30.4.15

[PRELIMINARY] REVISS ARSPENCER - THE WORLD WHERE YOU FIGHT

           REVISS ARSPENCER - THE WORLD WHERE YOU FIGHT
Penulis: Ara




Dorr...


            Suara keras yang berisik itu menghancurkan nuansa malam yang sunyi sepi. Dalam lorong gelap tanpa penerangan, telah terjadi sebuah tragedi berdarah yang tak bisa dihentikan. Dua orang pria keluar dari lorong itu dengan terburu-buru, satu orang memegang pistol sementara yang satunya memegang amplop putih yang berisi uang. Mereka berlari dengan cepat sebelum orang-orang datang ke tempat itu.

            Di dalam lorong gelap, seorang pria tergeletak di tanah dengan darah yang mengalir dari lubang yang ada  di kepalanya. Dia menatap langit malam dengan padangan mata yang perlahan memudar, tinggal masalah waktu sampai ajal datang membawanya pergi dari dunia fana. Dia tahu akan kematiannya dan tak berharap akan ada seseorang yang menyelamatkannya. Sampai, sebuah kertas putih jatuh dari langit dan terbuka tepat dihadapannya.


            Waktu berhenti sejenak sesaat setelah kertas itu terbuka, kematiannya juga berhenti sesaat mengikuti alur waktu. Dia dapat membaca sesuatu yang tertulis pada kertas meskipun padangannya kabur dan sedikit tidak jelas. Hanya sebentar dia membaca satu kalimat yang ada pada kertas tersebut.



Lalu kemudian dia berkata, "ya, aku menginginkannya."

            Cahaya terang keluar dari kertas itu setelah dia mengatakan hal tersebut. Cukup terang sampai membuat seluruh lorong itu dipenuhi dengan cahaya. Dalam beberapa detik cahaya itu kemudian menghilang, begitu juga dengan tubuh pria yang tergeletak tersebut. Hanya tersisa selembar kertas putih kosong tertiup angin yang berada di lorong gelap tersebut.

***

            Pagi hari yang cerah di halaman sebuah kastil besar   yang berada di pusat kota. Berkumpul banyak sekali orang-orang yang masih bingung atas apa yang terjadi sebenarnya. Itu sangat wajar karena mereka semua tiba-tiba saja berada di tempat itu.

            Sebelumnya, mereka semua berada di tempat yang bernama Alkima. Tempat mereka pertama kali datang lewat gerbang setelah menerima dan menjawab sebuah surat aneh yang tiba-tiba muncul. Mereka bebas melakukan apapun, latihan, makan ataupun beristirahat di sana. Mereka tak mendapat penjelasan apapun di sana lalu kemudian mereka tiba-tiba saja langsung berada di halaman sebuah istana.

            Sungguh keadaan yang cukup rumit bagi mereka yang berada dalam situasi tersebut.

            "Selamat datang di Alforea."

            Sebuah suara merdu terdengar  membuat orang-orang yang kebingungan menjadi diam dan langsung menatap ke arah balkon istana. Banyak dari mereka yang terpana setelah melihat sosok wanita yang cantik dan anggun berada balkon istana. Di samping wanita itu, ada seorang pria tua berjanggut putih dan beberapa pelayan yang berdiri di samping keduanya.

            Wanita itu berbicara pada semua orang yang ada di halaman mencoba untuk menjelasakan alasan mereka dikumpulkan. Namun sepertinya dia sendiri tak bisa melakukannya hingga seorang pria berjanggut putih yang ada di belakangnya mengambil alih tugas wanita itu. Dengan tatapan serius penuh wibawa dia langsung menjelaskan semuanya pada orang-orang.

            "...Turnamen ini disebut Battle of Realms...."

            Semua orang yang berkumpul di halaman akan melakukan sebuah pertarungan antar dimensi yang di adakan di Alforea. Semua orang berbisik dan masih menangkap maksud dan tujuan pertarungan yang dikatakan pria berjanggut putih itu. Seseorang lalu bertanya apa yang mereka dapatkan jika berhasil menang, dan jawaban yang diberikan pria berjenggot putih itu langsung membakar semangat orang-orang yang ada di sana.

            "...Hanya ada empat puluh delapan orang yang akan terpilih...."

            Sebelum sampai pada pertarungan utama, mereka semua akan menghadapi pertarungan penyisihan yang akan menggugurkan lebih dari separuh peserta. Pria berjanggut putih itu menjelaskan bahwa setiap orang harus membentuk tim dan memenangkan pertarungan agar tidak tereliminasi. Setiap tim akan menghadapi pertarungan di dalam dimensi yang berbeda-beda. Dalam dimensi itu mereka harus menghancurkan dua tower agar bisa menyegel para monster yang berusaha menyerang mereka setiap saat.

            "Battle of Realms, dimulai!"

            Teriakan dari pria yang berada di atas balkon istana menjadi pertanda dimulainya pertarungan pertama. Orang-orang dengan penuh semangat mencari anggota yang cocok untuk tim yang akan dibentuk. Halaman istana itu menjadi ramai dengan suara semua orang yang saling bicara dan berargumen tentang anggota yang mereka pilih. Saking ramainya sampai mereka tak memperdulikan lagi dua orang yang berada di atas balkon sudah pergi dari tempat itu.

