30.4.15

[PRELIMINARY] IZAYOI NAKAMA - STARGAZING AT DESERT WITH THE FIRE HORSE

IZAYOI NAKAMA - STARGAZING AT DESERT WITH THE FIRE HORSE
Penulis: Rangga Rahman A



"HAHAHAHA, ANAK MUDA APAKAH HANYA UANG YANG KAU INGINKAN ?" ucap suara aneh di kepalaku dengan nada mengejek.
"Uuuuuhhh.... dimana ini ? kenapa kepalaku pusing sekali ? siapa kau ?" tanyaku bertubi-tubi.
Aku mendengar suara aneh di kepalaku dan tanpa kusadari aku sudah berada di sebuah tempat yang sangat gelap dan dingin. Saking dinginnya, bahkan aku yang membunuh naga es ini merasa kedinginan. Aku mulai mengingat siapa aku. Aku adalah Izayoi Nakama, seorang pembunuh naga. Seingatku aku sedang tertidur pulas di kamarku sebelum berada di tempat ini.

"JADI, APA KAU TERTARIK ???" ucap suara itu.
"Maaf, aku tidak tertarik jika tidak menyangkut uang." Balasku.
Aku memang terkenal sebagai orang yang cinta uang. Motoku 'uang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang. Jadi aku siap melakukan apapun untuk mendapatkan uang.
"TENANG SAJA, HAL ITU SUDAH DIURUS. INTINYA KAU MAU IKUT ATAU TIDAK ?"
"Baiklah, aku ikut, kurasa cukup menarik" jawabku antusias.
"BAIKLAH, SEKARANG SAATNYA KAU BANGUN." ucap suara itu.
Seketika aku merasa tubuhku menjadi ringan dan melayang. Detik berikutnya aku sudah berada di kasurku. Lebih tepatnya di lantai dekat kasurku.
***
"Hahhh..... mimpi yang gila- eh ? surat apa ini ?" ucapku.
'Datanglah di Hutan jam 8.00 hari ini akan kutunggu kau -Hewanurma' begitulah isi surat itu.
"Hmmmmm...... jadi ini nama suara sialan yang membuat tidurku tidak tenang, dan juga apa-apaan undangan dengan penjelasan minim ini ?!!?" gumamku sambil menggerutu.
"Tak apalah jika aku akan mendapat uang." Ucapku menyemangati diri sendiri.
Lalu setelah sarapan aku pergi ke Hutan untuk menemui Hewanurma. Meskipun aku tidak mengetahui wajahnya, tapi aku kenal baik dengan suaranya. Suara yang agak berat, dan tawa jahatnya membuatku bermimpi buruk semalaman.
"Semoga saja dia tidak ada niat buruk padaku, aku sudah lelah menghadapi penipu-penipu yang mengatasnamakan uang untuk mengalahkanku" gumamku.
Mereka memanfaatkan rasa cintaku pada uang untuk mengundangku ke tempat tertutup lalu mengeroyokku ramai-ramai. Sayangnya mereka terlalu lemah jadi langsung kubantai habis-habisan.
"Jadi kau datang, Izayoi Nakama."
"Oh... jadi itu kau suara sialan, atau harus kupanggil, Hewanurma." ucapku menantangnya.
Terlihat seorang pria tinggi dengan rambut panjang sebahu yang terlihat berantakan. Matanya yang tajam menatap langsung ke mataku dan dia mengelus-elus janggut tebalnya. Dia mengenakan lab coat putih dan kaos lengan pendek serta celana panjang hitam.
"Tidak, aku tidak ada keinginan melawanmu, jadi apa kau bersedia mengikuti Battle Of Realms ?" ucapnya.
"Tentu saja, aku siap menghadapi apapun demi uang !!!" ucapku penuh semangat.
Sebelumnya aku belum pernah sesemangat ini seumurhidupku. Aku merasa akan ada hal yang menarik terjadi jika aku mengikuti kompetisi ini. Ditambah lagi aku mendapat bonus uang. Aku jadi tidak sabaran.
"Kalau begitu, bukalah surat yang kuberikan padamu."
 "Jadi, yang perlu kulakukan hanya membukanya ?"
"Yap, kita mungkin akan bertemu lagi setelah ini." ucapnya dengan seringai licik terlukis di wajahnya.
