30.4.15

[PRELIMINARY] BLOOD ROSE - KECERDIKAN PARA MANUSIA

BLOOD ROSE - KECERDIKAN PARA MANUSIA
Penulis: Bloody Rose

Dalam malam dingin di kota Surabaya yang dipenuhi oleh gemerlap lampu jalanan, sebuah jalan kecil gelap yang dihiraukan oleh kebanyakan orang menjadi sebuah saksi kriminalitas kecil di kota ini.

*Zraat!!!*

"Cih!, dasar sampah masyarakat!" ucap seorang pemuda bertopeng setengah.

Ia mengenakan sebuah rompi besi hitam yang dalamnya terbuat dari bahan Kevlar anti peluru. Pedang satu sisi unik itu ia hentakan dengan cepat hingga menyiratkan darah segar kearah dua preman yang duduk ketakutan.

Kemudian, sebuah lingkaran cahaya turun dari langit dan meninggalkan sepucuk surat dengan amplop putih bergaris emas. Angin kencang yang bersumber dari cahaya menyilaukan itu membuat rambut cepaknya bergoyang.


Masqurade pun membuka amplop tersebut dan membaca isi surat yang berbunyi 'Selamat'. Tak lama setelah itu, sebuah lingkaran hitam dari belakang mencoba untuk menariknya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertarik oleh lubang misterius itu. Bahkan, ia menancapkan pedangnya ke tanah untuk membuat tumpuan tetapi sepertinya mustahil untuk bertahan.

Lingkaran itu pun menang dan berhasil menghisap Masqurade sambil menyelamatkan nyawa dua orang penjahat kelas teri untuk yang pertama kali dalam sejarah ia memberantas kejahatan.

***

Ia membuka mata perlahan dan menemukan dirinya ada disebuah taman dimana ada banyak wajah asing yang tampaknya kelihatan kebingungan.

Kemudian, seorang wanita berbicara tidak jelas dan tampak tidak bisa dipercaya di sebuah balkon istana yang membuat semua pandangan mata tertuju pada wanita tersebut. Lalu, seorang kakek tua berambut dan jenggot putih mengatakan sesuatu tentang 'pertandingan' dan 'hadiah' yang agak tidak jelas baginya.

Ia mulai mendengarkan ucapan kakek tua itu dengan seksama. Setelah mendengar jelas apa yang dikatakan oleh kakek tua bernama Hewanurma, Masqurade pun di transfer ke sebuah dataran gersang berhiaskan batu alam dengan berbagai ukuran dan bentuk.

'Ditransfer seenaknya tanpa sepengetahuan, apa orang-orang di Alforea ini tidak punya adab?' batin Masqurade, menahan rasa kesal.

Pemandangan indah dilangit Alforea dengan bintang-bintang bertebaran seperti pernak-pernik perhiasan dengan sebuah bulan besar berwarna putih sebagai keindahan utamanya. Namun, belum sempat ia melirik sekitar dan memanjakan diri dengan suguhan pemandangan alam yang indah, muncullah seorang gadis berpakaian pelayan ala kerajaan Alforea  dari sebuah cahaya menyilaukan tepat dihadapannya.

"Aku akan menjelaskan padamu apa yang perlu kau lakukan dalam pertandingan ini." Ucap si gadis pelayan dengan senyum indah.

Setelah menjelaskan dengan detail serinci mungkin pada Masqurade, si gadis pelayan itu mengangkat tangannya dengan pelan lalu memunculkan sebuah bola sihir berwarna biru transparan yang akhirnya melebur di udara.

"Selamat berjuang. Kau juga akan bertemu beberapa orang yang setuju menjadi satu tim denganmu." Jelas si gadis pelayan.

Selang beberapa menit setelah gadis pelayan itu menghilang entah kemana dengan teleportasi, sebuah suara kegaduhan pun terdengar didekat Masqurade yang tengah berdiri diatas batu besar.

'Jadi seperti ini yah? Dunia fantasi yang selalu diceritakan dalam dongeng anak.' Batinnya sambil tersenyum sinis.

Ia melihat banyak serdadu dari Alforea sedang bertempur sengit dengan monster-monster yang biasa ada dalam sebuah video game. Monster hijau bermuka jelek membawa pedang rapuh yang biasa disebut goblin. Raksasa besar mata satu berbulu yang menggenggam sebuah pentungan besar dari batu bernama Cyclops dan, jumlah mereka terlampau banyak untuk ditangani oleh pasukan kecil Alforea yang hanya bersenjatakan sebuah senapan laser bertenaga lemah.

"Malam-malam begini mereka bertempur? Dasar, merepotkan saja." Ucap Masqurade saat mengawasi pertempuran dari jauh.

Matanya mengawasi berbagai tempat disetiap sudut pertempuran itu. Kemudian, ia sempat terfokus kepada seorang wanita dengan pakaian layak seorang ksatria perempuan jaman pertengahan di permainan RPG atau sejenisnya.