Di halaman istana bukan hanya ada para peserta namun juga ada beberapa pelayan yang menjadi pemandu dan pemberi informasi bagi tiap tim saat berada dalam dimensi. Beberapa orang yang sudah membentuk tim akan segera menghampiri para pelayan itu dan lalu mereka akan di-transfer ke dalam dimensi tempat pertarungan.

***


"Pertarungan, tim...ini tak seperti yang kuharapkan."

Seorang pria berdiri di dekat air mancur yang berada di tengah-tengah halaman istana. Apa yang dia katakan barusan merupakan sala satu bentuk isi hatinya setelah mendengar pengumuman tentang pertarungan dan harus membentuk tim. Saat semua orang sibuk mencari tim, dia hanya berdiri saja sambil melihat kerumunan orang yang berlalu lalang di depannya.

Iris matanya yang berwarna kehijauan memperhatikan semua orang yang tampak sangat  bersemangat saat mencari tim. Pria itu bisa melihat dan mendengar jelas pembicaraan dan tingkah semua orang yang ada di halaman istana. Banyak pembicaraan, bujukan, pertentangan, dan berbagai argumen yang membuat suasana halaman makin ramai. Berbagai macam orang yang dia lihat menggunakan berbagai macam cara untuk menarik orang lain masuk ke dalam timnya.

Ada beberapa orang yang menunjukkan kemampuan yang mereka miliki kepada orang lain. Bahkan ada juga yang memulai pertarungan antar sesama peserta guna mencari orang yang cocok dan kuat untuk masuk dalam tim.

"Lihatlah kemampuanku! Aku akan berguna di dalam tim."

"Kemampuan itu bukan apa-apa. Lihat kemampuan milikku!"

Ada juga orang yang memaksa dan saling berkerumun untuk mengajak orang lain masuk ke dalam timnya. Banyak hal yang mereka jadikan alasan untuk mengajak orang lain ke dalam timnya, contohnya saja karena kecantikan.

"Ayolah! Ikut bersama timku."

"Benar, model sepertimu akan sangat cocok dalam tim kami."

"Tidak, kau lebih pantas membuat tim bersamaku."

"Diam kalian! Kalian mengangguku. Aku hanya ingin bergabung dengan tim yang aku mau. Jangan memaksaku jika kalian tak ingin merasakan akibatnya!"

Ada juga yang memilih karena mereka memiliki kesamaan, baik itu karena perlengkapan yang mereka gunakan ataupun benda yang mereka pakai.

"Tim kesatria bertopeng sudah terbentuk. Yeaahhh!"

Ataupun karena kesamaan elemen dan skill yang mereka miliki.

"Dengan ini tim para putra petir sudah resmi terbentuk."

Atau juga karena kesamaan sifat dan kepribadian serta ke-khasan yang mereka miliki.

"Astaga, tim itu apakah para anggotanya itu perempuan atau kah laki-laki?"

"Entahlah. Daripada memikirkan itu, lebih baik kita mencari anggota yang lain untuk tim kita."

Sudah hampir setengah jam sejak pengumuman itu diberikan, namun pria bermata kehijauan dengan rambut coklat gelap itu masih saja diam di dekat air mancur. Peserta lain juga  masih banyak yang mencari anggota tim mereka. Tapi dibandingkan dengan sebelumnya, jumlah orang yang berada dalam halaman istana sudah semakin berkurang.

"Mereka semua sepertinya sangat serius dengan pertarungan ini," ucap pria itu yang masih tak bergerak dari tempatnya berdiri.

Akhirnya setelah berdiam cukup lama, pria itu kemudian mulai beranjak dengan niat  mencari anggota tim untuk dirinya sendiri. Dia bergerak ke arah kanannya mencoba mencari orang yang bisa dia ajak. Dia menyelusuri area dekat air mancur yang memang cukup besar.

"Setidaknya satu atau dua orang tidak masalah," ucapnya.

Halaman luas itu dipenuhi oleh orang-orang yang akan berpartisipasi dalam pertarungan Battle of Realms. Bukan hanya manusia, tempat itu juga dipenuhi makhluk-makhluk lain yang tak pernah pria itu lihat. Contohnya saja, dia sekilas melihat robot di sana, ada juga dia melihat makhluk lendir, 
bahkan dia juga merasa seperti ada makhluk halus yang lewat di depannya.

Sedikit jauh dari tempat dia berdiri sebelumnya, dia bertemu dengan seseorang lain yang berada di dekat air mancur. Penampilannya seperti wanita yang telanjang tanpa ditutupi sehelai pakaian, namun bagian atasnya terdapat batang dan ranting pohon yang menyatu tepat dibagian dadanya. Pria itu terdiam sebentar karena keanehan dari orang yang dia temui.

"Makhluk apa ini? Apa dia juga mau bertarung di sini?" tanyanya dalam hati.

Wanita pohon itu menyadari dirinya sedang dilihat, kemudian dia berbalik menghadap ke arah pria itu. Wanita pohon itu lalu menggerakan tangan dan kemudian muncul sebuah teks di hadapannya.
[Bagian mana yang kau lihat?]

Teks itu mengejutkan si pria yang langsung berbalik dan pergi meninggalkan wanita pohon tersebut. Jalannya cukup cepat akibat rasa malu dan perasaan tidak enak setelah melihat si wanita pohon. Meski begitu, dia masih fokus untuk mencari seseorang yang bisa menjadi timnya.

