal. Ada tiga maid yang menuggu mereka disana, dua maid diantara mereka kembar, sama-sama berambut hitam pendek dan berdiri di belakang si maid yang berdiri di depan, seakan mengawalnya.

Maid yang terdepan itu terlihat jauh lebih muda dari dua maid lainnya, mungkin usianya sekitar 10 tahunan. Rambutnya panjang dan berwarna putih keperakan, ada rambutnya yang menyumbul ke atas seperti tanduk unicorn. Berbeda dengan dua maid lainnya, ia memakai rok yang sangat pendek, jika tidak berhati-hati siapapun bisa melihat apapun dibaliknya.

Untuk sebuah alasan, maid yang satu itu menutup wajahnya yang merah merona sambil menjelaskan peraturan ronde hingga selesai, "J-Jadi intinya yang terakhir hidup dia yang menang, mengerti!" ujarnya kembali meski dengan wajahnya tertutup.

"Ehrm... kalau boleh tahu kenapa kau menutup wajahmu terus? Ataukah kau menutup matamu saja?" tanya salah satu peserta.

"I-Itu tidak ada hubungannya dengan kalian! Sekali lagi kalian tanyakan, maka kalian akan didiskualifikasi!" bentak maid itu galak.

"NONA, tolong jangan menyalahgunakan wewenang anda" ujar salah satu maid pengawal dengan menitik beratkan pada kata Nona.

"Benar, NONA. Nona Ruu akan lebih marah jika dia kena marah karena anda" ujar maid kembar satunya, kembali menitik beratkan nada pada kata Nona.

"Diamlah kalian!" bisik maid paling depan dengan suara pelan supaya tidak terdengar oleh para peserta.

"Apa anda lebih suka kami memanggil "Tuan" di depan mereka, Tuan Muda Tamon Rah?" balas bisik  salah satu maid.

Benar sekali, sosok maid manis berambut putih keperakan ini adalah adik laki-laki Tamon Ruu. Di ronde prelim kemarin, Rah diam-diam bermain eksperimen dengan sebuah artefak suci Alforea.

Terima kasih pada ulah kelompok Reli yang dibantu klan weremaids, Rah berhasil ditangkap dan diserahkan pada Tamon Ruu. Sebagai hukuman, Rah dipaksa bercrossdress sebagai maid selama turnamen berlangsung. Itulah alasan mukanya menjadi semerah tomat.

"Awas kalian! Lihat saja nanti kalau aku sudah lepas dari hukuman ini!" balas bisik Tamon Rah si Maid jadi-jadian.

"TIDAK ADA PERTANYAANKAN?! PARA PESERTA?!" seru Tamon Rah dengan suara lantang, kini melepas tangan yang menutupi wajahnya.

"Nah, gitu dong! Wajah cantikmu kini terlihat jelas," ujar salah satu peserta berpakaian suster.

Kepulan asap menyembur dari muka Rah yang semakin memerah. ia langsung berlari ke belakang salah satu maid pengawalnya, lalu meminta maid itu untuk menjawab pertanyaan para peserta bila ada.

"Apa maksudnya kita sudah boleh bertarung?" tanya salah satu peserta.

"Iya, kalian sekarang sudah bolehkan bertarung... hanya saja..."

Mendadak sebuah ledakan keras terdengar dari buritan kapal, kapal berguncang hebat karenanya. Asap tebal yang tebal berhembus dari buritan kapal, lalu perlahan kapal mulai miring dengan buritan ke bawah. Para peserta nampak panik, tapi para maid itu tidak, masih memasang senyumnya seperti tadi.

"....Untuk sekarang saya sarankan kalian melarikan diri dari kapal ini dulu. Kurang greget kalau kalian semua mati begitu saja di kapal ini," ujar maid pengawal itu.

"Ledakan apa barusan itu?!" tanya panik salah satu peserta.

"Tembakan meriam dari armada laut Alforea yang dipimpin oleh mentri perikanan Alforea, bu Shushi. Beliau sangat benci kapal pemancing ilegal seperti yang satu ini, maksudku tidakkah kalian merasa aneh kapal ini tidak memiliki bendera dan terlalu sepi?"

Sekarang para peserta baru menyadarinya, ada sebuah kapal perang berbendera Alforea yang mengikuti mereka dari belakang. Kapal yang mereka tumpangi tidak memiliki bendera, yang berarti adalah kapal illegal di zona air Alforea.

Lebih lagi kapal sebesar ini tidak memiliki awak kapal, itu karena tujuan kapal ini bukan untuk berlayar, tapi untuk ditenggelamkan! Benar-benar tragris!

"A-Apa berarti kami harus bertarung di kapal yang mau tenggelam ini?"

"Tidak harus sih. Arena sebenarnya adalah kota bawah laut yang terletak di bawah kita, karena kita sudah masuk zona ini, pertandingan sudah boleh dimulai, tapi tidak ada peraturan kalian harus membunuh di dalam air.

"Kalian boleh bertarung sekarang juga ataupun kabur dari kapal sekarang. Oleh sebab itu, silahkan ambil masker udara yang di atas meja sana," ujar maid itu sambil menunjuk satu deret masker udara yang ditata rapi di atas sebuah meja.

"Masker itu bisa menyaring udara dari air, lebih lagi masing-masing dilengkapi dengan alat komunikasi sehingga kalian bisa bercakap-cakap di dalam air. Lumayan keren bukan?"

BOOOOMMMMM!!!!

Sekali lagi sebuah ledakan terdengar dari buritan kapal, menggoncangkan kapal sekali lagi dengan goncangan yang lebih hebat, sampai-sampai semua masker udara terjatuh dari meja.

"Ah... maksudku silahkan ambil masker udara yang berceceran disana."

"AKU ANGGAP TIDAK ADA LAGI PERTANYAAN!" seru Maid Tamon Rah, "BEISMO, KELUARKAN KAMI DARI SINI!"

Tiba-tiba robot kuda raksasa di atas mereka menembakkan gelombang cahaya pada ketiga maid itu. Ketiganya langsung terangkat ke udara, menuju sebuah lubang yang terbuka di perut si Tamonzord.

Selagi di udara, duo maid kembar itu dengan santai melambai pada para peserta di bawah, sementara Rah kesulitan menutup roknya yang "isinya" mungkin terlihat dari bawah.

"BEISMO KAU KEPARAT!! KENAPA TIDAK KAU GUNAKAN SINAR TELEPORTASI?!" bentak Rah.

"Maaf, NONA. Nampaknya nona Ruu mengotak-atik fitur robot ini," ujar sebuah suara dari speaker pada mulut Tamon Rah-X dan sekalilagi, memberatkan nadanya pada kata "Nona".

"URGH!! Aku bersumpah akan kubunuh kak Ruu suatu hari nanti!"

 Itulah kalimat terakhir Rah sebelum robot kuda itu melesat keluar dari pandangan para peserta.

Para peserta langsung menyadari situasi gawat yang mereka hadapi. Tanpa membuang waktu lagi, mereka berlomba-lomba mendapatkan masker yang kini berceceran di lantai.

Yang paling cepat adalah Vi Talitha si suster yang bisa mengendalikan perban miliknya, dengan sigap perbannya meraih masker terdekat dan memakainya sebelum menjeburkan diri ke laut bersama sebuah karung besar yang entah apa isinya.

"Daaag ya~ Sampai ketemu di bawah ~" Vi memberi salam sebelum meninggalkan kapal.

Peserta berikutnya yang ingin mengambil masker adalah Caitlin Alasce, si robot hitam yang mirip varth vader dan Garrand Entrenchord, si mas kekar yang bawa perisai mirip kapten murica.

Keduanya secara tidak sengaja memegang masker yang sama. Tangan mereka bersentuhan, seperti kejadian di toko buku dimana cewek dan cowok kebetulan mengambil buku yang sama.

"Ah! Maaf, silahkan kamu ambil saja dulu," Garren mengalah karena prinsip ladies first. Jika saja Caitlin tidak melepas helmnya, mungkin Garren tidak akan mengetahui bahwa Caitlin adalah seorang wanita, bahkan dia akan berusaha merebut masker itu.

"..Terima kasih, anda baik sekali," Caitlin sedikit memuji Garren sambil tersenyum ringan.

Muka Garren langsung memerah setelah mendengar perkataan Caitlin, ia langsung membalikkan badannya sambil menyilangkan tangannya, "H-Hmph! Bagus, kalau begitu kau berhutang padaku, nanti kamu balas ya!"

