25.6.15

[ROUND 1-TEAM C] KHANZA MAHESA SWARTIKA- HARI MENANGKAP UBUR-UBUR

KHANZA MAHESA SWARTIKA- HARI MENANGKAP UBUR-UBUR
Penulis: Adhies









[Catch 1]  : Kenapa harus bawah laut?

Seharusnya saat ini menjadi hari yang sangat melelahkan  bagi para peserta Battle of Realms karena mau dilihat darimanapun, menghadapi kuda sembrani raksasa hanya dengan kelompok kecil adalah hal yang mustahil bagi orang normal.

Sayangnya mereka yang berdiri saat ini mungkin bukanlah orang-orang yang “normal” karena mereka adalah sekelompok orang yang dinyatakan lolos dalam babak preliminari tersebut.

Mereka yang saat ini tengah berkumpul di sebuah ruangan yang mirip seperti aula penginapan tradisional dengan aroma khas kayu mahoni, terlihat tanpa cacat sedikitpun. Seolah mereka seperti direset ulang untuk menghadapi pertempuran besar yang menanti mereka selanjutnya.


Ekspresi bingung sekaligus tak percaya, seolah menjadi hal yang biasa dalam ruangan ini. Mereka saling memandang tubuhnya masing-masing seperti tak percaya kalau salah satu bagian tubuhnya yang harusnya sudah terlepas, telah kembali utuh seperti semula. Seolah tak mengalami apapun, meskipun mereka yakin kalau tubuh dan psikologis mereka mengalami tekanan luar biasa saat melawan sosok kuda api raksasa, Tamon Rah.

Seperti tak diizinkan berlama-lama menatap tak percaya pada tubuh mereka masing-masing, seorang wanita berseragam maid yang model pakaiannya sedikit terlihat berbeda dari maid yang berada di belakangnya.

Sepertinya maid dengan name tag bertuliskan “Anastasia” memiliki peringkat yang lebih tinggi dari mereka, atau bisa jadi maid itu adalah supervisor mereka. Siapa tahu! Yang jelas maid itu mengumumkan hal yang penting sampai tiba-tiba kalimatnya terhenti karena terdengar suara yang mirip karakter “adik lucu” dengan suara khasnya (baca : cempreng).

“Onii-chan, daisuki!”

Rupanya suara itu berasal dari sebuah dering smartphone milik seorang yang entah pria atau wanita berpakaian serba putih dan tertutup, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Seperti orang sakit, ya itulah kesan pertama yang bisa kalian pikirkan saat melihatnya.

Mengetahui suara itu berasal darimana, tatapan menusuk langsung diarahkan ke sosok serba putih itu seolah mengatakan “BERISIK BODOH!” , padahal itu sudah jelas bukan salahnya karena tiba-tiba pesan masuk tertuju pada smartphone 5 inchi miliknya.

Dengan cepat dia membuka pesan singkat yang ditujukan padanya dengan pandangan yang terus menunduk kebawah, menghindari tatapan mengerikan dari peserta lain.

“Selamat atas keberhasilanmu di babak preliminari, Khanza.” Begitulah bunyi pesannya, tak mau membuang waktu lagi, sosok serba tertutup yang diketahui bernama Khanza itu segera membalas pesannya dengan kalimat yang menunjukkan kekesalannya pada seseorang yang mengiriminya pesan dari seberang sana.

“Aku nyaris mati seperti tadi tapi kau hanya mengucapkan selamat? Ha-ha, jangan bercanda.”

Untuk menghindari hal yang sama seperti sebelumnya, Khanza membuat smartphonenya dalam mode vibra sehingga dia dapat dengan bebas membalas tanpa mendapatkan kekejaman dari tatapan “terganggu” dari peserta lainnya.

“Tidak-tidak, aku tak menemukan suatu kejanggalan sedikitpun pada tubuhmu. Aku sudah memeriksanya tadi saat kamu diteleport ke tempat kamu berada sekarang.”

“Haah! kau tak mengalaminya langsung pertempuran yang kuhadapi dengan kuda binal itu, jadi mana mungkin anda mengetahui keadaan tubuhku sebelum berada ditempat ini.”

“Eror! Aku sudah memeriksa seluruh tubuhmu sesuai perintah Presiden Urd, memang tak ada kejanggalan yang terjadi pada tubuhmu. “

“Ya-ya-ya, terserah. Udah ah gak usah berisik, akan kumatikan smartphone ini.”

Percakapan melalui layanan chatting yang terpasang pada smartphone khususnya dengan seseorang—atau lebih tepatnya dari sebuah humanoid yang mereka sebut Givter bernama Lif.

Givter merupakan humanoid tanpa emosi yang berbeda dengan pencipta mereka yang juga merupakan sebuah humanoid yang nyaris tak bisa dibedakan dengan manusia. Mereka disebut dengan Norn dan Presiden Urd, merupakan salah satu dari 3 Norn yang memerintah negeri tempat dia memperoleh ‘sihir’ .

Setelah memasukkan handphone miliknya ke dalam saku baju, Khanza kembali memperhatikan ke arah depan, arah dimana maid Anastasia memberikan informasi seputar babak pertama dari Batle of Realms kali ini.  Tak ada perubahan terhadap situasi yang terjadi sampai saat ini, setidaknya sebelum kemunculan sosok mungil berpakaian seragam pelaut hijau-putih dengan kucing putih yang terlihat hiperaktif pada setiap gerakannya.

Berjalan menggunakan kedua kaki, melambai bak model dengan salah satu tangannya— kakinya. Semua yang dilakukan kucing itu persis seperti yang dilakukan seseorang yang berada di sampingnya.

RNG-sama, itulah nama yang disebutkan oleh Anastasia untuk gadis cebol yang terlihat begitu dihormati oleh para maid lainnya tapi sepertinya tidak untuk Anastasia, karena dia sempat memukul kepala si cebol itu untuk meluruskan perkataan yang keluar dari mulutnya.

Cebol berseragam pelaut itu mengatakan jika ingin lolos dalam babak ini, hanya satu kalimat yang dapat mewakili semua itu.‘Bunuh semua yang menghalangi.’ Beberapa peserta yang mendengarnya terpaksa menunjukkan ekspresi takut dan panik secara bersamaan meskipun anastasi mengatakan untuk tak mendengarkan dia. Antara percaya atau tidak dengan apa yang dikatakan si cebol di depan mereka, mereka terus menatap beberapa layar hologram di hadapan mereka yang menunjukkan informasi siapa saja yang akan mereka lawan dan di mana mereka akan menjadi pemenang atau yang terkenang.

Khanza mengerti dengan situasinya saat ini,  akan wajar rasanya kalau tubuh Khanza bergetar setelah mendengarkan pengumuman yang menyatakan mereka harus saling mengalahkan peserta lain atau keadaan terburuknya mereka harus membunuh jika mereka tak ingin menjadi pecahan polygon setelah sebelumnya terbujur kaku.

Kematian yang seperti sebuah game virtual? Nyatanya itulah yang terjadi di dunia ini, setelah Khanza dan timnya melihat kematian beberapa prajurit dan monster yang mereka temui di medan pertempuran sebelumnya.

Melihat Khanza dengan tubuh kecilnya yang terus bergemetaran, seseorang yang berada di sampingnya berusaha bertanya apa yang terjadi padanya. Seseorang yang berada di samping  Khanza adalah seorang gadis berpakaian ala victorian yang di dominasi warna hitam,  hanya beberapa bagian seperti bagian dada keatas hingga kerah dan lipatan rok yang berwarna merah. Tak hanya pakaiannya yang mencolok,  dia juga membawa boneka panda yang selalu berada dalam dekapannya. Terlihat manis, jika saja tatapan dari mata merahnya tak menusuk dan dingin seperti itu.