Dia berjalan cukup jauh hingga kemudian tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang gadis yang lebih muda darinya. Gadis itu terjatuh ke tanah karena perbedaan tubuhnya yang lebih kecil dari pria tersebut.

"Nesha, kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki yang bersama gadis itu.

"Tidak apa-apa, Shikawa. Aku hanya terjatuh."

Gadis itu langsung berdiri dan membersihkan pakaian hitamnya dari tanah. Dia langsung  melihat ke arah pria yang baru saja menabraknya itu.

"Maaf," ucap pria itu sambil membungkuk lalu kemudian pergi.

Baru beberapa langkah pria itu pergi dari gadis yang dia tabrak, langkahnya dihentikan oleh empat buah cambuk yang melilit seluruh tubuhnya. Cambuk itu berasal dari kuku jari telunjuk gadis yang sebelumnya dia tabrak.

"Kau pria yang berdiri sendirian di dekat air mancur kan?" tanyanya pada si pria.

"Kami sedang mencarimu," ucap laki-laki yang bersama gadis itu.

Perlahan, cambuk yang melilit tubuh pria itu mulai renggang dan kembali masuk ke dalam jari si gadis. Pria itu bebas dan kemudian berbalik kepada dua orang yang dia temui untuk mengetahui alasan mereka mencarinya.

"Kami sedang mencari anggota tim dan ingin kau bergabung bersama kami," ucap si gadis.

"Kau juga sedang mencari tim kan. Jadi akan lebih mudah jika kau bersama kami," tambah si laki-laki.

"Bagaimana?" tanya gadis itu lagi.

Pria itu berpikir sejenak kemudian mengambil keputusan, "Baiklah, aku ikut."

"Bagus, aku Shirawa Kawanagi panggil saja Shikawa dan gadis ini Nesha."

"Aku Reviss," balas pria itu.

Mereka berkenalan singkat dengan memberi tahu kemampuan masing-masing yang mereka miliki. Shikawa dan Nesha terlihat bersemangat namun sedikit berbeda dengan Reviss yang diam saja sambil memperhatikan mereka.

"Baiklah, kita hanya harus meminta para pelayan untuk mengirim tim kita," ucap Shikawa.

"Tunggu dulu, Shikawa! Kita masih harus mencari satu lagi," teriak Nesha.

"Tapi Nesha, mencari lagi pasti akan sulit," balas Shikawa.

Sementara dua orang itu berbicara masalah anggota keempat, Reviss masih diam sambil memperhatikan sekitar yang sudah mulai tampak sedikit orang. Tak lama kemudian seorang pelayan menghampiri mereka bertiga.

"Kalian, apa kalian masih membutuhkan anggota?" tanya sang pelayan.

"Ya," jawab Nesha.

"Baguslah, aku akan membawa seseorang untuk kalian. Kalian bisa jadi tim empat orang jika dia bergabung," saran pelayan itu pada mereka.

Pelayan itu kemudian pergi sebentar lalu kembali lagi bersama seorang anak laki-laki yang dia tarik ikut bersamanya. Laki-laki yang memakai jubah berhoodie coklat, tubuhnya sedikit pendek dengan wajah yang cuek.

"Namanya Lo Dmun Faylim, sebelumya dia ingin bertarung sendirian namun ak tak mengijinkannya karena peraturan yang ada,"ucap si pelayan

Saat mendengar ucapan dari pelayan itu, Shikawa sedikit tersentak kemudian bertingkah seperti  orang yang sedang menahan tawa. Lo Dmun melihat tingkah Shikawa langsung  mengertakkan giginya dengan tatapan tidak suka.

"Kau tak harus melakukan ini, aku hanya ingin sendiri. Aku tak butuh tim," ucapnya pada si pelayan dengan nada sedikit kesal.

Faylim  hendak pergi meninggalkan mereka bertiga dan si pelayan. Namun Nesha dan maid itu berusaha untuk menghentikannya. Sayangnya bujukan dan kata-kata mereka berdua tak cukup untuk mengubah pikirannya.

"Apa kau yakin? Kau tahu peraturannya dan itu tak bisa kau abaikan begitu saja," ucap Reviss yang tiba-tiba berbicara pada laki-laki itu.

"Setidaknya kau bisa bersama tim ini sementara sampai selesai pertarungan nanti. Bagaimana?" tambahnya lagi.

"Baiklah, hanya sampai pertarungan selesai," ucapnya menyetujui usulan Reviss setelah berpikir cukup lama.

            Akhinya keempat orang itu membentuk sebuah tim. Pelayan yang bersama mereka kemudian mengkonfirmasi tentang nama anggota tim mereka. Lalu dia memerintahkan keempat orang itu untuk mendekat padanya.

            "Aku akan membawa kalian ke tempat pertarungan."

            Dari kaki pelayan itu kemudian muncul sebuh lingkaran kecil yang kemudian membesar hingga mencapai ke area kaki keempat orang itu. Lingkaran itu bersinar lalu membentuk dinding di area luar garis lingkaran. Tak beberapa lama sebuah portal terbentuk dari  bawah kaki mereka kemudian naik ke atas hingga melewati kepala mereka. Dalam sekejap, mereka sudah berpindah tempat dan sedang berada di derah padang gurun yang luas.

