15.6.15

[ROUND 1 - TEAM F] REVISS ARSPENCER - HARI YANG DINGIN UNTUK SEBUAH PERTARUNGAN

Reviss Arspencer -Hari yang Dingin Untuk Sebuah Pertarungan
Penulis: Ara
Part 1
Di sebuah bar yang semua interiornya terbuat dari kayu, berkumpul orang-orang yang sebelumnya telah melewati sebuah pertarungan yang tak bisa dibayangkan. Mereka duduk di kursi sambil menikmati minuman yang langsung disuguhi para pelayan saat mereka datang. Membahas pertarungan yang telah mereka hadapi dan juga fakta bahwa tubuh mereka baik-baik saja meski sebelumnya mengalami luka dalam pertarungan.
Kemudian, sebuah portal terbentuk di tengah-tengah bar yang lalu mengeluarkan dua orang dari dalamnya. Seorang remaja berambut putih, Lo Dmun Faylim dan pria berambut coklat ikal dengan pakaian hitam, Reviss Arspencer. Kedatangan mereka dari dimensi lain itu menjadi perhatian sampai para pelayan datang dan menunjukkan tempat duduk untuk mereka berdua.

"Di mana ini? Ini bukan taman istana ataupun di dalam Alkima Plaza seperti saat pertama kami datang," ucap Reviss dalam hatinya sambil melihat ke sekitar dari tempat duduknya.
Dia melihat ke arah Faylim yang datang bersamanya tadi, dan mulailah timbul pertanyaan lain dalam hatinya.
"Hei, Faylim. Aku tak melihat Nesha dan Shikawa di sini," ucapnya langsung.
"Sepertinya bukan hanya mereka yang tak ada, tapi orang lainnya juga," tunjuk Faylim ke tengah-tengah bar.
Sebuah portal terbentuk di sana, memunculkan seseorang robot yang membawa tas hitam di punggungnya. Dia hanya sendirian keluar dari portal. Dilanjutkan dengan terbentuk portal lain memunculkan seekor kucing, kemudian muncul satu lagi portal memunculkan gadis setengah tanaman yang pernah Reviss temui dulu. Kedatangan mereka yang hampir serentak telah mencuri perhatian orang-orang yang ada di sana.
Portal lain kembali terbuka memunculkan orang-orang lain lagi, muncul bergantian secara terus menerus. Saat memunculkan orang terakhir, muncullah seorang pelayan yang tampak sangat berbeda dengan pelayan lainnya. Dia muncul tepat dihadapan semua orang yang dikumpulkan di dalam bar, dengan pakaian dan rambutnya yang berwarna putih.
"... Aku ucapkan selamat atas keberhasilan kalian dalam melewati babak penyisihan ..."
"Aku Anastasia, aku akan menjelaskan pengumuman resmi dan juga tentang ronde pertama turnamen."
Kata-kata dari Anastasia membuat hampir semuanya terdiam karena terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba. Ucapannya juga cukup mengejutkan dengan menyatakan mereka lolos penyihan dan akan melanjutkan ke ronde pertama. Jumlah mereka sangat berbeda dari sebelumnya, maka timbul pertanyaan dalam diri mereka.
"Kenapa hanya kami yang berada di tempat ini? Kemana yang lainnya? Apa yang terjadi pada mereka yang tak kembali dari pertarungan?" celetuk seseorang yang diikuti pertanyaan yang sama dari orang lainnya.
Suasana berubah menjadi kacau dan ricuh dengan pertanyaan dan protes dari semua orang yang ada di sana. Anastasia tetap tenang menghadapi kekacauan itu sambil tersenyum kecil. Semakin lama, kekacauan itu makin tak terkendali hingga membuat dia menghelakan napasnya. Kemudian dia menghantamkan kakinya ke lantai dan membuat suara cukup keras hingga membuat semua orang terdiam.
"Aku akan mulai menjelaskan misi dalam ronde pertama ini untuk kalian semua 48 peserta," ucap Anastasia.
Kemudian di dalam bar tersebut muncul satu persatu layar hologram yang menyebar di hadapan para peserta. Dalam layar tersebut menunjukkan gambar berupa delapan tempat yang berbeda-beda. Ada pegunungan es, reruntuhan dalam laut, hutan dan sebagainya. Para peserta memperhatikan layar hologram yang memunculkan kedelapan tempat yang menyajikan pemandangan indahnya.
Anastasia kemudian mengatakan bahwa semuanya akan membentuk tim yang akan di tentukan oleh seseorang yang bernama RNG-sama. Dalam sekejap kebingunan kembali melanda para peserta setelah nama itu di sebutkan oleh Anastasia.
"Ada yang memanggilku?"
Kebingungan peserta makin menjadi setelah muncul sesosok gadis cebol yang bediri di depan pintu masuk bar. Pakaian berwana putih bergaris hijau dengan gaya seperti seragam seorang pelaut. Gadis itu datang sambil membawa kucing aneh yang dia pegang di dekat dadanya yang benar-benar sangat rata.
Dia lalu berjalan mendekati Anastasia kemudian melompat ke atas meja bar lalu melakukan sebuah pose dihadapan semua orang yang ada di sana.
"Hai," sapanya kepada para peserta dengan suara yang  dibuat agar terdengar imut.
"Aku RNG-sama yang akan mengatur pembagian tim untuk ronde pertama," ucapnya dengan ekspresi wajah datar.
Kedatangan dari gadis cebol ini rupanya memicu kericuhan lainnya. Beberapa peserta berteriak sambil mengatakan pelanggaran hak cipta. Anastasia yang memang masih berada di sana kembali meredakan kericuhan dengan cara yang ia lakukan sebelumnya. Membuat suara keras dengan hentakan kakinya ke arah lantai.
"Kami akan menjelaskan sistem dari pertandingan pertama ini," ucapnya.
Semua peserta terdiam dan mulai menenangkan diri mereka untuk mendengarkan penjelasan tentan ronde pertama. RNG-sama kemudian memulai penjelasannya setelah dipersilahkan oleh Anastasia.
RNG-sama menyebutkan mereka akan dipisah menjadi delapan tim yang akan dikirimkan ke tempat-tempat yang ada pada layar hologram. Di sana mereka akan melakukan pertarungan menghadapi sesama peserta dalam tim mereka sendiri. Akan banyak bahaya di semua tempat, selain keadaan wilayah tetapi juga para monster yang berada di dalamnya.