'Seksi juga wanita itu.' Batin Masqurade, ia bahkan tidak tahu bahwa seekor naga berukuran sedang tengah mengintainya dari belakang, siap mencabiknya ketika ia menengokkan kepala sedikit saja. Namun, dengan kemampuannya untuk mendeteksi bahaya dari semua sudut membuatnya berhasil menghindari cakar tajam mengerikan naga biru bertanduk yang ingin memangsanya.

'Seekor naga yah? Lumayan untuk pertarungan pembukaanku ini.' Batinnya sambil mencabut pedang kesayangan bernama 'Angkara Murka'.

Naga biru tadi terbang menjauh sebelum menukik tajam kembali kearah Masqurade. Ia telah menyiapkan cakar-cakar mengerikan untuk mencabik tubuh sang peserta dengan sadis. Mata seekor predator alam bertemu dengan mata sayu seorang pembunuh tak berperasaan, mereka saling menatap satu sama lain.

"Kau pikir…" ucapnya, saat ia memasang kuda-kuda dan melompat menerjang sang naga biru yang menukik tajam dari atas.

Saat Masqurade melompat, seluruh tubuhnya mulai menghilang perlahan dan berbaur dengan latar sekitar. Naga itu pun langsung menghentikan serangannya sebelum ia menabrak batu besar keras yang mampu membunuhnya jika ia menabrak dengan kecepatan terbang seperti itu.

"Aku ini, mudah untuk…"

Tanpa ada angin semilir lewat, tanpa ada bunyi yang berarti, Masqurade yang tadinya hilang dari pandangan si predator alam paling ganas tiba-tiba muncul diatasnya dan bersiap untuk menebas sang naga.

"Dibunuh heh?!"

*Zraat!!*

Satu ayunan kuat dan pedang yang terbuat dari bahan khusus dilapisi Palladium itu meminum darah segar seekor hewan mitologi yang dikatakan musuh besar manusia di zaman prasejarah. Pedang putih indah itu kini ternoda oleh darah naga biru namun, dengan cepat Masqurade mengibaskan pedangnya dan dalam satu ayunan itu 'Angkara Murka' pun langsung bersih dari noda.

'Masalahku selesai. Sekarang, aku penasaran siapakah yang berani menjadikanku anggota tim mereka?' Angkuh dalam pikiran, penyendiri dalam tindakan dan seorang sadistic dalam perkataan, itulah ciri Masqurade yang sebenarnya.

Setelah merasa naga bukan lagi salah satu masalah yang menghadangnya. Ia kemudian berfokus kepada pertempuran yang terjadi beberapa ratus meter dihadapannya, mencoba untuk mencari peserta lain yang cukup bodoh untuk memasukan orang arogan sepertinya.

"Masya Allah!! Baru ditinggal dua menitan dan… sudahlah, mungkin aku memang harus berpartisipasi dalam permainan ini."

Ia berseluncur dari atas batu besar yang ia pijak dan turun ke tanah gersang yang dingin. Kemudian, dengan ayunan pedang, godam dan kapak ia disambut oleh monster yang menunggunya ditanah mirip gurun itu.

'Terlalu mudah! Bahkan kakek-kakek bekas tentara pun mampu mengalahkan monster lemah semacam kalian!' batinnya.

Ia mencoba untuk menghemat tenaga dan peluru, maka dari itu ia hanya menggunakan kaki dan tangan serta reflek tubuhnya yang melebihi agen rahasia FBI kelas tinggi untuk menghindari serangan-serangan mudah ditebak dari para monster tak berotak tersebut.

Saat ia sampai di tengah medan pertempuran, ia langsung mencari seseorang dengan pakaian tak biasa seperti seorang gadis ksatria jaman pertengahan yang tadi ia perhatikan dari jauh. Dan, itu mengarahkannya ke tiga orang yang tidak memiliki zirah perang ala Alforea.

Seorang pemuda berambut cepak, berwajah segar, otot kekar berzirah logam kuning dan celana panjang krem dengan sepatu boots berpelindung logam yang sama dengan warna zirahnya tengah menghajar monster dengan sebuah perisai besar berbentuk lingkaran berwarna emas.

Seorang gadis ksatria dengan zirah minim berwarna merah dan perak yang menggunakan sebuah pedang sepanjang delapan puluh lima senti dengan rantai dan borgol yang terikat diujung gagang pedang.

Dan seorang wanita berambut hitam sebahu bertubuh jagkung namun atletis dengan pakaian ketat hitam yang biasa digunakan untuk senam atau olahraga lain sedang sibuk memukuli seekor anjing bernafas api dengan tinju besarnya secara terus menerus.

*Zraat!!*

Seekor monster hijau membawa kapak tersungkur dengan luka sayat dalam ketika si gadis ksatria berbalik badan.