           
***

Di tengah hamparan gurun berbatu yang gersang, terjadi pertempuran dahsyat antara prajurit Aflorea melawan para monster yang datang menyerbu.  Suasana malam yang seharusnya sunyi dipenuhi dengan suara-suara besi yang saling berbenturan. Teriakan dari prajurit dan para monster bergema dengan keras tanpa henti. Banyak darah berceceran dan mayat yang tergeletak baik itu para monster maupun prajurit yang sudah kehilangan nyawa.

"SERANG!!!"

"Maju, bunuh semua monster-monster itu."

"Jangan mundur. Habisi mereka dengan kekuatan kalian."

"Arrggghh...."

"Demi kejayaan Alforea."

Semua pasukan berteriak keras pada dirinya sendiri untuk membakar semangat setiap prajurit yang ada. Sekitar lima ratus prajurit berjuang mati-matian melawan para monster yang tak terhitung jumlahnya.

Beragam jenis monster yang mereka hadapi, kebanyakan merupakan monster dengan ukuran-ukuran yang lebih besar dari para prajurit. Ada kalajengking raksasa, mummy, ghoul, kumbang pemakan daging, gollem, monster pasir dan batu, ular raksasa dan berbagai macam makhluk lain yang tak terhitung jumlahnya.

Di bawah penerangan bintang malam yang bersinar terang, para prajurit itu bertarung tanpa kenal takut. Monster seperti apapun tetap mereka hadapi walaupun mereka sudah menyadari bahwa mereka tak akan bisa mengalahkan semuanya.

"Lilia Amethyst."

Puluhan kumbang hitam kini tercabik-cabik oleh cambuk-cambuk yang berasal dari kuku jari seorang gadis. Dia adalah Nesha, dia dan anggota tim lainnya sudah di bawa ke dalam lokasi pertarungan ini. Shikawa, Reviss dan Lo Dmun juga ikut bertarung di dekatnya membantu prajurit yang tersisa.

"Ahhh, setelah ini aku harus melakukan perawatan pada kuku milikku," ucapnya setelah cambuk-cambuk itu kembali memendek menjadi kuku jarinya.

"Nesha, awas! Di belakangmu."

Teriakan itu berasal dari Shikawa untuk memperingatkan Nesha. Namun sepertinya peringatan itu datang sedikit terlambat. Saat Nesha berbalik, monster minotour dengan palu besar sudah bersiap menghancurkan tubuhnya.

Nesha memejamkan matanya seolah pasrah dengan serangan yang siap dilancarkan kepadanya. Tetapi sebelum sempat monster itu menyerang, tubuhnya ambruk terlebih dahulu dengan sebuah belati yang menancap di kepalanya.

"Kau tidak apa-apa?"

"Ya, terimakasih Reviss."

Nesha sudah diselamatkan oleh Reviss yang dengan cepat berada di atas kepala monster itu lalu menusuknya. Reviss kemudian menarik belatinya dari kepala monster itu, Nesha yang melihatnya merasa beruntung karena masih bisa selamat.

"Hei, ayo cepatlah! Kita harus segera menuju bukit itu."

Shikawa bertindak sebagai pemimpin tim tersebut, Shina dan Reviss segera mengikuti perintahnya tersebut. Mereka segera ke arah Shikawa untuk menuju sebuah bukit berbatu yang ada di sana. Bukit berbatu itu merupakan satu-satunya bukit yang ada di dataran gurun gersang tempat mereka berada.

"Shikawa, kemana pelayan itu pergi?" tanya Nesha.

"Entahlah, setelah memberi informasi dia menghilang begitu saja."

"Hemm, padahal masih ada yang ingin kutanyakan padanya," keluh Nesha sambil berlari.

Mereka sudah mendapat informasi dari pelayan yang mengantar mereka, bahwa mereka harus bertarung dan menghancurkan dua tower untuk menang. Para monster juga akan bertambah banyak dan kemudian akan muncul monster terkuat Tamon Rah.

Mereka semua menuju bukit, menurut Shikawa itu merupakan tempat yang cocok untuk berdirinya tower yang sedang mereka incar. Karena itulah, setelah membantu prajurit yang bertarung, mereka langsung memutuskan menaiki bukit agar lebih cepat menghancurkannya dan keluar dari padang berbatu tersebut.

Masih dalam perjalanan, mereka bertiga dihalangi oleh beberapa monster yang muncul. Mummy, manusia kadal, dan juga kucing monster yang seperti manusia. Semua makhluk itu datang bersamaan sambil menyerang mereka.

"Raarrgghh."

Teriakan monster kadal menyerang dengan senjata mereka. Para manusia kucing dan mummy juga tak kalah ganas menyerang mereka bertiga. Reviss mengelak sambil menangkis bersama dengan Shikawa.

"Air Strike"

Shikawa menggunakan kemampuannya, dia menajamkan pedang miliknya juga milik Reviss. Mereka berdua langsung maju dan membalas serangan para monster.

"Rasakan ini!"

Tubuh monster terbelah dan tercabik-cabik berjatuhan di tanah. Namun sayang, serangannya tak mempan pada manusia kadal yang memegang perisai untuk melindungi tubuh mereka. Di sana lah Revis maju.