"Setelah mempertimbangkan lagi, mungkin tidak usah. Aku kembalikan masker ini padamu," ucap Caitlin sambil menyodorkan masker itu pada Garren. Ia tidak mau hutang budinya nanti menjadi beban di pertarungan nanti.

"A-Apa apaan kamu ini?! Aku sudah nyerahkan masker itu buat kamu!" seru Garren.

"Aku tidak menginginkanya. Ini, ambil maskernya atau kubuang ke laut," ujar Caitlin sambil menyodorkan maskernya.

"Buang aja ke laut kalo gak suka!"

"Oke, tidak masalah," Caitlin dengan mudahnya membuang masker itu ke laut. Tapi kemudian masker itu berputar arah ke tangan Kai, pemuda misterius yang sejak tadi diam tak bicara.

"Jangan buang-buang waktu, kapalnya mau tenggelam," ucap Kai singkat sebelum memakai masker itu dan melompat ke laut.

Mendengar peringatan Kai barusan, Garren dan Caitlin langsung serentak mengambil masker terdekat, sekali lagi mereka sama-sama memegang masker yang sama.

"H-Hoi!! Aku yang pegang masker ini dulu! Kau ini suka padaku atau apa sih?!" bentak Garren, kali ini sifat tsunderenya menendang. Ia langsung menggengam erat masker itu dan menariknya dari si robot hitam.

Sayangnya Caitlin juga tidak ingin masker itu jatuh ke tangan orang lain. Ia merasa seperti singa yang tengah memakan daging segar, tapi tiba-tiba muncul singa lain yang ingin mengambil makan siangnya, apalagi karena Garren telah menolak kebaikannya sesaat lalu.

"Ini maskerku," kata Caitlin singkat, namun berat ancaman Caitlin benar-benar terasa, seakan bayangan raungan seekor singa terdengar dalam kalimatnya barusan, "Kau boleh mengambilnya dari kuburanku nanti."

"Boleh! Siapa takut!! [Strikebash]!!" Garren memadukan kekuatan fisiknya dengan ajian perusak, lalu menghantamkan perisainya sekeras mungkin pada robot hitam di depannya, memulai pertarungan pertama di ronde pertama.

Caitlin sempat melihat ancang-ancang serangan Garren, tapi alih alih menghindar, Caitlin menyilangkan tangannya untuk bertahan, memaksanya untuk melepaskan masker di genggamannya. Hantaman Garren mengirim Caitlin mundur hingga punggungnya menabrak keras besi pengaman.

Memanfaatkan kondisi lawannya yang sedang terjatuh itu, Garren langsung memakai masker yang berhasil ia rebut dan menjeburkan diri ke laut, meninggalkan kapal pemancing yang terus-menerus ditembaki kapal perang Alforea.

"Sial..!! Kembali kau!!" geram Caitlin, ia berdiri secepat mungkin lalu meraih masker lain dari lantai dengan berat hati, kekalahannya barusan pasti membuat harga dirinya terluka. Dengan penuh rasa dendam Caitlin melompat ke laut, dalam pikirannya, ia sudah menempatkan Garren sebagai target utamanya.

Setelah kepergian Caitlin dan Garren, Khanza dan Reli baru saja sampai ke halauan kapal.  Krukru Reli yang mendengarkan isi pengumuman segera menghampiri mereka, memberikan informasi singkat soal pengumuman beberapa saat lalu.

Mereka segera menuju meja dimana Caitlin dan Garren bertarung beberapa saat lalu, sayangnya yang mereka temukan hanyalah pecahan masker udara yang telah remuk di tengah pertikaian Caitlin dan Garren.

"G-Gawat! M-Masker yang tersisa rusak!" Khanza memeriksa salah satu masker itu, berharap pengelihatannya salah. Sayangnya tidak, masker itu rusak dan tidak dapat dipakai lagi.

"Garren keparat! Jangan lari! Hadapi aku selayaknya pria jantan!" suara Caitlin terdengar meskipun orangnya sudah menyelam lebih dulu.

"K-Kenapa kau mengejarku?! Cari saja lawan yang lain!" begitu pula suara Garren.

Salah satu Krukru mengambil suatu batu berbentuk bundar dari pecahan masker yang tersisa, lalu menunjukannya pada Reli, "Reli. Lihat batu ini! Ada suara keluar darinya!"

"Hm... Mungkinkah benda ini yang membuat masker bisa berkomunikasi satu sama lain?" tanya Khanza pada dirinya sendiri.

"Kalau begitu itu seperti headphone para Operator Stasiun?" tanya Reli. Operator Stasiun adalah panggilan untuk sekelompok Krukru yang bertugas memberikan pengumuman jadwal kereta dari ruang penyiaran.

"Iya, kurasa..."jawab Khanza agak ragu dengan perumpamaan Reli.

"Hm... mungkin aku bisa mengubahnya menjadi sesuatu dengan [Krukru Build]," gumam Reli sebelum memasukkan batu bundar itu ke kantongnya.

Ledakan baru terdengar di buritan kapal, akibatnya sebuah lubang terbentuk di belakang kapal, membuat dek kapal semakin miring dari sebelumnya. Dari halauan kapal, Reli dan Khanza dapat melihat api yang terus menyebar, membakar kayu yang menyusun kapal.

Khanza terduduk lemas di lantai, mukanya terlihat putus asa melihat api yang semakin menjalar di buritan kapal, "S-Sekarang kita harus apa...?"

"A-Aku tahu! Paling tidak kita bisa selamat dari kapal ini kalau kita pakai kereta tambangku!" seru Reli.

"Uh... Soal itu... Kereta tambang kita hilang, bersama satu salah satu dari kami," ujar salah satu Krukru.

"Apa?!"

"Krukru itu tidak kembali melapor di tempat yang kami setujui, kita juga tidak punya waktu untuk mencari di kapal ini juga."

"Aku ada ide!" Reli menjentikkan jarinya, sebua bola lampu menyala di atas kepala Reli.

"A-Apa idemu?"

"Pertama-tama kita harus masuk ke lambung kapal dan mencari persediaan!!"

"E-Eh? Tapi buat apa?"

"Ikuti saja aku!" Reli menarik gear emasnya dan menghantamkannya ke lantai dek. Hanya dengan satu serangan lantai itu langsung bolong. Tanpa membuang waktu, Reli langsung melompat masuk ke lubang itu, sementara Khanza harus menunggu didorong ketiga Krukru Reli langsung menyusul.

Lubang Reli buat itu membawa mereka ke sebuah ruang penyimpanan makanan. Sebuah kulkas, timun, kentang, telur dan masih banyak lagi bisa ditemukan disini. Tapi mata Reli tertuju pada beberapa tabung bertuliskan O2 yang bersandar di pojok ruangan.

"Hm... ini tabung oksigen," gumam Reli, saat itu pula matanya menangkap senjata-senjata yang dijadikan hiasan dinding,"Ada juga beberapa harpun!!"

"Reli, kami tidak menemukan bahan bakar disini!!" ucap salah satu Krukrunya, "Tapi kami menemukan beberapa botol soda!!"

"Hm... kita bisa membuat sesuatu dengan ini!! [Krukru Build : Submarine]!!"

***

Semua peserta telah terjun ke dalam air. Mereka turun perlahan menuju kota bawah laut yang bersinar terang di bawah mereka.

Kapal ikan yang tadi mereka tumpangi telah tenggelam sepenuhnya, kemudian meledak dasyat tak lama setelahnya. Dari ledakan itu, muncullah sesosok kapal selam kecil. Baling-baling di ekornya mendorong dengan tenaga maksimum, berusaha menghindari ledakan mematikan di belakangnya.

Kapal selam kecil itu berwarna biru, dengan tulisan "Krumarine" tercetak di badan sampingnya. Daripada kapal selam militer, kapal selam ini lebih mirip kapal selam observasi yang sering dipakai untuk penelitian dasar laut.

Kapal selam ini dilengkapi sebuah kokpit berkaca dimana pengendaranya dapat dengan mudah melihat ke sekitar. Selain itu, Reli juga berhasil mengubah batu komunikasi tadi menjadi sebuah telepon klasik. Nampak sosok Reli dan Khanza di dalam kokpitnya, Reli memegang kemudi sementara Khanza hanya melongo kagum.

"Wheeew!! Tadi itu hampir saja!" Reli menyapu keringat dari dahinya.

"A-Aku tidak menyangka kau punya kemampuan seperti itu!"