Dia kemudian memanggil nama-nama para peserta yang akan di urut dan dimasukan dalam tim A sampai tim H. Satu persatu para peserta dipanggilnya, dia menjelaskan tempat mana yang akan mereka datangi serta bagaimana cara menang dalam ronde tersebut hingga sudah terbentuk lima tim. Tiba saatnya pembentukan tim keenam yaitu tim F.
"Ernesto Boreas, Lo Dmun Faylim, Raditya Damian, Renggo Sina, Reviss Arspencer,  Zhaahir Kavaro III."
Mereka yang namanya di sebutkan maju ke depan pada RNG-sama termasuk Reviss. Dia bersama yang lainnya berdiri berjajar untuk mendengarkan penjelasan dari RNG-sama tentang tempat yang akan mereka datangi. Reviss melihat ke arah yang lainnya, memperhatikan mereka yang kesemuanya menunjukkan keseriusan untuk menghadapi ronde pertama.
RNG-sama menentukan bahwa mereka yang ada di tim F akan dikirim ke tanah salju abadi, Los Soleil. Tempat yang berada di tengah pegunungan bersalju yang sangat dingin. Mereka akan diberikan radar yang mampu mendeteksi keberadaan peserta lain sejauh 100 meter. Kemenangan dalam tempat ini adalah dengan cara merebut semua radar peserta dan atau menyingkirkan lawan dengan cara membunuh, membuat mereka menyerah dan bisa juga dengan membuat mereka kehilangan kesadaran. Selain peserta, mereka juga harus berhati-hati pada serangan dari monster rusa hitam besar yang banyak terdapat di dataran salju tersebut.
Waktu berjalan cukup lama setelah penjelasan dimulai oleh RNG-sama. Kini semua peserta telah tahu tim dimana mereka dan lokasi mana yang akan mereka datangi untuk pertarungan. Masing-masing dari mereka kini berdiam diri di dalam bar sambil melihat ke arah peserta lain yang akan menjadi lawan mereka dalam pertarungan nanti.
"Kalian punya waktu sampai besok pagi, jadi beristirahatlah yang cukup."
Setelah mengucapkan itu Anastasia merunduk dihadapan semua peserta lalu keluar dari bar bersama dengan RNG-sama yang sudah selesai menjelaskan sistem ronde pertama. Semua peserta yang ada di bar masih diam sampai akhirnya beberapa dari mereka keluar dari bar dan diikuti peserta lain tak terkecuali Reviss yang juga ikut keluar bar.
***
Malam sudah menjelang, tampak jam dari menara besar yang ada di tengah menunjukkan pukul delapan malam. Walau cahaya kota nampak terang namun tak banyak penduduk yang di sana, hanya ada beberapa maid di sepanjang jalan sambil membawa barang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setelah keluar dari bar, Reviss berjalan sendirian melewati mereka semua.
Dia berjalan bukan tanpa tujuan, sebelumnya pelayan yang dia tanya menunjukkan jalan tersebut. Dia tengah memikirkan strategi untuk menghadapi pertarungan besok paginya. Dan tempat yang akan dia tuju merupakan tempat yang bisa saja membantunya untuk memenangkan pertarungan.
Melewati bangunan-bangunan yang ada di sepanjang jalan, sampailah Reviss pada sebuah bangunan besar dan bangunannya sangat luas. Dia berdiri di depan pintu bangunan tersebut yang berwarna kecoklatan. Pada pintu di dekat gagangnya terdapat layar hitam sebesar telapak tangan. Reviss menempelkan telapak tangannya ke layar, lalu sebuah cahaya hijau bersinar dari atas ke bawah mengenai telapak tangannya.
Sebuah kata muncul pada layar diikuti dengan suara kuci pintu yang terbuka.
 [ Reviss Arspencer (The Jumper) : Terverifikasi ]
Sebelum meninggalkan bar, Anastasia mengatakan pada semua peserta bahwa tiap bangunan di Alforea memiliki layar hitam pada pintunya. Itu merupakan kunci pengaman dan untuk membukanya cukup menempelkan telapak tangan mereka pada layar. Selama itu merupakan bangunan untuk umum, hotel ataupun rumah yang tak berpenghuni maka semua peserta di sana dapat memasukinya dan bisa menjadikannya tempat untuk beristirahat. Tak ada biaya yang dikenakan, karena selama mereka menjadi peserta semuanya akan ditanggung oleh penyelenggara pertandingan.
"The Jumper."
Reviss tersenyum, dia teringat kembali pada saat dia mendapatkan julukan tersebut. Dia mendapatkannya setelah berlatih selama sepuluh hari guna membangkitkan kemampuannya bersama seorang pelayan yang mendampinginya. Seorang pelayan egois yang tanpa bertanya ataupun menyarankan padanya, langsung menulis nama itu pada kertas pendataan. Seorang pelayan yang tanpa perasaan  memaksanya masuk ke dalam tempat pelatihan dengan level tinggi.
"Cecilia, kenapa kau menulis julukan seperti itu?"
"Itu cukup sesuai dengan kemampuan yang Anda miliki. Lagipula saya diminta untuk cepat mengumpulkan data tentang anda beserta kemampuan anda."
"Tapi kan aku baru saja-"
"Maaf, anda tidak bisa protes. Sekarang saatnya bagi Anda untuk mencari perlengkapan."
"Perlengkapan? Untuk apa?"
"Maaf, aku tak bisa menjelaskan tapi yang pasti itu untuk keselamatan Anda."
"Sekarang ayo cepat pergi, saya tahu tempat yang memiliki perlengkapan bagus di Alkimia Plaza ini. Anda juga masih harus banyak latihan untuk menguasi kemampuan Anda."
Reviss masih ingat saat Cecilia menariknya di sepanjang plaza tanpa mengeluarkan ekspresi sama sekali. Meski banyak yang melihat mereka namun Cecilia tetap menampilkan wajah yang datar sambil terus melihat ke arah toko yang ada.
Dengan senyuman saat mengingat kenangan itu, Reviss mendorong pintu bangunan tersebut. Dia masuk dan langsung di sambut dengan cahay terang dari dalam ruangan. Di sana ada dua orang yang juga berpenampilan seperti pelayan, sementara di belakang mereka terdapat lemari dan rak-rak yang berisi banyak buku. Sangat banyak. Kedua pelayan itu menatap Reviss lalu menghampirinya.
"Selamat datang di Xandaria, perpustakaan terbesar di seluruh wilayah Alforea."
Part 2
