IDENTITAS DASAR
Penulis | : |
Kevin Arnando
|
Nama | : |
Aushakii
|
Julukan | : |
Laki-laki Kecil yang Mengaum Seperti Singa
|
Jenis Kelamin | : |
Laki-laki
|
Umur | : |
11 Tahun
|
Ras | : | Manusia |
Class | : |
Pemburu (Attacker)
|
Element | : |
Neutral
|
Kepribadian | : | Kepo, mudah berteman dengan siapa saja. |
Menyukai | : |
Padang rumput terbuka, hewan-hewan, sungai, bukit, manusia
|
Membenci | : |
Keserakahan.
|
DESKRIPSI
Tinggi / Berat | : |
145cm/37kg
|
Deskripsi Fisik | : |
Aushakii bertubuh kecil, berkulit gelap, dan sedikit
berotot. Ia memiliki mata hitam cerah dan rambut mohawk ikal bergelombang.
Aushakii memakai celana pendek berwarna coklat yang terbuat dari anyaman
semak-semak desa Papala. Aushakii juga mengenakan kalung tali yang terdiri dari
duabelas taring anjing hutan dan gelang kaki dari kulit jerapah.
Di telapak
tangannya terdapat banyak bekas luka lilitan tali busur. Di sekujur tubuh
Aushakii, meliputi sebagian wajah, lengan, kaki, dada dan punggung, terdapat
tato motif tribal dari darah kuda nil yang telah mengering. Tato itu pertanda
bahwa Aushakii telah dinobatkan sebagai laki-laki dewasa dan boleh ikut berburu
bersama laki-laki dewasa lain di desa. Ia membawa kantung berisi segenggam
tanah dari desa Papala dan diikatkan dipinggangnya.
|
Senjata | : |
Busur lengkung dan anak panah dari tulang betis jerapah
yang dipanaskan. Kokoh dan ringan.
Gading kudanil yang dipahat menyerupai belati kecil. Kuat,
tajam, dan serbaguna.
Kantung kecil berisi getah semak Papala.
|
KEMAMPUAN & KELEMAHAN
Kemampuan | : |
- Naluri Seorang Papala
Aushakii memiliki reflek, ketahanan tubuh, insting dan
fleksibilitas di atas rata-rata. Ia punya penciuman dan kemampuan membaca medan
yang baik. Di usia yang masih sangat muda, Aushakii telah dikenal sebagai
seorang pemanjat tebing dan pemburu hewan besar paling handal dalam suku.
- Getah Semak Papala
Getah dari semak-semak desa Papala mengandung komposisi
racun. Aushakii biasa mengoleskannya pada mata panah maupun ujung belatinya.
Musuh yang tergores benda tajam yang telah terbalut getah Papala, atau bahkan
mencium aromanya, akan mengalami disorientasi berupa kehilangan keseimbangan,
mata berkunang-kunang, pusing, dan dalam beberapa kasus dapat berhalusinasi.
Efek ini hanya berlangsung beberapa saat. Ketika musuh telah menjadi sasaran
lunak, kesempatan ini digunakan Aushakii sebagai momentum melepaskan anak panah
berikutnya. Aushakii biasa menggunakan getah semak Papala untuk melumpuhkan
mangsa tangguh.
- Heart of N'kote
Ketika terlahir, Aushakii dinaungi berkah para ruh. Salah
satunya adalah N'kote, Ruh Binatang. Berkat kelembutan hatinya, hewan-hewan dan
pet yang ia temui akan bersahabat dengannya dan tidak dapat memberi ancaman
fisik ataupun magis secara langsung pada Aushakii.
- Call of Bharanj
Memejamkan matanya, Aushakii mulai melakukan gerakan tari-tarian
khusus. Mukjizat ini dimiliki Aushakii untuk meminta Bharanj, Ruh Angin, untuk
datang dan menemaninya. Bharanj dapat memunculkan hujan untuk menumbuhkan
tanaman-tanaman yang dipelihara suku Papala, membasahi pohon-pohon kering.
Bharanj juga mampu mengumpulkan awan panas, serta fenomena alam lainnya.
- Spirit of Itand'je
Aushakii akan duduk bersila, bermeditasi, dan memanjatkan
doa-doa pada semesta raya. Ini memungkinkannya untuk memanggil Itand'je, Ruh
Kebijaksanaan dan Pengetahuan, untuk memberi restu dan petuah-petuah dalam
perjalanan Aushakii. Itand'je berwujud menyerupai elang bangkai tua dan hanya
bisa dilihat oleh Aushakii.
|
Kelemahan | : |
Kagok teknologi
Suku Papala, tempat lahir Aushakii, meyakini dengan sepenuh
hati bahwa bumi berbentuk datar. Jangan pikir Aushakii ngerti cara pakai gajet
canggih atau teknologi mutakhir lainnya.
Kekanakkan
Aushakii masih berusia duabelas tahun dan senang bertemu
anak seumurannya atau seseorang menyenangkan yang bisa dijadikan teman berburu.
Ia lebih mementingkan bermain dan mengabaikan tujuannya semula.
Sulit berkata bohong
Demi kepentingan apapun, Aushakii tak pintar menyembunyikan
maksud tertentu. Di desa Papala, ketika seseorang ketahuan berbohong atau
berbuat jahat, ia akan diusir dari suku untuk mengembara selama tigakali musim
kawin zebra, untuk merenungi kesalahannya. Aushakii tidak suka menunggu tiga
kali musim kawin zebra.