Lalu, aku membuka surat itu dan terbuka sebuah portal aneh yang menyedotku masuk ke sebuah tempat yang sangat asing bagiku. Beberapa detik sebelum berpindah tempat sekilas aku melihat seseorang yang sangat kukenal berlari ke arahku.
***
Detik berikutnya aku sudah berada di tempat yang berbentuk seperti halaman kerajaan. Di atas kastil itu, berdiri seorang wanita dengan mic di tangan kanannya. Di sekitar kami juga banyak orang-orang yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Wajah mereka terlihat bingung dengan situasi ini. Tetapi, ada satu orang yang sangat kukenal disini.
"Aaa... tes...tes... baka to test," Ucapnya seraya mencoba berbicara melalui mic.
"Woi, nanti kena lisensi!" Protes Hewanurma di belakang.
Orang tua itu terlihat kesal di belakang panggung. Hah ! serve you right ! itulah kata-kata yang sedang kupikirkan. Tetapi aku baru sadar, sejak kapan aku bisa bahasa inggris ?
Wanita itu kembali menyapu keadaan sekitar dengan pandangannya.
"Jangan mengabaikanku!!" Protes Hewanurma lagi.
"Baiklah, mungkin diantara kalian ada yang bingung kenapa kalian secara tiba-tiba muncul di sini, dan mungkin juga ada yang sudah tahu kenapa kalian muncul di sini. Bagi belum belum tahu coba angkat tangannya yang tinggi~" Sahut wanita itu riang.
Serentak semua orang mengangkat tangan termasuk aku dan Shirawa.
Wanita itu terdiam sesaat.
"Areee... bukannya sudah kutulis alasannya di surat undangan ya?" Tanya Wanita itu bingung.
"Isi suratnya cuma satu kalimat, itu juga tidak jelas maksudnya apa," Jawabku dengan beberapa orang lain.
Di belakang Hewanurma hanya bisa geleng-geleng kepala. Aku bisa merasakan pederitaanmu kawan. Memiliki bos yang bahkan salah menulis surat, entah mengapa aku merasa pernah merasakannya.
"Sepertinya aku lupa menulis tentang turnamen di dalam suratnya, teehee~" Ucap Wanita itu sambil menjitak kepalanya sendiri.
Karena tidak tahan lagi Hewanurma merebut mic dan mendorong Wanita itu ke belakang panggung. Wanita itu membuat wajah seolah ingin berkata 'Biarkan aku mengucapkan pembukaan !'.
"Baiklah, kami minta maaf untuk kesalahan teknis barusan, kalian disini untuk mengikuti turnamen antar dimensi yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Kalian yang disini adalah petarung-petarung terbaik di seluruh dimensi !!" jelas Hewanurma.
"Pemenangnya akan mendapat apapun yang dia inginkan !" lanjut Wanita itu yang entah kapan sudah berada di samping Hewanurma.
Itu artinya kami disini untuk bertarung satu sama lain untuk memperebutkan keinginan kami. Lalu, bukankah peserta yang sekarang terlalu banyak ?
"Karena jumlah peseta yang terlalu banyak, kami akan melaksanakan babak penyisihan untuk memilih para peserta terbaik yang akan berlaga dalam turnamen Battle of Realms ! jadi dengarkan penjelasanku" ucap Hewanurma
"Dari seratus satu orang yang ada di sini, hanya ada empat puluh delapan peserta terbaik yang akan terpilih untuk mengikuti turnamen yang sesungguhnya. Setiap peserta akan dikirimkan ke sebuah area khusus untuk babak penyisihan dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua hingga empat orang. Kalian bebas untuk memilih anggota kelompok kalian, dan begitu kalian sudah mendapatkan kelompok yang menurut kalian pas, maka kalian akan langsung dikirim ke tempat pertarungan oleh seorang maid yang akan menjelaskan misi yang harus kalian jalankan begitu kalian tiba di tempat pertarungan." Jelas Hewanurma panjang lebar.