"Maaf dengan keterlambatanku." Ucap Masqurade dengan santai.

Sesaat, nampak pertempuran itu berhenti sejenak seperti didalam novel-novel aksi yang mementingkan dialog para karakter mereka dan tidak memperdulikan perang yang terjadi disekitarnya.

"Kau!! Kenapa kau terlambat!! Kemana saja kau itu!!" bentak si gadis ksatria.
"Sepertinya itu tidak penting sekarang, Haru. Yang terpenting adalah bagaimana kita bertahan dari gelombang yang seperti ini." Sahut si ksatria bertamen pada gadis ksatria bernama Haru tersebut.

Meskipun tengah dimarahi, Masqurade tetap fokus pada musuh-musuh yang berada disekitarnya. Ia membelah dua monster jenis apapun, apapun meski monster tersebut terbuat dari batu atau semen kokok Tiga Roda.

"Lalu, apa saranmu untuk situasi ini. Garrand?" tanya si gadis atletis yang hanya memakai pakaian ketat.
"Aku tidak tahu tetapi, mungkin kita bisa menggunakan barisan kura-kura dan mulai bahu-membahu dengan prajurit Alforea untuk tetap bertahan hidup, Steele!"

Sebuah saran bagus yang diutarakan oleh ksatria bertameng yang memiliki wajah lumayan bernama Garrand.

Haru dan wanita bertubuh atletis bernama Steele itu mengangguk. Lalu, mereka bertiga mendekati pasukan Alforea yang barisannya berantakan dan mengutarakan gagasan mereka untuk saling membantu.

Disaat pasukan Alforea dan ketiga peserta saling bantu memukul jatuh monster-monster besar nan mengerikan yang terus menerus berdatangan entah dari mana, mereka baru ingat bahwa satu dari anggota tim mereka tidak ada.

"Kalian semua! Cepat lari dari sini!!" teriak Masqurade, setelah ia menonaktifkan kemampuan berbaur miliknya.

Suara gemuruh dari langit terdengar begitu jelas hingga membuat telinga mereka sakit. Langit yang tadinya bertaburan bintang-bintang indah sekarang berubah drastis. Ya, Alkima. Satu-satunya satelit alami milik Alforea itu tersedot oleh gaya gravitasi planet induknya sendiri.

Sebuah api merah menyala di permukaan Alkima yang bergesekan dengan atmosfer dan gaya tarik menarik antar gravitasi yang berbeda. Percikan api yang membuat meteor-meteor kecil serta hawa panas luar biasa mampu melepuhkan kulit dan daging para monster. Namun, sepertinya itu tidak mempunyai efek pengrusak bagi tubuh peserta dan prajurit Alforea yang tersisa.

*Blaam!!!*

Satelit satu-satunya milik Alforea itu telah binasa didalam planet induknya sendiri. Hanya menyisahkan sebuah lubang bekas ledakan raksasa entah berapa diameternya dan meninggalkan serpihan-serpihan batu akik, debu dan hawa panas yang mampu menghempaskan para prajurit juga peserta sejauh puluhan meter.

Mereka cepat-cepat bangkit, mengetahui bahwa monster-monster itu dapat membunuh mereka ketika mereka sedang lengah dan terluka.

"Aku ingin bertanya. Apakah diantara kalian mendapatkan informasi setelah bulan di dunia ini jatuh?"

Kemudian, Garrand, Haru dan Steele pun melirik satu sama lain dengan wajah bingung. Mereka akhirnya menggeleng secara bersamaan dan itu membuat Masqurade sedikit terkejut.

"Sial, berarti, dengan begini akulah yang akan memerintahkan kalian." Jelas Masqurade.

Seperti disambar petir ribuan kali, mungkin itulah gambaran yang mempermudah pembaca untuk mengerti wajah kaget mereka bertiga. Terutama Haru si ksatria wanita.

"Ta-tapi kenapa kau?" kata Haru dengan nada agak tinggi.
"Tidak tahu, tetapi yang terpenting sekarang adalah-…,

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, tanah yang tadinya diam dan suara angin semilir yang menjadi melodi malam mulai berubah. Tanah berguncang dengan keras, hawa dingin gurun gersang berbatu tiba-tiba menjadi mulai menghangat dan akhirnya panas.

Seekor kuda entah jantan atau betina dengan tubuh berbalut api merah menyala-nyala bangkit dari pecahan Alkima. Kuda api itu mulai meringkik dan memanggil monster-monster yang telah mati dengan sihirnya. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah sayap api megah yang mampu melelehkan monster besar seperti Cyclops dan Golem didekatnya.

"Sial, bala bantuan kita lenyap." Kata Masqurade dengan wajah tanpa ekspresi.

Ia melirik ke mayat serdadu Alforea yang hangus dan melepuh terkena sengatan panas dari suhu kuda api bersayap tersebut. namun, anehnya adalah senapan mereka tidak ikut melepuh sebagaimana logam biasanya.