Sebuah badai salju yang cukup kuat sedang terjadi saat ini di atas wilayah gunung salju abadi Los Soleil. Meski begitu, Reviss tetap menjalankan niatnya untuk naik sampai ke atas gunung. Sudah setengah jam dia mendaki sejak kedatangannya ke lokasi pertarungan. Menurut pelayan yang mengirimnya, dia merupakan orang terakhir yang dikirim. Tak heran jika saja saat ini sudah terjadi pertarungan antar peserta di tempat lain.
Reviss mendaki di jalan yang cukup menanjak, apalagi karena badai membuatnya harus berjalan cukup hati-hati. Sebelum dikirim, Reviss sempat meminta mantel hangat karena itulah dia tak memikirkan cuaca sekitar yang tidak mendukung. Mantel yang dia pakai berwarna putih, sepertinya dia memang ingin menyamarkan dirinya saat menaiki gunung Los Soleil.
Napas Reviss terengah-engah, berjalan di atas salju memang cukup merepotkan. Apalagi saat ini dia sedang mencoba menaiki gunung. Tak lama kemudian, dari jalanan yang menanjak kini dia sampai ke jalan yang sedikit mendatar. Namun saat dia memijakkan kaki di sana, ada seekor rusa yang sedang makan di sana. Rusa itu sedang mengunyah daging kelinci gunung yang baru saja dia dapatkan.
Rusa itu bertubuh cukup besar dengan warna hitam di seluruh tubuhnya. Hanya bulu panjang berwarna coklat di bagian leher saja yang berbeda. Begitupun juga pada warna mata rusa itu yang merah menyala.
Rusa itu memandang Reviss dengan matanya yang berwarna merah, kedatangan Reviss telah mengganggu waktu makan siang baginya. Rusa itu lalu memasang posisi siap menyerang sambil menundukkan kepala mencoba mengintimidasi Reviss dengan tanduk miliknya. Reviss segera bersiaga, dia langsung menarik belati yang tersimpan di belakang punggungnya. Dan tanpa aba-aba, rusa itu langsung berlari mengarah Reviss bermaksud untuk menyeruduknya. Reviss mengaktifkan kemampuan reposition miliknya dan berpindah ke atas kepala rusa tersebut. Dengan belatinya dia lalu menyerang kepala rusa sekuat tenaga.
Serangan itu beradu kuat dengan tandukan kepala rusa tapi serangan rusa itu jauh lebih kuat. Reviss terlempar sedikit ke belakang akibat peraduan serangan mereka. Rusa itu masih baik-baik saja, kepalanya tak terluka sedikitpun bahkan goresan pun tak ada.
"Seperti yang tertulis di buku, kulit dan tubuh rusa di sini sangat keras dan tebal seperti baja."
            Masih dalam keadaan berdiri, rusa itu lalu berlari dan melompat ke atas udara. Ia berniat menyerang Reviss dengan tandukan ke bawah yang pastinya akan berakibat fatal jika terkena. Reviss yang masih siaga berfokus pada serangan yang sedang dilakukan rusa itu. Meski jarak pandang matanya berkurang akibat badai namun serangan lurus dari rusa itu sangat mudah terbaca. Beberapa detik sebelum serangan itu mengenainya, Reviss langsung melakukan serangan balik menggunakan tangan kanannya mengarah ke leher rusa yang tertutupi bulu panjang. Serangan itu terjadi dalam sekejap dan sangat cepat. Rusa itu tergeletak dengan darah yang mulai memenuhi salju di sekitarnya.
            "Aku beruntung kelemahan mereka juga tertulis di buku yang ada di perpustakaan."
            Itu adalah kemenangan Reviss, namun bukan berarti dia tak terluka. Bahu kirinya berdarah terkena tusukan tanduk rusa saat dia berusaha menghindar setelah berhasil menebas bagian rahang dekat leher rusa tersebut.
            Selanjutnya, dia pergi meninggalkan mayat rusa tersebut. Reviss berjalan sambil melihat ke wilayah sekitarnya. Ke kiri dan ke kanan, dia memandang penuh ketelitian sampai akhirnya dia menemukan gua yang cukup besar. Bukan hanya satu, tapi jumlahnya sangat banyak dengan diameter mulut gua yang berbeda-beda.
            "Ketemu, ternyata sarang rusa-rusa itu memang ada di atas gunung."
            Reviss lalu berjalan ke arah salah satu gua secara perlahan. Dia sampai di mulut gua kemudian melihat ke dalamnya. Tak ada apapun di sana, Reviss lalu masuk ke dalam gua tersebut.
            "Waktunya menjalankan rencana."
***
Berada sekitar satu kilometer dari tempat Reviss berada, di sekitar lereng gunung salju. Tidak ada badai di tempat ini, hanya saja salju memang sedang turun walau tidak begitu lebat. Terjadi pertarungan antara dua orang yang sama-sama mengeluarkan jurus dan kemampuan yang sama di sana. Bahkan bisa dibilang rupa mereka juga terlihat sangat mirip atau bisa dibilang keduanya adalah Vajra.
Mereka berdua memakai baju yang sama, rambut berwarna hijau, jaket coklat dan memakai sebuah zirah pelindung di tubuhnya. Hanya warna mata yang berbeda tampak jelas, satu berwarna hijau dan lainnya berwarna merah. Dan yang bermata merah juga berbeda karena membawa tas hitam dengan sabuk menyilang di antara zirahnya. Itu adalah Renggo Sina yang memakai kemampuannya C&P System untuk meniru Vajra.
            "Rasakan tinju petir Brajamustiku ini."
            "Renggo, lakukan serangan juga," ucap suara yang tak tahu darimana asalnya.
            "Baiklah, Opi."
          Keduanya melakukan serangan yang sama, dan juga sama-sama mengenai wajah mereka. Dan serangan itu juga sama-sama mengenai topeng separuh berwarna merah keemasan dan membuat mereka terlempar secara bersamaan.
"Bersiaplah Renggo, lakukan serangan lain padanya," ucap sebuah suara dari silinder besi berukuran kecil yang melayang di renggo. Dia adalah operator dari Renggo.
"Tak bisakah kita beristirahat dulu Opi, pertarungan ini tak ada habisnya karena kita sering melakukan serangan yang sama."
"Bodoh... apa yang kau katakan? Apa kau tak ingin menang?"
"Ya, aku mau tapi kan-"
"Hei, berhentilah berbicara dengan sesama kalian. Atau kalian akan mati karena seranganku ini."