Berarti kami boleh memilih team kami secara bebas. Jelas, aku akan mengajak Shirawa karena dia partner-ku. Sehingga, kerja sama kami cocok. Aku bertemu dengannya saat tiba disini. Kami tidak perlu berkenalan lagi karena kami berasal dari tempat yang sama.
"Shirawa, kita satu team lagi ?" tanyaku
"Oke, mohon bantuannya partner !" jawabnya semangat
Lalu kami tos dengan tinju kami sebagai salam seperti saat-saat di guild. Masa-masa yang menyenangkan. Sekaligus suram. Dengan begini, kurang dua orang lagi.
"Oi, loli yang disana ! mau jadi timku ?" tanyaku pada anak-anak yang terlihat berumur sekitar 13 tahun.
"Siapa kau ? lagi pula namaku bukan loli ! namaku Alice Zeitflügel." Ucapnya.
"Tidak penting, jadi kau mau ikut timku ?"
"Baiklah, aku juga belum mendapat tim."
"Oke, berarti kurang satu orang."
Meskipun dia terlihat seperti anak-anak, aku tetap harus hati-hati. Karena, siapapun yang dipanggil kesini pasti petarung yang kuat. Dan wajahnya terlihat seperti mengenakan topeng yang sangat tebal. Dia menjelaskan bahwa dia adalah dewa kematian yang dikutuk. Senjatanya adalah pedang yang berbentuk seperti jarum jam.
"Satu lagi, hei kau yang berambut putih ! kemari, aku kurang satu orang !" teriakku.
"Baiklah, aku juga belum mendapat kelompok, namaku Neshara Amethyst" ucapnya dengan nada riang.
"Aku Izayoi, laki-laki disana Shirawa, dan anak kecil disana Alice." Jelasku.
"Hei ! aku bukan bukan anak kecil !" protes Alice.
Dia mengingatkanku pada adikku. Rambut putih, rok merah, dan pita merah itu. Nama mereka juga sama.
"Baiklah, team kalian sudah kami catat, kalian akan di-teleport ke arena babak penyisihan sebentar lagi." Ucap salah satu maid itu.
Seketika muncul sebuah portal dari langit yang menelan kami secara bersamaan.
***
Akhirnya kami sampai di sebuah padang pasir yang luas. Dihiasi bintang di langit dan bulan berwarna biru yang semakin lama semakin membesar. Maid yang mengantar kami menjelaskan seluruh detail misinya dan kami memperhatikan secara seksama. Inti dari misi ini adalah menghancurkan kedua tower dengan serangan fisik secara bersamaan sambil menghindari serangan Tamon Rah, kuda api yang akan muncul dalam 5 menit. Kami dibantu 500 prajurit Alforea dan musuh adalah ribuan monster ditambah Tamon Rah.
"Uhhhh... aku merasa mual." Ucap Shirawa.
"Heeee~ sudah berapa bulan ?" Canda Neshara.
"Sejak kapan laki-laki bisa hamil !?!?!?!!" protes Shirawa.
Tim ini terasa sangat akrab. Padahal kami baru bertemu beberapa menit yang lalu. Aku mungkin akan betah dengan komposisi tim ini. Dua attacker, satu defender, dan satu supporter. Sangat lengkap dan sempurna.
"Baiklah, sekarang kita memerlukan strategi untuk menerobos pasukan monster dengan pasukan kita." Ucapku serius.
"Bagaimana kalau kita teleport dengan kekuatanku ?" usul Alice.
"Jangan, kekuatan teleport itu akan jadi kartu as kita untuk menghancurkan towernya secara bersamaan." Bantah Neshara.
"Bagaimana jika kita menerobos langsung dengan kecepatan tinggi tanpa menyerang monster-monster itu ? kita serahkan monster monster itu pada tentara Alforea." Usul Shirawa.