"Krukrukru~ Inilah kapal selam modifikasi stasiun bintang yang berjalan dengan tenaga soda! Krumarine!!"

"T-Tenaga soda?! Memang ada yang seperti itu?!"

"Pranky dari wan piece bisa melakukannya, lalu kenapa kita tidak?"

Baling-baling mesin Krumarine langsung berputar cepat, tak perlu waktu lama bagi Krumarine untuk menyusul peserta-peserta lain yang telah turun di Rupture Underwater City. Krumarine segera menjelajah kota bawah laut tersebut.

Kota ini tenggelam sepenuhnya di dalam air, nampak beberapa bangkai kapal besar beristirahat diantara bangunan pecakar langit kota ini. Terlihat beberapa nyala lampu dari jendela-jendela bangunan, ada juga sosok makhluk laut yang mengintip dari jendela tersebut.

Tiba-tiba Reli menangkap nampak dua sosok peserta yang bertarung di balai kota. Ia dekati mereka perlahan agar tidak menarik perhatian, lalu ketika target sudah sampai di jarak tembak, Reli langsung menekan sebuah tombol di kokpitnya, sebuah suara mekanik terdengar ketika tombol itu ditekan.

"Memilih senjata : Kru2 Harpoon!!" begitulah suara mekanik itu.

Suara pergerakkan mesin terdengar dari Krumarine. Gear-gear di ruang mesin berputar rumit untuk menjalankan mekanisme senjata. Sebuah kubah penembak yang dilengkapi senapan harpun muncul di atas Krumarine, seekor Krukru mengendalikan kubah penembak itu secara manual.

"Krukrukru~ Waktunya menembak mereka semua!"

***

Garren baru saja mendarat dalam sebuah gelembung raksasa di balai kota Rupture. Matanya memandang sekeliling, mencoba menganalisa gelembung misterius yang baru saja ia masuki.

Tangannya bisa keluar masuk gelembung itu dengan mudah, tapi air tidak bisa masuk ke dalam, bahkan pakaian Garren yang basah langsung jadi kering begitu ia memasuki gelembung.

Udara segar mengalir di dalam gelembung itu, sebenarnya Garren tidak perlu menggunakan maskernya, tapi Garren tetap memakainya untuk berjaga-jaga. Ikan berwarna-warni berenang dengan santai di luar gelembung, tapi nampaknya mereka menjaga jarak gelembung-gelembung ini.

"Kota bawah air, pemandangan yang indah sekaligus menyedihkan," komentar Garren.

Saat Garren asik mengamati mengamati keadaan kota bawah laut ini, tiba-tiba sebuah lengan besi mencekiknya dari belakang. Garren menyikut ke belakang dengan siku kanannya, berniat untuk membuat lawannya melepaskan cekikannya, tapi yang ia dapatkan hanyalah dentangan antara sikunya dengan zirah tebal lawannya yang disertai rasa sakit yang menjalar ke seluruh lengan kanannya.

Garren melompatkan badannya ke udara, dengan cepat berputar 360 derajat ke belakang lawannya. Perputarannya yang tiba-tiba itu membuat cekikkan lawannya lepas.

"[Strikebash]!!" tanpa membuang waktu, Garren langsung menghantamkan perisainya yang dilapisi ajian perusak. Melayangkan orang yang tadi mencekiknya ke beberapa meter depan.

Orang itu sempat berputar sekali di tengah penerbangannya sebelum mendarat mulus dengan kakinya. Garren mengenali orang yang mencekiknya itu, dia adalah Caitlin, peserta berzirah hitam yang tadi sempat berebut masker dengannya.

"Kau lagi...?"

"Kau melarikan diri dari pertarungan, pengecut sekali tindakanmu itu!"

"A-Aku lagi panik waktu itu, tahu! Kalau kau ingin bertarung melawanku, maka itulah yang akan kau dapat!"

Garren menyuarakan tantangannya. Caitlin tersenyum dibalik helm dan maskernya.

"Itulah yang kutunggu!! Maju sini!!"

Keduanya memasang kuda-kuda bertarungnya masing-masing, bersiap untuk bertarung dengan CQC di gelembung udara ini.

"WOOOGGGHH!!!"

"HOOOOOAAAA!!!"

Keduanya sama-sama meraung dan melancarkan tinju secara bersamaan. Tinju Caitlin langsung ditahan oleh perisai Garren, sementara Garren melepaskan tinju [Strikebash] ke badan Caitlin.

Serangan Garren mementalkan Caitlin jauh ke belakang, sampai-sampai zirah Caitlin sedikit melekuk karenanya. Sialnya, tangan Garren juga kesakitan karena memukul zirah Caitlin yang sangat keras.

"Makan nih!" Caitlin mencoba pola serangan lain, sebuah senapan mini raigun menyembul dari lengan kanan AMS Caitlin. Sosok mirip varth vader itu langsung membidik lawannya.

Garren menyadari perubahan pada pose Caitlin menjadi pose membidik ke arahnya. Dengan sigap Garren menggunakan salah satu jurusnya.

"[Constant Fortress]!!" sahut Garren. Energi sihir segera berkumpul di depan Garren, membentuk sebuah perisai raksasa yang setengah tembus pandang, siap menerima serangan Caitlin.

Railgun Caitlin langsung menembakkan proyektil pada Garren, dorongan baliknya sangat kuat sampai-sampai Caitlin terpental mundur hingga keluar dari gelembung udara raksasa. Proyektil itu menghantam medan perisai Garren dan meledak hebat, api menjalar kemana-mana, tapi tidak berhasil menembus medan perisainya.

Tanah di depan Garren hangus dalam sekejap, proyektil tersebut meluncur dengan kecepatan mach 7, tujuh kali kecepatan cahaya, jika saja Garren terlambat menggunakan [Constant Fortress] kematiannya sudah dapat dipastikan.

Tiba-tiba gelembung udara raksasa di sekitar Garren mulai menciut sebelum akhirnya hilang, kembali membuat tubuh Garren berselimut air laut. Pasti karena gelembung itu lemah terhadap api.

"Lumayan!!"

"Kau juga!!"

Caitlin dan Garren bersahut lewat saluran komunikasi di masker mereka. Keduanya melesat sambil mempersiapkan tinju mereka, memulai kembali pertarungan jarak dekat mereka. Hanya saja.... kini keduanya bergerak lambat di air.

Menyadari keadaan ini, Garren memutuskan untuk berenang dan menambah kecepatan. Ia memijak ke tiang taman di dekatnya lalu meluncur cepat ke arah Caitlin.

Disisi lain Caitlin mempersiapkan tinjunya, menunggu Garren di area serangnya. Begitu dekat, Caitlin langsung melepaskan pukulan mautnya.

Tinju Caitlin bertabrakan dengan perisai Garren. Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Perisai Garren tidak menahan Caitlin, perisai itu menghisapnya. Sosok mirip varth vader itu langsung tersedot ke dalam perisai Garren seperti jeli yang dihisap melalui sedotan plastik.

Pertarungan langsung berakir, tawa kemanangan Garren bisa terdengar begitu lantang, "Hahahaha!! Rasakan! Sekarang kamu kena jurus [Serges Orb] milikku."

Jurus [Serges Orb] Garren adalah kemampuan ajian penyongkong yang dapat menyerap untuh seseorang ke dalam perisai Garren. Normalnya kemampuan ini digunakan agar orang yang diserap bisa terlindungi dari serangan luar, tapi kadang juga bisa digunakan untuk memerangkap musuh dalam perisai. Durasihnya sangat pendek.

Sayangnya Garren tidak bisa berlama-lama menikmati kemenangannya, sebuah tombak harpun melesat melewatinya kepalanya, daun telinga kanannya robek, salah satu tali maskernya juga putus karena tombak itu. Untungnya ia masih hidup, satu langkah salah saja ia bisa mati tadi.

Telinga Garren terasa begitu perih karena garam dalam kandungan air laut di sekitarnya. Meski begitu, rasa perih itu tidak seberapa bagi seorang defender yang tugasnya menerima rasa sakit. Garren mencari asal tombak itu, dia kaget bukan kepalang ketika melihat sebuah kapal selam menembakkan tombak-tombak besi padanya.

"A-Apa itu?" Garren langsung mengangkat perisainya. Awalnya Garren memang panik, tapi setelah mendapatkan kembali ketenangannya Garren bisa menangkis tombak-tombak itu dengan mudah, lagipula dia juga pernah berlatih menangkis anak panah yang lebih cepat dari ini.