-SLASH-

Reviss begerak cepat menebas para monster, dari kanan ke kiri, ke depan lalu ke belakang tubuh para monster. Empat monster terjatuh oleh sayatan di leher oleh belati milik Reviss.

Nisha juga tak kalah, dia menyerang mummy dan monster kucing dengan cambuk dari kuku jari miliknya. Menggerakan tangannya, dia mengayun cambuk sepanjang empat meter itu dengan mudah.

"Argghh!!!"

"Rrrrrr."

Mereka tercabik, serangan Nisha juga membelah tanah yang terkena serangannya. Beberapa monster kucing ada yang memilih lari saat kumpulannya itu terluka dan mati. Pertarngan singkat itu berakhir lalu mereka bertiga segera pergi menju arah bukit mininggalkan mayat monster yang mati itu.
"Cepatlah, Faylim pasti sudah jauh di depan," teriak Shikawa.

Mereka berlari melewati lubang-lubang di tanah berdiameter tiga meter yang di dalamnya terdapat beberapa monster yang mati. Semua itu adalah perbuatan Faylim yang sudah maju terlebih dahulu. Faylim setuju dengan pemikiran Shikawa soal tower yang  ada di atas bukit, karena itulah dia maju lebih dulu.

Setelah cukup lama, mereka akhirnya bertemu dengan Faylim yang sedang bertarung dan menghindari serangan Centarus, skeleton dan beberapa monster lain. Tiga orang itu kemudian membantu menyerang dengan kemampuan mereka.

"Kalian lambat," ucap Faylim.

"Maaf, ada sedikit masalah sebelumnya," jawab Nesha.

"Hei ayo maju lagi! Bulan Alkima itu sudah mendekat, tinggal menunggu waktu sampai monster yang bernama Tamon Rah muncul. Kita harus segera sampai ke dekat tower sebelum itu terjadi," perintah Shikawa pada mereka.

Baru saja dia mengatakan hal tersebut, tiba-tiba bulan Alkima itu hancur. Dari bulan tersebut menyembur api yang langsung jatuh menuju tempat pertarungan. Api besar itu menyebar ke seluruh tanah dan membakar semuanya. Lalu kemudian muncul sosok kuda raksasa setinggi lima puluh meter yang memiliki sayap, ekor dan surai api. Di atas kepalanya terdapat tanduk berwarna merah menyala yang sangat identik dengan api yang ada di tubuhnya.

Kuda raksasa itu meringkik keras di langit, meski bertubuh besar tapi dia dapat terbang dan berputar di atas langit. Kuda itu membakar apapun yang ada di bawahnya dengan api yang dikelarkan dari mulut dan tanduknya. Sayap apinya juga menembakkan bola api ke arah monster dan juga prajurit.

Serangan kuda itu tak terkontrol dan tak mempedulikan siapapun yang terkena serangan apinya.
"Sebaiknya kita cepat menghancurkan tower," ucap Nesha membuyarkan lamunan yang lainnya karena kedahsyatan Tamon Rah.

"Dia  benar, cepatlah," ucap Faylim menambahkan.

Mereka hendak beranjak menaiki bukit namun tidak untuk Reviss yang masih melamun memandangi bulan Alkima yang hancur. Sadar akan hal itu, Nesha mendekati Reviss untuk mengatakan agar dia segera mengikuti mereka.

"Cepatlah, Reviss! Waktu kita tak banyak untuk menghancurkan tower."

Reviss sadar dari lamunannya dan tanpa sepatah kata pun dia langsung berjalan mengikuti tarikan Nesha yang memegangi tangannya. Meski begitu, matanya masih tak bisa melepaskan pandangan dari bulan yang hancur tersebut.

Perjalanan menaiki bukit cukup berat karena masih banyak monster yang menghadang.  Mereka bertarung di sana menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Namun beberapa saat kemudian, kuda Tamon Rah yang sebelumnya hanya berputar-putar di atas langit langsung berlari menuju bukit.  Kuda itu menyemburkan api dari mulut dan sayapnya ke arah mereka berempat.

.

Serangan dari Tamon Rah membakar area kaki bukit banyak monster di sana yang hangus terbakar oleh api yang tak ada habisnya. Beruntung mereka berempat dapat menghindar meski mengalami luka bakar di tubuh. Mereka berhasil selamat berkat Reviss yang sadar saat melihat kuda itu datang, karena itulah mereka bisa melarikan diri.

"Lebih baik kita berhati-hati sekarang," ucap Reviss mencoba memperingatkan.

"Benar, kita tidak bisa sembarangan menggunakan kemampan kita. Pelayan itu juga mengatakan sebelumnya, bahwa monster itu dapat mendeteksi setiap kemampuan yang digunakan. Jika dia menyerang seperti tadi, maka kita akan mati," ucap Nesha.

            Tamon Rah memang memiliki kemampuan seperti itu karena itu lah Shikawa memikirkan sebuah rencana agar bisa lolos ke atas bukit tanpa bertarung. Dia memikirkan untuk  berlari sambil sembunyi agar tidak ada monster yang menyerang mereka. Bersembunyi di balik batu-batu besar sambil melihat keadaan, waspada terhadap monster dan hindari bertarung menggunakan kemampuan.
Dengan taktik itu, mereka akhinya sampai di atas bukit namun banyak waktu yang terbuang. 