Penasaran dengan apa yang terjadi pada Khanza, dia mencolek-colek pundak Khanza. Khanza yang saat itu berada dalam kondisi yang tak baik,hanya dapat merespon kaku dengan melirik perlahan kearah gadis victorian yang berada di sampingnya.

“Kamu kenapa? Merasa gugup dengan babak pertama ini?” tanya gadis victorian memulai percakapam.

“…” Khanza sepertinya enggan untuk menjawab, dia hanya merespon dengan menggelengkan kepalanya, seperti mengerti maksud Khanza. Gadis Victorian itu berbicara dan bertanya kembali padanya.

“Lalu kenapa? Saranku, tak usah kamu pikirkan ucapan dari si RNG itu. Bukankah Anastasia mengatakan kita tak perlu membunuh, cukup bertahan dan menjadi yang terakhir hidup dalam babak ini.”  

“Ti-tidak, bukan itu yang kupikirkan sekarang.” Sahut Khanza gugup.

“Lalu?”

Khanza memutar tubuhnya hingga wajahnya dan wajah gadis victorian yang tak ia kenal saling berhadapan, sebelum dia mengatakan sesuatu. Khanza menarik nafasnya dalam-dalam seolah akan mengatakan sesuatu yang selama ini dia pendam. Melihat hal itu, gadis victorian yang berada dihadapannya, hanya menampakkan ekspresi yang datar sama seperti sebelumnya.

“BERENANG, AKU SAMA SEKALI TAK BISA BERENAAAAANG!!!”  Tiba-tiba berteriak seperti orang bodoh , membuat semua orang yang harusnya sudah meninggalkan ruangan ini, mendadak menghentikan langkahnya karena terkejut dengan teriakan dari seseorang yang bahkan tak terlihat memiliki energi banyak untuk melakukan teriakan seperti sekarang.

Bagaiamana dengan keadaan gadis victorian yang dia teriaki? Tak ada yang berbeda darinya, hanya saja rambut , bahkan topi kecil yang melekat dikepalanya berantakan seolah terhempas angin yang kuat.

“Selain itu, apa yang harus ku pakai di stage laut seperti itu, aku tak membawa pakaian renang...” sambung Khanza lagi dengan suara normal sambil menunjuk-nunjuk hologram berganbar arena pertarungan di bawah laut yang bertuliskan ‘Rupture Undewater City.’

Seperti merasakan sesuatu yang tak normal pada dirinya, tiba-tiba Khanza bergidik ngeri. Dengan cepat dia melihat sekitar, benar saja apa yang dia rasakan. Ternyata saat ini dia menjadi pusat perhatian, pusat perhatian dengan tatapan mengerikan dari siapapun yang melihatnya. Termasuk tatapan dari gadis yang berdiri tepat di depannya sedari tadi. Tatapan itu sekarang jauh lebih menusuk daripada sebelumnya, seolah memancarkan hawa dingin yang siap membekukan Khanza dalam hitungan detik.

Mengetahui hal itu, spontan kulit putih nan pucat dari wajahnya berubah menjadi merah karena menahan malu. Jika ini animasi, mungkin Khanza akan mengeluarkan asap dari kepalanya karena sudah terlanjur malu terhadap perbuatannya.

“Ma-maaf.” Dengan wajah tertunduk, Khanza perlahan berjalan diantara mereka yang memberikan tatapan tak percaya dengan apa yang dilakukan Khanza saat itu.

Tak mau berlama-lama di ruangan ini, Khanza mempercepat langkah kakinya agar segera meninggalkan ruangan ini dan menutupi wajahnya dengan bantal setiba dia berada di kamar penginapannya nanti.

***
[Catch 2] : New Spell

Langit begitu kelam, tak terlihat sama sekali akan menunjukkan suatu yang cerah dibaliknya. Hanya terlihat kilatan-kilatan cahaya yang diringin dengan suara bergelegar yang memekakkan telinga.

Sementara di bawah sana, beberapa gedung, rumah dan beberapa fasilitas lainnya hancur lebur seolah terkena guncangan dahsyat yang dapat menghancurkan apapun. Tak sampai di situ, beberapa manusia tergeletak tak berdaya, merintih mengharapkan bantuan dari siapapun yang melihatnya namun sayang tak ada yang dapat membantu mereka sama sekali, sekalipun mereka sudah menjadi tumpukan mayat.

“Hiks!”  seorang anak kecil terlihat menangis di balik sebuah pohon besar yang nyaris tumbang, dia menangis sambil mendekap kaki kecilnya hingga membuat wajahnya tak terlihat, meringkuk dengan suara isakan yang semakin tenggelam ditelan suara petir yang terus menyambar apapun di depannya.

Petir yang terus menggelagar memang bukan sekedar fenomenal alam biasa, melainkan sebuah magic dari seekor naga merah yang memiliki tubuh manusia bertubuh raksasa, jika kalian mengetahui monster hijau yang disebut pahlawan dalam sebuah serial superhero. Tinggi dan besar dari monster naga yang berteriak-teriak di depan sana sama seperti monster hijau hero itu, hanya saja kepala, kulit yang bersisik dan ekor merah yang menjadi pembeda di antara mereka berdua.

“Hahaha!, kalian tak ada apa-apanya Soul Mage dihadapan petirku sekalipun kalian memiliki perisai metal seperti pria berotot di sana.”  Ucap penuh bangga dari seekor naga merah berseragam ala pegawai kantor eksekutif  sambil menunjuk pria bertubuh besar yang sebagian tubuhnya terlihat keras seperti metal yang saat itu sedang terlentang sambil menghembuskan asap dari beberapa bagian tubuhnya.

“Ck, kau terlalu percaya diri naga eksekutif. Kami hanya belum terlalu serius menghadapimu.” Sahut seorang pemuda yang terlihat baru keluar dari oven, pakaian “kungfu” nya terlihat compang camping dan terbakar.

 Aroma terpanggang juga tercium dari tubuhnya, namun dia tak terlihat sama sekali merasa kesakitan, dia justru menunjukkan senyum yang mungkin terlihat menyebalkan bagi naga eksekutif itu.

“Hohoho, terdengar sangat berani untuk seorang pengguna sihir api yang bahkan tak bisa membakar tubuh ini, sedikitpun.”  Ejekan terdengar dari naga yang saat ini tengah mendekap tubuhnya penuh kesombongan.

“Kita lihat saja nanti,”  timpal pemuda itu lagi.

Sesaat setelah patih mengatakan hal itu, seorang gadis kuncir satu dengan jaket hijau compang camping yang melekat pada tubuhnya, berdiri tepat di belakang naga itu sejauh 3 meter. Dia terlihat tengah merapal sesuatu dan dalam waktu singkat muncul akar pohon yang terus menjalar dan mengikat tubuh besar naga eksekutif itu.

“Gggh!”  Dia berusaha melepaskan akar besar yang terus melilitnya seperti ular python.

“Ini saatnya kau yang terbakar, tuan eksekutif.” Pemuda itu bersiap merapalkan sihirnya, namun hal tak terduga terjadi. Hal yang sama sekali tak ia harapkan.

“Gggh!, kau pikir dengan mengikatku seperti ini, petirku tak akan mencapai kalian. Bodoh/”

Terlihat sebuah bola kristal melayang di atas naga itu dan menghampiri gadis yang melafalkan sihir tumbuhan untuk mengikat naga raksasa itu. Bola kristal itulah yang selama ini tersembunyi dan terus menyerang mereka dari berbagai celah dengan petirnya.