Usulan yang menarik. Mungkin aku akan menggabungkan usulan Shirawa dengan Alice dan Neshara.
"Aku punya ide, bagaimana jika kita menerobos dengan menggunakan para prajurit sebagai pembuka jalan. Lalu saat kita hampir sampai ke tower, Alice akan membuka gerbang teleportasi dan memindahkan Shirawa dan Nesha ke salah satu tower. Lalu, beri kami waktu 2 menit untuk berlari tower yang satunya." Usulku.
Jika kami sudah sampai pada waktu yang ditentukan, kami pasti bisa menghancurkannya pada waktu yang nyaris bersamaan. Dan juga, tower itu pasti beregenerasi jika tidak dihancurkan bersamaan dan mereka memiliki projektil yang ditembakkan. Kelemahannya adalah, waku regenerasinya tidak mungkin dalam sekejap, sehingga kami pasti bisa menghancurkannya dengan kecepatan serangku dan Shirawa.
"Baiklah, sepertinya strategi yang bagus." Ucap Alice.
"Aku juga setuju, ini rencana yang memiliki kemungkinan berhasil yang tinggi." Tambah Neshara.
"Oke, ini yang paling masuk akal selama ini !  seperti yang diharapkan dari ahli strategi NoName. " Ucap Shirawa sambil mengacungkan jempolnya.
"Maid, berapa waktu yang tersisa sebelum Tamon Rah muncul ?" tanyaku.
"3 menit dari sekarang, silahkan memulai." Ucap maid itu.
Lalu tubuh maid itu menghilang perlahan dari kaki sampai kepala. Beberapa detik setelah maid itu hilang di belakang kami muncul ratusan prajurit manusia dan beberapa kilometer di depan kami muncul ribuan monster dari slime sampai naga.
"Baiklah, formasinya aku yang di depan, di belakangku Neshara karena jarak serangnya jauh, lalu Alice untuk support, dan Shirawa paling belakang untuk menjaga kalau-kalau ada serangan dari belakang." Ucapku.
"MAJUUUU !!!!!!" teriak prajurit Alforea.
Prajurit Alforea maju dengan membentuk formasi panah dengan kami berada ditengah-tengahnya. Jika ada monster yang lolos dari depan aku dan Nesha langsung mengalahkannya. Sejauh ini belum ada serangan dari belakang.
"Air Strike !" teriak Shirawa.
Dia menendang tanah dengan kuat dan menebas goblin-goblin yang lolos dari para prajurit manusia. Darah yang terciprat tidak membuatnya takut. Seperti yang diharapkan dari seorang assassin.
"Haaaa !!!!" teriak Neshara.
Dia menyerang kalajenging raksasa yang sukses merobohkan puluhan prajurit manusia dengan kukunya. Kalajengking itu terpotong-potong seperti di-fillet. Darah hijau menyembur kemana-mana. Meskipun menyerang musuh, kami juga berlari sekuat tenaga menuju kastil di utara gurun.
"Ice Create ! Ice Sword !" teriakku.
Aku menciptakan pedang dari es dan melemparkannya ke dahi orc di depanku. Lalu aku melompat dan menarik pedang itu dari dahi orc dan terbang menggunakan Dragon Wing untuk membunuh seekor naga.
*Krak*
Pedangku patah begitu menyentuh kulit naga itu. Seperti yang diharapkan dari naga. Mereka memiliki kulit yang keras dan tebal. Lalu aku mengambil pedang yang ada di pinggangku. Pedang yang cukup tajam untuk membunuh puluhan naga. Ironisnya, pedang ini terbuat dari gigi taring naga.
"Haaaaaa !!!!"
Aku menusukkan pedangku ke arah lehernya. Lalu kutarik pedangku ke ekornya yang sukses membuat naga itu tumbang.
"Apa kalian tidak apa-apa ?" tanyaku.
"Kalau begini rencana kita akan berjalan mulus." Ucap Shirawa.