Tombak demi tombak Garren halau dengan perisainya, fokusnya kini beralih sepenuhnya pada kapal selam yang menembakinya dengan tombak harpun. Sialnya, Garren tidak menyadari waktu [Serges Orb] yang menyegel Caitlin telah habis.

Tiba-tiba perisai Garren mengeluarkan sebuah kilatan cahaya yang sangat terang, membuat siapapun yang melihatnya langsung berkedip. Ketika mata kembali dibuka, sosok berzirah hitam Caitlin mendadak muncul di depan Garren sambil menodongkan senapan .50 cal miliknya.

Tanpa membuang waktu, Caitlin segera menembakkan tiga butir peluru ke rompi logam kuning Garren. Peluru-peluru Caitlin langsung menjebol rompi Garren tanpa ampun, meninggalkan jejak berupa tiga lubang yang melepaskan semburan darah.

Caitlin mengambil nafas lega atas kemenangannya. Garren tidak lagi bergerak.  Pemandangan yang melegakan bagi Caitlin karena jumlah perserta telah berkurang satu.

"Satu jatuh, empat tersisa."

Caitlin membalik badannya dan melangkah pergi dari mayat Garren, tapi langkahnya dihentikan oleh sebuah panggilan masuk dari jaring komunikasi maskernya.

"Ah... Pertarungan yang hebat, tapi sayang kalau kamu tidak menyelesaikannya."

Suara yang masuk ke masker Caitlin itu adalah suara seorang wanita dewasa. Caitlin sudah bisa langsung membayangkan sosok suster yang bicara padanya, satu-satunya wanita dewasa lain selain dirinya di grup ini hanya satu orang itu, Vi Talitha.

"Apa maksudmu bahwa lawanku belum mati?" Caitlin bertanya balik.

"Ketika mati, seorang peserta akan berubah menjadi partikel biru dan menguap ke udara. Tapi lawanmu itu masih hidup, mungkin hanya pingsan, tidak mungkin seorang defender tumbang hanya dengan tiga peluru menembus badannya."

"Dimengerti, terima kasih. Aku akan mengakhiri hidupnya secepat mungkin," Caitlin menghadap ke badan Garren, ia berpikir untuk mendekat dan mematahkan leher Garren, tapi kemudian Caitlin berpikir sejenak.

"Tunggu dulu...? Bagaimana bisa dia tahu keadaanku sekarang..? Apa dia sedang mengintaiku? Atau jangan-jangan ini perangkap?!" ucap Caitlin dalam hati.

Caitlin langsung menyapu pandang ke sekitar dengan penuh siaga, saat itulah matanya menangkap sebuah gumpalan putih melayang beberapa meter di atas taman kota. Tidak, bukan melayang... lebih tepatnya berenang seperti ubur-ubur. Ukuran gumpalan itu lumayan besar, kurang lebih seukuran dengan sebuah truk pengantar barang. Sebuah mata bulat di gumpalan itu melotot pada Caitlin.

"Wah... Kau menyadarinya ya? Sayang sekali, padahal aku ingin menghabisi kalian berdua sekaligus, tapi mungkin untuk sekarang satu saja sudah cukup!! [Penetratring Bandage]!!"

Dalam sekejap bagian bawah gumpalan putih itu menjadi berubah runcing, menyerupai duri-duri landak, gumpalan itu langsung meluncur ke bawah dan menindih Garren. Partikel berwarna biru langsung menyembur dari bawah benda itu.

"M-Mati dalam sekali serang...?!" Caitlin terkejut menyaksikan langsung kekuatan gumpalan putih yang mungkin saja dikendalikan oleh suster bernama Vi itu.

"Tepat sekali!! Mari, mendekatlah, akan kutunjukkan kekuatan seorang player tingkat ronde final padamu!!!" suara Vi di masker Caitlin mendadak menjadi ganas. Mendadak puluhan tentakel berduri menyebur dari gumpalan putih itu. Sosoknya kini lebih mirip seekor gurita putih yang siap menangkap Caitlin dengan tentakelnya.

"Ha-Ha-Ha lucu. Aku sudah baca banyak buku komik, jadi aku tahu akhir dari skenario semacam ini," Caitlin membidikkan senapan .50 calnya pada gurita tersebut, "Akhir skenarionya, semua orang akan pesta cumi goreng!"

"....Ah, aku lebih berharap kamu mengatakan sesuatu seperti mindbreak atau apa, tapi terserahlah," ucap Vi, kemudian tentakelnya mulai menyerbu Caitlin.

***

Di dalam Krumarine, keringat Reli mengucur deras ketika lampu senternya menangkap sosok varth vader itu. Reli pikir ia bisa menghabisi peserta mirip kapten murica itu sebagai pemanasan di awal ronde, tapi tiba-tiba sosok berzirah hitam itu muncul entah darimana.

Di antara semua peserta yang ia temui, Varth Vader ini adalah yang paling Reli takuti. Terkenal atas kekuatannya menjatuhkan kapal induk angkasa seorang diri, membelah lawan dengan pedang cahaya miliknya, mencekik siapapun yang menghalanginya dengan kekuatan pencekiknya. Terror yang menjajah galaksi, mimpi buruk yang menjadi nyata. Itulah dia Varth Vader, setidaknya dalam pikiran Reli.

"K-Kenapa kita bertemu dengannya sekarang?! Bukannya boss selevel Varth Vader harusnya menjadi final boss?!"

"Kau terlalu melebih-lebihkan, Reli...," komentar Khanza, "Jika kau sebegitu takutnya dengan orang itu, kenapa kau tidak serang dari jauh saja?"

"Oh... Iya juga. Pemikiran yang cemerlang, Khanzy!! Krukru, tembak Varth Vader itu dengan harpun kita!!"

"Haye! Haye!" Krukru di kubah penembak mulai menarget Caitlin yang masih diam, nampaknya Caitlin masih belum menyadari niat membunuh dari keberadaan selam ini.  

Tiba-tiba pengelihatan Krukru menangkap sesosok monster besar berenang di atas Caitlin. Ia langsung melaporkannya pada Reli seketika, "R-Reli, ada makhluk tak teridentifikasi di atas target! Apa yang harus kita lakukan?"

"M-Mana? Maksudmu benda putih itu?"

"Oh tuhan! Itu pasti seekor monster tentakel! Ayo kita pergi dari sini, Reli! Aku sudah membaca terlalu banya buku sampai-sampai aku tahu apa yang akan terjadi jika kita berhadapan dengannya."

"Eh..? Membaca buku apa? Aku belum pernah dengar!" tanya Reli polos, nampaknya ia benar-benar ingin tahu buku apa yang dimaksud.

"Hah? Memangnya kamu belum pernah baca komik hen-!" kalimat Khanza terpotong di tengah-tengah karena lemparan kaleng mendadak dari Krukru Reli yang mengintip dari kubah penembak.

"I-Itu buku komik petualangan! Protagonisnya bakal pesta gurita goreng habis ngalahkan gurita raksasa!" Krukru itu menjelaskan pada Reli, menggantikan Khanza.

"Waaaah!! Aku mau makan gurita goreng! Oke ayo kita serang mereka!!"

"Jangan Reli...!!!"

Mengabaikan peringatan Khanza, Reli langsung menginjak pedal gas kapal selamnya, turbinnya langsung berputar cepat, mendorong kapal selam Reli menuju jarak tembak minimal untuk gurita putih itu.

Nampaknya si gurita raksasa langsung menyadari kehadiran kapal selam Reli karena suara turbinnya yang berputar dengan kekuatan penuh. Beberapa tentakelnya mengarah ke atas, lalu lepas dengan sendirinya dan berenang-renang seperti ular menuju kapal selam itu.

"Tembakkan harpun!!" komando Reli.

Krukru di kubah penembak langsung melepaskan tombak besinya, namun ternyata serangannya tidak efektif. Targetnya terlalu kecil, tidak mudah bagi Krukru untuk membidiknya.

"S-Sial!! Makhluk aneh ini lebih cepat dari perkiraanku!!" ucap Krukru di kubah penembak.

Dengan mudah tentakel-tentakel Vi menangkap kapal selam mini Reli. Suara ketukan tentakel-tentakel di bagian luar sampai terdengar di kokpitnya, membuat mereka yang di dalam menjadi panik.

"M-Mereka menangkap kita!! Tamat sudah riwayat kita!!"

"A-Aku salah perhitungan!! Aku tidak pernah mengira gurita punya tentakel seperti itu... Apa yang harus aku lakukan..? Master Giro... Tolong aku..."