Setengah jam mereka menaiki bukit dan dari sana mereka melihat gurun berbatu sudah dipenuhi dengan api. Masih ada beberapa jenis monster di sana termasuk prajurit yang bertahan meski jumlahnya sangat sedikit. Tamon Rah sendiri masih berputar-putar di atas langit gurun sambil menembakan bola api dari sayapnya.

"Kita harus segera menghancurkan tower sebelum kuda itu menyerang lagi ke bukit ini," ucap Shikawa dengan cemas.

Terdapat dua buah tower dari kristal biru yang bersinar di atas bukit.  Jarak tower itu cukup jauh, lebih dari 200 meter dan di sekitar tower juga masih ada beberapa monster yang menjaga. Melihat monster sebanyak itu, mereka tak tahu harus melakukan apa agar bisa menuju tower tanpa harus bertarung menggunakan kemampuan.

"Apa kau punya rencana?" tanya Reviss pada Shikawa.

"Entahlah, tapi sepertinya kita punya pilihan lain selain menyerang kumpulan monster itu."

"Apa yang kau katakan Shikawa? Kau ingin membuat monster kuda itu menyerang seperti sebelumnya," protes Nisha pada usulan Shikawa.

"Tapi tak ada cara lain yang bisa kita lakukan," balas Shikawa pada Nisha.

Mereka sedikit berdebat tentang rencana yang dibuat oleh Shikawa, memang sebuah rencana ceroboh jika menyerang langsung kumpulan monster tersebut. Saat mereka berdebat, tiba-tiba saja tanah yang mereka pijak runtuh hingga membentuk lubang. Itu adalah kemampuan Apertis milik Faylim, membuat mereka terjatuh ke dalam lubang bersamaan.

Reviss menyadari hal itu, dia menangkap Nisha dan Shikawa di kedua tangannya mencoba untuk ke atas. Namun kemudia dia sadar ada lubang lain yang di bentuk horizontal membentuk seperti gua. Di dalamnya sudah ada Faylim yang memberi isyarat untuk masuk ke sana.

"Apa yang kau lakukan, hah? Apa kau ingin membunuh kami?" tanya Shikawa yang masih syok atas apa yang terjadi.

"Benar, apa maksudmu Faylim?" tanya Nisha juga.

"Diam dan tunggu saja!" teriak Faylim pada mereka.

Mereka saat ini berada dalam lubang buatan Faylim, apa yang dia lakukan memang mendadak tapi dia memiliki sebuah rencana. Tak beberapa lama, terjadi getaran di tanah lalu terdengar ledakan dan teriakan dari monster. Dari lubang itu, terlihat api yang membakar mulut lubang hingga membuat suhu di sana sangat panas. Beberapa saat berlalu, api itu akhinya menghilang.

"Sepertinya kuda itu sudah pergi," ucap Faylim.

"Kau sengaja memancing kuda itu menyerang," ucap Reviss sambil melihat Faylim.

"Inikah rencanamu?"  tambah Reviss yang mengerti tindakan Faylim dengan pertanyaan.

"Ya!" balas Faylim sambil tersenyum.

"Rencana? Apa maksdmu? Rencana apa?" tanya Shikawa yang masih binggung.

            Faylim kemudian mengutarakan rencana yang dia pikirkan sebelumnya. Dia berencana membuat lubang di bawah tanah dan mereka berempat akan berjalan di sana. Saat Faylim menggunakan kemampuannya maka Tamon Rah akan datang dan menyerang bukit dengan api. Hal itu akan membuat monster yang ada di atas bukit hangus terbakar dan mati hingga tak bersisa. 

Setelah Tamon Rah menyerang, dia pasti akan pergi dan saat itulah mereka akan naik ke atas tanah lalu menghancurkan tower secepat mungkin.

            Tak ada yang mengeluh, mereka menyetujui rencana miliknya dan mulai melakukan rencana tersebut. Sesuai dengan rencana, Tamon Rah memang menyerang bukit dengan api miliknya. 

Membakar para monster di sana hingga hangus dan segera pergi mengitari langit lagi di area gurun berbatu.

            Mereka berempat keluar dari dalam tanah menggunakan tali milik Faylim yang dia simpan di balik jubahnya. Saat di atas, tak ada monster yang tersisa. Hanya ada dua tower yang berdiri kokoh dengan wilayah sekitarnya yang terbalut api.
           
"Berpencar!" teriak Faylim saat itu juga.

Mereka segera berlari dengan cepat menuju tower tersebut. Membagi kelompok untuk menghancurkan kedua tower itu bersamaan.

***

             Dua Tower berdiri kokh berdampingan di atas bukit yang di kelilingi pada gurun berbatu. Keduanya terbuat dari kristal biru terang yang memancarkan cahaya saat di malam hari. Jarak ke dua tower itu mencapai  dua ratus meter dan saat ini keberadaan tower tersebut sedang diincar oleh empat orang yang mengikuti sebuah turnamen Battle of Realms.

            Mereka harus menghancurkan kedua tower itu untuk bisa menyegel kembali monster-monster termasuk Tamon Rah. Dengan menghancurkan keduanya juga mereka dapat kembali dan memenangkan babak penyisihan awal.