Kuda itu mulai meringkik dan mengepakkan sayap apinya lalu mengeluarkan bola api besar yang tak terhitung jumlahnya.

"Lari!!" seru Masqurade.

Mereka langsung mengangkat tubuh masing-masing dan berlari sekencang mungkin sambil menghindar dari bola api besar yang dapat menghancurkan mereka sekali hantam. Namun, ada waktu disaat kau harus menghadapi rintangan dan tak bisa lari darinya.

Garrand, karena ia memakai pakaian tempur yang agak berat maka ia tidak mampu berlari lebih cepat daripada ketiga temannya yang memang mementingkan kecepatan daripada pertahanan.

Ia berbalik dan segera mengambil kuda-kuda, menatap langsung sebuah bola api yang mengarah kepadanya.

"Strike Bash!!"

Ia melompat menerjang bola api tersebut, sebuah cahaya keemasan mengikuti dibelakang. Layaknya seorang ksatria pembela kebenaran disaat keemasan.

*Blaam!!!*
Satu bola api telah hancur oleh hantaman perisai emas milik Garrand. Namun itu tidaklah cukup. Ada bola api lain yang terbang tepat dihadapan Garrand dan akan menghantamnya dengan keras.

"Fiery Slash!!" seru Haru, ia berhasil membelah dua bola api tersebut sekaligus menyelamatkan nyawa Garrand.
"Aku berhutang budi padamu." Garrand, dengan senyum kecil yang mampu membuat Haru tersipu.

Setelah melewati salah satu masa sulit, mereka pun mundur sejenak dibalik batu besar dan membiarkan kuda api bersayap itu menghancurkan sesama. Apapun yang dilewatinya hangus, bahkan sebuah batu yang tingginya lima belas meter pun menjadi kaca dalam sekali sapuan sayapnya.

Karena merasa menjadi seorang ketua di tim entah apa namanya ini. Masqurade pun menyusun rencana untuk menyelesaikan permainan ini tanpa adanya peserta yang menjadi korban.

Ia pun langsung menyusun rencana. Memimbang semua pilihan yang ada dengan konsekuensi paling rendah sebagai solusi berpersentase tinggi. Setelah membagi tugas, mereka berempat pun langsung berlari keluar dari tempat persembunyian dan menyerbu layaknya tidak ada hari esok.

Mereka berlari dan menghiraukan seluruh monster lemah yang mencoba mendaratkan pukulan kepada mereka. Namun, mata mereka terfokus pada sebuah tujuan jelas yang diemban masing-masing pribadi.

Haru dan Steele menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh para monster dengan gerakan seefisien mungkin – mencoba untuk menghemat energi mereka disaat paling dibutuhkan.

'Dia mampu mendeteksi peserta yang menggunakan kemampuan khusus mereka dan menjadikannya target utama. Namun, itu juga menjadi salah satu titik butanya.' Batin Garrand, tersenyum ketika ia tahu kelemahan sang kuda liar berselimut api.

'Bagus! Perhatikanlah aku, perhatikanlah aku hingga kau tidak tahu apa yang akan menyerangmu!'

Masqurade pun menyadari betapa berbahayanya taktik yang digunakannya ini namun, tampak tidak ada guratan menyesal di wajahnya yang tak tertutup oleh topeng hitam bergaris emas tersebut.

Tamon Rah, monster kuda liar bersayap api setinggi lima puluh meter itu meringkik keras dan membuat serangkaian sihir bola api mulai keluar dari balik sayap megahnya.

Puluhan bola api menghantam tanah dan para monster naas yang tak sempat melarikan diri atau mereka memang sudah siap untuk mati. Garrand, ksatria muda bersenjatakan perisai lingkaran itu menggunakan sebuah kemampuan terhadap perisai yang digenggamnya untuk mengeluarkan semacam sihir berwarna emas yang mampu menahan segala serangan untuk lima detik kedepan.

'Heh! Menggunakan kemampuan khusus masing-masing secara berurutan untuk membingungkan kuda liar ini memanglah ide cemerlang! Aku ragu bahwa ia tidak mampu berkerja sama sebagai sebuah tim.' Ucap Garrand. Ia tersenyum kecil ketika berhasil menahan seluruh bola api yang menuju kearahnya.

"Lari dan gunakan kemampuan khusus masing-masing secara bergantian. Tamon Rah hanyalah kuda bodoh yang terlalu menuruti instingnya." Jelas Masqurade saat perencanaan taktik.

Mata Tamon Rah langsung menetapkan target. Kemudian, kuda jingkrak itu berlari diatas awan dan menghanguskan apapun yang menghalanginya. Mengetahui hal itu, Steele langsung merespon tingkah laku Tamon Rah dan segera mencari musuh untuk mengaktifkan kemampuan khususnya.