Selagi si renggo dan tabung silinder yang dia panggil Opi itu berdebat, Vajra telah menyiapkan serangannya berupa jaring yang terbuat dari kemampuannya. Jaring-jaring itu bergerak menuju Renggo yang sudah berlari begitu melihatnya.
"Hei, Renggo. Bergeraklah lebih cepat atau kau akan terkena jaring itu," ucap suara dari tabung silinder besi.
"Aku ingin melakukannya, tapi tumpukan salju ini menghalagiku."
Dalam sekejap, tubuh Renggo sudah terjerat oleh jaring sihir yang dikeluarkan oleh Vajra.  Dia tak bisa bergerak sedikit pun karena jaring tersebut, dan kesempatan itu digunakan Vajra untuk kembali menyerang Renggo. Gelang yang ada di tangannya berpendar dan mengelurakan sebuah busur sihir. Vajra lalu menggunakan tangan kanannya untuk menarik busur tersebut hingga terciptalah sebuah panah.
"Kalian akan kukalahkan dengan panah pasopatiku ini."
Satu panah melesat dengan cepat, lalu Vajra menarik panah lainnya dan melesatkannya lagi. Dia terus melakukan hal tersebut hingga banyak panah terlepas darinya. Sekitar puluhan panah melesat cepat dan mengarah langsung pada tubuh renggo. Serangan itu tak berhenti dilakukan oleh Vajra, dia terus melesatkan panah miliknya.
Dalam serangan yang terus meners itu, tiba-tiba muncul aliran petir dari tempat Renggo. Petir-petir itu berasal dari tangan Renggo yang meniru tinju Brajamusti milik Vajra. Serangan tinju itu jauh lebih kuat dari pada panah petir Pasopati hingga membuat panah-panah itu menghilang.
"Apa?" ucap Vajra keheranan.
"Bagaimana bisa?" lanjut Vajra lagi yang melihat tubuh Renggo setelah berhasil menangkis serangannya.
"Kau harus lebih serius Renggo, kau sudah menggunakan tenaga cukup besar tadi," ucap Opi.
"Baiklah Opi."
Renggo masih tetap berdiri, zirah yang dia tiru dari Vajra melindungi tubuhnya dari serangan panah itu. Walau tak semuanya terlindungi karena bagian tangan Renggo sedikit terluka dan terkoyak oleh panah.
"Cih, kau ini lawan yang sangat menyusahkan, sudah kuduga melawan kemampuanku sendiri pasti akan sulit." ucap Vajra padanya.
"Aku juga tak bisa mengalahkanmu jika seperti ini terus," ucap Renggo.
Diperintahkan oleh Opi, Renggo berubah kembali menjadi bentuk aslinya yang berupa robot berwarna abu-abu. Kepalanya seperti helm dengan sebuah visor berwarna merah. Beberapa bagian tubuhnya sedikit rusak dengan terlihatnya kabel tembaga miliknya apalagi serangan Vajra yang sebelumnya juga memberi luka padanya. Dia membentuk sebuah pedang dari bagian tubuhnya sendiri. Dengan pedang itu dia maju untuk menyerang Vajra.
Vajra mundur ke belakang saat serangan Renggo datang, dengan gesit dia mengelak dan membalas serangan Renggo dengan pukulan dan tendangan. Renggo dengan kempampuannya membentuk pedang lain dari bagian tubuhnya. Dua pedang itu menyerang bergantian pada Vajra yang mengelak dan menghindar sambil membalas dengan menggunakan pukulan petir ataupun panah yang bisa dia ciptakan.
Saat itu lah, tiba-tiba terdengar suara ledakan sangat besar dari jarak yang cukup jauh dari mereka. Semuanya ada enam ledakan yang membuat Vajra dan Renggo berhenti sesaat karena kebinggungan pada apa yang sebenarnya terjadi.
"Ledakan apa itu?" tanya Vajra dalam hatinya.
"Opi apa yang terjadi?"
"Tak tahu, tapi berhati-hatilah Renggo. Firasatku akan ada hal yang tak bagus setelah ini."
Seperti yang dikatakan oleh Opi, dari atas gunung longsoran salju berjatuhan mengarah mereka yang ada di bawah. Longsoran yang meluas ke semua sisi gunung menyapu apapun yang terlewati membawa bebatuan dan juga mendorong salju lainnya turun ke bawah. Pergerakan longsor yang cukup cepat membuat Vajra dan Renggo memutuskan untuk berlari menjauh menyelamatkan diri.
"Sial, apa ledakan itu yang membuat salju-salju ini longsor," ucap Vajra yang berlari menggunakan kemampuan petirnya.
Di belakangnya, Renggo juga sedang berlari sambil ketakutan. "Aku akan mati!"
"Tenanglah Renggo, aku akan melakukan sesuatu. Berlarilah terus sampai aku kembali." Tiba-tiba saja Opi memutuskan sambungannya meninggalkan Renggo.
"Opi...kemana kau? Opi! Opi!" teriak Renggo panik setelah kehilangan operatornya.
Renggo dan Vajra berlari ke bawah gunung mencoba menyelamatkan diri dari longsoran salju yang sudah mendekati mereka. Vajra berlari di depan dengan skill petir yang dia tempatkan di kakinya untuk berlari lebih cepat. Renggo yang berlari di belakang terhambat oleh berat tubuhnya saat melangkah hingga posisinya lah yang paling terancam. Namun tiba-tiba dia berhenti dan untuk sesaat matanya yang merah berubah hitam seakan-akan dia mati.
"Baiklah Renggo, untuk saat ini aku akan mengendalikanmu menggunakan Forced Command. Waktunya menggunakan skill Advance C&P System milikku," ucap Renggo yang suaranya berubah menjadi suara Opi.
Mata renggo kembali berubah merah lalu tubuhnya berubah kembali. Bukan mengambil sosok Vajra tapi mengambil sosok gadis berambut twintail keemasan. Pada belakang tubuhnya juga muncul bentuk berupa sayap.
"Beruntung sekali saat melawan Tamon Rah kami meniru Alicia. Skill terbang miliknya sangat bermanfaat sekarang."
Dengan sayap yang ada di belakang tubuhnya, Renggo yang berubah bentuk mulai terbang di bantu dengan sistem pendorong miliknya. Dalam sekejap, Renggo sudah berada di langit berhasil menghindari longsoran salju yang akan menimpa dirinya. Sementara di bawah, Vajra masih berlari dengan kemampuannya. Namun sayang, Salju tebal yang turun ke bawah itu melahap dirinya. Membuatnya bergulung di dalam longsoran. Sekitar lima belas menit, longsoran salju berhenti dan Vajra tertimbun di dalamnya sementara Renggo berhasil selamat di atas langit.