            Satu sisi tower yang ada di sebelah kiri, dua orang sedang menghindar dari serangan sihir yang dikeluarkan oleh  tower. Bola sihir tersebut ditembakan ke segala arah untuk menjauhkan keduanya yang berusaha mendekati tower tersebut. Keduanya adalah Reviss dan Shikawa.

            "Sial!" teriak Shikawa yang kesal.

            "Padahal sedikit lagi kita bisa menang," tambahnya lagi.

            serangan sihir itu membuat mereka mundur dan berlindung di balik batu yang ada di dekat sana. Itu adalah sihir pertahan yang dimiliki tower, menyerang siapapun yang berada di dekatnya.
            "Tenanglah, jangan gegabah," nasihat Reviss padanya.

            "Lalu bagaimana? Apa yang akan kita lakukan?"

"Saat sinyal ditembakan, aku akan maju. Kau lakukan saja serangan terakhir!" seru Reviss.

"Tapi bagaimana dengan serangan sihir dari to-"

Belum sempat Shikawa menyelesaikan kata-katanya, omongannya sudah dipotong oleh ucapan Reviss yang menatapnya dengan serius.

"Lakukan saja!"

Satu menit kemudian, dari arah tower sebelah kanan muncul bola cahaya yang bersinar terang dengan suara bising. Itu adalah sinyal yang diberikan oleh Faylim menggunakan suar yang dia miliki. Pertanda bahwa dia sudah berada di sana dan bersiap melakukan serangan.

Reviss pun maju, dia mengaktifkan kemampuannya Forecast untuk menghindari serangan sihir dari tower. Shikawa sendiri masih menunggu di balik batu tempat bersembunyi.

"Aku harus cepat," ucap Reviss dalam hatinya.

Dengan lincah dia menghindari semua serang sihir tersebut begitu mudahnya. Tak ada satupun serangan itu yang berhasil mengenainya hingga akhirnya dia sampai di depan pintu tower. Reviss lalu menarik dua buah bom yang tersimpan di balik pakaian hitamnya kemudian masuk ke dalam tower.

"Sekarang giliranku."

Saat Reviss masuk ke tower, Shikawa maju dengan senjata yang sudah dia pertajam dengan kemampuannya.

BOOMM

Ledakan terjadi pada kedua tower, cukup kuat sampai bisa menghancurkan pondasi tower tersebut hingga hancur.

Tower sebelah kanan langsung roboh bersama dengan tanah yang ada di bawahnya. Tower sebelah kiri mengalami ledakan lagi dengan skala kecil, itu merupakan tanda bahwa Reviss sudah keluar dari dalam tower. Dan itu juga tanda bagi Shikawa untuk melakukan serangan.

Semua serangan sihir yang menjadi sistem pertahanan tower sudah terhenti saat tower itu meledak. Sehingga Shikawa menjadi lebih leluasa menyerang. Dengan Air Strike miliknya, dia menebas tower itu dari kanan ke kiri hingga terbelah dua. Serangannya itu bersamaan dengan robohnya tower sebelah kanan.

Bersamaan dengan serangan yang kelompok itu lakukan, Tamon Rah yang merasakan kemampuan mereka dengan cepat terbang menuju tower. Dia terlihat marah hingga api yang ada di seluruh tubuhnya membara tak terkontrol.

Namun baru setengah perjalanan menuju bukit, tubuh Tamon Rah tertarik menuju ke atas langit. Tak hanya Tamon Rah, tapi juga seluruh monster yang hidup dan juga yang mati juga tertarik ke atas. Tanah dan bebatuan juga tertarik, semuanya berkumpul menutupi tubuh Tamon Rah yang menuju ke atas langit. Itu adalah proses pembentukan bulan baru menggunakan tanah, batu dan tubuh para monster yang ada di seluruh padang gurun.

"Selamat, kalian berhasil."

pelayan yang mengantar mereka muncul di hadapan mereka satu persatu. Membawa keempatnya keluar dari dimensi yang berupa padang gurun tersebut.


22 comments:

  1. Yang diharapkan dari sang Ara. cerita dan alurnya bagus seperti biasanya dan EYD tampaknya bukan jadi masalah.

    Overall : 9/10

    -Dhaniy Islaviore/Masqurade

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba cari lagi, pasti ada aja kesalahannya ini.

      Delete
  2. Overall bagus. Setting dan alur juga menarik... tapi menurut saya setiap paragraf terlalu cepat berakhir, dan mungkin ada sedikit kesalahan kecil seperti capital letter...ada sedikit typo juga, tapi itu bukan masalah besar. nilai:8/10

    -Aragon Ferden

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehh...selalu bermasalah di typo.

      Soal kalimat, aku nggak mau bikin deskripsi yang panjang. Makanya narasi di paragrafnya aku buat gitu

      Delete
    2. Sure. begitu pun menarik.

      Delete
    3. :)
      terimakasih buat vote nya juga

      Delete
  3. Duh komen saya ga kekirim td u,u
    Proporsi peran semua karakter lumayan tampak, walau saya menyayangkan kurangnya karakterisasinya. Narasinya ena dibaca, ngalir, simpel dan tepat sasaran.
    Soal typo ada, cm ya minor ga begitu ngaruh.
    Kalau bisa sih nanti semisal lolos coba bikin lebih berwarna lagi, ga cm action fantasy aja

    Skor 8

    OC : Vi Talitha

    ReplyDelete
  4. iya, ini masih belum paham bener soal karakter lain. OC-ku sendiri pendiam jadinya nggak banyak peran juga di sini.

    aku juga dah mikir nggak harus action, makanya diawal pas nyari tim aku bikin adegan lain-lainnya.