“La-larilah Dhita...”  ekspresi panik dan ketakutan luar biasa terlihat dari wajah pemuda yang sedari tadi mencoba untuk tersenyum getir dihadapan naga itu.

“Terlambat...” senyum iblis terpasang di wajah naga ekskutif itu, dan bola kristal itu bercahaya dan memercikan petir yang akan meledak dan menyambar sebentar lagi.

“AAAAAH!!!”  Gadis yang dipanggil Dhita, terkena serangan fatal tepat di atas kepalanya, petir bertegangan tinggi telah merambat di tubuh ramping gadis itu dan membuatnya terkapar seketika setelah terjatuh perlahan.

Anak kecil yang tengah meringkuk tadi, melihat hal yang tak harusnya dia lihat. Dia melihat seseorang yang selama ini menjadi panutan atau mungkin cinta pertamanya diusianya yang masih genap 12 tahun saat ini, tengah terpanggang oleh sengatan listrik dan terjatuh tanpa perlawanan.

“Tidak, ka Dhita, ka Dhita,-- “ lirihnya pelan sambil menutup mulutnya

“KA DHITAAAA....” 

***
“Ka Dhita!” Seperti baru saja mengalami mimpi yang teramat buruk, Khanza terbangun dari tidurnya dengan penuh keringat dan air mata yang membasahi pipinya, piyama yang ia gunakan terlihat begitu kusut dan terbuka di bagian dadanya. Terlihat erotis, jika saja dia perempuan.

“Mimpi itu lagi.” Ucapnya lirih sambil meringkuk..

Khanza memiliki masa lalu yang tak menyenangkan yang berhubungan dengan sihir dan karena hal yang tak menyenangkan itu jugalah, dia memutuskan untuk menggunakan sihir dalam pertarungan daripada teknologi canggih yang ditawari oleh pemimpin yang memintanya untuk mengikuti turnamen antar universe ini.

Khanza yang saat itu berusia 12 tahun, baru saja mengenal indahnya kasih sayang dari seseorang yang usianya berada di atas usianya. Selama ia tinggal bersama ibunya di Norwegia, ia nyaris tak pernah merasakan kehangatan dari ibunya yang selalu sibuk dengan pekerjaanya.

Dia kembali ke tanah kelahiran dirinya dan ayahnya. Indonesia, setelah sebelumnya dia tinggal di sana sedari lahir hingga usianya menginjak 3 tahun dan pindah bersama ibunya ke negara asal ibunya.

Di negeri kelahirannya inilah, dia menemukan sosok “kakak perempuan” sekaligus wanita idamannya , meskipun mungkin saat itu dia belum mengerti apa itu idaman. Ia bertemu dengan gadis yang ia klaim sebagai cinta pertamanya meskipun usia mereka saat itu terpaut 7 tahun perbedaanya di sebuah taman.

Dia tak pernah mengetahui kalau gadis tersebut adalah salah satu dari kelompok ‘penyihir’ yang menyebut diri mereka Soul Mage. Sekumpulan penyihir yang bertugas melenyapkan entitas jahat di negeri kepulauan tempatnya berasal.

Yang ia tau,gadis itu adalah seorang photografer dan mahasiswa biasa sebelum akhirnya dia melihat semua kejadian tak menyenangkan yang melibatkan petir dan naga.

Di tengah perenungannya terhadap masa lalu, smartphone miliknya mengeluarkan suara seperti gadis kecil berbahasa Jepang yang artinya kurang lebih ‘kakak cepat angkat teleponnya.’

Mendengar hal itu, Khanza dengan malas mengangkat telepon yang ternyata berasal dari Presiden Urd melalui jaringan yang mungkin lebih canggih dari sekedar 4G karena mereka melakukan komunikasi bukan lagi antar negara melainkan antar universal yang jelas-jelas jangkauannya begitu jauh jika kalian menghitungnya.

Mereka melakukan percakapan telepon yang cukup panjang hanya untuk sekedar berbasa-basi di bagian prolognya, jadi mari lupakan percakapan awal mereka dan langsung menuju inti permasalahan dari apa alasan Presiden Urd menghubunginya sepagi ini.

“Umm, ngomong-ngomong selamat atas bertambahnya kemampuan sihirmu.” Presiden Urd mencoba memberhentikan gosip pagi harinya dengan cowok yang terlihat seperti cewek ini dengan langsung mengatakan maksud tujuan sebenarnya dia menghubunginya.

“Haah! Bertambah? Sejak kapan? Aku kok gak merasakannya sama sekali.” Khanza memasang tampang bodohnya setelah Presiden Urd mengatakan hal seperti itu, yang seharusnya ia sambut dengan suka cita.

“Beberapa saat yang lalu, tepat saat kau bermimpi buruk tadi.”  Sahut presiden Urd.

“Ko bisa? dan kenapa kau bisa tau aku bermimpi buruk?”  tanya Khanza lagi namun kali ini wajah dia seperti terdapat kata-kata ‘mencurigakan’ yang ditujukan kepada presiden.

“Apa kau lupa? Sihirmu itu terbentuk karena kebencian dan ketakutanmu terhadap sesuatu, semakin tinggi rasa takut dan benci pada hal tersebut, semakin tinggi pula intesitas mana dalam membentuk sihir yang berdasarkan ketakutanmu itu.” Jawab presiden dengan tenang tanpa mempedulikan pertanyaan Khanza tentang bagaimana dia mengetahui mimpinya.

“...”

“Coba saja cek list spell di HSC mu ini.”

“Oke.”

Khanza menggeser layar handphonenya ke atas ditengah perbincanganya dengan presiden. Seolah membuang layar yang disentuhnya, tampilan wajah presiden saat perbincangan ditelepon itu, menjadi melayang di udara, seperti hologram. Sehingga mereka dapat tetap salung berbicara dan melihat sementara Khanza mengecek listnya.

“Iya nih ada, eem jadi sihirku selanjutnya adalah Volt Manipulation yah?

Volt Manipulation : adalah sihir yang dapat memanipulasi tegangan voltase yang ada pada arus listrik atau petir pada beberapa objek yang mengeluarkan arus listrik. Misal : kau menyerap aliran listrik dari menara sutet dan di arahkan ke musuh dalam jumlah voltase 3 kali lipat dari voltase benda listrik  yang diserap sebelumnya atau membuat binatang buas dari arus listrik tersebut.
Kelemahan : pengguna harus memakai suatu perantara listrik untuk menyerap dan mengeluarkannya kembali, jika tak ada perantara. Pengguna sama sekali tidak bisa melafalkan spellnya, di tambah jika tidak ada sumber tegangan dia tak akan bisa memanipulasinya, namun pengguna masih bisa memanipulasi listrik statis yang berada pada tubuh manusia, hanya saja serangannya lemah dan dapat menghabiskan energi pengguna, jika terlalu dipaksakan akan membuat pengguna pingsan.

“Yah aku sudah menduganya, sihir baruku pasti tak jauh-jauh dari petir yang kubenci dan kutakutkan,-- “ ucap Khanza setelah melihat skillnya, seperti tak terkejut dia menutup lagi listnya dan tiba-tiba berhenti mengatakan sesuatu yang ia ingin katakan sambil menarik nafas.

“ –tapi kenapa saat aku menggunakan sihir yang berbasis dari apa yang kubenci ini, aku malah sama sekali tak merasakan kebencian dan ketakutan itu?” tanya Khanza dengan ekspresi yang serius.