Reli menutup matanya, mengharap suatu keajaiban terjadi. Saat itulah sosok master Reli muncul di pikirannya. Reli langsung membayangkan masternya yang menyilang tangannya dengan keren,  jubah di punggungnya berkibar-kibar terhebus angin.

Reli merasa seakan mendengar salah satu kalimat Master Giro yang sering diucapkan padanya.

"Jangan menyerah begitu saja, Reli!! Seorang masinis tidak boleh berhenti kecuali ia sampai di stasiunnya!!"

Reli tersentak karena mengingat kalimat itu, matanya kembali terbuka, memandang ke gurita putih yang semakin dekat ke kapal selamnya.

"Di tengah jalan pasti ada saja yang menghalangi di rel. Bandit, monster, runtuhan batu besar dan kalau kau beruntung, kereta lain."

Reli memandang kosong ke tentakel-tentakel yang mulai mengetuk kaca kokpitnya.

"Saat itu hal terjadi yang harus kau lakukan adalah.... NAIKKAN KECEPATAN!!! GILAS MEREKA DAN TUNJUKKAN SIAPA BOSSNYA!!!"

"WWWHHOOOAAAA!!!" Tubuh Reli langsung bergetar hebat ketika mengingat quote motivasional dari Master Giro, semangat Reli kembali menyala, api semangat menyulut di matanya.

Pedal gas ia injak sedalam-dalamnya. Kipas di ekor kapal selam juga ikut berputar gila, tentakel yang tadinya mau menghentikan gerak turbinnya malah kini tercabik-cabik menjadi potongan perban.

Si gurita nampak terkejut dengan pergerakan kapal selam Reli yang kembali meningkat drastis.  Di sisi lain, ia sendiri tidak bisa melepas tentakel lain untuk berurusan dengan Reli karena sibuk belawan Caitlin yang sedang bergulat dengan tentakelnya yang tersisa.

"Krukru Change, Krumarine!! FIGHTER MOOODEEE!!!" Reli berseru dengan penuh semangat, gema suaranya begitu keras sampai terdengar beberapa meter jauhnya.

Tiba-tiba kapal selam Reli menyeburkan gelembung-gelembung uap panas, tentakel-tentakel Vi langsung melepuh dan lepas karenanya. Dua buah lengan robot mencuat dari kedua sisi kapal selam, diikuti oleh sepasang kaki di bagian bawah. Selain itu, kubah penembak di atas kapal selam Reli juga berubah dan menampakkan  wajah mirip satria besi.

Dalam sekejap, kapal selam Reli berubah menjadi sebuah robot petarung. Tanpa membuang waktu, robot itu langsung menghantam gurita raksasa dengan tangan kanannya. Sangking kerasnya pukulan robot Reli, gurita itu sampai terbang ke belakang hingga akhirnya membentur sebuah bangunan.

"R-Robot!!! Kapal selamnya berubah jadi robot!!"

"Krukrukru~ Inilah kekuatan sebenarnya dari [Krukru Build]."

"Kalau begitu kenapa tidak kau gunakan dari tadi?!"

"Itu karena konsumsi tenaganya sangat tinggi, karena itu aku mau menggunakannya untuk serangan terakhir," jelas Reli. Baru saja Reli mengatakan itu, Krumarine langsung kehilangan keseimbangan dan berlutut lemas. Indikator energi menunjuk pada angka 20%, pantas saja jika Krumarine masuk ke mode hemat energi.

KRIIING!!

Mendadak telepon di kokpit Reli mendapat panggilan, telepon itu adalah modifikasi dari batu komunikasi masker rusak. Reli mengangkat ganggang teleponnya dan menjawab panggilan itu, "Halo, Krumarine disini, ada yang bisa dibantu?"

"Hebat juga kalian... Tapi aku tidak akan kalah..!!" itulah suara yang terdengar dari telepon Reli. Di saat yang sama gurita putih itu bangkit kembali dan melayang.

"D-Dia bangkit kembali!!"

"Tapi biar kukatakan satu informasi penting. Pemenang turnamen ini sudah ditentukan, akulah pemenangnya. Kenapa aku? Coba kalian lihat angka yang melayang di atasku," kata suara di telepon itu.

"Angka?" Reli melihat ke arah Khanza, kalau diperhatikan lebih jelas akan terlihat sebuah angka semi transparan di atasnya, Lv.2 Itulah tulisan yang terpampang disana.

"Angka itulah yang menyatakan kekuatan kalian, sementara coba lihat kekuatanku."

Reli melotot tidak percaya melihat angka yantg tertulis di atas kepala gurita, disana tertera  Lv.30. Tingkat kekuatan yang jauh dibandingkan Reli ataupun Khanza,"K-Kekuatannya jauh lebih dari tinggi dari kita!!"

"Hmhmhm... Ini semua terima kasih pada teman kecilku disini," suara di telepon itu diam sejenak, kemudian kembali lagi dengan suara yang sangat familiar, "R-Reli..!! Orang ini sangat berbahaya! Lari!!"

"T-Tunggu dulu?! Apa itu Krukru punyaku..?"

"Benar sekali, aku tidak sengaja membunuh mereka di kapal. Tiba-tiba levelku naik, dan kulihat teman kecilmu ini hidup kembali di kereta tambangmu. Aku berinisiatif untuk menggunakan kesempatan itu untuk menaikkan level kekuatanku selama perjalanan. Akhirnya akudapat kemampuan [Bandster] untuk membuat monster ini. Pintar bukan?"

"C-Curang!! Bukannya kita dilarang bertarung selama pertarungan?"

"Tidak! Aku tidak bertarung dengan teman kecilmu, aku menyiksanya!!" Vi bicara dengan nada seperti karakter jahat, "Kemenanganku sudah terjamin!! Hahahaha!!"

Suara tawa Vi membahana di lautan. Rasa percaya dirinya sangat tinggi, apalagi dengan levelnya sekarang. Menginjak-injak player yang levelnya jauh  di bawahnya bukanlah masalah besar.

"Begitukah? Kalau begitu apakah kau bisa mengatasi makhluk-makhluk disini?" suara baru masuk ke jaringan komunikasi. Ia terdengar seperti seorang lelaki, satu-satunya lelaki yang terisa di kelompok ini, Ashlain Kairos.

"Nguk nguk nguk nguk!!" Kai mengakhiri kalimatnya dengan suara mirip kera.

"Kau mengejekku?" geram Vi.

"Aku tidak mengejekmu, aku hanya bertingkah seperti chipanze. Informasi tambahan, aku sedang sedang memakai somborero terbalik, baju coklat, sepatu badut dan rok bergelung. Aku juga sedang bermain klarinet, memainkan senter, menghentak-hentakkan kakiku dan memakan keju berbentuk kotak."

"Kau mau mengetes kesabaranku?"

"Bukan, aku sedang memanggil para beruang laut."

"B-Beruang laut?!"

"Kalian terlalu fokus ke pertarugan sampai-sampai mengabaikan satwa yang tinggal disini. Kalau aku jadi kalian, aku akan pergi menjauh dari tempat itu secepatnya. Baiklah, sudah dulu ya."

Kai keluar dari saluran komunikasi. Tiba-tiba terdengar raungan binatang buas dari jauh. Beberapa mata menyala muncul dari kegelapan gedung-gedung besi. Dalam waktu singkat raungan-raungan itu semakin dekat.

Makhluk-makhluk mengerikan itu berenang menuju balai kota. Badan ikan dan kepala beruang, cakar-cakar tajam mencuat dari keempat sirip mereka, belum lagi ukuran tubuh mereka yang dua kali lebih besar dari manusia dewasa. Utara, barat, timur, selatan, seluruh bagian balai kota dikepung oleh mereka!!

"Buuurrraaaawwrrrr!!!" raung salah satu dari mereka.

"L-Langkah seribu! Langkah seribu!" komando Reli. Robot tempur miliknya langsung kembali menjadi kapal selam mini, baling-balingnya berputar dengan cepat, tapi tidak secepat tadi karena energinya yang menipis.

Caitlin membaca keadaan yang semakin parah, ia segera melepaskan zirah besinya dan berpegang pada kapal selam Reli yang bergerak lambat, diam-diam menempel padanya hingga keluar dari petaka beruang laut itu.

Perlahan tapi pasti Krumarine naik ke atas, meninggalkan balai kota dasar laut yang kini diserbu beruang laut. Di sisi lain, Vi tidak melarikan diri, ia memutuskan untuk melawan semua beruang laut itu dengan segenap tenaganya.