"Kemari kau Buto Ijo!!" teriak Rin Komori alias Lady Steele dengan semangat membara.

Raksasa buncit bersenjatakan pemukul batu yang menjulang setinggi tiga setengah meter itu agak terkejut ketika Steele meneriakinya. Namun, semua akan menjadi cepat ketika ia melancarkan serangan mutakhir yang dipelajarinya selama bertahun-tahun.

"Cekikan Bom Dua Tangan!!"

Lady Steele melompat hingga ia bertatap muka dengan monster jelek bertaring itu dan menyiapkan kedua tangan untuk mencekik lawan yang berada satu meter didepannya. Lalu, ia mencekik raksasa bermata satu itu hingga roboh dan mati kehabisan nafas.

'Dia mungkin mampu mencekik dewa dengan tangan itu.' Batin Masqurade, masih tanpa ekspresi jelas dari wajah datarnya.

Serangan yang dilancarkan Steele itu berhasil menarik perhatian Tamon Rah. Kuda jingkrak yang tadinya ingin menyeruduk Garrand kini berbalik arah dan dengan cepat berlari kearah Steele dengan dengusan api.

Mereka terus berlari, mencoba untuk mengalahkan kecepatan lari kuda jingkrak dengan nafas api menggebu-gebu dan mata merah menyala yang menyimpan amarah karena telah dipermainkan.

Kini, tiba bagi Masqurade untuk melakukan apa yang ia selalu lakukan setiap waktu. Menyerang disaat ia diabaikan, menghilang tanpa jejak dan tiba-tiba muncul dengan pedang yang siap menggorok lehermu tanpa perasaan sakit sedikit pun.

"Menjauhkan mereka dari bahaya adalah tugas seorang ketua kelompok yang sangatlah merepotkan. Tetapi, satu-satunya orang yang dapat menjalankan tugas itu tanpa terluka sedikit pun adalah…"

Tamon Rah berbalik badan dan meringkik sekali lagi ketika ia merasakan seorang peserta menggunakan kemampuan khususnya. Kemudian, ia melebarkan sayap saat sedang berlari kencang dan menyiapkan serangan bola api sama seperti sebelumnya.

Bola-bola api diluncurkan dan monster-monster besar yang ingin membunuh Masqurade pun melepuh dan hancur terkena puluhan bola api – sedangkan Masqurade sendiri terus berlari menghadapi monster abadi itu satu lawan satu.

Dengan menggunakan bahu dan kepala monster-monster yang berbaris didepannya. Masqurade pun mampu melompat hingga menggoreskan pedang kesayangannya ke leher si monster raksasa.

"…, Aku." Lanjut Masqurade, menapakkan kaki dan berpose seperti seorang ninja yang telah berhasil membunuh musuhnya.

Tamon Rah berhasil dikalahkan, untuk sesaat. Selama menara kembar di kedua sayap menara utara belum hancur. Maka, kuda jingkrak api bersayap itu juga tidak dapat 'kalah telak'.

Steele dan Garrand mulai memasuki istana. Mereka agak kebingungan ketika melihat dinding-dinding seperti labirin. Namun, Steele mempunyai suatu akal cerdik untuk memotong 'jalur' dan mempercepat pencarian mereka terhadap menara kristal.

*Blaaam!!!!*

Tembok setebal lima belas senti dengan semen Tiga Roda yang menjadi bahan pengkuat itu hancur oleh satu pukulan. Garrand, ia dan beberapa monster kalajengking raksasa juga beberapa ular beracun langsung berhenti bertarung kemudian diam sejenak melihat kekuatan Steele.

Satu tatapan dingin dari Steele, dan seluruh musuh yang hendak dihajar Garrand lari terbirit-birit meninggalkannya sendiri.

"Ayo! Tidak ada waktu lagi!" ucap Steele.

Tak tahu arah, hantam dinding hingga lebur pun jadi. Ya, itulah pemikiran cepat dari Steele sang pegulat professional. Ia berlari tak tentu arah namun, keberuntungan besar mungkin berada dipihaknya.

"Ketemu!!" kata Steele dengan senyum lebar.

Ia segera mengirim sinyal berupa kembang api kepada Masqurade. Kemudian, kembang api yang sama terlihat di bagian sayap kiri kastil. Dengan senyum yang makin menyeramkan, Steele menatap monster yang ingin membunuhnya dan membuat mereka kabur dengan hanya tersenyum sinis.


'Masqurade… dimana isyarat yang kau  janjikan itu…' batin Garrand yang mulai lelah untuk bertempur didekat menara kristal yang mulai menembakkan cahaya magis bagi siapapun yang mendekatinya.

Sementara Garrand dan Steele berjuang sambil menunggu isyarat dari Masqurade, Haru tengah bersiap untuk melakukan serangan kilat terhadap Tamon Rah yang berlari kencang menuju ke kastil.

'Aku harus… mengalahkannya!'