Renggo yang terbang kemudian mendaratkan dirinya lalu berubah kembali menjadi bentuk aslinya yang semula. Dia yang sebelumnya di kendalikan sang operator kembali pada kesadarannya.
"Apa yang terjadi? Apa longsorannya sudah berhenti?"
"Ya, sekarang kita harus pergi," ucap Opi yang kembali berbicara menggunakan tabung silinder.
"Pergi? Tunggu dulu, bagaimana dengan Vajra? Kita masih harus menyelesaikan pertarungan dengannya."
"Coba kau cek pada radar yang diberikan pelayan sebelum kita sampai ke sini. Dan lihat apa ada tanda dari peserta lain di sini."
Renggo menuruti perintah tersebut dan mengeluarkan radar berbentuk layar bulat berwarna hitam. Dia mengaktifkan radar tersebut, di dalam radar hanya ada satu titik merah berada di tengah dan tak ada titik lainnya.
"Tidak ada," ucap Renggo.
"Dia kemungkinan tewas, untuk tertimbun tumpukan salju yang tebal dia pasti akan mati. Bukan hanya kehabisan napas tapi dia juga akan terkena hipotermia akut."
"Ah, baiklah kalau begitu kemana kita akan pergi sekarang?"
"Atas. Kita tak akan tahu kapan longsor akan terjadi lagi. lagipula aku yakin ada peserta di atas sana."
Renggo lalu melangkahkan kakinya menaiki gunung mengikuti saran Opi. Pertarungan sengit yang dia hadapi berakhir begitu saja akibat longsoran yang terjadi tiba-tiba.
Di sisi lain, dua puluh menit sebelum longsoran salju itu terjadi. Sebuah pertarungan lain sedang terjadi. Lokasinya di kaki gunung, cukup jauh dari lokasi Vajra dan Renggo. Yang bertarung adalah Ernesto Boreas melawan Zhaahir Kavaro III.
Lokasi mereka tidak begitu bersalju dan di penuhi batu-batu besar yang berserakan. Tak jauh dari tempat mereka terdapat jurang dalam yang memisahkan antara gunung tempat mereka bertarung dengan gunung lainnya. Pijakan mereka merupakan tanah dan bebatuan keras sehingga cukup mudah bagi mereka bergerak dan bertarung. Kondisi pertarungan mereka, Zhaahir lebih diuntungkan daripada Ernesto. Ernesto meski dengan kecepatannya  membutuhkan usaha keras untuk bisa menyerang Zhaahir yang duduk di atas kuda kesayangannya Qorrum.
"Menyerahlah dan berikan saja radar milikmu baik-baik. Daripada kau mati terbunuh," ucap Zhaahir di atas kudanya.
"Heh, jangan berkata sembarangan. Aku masih bisa bertarung."
"Jangan bodoh, menyerangku saja kau tak bisa."
"Kalau begitu, aku akan menyerang kudamu agar lebih muda untuk mengalahkanmu."
Ernesto maju, dia menyelimuti tubuhnya dengan aura berwarna merah. Gerakannya cepat sambil membawa sebilah pedang kemerahan yang dibentuk dari auranya sendiri. Tujuannya hanya satu, menjatuhkan kuda itu agar bisa bebas menyerang Zhaahir. Dengan tombak di tangan kanan dan pedang di tangan kiri, Zhaahir bersiap untuk mencegah serangan Ernesto.
"Maju Qorrum!"
Kuda itu maju berlari mengarah Ernesto yang bersiap menyerang. Zhaahir mengarahkan tombaknya ke depan. Ernesto dengan kecepatannya mengelak dari serangan tombak, bergerak cepat ke perut Qorrum lalu melompat. Dengan pedang dia mencoba menyerang vertikal dari atas untuk menebas perut Qorrum beserta Zhaahir yang berada di atasnya. Zhaahir menyadarinya dan menahan serangan Ernesto boreas dengan pedangnya lalu mengarahkan tombak miliknya untuk menusuk Ernesto. Ernesto mengelak dan melompat ke kanan namun sayang dia tak melihat posisi Qorrum yang sudah berubah. Dengan tendangannya Qorrum menyerang Ernesto hingga terlempar ke arah tanah yang sedikit bersalju.
"Sial!!!"
"Bagus sekali Qorrum," ucap Zhaahir sambil mengelus kuda kesayangannya. "Ernesto Boreas, kurasa lebih baik kau mati."
Zhaahir hendak menyerang Ernesto dengan mencoba melempar tombaknya namun kejadian itu terjadi. Sama seperti saat pertarungan Vajra dan juga Renggo, salju dari atas gunung longsor ke bawah. Tempat mereka bergetar karena longsoran tersebut hingga membuat mereka bergetar. Melihat jumlah salju yang sangat banyak turun dari atas gunung, Zhaahir memutuskan untuk pergi begitu pula dengan Ernesto.
Hanya dalam waktu dua menit, longsoran salju itu sudah mencapai mereka berdua. Keduanya mengerahkan segala usaha untuk terus berlari. Namun sayang Ernesto sudah terlalu lelah akibat pertarungan hingga membuat dia tertelan dan tergulung salju. Zhaahir berlari dengan Qorrum hingga mencapai jurang tak bisa kemanapun.
"Cih, sepertinya tak ada pilihan lain."
Zhaahir bersama Qorrum berbalik menghadap longsoran salju yang masih belum berhenti. Dia menggenggam erat tali kekang yang ada pada leher Qorrum. Dengan penuh tekat, dia meyakinkan pada niat yang sedang dia pikirkan.
"Ayo Qorrum, aku yakin kau bisa," ucapnya dengan sedikit mengelus kepala Qorrum.
"Maju!"
Dengan perintahnya itu, Qorrum berlari dengan kencang menghadapi salju longsor tersebut. Mereka berdua berusaha menaiki longsoran salju tersebut. Dengan kecepatan dan kekuatan kaki Qorrum, awalnya mereka berhasil berpijak dan berlari untuk sampai ke atas. Namun pijakan Qorrum yang merupakan salju tak bisa menahan bobot tubuh mereka. Qorrum terjerembab namun masih sanggup untuk berlari mencoba menaiki salju tersebut.
"Maju Qorrum!"
Salju yang longsor makin menebal dan makin banyak. Tenaga Qorrum sudah tak sanggup lagi untuk maju dan berlari di atas salju. Mereka terjatuh ke dalam salju dan akhirnya terbawa longsoran tersebut. Salju yang membawa mereka berdua mengalir dan berjatuhan sampai ke jurang. Ernesto, Zhaahir dan Qorrum jatuh bersamaan salju-salju tersebut.
Part 3
