IDENTITAS DASAR
Penulis | : | Dya Ragil |
Nama | : |
Yudha Ananta Dharma
|
Julukan | : | Si Mata Empat |
Jenis Kelamin | : |
Laki-laki
|
Umur | : |
13 tahun
|
Ras | : | Manusia |
Class | : | Defender |
Element | : |
Darkness
|
Kepribadian | : | Ceplas-ceplos dan omongannya cenderung nyelekit, berbakat membuat orang marah dengan sindiran pedasnya, pemalas, tidak pedulian, mau menolong orang jika itu bisa mendatangkan manfaat untuknya, tidak memercayai higher being kecuali dirinya sendiri, penilaian terhadap orang-orang di sekitarnya berdasarkan pada pantas atau tidaknya orang itu sebagai obyek yang bisa diobservasi, penganut narsisme tingkat dewa, suka pujian dan senang dianggap pintar (dia memang sadar dirinya jenius, tapi lebih suka mendengar orang lain mengucapkan fakta itu keras-keras), tipe Mr. Punchline yang gemar bereaksi pada semua hal dan menanggapinya dengan kata-kata sok cerdas. |
Menyukai | : |
Gadget, shudoku.
|
Membenci | : |
Orang gaptek, orang telmi, orang bodoh.
|
DESKRIPSI
Tinggi / Berat | : |
155 cm/40 kg
|
Deskripsi Fisik | : |
rambut hitam pendek poni belah tengah, pakai kacamata tebal
ala detektif conan, kulit sawo matang, mata bulat, alis tebal, hidung
tenggelam, badan kurus tidak atletis, selalu mengenakan hoodie putih, celana
panjang biru dongker, dan sepatu kets biru dongker.
|
Senjata | : | Ponsel pintar. |
KEMAMPUAN & KELEMAHAN
Kemampuan | : |
1. Sabuk hitam berbagai jenis beladiri dengan kelincahan dan
keseimbangan tubuh yang seperti pemain akrobat. Kelincahannya mirip monyet.
2. Pada ponsel miliknya terdapat sebuah aplikasi yang
mengandung 3 skill yang bisa dipakainya:
- Mengendalikan bayangan musuh agar bergerak sesuai
keinginannya.
- Mengubah bayangannya sendiri menjadi perisai yang
menyelubungi tubuhnya dan/atau anggota timnya.
- Mengubah bayangan sendiri menjadi senjata tajam yang bisa
menjangkau lawan dalam radius 10 meter.
|
Kelemahan | : |
Tanpa aplikasi di ponsel, dia hanya manusia biasa sehingga
bisa dilukai atau dibunuh.
Semua kemampuan dari aplikasi ponsel hanya berfungsi pada
radius 10 meter.
Kemampuan dari aplikasi ponsel hanya bisa digunakan satu per
satu, tidak bisa menyerang dan bertahan sekaligus.
Tidak akan menyerang jika tidak diserang lebih dulu.
Pemalas, lebih suka menggunakan otaknya daripada ototnya,
sehingga dia enggan bergerak banyak jika tidak terdesak.
Pecandu shudoku level akut, yang hobinya itu bisa kumat di
tengah-tengah pertarungan. Ponsel yang sedang digunakan bermain shudoku tidak bisa
difungsikan untuk mengaktifkan skill, sehingga dia lebih memilih menghadapi
lawan dengan skill beladiri sambil tetap menyelesaikan shudoku.
Dia sangat melindungi kepalanya tempat otaknya berada,
sehingga cenderung melonggarkan pertahanan terhadap anggota tubuh lain selain
kepala.
|
LATAR BELAKANG
Nama Realm | : |
Bumi.
|
Deskripi Realm | : |
Yogyakarta masa kini.
|
Bio | : |
Setelah orangtuanya bercerai sejak usianya baru 7 tahun, dia
tinggal bersama ibunya—seorang ilmuwan robotika. Sejak kecil dia sudah
berurusan dengan yang namanya perkakas elektronik dan gadget-gadget yang berada
di laboratorium milik ibunya. Karena ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya,
dia sering menyusup masuk ke dalam laboratorium dan perpustakaan milik ibunya
dan belajar robotika secara otodidak. Dari situlah dia mulai mengembangkan
banyak program baik itu berbasis komputer maupun mobile. Ponsel yang dibawanya
itu merupakan rancangannya sendiri, dengan aplikasi buatannya sendiri.
Semakin lama, dia semakin menganggap hidupnya sangat
membosankan karena diisi oleh orang-orang bodoh yang tidak sebanding dengannya.
Bahkan ibunya yang dulu dianggapnya sangat jenius pun mulai terlihat tak
terlalu pintar lagi. Awalnya banyak hal baru yang dianggapnya menarik, namun
semuanya dengan cepat dikuasainya. Dia bosan setengah mati, membuatnya tak
berselera melakukan apa pun. Dia sering mencoba membuat masalah baru yang
kemudian diselesaikannya sendiri. Awalnya itu berhasil mengusir kebosanannya,
tapi lama-lama dia menjadi malas. Hidup menjadi tidak ada maknanya lagi.
Lalu suatu hari, sebuah surel misterius masuk ke dalam
ponselnya. Sebuah tantangan untuk mengikuti permainan di antah berantah. Sebuah
kesempatan langka untuk bebas merdeka dari rutinitas yang membosankan. Dua
tombol masing-masing bertuliskan "YES" dan "NO" tersaji di
hadapannya. Tanpa pikir panjang, dia menekan tombol "YES".
|
No comments:
Post a Comment