Tamon Rah sudah beberapa puluh meter dan terus mendekat. Langit malam yang gelap terasa hangat ketika api dari tubuhnya itu mendekat dengan tenang seperti semilir angin kecil tak berdosa.

"Fiery Slash!!" seru Haru.

Secepat kilat ia mengayunkan pedangnya kearah Tamon Rah yang tampak mengabaikan Haru. Kemudian, sesosok bayangan mendorongnya, menghindarkan Haru dari serudukan Tamon Rah.

"Berhati-hatilah. Dia, mengerikan." Ucap sesosok bayangan yang ternyata adalah Masqurade.

Masqurade melirik ke pedangnya yang patah dan patahan itu masih tertancap dalam dileher Tamon Rah. Ia melihat bahwa ada yang salah dengan monster raksasa itu. Ya, bukannya pergi menyelamatkan kastil yang harus dijaga – monster itu malah berbalik cepat kembali kearah Masqurade.

"Takkan kubiarkan!!" seru Haru.

Ia bangkit dari duduknya dan segera berlari menerjang kuda jingkrak dengan tubuh berbalut api itu dan berharap mampu mengalahkannya dalam sekali tebas.

'Bodoh. Jika pedangku ini tidak mampu menebas kulitnya maka, tidak aka nada senjata yang lebih kuat untuk menggoreskan luka padanya.' Batin Masqurade, senyum tipis terlihat di wajahnya yang terkotori oleh debu dan tanah.

Dengan malas ia mengambil pistol dibalik pinggulnya lalu mengangkat pistol tersebut tinggi-tinggi kearah langit malam. Perlahan, detak jantung miliknya berdetak menyesuaikan alur dari langkah kaki Haru yang semakin dekat dengan Tamon Rah.

*Dorr!!!*

Pelatuk telah ditekan dan wajah segar dari Steele dan Garrand menyambut baik isyarat yang diberikan oleh ketua kelompok mereka dengan sebuah serangan tunggal bersemangat dari keduanya.

*Blaam!!!*

Dengan satu pukulan semangat membara, keduanya meruntuhkan menara kristal kembar yang dapat menembakkan cahaya putih menyilaukan. Dalam sekejap, Tamon Rah dan monster lain yang menghuni gurun gersang itu lenyap tak tersisa seperti sebuah asap di langit petang.

"Selesai, kau bahkan tak perlu mengotori tanganmu itu untuk mencoba kekuatannya." Ucap Masqurade, melewati Haru layaknya seseorang yang tidak ia kenal.

Wajah kesal dengan alis yang dikerutkan dan gigi bergemeretak terlihat jelas diwajah Haru saat fajar menyingsing. Kemudian, ia berjalan pelan kearah Masqurade dan mencekiknya kuat-kuat.

"Dasar!! Dengan begini aku tidak punya cukup waktu untuk menunjukan kemampuanku!! Bodoh!!" bentak Haru, makin mempererat cekikannya.
"Hentikan itu, Haru! Masqurade, maksudku ketua kita tidak ingin seorang gadis sepertimu terluka hanya karena ingin pamer. Benarkan, Ketua?" timpal Garrand yang entah kapan sudah berada didepan mereka berdua.

"Ya, tetapi aku bukanlah ketua kalian. Aku… hanya memainkan kalian seperti sebuah bidak catur yang-,…
"Bidakmu telah menang, tidak peduli apa yang kau katakan selanjutnya tetaplah aku akan menilai bahwa kau adalah orang yang baik." Sahut Steele.

Fajar telah memperlihatkan indahnya. Demikian pula kelompok mereka juga. Kemenangan waktu fajar ini adalah hadiah paling pas untuk kerja keras mereka berempat – dalam dunia bernama Alforea ini.

-Ende-

20 comments:

  1. yang saya lihat hanya kesalahan penggunaan partikel "di"
    ini narasinya bagus, enak buat dibaca dan actionnya juga bagus karena terasa mengalir alurnya

    emmm, bisa gitu juga ya cara perekrutan timnya.

    melihat kesombongan ini char, entah kenapa saya kesal

    nilai 8

    Reviss Arspencer

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha~... maaf kalo bikin kesel yah~ Thanks buat nyempetin baca *ane baca KBBI lagi :3

      Delete
  2. *Zraaaaat!!*

    *Zraaaaat!!!* di mana-mana!

    Ini contoh kasus penggunaan SFX yang kurang baik menurut saya, karena kesannya dengan SFX ini terus lantas penejlasan tentang apa yang terjadi jadi kurang diindahkan, padahal perlu dua kali *Zraaat!!* buat saya nyadar maksud SFX ini apa

    Terus karena kebanyakan paragraf tell, jadi berkesan datar banget sepanjang baca ini. Contohnya :

    "Masqurade pun membuka amplop tersebut dan membaca isi surat yang berbunyi 'Selamat'. Tak lama setelah itu, sebuah lingkaran hitam dari belakang mencoba untuk menariknya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertarik oleh lubang misterius itu. Bahkan, ia menancapkan pedangnya ke tanah untuk membuat tumpuan tetapi sepertinya mustahil untuk bertahan."