“Akhirnya kamu bertanya seperti tui juga Khanza, mudah saja. Itu sama seperti kamu melampiaskan kemarahan pada sesuatu atau seseorang dan melakukan hal itu membuatmu merasa lega, bukan?” Presiden tersenyum ketika Khanza bertanya seperti itu, diapun menjawabnya dengan tenang agar dapat dimengerti oleh Khanza

“Seperti itu juga pola dari sihir ini, sihir yang kamu gunakan itu menyerap kebencian dan ketakutanmu, lalu kamu lepaskan sihir itu. Bukankah itu sama dengan melepaskan kebencianmu itu?” sambungnya lagi sambil membuat pergerakan yang terdiri dari pergerakan dua tangannya yang menggenggam mencerminkan menyerap dan mengayunkan tangannya ke arah luar seperti melemparkan sesuatu.

Khanza mengangguk tanda mengerti apa yang diucapkan oleh presiden, mereka kembali berbincang termasuk membahas strategi untuk pertempuran ronde pertama siang nanti hingga sebuah wormhole muncul dan mengeluarkan sebuah jam tangan, saat itulah mereka harus menghentikan percakapannya karena tujuan presiden mengobrol selama itu adalah memberitahu sihir barunya dan memberikan magic tool berbentuk jam tangan itu pada Khanza.

“Baiklah, kurasa ini sudah waktunya untuk mengakhiri percakapan kita ini. Jangan sampai mati, oke. !”

“Berisik, aku juga tak ingin mati muda. Jadi tenang saja, akan ku bereskan secepat mungkin dengan atau tanpa membunuh mereka.”

“Baiklah, aku percaya padamu.”

Presiden segera mematikan teleponnya, sementara Khanza kembali terlentang dengan menaruh tangannya di atas keningnya, seolah dia sedang berpikir dan meratapi semua perkataan Presiden jika ia memang ingin terus hidup.

“Ha-ah! Sepertinya hari ini akan jadi hari yang merepotkan.”

***
[Catch 3] :  Bermain gelembung
Cih! Aku yang berada di dua universal yang berbeda mati dengan konyol seperti itu, mereka memang musuh yang merepotkan.” Khanza terlihat  kesal dan menggerutu setelah melihat video pertarungan Battle of Realm dari universal yang berbeda.

Apa setiap orang yang mengikuti battle ini akan menyaksikan kematian dirinya sendiri meskipun pada dasarnya “dirinya sendiri” adalah orang yang benar-benar berbeda karena mereka hidup di universalnya masing-masing.

“Aku sudah mengerti pola pertempuran mereka, kita lihat saja nanti.” Batinnya lagi sambil mengantongi smartphone miliknya.

“Kau sudah siap Khanza?” tanya seorang maid yang kali ini bernama Lisa, maid berambut ikal dengan kulitnya yang kecoklatan, tak seperti maid kebanyakan yang berkulit putih.

“Umm!” Khanza mengangguk dengan suara yang terdengar seperti gadis kecil, dia memasang senyum termanis yang bisa dia pasang saat ini. Dia tak ingin menunjukkan kekesalannya pada maid itu, karena itu akan merusak citra imutnya.

Khanza yang saat itu hanya memakai kaos lengan panjang dan  celana olahraga panjang berwarna serba biru,selain itu ada yang berbeda dengan penampilannya. Dia tak lagi memakai topi kucingnya, dia hanya menguncir bagian belakang rambutnya sementara rambut di dekat telinganya dia biarkan menutupi telinga kecilnya.

Tak lupa Khanza menggunakan masker khusus yang digunakan untuk pertarungan di bawah laut ini, sebuah masker yang memiliki kadar oksigen yang tak terbatas dan dapat digunakan untuk berkomunikasi layaknya memakai ponsel, karena tak mungkin berbicara di dalam air secara langsung, sekeras apapun kalian mencoba.

Maid Lisa yang sedari tadi menunggu di luar kamarnya, telah membuka sebuah wormhole berukuran besar yang langsung terhubung ke arena pertempurannya nanti, Rupture Undewater City.
 Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke arena pertempuran, Khanza sudah tiba tanpa ia sadari.  Sebelum Khanza keluar dari lubang cacing yang ia masuki tadi, ia mengeluarkan kepalanya dan melihat keadaan sekitar.

“Hmm, sepertinya saat ini aku berada disebuah gedung terbengkalai di bawah laut,-” Ucapnya setelah melihat sekelilingnya yang hanya dipenuhi peralatan kantor seperti komputer, rak buku, dan lainnya.

“-Tapi kenapa ruangan ini seperti tak berada di bawah laut yah? Semuanya masih terlihat bagus dan tak terendam air sama sekali.” Sambungnya lagi setelah ia keluar dari wormhole yang selama ini menjadi alat transportasinya.

Beberapa langkah kaki terdengar dari belakang Khanza yang masih tak percaya dengan keadaan ruangan yang saat ini sedang ia jajaki. Khanza menyadari keberadaan seseorang yang perlahan semakin mendekatinya, tak mau ambil resiko. Khanza memutuskan untuk bersembunyi dibalik meja pegawai yang cukup luas setidaknya untuk dirinya yang bertubuh kecil.

Gauntlet, on!” bisik Khanza sambil menyentuh jam tangan digital di lengan kanannya.

Jam tangan digital miliknya bersinar redup dan dalam waktu yang singkat, jam tangan Khanza telah berganti menjadi sebuah gauntlet berbahan metal terkuat di dunia Tommelen Verden. Angenium, logam yang disebut-sebut tak bisa ditembus oleh berbagai macam senjata artileri, bahkan rudal sekalipun, jika itu dijadikan tameng.

 Sayangnya Angenium yang dimiliki Khanza berbentuk gauntlet yang lentur , bahkan tak terasa seperti memakainya. Gauntlet itu merupakan konduktif  terbaik dibandingkan metal lainnya, gauntlet itu mampu merambatkan aliran listrik lebih cepat dan intens. Hanya membutuhkan waktu sepersekian detik untuk menyerap arus listrik dalam jumlah besar dan melontarkannya kembali.

Selain itu gauntlet itu telah dilengkapi berbagai rune rumit yang mengeluarkan sihir angin dan menyimpan didalamnya tanpa perlu memanipulasi angin alam.
Baiklah lupakan masalah penjelasan gauntlet miliknya, itu hanya akan membuat Khanza tertidur bahkan sebelum penjelasannya selesai. Fokus kemasalah seseorang yang datang ke ruangan ini, seseorang yang datang tanpa diundang atau bisa jadi pulangpun perlu diantar nantinya.

“Yoohoo! Apa ada orang di sini?” ternyata seseorang berpakaian serba hitamlah yang datang dari ruangan sebelah. Pakainnya terlalu gelap untuk seseorang yang memiliki rambut putih selebat itu, entah itu uban atau bukan yang jelas rambut itu benar-benar putih sampai sulit dibedakan dengan warna tembok yang berada disekelilingnya.

Sang pembuat peta, Kairos Alshain.

Seperti tak ingin berlama-lama mencari sesuatu atau seseorang yang berada di ruangan ini, Kairos mengaktifkan skill [Path-Bending] pada benda yang saat ini ia sentuh, kebetulan dia menyentuh sebuah komputer model lama dan mengangkatnya tanpa disentuh, seolah benda itu melayang.

Kai membuat tangannya lurus kearah depan seperti sedang melempar sesuatu yang tadinya melayang di sampingnya ke arah dimana Khanza bersembunyi.