"Heh... Beruang laut? Heh... itu tidak ada apa-apanya dibandingkan skill [Bandnster] milikku ini!!" Vi mengubah fokusnya dari Reli ke kerumunan beruang laut yang mengepungnya. Tentakelnya memecut, semua beruang laut di depannya terhempas ke atas seketika.

"Hora! Hora! Hora! Aku dengar kalian pernah membuat squitard babak belur di episode kemah springbob, kalau begitu akan kubalaskan dendamnya!!"

Tentakel-tentakel Vi terus berayun gila-gilaan bagai badai berduri. Vi lebih serius bertarung daripada main-mainnya dengan Caitlin dan Reli tadi. Amarah dendam terpancar darinya, yang Vi katakan tentang squitard itu bukan untuk bercanda, ia serius. Selama ini Vi ngefans dengan tokoh gurita kartun itu, apalagi setelah episode squidtard tamvan.

"PERCUMA!! CUMA!! CUMA!! CUMA!!" tentakel Vi berulang kali membanting ke tanah. Mayat beruang laut bergelimpangan dimana-mana. Vi baru saja melepaskan kekuatan yang mengerikan.

Tapi tidak peduli seberapa seram kekuatan Vi, para beruang laut berjuang hingga nafas terakhir untuk membunuh musuhnya.  Air laut menjadi merah karena darah mereka, dan perban Vi menyerap darah mereka, membuat si gurita perban itu berubah menjadi gurita merah berdarah.

"Kekuatan ini...!!! Hebat..!! Sangat hebat..!!!" Vi bergertar di dalam monsternya, bukan karena merasa jijik atau bersalah, tapi karena sisi haus darahnya bangkit, "Wah... monsterku menjadi merah... Warna yang bagus... Lagi... Aku ingin membuat monster perbanku lebih cantik... lebih merah!!!"

Dan kemudian Vi tetap meneruskan kegilaannya. Pikirannya hanya berisi darah merah yang muncrat dari tubuh monster-monster di dekatnya, tanpa Vi sadari ia mendapatkan sebuah evolusi Class.

Dalam sebuah game, ada waktu dimana karakter akan menjadi class baru ketika mencapai level tertentu, BoR V bukanlah pengecualian. Vi telah jatuh ke rute peningkatan Class tanpa sepengetahuannya. Dia bukan lagi seorang Divine Nurse, dia telah menjadi Genocide Nurse.

Tema warna Vi berubah dari putih mejadi merah darah, simbol kematian dan bencana. Bahkan kini perbannya tidak lagi bergerak karena berkah yang diberikan padanya, melainkan karena perban itu sudah menjadi satu dengan Vi, berbagi satu pikiran dan nafsu yang menginginkan kehancuran dan darah kematian.

Di suatu tempat Kai tersenyum di dalam lingkaran anti beruang laut miliknya. Ia kembali mengontak Vi, "Kau cukup hebat Vi, tapi kau pasti melupakan suatu adegan di episode kemping itu. Raungan beruang laut memancing para badak laut, lho~"

Tiba-tiba tanah bergertar, monster yang lebih berbahaya daripada beruang laut telah tiba. Mereka terpancing oleh raungan para beruang laut yang bertarung dengan Vi. Tubuh mereka adalah gabungan antara badak dan ikan, ukurannya kurang lebih sebesar truk sampah.

Bersamaan monster-monster raksasa itu menerjang Vi, tanduk-tanduk mereka menusuk monster yang dikendalikan Vi. Namun, itu tidak cukup untuk menumbangkan si suster yang baru saja berevolusi itu.

Tentakel Vi langsung menusukkan durinya pada badak laut terdekat, lalu mulai menghisap darahnya seperti menyedot jeli dari sedotan. Badak laut yang disisap darahnya itu meronta kesakitan, tapi ia tidak bisa melepaskan diri, dalam hitungah detik tubuhnya yang gendut berubah menjadi kurus bertulang sebelum menjadi mayat yang berbaring di dasar laut.

"Hm... Jadi ini rasanya badak... Lumayan.... SELAMAT MAKAN!!!"

Kemudian kegilaan Vi berlanjut, seorang player yang kekuatannya setara dengan Raid Boss telah lahir, entah apa yang akan terjadi setelah kekacauan ini.

***

Sementara Vi mengamuk di taman tengah kota, Reli dan Khanza memutuskan untuk melarikan diri. Keduanya berhenti untuk beristriahat sejenak di dalam sebuah gelembung besar yang terletak agak jauh dari taman kota.

Krumarine langsung berhenti begitu memasuki gelembung tersebut, dia tidak bisa bergerak lagi, karena tidak ada air disekitarnya. Kapal selam itu tidak akan bisa kembali menyelam kecuali mendapat dorongan hingga masuk ke dalam air.

"Ah~! Akhirnya bisa keluar!!"

Reli adalah yang pertama kali keluar, ia langsung merenggangkan tangan dan kakinya yang sejak tadi harus terus beraksi memainkan kendali kapal selam.

Khanza adalah yang keluar selanjutnya, ia langsung bersandar di dinding Krumarine dengan muka lesu, "Agh... gurita itu benar-benar mimpi buruk... aku harap dia mati dimakan oleh beruang laut tadi."

"Aku juga berharap begitu," terdengar suara yang asing atas Krumarine. Seorang wanita kekar berpakaian hitam ketat duduk di atapnya. Wanita berambut hitam pendek itu membawa sebuah masker di tangannya, tanda bahwa ia seorang peserta.

"K-Kau....!!!" Reli adalah yang pertama kali bereaksi terhadap kemunculan wanita itu, jarinya menunjuk ke wanita itu. Suasana menjadi hening sejenak, kemudian Reli berbisik pada Khanza,  "Itu siapa ya?!"

"N-Nggak tahu..!! Mungkin peserta yang belum sempat kita lihat itu loh, Ashlain Kairos!!"

"Hmhmhm!! Oke oke!" Reli mengangguk, kemudian berseru pada wanita di atas kapal selam itu, "Apa yang kau lakukan di atas sana, nona Ashlain Kairos?"

Wanita itu menepuk jidatnya begitu mendengar Reli yang salah memanggil namanya, "Itu bukan namaku. Aku Caitlin Alasce!!"

"Heh?! T-Tunggu... Aku, Khanza, Kapten Murica, Varth Vader, Suster aneh, Ashlain Kairos, nona Caitlin. Jadi peserta grup ini sebenarnya ada tujuh?!"

"Woi!! Ngapain kamu masukkan Varth Vader ke hitunganmu! Yang kamu maksud itu akukan?! Aku yakin itu aku yang pakai baju AMS-ku!!"

"J-Jadi kau adalah Varth Vader?!"

"Bukan!! Tapi kalau dipikir lagi Varth Vader itu keren...," Caitlin menoleh ke atas sebentar untuk berpikir sejenak, kemudian ia mengacungkan jempolnya, "Oke, kamu boleh panggil aku Varth Vader itu kalau mau."

"DIA MENERIMANYA!!!" komentar Khanza.

"Hrgh..!! Siagalah Khanza! Varth Vader akan menjadi lawan yang sangat tangguh!!"

"Aduh... Kamu dengar sendirikan kalau dia sempat mengaku bukan?" Khanza menghela nafas pada reaksi Reli yang terlalu kekanak-kanakan.

"Tereserah kalian mau percaya aku adalah Varth Vader atau bukan, tapi aku bisa dengan mudah mengalahkan kalian  jika aku mau, lagipula aku adalah anggota pasukan AMS singa hitam."

"S-Singa hitam?! A-Aku belum pernah dengar nama itu sebelumnya, tapi kedengarannya seperti sesuatu yang hebat!!"

"Aku sarankan kalian tidak bertengkar, ada pertarungan yang harus kalian lakukan," mendadak Kai masuk kembali ke saluran komunikasi. Reli dan Khanza langsung meraih  telepon di kokpit sementara Caitlin mendengarkan lewat maskernya, "Kalian tahu suster gila yang mengendalikan monster gurita itu? Kini ia jadi lebih kuat dari sebelumnya. Percaya atau tidak kita harus bekerja sama untuk mengalahkannya!!"

"Bekerja sama? Ha! Lelucon yang bagus untuk orang yang mau membunuh semua lawannya dengan memancing hewan lokal. Aku bisa mencium pengkhianatan dari nada suaramu," Caitlin bicara dengan siaga, kewaspadaannya juga membuat Reli berpikir dua kali sebelum menerima ajakan Kai barusan.

