19.4.15

[Char Sheet] Yudha Ananta Dharma - si Mata Empat



IDENTITAS DASAR
Penulis:Dya Ragil
Nama:
Yudha Ananta Dharma
Julukan:Si Mata Empat
Jenis Kelamin:
Laki-laki
Umur:
13 tahun
Ras:Manusia
Class:Defender
Element:
Darkness
Kepribadian:Ceplas-ceplos dan omongannya cenderung nyelekit, berbakat membuat orang marah dengan sindiran pedasnya, pemalas, tidak pedulian, mau menolong orang jika itu bisa mendatangkan manfaat untuknya, tidak memercayai higher being kecuali dirinya sendiri, penilaian terhadap orang-orang di sekitarnya berdasarkan pada pantas atau tidaknya orang itu sebagai obyek yang bisa diobservasi, penganut narsisme tingkat dewa, suka pujian dan senang dianggap pintar (dia memang sadar dirinya jenius, tapi lebih suka mendengar orang lain mengucapkan fakta itu keras-keras), tipe Mr. Punchline yang gemar bereaksi pada semua hal dan menanggapinya dengan kata-kata sok cerdas. 
Menyukai:
Gadget, shudoku.
Membenci:
Orang gaptek, orang telmi, orang bodoh.

DESKRIPSI
Tinggi / Berat:
155 cm/40 kg
Deskripsi Fisik:
rambut hitam pendek poni belah tengah, pakai kacamata tebal ala detektif conan, kulit sawo matang, mata bulat, alis tebal, hidung tenggelam, badan kurus tidak atletis, selalu mengenakan hoodie putih, celana panjang biru dongker, dan sepatu kets biru dongker.


Senjata:Ponsel pintar.

KEMAMPUAN & KELEMAHAN
Kemampuan:
1. Sabuk hitam berbagai jenis beladiri dengan kelincahan dan keseimbangan tubuh yang seperti pemain akrobat. Kelincahannya mirip monyet.

2. Pada ponsel miliknya terdapat sebuah aplikasi yang mengandung 3 skill yang bisa dipakainya:

- Mengendalikan bayangan musuh agar bergerak sesuai keinginannya.

- Mengubah bayangannya sendiri menjadi perisai yang menyelubungi tubuhnya dan/atau anggota timnya.


- Mengubah bayangan sendiri menjadi senjata tajam yang bisa menjangkau lawan dalam radius 10 meter.

Kelemahan:
Tanpa aplikasi di ponsel, dia hanya manusia biasa sehingga bisa dilukai atau dibunuh.

Semua kemampuan dari aplikasi ponsel hanya berfungsi pada radius 10 meter.

Kemampuan dari aplikasi ponsel hanya bisa digunakan satu per satu, tidak bisa menyerang dan bertahan sekaligus.

Tidak akan menyerang jika tidak diserang lebih dulu.

Pemalas, lebih suka menggunakan otaknya daripada ototnya, sehingga dia enggan bergerak banyak jika tidak terdesak.

Pecandu shudoku level akut, yang hobinya itu bisa kumat di tengah-tengah pertarungan. Ponsel yang sedang digunakan bermain shudoku tidak bisa difungsikan untuk mengaktifkan skill, sehingga dia lebih memilih menghadapi lawan dengan skill beladiri sambil tetap menyelesaikan shudoku.


Dia sangat melindungi kepalanya tempat otaknya berada, sehingga cenderung melonggarkan pertahanan terhadap anggota tubuh lain selain kepala.

LATAR BELAKANG
Nama Realm:
Bumi.
Deskripi Realm:
Yogyakarta masa kini.
Bio:
Setelah orangtuanya bercerai sejak usianya baru 7 tahun, dia tinggal bersama ibunya—seorang ilmuwan robotika. Sejak kecil dia sudah berurusan dengan yang namanya perkakas elektronik dan gadget-gadget yang berada di laboratorium milik ibunya. Karena ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya, dia sering menyusup masuk ke dalam laboratorium dan perpustakaan milik ibunya dan belajar robotika secara otodidak. Dari situlah dia mulai mengembangkan banyak program baik itu berbasis komputer maupun mobile. Ponsel yang dibawanya itu merupakan rancangannya sendiri, dengan aplikasi buatannya sendiri.

Semakin lama, dia semakin menganggap hidupnya sangat membosankan karena diisi oleh orang-orang bodoh yang tidak sebanding dengannya. Bahkan ibunya yang dulu dianggapnya sangat jenius pun mulai terlihat tak terlalu pintar lagi. Awalnya banyak hal baru yang dianggapnya menarik, namun semuanya dengan cepat dikuasainya. Dia bosan setengah mati, membuatnya tak berselera melakukan apa pun. Dia sering mencoba membuat masalah baru yang kemudian diselesaikannya sendiri. Awalnya itu berhasil mengusir kebosanannya, tapi lama-lama dia menjadi malas. Hidup menjadi tidak ada maknanya lagi.

Lalu suatu hari, sebuah surel misterius masuk ke dalam ponselnya. Sebuah tantangan untuk mengikuti permainan di antah berantah. Sebuah kesempatan langka untuk bebas merdeka dari rutinitas yang membosankan. Dua tombol masing-masing bertuliskan "YES" dan "NO" tersaji di hadapannya. Tanpa pikir panjang, dia menekan tombol "YES".




No comments:

Post a Comment