Mendapat serangan dadakan meskipun tak mengenainya, sukses membuat Khanza membatu tak percaya. Merasa nyawanya terancam jika ia terus berada di sana, Khanza keluar dari persembunyiannya dan mengangkat tangannya ke atas.

“Tunggu-tunggu, jangan ngebuangin benda-benda gede kaya tadi lagi donk,-- “ pinta Khanza sambil terus berjalan menghampiri Kai . “-yang tadi itu bahaya tau.” Timpalnya lagi

“Baiklah! Jika kau mau menjadi anak baik dan menyerah pada pertandingan ini, tak akan ku ‘lemparkan’ benda-benda ini lagi.” Sahutnya sambil tetap melayangkan benda-benda yang ia dapat sentuh sebelumnya dan kali ini yang melayang adalah dua buah kursi.

Sepertinya orang ini benar-benar berniat menghabisi siapa saja yang menjadi lawannya.

“Huuuh! Padahal aku kan baru dateng, masa udah disuruh nyerah aja sih.” Gerutu Khanza dengan menggembungkan pipinya.

“Ya terus maunya gimana? Mau bertarung denganku?” tanya Kai dengan ekspresi wajah yang tak kalah serius jika dibandingkan para pemimpin negara yang tengah berpidato.

“Tidak-tidak, tak mungkin aku menang melawan kaka Kai sang mapmaker yang hebat ini.”

“Lalu?” lagi-lagi dia bertanya namun kali ini, kursi yang melayang sebelumnya sudah ia turunkan. Mungkin dia pegal terlalu lama mengendalikan kursi melayang seperti tadi.

“Bagaimana kalau main tusuk gelembung?” Khanza menjawab pertanyaan Kai dengan pertanyaan lagi.

“Haah!”  Entah karena dia budek atau gak percaya sama yang baru saja dia denger, dia mengatakan ‘haah’ dengan tampang menyebalkan.

“Jangan cuma haah, keleus. Mau apa gak?” dan Khanza mendadak alay

“Ogah! kaya bocah aja main gituan.”

“Diih! payah, bilang aja takut kalah. Bwee” ledeknya sambil menjulurkan lidahnya yang terpasang chip sihir.

“A-apa? takut kalah, jangan panggil aku Kairos dari keluarga Alshain kalo main game bocah aja bisa kalah,--“ sahutnya lagi sambil membuang muka, sepertinya dia malu mengakui kalau dia mau bermain game ini. “-baiklah aku ikut.” Sambungnya

“Yeaay! Gitu donk.”

Khanza menjelaskan peraturan bermain tusuk gelembung padanya, hanya satu cara untuk memenangkan game ini. Yaitu, Kairos atau Khanza harus menusuk gelembung yang berwarna sesuai dengan pilihan acaknya.

Lalu darimana gelembung-gelembung itu berasal? Khanza dan Kairos sepakat untuk bermain diluar gedung agar Khanza dapat memproduksi gelembungnya melalui gauntlet yang ia miliki di tangannya karena itulah mereka saat ini sudah berenang jalan di temani beberapa ikan yang mondar mandir di atas kepala mereka, bahkan ada beberapa yang melewati celah kaki mereka begitu saja.

“Baiklah, kaka Kairos mau pilih warna apa yang mau kaka tusuk gelembungnya?”

“Hitam. Ada kan?”

“Tentu saja ada, di sini semua jenis dan warna gelembung itu ada ko, dan aku pilih warna kuning.”

“Ya sudah cepat lakukan, aku mulai bosan.”

“Oke-oke..”

Khanza melebarkan ke lima jarinya hingga beberapa saat kemudian, beberapa lubang terbuka di setiap jari jemarinya yang mengenakan gauntlet itu. Seperti tersedot kedalam lubang-lubang jari gauntlet itu, air di sekitar masuk kedalam lubang-lubang tersebut. Hingga lubang-lubang itu kembali tertutup.

Tak membutuhkan waktu lama lubang itu untuk terbuka kembali hanya saja kali ini, beberapa gelembung cantik beraneka warna keluar dari lubang tempat masuknya air tadi. Orange, biru, ungu,hijau, kuning, putih dan hitam.

Sesuai perjanjian mereka yang ikut bermain harus menutup matanya sesuai giliran karena Kairos yang bermain pertama, dia mulai menutup matanya kemudian mengambil jarum yang diberikan Khanza.

Gelembung-gelembung itu mendekati Kairos secara acak sampai memutari tubuhnya, Khanza segera menginstruksikan untuk memulai mencari dan menusuk beberapa gelembung hingga ia berhasil menemukan gelembung yang ia pilih.

Gelembung yang ia pilih akan berbunyi “Poop”ketika ditusuk. Jadi bunyi selain itu, bukanlah gelembung yang ia pilih.

“Hihi! Dasar bodoh, jika kau menusuk gelembung lain selain yang kau pilih. Gelembung itu akan pecah dan mengeluarkan efeknya, seperti gelembung hijau beracun itu.” Pikir Khanza dengan senyum licik penuh kemenangan.

Benar saja ketika dia menusuk gelembung warna orange, gelembung itu menimbulkan efek seperti ledakan yang membuatnya terus berkata ‘gaagh’, namun seolah tak mempedulikan apa yang terjadi padanya dia terus menusuk hingga ia harus berapa kali menghirup gas paralyzed yang membuatnya seperti orang bodoh dan berapa kali ia harus menghisap gas beracun yang dapat melumpuhkan seekor kuda sekali hirup hingga akhirnya ia tewas tak lagi mengeluarkan ‘udara’ dari maskernya.

Setelah tubuhnya tak lagi bergerak, tubuh Kairos perlahan berubah menjadi pecahan-pecahan polygon yang terus menghilang bersama aliran air.

Alshain Kairos, dead.

“Rest in peace, kaka Kairos!” ucap Khanza dengan ekspresi sendu, seolah tengah mengheningkan cipta.

[Catch 4] : Ubur-ubur yang subur.

Sementara di tempat lain dengan lokasi yang sama.

Pong-pong-pooong...

Terdengar seperti itu bunyinya kira-kira, sebuah kereta barang yang mengangkut seorang gadis kecil dan 3 ‘robot’ atau sesuatu yang seperti itu, berjalan mengikuti jalur rel yang secara ajaib bisa berada di dasar laut seperti ini.

Masinis pelatihan yang tak tahu kapan jadi masinis beneran, Relima Krukru.  Adalah penyebab dari semua anomali yang terjadi saat ini, seolah tak peduli dengan pertandingan yang harusnya ia menangkan. Relima hanya bermain dan berputar-putar menggunakan kereta dan rel yang dia buat selama 30 menit.

Awalnya Relima berniat mencari para peserta lainnya hanya saja ia tak pandai berenang dan karena faktor itulah, Relima membuat lintasan relnya hingga beberapa meter dari tempat dia mulai membangun relnya.

Namun entah karena bosan atau merasa frustasi mendadak setelah membangun jalur relnya, Relima dan krukru hanya bermain di kereta yang ia naiki tanpa memperdulikan hal lainnya seperti jalur yang dia buat melintasi kumpulan ubur-ubur bawah laut yang cukup berbahaya karena sengatannya.

“Relima, mereka itu apa?” tunjuk salah satu krukru yang berada di sampingnya ke arah kumpulan ubur-ubur yang sepertinya terusik oleh jalur rel yang mereka ciptakan.

“Aku juga tak tahu itu apa, apa kalian ada yang tau mereka itu apa?” jawab relima dengan kembali mempertanyakan kumpulan hewan listrik bertentakel itu apa.

“Tidak, kami tidak tau mereka itu apa.”  Jawab krukru yang tersisa dengan kompak.