"Jika aku memang akan berkhianat, kalian tinggal membunuhku. Bukannya itu lebih bagus daripada membiarkan gurita itu membunuh kita satu persatu?"

Caitlin diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Kai, "Ucapkan rencanamu, aku bilang ya atau tidak setelahnya."

"Oke, ini rencananya. Reli dan kau pancing gurita itu ke atas gelembung udara ini dengan kapal selam, Reli nampaknya cukup handal menyetir kapal selam, sementara orang berlatar belakang militer seperti Caitlin tidak akan kesusahan membidik target cepat seperti tentakelnya bukan?"

"Kemudian begitu target sudah di atas gelembung. Khanza, kau serang dia dengan sihir anginmu yang terkuat. Menurut statistik kekuatan yang kuterima, kekuatan serangmu adalah yang paling tinggi diantara kita semua."

"Woooahh... Orang yang aneh... Seakan-akan dia sudah stalking data pertarungan kita," Khanza merasa aneh dengan luas pengetahuan peserta bernama Kai yang belum pernah ia lihat batang hidungnya ini.

"Sepertinya mencurigakan tapi okelah," Reli menyetujui rencana Kai.

"Yah... Lebih baik daripada bertarung satu-lawan satu dengan makhluk overpower itu," akhirnya Caitlin menyetujui, "Tapi apa tugasmu? Bersembunyi dibalik selimut sambil menghisap jempolmu?"

"B-Bagaimana bisa kau tahu?!" Kai seperti terbelalak dibalik alat komunikasinya, ia berdehem sebentar sebelum menjawab, "Aku akan mengawasi area, serta melaporkan yang kulihat. Kalian tidak ingin makhluk seperti beruang laut menyerang kaliankan?"

"Itu sama saja! Kau hanya membungkusnya sehingga terdengar lebih keren!"

"Ugh..!! S-Sudahlah!! Ayo kita mulai rencananya!!"

Bentakan Kai itu menjadi akhir dari percakapan mereka. Dimulailah eksekusi rencana Kai. Kapal selam Reli di dorong ke air. Caitlin memanjat masuk ke kubah penembak Krumarine, sementara Reli dan satu Krukrunya duduk di kokpit. Khanza menunggu di gelembung udara dengan memegang masker Caitlin agar bisa tetap berkomunikasi.

***

Krumarine melaju diantara bangunan besi kota Rupture yang kini terlukis oleh cairan merah. Semua merah sejauh mata memandang, air menjadi keruh, pandangan buram seakan berada di kota berkabut.

"Wah... Parah sekali...," gumam Reli.

Benar-benar pemandangan yang mengerikan. Mayat puluhan makhluk laut mengapung di air, kura-kura, ikan, lumba-lumba, spons, bintang laut, bahkan nasib buruk menimpa merma*dman dan b*rnecle boy yang memanggil makhluk-makhluk laut itu. Gurita itu pasti berjalan-jalan keliling kota untuk membunuh semua yang ia temui.

"Reli, arah jam tiga!!" Caitlin bersahut.

Reli memutar pengelihatannya ke arah yang ditunjukkan Caitlin. Sesosok gurita merah tengah bersemayam di atas sebuah bangunan tinggi. Suara mesin Krumarine menarik perhatiannya. Monster itu melompat, lalu merentangkan tentakel besarnya ke udara sebagai bentuk intimidasi. Sosok itu kini sepuluh kali lebih besar setelah bertarung dengan makhluk-makhluk laut.

"A-Apa itu? Menyeramkan sekali!!"

"Dia datang!! Jangan lengah!!"

Gurita itu menggunakan pola serangan yang sama dengan saat wujudnya masih putih. Tentakel-tentakelnya melepaskan diri dan bergeliat mengejar Krumarine. Untungnya kini kubah penembak Krumarine dijalankan oleh seorang pembidik yang handal.

"Bidik. Muat. Tembak!!!"

Caitlin melepaskan tembakan harpunnya. Berbeda dengan Krukru yang asal menembak, Caitlin lebih perhitungan dalam menembak, ia memperhatikan jumlah amunisi dan gerakan tentakel-tentakel itu.

Krumarine bergerak mulus menuju gelembung target. Mereka terbang agak tinggi agar Khanza bisa menembakkan sihirnya dengan sempurna nantinya.

Caitlin terus menerus menembakkan tombak-tombak harpunnya, satu-persatu tentakel gugur. Beberapa kali juga ia gunakan tombak tepat ke kepala makhluk itu agar memancing amarah dan perhatiannya.

"Sebentar lagi kalian sampai di tempat tujuan!! Bergeraklah agak cepat jika tidak mau kena serangan Khanza!!" Kai memberi instruksi melalui telepon di kokpit Reli.

"Sip!! Kami serahkan sisanya padamu Khanza!" Reli tancap gas, mendorong Krumarine menjauh dari gurita merah yang berenang di air itu.

***

"Gurita itu sudah di atasmu!! Sekarang gunakan jurus terkuatmu!!" Kai memberi komando melalui masker yang Khanza dapat dari Caitlin.

Khanza menoleh ke atas, benar sekali. Gurita itu sedang berenang di atasnya. Khanza mengangkat tangannya ke udara dan menyerukan nama jurusnya,"[Kamitachi]!!"

Udara di dalam gelembung kini bergerak atas perintah Khanza, berputar di telapak tangan Khanza membentuk tiga buah pusaran angin yang naik ke atas, langsung menyambar gurita merah di atasnya.  

"L-Lho..? Kenapa..? Apa ini...?" suara kepanikan Vi yang terjebak dalam pusaran angin terdengar dari masker Khanza.

Pusaran angin itu memutar-mutar si gurita di dalamnya. Usaha kabur gurita itu berakhir percuma, daya tarik pusaran angin itu terlalu kuat! Wanita seperti Vi mana mungkin bertahan dengan daya tarik sekuat itu!

Berlapis-lapis kain perban merah yang membungkus tubuh Vi mulai tercabik-cabik.  Pusaran angin Khanza begitu agresif melucuti setiap inci perban merah yang menutupi tubuh Vi yang terbungkus sepenuhnya.

"Tiiiddaaakk!!! Jangan..!! AHHH!! AHHH!! AAAAAAAHHH!!!" itulah jeritan terakhir Vi yang terdengar dari saluran komunikasi di masker Khanza. Partikel-partikel biru menyebur deras dari penjara pusaran angin Khanza.

Khanza tersenyum melihat kemenangannya itu, ia bentangkan tangannya seakan menikmati semburan partikel biru Vi. Saat itu dia lengah, tidak menyadari sebuah pistol ditodongkan tepat satu centimeter di belakang kepalanya.

DDOOOORRR!!!

Pistol itu menggelegar, tubuh Khanza langsung jatuh ke tanah. Pelaku penembakan ini adalah sesosok lelaki berambut putih dan berpakaian serba hitam yang baru saja menggunakan kemampuan teleportasinya untuk berpindah ke belakang Khanza.

"Terima kasih! Kerja bagus! Tanpa bantuanmu rencana ini pasti tidak akan berhasil...," lelaki itu, Kai, meniup asap dari moncong pistolnya dan tersenyum lebar.

"WOY!! SIALAN!! AKU KAGET TAHU!!" mendadak Khanza bangkit dari tanah dan memukul-mukuli Kai dengan pukulan lembut ala cewek.

"E-EEEHH...?! K-Kenapa kau masih hidup?!" Kai benar-benar terkejut, kali ini ia yang jatuh ke tanah karena keterkejutannya.

"Tentu saja aku masih hidup! Menembak pistol di dekat telingaku tidak akan cukup untuk membunuhku!!"

Kai melongo bingung, ia yakin pistolnya berada tepat di belakang kepala Khanza dan yakin tembakannya tidak akan meleset. Sedetik kemudian Kai menemukan alasan kenapa pelurunya tidak menembus kepala Khanza. Pelurunya tidak pernah keluar dari pistolnya, pelurunya macet di dalamnya karena tersumbat sesuatu yang mungkin ia jumpai ketika berenang di laut.

"Heheheh... Karena suster itu telah dikalahkan... Itu berarti kerja sama kita sudah selesai," Khanza mengarahkan jarinya pada Kai kemudian ia berkata, "DEAD END!"

Khanza menggunakan [Aero Bubble Shield]nya, mengurung Kai dalam sebuah pusaran angin. Tubuh Kai langsung tercabik-cabik dan berubah menjadi partikel biru yang menyebar ke angkasa.