"Jangan naif, tidak mungkin babak penyisihan turnamen antar dimensi semudah ini." Jawab Alice.
Tiba-tiba seekor Orc menghadang kami. Tatapan bengisnya mengarah ke arahku. Dia mengayunkan pemukul kayunya secara horizontal dan sukses melemparkan kami beberapa meter.
"Ugh !"
"Kyaa !"
"Aw !"
"Ghaah !!"
Teriak kami bersamaan saat mendarat di pasir berbatu. Rasanya punggungku sakit sekali karena menjadi landasan, dan perutku nyeri karena terkena serangan orc itu.
"Air Strike !!" ucap Shirawa.
Dia melompat ke arah kepal orc itu, dan meyerang matanya. Tanpa menyianyiakan kesempatan, Neshara mengayunkan cambuknya dan membuat luka dalam di dada orc itu. Lalu, kutusuk dada orc itu sekuat tenaga sebelum orc itu akhirnya tumbang dan mati. Tetapi hal yang terjadi selanjutnya tidak terduga. Kami terlalu naif hingga melupakan bulan yang sudah pada jarak terdekatnya.
*Krakkk*
"Apa yang..."
"Makhluk apa itu"
"Mu-mu-mustahil bisa mengalahkannya !"
Begitulah respon dari orang-orang di sekitar kami. Sesosok kuda yang diselimuti api. Tampilannya elegan sekaligus mengerikan dengan tanduk dan seringainya. Ditambah lagi caranya muncul yang sangat tidak terduga. Di latar belakangi bulan yang terbelah menjadi dua, muncul sosok kuda api setinggi sekitar 50 meter. Tamon Rah, itulah namanya. Dia menyerang seluruh makhluk hidup di sekitarnya. Tidak peduli teman atau lawan, dia mengubah segala yang ada di pandangannya menjadi abu.
"Ayo cepat ! kita harus berada dekat dengan menara-menara itu untuk melanjutkan rencana berikutnya--Awas Alice !!" seruku.
Seekor golem yang berhasil lolos dari kepungan para prajurit. Aku berlari ke arah Alice dan menusuk tangan golem yang mengincar Alice dengan pedang esku.
*Krakk*
Sial, sepertinya struktur golem itu lebih keras dari yang kuduga. Es saja tidak cukup untuk melawannya. Lalu kutarik pedang yang kugunakan untuk membunuh naga, dan kuubah bentuknya.
"Morph ! Scythe form !"
Pedang itu diselimuti cahaya dan berubah bentuk. Awalnya bentuknya adalah sebuah pedang panjang, sekarang bentuknya berubah menjadi sabit besar yang menahan pukulan golem itu.
"Ubah pijakannya jadi lumpur ! cepat !!"
"Time and place distortion !" teriak Alice.
"Haaaa !!!!!"
Seketika pijakan golem itu yang awalnya berupa pasir berubah menjadi lumpur. Golem itu terperosok lalu kepalanya terpenggal kuku-kuku milik Neshara yang sudah memanjang menjadi bentuk cambuknya.
*Bruuk*
Kepala golem itu terjatuh bersamaan dengan Alice yang terjatuh karena kelelahan. Dia terbaring lunglai di tanah karena penggunaan energi berlebihan. Dia sudah menjelaskanya padaku, dan tetap melakukannya. Aku merasa beruntung sekelompok dengan orang ini.
"Baiklah aku akan menggendongnya." Ucapku seraya mengangkat tubuhnya.
"Tidak.....ugh perlu, biarkan aku jalan sendiri." Balasnya.
"Jika kau pingsan, siapa yang akan membuka gerbang teleportasi ?" tanya Shirawa.
"Ya, kau tidak perlu memaksakan tubuhmu. Cukup beristirahatlah, biarkan kami yang mengurus sisanya." Lanjut Nesha.
Tanpa basa basi kami langsung menerobos ke arah kastil. Tetapi saat aku melihat ke belakang, sudah terbentuk puluhan bola api di sayap Tamon Rah. Dalam hitungan detik bola-bola api itu meluncur ke arah kami. Neshara dan Shirawa berhasil menghindar. Tetapi, bola api itu mengenai kaki kananku dan sukses membuatku jatuh.