“Kalo gitu bagaimana kita tangkap salah satu dari mereka.” Sahut Relima lagi sambil menunjukkan beberapa jaring penangkap serangga yang entah ia dapat darimana.

“Hore! Menangkap makhluk laut.” Teriak krukru bersamaan sambil mengangkat tangannya ke atas tanda bersemangat.

Relima dan para krukru yang melintasi kumpulan ubur-ubur dengan cepat mengayunkan jaring-jaring mereka untuk menangkap ubur-ubur yang tak mereka ketahui itu.

Satu, dua, tiga.

Mereka berhasil mendapatkan ubur-ubur itu tanpa masalah sedikitpun, namun sialnya itu hanya berlangsung sementara. Sampai sesuatu yang mirip seperti yang mereka tangkap, hanya saja ukurannya 10 kali lebih besar dari ubur-ubur yang berada diantara mereka.

Itu adalah raja ubur-ubur yang subur, terbukti dari kepalanya yang memakai mahkota kerajaan dan tentakelnya memegang sesuatu yang seperti tongkat kerajaan berwarna emas.

“Relima, sepertinya mereka telah memanggil bossnya.”

Gleg!

“Iya nih, sepertinya bakalan gawat. Apa lebih baik kita lepasin mereka aja yah terus minta maaf sama itu raja.”

“Ta-tapi apa mereka mengerti bahasa kita saat kita akan meminta maaf.”

“Entah, tapi kita cukup menundukkan kepala tanda menyesal. Mungkin mereka bisa mengerti.”

“Baiklah!”

Mereka segera melepaskan ubur-ubur yang mereka tangkap, namun sialnya ubur-ubur yang mereka tangkap bukannya mengucapkan terimakasih tapi mengajak bersalaman dengan ribuan volt yang mengalir di tiap tentakelnya dan hal itu sukses membuat mereka terperanjat tak percaya setelah mengalami “salam perkenalan” dari ubur-ubur itu

Seperti mengatakan sesuatu pada kumpulan ubur-ubur itu, setelah raja ubur-ubur menunjukkan tongkatnya pada Relima dan lainnya. Relima menjadi sasaran empuk dari ‘adu ketangkasan mengeluarkan listrik’ yang dilakukan oleh kumpulan ubur-ubur itu.

Nasib buruk tak dapat dihilangkan , malang tak bisa  dihindari. Itulah yang terjadi pada Relima dan para krukru, mereka harus berakhir tersengat listrik hingga jutaan volt di bawah laut.

Setelah mereka puas membuat Relima gosong dan terjatuh di terumbu karang, raja dan para ubur-ubur lainnya meninggalkan mereka dalam keadaan mengenaskan seperti sekarang.

Perlahan tubuh Relima yang sudah tak dikenali lagi terurai menjadi jutaan polygon dan menghilang.

Relima krukru, dead

[Catch 5] : Tsundere Twins

Seharusnya saat ini para peserta harus berusaha saling menjatuhkan dan menjadi “The Last Stand”  , tapi itu tak berlaku untuk Khanza dan Garrand yang entah kenapa tiba-tiba menjadi begitu akrab ditempat yang seharusnya mereka menjadi musuh.

Mereka berenang perlahan sambil ‘bercakap-cakap’ menggunakan mode ‘whisper’, yang artinya percakapan mereka tak bisa di dengar siapapun selain mereka sendiri.
“Jadi, Khanza apa kamu benar-benar serius ingin membantuku untuk memenangkan babak eliminasi ini?” tanya sosok pria bertubuh tegap dengan pakaiannya yang menyilaukan, warna kuning mendominasi seluruh pakaian ditubuhnya. Untung saja kulitnya tak berwarna kuning juga.

Prajurit tameng nan tsundere, Garrand Entrechord

“Tentu, aku bersumpah demi makam ibuku.” Jawab khanza penuh ketegasan yang terlihat dari matanya.

“Hei! Aku di sini.” Seorang wanita bule berpakaian selam tiba-tiba menyauti perkataan Khanza dari arah belakangnya dan hal itu sukses membuat Khanza terkejut sampai tak bisa menutup mulutnya.

“Kenapa ibu bisa ada di sini?” Pekik Khanza, setelah beberapa menit menatap tak percaya pada seseorang yang  kini berada di depannya.

“Entahlah, anggap saja ibu ini cuma sekedar cameo. Lagipula pemandangan di laut ini cukup indah , bukan?.” Sahut wanita paruh baya yang Khanza panggil ibu dengan santai sambil meninggalkan mereka pergi.

Melihat Khanza semakin menganga setelah kepergian ibunya yang begitu saja, Garrand menepuk-nepuk pundaknya hingga Khanza kembali ke kesadarannya.

“Lanjut yang tadi,--“

“—baiklah kalau itu yang kamu mau, sebagai prajurit aku tak bisa mengabaikannya, tapi ingat itu bukan karena aku berharap atau apapun agar kamu mau menolongku.”
“Ya, ya tapi sebagai gantinya, kamu lindungi aku dari pertempuran yang akan terjadi nanti dan tentu saja itu bukan berarti aku tak mampu melindungi diriku sendiri atau apa.”

“Baiklah-baiklah..aku mengerti. Hahaha!”

“Hahaha.”

Seperti tak mengizinkan mereka ‘bermesraan’ lebih lama lagi, beberapa monster ikan bertubuh manusia atau yang mereka sebut dengan merman.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan pasukan, para merman itu langsung menyerang mereka berdua dari atas.

Seolah sudah mengetahui arah serangan musuh, Garrand segera memasang kuda-kuda dengan kaki kiri di belakang dan kaki kanan di depan, sementara tangan kanan yang memegang tameng menghadapi tameng kearah laju serangan para merman itu.

“Haaah!” Dengan segenap tenaga , Garrand mendorong dan melemparkan para merman yang berbenturan dengan tameng miliknya, hingga merman yang terlempar saling mengenai merman lainnya yang tengah bersiap untuk menyerang.

“Baiklah Khanza, inilah saatnya kita membuktikan kebenaran dari kerjasama kita ini.” Kata Garrand sambil membelakangi punggung kecil Khanza yang juga sedang sibuk melawan para merman.

“Tentu saja.”  Khanza mengeluarkan beberapa gelembung dari jari-jari gauntletnya, gelembung-gelembung itu berwarna hijau yang menandakan gelembung itu beracun.

Perlahan tapi pasti, gelembung-gelembung itu mendekati para merman dan masuk ke rongga hidung atau mulut mereka dan meledak di dalam, kontan para merman itu langsung pucat dan merasa mual,bahkan beberapa dari mereka langsung terkapar tanpa basa-basi lagi.

“Sekarang, hajar mereka jagoan!” pinta Khanza

“Hmm, aku tak ingin diperintahmu tapi akan ku lakukan.”

>>STRIKEBASH<<

Garrand melemparkan tamengnya yang berbasis carma kearah musuh yang mual-mual karena racun gelembung Khanza dan itu sukses membuat mereka terhantam dengan keras, mustahil untuk mereka bisa dapat hidup kembali setelah mendapat serangan perusak seperti itu.
Merasa sukses dengan serangannya, Garrand menjadi lengah dan terkena serangan. Punggungnya tertancap tombak milik para merman

Gaah!

Garrand memuntahkan sejumlah darah dari mulutnya, dengan sedikit kaku karena merasakan rasa sakit yang begitu teramat sangat dari punggung hingga ke dadanya selain karena luka tusuk dia juga merasakan aliran listrik mengalir dari tombak itu.