            Di atas gunung tepat di puncaknya, bedai salju sudah mulai mereda namun hawa dingin masih bisa terasa menusuk kulit siapapun yang ada di sana. Reviss Arspencer, sedang diam sambil memperhatikan ke arah bawah. Penampilannya kini berbeda dari yang sebelumnya. Badannya terluka dan mengeluarkan darah. Itu bisa terlihat jelas dari mantel putih yang dia dapat dari pelayan yang kini berubah merah. Dia cukup babak belur seperti orang yang telah melakukan pertarungan yang sengit.
Apa yang dilihat oleh Reviss ada sekitar 150 meter di bawahnya, tempat gua-gua yang sempat dia datangi sebelumnya. Tempat itu kini penuh lubang akibat terkena ledakan yang cukup besar. Ledakan itulah yang telah menyebabkan salju longsong ke bawah hingga sampai ke kaki gunung tersebut. Itulah rencana yang Reviss bentuk setelah datang ke perpustakaan Alforea dan membaca mengenai geografis Los Soleil dan juga ekosistem para monster rusa yang hidup di sana.
"Aku masih belum kembali ke Alforea, itu berarti peserta lainnya masih selamat."
"Baiklah, saatnya mencari. Aku yakin dia ada di wilayah puncak gunung ini," ucap Reviss sambil melanjutkan kembali langkahnya.
Reviss tak tahu apakah rencananya membuat salju longsor berhasil atau tidak untuk menyingkirkan para peserta lain. Tapi dia sudah mengetahui dengan jelas, jika dia masih berada di Los Soleil itu berarti masih ada peserta lainnya. Dia berpikir, tak mungkin ada yang selamat dari longsoran salju dan jika masih ada yang selamat itu artinya peserta itu ada di wilayah sekitar puncak gunung. Karena itulah dia memutuskan untuk menaiki sampai puncak gunung, meski dirinya terluka akibat bertarung dengan rusa yang ada di sarang.
            Setelah sampai dia langsung mencari di wilayah tersebut dengan menggunakan Radar yang sudah dia pegang di tangan kirinya. Sedang di tangan kanannya dia memegang belati miliknya menandakan dia sedang bersiaga dan siap untuk menyerang. Dia berjalan sambil memerhatikan radar dan sesekali menoleh ke kiri dan kanannya. Radar di tangan kirinya masih menunjukkan satu titik merah yang merupakan tanda bagi dirinya sendiri.
            "Tidak ada tanda apapun. Apa mungkin tak ada siapun kecuali aku di sini."
            Reviss masih berjalan lalu tiba-tiba terdengar sebuah teriakan kecil yang terdengar cukup jauh. Dan saat itulah tanah tempat dia berpijak retak dan hancur membentuk lubang. Reviss menyadari hal itu segera bertindak dengan melompat kebelakang sebelum dia jatuh. Namun saat dia mendarat, lubang lain terbentuk di bawah kakinya. Hal itu membuat dia terus menghindar ataupun melompat ke arah lain agar tidak terperosok ke dalamnya.
            "Kemampuan ini, Faylim."
            Lubang terus terbentuk dengan beragam diameter dan juga kedalaman. Kemanapun tempat Reviss melangkah, selalu terbentuk lubang tepat pada pijakannya. Hal ini terus membuat Reviss menghindar dan berlari kesana kemari. Lima menit berlalu, rentetan lubang yang muncul tiba-tiba itu berhenti. Saat itulah Reviss langsung melihat ke arah Radarnya.
            "Tak ada tanda peserta lain, apa mungkin jaraknya lebih dari 100 meter dariku?"
            Dia melihat lagi ke arah lubang-lubang yang dia hindari sebelumnya. Dia cukup yakin itu  kemampuan milik Lo Dmun Faylim. Faylim tak mungkin berada jauh dari tempat dimana dia memakai kemampuan Apertis-nya untuk membentuk lubang. Karena tak mengetahui letak keberadaan Faylim, Reviss memutuskan untuk maju melewati lubang-lubang itu. Dia berlari dengan cepat dan seperti sebelumnya, muncul lubang di depan ataupun di tempat Reviss melangkah. Reviss menghindari lubang yang muncul namun saat menghindar muncul benda yang jatuh dari atasnya.
            "Bom!"
            Guuarrr
            Benda itu meledak seketika saat Reviss menyadari benda itu jatuh di dekatnya. Ledakan itu membuatnya terpental, beruntung Reviss dapat melindungi dirinya meski dia masih harus merasakan dingin dari salju yang dia pijak.
Tepat di dataran yang sedikit lebih tinggi dariny, berdiri seorang remaja berambut putih dengan mantel coklat khas miliknya. Remaja itu adalah Lo Dmun Faylim, dia mengawasi Reviss dari atas. Kemampuan Apertisnya  berguna untuk mendeteksi lawan hingga mudah baginya untuk membuat lubang karena itulah dia sudah menyentuh tanah di daerah puncak gunung tersebut.
"Faylim," ucap Reviss yang langsung berdiri tegak.
"Reviss. Itu berarti ledakan yang memicu longsoran salju adalah perbuatanmu ya."
Reviss hanya menatap Faylim yang berada di atasnya, dan hanya mengangguk kecil. Faylim yang berada di atas lalu melompat dan kini mereka berada di tempat yang sama. Saling memandang dan siap untuk melakukan serangan. Faylim lebih dulu menyerang, dia melempar pisau kecil yang tersembunyi di kantongnya. Serangan itu bisa dihindari dan di tangkis dengan mudah. Namun Faylim menggunakan itu hanya untuk pengalihan saja, selain pisau dia juga melempar bom kecil yang dapat meledak jika tersentuh.
Terjadi ledakan yang tak terlalu besar, namun cukup membuat Reviss terluka. Dia membalas dengan berlari maju, namun lagi-lagi sebuah lubang terbentuk. Kali ini Reviss tidak menghindar, dia langsung menggunakan kemampuan Reposition-nya dan berpindah dengan cepat. Posisinya kini berada di belakang Faylim dan siap menebasnya. Lubang terbentuk lagi dan membuat Reviss jatuh. Kesempatan itu digunakan Faylim untuk menutup lubang menggunakan kemampuannya.
"Solvo," teriaknya.
Lubang tertutup berusaha mengubur Reviss di sana. Namun itu tak mengehentikan serangan Reviss yang sudah ada di depan Faylim. Dia menebas dan menendang Faylim bersamaan. Faylim terdesak dan mengambil langkah mundur.
"Kemampuanmu  hebat, tapi tak akan cukup, Faylim," ucap Reviss.
"Aku tahu, kau bisa berpindah tempat karena itulah aku sudah menyentuh banyak tempat di sini. Tapi sepertinya aku masih kurang cepat."