*Braak*
"Ugh... sial, kuda itu mengenai kaki kananku."
"Izayoi, apa kau tidak apa-apa." Ucap Shirawa khawatir.
"Tenang, hanya sedikit luka bakar." Balasku.
Cukup menyakitkan memang, tetapi aku masih bisa terbang rendah dengan Dragon Wing. Dan juga, kastil itu tinggal di depan mata. Para prajurit Alforea sudah berkurang drastis. Begitu juga para monster yang habis terbakar api Tamon Rah. Zona perang yang awalnya sangat ramai sekarang sudah menjadi zona pembantaian para prajurit maupun monster.
"Biarkan aku menyembuhkanmu." Ucap Neshara.
Lalu dia berkomat-kamit dan menyentuh dahiku. Seketika luka bakar di kaki kananku hilang dan berpindah ke kaki kanannya. Itu tampak menyakitkan tetapi dia nampak biasa-biasa saja. Kemudian dia berkomat-kamit dan menyentuh dahiku lagi.
"Itu skill-ku, Minerva. Kuharap kuda itu tidak merasakannya."
"Baiklah, Alice berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan portal teleportasi itu ?" Tanyaku.
"Sekitar sepuluh detik, tetapi karena tenagaku habis mungkin bisa sampai satu  menit."
"Baiklah, ayo berjalan beberapa puluh meter lagi, lalu siapkan portalnya."
Kami berlari lagi dan menghindari pertarungan sebisa mungkin. Karena para prajurit tertinggal jauh, kami harus maju sendirian melawan kerbau raksasa yang berdiri dengan dua kaki.
"Shirawa ! Neshara ! alihkan perhatiannya !" perintahku.
"Oke, Air Strike !" jawab Shirawa.
"Serahkan pada kami !" jawab Neshara yang sudah menyiapkan cambuk kukunya.
*Zraaat*
Otot paha makhluk itu sobek. Terlihat darah mengucur dari kedua luka di kaki kanan dan kirinya. Lalu Neshara mengikat minotaur itu dengan cambuknya dan menyalurkan lukanya ke kaki minotaur. Itu salah satu skill-nya yaitu Ker, skill yang menyalurkan luka-lukanya kepada lawan.
"GRAAAAAHHHH !!!!!" teriak minotaur itu kesakitan.
Lalu dengan sabit di tangan kananku kupenggal kepala minotaur itu dengan sekali tebas. Darah menyembur dari lehernya. Dalam sekejap monster itu rubuh.  Tamon Rah terlihat sedang mengarah kemari dan menyiapkan bola-bola apinya. Bola-bola api itu meluncur dan membakar monster-monster di belakang kami. Kali ini, kami berhasil menghindar dari seluruh bola apinya dengan jarak setipis kertas.
"Alice, siapkan gerbang teleportasi ! kami akan menahannya selama yang kami bisa."
"Ta-tapi, apa yang akan terjadi pada kalian ?"
Aku tersenyum sambil memandang ke arah mata alice tanpa memperdulikan Tamon Rah yang makin mendekat. Aku mengingat kenangan pahit di masa lalu. Kenangan yang tidak pernah kuceritakan pada siapapun.
"Aku tidak akan membiarkan teman-temanku terluka, setidaknya tidak lagi." Ucapku sambil tersenyum.
Aku menurunkannya dan menyiapkan sabitku. Shirawa dan Neshara sudah dalam posisi siap bertarung. Alice mulai merapal mantranya untuk menciptakan gerbang teleportasi. Suara gemuruh menggema di padang pasir sunyi itu. Tamon Rah segera berlari ke arah Alice. Ringkihannya seolah membawa mimpi buruk bagi yang pernah mendengarnya. Setiap derap langkahnya menggetar tanah. Aku menggunakan Dragon Wing-ku untuk terbang ke arahnya.
"Akulah lawanmu !!!!" teriakku sambil menahan tubrukannya yang sangat kuat.