Temperamen
Aushakii benci diremehkan. Ia mudah sekali dipancing
amarahnya dan akan bertindak gegabah.
Jago Kandang
Kantung berisi segenggam tanah dari desa Papala adalah
jimat. Aushakii tidak bisa pergi jauh-jauh dari desa dan untuk mengatasinya,
ayahnya membawakannya kantung kulit berisi tanah. Ini menimbulkan perasaan
nyaman seolah-olah Aushakii tak pernah jauh dari rumah. Ketika kantung itu
hilang, atau robek berserakan, Aushakii akan mulai gemetaran, merindukan
kampungnya dan ketakutan.
|
LATAR BELAKANG
Nama Realm | : |
Lembah Besar Nenek Moyang
|
Deskripi Realm | : |
Lembah Besar Nenek Moyang adalah sebutan bumi bagi
orang-orang Papala. Kehidupan berjalan relatif damai, meski satu musim sekali
terjadi perang antar-suku sebagai tradisi turun temurun. Laki-laki Papala
berburu setiap hari untuk mencukupi kebutuhan makan, sementara para perempuan
mengumpulkan tumbuhan obat dan menjahit pakaian. Desa Papala berada di padang
rumput terbuka, dikelilingi tebing-tebing batu terjal. Jerapah berlarian menuju
telaga bersama kelompoknya. Babon-babon memakan daun di atas pohon. Keluarga
hyena berburu mengepung rusa, dan kambing-kambing gunung berdiri jumawa di
puncak tebing. Adalah pemandangan sehari-hari yang terlihat oleh mata Aushakii.
Ia mencintai desa dan orang-orang Papala.
|
Bio | : |
Aushakii adalah anak dari istri ke-empatbelas kepala suku
Papala, Ndong'je. Ada kisah yang sering diceritakan Ndong'je, Ayah Aushakii,
mengenai perjuangannya memperebutkan ibunya.
Jadi begini, ke-tigabelas istri Ndong'je secara misterius
tidak berhasil melahirkan anak laki-laki. Ndong'je menjadi gelisah.
Kekhawatirannya ini berasal dari ketakutannya mengenai kelangsungan suku Papala
yang cepat atau lambat akan membutuhkan seorang pengganti dirinya sebaga kepala
suku. Suatu hari, Ndong'je mendengar pesta kawin yang akan diadakan kepala suku
Nggo yang berada di dekat sungai. Nggo mengadakan sayembara memperebutkan
putrinya, yang konon digadang-gadang sebagai titisan Ruh Bulan yang membawa
berkah makanan berlimpah dan kesuburan kandungan.
Ndong'je mengikuti pesta kawin itu. Untuk mendapatkan izin
Nggo dan hati Ruh Bulan, Ndong'je mesti mengalahkan kuda nil betina yang
mendiami sungai. Ndong'je menerimanya. Meski tahu betul bahwa kuda nil betina
adalah hewan ganas yang merupakan jelmaan Ruh Tarung dan bersifat teritorial.
Tetapi, betapapun Ndong'je terkenal karena keberingasan serta keperkasaannya,
ia akhirnya harus mengakui kekuatan kuda nil betina ganas yang sulit
ditandingi. Ndong'je mesti menelan kekalahan. Dan mengorbankan salah satu
lengannya menjadi santapan kuda nil betina ganas teritorial. Tapi cinta Ruh
Bulan terlanjur luluh untuk Ndong'je. Wanita itu jatuh hati pada keberaniannya.
Ia memutuskan untuk kawin dengan Ndong'je pada malam yang bergairah dan penuh
nafsu duniawi itu.
Dari rahim Ruh Bulan lahirlah Aushakii. Anak laki-laki kecil
yang kuat dan dilahirkan bersama bakat sejati dan kemurnian. Ibunya meninggal
sesaat setelah melahirkan. Aushakii tumbuh menjadi kekaguman suku Papala dan
kebanggaan bagi ayahnya, Ndong'je. Ia belajar dengan cepat memahami ilmu-ilmu
berburu dan strategi perang tanding. Ketika umurnya menginjak duabelas tahun,
Aushakii mendatangi kudanil betina ganas teritorial yang memakan lengan ayahnya
dan menaklukkannya dengan gagah berani. Sejak saat itu, ia mendapat gelar
kedewasaan di usia yang masih sangat belia oleh tetua Papala, dan memperoleh julukan
sebagai Laki-laki Kecil yang Mengaum Seperti Singa.
Ndong'je berkata pada Aushakii ketika itu: "Kau hidup
bersama naungan para Ruh dan tumbuh hanya untuk menjadi kebanggaan dan
puji-pujian. Aku tahu itu sejak malam ketika kau dilahirkan. Aku berkata
'kelak, ketika anakku besar, jerapah-jerapah akan tunduk dan singa-singa akan
belajar cara menghormati. Mereka akan memuja anakku seperti hal yang tak pernah
mereka lakukan sebelumnya'. Pada malam itu, langit memancarkan
cahaya yang aneh seperti sebuah lintasan api yang indah. Ia menjatuhkan sesuatu
ke tanah kita seperti nyala kemakmuran. Aku tidak tahu benda apa itu. Aku
mengambilnya dari tepi telaga dan seketika mengetahui ia ditujukan
untukmu," kata Ndong'je, "sekarang setelah kau tumbuh dewasa, aku merasa
perlu memberikannya kepadamu."
Aushakii menerimanya.
|
No comments:
Post a Comment