"Kalau begitu menyerahlah," pinta Reviss.
"Maaf saja, aku punya alasan untuk bisa bertahan dalam pertandingan ini," tolaknya pada permintaan Reviss
"Aku tak mau mengalah hanya karena luka seperti ini," teriak Faylim melanjutkan ucapannya.
Dia maju menyerang menggunakan pisau dan bom di tangannya. Reviss tak diam, dia juga maju menyerang. Saat serangan keduanya akan beradu, sebuah panah petir melesat dan menembus bahu Reviss membuatnya seperti tersengat listrik. Panah itu berasal dari belakangnya, tak hanya satu tapi jumlah sangat banyak. Sehingga tak hanya Reviss tapi Faylim juga terkena. Faylim  terkena pada kaki dan perutnya dan Reviss terkena serangan selain di bahu juga pada tangan kirinya. Mereka berdua melihat ke arah penyerang dan tampak pria berambut hijau dengan mata merah dan tas hitam besar di punggungnya. Itu adalah Renggo yang meniru kemampuan dan rupa Vajra lagi.
"Kau benar Opi, ada peserta lain di sini."
"Tunggu apalagi Renggo, tembak mereka dengan panah petir itu lagi."
Selanjutnya sesuai perkataan suara tersebut, muncul kembali panah yang cukup banyak. Reviss menggunakan kemampuan Forecast miliknya dan berhasil menghindari serangan panah petir yang bergerak sangat cepat itu. Faylim juga berusaha menghindar, dia ingin menjatuhkan dirinya ke dalam lubang buatannya sendiri. Namun, serangan panah yang pertama membuatnya tak mampu bergerak. Alhasil puluhan panah yang dilesatkan oleh Renggo mengenai tubuh mungilnya, membuat Faylim terkena serangan Listrik sangat bersar secara bersamaan. Serangan itu sangat kuat sehingga membuat Faylim tewas. Tubuh Faylim menjadi cahay yang terang lalu pacah dan terbang ke atas langit.
"Faylim," ucap Reviss
"Lebih baik kau perhatikan dirimu sendiri atau kau akan mati," ucap Renggo yang kembali menyerang.
Lagi, Reviss menggunakan kemampuan Forecast miliknya. Sebuah kemampuan yang membuatnya dapat memproyeksikan serang seseorang 5 detik lebih awal dari yang seharusnya. Kemampuan inilah yang membuat Reviss berhasil menghindari serangan panah petir yang sangat cepat itu.
"Opi, dia berhasil menghindar."
"Kalau begitu serang saja dengan tinju petir, Renggo."
"Baiklah."
Renggo yang dalam bentuk tubuh Vajra mengeluarkan tekhnik petir dari tangan kanannya. Sebuah jurus milik Vajra yaitu tinju petir Brajamusti. Reviss tak membiarkan serangan itu dilakukan Renggo. Dia maju dan hendak menggunakan kemampuan Repositionnya. Namun di hentikannya setelah melihat sesosok besar yang berada di belakang Renggo.
Brakk
Renggo yang tengah mempersiapkan serangannya hancur seketika setelah sebuah tanduk besar menembus tubuhnya dari belakang. Pemilik tanduk itu adalah monster rusa hitam besar yang merupakan pemimpin kawanan dari para rusa di sana. Rusa itu adalah yang sebelumnya dihadapi Reviss saat berada di sarang. Ia menaiki puncak gunung dengan mengikuti jejak bau darah dari luka yang dialami oleh Reviss. Renggo yang terkena serangan tanduk itu langsung mati dan berubah menjadi butiran cahaya lalu menghilang.
Tak puas hanya dengan Renggo, rusa itupun juga menyerang Reviss dengan tanduknya. Reviss menghindari serangan tanduk itu dan berpindah posisi ke atas Rusa besar yang marah tersebut. Seakan tahu dimana posisi Reviss, rusa itu melompat dan berusaha menyerang Reviss di udara. Reviss berpindah lagi namun saat dia berpindah, sebuah kaki besar dari rusa itu menerjangnya hingga terlempar jauh.
"Uhukk..hukk."
Darah mengalir dari mulut Reviss, serangan itu tepat mengenai dadanya. Rusa itu masih berdiri dan bersiap untuk menyerangnya lagi. Reviss dalam keadaan terdesak dan tak tahu harus melakukan apa pada rusa yang gerakannya sangat gesit dibanding rusa yang lainnya.
Dalam keadaan genting itu, muncul sebuah portal besar  berada di tengah antara Reviss dan rusa hitam tersebut. Yang muncul dari portal merupakan Anastasia.
"Selamat atas kemenanganmu ...," ucap Anastasia namun terpotong oleh ucapan Reviss.
"Hei, awas di belakangmu."
Terlambat. Monster rusa yang marah itu telah melakukan serangannya. Dia berlari kencang hendak menyeruduk Reviss tapi karena Anastasia berada di antara keduanya maka Anastasia yang akan menerima serangan tersebut terlebih dahulu.
Reviss berusaha untuk menyelamatkan Anastasia yang baru saja muncul lewat portal tersebut. Namun ternyata itu sia-sia saja. Serangan dari monster rusa hitam yang marah itu terhenti. Anastasia dengan tangan kanannya menahan seranagan tersebut. Dia memegang tanduk rusa itu dan berhasil menghentikan seluruh pergerakkannya. Anastasia dengan ekspresi biasa dan tak terlihat bersusah payah ternyata masih melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong tadi.
" ... Pada ronde pertama ini. Aku yang akan bertugas mengirimmu kembali ke kota Despera."
Melihat pemandangan tak biasa dimana seorang pelayan berhasil menghentikan serangan dari rusa besar yang marah, membuat Reviss tercengang. Dia hanya terdiam tak mampu berucap apapun di depan Anastasia. Rusa itu sebenarnya tak diam, ia berusaha menggerakan kepala dan tanduknya, keempat kakinya juga berusaha untuk lepas namun sepertinya pegangan Anastasia sangat kuat mencengkaram tanduknya.
"Ada apa?" tanya Anastasia dengan datarnya.
Reviss hanya menggeleng. Lalu Anastasia kembali berucap, "Baiklah, aku akan mengirimmu sekarang."
Sebuah portal terbentuk, melingkari di bawah kaki Reviss. Berlanjut naik ke atas dengan cepat. Dan secepat itu pula lah Reviss berpindah dari gunung salju abadi Los Soleil langsung berpindah ke kota Despera bersama Anastasia.
-END-