Aku terdorong mundur beberapa puluh meter. Lalu aku menyerangnya dengan sabitku. Seluruh lukanya sembuh kembali dalam sekejap. Sepertinya dia tidak bisa mati kecuali disegel.
"Alice tinggal berapa menit lagi !!!" teriakku.
"Tahan dia 20 detik lagi !!!" balasnya.
"Shirawa, Neshara bantu aku menahannya !!!"
""Oke !!"" ucap mereka kompak.
Karena serangan bola api terakhir tamon Rah membakar seluruh pasukan monster penjaga tower, Alice sudah pasti aman. Sekarang tinggal 20 detik lagi.
"Tornado Wind !!!!" teriak Shirawa.
"Arma Amethyst !!" teriak Neshara tidak mau kalah.
Tiba-tiba terbentuk pusaran angin yang mendorong Tamon Rah mundur. Dilanjutkan dengan membatunya seluruh tubuh Tamon Rah menjadi batu amethyst merah.
"Cepat !!! efeknya hanya satu menit !!" teriak Neshara.
"Dua puluh, sembilan belas, delapan belas, tujuh belas." Gumamku menghitung mundur.
"Enam belas, lima belas, empat belas, tiga belas, dua belas."
"Sebelas, sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam."
"Lima, empat, tiga, dua, satu !!!" teriakku.
Gemuruh kembali terdengar. Di atas Alice terbentuk sebuah gerbang teleportasi yang berbentuk lubang hitam. Shirawa dan Neshara segera berlari dan melompat ke dalam gerbang itu.
"Kami duluan ya, partner." Ucap Shirawa sebelum memasuki portal.
"Ingat, kami hanya menunggumu selama 2 menit." Lanjut Neshara yang mengikuti Shirawa.
Dalam hitungan detik mereka muncul lagi tepat di atas tower sebelah kiri. Mereka ditembaki projektil sihir yang tak terhitung jumlahnya. Beruntung Neshara dan Shikawa memiliki reflek yang cepat.
"Ayo Alice." Ucapku sambil menggendong tubuhnya yang terkulai lemas.
Aku mulai merasa seperti kakaknya yang menggendongnya kesana kemari. Dia hanya berbaring lemas tidak menjawab.
"Aku senang, mengenal kalian disini. Meskipun tidak banyak setidaknya aku memiliki teman." Ucap Alice lirih.
"Jangan berkata seolah kau akan mati, tentu saja kita akan menang !" ucapku menyemangatinya.
Lalu aku mengangkatnya dan terbang menuju tower di sisi kanan. Karena sudah dalam jarak 5 meter, tower itu meluncurkan projektil-projektil sihirnya. Alhasil, aku harus bermanuver menghindari hujan projektil sihir. Lalu aku melihat Shikawa yang sudah siap dengan pedangnya yang sudah diperkuat dengan sihir dan Neshara dengan cambuknya. Aku melesat ke bagian tertinggi tower. Lalu aku mengayunkan sabitku sambil menukik turun.
"Haaaaaaaaaaaaaa !!!!!!!!" teriakku.
""Yeaaaaahhhh !!!!!"' teriak Shirawa dan Neshara yang sudah mulai menyerang puluhan kali dengan pedang dan cambuk.
*Crash*
Sabitku sukses membelah tower kristal itu menjadi dua. Disaat yang bersamaan tower kedua rubuh karena serangan kombinasi antara Shirawa dan Neshara. Dibawah Tamon Rah, muncul lingkaran sihir raksasa yang berkilauan dalam gelap. Tamon Rah yang berhasil keluar dari penjara batu amethyst langsung terikat dengan rantai-rantai yang muncul dari lingkaran sihir dibawahnya. Tamon Rah lalu terhisap lingkaran sihir itu secara perlahan.
"Akhirnya selesai." Ucapku.
"Hah, aku kira aku akan jadi santapan kuda." Ucap Shirawa.
"Paling tidak, kita lolos dari luka yang fatal." Jawab Neshara.
"Hahaha, yang penting kita menang !!!" lanjut Alice yang telah pulih.
Beberapa detik setelah perbincangan ringan kami. Muncul portal lain yang menyedot kami. Hah, rasanya hari ini penuh dengan teleportasi.