Garrand melihat Khanza tepat berada di belakangnya dalam posisi sehabis melemparkan tombak yang menancap pada tubuhnya saat ini di tambah gauntlet yang berada di tangannya terlihat mengkilat-kilat seolah baru saja mengalirkan aliran listrik dari gauntlet itu.

“Ugh! Ke-kenapa... ka-kau melakukan ini..Khan-za...”

“Umm! Karena memang dari awal aku hanya berpura-pura dan memanfaatkanmu tapi siapa sangka aku akan membalaskan dendamku secepat ini.”
“A-apa.., maksudmu?”

“Balas dendam, balas dendam untuk Khanza di universal lain yang kau—ah maksudku Garrand dari universal lain yang telah membunuh Khanza.”

“Uugh...” tak bisa berkata apa-apa lagi karena ia tak mengerti dengan apa yang Khanza katakan. Dia hanya bisa menahan sakit dan menunggu dewa kematian menjemputnya.

“Baiklah! Selamat tinggal,--“  Khanza meninggalkan Garrand yang saat ini tengah meringkuk kesakitan tapi belum jauh dia berenang meninggalkan Garrand, dia kembali lagi dan  mendekat ke arah Garrand.

“—ah! Aku lupa, sekedar mengingatkan merman di sini sangat sensitif terhadap bau darah, jadi kau lebih baik berhati-hati yah. Tsundere-chan.  Aku pinjam yah tamengmu.”

Tanpa merasa bersalah, Khanza membawa tameng milik Garrand dan berenang menjauh sambil terus mengeluh mengenai beratnya tameng milik Garrand itu.

Berenang? Bukannya harusnya Khanza tak bisa berenang? Ya memang, meskipun dari tadi narator menyebut Khanza itu berenang, sebenarnya Khanza hanya menggerak-gerakan kaki dan tangannya secara asal, yang penting bisa maju dan bergerak meskipun sangat pelan, terlebih lagi dia membawa tameng Garrand yang membuatnya semakin mirip seperti siput saat bergerak.

Lalu bagaimana nasib Garrand? Tak perlu ditanyakan lagi, mungkin saat ini Garrand telah menjadi sushi bagi para merman itu.
Garrand Entrechord, Dead

[Chatch 6] Duel Monster
Terlihat seseorang berada di dalam sebuah lilitan perban yang menutupi seluruh tubuhnya layak seorang mumi, seseorang di balik perban  itu terlihat menggila namun berada di bawah perintah dari seseorang yang mengendalikannya dari jauh.

>>God’s Wrath<<

Skill yang memungkinkan musuh menjadi mumi dalam waktu singkat dan berguna untuk penggunanya dalam mengalahkan musuh lainnya.

Hanya satu orang yang bisa memakai skill ini.

Suster licik pembawa perban, Vi Thalita.

Lalu siapa seseorang yang berada di balik mumifikasi perban Vi Thalita? Ternyata dia adalah prajurit gadis yang tak terlihat seperti gadis sama sekali, Caitlin Alsache.

Caitlin dimanfaatkan oleh Vi Thalita untuk membasmi para merman yang berada di hadapannya dan itu berhasil membuat beberapa merman tewas berantakan di tempat kejadian perkara.

Namun skill >>God’s Wrath<<  milik Vi Thalita itu hanya bertahan 3 menit, sementara para merman terus berdatangan menyerangnya.

Alhasil Caitlin yang sudah terluka sejak awal dari pertarungannya dengan Vi Thalita, tak bisa berbuat apa-apa setelah skill itu terlepas yang membuatnya menjadi makan siang para merman yang mungkin mereka anggap sebagai daging kalengan.

Caitlin Alsache, Dead

Sementara tak jauh dari tempat ‘pesta’, Khanza yang berenang dengan terseok-seok selain karena membawa tameng, dia juga sempat bertarung dengan para merman yang menghadangnya.

Tak heran jika tubuhnya penuh dengan luka dan pakainnya compang-camping seperti sekarang, namun ketika dia berharap untuk istirhat dia bertemu dengan seseorang yang sama sekali tak ingin dia dekati, Vi Thalita.

“Kenapa lawan terakhirnya harus dia sih?” gerutunya dalam hati


“Aah! Sayang banget, aku melewatkan pesta ‘kepergiannya’ sang Valkrie.” Dengan tenang Khanza mengatakan hal yang ingin ia katakan tanpa ragu

“Aaah! Ternyata itu kau yah bocah, sepertinya tinggal kita berdua saja di sini.”  Sahut Vi Thalita dengan senyum kemenangan.

“Eem maaf, tapi aku tak ingin berduaan dengan suster bernama yang tak senonoh itu, Vital.”

“Vi Thalita, namaku Vi Thalita. Jangan pernah menyingkat dan mengatakannya secara bersamaan seperti itu bodoh.”

“Suka-sukalah, atau mau ku panggil Miss V?”

“Geeh, kau cukup berani untuk ukuran bocah sepertimu. Akan ku jadikan kau menjadi mumi seperti dia dan menjadikanmu santapan para merman itu.”

“Err, udah pernah. Baru aja tadi aku liat seseorang menjadi santapan para merman itu, jadi pass deh.”

“Gaaah! K-kau...”

>>Heaven’s Chain<<

Skill itu dapat membuat lawan mengalami efek stun selama 10 detik, tapi Khanza tak ingin begitu saja mendadak diam karena serangannya. Khanza memanipulasi listrik statis dalam tubuhnya dan mengeluarkannya di gautlet untuk memotng kain perban yang mengarah padanya.

“Karena deadline tinggal berapa menit lagi, lebih baik ku percepat duelku dengan Vital.” Pikir khanza

Khanza melemparkan tameng Garrand ke arah Vi thalita, dan seperti yang di duga. Vi Thalita mengeluarkan skill Divine Aegis untuk melindunginnya.

Khanza yang sudah menyiapkan Gauntletnya dalam mode full engine, yang artinya dia memakai  seluruh tenagannya untuk menciptakan listrik dari tubuhnya dan mengumpulkannya dalam sekali serangan menggunakan gauntlet miliknya.
Tameng yang di lemparkan di kembalikan pada Khanza, namun dengan cepat Khanza menghantam kembali tameng itu dengan kekuatan penuh.

>>Mjolnir Punch<<

Tameng milik Garrand itu kembali meluncur dengan kecepatan tak terduga di kurangin tekanan air, membuat Vi Thalita yang tak sempat menggunakan skill aegisnya, terpental jauh ke belakang.

Seperti tak ingin membuang waktu lebih lama, Khanza kembali mengeluarkan alat aneh berbentuk seperti ponsel mini dan beberapa kartu monster.  Di sana tertulis alat itu bernama Tradivice , alat untuk memanggil monster tradisional yang berada di setiap negara.
Tradivice itu merupakan pinjaman dari presiden urd, dan hanya bisa dipakai sekali.
Khanza segera memilih beberapa kartu monster dan menggesekannya pada pinggir Tradivice.  Dia memanggil Kraken dan dimunculkan tepat berada di jalur jatuhnya Vi Thalita.

Kalahkan musuhmu, Kraken.”  

Monster berjenis seperti gurita raksasa itu, langsung menancapkan tentakel panjang dan lancip tepat kearah dada Vi Thalita dan mendaratkannya pada sebuah batu karang yang mungkin dapat memecahkan kepalanya.

“Guaaagh! Ohook!”

Tak sampai di situ, kraken itu terus menyerangnya hingga tubuh ramping dan seksinya tak berbentuk kemudian berubah menjadi pecahan polygon.

Vi Thalita, Dead!