"Reli...? Kau mendengarku?" Khanza memanggil Reli dengan maskernya. Ia menuggu panggilannya di angkat. Mungkinkah Reli memiliki masalah di kapal selamnya?

***

Gurita Vi telah dikalahkan oleh Khanza, Reli langsung bersorak heboh karena kemenangannya.

"Teriakan kemenangan!! Ulululululu!!!!" sorak Reli.

"D-Dia berhasil!! Khanza berhasil mengalahkan gurita itu!!" kata Caitlin tidak percaya. Ia tersenyum atas kemenangannya, tapi kemudian senyumnya memudar ketika sirine berbunyi mendadak.

"R-Reli..? Apa yang terjadi disini?"

Sesaat setelah Caitlin mengatakan itu, lubang penghubung kubah penembak dan badan utama kapal selam tertutup. Kemudian terdengar suara Reli yang tertawa girang, "Krukrukru~ Maaf! Aku menekan tombol eject kubah penembak~"

"Apa?!"

"Bukannya kau adalah Varth Vader? Penjahat akan dimusnahkan oleh robot keadilanku!!"

"H-Heh?! T-Tunggu! A-Aku hanya bercanda soal Varth...!!!"

Sebelum Caitlin menyelesaikan kalimatnya, kubah penembaknya meluncur lepas dari Krumarine. Caitlin mengapung di air, ia tidak mungkin keluar dari sana karena maskernya ia berikan pada Khanza.

Tiba-tiba Reli mendapat panggilan masuk dari Khanza, ia angkat genggam teleponnya dan menjawab, "Hai Khanzy, bagaimana kabar di bawah sana?"

"Hanya kita bertiga yang tersisa. Atau mungkin berdua?" Khanza kembali bertanya.

"Bisa dibilang begitu, aku baru saja mau mengalahkan si Varth Vader!!"

"Kalau begitu aku akan memperingatkanmu Reli, aku akan melepaskan sihirku yang terkuat pada Krumarine."

"Hehehe~ Aku juga akan menggunakan jurus andalanku!! Bersiaplah Khanzy!!"

Walau keduanya terpisah oleh air, tapi keduanya merasa seperti koboi yang sedang berduel.  Siapa yang menarik pelatuk duluan adalah yang menang!!

"Krukru Change, Krumarine!! FIGHTER MOOODEEE!!!" Reli berseru, sekali lagi Krumarine berubah menjadi robot petarung, perbedaanya hanya bagian kepala yang kini digantikan Krukru Reli yang ikut dengannya di dalam Krumarine.

"Bersiaplah Reli!!!"

"Kau juga Khanza!!!"

"Final Attack Reli!! FINALE KICK!!!"

Krumarine mengambil posisi menendang, kemudian jet di punggunnya mendorong Krumarine dengan tenaga yang tersisa. Di gelembung bawah, Khanza menembakkan sihir [Kamitachi]nya. Sementara Caitlin hanya bisa menggigit bibir karena terjebak diantara dua jurus pengakhir.

Tendangan Krumarine bertemu dengan pusaran angin Khanza, keduanya sama kuat, saling bentrok dan tidak mau kalah. Tatapan petarung terlukis di wajah keduanya, selagi Caitlin memasang muka pasrah.

Sebuah ledakan yang hebat tercipta diantara adu kekuatan super ini. Pemandangan langsung berubah setelah ledakan itu sirna. Gelembung udara yang menjadi sumber kekuatan Khanza pecah, Krumarine juga tumbang di tanah. Siapakah yang menang dari pertarungan sengit ini?

Jawabannya sudah jelas, seososk robot raksasa yang gosong bergerak. Robot itu susah payah berdiri, tapi akhirnya ia bisa berdiri tegak, menerima kemenangannya. Si robot memukul ke udara, mengklaim kemenangannya.

Tiba-tiba sebuah tulisan muncul di atas robot itu, "ROUND 1 GROUP C WINNER : RELIMA KRUKRU" 

=Very Short Epilogue=

"Hae hae Reli"

"Apa Krukru?"

"Khanza itu sebenarnya laki-laki lho~"

"Hue..?! Yang benar?!"

9 comments:

  1. huee...
    akhirnya reli sadar jga klo Khanza laki2..
    i'm happy baca entri ini, khanza dan skillnya benar2 dimanfaatkan di entri ini, bahkan saya selaku pemilik khanza bingung eksploitasi skillnya di bawah laut. hiks..

    tapi ada yg salah tuh di nama skillnya khanza. harusnya kamaitachi. hehe
    selain itu ntah cma perasaan saya doank atau bneran terlukis di cerita ini, khanza di sini kesannya kaya orang mesum. pertama dia komentar soal komik H, dan tersenyum saat perban vi tercabik2..
    hadooh haha..

    ngakak dah baca entri ini, parodynya berasa *pke topi sombero xD..

    semua karakter jga terekspos dngan baik di entri ini.

    jadi saya mau kasih 9 untuk entri ini. yeay

    khanza

    mampir2 ke lapak khanza yh. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks for the visit :D

      Iya iya, maaf soal typo nama jurus itu kelewatan waktu ngecek. Dan soal sifat khanza yang terkesan mesum memang aku miringkan sedikit buat nambah bumbu komedi.

      Masukkan Khanza ke reading list~

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. relima sedikit dieksplore masa lalunya..hmm.. sudah kuduga..lucu juga kalau yang nglatih robot..

    endingnya rada ngebut di scene benturan dua jurus tersebut.. ceritanya bakal terkesan berbobot kalau Khanza bakal jadi final bossnya.. ga bisa dibayangin kalau musti lawan teman sendiri

    8 dr Nobuhisa

    mampir juga yah..lapak ane sepi pengunjung neh :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mampir :D

      Iya... endingnya dikebut beberapa menit sebelum deadline tengah malam, makanya kurang kegambar situasinya, padahal disana klimaksnya... TT_TT

      Oke deh nanti aku mampir, Nobu added to reading list

      Delete
  4. >kappa, power berry
    Lol harvest moon reference

    Ini entri unsur parodinya kental banget ya. Ga tanggung" kesebarnya di mana", nyaris saya kira kamu ini Alma si panitia in disguise (karena dia tulisannya paling notable make parodi beruntun kayak gini dari dulu)

    Btw, kenapa habis adegan ambil masker nama Garrand berubah jadi Garren seterusnya? Kai juga salah tuh, mestinya Alshain bukan Ashlain

    Cqc, mindbreak... Ini entri sarat istilah" yang belum tentu pembaca awam tahu ya. Meski ga ngurangin lancarnya saya baca ini, sebaiknya ga dipake kalo bikin cerita beneran

    Typonya masih lumayan bertebaran ya. Jadi penasaran sepanjang baca, ini plotnya autowriting kah?

    Masuk tengah battle begitu semua karakter udah muncul sampe Kai, ada kesan cerita ini berasa heboh sendiri. Beberapa joke kelempar miss buat saya

    Endingnya kok rushed ya

    Overall entri ini masih bernuansa riang gembira kayak sebelumnya ya. Sebenernya bagus sih, karena cerita Relima jadi punya ciri khas kuat sendiri yang keliatan bedanya dibanding yang lain

    Dari saya 8

    [OC : Dyna Might]

    P.S.: Ini entri terakhir ronde ini yang saya baca

    ReplyDelete
    Replies
    1. Damn... More mistakes than what i thought... (0-0)

      Typo dan salah nama. Aw, aku gak sadar ternyata banyak sekali. Kepalaku gak sengaja mencampur Garrand dengan Garren dari LoL, keduanya sama-sama karakter tipe tanker sih. Nama Kai juga... Agh... Harus lebih teliti baca nama.

      Iya... Cerita ini memang buru-buru. Dua setengah minggu aku sibuk UAS, nyicil sedikit-sedikit di tengah istirahat. Terus ngebut super sebelum deadline.

      Thanks for the visit~

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Halo Sang Overlord!

    Tamon Rah ini kasihan sekali... rumahnya sudah diserang, sekarang dipaksa bekerja untuk kakaknya...

    Di entri ini banyak sekali parodinya... Darth Vather... power berry... beruang laut...

    Pertarungannya bagus dan ceritanya riang seperti biasanya, tapi yang kurang mengenakan itu bagian Reli transform menjadi robot yang menghabiskan 20% tenaganya, tapi masih bisa untuk mengalahkan Caitlin dan berubah lagi di akhir...

    Nilai saya : 9

    OC : Renggo Sina

    ReplyDelete