10 comments:

  1. Woh? Cepat sekali tarungnya. Oh well, kalau hanya 1 OC aja yg kerna force majeure sih gpp, tapi kalau banyak, ya agak aneh lah. Minimal ada juga yang pingsan atau radarnya kerebut dan nggak sempat rebut balik radarnya soalnya Reviss udah keburu menang. Dan yeah, cara Reviss mengatasi Lodun emang spt itu, nggak lari lagi.

    But still, it's too fast, medannya too furious.
    Skor: 7/10
    OC: Vajra

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh, saya sebenenya bingung mikir alurnya.
      memang ngerasa sih cepet.

      fokus saya sih ngalahin peserta daripada ngambil radar. lagian efek salju longsor sudah buat separuh peserta tertimbun jadi susah juga buat nyaari radarnya.
      dan agak lupa soal radarnya Lo Dmun sama Rengo yang seharusnya masih ada di sana.

      terimakasih bang

      Delete
  2. Idenya bagus untuk ngalahin musuh dengan bikin tanah longsor, jadi pertarungan ga selalu harus satu lawan satu yang intens. Untuk detail pertarungannya sendiri terasa ada yang kurang greget, kayak diburu-buru gitu. Pas bagian Zhaahir lawan Ernest agak lucu sih pas mereka ngobrol datar sembari ngasi tahu mau ngapain di tengah pertarungan. Cuman pas adegan terakhir Zhaahir menyelamatkan diri dari saljunya keren gan. Kalahnya Renggo berasa antiklimaks ditusuk rusa yang notabene figuran aja di ronde ini.

    Ini ga sempat diproofread lagi ya sebelum dikirim? Bertebaran typo, kesalahan kapital, penggunaan partikel di - , sama sedikit terasa redundan.

    Nilai : 6

    OC : Zhaahir

    ReplyDelete
  3. OC di sini tewasnya terlalu gampang--kalo ga mau disebut konyol. Misalkan aja Vajra, saya yakin bgt longsoran biasa gak bakalan mempan sama OC yg satu itu.

    Dan rupanya trik longsoran itu berlaku buat dua OC lain. Hmm, jadi berasa kurang greget. Lodun sama Renggo pun matinya biasa saja.

    Narasinya msih kurang enak dicerna dan diksinya gitu2 aja. Bener kata kak CLD, kebanyakan ngulang penjelasan.

    Opening agak panjang dan kurang membantu.

    Dan ... masa' Ernesto ngasih tau plannya ke Zhaahir sih? Berasa kaya adegan anime mainstream. Bahkan anime aja ga gini, ya XD

    Oke, tanpa basa-basi lagi saya titip 7.

    N. Alfian
    OC: Ahran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh iya ya. Di entri lain selain punyaku kan Vajra bisa lolos dari Solvonya Lodun, harusnya dia bisa bebas dari longsoran salju juga, wkwkwk.

      Delete
  4. Hmmm... Impresi saya kayanya ga banyak berubah sama entri prelim Reviss

    Selain spasi ilang yang sebenernya ga gitu masalah, sepanjang ceritanya sendiri masih didominasi tell (sekali lagi saya tekenin kalo ini bukan sesuatu yang salah), yang sayangnya bikin overall feel entri ini kerasa hambar dan datar. Belum ada poin menarik yang worth mentioning buat saya sendiri di sini

    Di luar masalah teknis pun, plotnya masih kurang bikin sreg. Entah ini faktor penulis buru" pengen selesai atau emang udah buntu ide, tapi yah senada sama yang lain, sayang rasanya kalau potensi karakter begini ga dieksplor lebih jauh

    Dari saya 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  5. Saya sarankan untuk memotong atau menyingkat bagian dari canon panitia seperti kemunculan RNG-sama karena kebanyakan dari kita sudah tahu dari entri panitia di awal ronde dan untuk lebih menghemat kata.

    Untuk pertarungan sebenarnya cukup seru, tapi di akhirnya selalu ada rasa "Lho? Gitu saja?" karena kematian karakter yang terlalu mudah.

    Nilai dari Saya : 7
    OC : Renggo Sina

    ReplyDelete
  6. Fatanir - Po

    dasar2 penulisan udah ada, cuma idenya agak kurang. semua peserta terkesan tiba2 aja udah berhadapan satu sama lain, kurang jelas sebab atau alasannya, interaksinya jg datar krn di dialognya cuma ada keterangan tentang skill atau battle, nggak ada sesuatu yg nunjukin sifat atau pandangan emosi mereka.

    Paling utk ke depannya bisa coba bikin semacam outline atau ringkasan dulu supaya plotnya nggak berkesan selesai secara maksa, misal kyk OC yg mati ketanduk rusa secara tiba2 dan lainnya.

    nilai 6 / 10

    ReplyDelete
  7. Aku ngerasa agak kurang sreg bacanya, kayaknya bakal ngulang komen2 atas juga.

    First, ada beberapa typo dan diksi yang berulang. Ga salah, tapi berisiko bikin jenuh atau males bacanya. Saran sih, coba cari sinonim dari kata yg ingin diulang atau gunakan roundabout way buat ngejelasin suatu adegan biar ga terlalu ngulang kata.

    Terus narator terlalu banyak cerita, jadi agak terkesan aneh. Entah kenapa lebih suka narator yg pengetahuannya akan cerita ga jauh beda sama pembaca, jadi nama orang dan jurus itu baru dipake berulang setelah dijelasin sendiri oleh karakter. Yang ini preferensi pribadi sih.

    Idenya menarik, ngalahin peserta pake longsor. Aku sendiri sempet make di entriku, tapi kugambarin karakter2nya trlalu kuat untuk bisa dikalahkan hanya dengan longsoran salju. Kalo dilist dari yg mati: Vajra punya serangan petir yg eksplosif jd harusnya bisa lolos, Ernest bisa aja ngelindungi diri pake aura merah dg bikin kubah semacemnya atau pake gerak cepat Swift Shift, Zhaahir bisa aja bawa Ernest kabur ke dimensi Hisaria. Tapi entah kenapa yg dikasih lolos cuma Renggo, itupun krna kbetulan dia punya data OC yg punya sayap .___.

    Mati sisanya jg ga banget. Renggo sama Lodun ga ada yg dimatiin sama Reviss. Jatuhnya Reviss cuma berjasa bikin longsor, dan itu ga membuktikan kehebatan kekuatannya secara langsung.

    Last, Lodun sama Reviss d prelim setim kan ya? Kalo yg lain okelah, tapi interaksi antar rekan setim harusnya bisa lebih emosional. Walau cuma sekedar obrolan kaget kalo mereka ternyata setim. Ga ada keraguan buat ngbunuh rekan setim agaknya, sama sekali. Selain itu kukira hilangnya OC lain pas balik itu bisa dijadiin bahan plot, tapi ternyata cuma lalu aja. Ga kepake sama sekali.

    6/10 dari aku

    ~JFudo
    ~Lo Dmun Faylim

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, sama prolognya, harusnya bisa dipersingkat itu menurutku :s
      Terlalu panjang dan datar, jadi agak kurang bisa menikmati

      Udah gitu aja sih tambahannya XD

      Delete