    ^kerasa kayak sekedar lalu dan tanpa perlawanan aja si Masquerade ini kesedot sama lubang, dan karena ke depannya pun narasi yang dibawain kayak begini, ada kesan penuturan cerita yang 'ya gitu aja'. Kurang bumbu yang meningkatkan selera, umpamanya

    Ada beberapa kesalahan penggunaan partikel (dan kelihatannya banyak entri begini). Di- dan ke- itu kalau sambungannya bukan kata kejar, sebaiknya dipisah

    Terus karakter yang terlibat... Entah kenapa ga punya trait yang bisa ditangkep atau misahin karakteristik yang satu dengan yang lain, setidaknya buat saya.

    Nilai 6

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
  3. Bagus 'sih, tapi masih ada beberapa narasi yang terasa tell penggunaan partikel preposisi yang salah.

    Nilai: 7.

    ~Effeth Scyceid

    ReplyDelete
  4. Oke, saya seenggaknya saya ngerti cerita ini mau dibawa kemana. But ....

    1. Narasinya terlalu tell, kalau buat saya. Kalo beberapa tell sih gak masalah, tp ini ... sebagian besar. Gak salah-salah amat sih kalo tell, cuman berasanya kaya baca tulisan biasa dan bukannya ikut ke dalam cerita.

    2. Sama kaya yg lain, ada penggunaan preposisi yg gak pas. Dan kata-kata gak sesuai KBBI.

    3. Sound effect-nya. Tanpa itu pun, saya juga tau adegannya gimana. Lagi suara kejadian di telinga orang belum tentu sama. Kaya suara tebasan 'zraat' blm tentu di telinga saya akan terdengar begitu. Mending gak usah ditulis.

    4. Sifat OC-nya. Jgn sombong2 lah ....

    So, nilai akhirnya 7.

    Dari pengarang Ahran ~

    ReplyDelete
    Replies
    1. terlalu tell yah? oke deh kakak ^_^ buat OC-nya... emang kayak gitu kakak :) maaf kalo jadi kesel ya~

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Thank you sudah memakai Steele buat cerita kamu :3

    Kesombongan karakter kamu mungkin turn off buat beberapa orang, tapi saya suka. Ngasih dia kepribadian yang lumayan stand out dibanding karakter lain.

    Seperti yang saya bilang juga di beberapa cerita lain, saya kurang suka sama sound effect di cerita, jadi itu ngaruh ke nilai. sori X)))

    Narasimu... paragraf pendek2nya sih bagus, tapi di saya kok terasa flows by quickly dengan emotional impact yang lemah ya. mungkin karena kaya kata penulisnya Arhan di atas, kebanyakan tell. jangan khawatir, asal kamu nulis terus nanti kamu dapat kok feel pembagian show-tell yang enak gimana.

    Nilainya 7 yak

    ReplyDelete
    Replies
    1. ...dari pengarangnya Steele. kelupaan

      Delete
  7. karakternya sombong banget, bikin kesel huahaha.. tapi yah gak salah, itu bisa jadi daya tarik nya sendiri ngebuat si masqurade jadi pusat perhatian. saya gak bakal ngomentarin permasalahan eyd, karena disini kita bercerita, dan membuat orang mengerti serta menikmati cerita kita. sfx nya beberapa kerasa entah salah letak atau gak pas, ngebuat saya sebagai pembaca waktu membayangkan ceritanya ngerasa ada yang salah. oh iya, dan buat karakternya selain sombong mungkin bisa diliatin trait nya yang lain yang ngebuat masqurade ini lebih terlihat beda dari karakter lain.

    nilai dari saya 7 deh
    OC : Kyril the Lost Swordsman

    ReplyDelete
  8. Komentar pribadi : ini karakter emang bener2 ngegambarin secara gamblang sebuah refleksi keegoisan seorang penulis terhadap karakter ciptaanya sendiri... bagaimana dia menumpahkan segala macam sifat 'sombong' yang mungkin ada dalam diri si penulis sendiri........... well im so aware of this anw.....

    Komentar untuk cerita: lagi2 ditemukan cerita yang menggambarkan karakter lain dengan mengambil cara 'safe' yaitu tak terlalu dalam dalam mengkarakterisasi........ bahkan ada yg bilang tak bisa dibedakan dengan yg lain, nahlo...... dan aku bukan penyuka sfx jadi cerita ini aku kasih point 5

    -Aria Maharani-

    ReplyDelete
  9. Sebelumnya, saya mau nanya. Jadi julukan charnya sebenernya Bloody Rose atau Masquerade? *lirik admin*

    Now. Charnya nyebelin banget huhahaha, tapi fokus saya bukan di situ. SFX sudah dibahas review-review lain, demikian juga penulisan yang agak terlalu berentet di 'tell'nya.