[Last catch]

Maid Lisa telah sampai di arena pertempuran terakhir Khanza, dan melihat situasi di sana begitu mengerikan jika mayat-mayat di sana tak menghilang.

“Selamat atas kemenanganmu, aku tak menyangka kau cukup kejam rupanya, Khanza!”

“Ini belum seberapa ko.” Sahut Khanza dengan memasang senyum iblis.

Fin

11 comments:

  1. Haha, kukira ini Spongebob dan Patrick di Bikini Bottom.

    Dan kelihatannya memang begitu :p Main gelembung, tangkap ubur2, makan Krabby Patty (eh itu nggak masuk). Cukup bawel juga ya di bawah air sampai bisa komunikasi tanpa (atau ada?) Alat khusus? Gillyweed-nya Harry Potter aja kalah canggih dari ini.

    Mungkin bakal lebih seru lagi kalau Khanza terluka cukup parah gara2 si Garrand atau Kai, terus hiu2 mulai berdatangan.Seharusnya Khanza nggak kelihatan terlalu dominan di medan ini, dan power-upnya tepat guna di sini. Gak takut kesetrum apa? Vajra sih nggak :p

    So, skornya 7/10. OC: Vajra

    ReplyDelete
  2. seez ,kan khanza belajar banyak dari vajra. jdi manipulasi listrik ky gini bisa aja tanpa kesetrum xD.
    sebenernya ada penjelasan kenapa khanza ga kesetrum mskipun mainan listrik di bawah air, cma lupa buat di jelasin. xD

    masalah komunikasi, narator kan udah jelasin klo mreka bsa berkomunikasi melalui masker itu. cma kurang lengkap jelasinnya. hihi
    tadinya sih mau dibuat kaya gtu,kaya hero2 gtu yg sering luka bahkan smpe sekarat buat menang, tapi sayangnya khanza says 'i:m not hero". di buat jdi anti hero gtu deh, lbih ke villain malah. xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oya lupa cek di canon panitia, aku soalnya lebih fokus ke aturan2nya tim F sih.

      Ya gpp urusan listrik bukan poin minus sih. Mungkin pakai magic/protection tertentu atau spt penjelasan di power-upnya, jadi listrik statis yg dikeluarkan itu kecil banget, tapi pas sampai di target jadi berkali2 lipat lbh besar karena dihantarkan air dsb.

      Lagi mikir aja, kalo anti-hero juga berjuang mati2an, itu cukup unik kan?

      Delete
  3. Entri ini panjangnya kurang ajar banget dah

    Di banyak bagian masih agak terlalu tell nih, kayak jelasin situasi peserta atau sampe RNG dateng. Atau pas Khanza bangun dari mimpi. Rasanya jadi ngurangin emosi cerita karena kita 'sekedar' diceritain gitu aja kayak laporan. Emang ga dilarang sih mau show atau tell, tapi biasanya sesuatu yang tell apalagi banyak rada hambar buat saya (kayak bisa diskip cepet gitu)

    Kayaknya kamu perlu banyak baca biar perkaya diksi sama kosakata deh. Misal bagian Puppet-Khanza terlalu repeititf, berulang kali ga punya kata ganti selain gadis victorian melulu

    Ga kayak Maida yang sama" trap, perangai Khanza ga bikin dia kerasa cowok sama sekali. Terlalu tipikal moeblob malah

    Kadang" ada beberapa kata yang menurut saya mendingan dibikin italic daripada dikasih tanda kutip

    >universal >> ini kayanya mending ganti jadi realita atau semesta. Di bahasa Inggris sendiri lebih tepat pake universe (kata benda) daripada universal (kata sifat)

    >donk >> dong. 'Donk' lebih ke bahasa emot atau sms

    >beneran >> kayanya mending 'betulan' kalo liat konteks kalimatnya. Kadang timpang, 'beneran' jadi kayak bukan baku. Emang ga wajib pake eyd baku sih, tapi ya itu tadi, timpang pas nemu kata itu tiba"

    Banyak hal yang kayaknya skip penjelasan tau" jadi aja, contohnya Garrand temenan sama Khanza. Ini ga pake buildup atau apa pula, jadi kayak disodorin makanan yang kita ga yakin diolahnya gimana

    Battlenya agak garing, kebanyakan karena kaku dan mesti sebut nama jurus sendiri kayak gitu. Jadi ga kerasa tensi atau feel battlenya

    Dari saya 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wait itu kalimat pertama bukan buat entri ini. Ga sengaja ikut kecopas

      Delete
    2. gyahaha xD..
      akhirnya shisou komentar juga... xD

      eem jawaban dari semua kesalahan diatas karena keburu deadline n konsepnya kurang di eksploitasi..
      ya gini hasilnya, dapet 6 lagi deh dri shisou..
      tapi wajar sih..
      akan dicoba perbaiki untuk round slnjutnya. semoga di round selanjutnya nanti, bisa memperbaiki kesalahan tanpa memunculkan masalah baru.
      makasih shisou udah mau mampir, pikir gak bklan kesini.

      Delete
  4. Done reading! Pendek dan singkat, itulah kalimat yang muncul di kepalaku ketika membaca cerita ini. :D

    Dari narasi, sebenarnya oke. Tapi terlalu banyak pengulangan kata yang sama, membuat pembaca jenuh. Usahakan untuk satu paragraf jangan gunakan kata yang sama, gunakan alternatif atau sinonimnya saja. Kamu bisa cek seberapa banyak kata sama yang kamu pakai dengan fitur find (ctrl+f).

    Next to plot. Sebelum battle, plot detail dan lambat. Lalu ketika battle menjadi simple dan cepat, nampak kamu sangat buru-buru mengerjakan battlenya.

    Battlenya kurang memuaskan dan kamu kurang mengeksploitasi kekuatan lawan, contohnya saja Reli, dia tidak bertarung sama sekali, mati karena ubur-ubur. Kurang memuaskan aku sebagai authornya (._.)

    Khanza terkesan marry/garry sue, karakter yang terlampau sempurna.Masalah hanya angin berlalu baginya, semua yang ia lakukan berjalan dengan rencananya. Tidak ada tantangan, tidak ada kejutan bagi pembaca. Khanza seakan melewati ronde ini tanpa usaha berat.

    So the final answer is : 6 point.
    Keep up the good job! \(0-0)/

    OC : Relima Krukru

    ReplyDelete
    Replies
    1. nuuahaha *menggila...

      maafkan saya tuan overlord , saya membut relima cma mati gitu aja...

      makasih buat review dan nilai 6nya.
      ya kali ini emang saya selaku penulis terlalu egois sampe membuat khanza jdi gitu.

      semoga round slnjutnya bisa saya perbaiki...

      Delete
    2. Mary Sue dan Gary Stu di satu tubuh kali? Wkwkwk

      Delete
    3. Jenis kelamin Khanza gak jelas, makanya aku sebut marry/garry sue. Two in one. Wkwkwkw :D

      Semangat di ronde berikutnya!! \(^-^)/
      Jangan mepet deadline lagi ya~

      Delete
  5. pertarungannya singkat ya
    mana matinya beberapa karakter terkesan nggak keren.

    ckckc, pake bahas deadline segala dalam kisahnya.
    Ini Khanzanya terkesan kuat banget ya... pake listrik sama tridevice buat munculin monster.
    perasaan yang kubaca dia bisanya sihir angin aja. masih belum ngeh sama upgrade kemampuannya.

    oh ya, sempet nggak nyambung di part2 awal.... ternyata itu flasbacknya khanza

    nilai 7
    reviss

    ReplyDelete