8 comments:

  1. Sayang banget ini paragrafnya mepet-mepet sehingga mengurangi keniqmatan membaca, padahal alur ceritanya pertarungannya lumayan terasa seru. Aku jadi rada susah mengikuti keseruannya jadinya. Oh ya kurasa narasinya perlu diperjelas terutama pas awal-awal, dialognya terlalu mendominasi tanpa ada penjelasan secara naratif mengenai karakter mau pun jurus-jurusnya.

    Nilai ; 6

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
  2. Ceritanya terasa klise, plotnya masih lemah.
    Dari segi penulisan udah enak, tapi terkadang ada miss di penggunaan kata.

    Nilai akhir: 7

    ReplyDelete
  3. Dari cerita terasa agak kurang, penggunaan EYD dan tanda baca juga perlu ditingkatkan lagi. Uh, paragrafnya kenapa bisa engga ada spacenya sih? :3 jadi agak kurang nyaman bacanya. Saya ingin melihat Izayoi berhadapan dengan Aragon jadinya, nih.
    nilai dari saya: 6+1=7
    OC: Aragon Ferden

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf, itu paragrafnya spacenya hilang begitu di-copy ke badan e-mail dan baru sadar setelah diupload sama adminnya.

      Delete
  4. Hmm.. Saya ga bisa ga nyorot masalah teknis kalau tulisannya kayak gini.

    Mengabaikan soal spasi antar paragrafnya yang ilang, dalam isi ceritanya sendiri juga masih banyak yang miss (EYD, kapital dll). Juga banyak yang kesannya ga dikasih jeda buat napas, contoh :

    Lalu aku mengangkatnya dan terbang menuju tower di sisi kanan. Karena sudah dalam jarak 5 meter, tower itu meluncurkan projektil-projektil sihirnya. Alhasil, aku harus bermanuver menghindari hujan projektil sihir. Lalu aku melihat Shikawa yang sudah siap dengan pedangnya yang sudah diperkuat dengan sihir dan Neshara dengan cambuknya. Aku melesat ke bagian tertinggi tower. Lalu aku mengayunkan sabitku sambil menukik turun.

    Terus saya nambahin aja, soal dialog emang sebaiknya ga ditaro 'gitu aja', karena ini cerita dan bukan naskah drama. Bakal lebih baik kalo pembaca ga sekedar disuguhin teriakan ini-itu kayak denger radio dan bisa ngevisualisasiin apa yang terjadi dalam narasi

    Dari saya 5

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  5. Kalau dari saya sendiri, terlepas dari teknisnya. Ceritanya sudah pas.

    Tapi karena pas jadinya klise dan hambar. Mungkin seharusnya ada suatu twist yang menggigit jadinya gak gitu ketebak jalan ceritanya.

    7/10 dari saya. Kalau lolos prelim saya harap ada twist yang lebih menggigit lagi

    ReplyDelete
  6. Battle Story nya udah bagus menurut saya.
    Cuma masih ada bumbu-bumbu cerita yang kurang aja kaya deskripsi karakter sama detail alur. Tapi, baca nya udah enak sih..

    Nilai : 6
    OC: Falcon

    ReplyDelete