    At any rate, ada beberapa penggunaan kata yang agak mengganggu buat saya pribadi (e.g. "...seorang sadistic dalam perkataan..." ; kenapa harus sadistic dan bukan sadis sementara kata-kata di sekitarnya semuanya ditulis dalam wujud bahasa indonesianya?)

    Story-wise, spotlightnya fokus banget baik dari penyorotan ataupun dari pembagian role dalem ceritanya. Jatohnya kayak melihat fast forward komik shonen yang 90% fokus di protagonis utamanya, haha. Bukannya nggak enjoyable juga cerita kayak gitu, tapi saya kurang ngerasain flow dari kalimat ke kalimat yang cukup lancar, yang dampaknya agak bikin saya susah juga ngenikmatin ceritanya . .) Mungkin efek dari terlalu 'tell' itu tadi, yang bikin paragraf ke paragrafnya terkesan "blocky".

    If you know what I mean.

    So uh, 6/10. Kalo lolos preliminary, saya kepengen latar dari sifat 'angkuh nan sadis'nya Masque-chan buat dikuak lebih lanjut. At this point, dia masih terasa 2D banget karakternya soalnya ='|

    ~ Stellene F.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bloody Rose itu pen name-ku kaka~ sedangkan Masquerade itu julukannya si Dhaniy Islaviore - char yang aku pake ini~ maaf kalo buat bingung ya ^_^ /

      oke, kalo lolos aku bakal perbaiki paragraf ama pendalaman karakterku ini~ ^_^ \

      Delete
  10. Menurutku sh jalan ceritanya menarik bagaimana okoh utama membangun kepercayaan teman”nya dan mampu memimpin mereka.

    ReplyDelete
  11. Hmm, karakternya cukup menarik ternyata.

    Saya rasa Masquerade itu tipikal seorang bastard ya? Langsung disuguhi karakterisasi angkuh itu ada kesan tersendiri.

    Plot dan lainnya cukup apik, kalau lulus prelim semoga bisa dikuak lebih dalam lagi.

    7/10 dari saya.

    Salam hangat dari Enryuumaru/Zarid Al-Farabi

    ReplyDelete
  12. Jadi.. kamu Dhaniy, Masquerade, atau Blood Rose??

    Oke.. aku mulai ya.. Dari cerita sih.. menurutku tipikal shonen.. Tapi, entah kenapa saya nggak bisa nyesap peran tokoh selain aduu.. enaknya manggil siapa ya? Dhaniy deh.. Walau sisi sombong yang condong dari dia memang menarik sih.. Tapi, paling nggak ya beri porsi lebih buat temen-temen yang lain lah..

    Tata beri nilai 7 dari 10.. Sayang sih.. Tata hari ini kurang asik orangnya.. maaf.. Nanti main ke kamar aku ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke mbak~ eh?! :o ma-main ke kamarmu?! >////< mau main domino bareng mbak? :v //

      Delete
  13. pembukaan... nama karakternya Blood Rose atau Masquarade? kayaknya ga singkron antara judul sama penamaan di tengah cerita

    pedang unik? bisa tolong deskripsiin untuk mempermudah virgin reader yang ga

    baca charsheetnya :D

    masquarade ini sapa? ga ada deskripsinya juga... atau ga dijelasin? gw rasa di

    paragraf sebelumnya bisa dijelasin gitu deh.

    pelayan ala kerajaan Alforea >> deskripsiin lagi plis, jangan2 ada keunikan

    di sini.

    overall sih ini cerita minim deskripsi yang bisa mewakili imajinasi pembaca.

    bahas kerennya sih, kurang spesifik. gw ngerti kalo ini menggunakan PoV 3

    omnipotent dimana penulis serba tahu tapi memberi tahu sesuatu dengan spesifik

    itu juga penting.

    dan gw ngerasa interaksi antar karakter terlalu instan. lebih terasa seperti

    ini buru-buru dikerjain jadi dibikin kayak sekenanya aja.

    ada beberapa typo kayak kata "di [masukkan lokasi atau tempat]" plus ada juga

    beberapa kata yang ga kena spasi.



    dan satu lagi, gw ngerasa PoV3 omnipotent ini kadang campur ke karakternya di saat yang diperlukan. jadi kesannya kayak ngasi 'kebetulan' yang amat sangat kayak contohnya:

    itu Garrand tau darimana kelemahan Tamon Rah? kalao aja bridgingnya bagus dan dikasi build up yang menarik, gw rasa strategi membuat bingung Tamon Rah itu bakal jadi epik sih.


    nilai: 6

    OC gw: Kii

    ReplyDelete
    Replies
    1. ugh sori komennya berantakan... gw lupa balikin word wrap dari notes... ._.

      Delete