    ReplyDelete
  5. Penuturan cerita rapih tapi rasanya tiap paragraf kependekan. :s
    Typo juga terbilang minim, tiap karakter punya peran masing-masing yang dikolaborasikan hingga menjadi seru.

    Nilai akhir: 8

    ~Effeth Scyceid

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahhaha...tetap bermasalah dikalimat ya.
      padahal itu ane sengaja pendekin biar yg baca nggak bosen

      Delete
  6. well seperti yang di harapkan dari sang author dari cerita ini, kalimat-kalimatnya cenderung mengalir dengan teratur meskipun antar paragraf itu pendek tapi itu udah bagus n sesuai tujuan ente, biar pembaca gak bosen. antar player interaksi n kerjasamanya bagus , battlenya seru dengan strategi yang gak kepikiran sama sekali yaitu membuat lobang bawah tanah.

    masih ada beberapa typo juga sih, cuma minim sih jadi gak gitu ketara.

    nilai : 8

    -Khanza M. Swartika

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebetulan dapet rekan yang bisa gali tanah, ckckc
      dan itu pun cuma dipake pas mau deketin tower.
      hehehe

      Delete
  7. Wahai author Reviss Arspencer...

    Sebelumnya aku mau minta maaf karena baru sempet komen sekarang karena aku mau fokus dulu selesaiin tulisanku :p

    Oke mulai deh...
    1. Komen soal penulisan nya yang rapiiihhh banget khas om Ara deh haha ada typo juga tapi sedikit dan gak ganggu.

    2. Narasinya yang pendek aku gak masalah, masih bisa ngikutin perjuangan Reviss kok. Gak detail tapi masih jelas maksud dari paragrafnya.

    3. Karakternya terbagi rata semua, termasuk Reviss. Padahal harusnya dia yg ditonjolkan. Egois sedikit itu gpp om Ara :3

    Nilai : 9 dari aku karena rapih dan semua potensi musuh dipakai.

    OC : Mang Ujang - Petani Ikemen

    ReplyDelete
    Replies
    1. Reviss mah pendiem orangnya.
      jadi nggak bisa menonjol

      Delete
  8. "Maju, bunuh semua monster-monster itu."
    "Jangan mundur. Habisi mereka dengan kekuatan kalian."
    "Arrggghh...."
    "Demi kejayaan Alforea."
    ^karena ga pake tanda seru, ini kok rasanya lemes banget ya dialognya wwww

    Sebenernya ini rapi dan enak dibaca.. Tapi entah kenapa, keliatan kurang berwarna. Andai ini sebuah lukisan, mungkin keliatan masih monokrom. Beberapa dialog juga masih kaku, ga luwes dan dinamis kayak orang biasa ngobrol

    Terus, ini mungkin preferensi pribadi, tapi saya kurang suka jurus yang disebut seolah pembaca tau itu jurus bisa apa. Kurang ada emphasis (penekanan) di setiap jurus yang disebutin, walau terbantu sih dengan sedikit penjelasan itu buat apa

    Seandainya lolos, coba lebih mainan karakter lagi biar kelihatan hidup.

    Dari saya 7

    [OC : Dyna Might]

    ReplyDelete
    Replies
    1. :') sankyu

      saya udah sadar ada yang kurang dari dialog itu...ternyata masih kaku ya

      Delete
  9. Hmm, tulisannya rapi.

    Typo minor atau penggunaan kapital bukan begitu masalah buat saya.

    Tapi gimana ya... hmm... dialognya masih terasa hambar. Mungkin karena penggunaan tanda baca yang kurang pas? Seperti kata paman sam. Atau mungkin kata-katanya kurang bermakna?

    Tapi cerita yang memakai kata tepat guna juga gak salah. Poin-poinnya sampai semua.

    8/10 dari saya

    Salam hangat dari Enryuumaru/Zarid Al-Farabi

    ReplyDelete
  10. Ini entri pertama yang saya baca... Dan... karena saya baru sempat komentar sekarang, beberapa poin sudah dijelaskan beberapa komentator di atas, jadi saya nggak bisa bilang banyak. Yang kurang dari entri ini mungkin pendeskripsian karakter, misalnya para monster di sini lebih kerap di panggil dengan nama mereka tanpa dideskripsikan secara fisik. Mungkin monster seperti Mummy atau [Nama Serangga] Raksasa mudah dibayangkan, tapi akan lebih bagus kalau fisiknya dijelaskan juga.

    Nilai : 8/10

    OC : Renggo Sina.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya gan, emang masalah karakternya nih yang juga sering disebut oleh pembaca lain.

      Delete
  11. Overall dari segi penuturan narasi dah bagus seperti kata komentar-komentar di atas. Alur pertarungannya juga lumayan seru, sesuai dengan kaedah-kaedah yang disiratkan tamon. Mungkin interaksi antara karakternya ya yang kurang dimantapkan.

    Nilai : 7

    OC aye : Zhaahir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk Reviss yang pendiam mngkin susah
      tapi akan saya coba...makasih

      Delete